NIM : 18.3385
Ἄλλην παραβολὴν παρέθηκεν αὐτοῖς λέγων· ὡμοιώθη ἡ βασιλεία τῶν οὐρανῶν ἀνθρώπῳ
σπείραντι καλὸν σπέρμα ἐν τῷ ἀγρῷ αὐτοῦ.(Ayat 24)
ἐν δὲ τῷ καθεύδειν τοὺς ἀνθρώπους ἦλθεν αὐτοῦ ὁ ἐχθρὸς καὶ ἐπέσπειρεν ζιζάνια ἀνὰ μέσον
τοῦ σίτου καὶ ἀπῆλθεν. Ayat 25
ὅτε δὲ ἐβλάστησεν ὁ χόρτος καὶ καρπὸν ἐποίησεν, τότε ἐφάνη καὶ τὰ ζιζάνια. 26
προσελθόντες δὲ οὶ δοῦλοι τοῦ οἰκοδεσπότου εἶπον αὐτῷ· κύριε οὐχὶ καλὸν σπέρμα
ἔσπειρας ἐν τῷ σῷ ἀγρῷ; πόθεν οὐν ἔχει ζιζάνια; 27
ὁ δὲ ἔφη αὐτοῖς· ἐχθρὸς ἄνθρωπος τοῦτο ἐποίησεν. οἱ δὲ αὐτῷ λέγουσιν· θέλεις οὖν
ἀπελθόντες συλλέξωμεν αὐτά;
ὁ δὲ φησιν· οὔ, μήποτε συλλέγοντες τὰ ζιζάνια ἐκριζώσητε ἅμα αὐτοῖς τὸν σῖτον.
ἄφετε συναυξάνεσθαι ἀμφότερα ἕως τοῦ θερισμοῦ, καὶ ἐν καιρῷ τοῦ θερισμοῦ ἐρῶ τοῖς
θερισταῖς· συλλέξατε πρῶτον τὰ ζιζάνια καὶ δήσατε αὐτὰ εἰς δέσμας πρὸς τὸ κατακαῦσαι
αὐτά, τὸν δὲ σῖτον συνάγετε εἰς τὴν ἀποθήκην μου.
I. Pengantar
a. Craig Blomberg
1
Blomberg, Craig L. 2009. Jesus and The Gospels 2ND Edition : An Introduction and Survey. United States of
America : Nashville, Tennessee, hlm. 347
b. Charles D.D. Hodd
Perumpamaan lalang rasanya tidak biasa bagi Matius (Mat. 13:24-30), dan sering
dianggap sebagai uraian dari para evanggelis dari perumpamaan Marcan mengenai benih
yang tumbuh secara diam-diam. Memang penafsiran yang Matius tambahkan didalam
dokumennya bahkan ternyata bersifat sekunder daripada penafsiran Marcan mengenai
penabur, yang barangkali disarankan. Hal ini merupakan sebuah kisah yang nyata mengenai
kehidupan pertanian, yang diceritakan dengan jelas dan wajar. Perhatian diarahkan pada
sebuah momen dimana petani menyadari bahwa tumbuh lalang bersamaan dengan
jagungnya. Sikap iri hati musuhnya tersebut merupakan bagian dari aksi dramatis dalam
cerita tersebut dan tidak merupakan makna yang berdiri sendiri. Perumpamaan mengenai
lalang mungkin tepat untuk menjawab objek yang sama. Terdapat banyak pendosa di Israel:
Bagaimana bisa Kerajaan Allah datang? Jawabannya adalah, sama seperti petani yang
menunda tuaiannya ketika musim menuai tiba, karena tumbuh lalang bersama hasil tuaian,
sehingga sama halnya dengan Kerajaan Allah yang tertunda setidaknya karena terdapat
orang-orang berdosa di Israel. Kedatangan dari Kerajaan itu sendiri merupakan proses
seleksi, penghakiman. Karakteristik dari perumpamaan sedemikian rupa sehingga dapat
mendramatisasi sebuah sudut pandang. Agar percampuran antara yang baik dan yang jahat di
Israel dapat digambarkan dengan jelas, perlu untuk memiliki gambaran tentang ladang
dengan gandum dan lalang yang tumbuh bersamaan secara berdampingan, sebelum musim
menuai dimulai. Tampaknya tidak perlu menganggap bahwa penghakiman diperlakukan
sebagai peristiwa baru di masa depan.2
Matius merupakan salah satu dari Injil Sinoptik yang diperkirakan penulisannya terjadi
berkisar antara tahun 80-85 M. Injil Matius merupakan kitab yang paling berpengaruh dan paling
sering dipakai dalam gereja kuno. Hal ini disebabkan karena ajaran Yesus tentang etika yang
sangat mendominasi kitab tersebut dibandingkan dengan kitab mana pun dalam Perjanjian Baru.
