ABSTRAK
Pemikiran teologi modern di Eropa tidak lepas dari situasi yang terjadi
di Eropa. Situasi tersebut antara lain peristiwa Pencerahan (Aufklarung
atau Enlightement) di Eropa pada abad ke-18. Pencerahan ini di
samping mempengaruhi politik, ilmu pengetahuan, dan pendidikan,
juga mempengaruhi gereja
Di samping Pencerahan, ada hal lain yang mempengaruhi teologi
modern Eropa, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi pada abad ke-
20, antara lain pecahnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914.
Perang Dunia Pertama merupakan pengalaman kolektif bagi
manusia Eropa dan Amerika. Mereka kehilangan nuilai-nilai yang
dijunjung tinggi sebelumnya. Kebenaran yang dianggap kebenaran
yang tertinggi selama berabad-abad hancur dengan tiba-tiba.
Di samping pengalaman pahit, abad ke-20 juga memperlihatkan
beberapa perkembangan yang sangat dahsyat dan luas, yang tidak
ada bandingannya dalam seluruh sejarah umat manusia. Hal yang
sangat menonjol adalah perkembangan di bidang teknik. Perkem-
bangan dari kapal terbang sampai pesawat ruang angkasa; dari kereta
kuda sampai mobil-mobil paling mewah; perkembangan komunikasi
sampai kepada transistor dan TV. Demikian juga perkembangan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Hampir setiap bidang ilmu berkembang
dengan dahsyat bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Juga ada pertambahan jumlah penduduk yang sangat besar,
kemerdekaan bangsa-bangsa baru atau dengan kata lain akhir dari
kolonialisme dan imperlisme abad-abad sebelumnya. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa pada abad ke-20 ini memperlihatkan beberapa
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 175
perkembangan yang sangat besar sehingga menggoncangkan struktur,
bukan hanya dari salah satu bangsa atau benua tetapi struktur seluruh
dunia. Tidak mengherankan bahwa beberapa perkembangan tersebut
ikut juga mempengaruhi pemikirn-pemikiran teologi. Suasana abad
ke-20 tersebut antara lain mempemgaruhi pemikiran teologis seorang
teolog yang terkenal di Eropa yang bernama Rudolf Bultmann.
Menurut penulis pemikiran teologi Rudolf Bultmann menarik untuk
dikaji sebab ia melihat Perjanjian Baru dari sudut pandang yang
baru dibandingkan dengan pemikiran teologi Protestan sebelumnya,
misalnya Martin Luther, Yohannes Calvin, Swingli, dsb.
Dari riteratur yang diperoleh didapat kesimpulan bahwa (1)
pemikiran Rudolf Bultmann dalam menafsirkan Perjanjian Baru
dengan analisis historical studies, atau lebih khasnya dengan istilah
analisis form histoty atau form criticism. (2) Usahanya dalam menaf-
sirkan Pejanjian Baru ini dikenal dengan istilah Entmytologisierung
atau demitologisasi. Penafsirannya dikemas dengan bantuan filsafat
eksistensialis Martin Heidegger. Usaha demitologisasi Rudolf
Bultmann dipengaruhi oleh beberapa tokoh di Universitas Marburg,
yaitu Wilhelm Herman, Yohannes Weiss, Wilhelm Hermuller, dan Paul
Tillich. (3) Usaha demitologisasi Rudolf Bultmann ditentang oleh
beberapa muridnya yaitu Ernst Kasemann, Ernst Fuchs, Gerhard
Ebeling, dan Herbert Braun.
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 177
besar, kemerdekaan bangsa-bangsa Bultmann. Ia memilih bidang Perjanjian
baru atau dengan kata lain akhir dari Baru karena terpengaruh oleh Johannes
kolonialisme dan imperlisme abad-abad Weiss yang juga berasal dari Universitas
sebelumnya. Secara singkat dapat Marburg.
