Anda di halaman 1dari 8

Nama : Valentino Markus Situmorang

NIM : 17.3220

Mata Kuliah : Teologi Komunikasi

Dosen Pengampu : Pdt. Sahat P. Siburian, M.Si

2. A. Konteks sosial dan media pada masa Yesus di dunia ini.

Yesus lahir dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di Pertengahan Romawi kuno
Wilayah timur Galilea dibawah pemerintahan Kekaisaran Romawi. 1 Pada zaman Yesus ada
banyak hal yang menarik untuk dicermati. Salah satunya yakni keadaan sosial masyarakat pada
waktu itu. Secara geografis, Palestina dibagi dalam dua daerah yang sangat berbeda. Yudea
merupakan daerah pegunungan yang terletak di sekitar Yerusalem dan Bait Allah. Dipandang
dari sudut geografis sosial terdapat perbedaan yang mencolok antara desa-desa yang
berswasembada di Galilea dan kota-kota yang telah berkembang di Yudea, terutama Yerusalem,
yang menyerap banyak tenaga buruh. Mereka memiliki perbedaan kelas-kelas ekonomi maupun
sosial. Orang-orang kelas atas biasanya memiliki sikap yang angkuh terhadap masyarakat yang
kelas bawah. Hal ini yang menimbulkan ketidakcocokan antara keduanya.

Keadaan sosial masyarakat pada zaman Yesus memang belum bisa dikatakan lebih baik
dari sekarang. Masyarakat waktu itu biasanya mencari nafkah melalui hasil pertanian. Lahan-
lahan untuk bertani biasanya berada di daerah-daerah kecil. Daerah Yudea dengan tanaman buah,
daerah Galilea dengan tumbuhan jagung, karena banyak menghasilkan jagung yang banyak dan
baik. Sementara ternak atau hewan laksana kambing dan domba dimiliki oleh orang-orang yang
kelas atas atau penguasa yang biasa disebut tuan tanah. Zaman Yesus juga identik dengan kelas
sosial. Kelas sosial pedesaan terdiri dari kelas tuan tanah, dan kaum buruh serta budak. Kelas
yang berada di kota yakni kelas lapisan atas kaum aristokrat imam, kelas tinggi pedagang dan
penjabat tinggi, kelas menengah bawah yakni penjabat rendah, imam, serta kaum lewi, kelas
paling bawah yakni kaum buruh yang bekerja di sekitar Bait Allah.

1
. Peter Horsfield, 2015, From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media, Chichester: John Wiley &
Sons hlm 10.
Situasi sosial yang seperti ini tidak hanya digunakan sebagai status, melainkan juga sikap
oleh masing-masing kelas sosial. Sehingga banyak terjadi deskriminasi yang dilakukan terhadap
orang yang miskin dan membuat mereka semakin menderita dengan hidup yang mereka alami.
Kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat tidak mengenal huruf (buta huruf) juga semakin
memperjelas bagaimana konteks sosial yang terjadi pada saat itu. Tingkat mengenal huruf rendah
dan umumnya terbatas pada kelas atas. Meskipun ada berbagai pendapat tentang tingkat
mengenal huruf, perkiraannya adalah bahwa dari 95 hingga 97 persen penduduknya buta
huruf, artinya interaksi kehidupan sosial dan keagamaan, khususnya di kota-kota dan pedesaan
daerah hampir seluruhnya bersifat lisan.2

Hal ini membuat masyarakat pada saat itu lebih mengerti komunikasi yang dilakukan
secara lisan dibandingkan tulisan. Pendekatan yang dilakukan Yesus dalam menyampaikan
perumpamaan dan pengajaran-pengajarannya tampak dari cara bagaimana dia berbicara secara
langsung dihadapan masyarakat saat itu. Cara yang dilakukan Yesus untuk mengambil perhatian
juga sangat menarik, dimana Ia hadir untuk untuk orang-orang yang lemah dan tertindas, Ia
datang untuk merubah cara pandang masyarakat saat itu. Hal ini ditunjukkan pada salah satu
karakteristik Yesus yang bertahan dari perspektif media atau komunikasi, dimana keterampilan
dan reputasinya yang luar biasa sebagai komunikator lisan dan seorang yang karismatik.3