Injil Matius menunjukkan bahwa Yesus (baca: Mesias) memanggil Israel tidak hanya kepada
pertobatan, tetapi juga untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik. Ia (Mesias) mendorong
Israel ingin melakukannya, sedia menanggung derita karena melakukannya, dan membuat
2
H. Dodd, Charles. 1978. The Parables of The Kingdom. Great Britain: Fount Paperbacks, hlm. 137-139
pelaku-pelakunya diberkati (5: 6, 10). Inilah "kabar baik yang dikabarkan" Matius. Penulis Injil
yang diidentifikasi adalah seorang Kristen yang hidup di Siria. Hal ini tidak dapat dipungkiri jika
mencermati karakteristik pembahasan dalam penulisan Injil ini yang sangat bernuansa
keyahudian. Ada banyak penafsir yang langsung menunjuk kepada Rasul Matius, salah satu dari
kedua belas murid Yesus, sebagai penulis Injil ini. Namun kesimpulan tersebut akan
menimbulkan masalah jika menerima bahwa Injil Markus sebagai Injil tertua; dan karena itu,
Rasul Matius menggunakan bahan dari Injil Markus sebagai salah satu sumber dalam Injil
Matius.3
III. Metodologi
Metode yang digunakan adalah metode historis kritis. Kritik historis terhadap dokumen-
dokumen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah teks bersifat historis yang berkaitan dengan
sejarah dan juga memiliki sejarahya sendiri. Dalam hal ini, teks berfungsi sebagai sebuah jendela
yang menjadi media untuk melihat berbagai hal penting dibelakang teks – teks Alkitabiah.4
IV. Analisa
Sumber dari Perumpamaan lalang diantara gandum tersebut diyakini berasal dari sumber
M.5 Hal ini karena perumpamaan ini hanya ditemukan dalam Injil Matius secara independen dan
tidak memiliki kesejajaran/paralel, dan sumber M sendiri adalah sumber yang khusus digunakan
oleh Matius dan tidak dipakai oleh Lukas maupun Markus. 6 Matius menulis berdasarkan
sumbernya sendiri (M), dengan metode pembacaan alegoris dari perumpamaan lalang di antara
gandum, harta yang terpendam, mutiara yang berharga dan perumpamaan mengenai pukat. 7
Berdasarkan beberapa penelitian oleh para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa sumber dari
perumpamaan mengenai lalang diantara gandum berasal dari Matius atau pengarang Injil Matius.
3
Rungkat, Jimmy. 2010. Theologia Politik Yesus. Jawa Timur : Departemen Literatur YPPII, hlm. 81-82
4
H. Hayes, John dan Carl R. Holladay. Pedoman Penafsiran Alkitab. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2006) hlm. 52
5
Scholz, Daniel J. 2009. Jesus in The Gosple and Acts. United States of America : Saint Marry Press, hlm. 212
6
A.A Sitompul & Ulrich Beyer, Metode Penafsiran Alkitab : 256
7
Buttrick, David. 2000. Speaking Parables : A Homiletic Guide. Louisville, Kentucky : Westminster John Knox Press,
hlm. 91
Hal ini terbukti bahwa perumpamaan ini hanya terdapat di dalam Injil Matius, meskipun ada satu
perumpamaan yang mirip dengan perumpamaan ini dalam Injil Markus 4:26-29 mengenai benih
yang tumbuh diam-diam. Maka penulis setuju bahwa perumpamaan ini bersumber dari Injil
Matius.