dikatakan bahwa pada abad ke-20 ini Pada tahun 1908 Rudolf Bultmann
memperlihatkan beberapa perkem- menjadi guru besar di Marburg, dimana
bangan yang sangat besar sehingga dia berkenalan dengan Wilhelm Heit-
menggoncangkan struktur, bukan hanya muller yang mendorongnya untuk mela-
dari salah satu bangsa atau benua tetapi kukan spesialisasi di bidang History of
struktur seluruh dunia. Tidak menghe- Religions School. Secara khusus, ia
rankan bahwa beberapa perkembangan kemudian mempelajari tiulisan-tulisan
tersebut ikut juga mempengaruhi pemi- dari Perjanjian Baru kemudian diper-
kirn-pemikiran teologi (Oranje, 2004: bandingkan dengan catatan-catatan
10-11). tentang agama-agama yang ada pada
Suasana abad ke-20 tersebut zaman gereja mula-mula, antara lain
antara lain mempemgaruhi pemikiran dengan Hellenistic Gnosticism, Jewish
teologis seorang teolog yang terkenal di Apokalyptic, dan agama-agama rahasia
Eropa yang bernama Rudolf Bultmann. atau mystery religions (Susabda,
Pemikiran teologi Rudolf Bultmann I,1999: 126).
menarik untuk dikaji sebab ia melihat Pada tahun 1916 ia diangkat men-
Perjanjian Baru dari sudut pandang yang jadi guru besar luar biasa di Breslau.
baru dibandingkan dengan pemikiran Empat tahun kemudian, tahun 1920, ia
teologi Protestan sebelumnya, misalnya pindah ke Giessen sebagai pengganti
Martin Luther, Yohannes Calvin, Swingli, Professor Wilhelm Bousset dan pada
dsb. tahun 1921 ia pindah ke Marburg sebagai
guru besar di bidang Perjanjian Baru dan
Rudolf Bultmann Sejarah Agama Kristen Kuno (Abineno,
2000: 3).
1. Riwayat Hidup Beberapa tulisannya yang terkenal
Rudolf Bultman lahir pada tahun mulai ditulis pada tahun dua-puluhan,
1884 di Jerman, dari keluarga pendeta antara lain The History of the Synoptic
Lutheran (German Evangelical Church). Tradition (1921). Di dalam buku ini ia
Ia belajar teologi di Universitas Tubingen, membuat analisis yang baru yang disebut
kemudian di Berlin, dan terakhir di dengan istilah Form History atau Form
Universitas Marburg. Di Universitas Criticism. Di dalam analisis ini ia mem-
Marburg dia belajar di bawah bimbingan bedakan antara ketiga lapisan tradisi oral
Wilhelm Herman yang teologinya men- atau lisan yang ada di belakang injil-injil
jadi dasar dari seluruh pemikiran teologi sinoptis. Ia menyimpulkan bahwa cerita
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 179
suatu cerita kuno, yang di dalamnya dan yang berasal dari suatu jaman
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban- pra-ilmiah. Tujuan mitos adalah
jawaban tentang hal-hal yang pokok untuk menyatakan pengertian manu-
tentang hidup dan mati, tentang Allah dan sia tentang dirinya sendiri, bukan
manusia dan lain-lain dipikirkan dan untuk menyajikan gambaran obyektif
diteruskan dalam bentuk cerita. Perjan- tentang dunia. Mitos menggunakan
jian Baru pada pokoknya terdiri dari perumpamaan dan istilah-istilah yang
cerita-cerita semacam itu (Oranje, 2004: diambil dari dunia ini untuk menya-
16-17). takan keyakinan-keyakinan tentang
Adapun pandangan Bultmann pengertian manusia akan dirinya
tentang demitologisasi (Demyto- sendiri. Pada abad pertama, orang
logizing atau Entmythologisierung) Yahudi memahami dunia ini sebagai
adalah sebagai berikut: suatu sistem terbuka kepada Allah
a. Pusat dari konsep demitologisasi dan kuasa-kuasa supranautral.
adalah pendirian Bultmann yang Alam semesta pada abad pertama
menemukan dua hal di dalam Per- dinyatakan dalam tiga tingkat, yaitu
janjian Baru, yaitu: 1) Injil Kristen, surga di atas, bumi, dan neraka di
dan 2) pandangan orang pada abad bawah bumi. Bultmann berpendapat
pertama yang bercirikan mitos. bahwa gambaran dunia seperti ini
Hakekat Injil, oleh Bultmann disebut merupakan pandangan semesta yang
dengan kerugma (Yunani = isi yang terdapat di dalam Alkitab. Dalam hal
dikhotbahkan), merupakan inti yang ini sistem hukum alam seringkali
tidak dapat dipersempit lagi. Orang diganggu oleh intervensi supra-
jaman modern ini harus dihadapkan natural.