B. Konteks sosial dan media pada masa reformasi Martin Luther.

Reformasi Gereja dipelopori oleh Martin Luther (1483-1548) yang merupakan seorang
pastor dan profesor di Universitas Wittenberg, Jerman. Pada zaman sebelum Reformasi, di Eropa
terjadi perubahan besar dalam hampir semua bidang (intelektual, spiritual, politik, ekonomi, dan
teknologi). Semua perkembangan baru itu memengaruhi gerakan Reformasi, malahan dapat
dikatakan, Reformasi dan teologi Luther merupakan jawaban tepat atas perkembangan dan
perubahan itu.

2
. Peter Horsfield, 2015, From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media, Chichester: John Wiley &
Sons hlm 12.
3
. Peter Horsfield, 2015, From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media, Chichester: John Wiley &
Sons hlm 191
Sebaliknya Gereja resmi termasuk pimpinan Gereja dengan pucuk pimpinan tertingginya
paus di Roma tidak sanggup menjawab perkembangan itu dan malahan berusaha untuk
membekukan Gereja. Karena para reformator menjawab perkembangan dan perubahan zaman itu
secara positif, gerakan mereka mendukung pengembangan kebebasan pribadi dan individualisme
yang mewarnai Renaisans dan Humanisme.

Pada tahun 1517 ia memposting pernyataan 95 orang kepada publik tesis menentang
penjualan indulgensi kepausan, memulai sejarah konflik dengan Gereja Katolik Roma dan Kaisar
Romawi Suci.4 Di pintu gereja, dia nekat memaku daftar 95 dalil berisi kritik terhadap otoritas
Gereja Katolik. Peristiwa itu dicatat dalam sejarah sebagai awal mula gerakan Reformasi di
daratan Eropa dan seluruh dunia yang melahirkan Protestantisme. Martin Luther mengeluarkan
95 tesis yang berisikan protes terhadap konsep pengampunan dosa (indulgensi) yang
dilaksanakan oleh Paus. Tesis tersebut disebar oleh Martin Luther di berbagai pintu gereja di
Wittenberg. Peristiwa tersebut merupakan awal mula dari gerakan Reformasi Gereja di Eropa.
Kritikan-kritikan yang dikeluarkan oleh Martin Luther terjadi ketika ia mengetahui adanya
praktik menjual surat pengakuan dosa oleh gereja. Surat pengakuan dosa seharusnya sebuah hal
yang sakral, karena merupakan bentuk anugerah gereja terhadap dosa yang telah diperbuat.

Gerakan protes dari Martin Luther mendapatkan reaksi yang keras dari pihak gereja. Pada
tahun 1521, gereja melakukan pengucilan terhadap Martin Luther. Pengucilan Martin Luther
tidak membuat gerakan Reformasi Gereja surut. Gerakan Martin Luther yang mendapatkan
dukungan dari pemimpin-pemimpin Jerman mampu meruntuhkan kekuasaan Paus di wilayah
Jerman. Untuk mengganti gereja lama, Martin Luther mendirikan Gereja Lutheran yang menjadi
gereja negara Jerman. Aksi protes Martin Luther terhadap gereja menyebar dengan cepat dan
meluas ke seluruh wilayah Jerman. Martin Luther dengan segera menolak otoritas Paus dan
konsili gereja, dengan menekankan bahwa dirinya akan dibimbing oleh Kitab Suci dan akalnya
sendiri. Mengetahui hal itu, gereja tidak tinggal diam dan segera memanggil Martin Luther untuk
mepertanggungjawabkannya. Di hadapan para pejabat gereja Martin Luther mengeluarkan segala
pendapatnya. Tapi gereja tidak mendengarkan dan ia dinyatakan sebagai seorang pelanggar
hukum oleh Parlemen Worms pada tahun 1521. Martin Luther disuruh menyesali perbuatan