Konsep struktur Kitab Matius berdasarkan alur dengan latar Matera yang dikemukakan oleh
Warren Carter yang membentuk dengan enam peristiwa utama yang terjadi dalam tulisan Matius
sebagai berikut :
Masing-masing peristiwa utama tersebut terletak di inti dari masing-masing blok narasi yang
dapat digambarkan skema sebagai berikut :
8
Carter, Warren. "Kernels and Narrative Blocks : The Structure of Matthew's Gospel", The Catholic Biblical
Quarterly No. 54, 1992, hlm. 468
Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Benjamin Bacon yang membagi Kitab
Matius yang strukturnya secara keseluruhan membentuk pola N-D-N-D secara bergantian,
dimana N (narrative) merujuk kepada (narasi), serta D (discourse) merujuk kepada khotbah. Ia
menemukan disetiap khotbah Yesus selalu diawali dengan narasi, dengan gambaran struktur
sebagai berikut :
- Khotbah I (5:1-7:29)
- Khotbah II (10:1-42)
- Khotbah IV (18:1-35)
- Khotbah V (24:1-25:46)
Perumpamaan lalang diantara gandum (Mat. 13:24-30) adalah peristiwa khotbah yang
ketiga oleh Yesus dari secara keseluruhan struktur khiastik Kitab Matius yang letak pusatnya
berada pada Matius 13, mengenai perumpamaan tentang Kerajaan Sorga.9
Sementara itu struktur yang dapat digambarkan dalam perumpamaan Yesus dalam Matius pasal
13 adalah sebagai berikut :
9
Weren, Wim J. C. 2014. Studies in Matthew's Gospel: Literary Design, Intertextuality, and Social Setting. Leiden :
Koninklijke Brill NV, hlm. 14-15
13:1-9 : Perumpamaan seorang penabur
10
. Davies ,W. D & Dale C. Alisson. 1991. A Critical and Exegetical Commentary on The Gospel According to Saint
Matthew Vol. II. New York : T&T Clark. Ltd, hlm. 371
11
Soulen, Richard N. 2009. Sacred Scripture: A Short History of Interpretation. Louisville - Kentucky : Westminister
John Knox Press, hlm. 157
perbedaan antara gandum dengan zizania tersebut. Namun tentunya penentuan terhadap apakah
zizania atau gandum akan ditentukan pada saat musim menuai tiba.12
Ibadat Yahudi di Sukot dimulai dengan para penyembah berbaris dalam prosesi khidmat
di sekitar kota Yerusalem dan masuk ke dalam Kuil. Itu merupakan sebuah festival parade.
Barisan barisan itu membawa ditangan kanan mereka sesuatu yang disebut "lulab" (dilafalkan :
lulav), serangkai daun pohon gandarusa, murad, dan ranting palma yang diikat bersama ,
sehingga orang orang dapat melambaikan mereka di udara saat proses. Ditangan kiri, mereka
membawa sebuah kotak yang disebut "ethrog" (dilafalkan "e-trog"), tempat mereka biasa
menaruh bunga, daun-daunan dan bahkan kulit buah pohon sereh yang berbau harum. Saat
mereka berbaris melalui jalan-jalan kota menuju Bait Suci sambil melambaikan lulab mereka dan
membawa etrog mereka, mereka akan mengucapkan ayat-ayat Mazmur 118, sebuah mazmur
yang secara khusus diidentikkan dengan perayaan ini. Diantaranya adalah sebagai berikut :
"Selamatkanlah kami, kami memohon padamu ya Allah"(Mzm. 118:25). Dalam bahasa Ibrani,
"Selamatkanlah kami" diterjemahkan kata "Hosanna". Mazmur ini selanjutnya
berkata :"Diberkatilah dia yang datang didalam nama TUHAN" (Mzm. 118:26). Mazmur ini
memerintahkan para penyembah tersebut "untuk mengikatkan korban hari raya dengan tali, pada
tanduk-tanduk mezbah" (Mz. 118:27). Matius menceritakan cerita Sukot di pasal 13. Bagaimana
12
Martens, John W. 2015. The Word on The Street: Sunday Lectionary Reflections. Collegeville, Minnesota :
Liturgical Press hlm. 97-98
pembaca dapat mengetahuinya? Pembaca dapat mengetahuinya, karena seperti yang disebut