dengan inti tersebut dan harus c. Menurut Bultmann perubahan dunia
mempercayainya. Namun orang yang bersifat mitos tersebut juga telah
modern tidak dapat menerima ke- digunakan untuk merubah Yesus.
rangka yang bersifat mitos yang Pribadi Yesus yang ada di dalam
membungkus hakekat Injil. Oleh sejarah diubah menjadi suatu mitos
karena itu teologia harus berusaha dalam kekristenan yang mula-mula.
untuk melepaskan berita kerugma Oleh karena itu Bultman menyatakan
dari kerangka yang bersifat mitos. bahwa pengenalan historis tentang
Menurutnya kerangka yang bersifat manusia Yesus tidak relevan lagi
mitos tidak selalu berkaitan dengan untuk iman Kristen. Mitos inilah yang
Kekristenan. dihadapkan pada orang Kristen
b. Menurut Bultmann, mitos merupakan dalam gambaran Perjanjian Baru
cerita yang tidak membedakan fakta tentang Yesus. Fakta-fakta sejarah
dari yang bukan fakta dalam isinya, tentang Yesus telah diubah menjadi
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 181
nyata. Ini berarti melepaskan diri dari kaum Kristen tentang pentingnya
masa lalu dan membuka diri pada memahami orang modern, pen-
masa depan Allah. Menurut Bult- dengar khotbahnya. Ia juga meng-
mann, ini merupakan satu-satunya ingatkan bahwa kepentingan orang
arti eskatologi yang sebenarnya. Kristen tidak hanya memberitakan
Kehidupan eskatologis yang benar Injil tetapi juga menerapkannya
dikatakannya sebagai hidup dalam dengan tepat dan teliti pada pen-
pembaharuan yang terus menerus dengar (Conn, 1988: 49-52).
melalui keputusan dan ketaatan
Dalam konsep demitologisasi ini 3. Bagan Pemikiran Teologi Rudolf
Bultmann membantu mengingatkan Bultman
Paul Tillich
Martin Heidegger
Rudolf Bultmann
Wilhelm Herman
Johannes Weiss
Wilhelm Heitmuller
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 183
sejarah modern. Sumber-sumber terse- Tetapi untuk melihat yang lain dalam
but ditulis oleh orang-orang yang tidak bentuk yang satu.
obyektif, para pengikut Yesus, dan ditulis Meskipun para pengikut Bultmann
lama setelah peristiwa-peristiwa yang sama-sama menaruh perhatian kepada
diceritakan terjadi. Meskipun demikian Yesus yang historis, berbeda dengan
para pengikut Bultmann berpendapat Bultmann, namun demikian masing-
sesuatu dari Yesus yang historis dapat masing menempuh jalannya sendiri-
ditemui kembali di dalam sumber-sumber sendiri (Oranje, 2004: 20-22).
tersebut. Cara kerja mereka dengan
sumber-sumber tersebut berlainan sekali 1. Ernst Kasemann
dari cara teologi liberal-kritis yang dulu. Ernst Kasemann, seorang guru
Teologi liberal tersebut memisahkan besar dalam Perjanjian Baru di Gotti-
antara bagian-bagian yang dianggap ngen, pada tahun 1952 memberi cera-
sungguh-sungguh dan bagian yang mah tentang “persoalan penelitian
dianggap tidak benar atau palsu. Akan Perjanjian Baru di Jerman. Ia berpen-
tetapi para teolog modern berusaha untuk dirian bahwa menurut Perjanjian Baru,
mengerti, misalnya bagian-bagian dari pada hari Paskah para murid mengenal
Injil-injil sebagai kesatuan. Mereka kembali Yesus, bukan sebagai salah
mencoba memperlihatkan bahwa bagian seorang tokoh surgawi, atau sebagai
yang bersangkutan adalah berasal dari sebuah dalil ajaran dogmatis, tetapi
Yesus yang hisoris. Sebab mereka sebagai seorang yang telah dikenal
percaya bukan oleh karena jemaat mereka sebelum Paskah. Oleh karena itu
pertama percaya, sebagaimana pan- menurut Kasemann, Kristus yang diper-
dangan Bultmann, tetapi oleh karena caya dan yang diberitakan sejak Paskah
Yesus sungguh-sungguh ada di belakang itu mempunyai ksinambungan dengan
kerugma. Usaha-usaha para teolog Yesus yang historis. Jadi iman tidak ada
tersebut dibantu dengan metode-metode artinya, jika tanpa Yesus yang historis
baru dari ilmu tafsiran Alkitab. Antara lain tersebut. Tugas teologi ialah untuk melihat
metode untuk mempelajari bentuk tetap kesinambungan tersebut.