4
. Peter Horsfield, 2015, From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media, Chichester: John Wiley &
Sons hlm 191.
bid’ahnya, dan seluruh tulisannya dinyatakan terlarang bagi masyarakat. Reformasi Gereja juga
berkembang di negara-negara Eropa lain. Reformasi Gereja di Eropa memberikan dampak yaitu
terbelahnya agama Kristen menjadi beberapa aliran, timbulnya pembaharuan tatanan sosial,
ekonomi, politik, dan budaya pada awal abad ke-16 Masehi, runtuhnya pengaruh kekuasaan Paus
di negara-negara besar Eropa, serta munculnya gerakan misionaris untuk menyebarkan agama
Kristen ke seluruh penjuru dunia.

Perkembangan dan pengaruh percetakan di Barat termasuk dalam lingkungan budaya dan
media yang lebih luas. Orang pertama yang menggunakannya di Barat adalah Johann Gutenberg.
Ia menggunakan teknologi yang dikembangkan di Cina beberapa abad sebelumnya. Mengerjakan
mesin cetak yang terbuat dari mesin anggur yang telah diubah untuk sebuah buku yang pertama,
Gutenberg Bible.5 Kehadiran percetakan hand made Gutenberg juga turut membantu terjadinya
reformasi yang dilakukan Martin Luther. Kehadarin media cetak saat itu telah mengubah tradisi
oral (lisan) menjadi tradisi menulis sekaligus perubahan pola komunikasi (lisan ke tulisan)
masyarakat di Eropa. Kecenderungan tradisi lisan itu memang masih terus berlangsung dan
mendominasi setidaknya hingga beberapa abad setelah penemuan percetakan. Tentang
bagaimana tradisi lisan pada masyarakat Eropa sebagai ciri khas abad pertengahan berlangsung.
Martin Luther sangat berjasa dalam pembuatan Kitab Injil yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Jerman. Hal itu memungkinkan setiap orang dapat membaca kitab suci tanpa perlu bergantung
kepada gereja dan pendeta. Salah satu pemikiran Martin Luther yang amat penting adalah doktrin
pembenaran oleh iman semata, yang berasal dari tulisan-tulsan Santo Paulus. Martin Luther
percaya bahwa manusia begitu tercemar oleh dosa sampai-sampai kebaikan saja tidak akan
cukup untuk menghindarkan manusia dari api neraka. Keselamatan manusia hanya akan didapat
dari keimanan dan pertolongan Tuhan semata. Pemikirannya itu memandang keliru praktik
penjualan surat pengampunan, yang selalu dianggap oleh masyarakat sebagai cara mendapatkan
keselamatan dari dosa yang telah diperbuat. Gereja sebagai perantara antara manusia dengan
Tuhan dianggap salah dalam membimbing manusia. Seluruh pemikiran Martin Luther nyatanya
memberikan efek yang besar terhadap perubahan agama di Eropa. Ketidakpuasan terhadap
Gereja Katolik semakin meluas di seluruh negara Eropa. Sehingga tidak heran jika Martin Luther

5
. Peter Horsfield, 2015, From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media, Chichester: John Wiley &
Sons hlm 188.
dianggap sebagai aktor yang bertanggung jawab atas dimulainya reformasi agama di Eropa.
Munculnya reformasi itu menghasilkan perang agama di Eropa, seperti Perang 30 Tahun di
Jerman yang berlangsung dari tahun 1618 sampai 1648. Selain perang, muncul konflik politik
antara kalangan Katolik dan Protestan di abad-abad berikutnya. Walaupun Protestan bukan
agama dominan ketika itu, namun perkembangannya cukup besar dengan munculnya sekte-sekte
kecil di seluruh wilayah Eropa.