sebelumnya, dalam pasal 12 ia juga menyinggung Yom Kippur. Dalam kalender liturgi
Sinagoge, Sukot termasuk didalamnya. Jadi, saat pindah dari Matius diluar Yom Kippur ke pasal
13, ditemukan bahwa Matius menghadirkan kepada pembaca rangkaian perumpamaan tentang
menuai yang diceritakan oleh Yesus. Dua diantatanya dijelaskan dengan sangat rinci.13
Redaksional yang paling jelas dari bagian perumpamaan ini terletak pada kata pengantar
"membentangkan perumpamaan lain kepada mereka" yang kembali diulang tentunya dalam
bentuk yang sama di pasal 13:31, dan sedikit ditinjau ulang di ayat 33. Ungkapan khas dari
Matius adalah καπρος + ποιεω, τότε, προσέρχομαι... είπειν, κύριε, ποθεν, φημι, θελω, and
καιρος. Redaksi dan tradisi tertentu Matius keduanya mungkin saja menjadi sumber untuk
ώμοιώθη ή βασιλεια των ουρανων ανθρωπων, μεσος, άπερχομαι, φαινω, οι κοδεσποτης, ουχι,
αφιημι, αμφοτεροι, έως, πρωτος, συναγω. Namun terdapat beberapa ungkapan dan kata-kata
yang jarang cenderung tidak redaksional: σπειρω, καλος, σπερμα, αγρος, καθευδω, εχθρος,
επισπειρω, ζιζανιον, ανα, σιτος, βαστα(ν)ω, χορτος, δουλος, μηποτε, συλλεγω, εκριζοω, άμα,
συναυξανομαι, θερισμος, δεω, δεσμη, κατακαιω, αποθηκη. Perlu diperhatikan bahwa banyak
dari kata-kata Matius yang paling jelas ditemukan pada percakapan antara tuan rumah dan
hambanya. Lebih lanjut, saat kita memperhitungkan fakta bahwa Matius sering memasukkan
bagian-bagian Markus ke dalam bentuk percakapan, kelihatannya jelas bahwa setidaknya dialog
tersebut berasal dari pena Matius. Dengan demikian, terdapat penolakan teori bahwa seluruh
perumpamaan itu tradisional. Tetapi apakah mungkin ada pokok tradisional pra-Matius dalam
perumpamaan yang hanya ditinjau ulang dan diuraikan oleh penyunting (editor)? Terdapat
beberapa usulan sebagai pokok asli dari perumpamaan tersebut. Selain usulan terhadap dialog
dari ayat 27-29, aktivitas musuh diayat 25 sering dianggap sebagai bagian tambahan. Namun,
sebelum proses merekonstruksi hipotesis versi pra-Matius, kita harus secara serius
mempertimbangkan kemungkinan bahwa secara keseluruhan perumpamaan tersebut merupakan
rancangan Matius. Harus diingat bahwa dengan bantuan statistik/jumlah kata, kita dapat
mendeteksi hanya kata-kata dan frasa-frasa yang kemungkinan merupakan ciptaan dari Matius
tersebut. Bila seorang redaktur membentuk sebuah bagian dengan menggunakan elemen-elemen
13
Shelby Spong, John. 2016. Biblical Literalism : A Gentile of Heresy. New Jersey, United States of America:
HarperOne, hlm.166-170
dalam kombinasi dengan ungkapan favoritnya sendiri, kita tidak dapat mengharapkan bahwa
kosakata tersebut menjadi ciri khusus yang khas dari redaktor, walaupun konstruksinya secara
keseluruhan akan bersifat kreasi. Oleh karenanya kita tidak dapat membatasi diri kita hanya
membuat perbedaan antara tradisi dan redaksi, tetapi kita juga harus menguji peran dari tradisi
tersebut. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa beberapa kata-kata yang ditemukan kurang khas dari
Matius dapat ditelusuri kembali ke sumber Q atau Mk daripada tradisi khusus Matius. Dalam hal
ini, perlu dicatat bahwa beberapa kata yang kami temukan kurang khas dari Matius dapat
ditelusuri kembali ke Q atau Mk daripada tradisi khusus Matius. Hanya berdasarkan statistik
kata, tampaknya, misalnya, kata σπειρω dan καθευδω kemungkinan besar berasal dari Mk dan
kata αποθηκη dari Q. Faktanya, asal mula ungkapan ini dikonfirmasi ketika kita melihat lebih
dekat pada bagian-bagian di mana ungkapan tersebut muncul di Mk dan Q.
Sering dicatat bahwa perumpamaan Matius tentang pukat mengulangi beberapa konsep
kunci dari perumpamaan Markus tentang benih yang tumbuh secara diam-diam dalam urutan
yang sama: ανθρωπος, καθευδω, βλαστα(ν)ω, χορτος, οιτος φερισμος. Juga diterima secara luas
bahwa frasa terakhir dari ayat 30 mengingatkan pada khotbah Yohanes Pembaptis dalam Mat
3:12 (Q; bdk. Luk 3:17), di mana kita menemukan: συναγω, σιτος, αποθηκη, dan κατακαιω.
Apakah hanya kebetulan saja bahwa istilah yang menghubungkan antara perumpamaan tentang
lalang dan sumber-sumber yang diketahui Matius mendorong kosa kata yang ditemukan
kemungkinan besar tradisional? Lebih lanjut, jika kita ingat bahwa tema menabur (σπειρω,
σπερμα) disarankan oleh perumpamaan tentang penabur, apakah kita memiliki ciri-ciri yang
memerlukan hipotesis dari perumpamaan versi pra-Matius? Satu-satunya ciri yang tidak dapat
ditelusuri kembali ke redaksi Matius atau sumbernya yang diketahui (Mk dan Q) adalah gagasan
tentang musuh yang menabur lalang dan ketidakmungkinan mencabut lalang tersebut sebelum
waktu menuai tiba. Jadi, bertentangan dengan usulan biasa bahwa tema musuh hanyalah
tambahan dari cerita aslinya, penulis akan menganggapnya sebagai inti dari kemungkinan
perumpamaan pra-Matius. Namun, bentuk perumpamaan saat ini pada dasarnya adalah campuran
dari ciri-ciri yang dituangkan dari Markus, Q dan pena Matius sehingga hipotesis apa pun
tentang bentuk 'asli' dari perumpamaan itu murni teoretis, tidak memberikan titik awal yang kuat
untuk eksposisi. Dalam bentuknya yang sekarang, perumpamaan tentang lalang adalah
konstruksi redaksional Matius sendiri, dan itu harus ditafsirkan berlawanan dengan latarnya
dalam seruan perumpamaan Matius. Tentu saja, perbandingan dengan beberapa perumpamaan
pra-Matius dapat membantu menjelaskan beberapa karakteristik dari perumpamaan tentang
lalang, tetapi tampaknya tidak dapat dibenarkan untuk memasukkan salah satu perumpamaan ini
sebagai satu-satunya sumber untuk versi Matius.14
Injil Matius yang ditulis tahun 85-90 ini, merupakan naskah yang pembaca pertama dari Injil ini
memakai bahasa Yunani. Injil Matius mengacu pada orang Kristen asal Yahudi atau kafir yang
berbahasa Yunani yang berada di Antiokhia, Siria 15 Sastra dari perumpamaan mengenai lalang
dan gandum adalah berbentuk parabola eskatologis. Ini merupakan perumpamaan alegoris kedua
yang dikemukakan oleh Matius pada pasal 13, dimana perumpamaan ini berfokus pada peran
yang dimainkan oleh kejahatan. Dan perumpamaan ini merupakan salah satu dari perumpamaan
Yesus yang tidak ditemukan dalam Injil-injil lain.16 Oleh karena itu, penulis setuju bahwa
perumpamaan ini tergolong parabola yang merupakan bentuk genre Alkitab jenis sastra kecil
(sub-genre).17
Yesus memperbandingan "Kerajaan Sorga" dengan "benih yang baik" yang ditabur (ayat
24). Juga halnya dengan makna "firman" dalam perumpamaan seorang penabur (Mat. 13:19)
Dalam dunia perumpamaan, "benih yang baik" adalah benih yang keseluruhannya terbuat dari
biji-bijian, bebas dari benih rumput liar. Terjemahan LXX Yesaya 1:4 tertulis "benih yang jahat"
(dalam bahasa Ibrani : "keturunan-keturunan yang jahat"). "datanglah musuhnya menaburkan
benih lalang diantara gandum itu“ (ayat 25) "...pada waktu semua orang tidur" menjelaskan
bahwa musuh tersebut melakukan perbuatan jahat di malam hari. Hal ini tidak hendak