dari cerita-cerita tertentu. Metode untuk Pada tahun 1953 dalam suatu
melihat bentuk literer atau sastra yang rapat tahunan teman-teman dan murid-
bermacam-macam dari cerita-cerita murid Bultmann, Kasemann menguraikan
tertentu. Di dalam ilmu tafsiran Alkitab “Persoalan tentang Yesus yang historis.”
modern para teolog telah semakin belajar Pada tahun 1954 uraian tersebut diter-
untuk membedakan antara unsur-unsur bitkan menjadi suatu buku. Yang menjadi
historis dan unsur-unsur kerugmatis, pangkal dan pusat pemikirannya adalah
bukan dengan maksud hendak memisah- Yesus yang historis, dengan lalatar
kan antara yang satu dengan yang lain. belakang persoalan tentang hubungan
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 185
kita berdiri di atas alas historis, jika suatu terdapat di dalam ajaran Yesus dalam
cerita di dalam Injil tidak dapat dikem- beberapa perumpamaan. Di dalam
balikan, baik ke alam pikiran Yahudi beberapa perumpamaan tersebut dengan
maupun ke alam pikiran Kristiani konkrit diungkapkan bahwa kerajaan
pertama. Misalnya pertentangan yang Allah telah datang. Allah telah mendekati
terdapat pada ajaran Yesus di gunung manusia dalam kasih karunia dan perin-
(Mat. 5: 21 dsb., yaitu hal Firman kepada tah-perintah-Nya. Pemberitaan Yesus
nenek-moyang dan hal Aku berkata tersebut merupakan suatu kejadian
kepadamu). Firman yang diucapkan eskatologis, bukan hanya merupakan
Yesus ini janggal sekali, tidak termasuk suatu ajaran religius etis. Pemberitaan
dalam kedua alam pikiran tersebut di tersebut bukan hanya pemberitaan, tetapi
atas. Oleh karena itu Firman Yesus ini juga suatu perbuatan (Hadiwijono, 2004:
pasti asli, benar-benar diucapkan oleh 72-75).
Yesus. Kata “Aku berkata kepadamu” Dengan ringkas dapatlah dikata-
menunjukkan adanya kedaulatan Yesus kan bahwa Ernst Kasemann mencari
di atas kedaulatan Musa. Inilah kedau- keistimewaan Yesus dalam kenyataan
latan mesianis, meskipun Yesus sendiri bahwa Ia tidak dapat dijabarkan dari
tidak memakai ungkapan itu. Demikian alam pemikiran Yahudi dan alam pemi-
juga hal dengan pendekatan Yesus kiran dunia Kristen pertama. Menurut
kepada hukum penyucian Yahudi. Yesus Kasemann Yesus mewakili, menghayati
menuntut suatu sikap batiniah (Mat. 15: dan memberi wujud kepada tindakan
11, “Dengar dan camkanlah; bukan yang Allah yang bersifat eskatologis di dalam
masuk ke dalam mulut, itulah yang sejarah. Justru dengan jalan mempelajari
menajiskan orang”). Ajaran Yesus yang alam pemikiran Yahudi dan Kristen
demikian itu tidak cocok dengan ajaran pertama, maka keistimewaan Yesus akan
para rabbi. Ia menganggap diri-Nya lebih menonjol (Oranje, 2004: 22-23).
