Anda di halaman 1dari 3

Perumpamaan biji sesawi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Pahatan oleh Jan Luyken menggambarkan perumpamaan tentang biji sesawi, dari Bowyer Bible.

Perumpamaan biji sesawi adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada
murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Injil Matius, Markus dan Lukas, yaitu Matius 13:31-
32, Markus 4:30-34, dan Lukas 13:18-21.

Daftar isi

 1Biji sesawi
 2Penjelasan
 3Sesawi
 4Lihat pula
 5Referensi
 6Pranala luar

Biji sesawi[sunting | sunting sumber]


Perumpamaan ini menceritakan tentang seorang yang menaburkan biji sesawi di ladangnya.
Matius 13:31-32


Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di
ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah
tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon,
sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya. ”
Markus 4:31-32


Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang
paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia
tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan
cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam
naungannya." ”
Lukas 13:19

Ia (hal Kerajaan Allah) seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di
kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang
pada cabang-cabangnya." ”
Penjelasan[sunting | sunting sumber]

Tumbuhan Brassica nigra(sesawi; bahasa Inggris: black mustard).

Memberikan perbandingan dengan memakai biji sesawi, untuk menyatakan kerajaan Allah. Biji
sesawi, yang paling kecil untuk mengumpamakan Kerajaan Allah, ini menunjukkan bahwa
walaupun permulaan Gereja amat kecil, tetapi kerana mempunyai daya hidup yang kuat,
sehingga berkembang menjadi kelompok yang besar. Dari kelompok yang kecil yang terdiri
daripada para rasul dimulailah gereja yang menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Sesawi[sunting | sunting sumber]


Tumbuhan "sesawi" ini secara umum dianggap adalah Brassica nigra (bahasa Inggris: black
mustard, suatu pohon tahunan yang dapat tumbuh setinggi 3 meter (9 kaki),[1] tetapi tumbuh dari
biji yang sangat kecil[1] (ukurannya yang kecil ini juga dipakai untuk menggambarkan takaran
iman dalam Matius 17:20 dan Lukas 17:6). Menurut sumber rabbinik, orang Yahudi tidak
menanamnya di taman-taman,[1] dan ini sesuai dengan penggambaran Injil Matius bahwa benih
itu tumbuh di sebuah ladang. Injil Lukas menyebutkan bahwa benih itu ditanam di sebuah kebun;
tampaknya ditujukan kepada pembaca di luar tanah Israel.[1]
I. Howard Marshall menulis bahwa perumpamaan ini "menggambarkan pertumbuhan kerajaan
Allah dari awal yang kecil sampai menjadi ukuran sedunia."[1] Perumpamaan tentang ragi (yang
di Injil Matius dan Lukas disampaikan setelahnya) mengandung makna yang sama mengenai
pertumbuhan besar dari awal yang kecil. Sebagaimana Perumpamaan seorang penabur, yang di
Injil Matius dan Markus disampaikan sebelumnya dalam pasal yang sama, orang yang
menaburkan benih melambangkan Yesus Kristus,[2] dan tanaman itu adalah Kerajaan Allah.
Burung-burung yang bersarang mungkin merujuk kepada tulisan di Perjanjian Lama yang
menekankan jangkauan universal Kerajaan Allah,[3]seperti dalam Kitab Daniel (Daniel 4:12).
Namun, tanaman sesawi yang sesungguhnya tampaknya tidak akan menarik burung-burung
untuk bersarang di cabang-cabangnya,[2] sehingga "Yesus rupanya sengaja menekankan
gambaran menakjubkan yang berlebih dalam analogi-Nya."[3] Komentator lain berpendapat
bahwa burung-burung ini melambangkan orang-orang non-Israel yang mencari perlindungan
pada Israel[4][5] atau "orang-orang berdosa" dan pemungut cukai, yaitu dengan siapa Yesus
bergaul dan dikecam karenanya.[6] Beberapa komentator memandang "burung-burung" ini
secara negatif, menggambarkan guru-guru palsu yang menyerang gereja.[7]
Sejumlah orang mengidentifikasi elemen "subversif dan bersifat skandal"[5] dalam perumpamaan
ini, yaitu pertumbuhan pesat dari tumbuhan sesawi ini membuatnya "lalang yang jahat"[5] dengan
"sifat pengambilalihan yang berbahaya".[5] Plinius yang Tua, dalam tulisannya Natural
History (diterbitkan sekitar tahun 78 M) menulis bahwa "sesawi (mustard)… sangat bermanfaat
untuk kesehatan. Tumbuhnya liar, meskipun diperbaiki dengan transplant; tetapi di sisi lain saat
sudah ditaburkan, sangat sulit menemukan tanah yang tidak ditumbuhinya, karena benih itu
ketika jatuh ke tanah akan segera bertumbuh."[8]
Ben Witherington mencatat bahwa Yesus dapat saja memilih pohon besar lain untuk
perumpamaannya, dan bahwa tumbuhan sesawi itu menunjukkan bahwa "Meskipun
jangkauannya tampak kecil seperti sebuah benih selama masa pelayanan Yesus,
perkembangannya akan menjadi besar tak terbendung dan berakar teguh, sehingga akan ada
yang berlindung di dalamnya sementara yang lain menganggapnya jelek dan berusaha
mencabutnya habis."[6]

Anda mungkin juga menyukai