menyiratkan bahwa para pekerja itu tidur dalam pekerjaannya. Musuh sering bekerja dalam
kegelapan. "Lalang" (atau "padi liar) mungkin merujuk kepada ciri tumbuhan (mungkin gandum
hitam) yang menyerupai gandum pada umumnya, setidaknya dalam masa-masa pertama
pertumbuhan. Untuk menggambarkan kecurangan besar-besaran yang ada di dunia ini,
14
Luomanen, Petri. 1998. Entering The Kingdom of Heaven : A Study on The Structure of Matthew's View of
Salvation. Tübingen : Mohr Siebeck, hlm. 127-130
15
Kingsbury, Jack Dean. 2004. Injil Matius Sebagai Cerita. Jakarta : BPK Gunung Mulia, hlm. 195
16
Evans, Craig A. 2003. The Bible Knowledge Background Commentary: Matthew- Luke. United States of America :
Cook Communications Ministries, hlm. 270
17
A. A Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab : 227
mengharuskan penghakiman dengan air bah, beberapa Rabbi (guru) berbicara mengenai
kelakuan jahat tanah itu sendiri: “Gandum telah ditabur, dan menghasilkan rumput gandum,
karena rumput gandum yang kita temukan sekarang berasal dari zaman air bah” (Kej. Rab 28.8
[atas Kejadian 6: 7]). Poin utamanya berbeda, tetapi masing-masing ilustrasi sama.
Pada waktu itu "gandum itu tumbuh dan mulai berbulir" (ayat 26); secara harfiah,
"rumput liar bertumbuh dan menghasilkan buah". Bahasa tersebut sama dengan terjemahan
Septuaginta Kejadian 1:11:"Hendaklah tanah menumbuhkan keempat tumbuhan: tumbuh-
tumbuhan yang menghasilkan..." Bagaimanapun, pada waktu gandum muncul, "lalang juga
muncul sebaik mungkin". Ketidakmunculan dari bulir yang berbiji membongkar identitas dari
lalang itu sendiri. Rincian dari perumpamaan ini menyiratkan bahwa tuan tanah tersebut tidak
mengetahui kondisi ladangnya sehari-hari. Mungkin kita harus membayangkan seorang laki-laki
yang tinggal di dekat kota dan hanya sesekali memeriksa ladangnya. Hamba-hamba dari tuan
ladang tersebut bertanya-tanya apakah mereka harus mencabut lalang (ayat 28), tetapi saran dan
usulan ditolak, "sebab mungkin gandum akan tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu
(ayat 29). Sebagai jawabannya, baik gandum maupun lalang dibiarkan bertumbuh secara
bersamaan satu sama lain. Saat musim menuai tiba, para penuai akan diperintahkan,
"kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar, kemudian
kumpulkanlah gandum itu ke lumbungku (ayat 30). Apa yang mungkin dibayangkan di sini
adalah memotong dan menampi untuk memisahkan gandum dari sekam (lih. Mat 3:12, "Alat
penampi sudah ada di tangannya, dan ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan akan
mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami akan dibakar dengan api
yang tidak terpadamkan ”). Angin menerbangkan sekam, membiarkan biji-bijian yang lebih berat
jatuh ke tanah (misalnya, Hos 13: 3, "seperti debu jerami yang diterbangkan badai dari tempat
pengirikan"; Mzm 1: 4, "seperti sekam yang ditiupkan angin"; Mzm 35: 5, "...seperti sekam
dibawa angin...", "seperti jerami di depan angin"; Ayub 21:18). Sekam kemudian dikumpulkan
dan dibakar, yang lagi-lagi merupakan frase yang terkadang digunakan secara metaforis dalam
Kitab Suci (misalnya, Kel 15: 7, "...engkau melepaskan api murka-Mu, yang memakan mereka
seperti tunggul gandum"; Mal 4: 1, "Bahwa sesungguhnya, hari itu datang, menyala seperti
perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami
dan akan terbakar oleh hari yang datang itu..."). Tetapi "gandum" akan dikumpulkan kedalam
"lumbung" si petani/tuan tanah(yang sangat mirip dengan Mat. 3:12, Ia "mengumpulkan
gandum-Nya kedalam lumbung"). Perumpamaan tentang gandum yang dikumpul ke dalam
lumbung dan lalang dikumpulkan untuk dibakar adalah cara berbicara yang sungguh-sungguh
mengenai hari penghakiman. Perincian alegoris dari perumpamaan ini akan dijelaskan dalam
Mat. 13:36-43. Metode alegoris dari perumpamaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
"Benih yang baik adalah anak-anak kerajaan, yang, tidak akan dibawa kepada kegelapan yang
gelap, seperti pada Mat. 8:12. Sementara "ladang" menggambarkan dunia, dan lalang adalah
anak-anak yang jahat (Mat. 13:36). Dan "musuh yang menaburkan benih lalang tersebut ialah
Iblis", dan waktu menuai adalah "akhir zaman" dan yang para penuai adalah malaikat (Mat.
13:39). Sedangkan tuan tanah itu adalah "Anak Manusia yang menyuruh malaikat-malaikat-Nya
dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan orang yang melakukan
kejahatan dari kerajaan-Nya, serta mencampakkanya ke dalam dapur api yang didalamya
terdapat ratapan dan kertak gigi".18
4.8 Teologi
- Teologi Kesetiaan, setia dan tahan uji sampai pada akhir zaman.
- Teologi Penghakiman
Allah adalah Hakim yang menghakimi perbuatan setiap umat-Nya, Yang Awal dan Yang Akhir.
4.9 Skopus
V. Implikasi
Kaum Perempuan HKBP Siantar Kota diajak untuk berbelas kasihan terhadap kaum
penyandang difabel di Siantar dalam mewujudkan keikutsertaan untuk melestarikan dan
menyebarluaskan Firman Tuhan. Kaum perempuan ini diajak untuk turut merasa prihatin serta
berbagi rasa dan kepedulian dengan membantu dalam menyediakan kebutuhan – kebutuhan
dasar yang diperlukan, seperti makanan dan pakaian. Seringkali orang – orang menganggap
kaum difabel adalah orang yang lemah, tak berguna, dan tidak memiliki hak yang sama dengan
orang yang normal pada umumnya. Maka, dengan belas kasihan dan rasa iba, Kaum Perempuan
18
Evans, Craig A. 2012. Matthew. United States of America : Cambridge University Press, hlm. 272-274; 278-281
HKBP Siantar Kota terpanggil untuk memberikan kasih sayang kepada kaum difabel, dengan
demikian semakin banyaklah orang – orang yang turut serta prihatin dan memberikan bantuan
baik berupa materi dan dukungan sebagai wujudnyata dari Firman Allah yang bekerja di setiap
hati manusia. Seperti puteri Firaun, yang walaupun adalah seorang puteri raja, tetapi tetap merasa
berbelas kasihan melihat bayi Musa yang menangis, demikianlah Kaum Perempuan HKBP
Siantar Kota tersebut dapat menjadi berkat bagi kaum difabel dan kepada sesama manusia.
VI. Kesimpulan
Latar belakang dari puteri Firaun menyelamatkan dan berbelas kasihan terhadap bayi
Ibrani tersebut berangkat dari sifat seorang perempuan yang penyayang dan tidak ingin melihat
seorang bayi menangis. Di dalam sifat kodrati seorang perempuan terdapat hati yang ingin
merawat anak yang ditemukannya tersebut. Hipotesa sementara sudah terbukti dengan beberapa
kritik yang sudah dipaparkan diatas. Perempuan – perempuan justru memiliki peran yang
penting mengenai urusan kelanjutan keturunan. Terlihat bahwa perempuan juga dipakai oleh
Allah dalam melaksanakan kehendak – Nya memenuhi janji – Nya akan pemeliharaan terhadap
umat yang dikasihi – Nya.