sebagai diilhami Roh Kudus. Maka ia
sering memakai kata “amin” pada awal 2. Ernst Fuchs
kata-kata-Nya. Berbeda dengan Kasemann yang
Jadi yang bersifat asal (original) menekankan kepada pemberitaan Yesus
dari Yesus terletak pada pemberitaan- untuk dapat sampai kepada Yesus yang
Nya. Pemberitaan-Nya ditentukan oleh historis, Ernst Fuchs lebih menekankan
pandangan eskatologis Yesus tentang kepada tingkah laku (perbuatan-per-
diri-Nya sendiri. Dengan Firman-Nya itu buatan) Yesus. Penekanan Fuchs terse-
kepada kerajaan Allah menembus dunia but diungkapkan di dalam bukunya Zur
ini, menuntut orang untuk mengambil Frage nach dem Historischen Jesus
keputusan, menerima atau menolaknya. (Persoalan tentang Yesus yang Historis),
Pandangan eskatologis tersebut juga yang ditulis pada tahun 1956.
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 187
3. Gerhard Ebeling pribadi-Nya. Iman timbul karena ada
Berbeda dengan Fuchs yang Yesus. Dimana Yesus ada, Ia membang-
menekankan kepada kasih, Gerhard kitkan iman. Misalnya penyembuhan-
Ebeling menganggap bahwa pusat Yesus Nya memberanikan hati orang untuk
yang historis adalah iman. Hal ini dapat beriman. “Imanmu telah menyelamatkan
dibaca di dalam bukunya yang berjudul engkau” (Matius 9: 22). Oleh karena
Jesus und Glaube (Yesus dan Iman), iman dibangkitlkan oleh Yesus maka iman
1958; Historioscher Jesus und Chris- ada hubungannya dengan Yesus, yaitu
tologie (Yesus yang Historis dan Kris- dihubungkan dengan kedaulatan-Nya,
tologi), 1959. sebab membangkitkan iman hanya
Ebeling menyatakan bahwa seja- mungkin dilakukan oleh orang yang di-
rah tidak beralaskan pada suatu ide beri kuasa. Iman menjadikan apa yang
tentang fakta-fakta yang positivistis, diutarakan di dalam Yesus mencapai
tetapi berdasarkan kejadian-kejadian tujuannya. Oleh karena itu barangsiapa
Firman (Word-event). Jadi sejarah itu beriman ia bersama Yesus yang historis.
berdasarkan pengutaraan kenyataan. Yesus yang historis adalah Yesus yang
Yang menjadi persoalan ialah apa yang dipercaya.
diutarakan? Menurut Ebeling, kebangkitan
Di dalam sejarah Yesus ada tidak menambah hal yang baru kepada
sesuatu yang diutarakan. Kenyataan Yesus. Paskah hanya menjadikan Yesus
yang terjadi mempunyai arti pernyataan dikenal di dalam keadaan-Nya yang
atau wahyu dan mempunyai arti penya- sebenarnya. Oleh karena itu beriman
paan. Maka kenyataan yang terjadi itu setelah Paskah berarti mempunyai pan-
menjumpai kita sebagai Firman. Jadi dangan yang benar tentang Yesus dalam
yang dimaksud dengan Yesus yang keadaan-Nya sebelum Paskah. Setelah
historis ialah “hal mengutarakan apa yang Paskah Yesus menampakkan diri-Nya
diutarakan di dalam Yesus itu.” Padahal sebagai yang sebenar-Nya, yaitu sebagai
apa yang diutarakan di dalam Yesus ialah penyaksi iman. Maka hanya dialah yang
iman. Sesuatu yang mentukan, yang tanpa disebut sebagai penyaksi iman, yang
syarat, dalam tindakan Yesus ialah iman, menerima kesaksian Yesus dan percaya
Yesus itulah penyaksi iman. Pembe- sendiri. Percaya kepada Yesus berarti
ritaan-Nya, tingkah laku-Nya, pribadi percaya kepada yang telah dibangkitkan.
dan pekerjaan-Nya mengungkapkan Oleh karena itu kebangkitan menun-
iman. Iman ditimbulkan oleh Yesus, jukkan bahwa Yesus itu penyaksi iman,
artinya karena iman-Nyalah Yesus bukan hanya harus dipercaya. Percaya
membangkitkan iman pada diri orang lain. kepada Yesus berarti percaya kepada
Iman itu bukan iman kepada pribadi Allah dengan mengarahkan pandangan-
Yesus, meskipun tidak dapat lepas dari nya kepada Yesus. Dengan demikian ada
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 189
hakiki dan baru di dalam pemberitaan dan pandangan iman itu pada dirinya
Yesus, baru sekarang menjadi benar- sendiri tidak lebih dari suatu kesinam-
benar laku (diakui). Gelar-gelar tersebut bungan yang faktis, artinya yang tidak
mengungkapkan hal yang baru, yang dapat didiskusikan, yang tidak dapat
semula telah terkandung di dalam hidup dijelaskan dengan hubungan konseptual,
Yesus, yaitu kesatuan yang paradoksal bukan hasil suatu proses, jadi tidak
dari tuntutan yang radikal dan kasih terjadi di dalam sejarah. Tidak ada tradisi
karunia yang radikal, dan telah dialami historis melalui jemaat pertama di
oleh Yesus. Di dalam mengungkapkan hal Palestina menuju ke Paulus dan Yohanes.
yang baru tersebut, jemaat pertama Apa yang dihadapkan oleh pene-
memakai istilah-istilah yang telah ada, litian historis adalah bahwa Yesus yang
yaitu gelar kehormatan di bidang religi historis, Paulus dan tulisan-tulisan
dan politik dari dunia Yahudi dan Yunani. Yohanes mengajarkan hal yang sama
Istilah-istilah Yahudi menggambarkan tentang kedudukan manusia dihadapan
Yesus sebagai Mesias dan Anak Ma- Allah, meskipun bentuk ajarannya
nusia, sedang istilah-istilah Yunani memuja berbeda. Jika orang yang beriman me-
Yesus sebagai Anak Allah, Tuhan, mandang kepada dirinya sendiri dengan
Penyelamat, Logos, Allah. cara yang demikian, serta pandangan
Gelar-gelar Kristologis dalam terhadap dirinya tersebut dikembalikan
Perjanjian Baru merupakan kode (tanda kepada Yesus, lalu menyebut Yesus
pengenal), kodifikasi Kristologis dari “Kristus, Anak Allah, Anak Manusia” dan
gejala-gejala asasi yang umum, yaitu lain-lainnya, maka beberapa sebutan ter-
“pandagan hidup dilihat dari iman.” sebut mewujudkan suatu kesaksian iman.
Penilaian yang berlaku secara umum Barangsiapa bersaksi dengan
terhadap situasi manusia terhadap Allah mengatakan gelar-gelar Kristologis dan
ialah bahwa manusia itu makhluk yang gambaran yang bermacam-macam
hilang (yang harus dibinasakan), tetapi tersebut dengan Yesus, ia mengetahui dua
Allah masih juga mengasihinya. Jadi hal. Hal pertama, bahwa pandangan iman
menurut Braun, antropologi itulah hal terhadap dirinya yang dimilikinya itu
yang tetap kontinyu atau bersambungan, bukan karena jasanya, tetapi datang dari
yaitu pandangan iman terhadap manusia, luar dirinya. Kedua, bahwa apa yang
tetapi Kristologi itulah yang berubah, yang secara demikian datang dari luar itu sama
variable, yaitu kodifikasi Kristologis. dengan apa yang dialami oleh Yesus dari
Sesuatu yang tetap adalah pan- Nasaret. Kesinambungan yang diung-
dangan iman terhadap situasi manusia. kapkan di dalam menghubungkan gelar-
Hal itu berlandaskan pengalaman orang gelar Kristologis dengan Yesus dari
beriman dalam pertemuannya dengan Nasaret itu, bukanlah suatu kesinam-
Yesus. Meskipun demikian hal yang tetap bungan yang disalurkan melalui sejarah,
Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 191
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, JLCh. Rudolf Bultmann dan Theologinya. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000.
Conn, Harvie M. Teologia Kontemporer. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,
1988.
Drewes, B.F. dan Mojau, Julianus. Apa itu Teologi? Pengantar ke dalam Ilmu
Teologi. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2007.
Hadiwijono, Harun. Teologi Reformatoris Abad ke 20. Jakarta: BPK Guung Mulia,
2004.
Lane, Tony. Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2005.
Oranje, L. Sejarah Ringkas Theologia Abad XX. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004.
Susabda, Yakub B. Teologi Modern I. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1999.