C. Misi Protestan dalam konteks sosial dan media pada zaman modern.

Melihat bagaimana konteks sosial yang berubah setelah Reformasi Protestan membuat
hal itu tidak terlepas dari suatu konvergensi sosial, politik, ekonomi, dan agama. Berbagai
permasalahan yang muncul akibat pemahaman dan sudut pandang yang berbeda dari berbagai
kelompok Kristen membuat toleransi beragama atau hidup berdampingan menjadi sulit. Selama
lebih dari satu abad setelah kelahiran Reformasi, negara di eropa mengalami kehancuran yang
disebabkan oleh perang agama yang berlarut-larut atas kebenaran teologis, otoritas gereja,
properti dan sumber daya, latihan spiritual, dan politik kekuasaan.6

Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah konflik yang terjadi di Prancis antara Katolik
dan Protestan, di mana sedikitnya puluhan dari ribuan orang tewas. Dengan banyaknya
permasalahan yang muncul akibat dari reformasi ini, munculah para pemikir pencerahan. Di
mana era modern ditandai dengan percepatan dan kemajuan terjadi di dalam banyak hal, seperti
teknologi, ilmu pengetahuan dan sistem kemasyarakatan, telah mempercepat dan memperkuat
sekularisasi.

Muncul sebuah generasi yang beranggapan bahwa hal-hal yang berbau agama dan moral
sudah tidak relevan lagi dalam menjawab berbagai isu-isu kemasyarakatan yang ada. Sebelum
sekularisasi, orang mendapat jawaban dari berbagai pertanyaan melalui agama, tetapi dengan
6
. Peter Horsfield, 2015, From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media, Chichester: John Wiley &
Sons hlm 215.
sekularisasi, pengetahuan menjadi satu-satunya acuan dan penjawab berbagai persoalan
masyarakat yang ada.

Dimana awalnya maksud dari para pemikir Pencerahan ini bukanlah antireligius dan juga
tidak untuk menyingkirkan agama Kristen, tetapi untuk menemukan cara untuk bisa hidup
harmonis menjadi warga negara Kristen secara bersama. Tetapi seiring berjalannya waktu,
pemikiran mereka mulai berkembang dan mulai melakukan penyelidikan berbasis empiris
sehingga mereka mulai membuka jalan untuk wawasan baru dan pemahaman tentang alam
semesta dan perilaku manusia, serta scientifi baru dan perkembangan teknologi mulai
memecahkan banyak masalah yang sebelumnya mengarahkan orang kepada kepercayaan
agama.

Dengan semakin berkembangnya pengetahuan, orang-orang mulai berpikir secara


rasional, sehingga pandangan dari dunia sekuler mulai menantang beberapa pandangan dasar
dalam perspektif agama dari pandangan dunia Kristen. Seiring perkembangan zaman modern,
percetakan dan aplikasi tulisan tercetak menjadi tersebar luas dan menjadi komoditi kuat dalam
jaringan komunikasi budaya barat. Perkembangan sekularisasi sekaligus melahirkan respon
manusia yang kritis terhadap agama dan kekristenan. Orang mulai berorientasi pada hal-hal yang
duniawi, yang ada di dalam dunia ini dari pada urusan supernatural di dalam gereja.

Akibatnya, pandangan orang mengenai iman Kristen mulai berubah dan mengalami
pergeseran. Masyarakat berpaling pada asas-asas ideologi lain sebagai sebuah tanggap sejarah
atas perkembangan pemikiran baru di tengah arus modernitas. Salah satu penyebabnya adalah
struktur pembentukan masyarakat Barat yang di awali dengan berbagai pra-anggapan yang
sekular (non-keagaamaan) di mana aktivitas beragama dipandang sebagai sebuah pilihan yang
sangat pribadi bagi individu. Gereja yang dulunya terlihat sangat mendominasi peradaban Barat.
Tetapi, seiring dengan perubahan dan semakin majunya teknologi, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, masyarakat berkembang dan dunia melahirkan hal-hal baru.

Terjadi benturan yang sangat keras antara perubahan dunia yang begitu cepat dengan
sikap gereja yang sangat ortodoks terutama dalam hal penelitian ilmiah. Gereja dan ajarannya
justru dianggap gagal menyesuaikan diri terhadap perubahan dan dianggap menghambat
kemajuan penelitian ilmiah. Dalam perubahan konteks ini, pemimpin lembaga Kristen yang
sebelumnya memegang posisi dominan, harus menerima kenyataan dimana mereka harus
bersaing bukan hanya dengan yang berbeda pandangan dalam pemahaman Kristen mereka, tetapi
juga dalam hal-hal non-religius yang dihasilkan oleh pengusaha untuk tujuan komersial.7 Energi
yang hebat dan momentum gerakan misionaris Protestan di abad ke 19 tidak ada bandingannya
dalam sejarah umat manusia.

Gerakan misionaris Protestan abad ke-19 mempunyai pengaruh revolusioner terhadap


kebudayaan-kebudayaan. Para misionaris Protestan membuat ratusan bahasa buta huruf menjadi
tulisan, menghasilkan perpustakaan-perpustakaan buku, mempelopori puluhan ribu sekolah.
Inisiatif Protestan dalam misi global berkembang bersama pemerintah kolonial negara-negara
Protestan, serta didorong oleh masyarakat misionaris evangelis yang muncul setelah gerakan
revivalis abad kedelapan belas. Misi Protestan sama seperti upaya misionaris Katolik, dimana
misi Protestan juga mengikuti jalur kolonial.

D. Kekristenan dan perubahan sosial dalam era digital.

Teknologi dalam era digital masa kini yang semakin canggih menyebabkan terjadinya
perubahan besar dunia yang mempengaruhi bagaimana cara masyarakat bersentuhan dengan
agama. Manusia telah dimudahkan dalam melalukan akses terhadap informasi melalui banyak
cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas, namun dampak negatif
muncul pula sebagai mengancam. Kehadiran era digital membuat pandangan sebagian besar
masyarakat berubah dengan tidak lagi mengutamakan kehidupan dalam bergama. Revolusi
digital yang mulai terjadi sejak tahun 1980an dengan perubahan teknologi mekanik dan analog
ke teknologi digital dan terus berkembang hingga hari ini.

7
. Peter Horsfield, 2015, From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media, Chichester: John Wiley &
Sons hlm 219.
Perkembangan teknologi ini menjadi masif setelah penemuan personal komputer yaitu
sistem yang dirancang dan diorganisasir secara otomatis untuk menerima dan menyimpan data
input, memprosesnya, dan menghasilkan output dibawah kendali instruksi elektronik yang
tersimpan di memori yang dapat memanipulasi data dengan cepat dan tepat. Perkembangan
teknologi komputer digital khususnya mikroprosesor dengan kinerjanya terus meningkat, dan
teknologi ini memungkinkan ditanam pada berbagai perangkat yang dimiliki secara personal.
Perkembangan teknologi transmisi termasuk jaringan komputer juga telah memicu para
pengguna internet dan penyiaran digital.

Ditambah perkembangan ponsel, yang tumbuh pesat menjadi penetrasi sosial memainkan
peran besar dalam revolusi digital dengan memberikan hiburan di mana-mana, komunikasi, dan
konektivitas online. Dunia digital tidak hanya menawarkan peluang dan manfaat besar bagi
publik dan kepentingan bisnis. Namun juga memberikan tantangan terhadap segala bidang
kehidupan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam kehidupan.

Penggunaan bermacam teknologi memang sangat memudahkan kehidupan, namun gaya


hidup digital pun akan makin bergantung pada penggunaan ponsel dan komputer. Apapun itu,
kita patut bersyukur semua teknologi ini makin memudahkan, hanya saja tentunya setiap
penggunaan mengharuskannya untuk mengontrol serta mengendalikannya. Karena bila terlalu
berlebihan dalam menggunakan teknologi ini kita sendiri yang akan dirugikan, dan mungkin juga
kita tak dapat memaksimalkannya. Perkembangan teknologi yang begitu cepat hingga merasuk
di seluruh lini kehidupan sosial masyarakat, ternyata bukan saja mengubah tatanan kehidupan
sosial, budaya masyarakat tetapi juga kehidupan politik. Kecanggihan teknologi yang
dikembangkan oleh manusia benar-benar dimanfaatkan berbagai kelompok yang ingin meraih
simpati, dan empati dari masyarakat luas. Era digital harus disikapi dengan serius, menguasai,
dan mengendalikan peran teknologi dengan baik agar era digital membawa manfaat bagi
kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai