Anda di halaman 1dari 7

Nama : Michael Simanjuntak

Kelas :B
Mata Kuliah : Misiologi
Dosen Pengampu : Pdt. Hiburyanti Marbun, M.Th

Meninjau Misi Gereja Pada Era Reformasi Sampai Era Masa Kini

I. Pendahuluan

Misi adalah panggilan yang tritunggal untuk menyatakan Kristus kepada dunia
dengan jalan proklamasi, kesaksian, dan pelayanan supaya dengan kuasa Roh Kudus, Allah,
dan firman-Nya, manusia dibebaskan dari egoisme dan dosanya dan dengan tindakan Allah
dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah dengan jalan percaya akan Dia melalui Yesus
Kristus, yang diterimanya sebagai Juru Selamat pribadinnya, dan dilayaninya sebagai
Tuhannya dalam persekutuan tubuh-Nya, yaitu gereja, untuk kemudian menyatakan Dia
kepada dunia. Dalam melakukan misi gereja selalu saja mendapat tantangan tantangan dari
eksternal maupun internal. Khususnya di abad 15-Masa kini, dimana Sakerdotalisme,
sekularisme, rasionalitas, sekularisme, humanisme dan relativisme masuk ke gereja, hal ini
mendorong banyak gereja untuk bangkit dan menggenggam erat “Amanat Agung” dari
Matius 28:18-20. Teks ini menyemangati banyak denominasi gereja untuk kembali menginjili
orang-orang yang belum mengenal Yesus.

II. Era Reformasi (Abad ke 15)

Reformasi Gereja di Eropa tidak terlepas dari gagasan Renessaince yang mulai
berkembang di Italia pada awal abad ke-15 Masehi. Paham-paham baru seperti sekulerisme,
individualisme dan humanisme berusah untuk meruntuhkan dominasi gereja dari tatanan
kehidupan masyarakat Eropa. Reformasi Gereja adalah upaya untuk melakukan perubahan
ajaran kekristenan, agar sesuai dengan Alkitab. Reformasi Gereja di Eropa berlangsung pada
pertengahan abad ke-15 Masehi.

Pada jaman Reformasi, pembenaran oleh iman menjadi titik tolak teologi. Ada jarak
tak terjembatani antara Allah dan manusia dan hanya karena kasih Allah semata (sola gratia)
Ia mengambil inisiatif mengampuni, membenarkan dan menyelamatkan manusia (Roma
1:16). Dengan mengedepankan pembenaran oleh iman, para Reformator menjadi kurang
gigih dalam melakukan misi (sepereti definisi misi yang dipahami teolog abad 19 yaitu

1
mencari jiwa-jiwa yang terhilang). Martin Luther percaya bahwa tanpa bantuan manusia
Allah mampu membuat seseorang percaya kepadaNya. Misi merupakan misi Allah dan
bukan misi manusia.

Beberapa latar belakang Reformasi Gereja, yaitu:

1. Adanya penyimpangan ajaran Kristen, terutama karena adanya praktik penjualan


surat pengampunan dosa.

2. Korupsi yang dilakukan oleh uskup dan petinggi agama Kristen

3. Adanya keinginan dari negara Eropa untuk membebaskan diri dari kepemimpinan
Paus

4. Sikap gereja lama yang cenderung otoriter.

III. Era Renaissance (Abad ke 15-16)

Sekitar abad ke 15-16 Masehi, Eropa mengalami zaman Renaissance. Kemunculan


tersebut akibat dari adanya wabah penyakit, krisis ekonomi, krisis politik, dan krisis
pemikiran Dark Ages (Abad Kegelapan). Secara harfiah, Renaissance berasal dari bahasa
Perancis yang memiliki arti kelahiran kembali. Rennaissance adalah sebuah periode yang
menandakan kelahiran kembali peradaban dan kebudayaan Eropa. Zaman Renaissance
ditandai dengan munculnya penghargaan terhadap etika, estetika dan rasionalitas. Krisis pada
zaman Dark Ages di Eropa disebabkan oleh pembatasan berpikir, berpolitik, bersosialisasi
sesuai dengan doktrin gereja yang berlaku pada masa tersebut.

Beberapa faktor penyebab kemunculan zaman Renaissance, seperti:

1. Pendidikan hanya diberikan pada sekolah gereja untuk calon pendeta.

2. Peran Uskup dan Paus yang ikut campur dalam urusan politik dan pemerintahan.

3. Kehidupan manusia Eropa yang didominasi oleh gereja.

4. Adanya anggapan bahwa kepentingan duniawi hanyalah perihal yang sia-sia.

Perkembangan Renaissance bermula dari kesuksesan masyarakat Italia dalam


mengelola bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya pada awal abad 15 Masehi. Pada masa

2
tersebut, masyarakat Italia tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat kota yang sejahtera.
Kesejahteraan masyarakat Italia menyebabkan munculnya pemikiran duniawi yang
mengedepankan rasionalitas. Perkembangan masa Renaissance mencapai titik puncak ketika
muncul paham sekulerisme, individualisme dan humanisme di Eropa. Paham-paham tersebut
memengaruhi masyarakat Eropa untuk melepaskan diri dari kekangan doktrin agama dan
dominasi gereja, sehingga mereka mampu menghasilkan pembaharuan-pembaharuan di
berbagai aspek kehidupan.

Beberapa dampak zaman Renaissance di berbagai bidang, yaitu:

1. Memunculkan berbagai inovasi dalam ilmu pengetahuan

2. Berkembangnya ilmu filsafat

3. Runtuhnya dominasi gereja terhadap tatanan masyarakat Eropa

4. Munculnya paham kapitalisme-liberal dan materialisme

5. Pedagang dan pengusaha memegang peran penting dalam tatanan sosial, ekonomi,
dan politik masyarakat Eropa.

IV. Misi Pada Abad Ke-17

Pada abad ke-17, kegiatan misionaris di Asia dan Amerika bertumbuh kuat,
mengakar, dan mengembangkan lembaga-lembaganya, meskipun menghadapi
pemberontakan kuat di Jepang. Pada saat yang sama, kolonisasi Kristen di beberapa kawasan
di luar Eropa meraih kesuksesan, yang digerakkan oleh alasan ekonomi serta keagamaan.
Para pedagang Kristen sangat terlibat dalam perdagangan budak Atlantik, yang memiliki
dampak pengiriman orang-orang Afrika ke komunitas Kristen. Sebuah perang lahan antara
Kristen dan Islam berlanjut, dalam bentuk kampanye-kampanye Kekaisaran Habsburg dan
Kekaisaran Utsmaniyah di Balkan, sebuah titik balik yang terjadi di Wina pada 1683.
Ketsaran Rusia, dimana Gereja Ortodoks menjadi agama negara, meluas ke kawasan selatan
sampai Siberia dan Asia Selatan, kawasan-kawasan Islam dan shamanistik, dan juga kawasan
selatan di Ukraina, dimana Gereja-Gereja Katolik Timur berkembang. Terdapat sejumlah
besar kesusastraan Kristen yang diterbitkan, terutama karya kontroversial dan milenial selain
juga sejarah dan pembelajaran. Hagiografi menjadi lebih kritis dengan Bollandis, dan sejarah
gerejawi menjadi makin berkembang dan diperdebatkan, dengan para cendekiawan Katolik

3
seperti Baronius dan Jean Mabillon, dan Protestan seperti David Blondel menaungi
pembelajaran. Seni Kristen Barok dan musik yang muncul dari bentuk-bentuk gereja
mempengaruhi para artis awam memakai ekspresi dan tema sekuler. Syair dan drama sering
mengutip Alkitab dan materi keagamaan, contohnya Paradise Lost karya John Milton.

V. Zaman Pencerahan (Abad ke 18)

Zaman pencerahan adalah suatu masa di sekitar abad ke-18 di Eropa yang diketahui
memiliki semangat revisi atas kepercayaan-kepercayaan tradisional, memisahkan pengaruh-
pengaruh keagamaan dari pemerintahan. Bertolak dari pemikiran ini, masyarakat mulai
menyadari pentingnya diskusi-diskusi dan pemikiran ilmiah. Ideologi Sekularisme menjadi
dasar tonggak peradaban maju Eropa.

Pada awal jaman Pencerahan, rasionalitas telah menjadi raja. Semua hal diyakini
dapat dipecahkan dan dijelaskan secara ilmiah, termasuk agama. Segala yang tidak masuk
akal ditolak. Pada masa ini, gereja beralih dari pengutamaan penginjilan kepada pengutamaan
keterlibatan social seperti pendirian sekolah, rumah sakit-rumah sakit, klinik dan panti asuhan
menjadi trend misi Kristen. Dengan rasionalitas, sekularisme, humanisme dan relativisme
masuk ke gereja, hal ini mendorong banyak orang muda untuk bangkit dan menggenggam
erat “Amanat Agung” dari Matius 28:18-20. Teks ini menyemangati banyak orang untuk
kembali menginjili orang-orang yang belum mengenal Yesus.

VI. Misi Pada Abad ke 19

Abad ke-19 merupakan era terbesar kemajuan misi, abad terbesar misi. Kadang-
kadang Abad ke-19 disebut Abad Protestan Kaum Protestan mendirikan misi-misi di seluruh
dunia. Organisasi-organisasi seperti British and Foreign Bible Society, The American Bible
Society, The Sunday School Union, dan The American Board of Commissioners of Foreign
Missions memimpin usaha penyebaran Injil. David Livingstone dan misionaris yang lain
membuka benua Afrika bagi Kristus, sementara itu para misionaris dari China Inland Mission
yang didirikan Hudsay Taylor menyebarkan Injil keseluruh Cina.Misionaris-misionaris
Kristen Protestan memenangkan banyak suku bangsa dan bangsa-bangsa bagi Kristus, di
daerah-daerah paling terpencil dunia ini.

Energi yang hebat dan momentum gerakan misionaris Protestan di abad ke 19 tidak
ada bandingannya dalam sejarah umat manusia. Gerakan misionaris Protestan abad ke-19

4
mempunyai pengaruh revolusioner terhadap kebudayaan-kebudayaan: Para misionaris
Protestan membuat ratusan bahasa buta huruf menjadi tulisan, menghasilkan perpustakaan-
perpustakaan buku, mempelopori puluhan ribu sekolah, mengembangkan gerakan-gerakan
untuk pertolongan dan pencegahan penderitaan manusia, memperkenalkan keterampilan
medis modern untuk menyelamatkan berjuta-juta nyawa dari penyakit-penyakit tropis dan
lain-lain, memperkenalkan metode-metode maju bagi pertanian untuk menyediakan makanan
yang cukup untuk berjuta-juta orang yang sebelumnya kekurangan gizi; mengakhiri
kanibalisme, praktek pengkorbanan manusia, pembunuhan anak-anak, membakar pasian-
pasien kusta, pembakaran janda-janda, dan banyak kejahatan-kejahatan sosial lazim lainnya.
Mereka membaharui bentuk-bentuk masyarakat dengan berusaha menghapus perbudakan,
budaya mabuk, mengusahakan perbaikan penjara dan memajukan pendidikan. Hasil dari
usaha misionaris yang penting ini adalah perkembangan Kekristenan yang cepat di seluruh
Afrika, Asia dan kepulauan-kepulauan Pasifik. Mereka berusaha memuridkan bangsa-bangsa.
Banyak negara mengalami kebangunan rohani yang dramatis.

VII. Misi Gereja Masa Kini

Bagaimana bentuk-bentuk konflik yang dapat terjadi dalam misi gereja masa kini?

1. Terlalu mementingkan soal kesaksian dan pelayanan.

2. Kompromi teologi.

3. Terlalu menekankan aksi sosial.

4. Penekanan perbaikan kehidupan tanpa penebusan.

5. Pandemi Covid 19 yang menghambat akses jalan masuknya pendapatan.

Bentuk-bentuk di atas adalah serangan-serangan yang dilakukan secara tidak langsung


pada dasar misi. Namun point nomor 5 adalah titik tolak gereja untuk merombak ulang dasar
misi mereka dan berpusat kepada dasar hukum Kristus. Lalu apa yang akan dilakukan oleh
gereja untuk mengatasi hal ini?

Salah satu yang ditunjukkan yang ditunjukkan pandemi COVID-19 ini adalah
lemahnya sistem dan struktur sosial ekonomi secara umum. Kesulitan kaum miskin dan
terpinggirkan semakin tampak, meskipun belum terekspos oleh media. Mereka yang paling

5
tahan terhadap wabah ini adalah orang-orang yang berjuangan menghidupi diri dari hari ke
hari, yang tidak punya cukup tabungan dan selama ini sudah di ambang keterpurukan. Kini
mereka semakin terdesak oleh pandemi dan segala dampaknya, kepada laporan pekerjaan
atau terbatasnya akses bahan makanan dan pelayanan kesehatan. Ketika kondisi membaik,
tiba saatnya untuk membangun kembali dan memperbaiki keadaan. Setiap orang, masyarakat,
dan dunia ini butuh pemulihan dari luka mendalam yang terjadi dari peristiwa kehilangan
orang terdekat, pekerjaan, atau usaha. Kesenjangan sosial harus melayani dan diperkecil.
Perlu ada tindakan- tindakan yang tepat dari pemerintah dan lembaga-lembaga terkait untuk
mendukung ketahanan jaringan sosial ekonomi. Tidak ada orang yang seharusnya hidup terus
terpuruk, dan mereka patut ditopang dengan layak di masa krisis yang tidak terduga, yang
pasti teriadi dari waktu ke waktu. Kondisi ekonomi global perlu mencoba agar keadilan dan
belas kasihan. Implikasinya terhadap misi adalah bahwa kita perlu meninjau kembali cara
kita menghadapi kebutuhan dan persyaratan sosial. Selain menyediakan bantuan (yang akan
terus dibutuhkan), kita juga perlu mengatasi masalah ketidakadilan struktural dan kronis,
dengan tidak mendukung perubahan yang berdampak nyata guna membantu kaum yang tidak
berdaya dan beruntung. Pelayanan kesehatan yang kurang menunjang di berbagai tempat
perlu diperbaiki pula. Pekerjaan misi dalam bidang medis juga pasti sangat. Orang-orang
Kristen yang menjadi pemikir, pemuda, dan aktivis yang perlu mencari cara untuk
membangun ketahanan, keberlanjutan, dan ketangkasan dalam masyarakat, terutama di antara
kaum miskin dan kurang beruntung.

Internet dan Teknologi Komunikasi Pandemi ini telah menjadikan peran Internet dan
teknologi komunikasi sangat menonjol. Gereja-gereja di seluruh dunia menutup kebaktian
dan pelayanan mereka di gedung dan memindahkannya ke dunia maya, dengan membiarkan
kebaktian serta melakukan pelayanan mereka melalui berbagai aplikasi di Internet, seperti
Youtube dan Zoom. Pemakaian media online dan sosial yang semakin meningkat (dan hal
yang baru bagi banyak gereja) akan tetap dipertahankan gereja di masa mendatang. Menarik
juga melihat lebih banyak orang yang melihat kebaktian yang dilihat langsung dari pertemuan
ibadah di gereja selama ini. Implikasinya terhadap misi adalah bahwa gereja dan lembaga
misi perlu mengembangkan metode baru dalam melaksanakan pelayanan misi. Mereka dapat
lebih menjangkau banyak dan lebih luas, dan mempunyai kesempatan untuk menyesuaikan
metodenya. Ini bukan berarti pelayanan tatap muka tidak lagi dibutuhkan atau akan
tergantikan. Namun, kini kita mempunyai sarana baru untuk melakukannya. Kebutuhan
Rohani Selama pandemi berlangsung, banyak orang dibawa untuk merenungkan kembali

6
makna, dasar, dan arah hidup yang mereka tempuh selama ini, serta hal-hal apa yang paling
berarti bagi mereka. Mereka mungkin telah mengalami kerugian, termasuk rasa takut pada
kematian.

VIII. Kesimpulan atau Tanggapan

Gereja yang hidup adalah gereja yang bermisi, gereja yang dengan sungguh-sungguh
dan setia mencoba menjalankan setiap aspek kebenaran firman Tuhan di dalam
kesehariannya. Memang itu bukan hal yang gampang, tetapi bukan tidak mungkin dicapai
dan dilakukan. Pasti ada konflik dan pertentangan yang akan terjadi, tetapi kalau kita semua
mau setia dan tunduk diri di bawah kebenaran firman Tuhan dan bersama-sama
menjalankannya, niscaya pertentangan itu dapat diselesaikan bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai