Anda di halaman 1dari 18

RUDOLF BULTMANN:

Demitologisasi dalam Perjanjian Baru


M. Darojat Ariyanto
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448

ABSTRAK

Pemikiran teologi modern di Eropa tidak lepas dari situasi yang terjadi
di Eropa. Situasi tersebut antara lain peristiwa Pencerahan (Aufklarung
atau Enlightement) di Eropa pada abad ke-18. Pencerahan ini di
samping mempengaruhi politik, ilmu pengetahuan, dan pendidikan,
juga mempengaruhi gereja
Di samping Pencerahan, ada hal lain yang mempengaruhi teologi
modern Eropa, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi pada abad ke-
20, antara lain pecahnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914.
Perang Dunia Pertama merupakan pengalaman kolektif bagi
manusia Eropa dan Amerika. Mereka kehilangan nuilai-nilai yang
dijunjung tinggi sebelumnya. Kebenaran yang dianggap kebenaran
yang tertinggi selama berabad-abad hancur dengan tiba-tiba.
Di samping pengalaman pahit, abad ke-20 juga memperlihatkan
beberapa perkembangan yang sangat dahsyat dan luas, yang tidak
ada bandingannya dalam seluruh sejarah umat manusia. Hal yang
sangat menonjol adalah perkembangan di bidang teknik. Perkem-
bangan dari kapal terbang sampai pesawat ruang angkasa; dari kereta
kuda sampai mobil-mobil paling mewah; perkembangan komunikasi
sampai kepada transistor dan TV. Demikian juga perkembangan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Hampir setiap bidang ilmu berkembang
dengan dahsyat bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Juga ada pertambahan jumlah penduduk yang sangat besar,
kemerdekaan bangsa-bangsa baru atau dengan kata lain akhir dari
kolonialisme dan imperlisme abad-abad sebelumnya. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa pada abad ke-20 ini memperlihatkan beberapa

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 175
perkembangan yang sangat besar sehingga menggoncangkan struktur,
bukan hanya dari salah satu bangsa atau benua tetapi struktur seluruh
dunia. Tidak mengherankan bahwa beberapa perkembangan tersebut
ikut juga mempengaruhi pemikirn-pemikiran teologi. Suasana abad
ke-20 tersebut antara lain mempemgaruhi pemikiran teologis seorang
teolog yang terkenal di Eropa yang bernama Rudolf Bultmann.
Menurut penulis pemikiran teologi Rudolf Bultmann menarik untuk
dikaji sebab ia melihat Perjanjian Baru dari sudut pandang yang
baru dibandingkan dengan pemikiran teologi Protestan sebelumnya,
misalnya Martin Luther, Yohannes Calvin, Swingli, dsb.
Dari riteratur yang diperoleh didapat kesimpulan bahwa (1)
pemikiran Rudolf Bultmann dalam menafsirkan Perjanjian Baru
dengan analisis historical studies, atau lebih khasnya dengan istilah
analisis form histoty atau form criticism. (2) Usahanya dalam menaf-
sirkan Pejanjian Baru ini dikenal dengan istilah Entmytologisierung
atau demitologisasi. Penafsirannya dikemas dengan bantuan filsafat
eksistensialis Martin Heidegger. Usaha demitologisasi Rudolf
Bultmann dipengaruhi oleh beberapa tokoh di Universitas Marburg,
yaitu Wilhelm Herman, Yohannes Weiss, Wilhelm Hermuller, dan Paul
Tillich. (3) Usaha demitologisasi Rudolf Bultmann ditentang oleh
beberapa muridnya yaitu Ernst Kasemann, Ernst Fuchs, Gerhard
Ebeling, dan Herbert Braun.

Kata Kunci: Pencerahan, Rudolf Bultmann, demitologisasi,


Perjanjian Baru.

Pendahuluan terang yang membimbing manusia.


Timbulnya pemikiran teologi Semua tradisi dalam berbagai bidang
modern di Eropa tidak lepas dari situasi kehidupan (termasuk politik dan ilmu
yang terjadi di Eropa. Situasi tersebut pengetahuan) diteliti secara kritis dalam
antara lain peristiwa Pencerahan (Auf- terang akal budi.
klarung atau Enlightement) di Eropa Pencerahan ini di samping mem-
pada abad ke-18. Pada peristiwa pengaruhi politik, ilmu pengetahuan, dan
tersebut terjadi perubahan dramatis pendidikan, juga mempengaruhi gereja.
dalam kebudayaan Eropa. Di Eropa Semua tuntutan terhadap kekuasaan
orang makin percaya pada terang akal dikaji dan diteliti dalam terang akal budi.
dan daya pikir. Akal dipandang sebagai Apa yang sebelumnya diterima sebagai

176 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


hukum ilahi mulai dipertanyakan. Makin katan tersebut dan bertanya: apakah iman
banyak bidang kehidupan yang tidak lagi bersifat rasional belaka? Jika tidak,
dikuasai oleh gereja atau didominasi bagaimana hal ini dapat dijelaskan?
ajaran agama (proses sekularisasi). Ilmu (Drewes, 2007: 53-54).
teologi pun dipengaruhi oleh paradigma Di samping Pencerahan, ada hal
ini. Dogma-dogma gereja mulai diperiksa lain yang mempengaruhi teologi modern
secara kritis. Eropa, yaitu peristiwa-peristiwa yang
Pada masa Reformasi, tradisi terjadi pada abad ke-20. Beberapa
gerejawi akan ditolak jika tidak sesuai peristiwa tersebut antara lain pecahnya
dengan Alkitab, sedang pada masa Perang Dunia Pertama pada tahun 1914.
Pencerahan, Alkitablah yang dikaji Perang Dunia Pertama merupakan
secara kritis terlepas dari ajaran gere- pengalaman kolektif bagi manusia Eropa
jawi. Kalau pada abad ke-16 tradisi- dan Amerika bahwa zaman baru sung-
tradisi Kristen menekankan perbedaan guh-sungguh telah mulai. Mereka kehi-
antara satu dengan yang lain, sedang pada langan nuilai-nilai yang dijunjung tinggi
abad ke-17 dan seterusnya terutama sebelumnya. Kebenaran yang dianggap
bagaimana mempertahankan teologi dan kebenaran yang tertinggi selama ber-
iman Kristen umumnya di tengah kecen- abad-abad hancur dengan tiba-tiba.
derungan ilmu pengetahuan yang hanya Di samping pengalaman pahit,
mengakui otonomi akal. Banyak ahli yang abad ke-20 juga memperlihatkan bebe-
menganut prinsip-prinsip Pencerahan rapa perkembangan yang sangat dahsyat
menentang kekuasaan gereja dan iman dan luas, yang tidak ada bandingannya
Kristen berdasarkan wahyu ilahi. Oleh dalam seluruh sejarah umat manusia. Hal
sebab itu dapat dimngerti jika banyak yang sangat menonjol adalah perkem-
teolog yang menentang sikap dan bangan di bidang teknik. Perkembangan
pandangan tersebut. Meskipun demikian, dari kapal terbang sampai pesawat ruang
dapat diakui bahwa periode Pencerahan angkasa; dari kereta kuda sampai mobil-
sangat mempengaruhi metode ilmu teo- mobil paling mewah; perkembangan
logi hingga kini. Di samping itu penelitian komunikasi sampai kepada transistor
ilmiah obyektif juga makin mempengaruhi dan TV. Demikian juga perkembangan
dalam studi teologi. Namun metode dan dalam bidang ilmu pengetahuan. Hampir
pendekatan ini berkembang dalam setiap bidang ilmu berkembang dengan
konteks kebudayaan tertentu. dahsyat bila dibandingkan dengan masa-
Ada suatu kenyataan yang tidak masa sebelumnya. Misalnya dalam
dapat dielakkan, bahwa dalam beberapa bidang ilmu kedokteran, ilmu alam, ilmu
fakultas teologi terjadi pergumulan hebat hayat, sosiologi, dan seterusnya.
di sekitar pendekatan Pencerahan. Pada abad ke-20 juga ada per-
Banyak pihak tidak menyetujui pende- tambahan jumlah penduduk yang sangat

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 177
besar, kemerdekaan bangsa-bangsa Bultmann. Ia memilih bidang Perjanjian
baru atau dengan kata lain akhir dari Baru karena terpengaruh oleh Johannes
kolonialisme dan imperlisme abad-abad Weiss yang juga berasal dari Universitas
sebelumnya. Secara singkat dapat Marburg.
dikatakan bahwa pada abad ke-20 ini Pada tahun 1908 Rudolf Bultmann
memperlihatkan beberapa perkem- menjadi guru besar di Marburg, dimana
bangan yang sangat besar sehingga dia berkenalan dengan Wilhelm Heit-
menggoncangkan struktur, bukan hanya muller yang mendorongnya untuk mela-
dari salah satu bangsa atau benua tetapi kukan spesialisasi di bidang History of
struktur seluruh dunia. Tidak menghe- Religions School. Secara khusus, ia
rankan bahwa beberapa perkembangan kemudian mempelajari tiulisan-tulisan
tersebut ikut juga mempengaruhi pemi- dari Perjanjian Baru kemudian diper-
kirn-pemikiran teologi (Oranje, 2004: bandingkan dengan catatan-catatan
10-11). tentang agama-agama yang ada pada
Suasana abad ke-20 tersebut zaman gereja mula-mula, antara lain
antara lain mempemgaruhi pemikiran dengan Hellenistic Gnosticism, Jewish
teologis seorang teolog yang terkenal di Apokalyptic, dan agama-agama rahasia
Eropa yang bernama Rudolf Bultmann. atau mystery religions (Susabda,
Pemikiran teologi Rudolf Bultmann I,1999: 126).
menarik untuk dikaji sebab ia melihat Pada tahun 1916 ia diangkat men-
Perjanjian Baru dari sudut pandang yang jadi guru besar luar biasa di Breslau.
baru dibandingkan dengan pemikiran Empat tahun kemudian, tahun 1920, ia
teologi Protestan sebelumnya, misalnya pindah ke Giessen sebagai pengganti
Martin Luther, Yohannes Calvin, Swingli, Professor Wilhelm Bousset dan pada
dsb. tahun 1921 ia pindah ke Marburg sebagai
guru besar di bidang Perjanjian Baru dan
Rudolf Bultmann Sejarah Agama Kristen Kuno (Abineno,
2000: 3).
1. Riwayat Hidup Beberapa tulisannya yang terkenal
Rudolf Bultman lahir pada tahun mulai ditulis pada tahun dua-puluhan,
1884 di Jerman, dari keluarga pendeta antara lain The History of the Synoptic
Lutheran (German Evangelical Church). Tradition (1921). Di dalam buku ini ia
Ia belajar teologi di Universitas Tubingen, membuat analisis yang baru yang disebut
kemudian di Berlin, dan terakhir di dengan istilah Form History atau Form
Universitas Marburg. Di Universitas Criticism. Di dalam analisis ini ia mem-
Marburg dia belajar di bawah bimbingan bedakan antara ketiga lapisan tradisi oral
Wilhelm Herman yang teologinya men- atau lisan yang ada di belakang injil-injil
jadi dasar dari seluruh pemikiran teologi sinoptis. Ia menyimpulkan bahwa cerita

178 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


tentang kehidupan Yesus (yang mula- bahkan kepada Heidegger sebagai
mula ada di Markus) sebenarnya ka- peringatan waktu, di mana mereka
rangan dari jemaat Hellenistic (dengan bersama-sama di Marburg. Persaha-
latar belakang Greek speaking church). batannya dengan Heidegger diputus-
Kumpulan mitos ini berbeda sekali baik kannya ketika Heidegger pada tahun
dalam waktu, bahasa, maupun kebu- 1933 menjadi penganut sosialisme-
dayaan dengan Palestinian Origin di nasionalis Jerman dan diangkat sebagai
mana Yesus hidup. Dengan demikian rektor Universitas di Freiburg. Pada saat
dapat disimpulkan bahwa melalui injil-injil itu Bultmann dekat sekali dengan Karl
Sinoptis saja, orang Kristen tidak dapat Barth dalam kalangan ahli-ahli teologi
mengenal tentang historical Jesus atau dalam majalah “Zwischen den Zeiten.”
kehidupan Yesus dari Nazareth yang Di dalam majalah tersebut ada beberapa
sesungguhnya. karangan dari Bultmann. Kemudian
Dengan dasar historical Studies hubungan antara Barth dengan Bultmann
ini pulalah ia menyimpulkan bahwa “iman semakin lama semakin renggang. Sebab
Kristen” yang disaksikan dalam Alkitab, Barth melihat “Entmythologisierung’ dari
baru mulai dikenal setelah munculnya Bultmann sebagai lanjutan dari teologi
Gereja-gereja yang berbahasa dan ber- liberal abad ke-19. Sesudah perpisahan
kebudayaan Yunani. Sedangkan orang- tersebut hidup Bultmann seperti biasa,
orang yang benar-benar mengenal histo- tanpa kejadian-kejadian yang menge-
rical Jesus adalah angota-anggota dari jutkan. Sungguhpun ia menentang
jemaah-jemaah Palestinian justru ter- “Kerajaan Ketiga” dari Hitler, ia dapat
masuk dalam sekte-sekte agama Yahudi, melanjutkan pekerjaannya di Marburg
dan mereka tidak dikenal sebagai gereja- sampai pensiun (1954). Ia merupakan
gereja atau jemaat Kristen pada jaman salah satu wakil yang paling penting dari
itu. Segala sesuatu yang dikenal sebagai penelitian-historis yang ilmiah dan
agama Kristen sebenarnya mulai dari radikal tentang Alkitab di Jerman
gereja-gereja Yunani yang mula-mula (Abineno, 2000: 3).
atau Primitive Hellenistic Christianity
(Susabda, I, 1999: 126-127). 2. Pemikiran Teologinya
Pada tahun 1924-1925, di Mar-
burg, ia bertemu dengan Paul Tillich dan Pandangannya tentang Entmytholo-
Martin Heidegger yang sedang menulis gisierung (Demythologizing atau
bukunya Sein und Zeit. Ia sangat tertarik Demitologisasi).
pada filsafat Heidegger. Filsafat ini Kata entmythologisierung ber-
kemudian mempunyai arti yang menen- asal dari bahasa Jerman, yang berarti
tukan. Bundel pertama dari bukunya bahwa mitologi (kumpulan mitos-mitos)
Glauben und Verstehen ia persem- perlu dihilangkan (ent). Mitos adalah

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 179
suatu cerita kuno, yang di dalamnya dan yang berasal dari suatu jaman
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban- pra-ilmiah. Tujuan mitos adalah
jawaban tentang hal-hal yang pokok untuk menyatakan pengertian manu-
tentang hidup dan mati, tentang Allah dan sia tentang dirinya sendiri, bukan
manusia dan lain-lain dipikirkan dan untuk menyajikan gambaran obyektif
diteruskan dalam bentuk cerita. Perjan- tentang dunia. Mitos menggunakan
jian Baru pada pokoknya terdiri dari perumpamaan dan istilah-istilah yang
cerita-cerita semacam itu (Oranje, 2004: diambil dari dunia ini untuk menya-
16-17). takan keyakinan-keyakinan tentang
Adapun pandangan Bultmann pengertian manusia akan dirinya
tentang demitologisasi (Demyto- sendiri. Pada abad pertama, orang
logizing atau Entmythologisierung) Yahudi memahami dunia ini sebagai
adalah sebagai berikut: suatu sistem terbuka kepada Allah
a. Pusat dari konsep demitologisasi dan kuasa-kuasa supranautral.
adalah pendirian Bultmann yang Alam semesta pada abad pertama
menemukan dua hal di dalam Per- dinyatakan dalam tiga tingkat, yaitu
janjian Baru, yaitu: 1) Injil Kristen, surga di atas, bumi, dan neraka di
dan 2) pandangan orang pada abad bawah bumi. Bultmann berpendapat
pertama yang bercirikan mitos. bahwa gambaran dunia seperti ini
Hakekat Injil, oleh Bultmann disebut merupakan pandangan semesta yang
dengan kerugma (Yunani = isi yang terdapat di dalam Alkitab. Dalam hal
dikhotbahkan), merupakan inti yang ini sistem hukum alam seringkali
tidak dapat dipersempit lagi. Orang diganggu oleh intervensi supra-
jaman modern ini harus dihadapkan natural.
dengan inti tersebut dan harus c. Menurut Bultmann perubahan dunia
mempercayainya. Namun orang yang bersifat mitos tersebut juga telah
modern tidak dapat menerima ke- digunakan untuk merubah Yesus.
rangka yang bersifat mitos yang Pribadi Yesus yang ada di dalam
membungkus hakekat Injil. Oleh sejarah diubah menjadi suatu mitos
karena itu teologia harus berusaha dalam kekristenan yang mula-mula.
untuk melepaskan berita kerugma Oleh karena itu Bultman menyatakan
dari kerangka yang bersifat mitos. bahwa pengenalan historis tentang
Menurutnya kerangka yang bersifat manusia Yesus tidak relevan lagi
mitos tidak selalu berkaitan dengan untuk iman Kristen. Mitos inilah yang
Kekristenan. dihadapkan pada orang Kristen
b. Menurut Bultmann, mitos merupakan dalam gambaran Perjanjian Baru
cerita yang tidak membedakan fakta tentang Yesus. Fakta-fakta sejarah
dari yang bukan fakta dalam isinya, tentang Yesus telah diubah menjadi

180 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


cerita mitos tentang suatu oknum ilahi istilah-istilah yang dapat dipahami
yang berpraeksistensi yang berin- oleh orang modern sendiri. Bultman
karnasi dan dengan darah-Nya melakukan proses ini dengan meng-
menebus dosa-dosa manusia, bang- gunakan konsep-konsep eksisten-
kit dari kematian, naik ke surga, dan sialis Jerman, Martin Heidegger.
menurut kepercayaan mereka ia Contohnya, yang disebut mitos
akan segera kembali untuk meng- mengenai kelahiran Kristus dari anak
hakimi dunia dan memulai jaman dara dikatakan sebagai suatu usaha
baru. Cerita utama ini juga telah untuk menjelaskan arti Yesus bagi
dibumbui dengan cerita-cerita muk- orang beriman. Mereka mengatakan
jizat, cerita-cerita tentang suara dari bahwa Kristus datang kepada manu-
surga, kemenangan-kemenangan sia sebagai tindakan Allah. Salib
atas setan dan lain-lainnya. Kristus tidak mempunyai arti yang
Menurut Bultmann semua penyajian menunjukkan Yesus menanggung
tentang Yesus dalam Perjanjian Baru dosa bagi orang lain. Hal itu hanya
bukanlah sejarah melainkan hanya mempunyai pengertian sebagai suatu
mitos, yaitu pemikiran dari orang- symbol dari manusia yang mengambil
orang yang menciptakan mitos-mitos suatu hidup yang baru, yaitu menye-
tersebut untuk mengerti diri sendiri rahkan semua rasa aman duniawi
dengan lebih baik. Itu semua meru- untuk mendapatkan suatu hidup baru
pa-kan mitos-mitos yang tidak cocok yang bergantung pada yang tran-
lagi bagi manusia abad ke-20, yang senden.
percaya kepada rumah sakit dan e. Bultman pada dasarnya menyatakan
bukan mukjizat, pinisilin dan bukan bahwa gambaran dasar dari mitologi
doa. Untuk mengkomunikasikan Injil Perjanjian Baru berpusat pada dua
secara efektif kepada manusia macam pengertian diri. Pertama,
modern, kita harus mengupas mitos hidup di luar iman, dan yang lain
dari Perjanjian Baru dan mencoba hidup di dalam iman. Istilah-istilah
untuk menyingkap tujuan mula-mula dosa, daging, ketakutan dan kema-
di balik mitos tersebut. Proses tian merupakan penjelasan-penje-
penyingkapan ini disebut demito- lasan mitologis tentang hidup di luar
logisasi. iman. Dalam istilah-istilah eksisten-
d. Proses ini, menurut Bultman, bukan sial, hal itu berarti hidup di dalam
berarti menyangkal mitologinya. keterikatan pada realitas yang nyata,
Demitologisasi ini berarti penaf- yang nampak dan akan binasa.
siran secara eksistensial, yaitu Sebaliknya, hidup di dalam iman
menurut pengertian manusia terhadap berarti meninggalkan ketergantungan
keberadaannya sendiri, dan dengan pada realitas yang dapat dilihat dan

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 181
nyata. Ini berarti melepaskan diri dari kaum Kristen tentang pentingnya
masa lalu dan membuka diri pada memahami orang modern, pen-
masa depan Allah. Menurut Bult- dengar khotbahnya. Ia juga meng-
mann, ini merupakan satu-satunya ingatkan bahwa kepentingan orang
arti eskatologi yang sebenarnya. Kristen tidak hanya memberitakan
Kehidupan eskatologis yang benar Injil tetapi juga menerapkannya
dikatakannya sebagai hidup dalam dengan tepat dan teliti pada pen-
pembaharuan yang terus menerus dengar (Conn, 1988: 49-52).
melalui keputusan dan ketaatan
Dalam konsep demitologisasi ini 3. Bagan Pemikiran Teologi Rudolf
Bultmann membantu mengingatkan Bultman

Paul Tillich
Martin Heidegger

Rudolf Bultmann

Guru Besar Perjanjian Baru &


Sejarah Agama Kristen Kuno

Penelitian Historis ilmiah Entmytologisierung/


dan radikal pd Perjanjian Baru Demythologizing/
Demitologisasi

Wilhelm Herman
Johannes Weiss
Wilhelm Heitmuller

Bagan Pemikiran Teologi Rudolf Bultman

182 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


Pengikut-pengikut Rudolf Bultmann: itu Bultmann secara prinsip menolak
Ernst Kasemann, Ernst Fuchs, Ger- setiap pegangan historis sebagai alasan
hard Ebeling, dan Herbert Braun. untuk kepercayaan.
Pemikiran-pemikiran Rudolf Sebaliknya pengikut-pengikut
Bultmann sangat mempengaruhi banyak Bultmann kembali lagi menaruh perhatian
teolog, khususnya para ahli Perjanjian kepada Yesus sebagaiamana dia telah
Baru. Meskipun demikian hampir setiap hidup dan ada, berbicara, ringkasnya
teolog menyimpang sedikit atau Yesus sebagaimana ia berada di dalam
banyak dari pandangan Bultman dan sejarah. Sebabnya bukan karena mereka
menempuh jalannya sendiri-sendiri. berpendapat bahwa untuk percaya orang
Maka terjadilah diskusi yang sangat hebat Kristen membutuhkan alasan di dalam
dalam teologi modern, khususnya sekitar sejarah. Dalam hal ini mereka sependapat
pokok yang disebut “Yesus yang histo- dengan Bultmann, dan sama dipengaruhi
ris.” Maksudnya salah satu akibat dari oleh oleh filsafat eksistensialisme. Bagi
pandangan-pandangan Bultmann tentang pengikut-pengikut Bultmann, sebab-
hidup historis dari Yesus, yaitu peristiwa- sebab untuk lebih memperhatikan se-
peristiwa dan isi hidupnya di dalam jarah terletak di dalam kerugma, pem-
sejarah, tidak begitu penting. Bagi beritaan itu sendiri. Karena Injil meru-
Bultmann, yang paling penting dalam pakan suatu cerita, suatu sejarah, maka
hidup Yesus adalah kayu salib. Sudah Injil menceritakan tentang Yesus, Israel,
barang tentu Yesus disalibkan dalam Allah. Menurut pandangan mereka perlu
sejarah. Akan tetapi selain itu yang dipertahankan sifat cerita agar supaya
penting bagi kita sekarang bukan kerugma Kristen tetap kerugma atau
kehidupan-Nya, tetapi khususnya bahwa pemberitaan. Kita tidak dapat semata-
Yesus telah hidup. Sebab menurut mata memperhatikan kenyataan bahwa
Bultmann, kita melihat Yesus hanya Yesus ada tanpa menyoroti kehidupan
dengan mata jemaat pertama setelah Yesus yang lainnya, sebagaimana yang
Paskah, dengan kata lain dengan mata diperlakukan oleh Bultmann. Itu semua
kepercayaan. Kita tidak mempunyai menjadi latar belakang dari The New
pegangan historis selain kenyataan Quest for the Historical Jesus atau
bahwa Yesus pernah ada. Bultmann Pencarian baru akan Yesus yang
memang tidak menghendaki pegangan Historis, judul sebuah buku tentang
yang historis itu. Sebab yang pokok usaha para teolog tersebut yang ditulis
baginya adalah keputusan eksistensial oleh seorang teolog Amerika yang
dan keputusan tersebut tidak pernah bernama J.M. Robinson.
mempunyai alasannya se dalam-dalam- Berdasarkan pandangan di atas,
nya dalam sejarah. Alasannya terletak di sumber-sumber yang dimiliki tentang
dalam eksistensi manusia. Oleh sebab Yesus menurut ukuran-ukuran ilmu

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 183
sejarah modern. Sumber-sumber terse- Tetapi untuk melihat yang lain dalam
but ditulis oleh orang-orang yang tidak bentuk yang satu.
obyektif, para pengikut Yesus, dan ditulis Meskipun para pengikut Bultmann
lama setelah peristiwa-peristiwa yang sama-sama menaruh perhatian kepada
diceritakan terjadi. Meskipun demikian Yesus yang historis, berbeda dengan
para pengikut Bultmann berpendapat Bultmann, namun demikian masing-
sesuatu dari Yesus yang historis dapat masing menempuh jalannya sendiri-
ditemui kembali di dalam sumber-sumber sendiri (Oranje, 2004: 20-22).
tersebut. Cara kerja mereka dengan
sumber-sumber tersebut berlainan sekali 1. Ernst Kasemann
dari cara teologi liberal-kritis yang dulu. Ernst Kasemann, seorang guru
Teologi liberal tersebut memisahkan besar dalam Perjanjian Baru di Gotti-
antara bagian-bagian yang dianggap ngen, pada tahun 1952 memberi cera-
sungguh-sungguh dan bagian yang mah tentang “persoalan penelitian
dianggap tidak benar atau palsu. Akan Perjanjian Baru di Jerman. Ia berpen-
tetapi para teolog modern berusaha untuk dirian bahwa menurut Perjanjian Baru,
mengerti, misalnya bagian-bagian dari pada hari Paskah para murid mengenal
Injil-injil sebagai kesatuan. Mereka kembali Yesus, bukan sebagai salah
mencoba memperlihatkan bahwa bagian seorang tokoh surgawi, atau sebagai
yang bersangkutan adalah berasal dari sebuah dalil ajaran dogmatis, tetapi
Yesus yang hisoris. Sebab mereka sebagai seorang yang telah dikenal
percaya bukan oleh karena jemaat mereka sebelum Paskah. Oleh karena itu
pertama percaya, sebagaimana pan- menurut Kasemann, Kristus yang diper-
dangan Bultmann, tetapi oleh karena caya dan yang diberitakan sejak Paskah
Yesus sungguh-sungguh ada di belakang itu mempunyai ksinambungan dengan
kerugma. Usaha-usaha para teolog Yesus yang historis. Jadi iman tidak ada
tersebut dibantu dengan metode-metode artinya, jika tanpa Yesus yang historis
baru dari ilmu tafsiran Alkitab. Antara lain tersebut. Tugas teologi ialah untuk melihat
metode untuk mempelajari bentuk tetap kesinambungan tersebut.
dari cerita-cerita tertentu. Metode untuk Pada tahun 1953 dalam suatu
melihat bentuk literer atau sastra yang rapat tahunan teman-teman dan murid-
bermacam-macam dari cerita-cerita murid Bultmann, Kasemann menguraikan
tertentu. Di dalam ilmu tafsiran Alkitab “Persoalan tentang Yesus yang historis.”
modern para teolog telah semakin belajar Pada tahun 1954 uraian tersebut diter-
untuk membedakan antara unsur-unsur bitkan menjadi suatu buku. Yang menjadi
historis dan unsur-unsur kerugmatis, pangkal dan pusat pemikirannya adalah
bukan dengan maksud hendak memisah- Yesus yang historis, dengan lalatar
kan antara yang satu dengan yang lain. belakang persoalan tentang hubungan

184 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


antara penyataan atau wahyu dengan kata dan perbuatan Yesus ialah kebang-
sejarah, di mana tekanan diletakkan kitan Terang Paskah bersinar demikian
kepada sejarah. menyilaukan, sehingga penampakan
Maksud dari uraian Kasemann Yesus sebagai tokoh duniawi hampir-
tersebut adalah untuk menghidupkan hampir dihapuskan. Kemudian timbullah
kembali pembicaraan di tengah-tengah persoalan, apakah iman kepada Kristus
para murid Bultmann tentang historitas ini berpegang kepada tokoh Yesus sendiri
Yesus, dan jika mungkin juga untuk dan pemberitaan-Nya, atau berpangkal
mendorong Bultmann mengadakan kepada kepercayaan jemaat pertama dan
semacam koreksi terhadap pendiriannya. pemberitaannya? Persoalan ini diperun-
Maksud yang pertama dapat dikatakan cing menjadi persoalan tentang “Pembe-
berhasil, tetapi maksud yang kedua tidak ritaan Yesus sendiri” atau “Pemberitaan
berhasil. tentang Yesus.”
Terbitnya buku Kasemann Pernyataan bahwa berita Kristiani
tersebut mengakibatkan timbulnya itu berdasarkan iman-paskah para murid,
diskusi yang luas tentang persoalan tidak boleh dimutlakkan sedemikian rupa
Yesus yang historis, sedemikian rupa, sehingga setiap hubungan dengan manu-
sehingga persoalan demitologisasi sia Yesus ditiadakan sama sekali. Sebab
terdesak. Kemudian timbullah kekacau- dengan dengan demikian tokoh-Nya dan
an, karena para murid Bultmann menen- pemberitaan-Nya sendiri secara historis
tang guru mereka, sedang sebaliknya menjadi tidak berarti. Yang dipersoalkan
sang guru menentang murid-muridnya. Di di sini ialah tujuan teologis yang hendak
samping itu para murid sendiri saling dicapai melalui bukti historis.
bertentangan, apalagi ditambah dengan Metode penilitiannya sebagai
serangan-serangan dari luar yang tidak berikut: Orang berpangkal dari kerygma
setuju dengan Bultmann. jemaat pertama, sebagaimana diberi-
Menurut Kasemann iman Kristiani takan di dalam Perjanjian Baru terlebih-
dikaitkan dengan suatu kejadian tertentu lebih di dalam Injil. Selanjutnya dari
di dalam sejarah, yaitu kejadian yang kerygma itu orng kembali kepada tokoh
terjadi pada Kristus. Kejadian tersebut Yesus sendiri, yaitu melalui penelitian yang
diberitakan dalam Perjanjian Baru. Yang eksak, kritis, mendetail atau terperinci.
penting dalam pemberitaan Perjanjian Maksudnya untuk menunjukkan kesi-
Baru ialah apa yang disebut “Tempat di nambungan antara Yesus yang historis
dalam hidup,” hubungan sosial yang khas dengan Kristus yang kerygmatis di
dari jemaat kuno. Pemberitaantersebut dalam diskontinuitas atau tiada kesinam-
dibuat oleh kepercayaan orang-orang bungan yang tampak dalam salib dan
Kristen pertama kepada Yesus Kristus. kebangkitan.
Pangkal pemberitaan mengenai kata- Kasemann menyatakan bahwa

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 185
kita berdiri di atas alas historis, jika suatu terdapat di dalam ajaran Yesus dalam
cerita di dalam Injil tidak dapat dikem- beberapa perumpamaan. Di dalam
balikan, baik ke alam pikiran Yahudi beberapa perumpamaan tersebut dengan
maupun ke alam pikiran Kristiani konkrit diungkapkan bahwa kerajaan
pertama. Misalnya pertentangan yang Allah telah datang. Allah telah mendekati
terdapat pada ajaran Yesus di gunung manusia dalam kasih karunia dan perin-
(Mat. 5: 21 dsb., yaitu hal Firman kepada tah-perintah-Nya. Pemberitaan Yesus
nenek-moyang dan hal Aku berkata tersebut merupakan suatu kejadian
kepadamu). Firman yang diucapkan eskatologis, bukan hanya merupakan
Yesus ini janggal sekali, tidak termasuk suatu ajaran religius etis. Pemberitaan
dalam kedua alam pikiran tersebut di tersebut bukan hanya pemberitaan, tetapi
atas. Oleh karena itu Firman Yesus ini juga suatu perbuatan (Hadiwijono, 2004:
pasti asli, benar-benar diucapkan oleh 72-75).
Yesus. Kata “Aku berkata kepadamu” Dengan ringkas dapatlah dikata-
menunjukkan adanya kedaulatan Yesus kan bahwa Ernst Kasemann mencari
di atas kedaulatan Musa. Inilah kedau- keistimewaan Yesus dalam kenyataan
latan mesianis, meskipun Yesus sendiri bahwa Ia tidak dapat dijabarkan dari
tidak memakai ungkapan itu. Demikian alam pemikiran Yahudi dan alam pemi-
juga hal dengan pendekatan Yesus kiran dunia Kristen pertama. Menurut
kepada hukum penyucian Yahudi. Yesus Kasemann Yesus mewakili, menghayati
menuntut suatu sikap batiniah (Mat. 15: dan memberi wujud kepada tindakan
11, “Dengar dan camkanlah; bukan yang Allah yang bersifat eskatologis di dalam
masuk ke dalam mulut, itulah yang sejarah. Justru dengan jalan mempelajari
menajiskan orang”). Ajaran Yesus yang alam pemikiran Yahudi dan Kristen
demikian itu tidak cocok dengan ajaran pertama, maka keistimewaan Yesus akan
para rabbi. Ia menganggap diri-Nya lebih menonjol (Oranje, 2004: 22-23).
sebagai diilhami Roh Kudus. Maka ia
sering memakai kata “amin” pada awal 2. Ernst Fuchs
kata-kata-Nya. Berbeda dengan Kasemann yang
Jadi yang bersifat asal (original) menekankan kepada pemberitaan Yesus
dari Yesus terletak pada pemberitaan- untuk dapat sampai kepada Yesus yang
Nya. Pemberitaan-Nya ditentukan oleh historis, Ernst Fuchs lebih menekankan
pandangan eskatologis Yesus tentang kepada tingkah laku (perbuatan-per-
diri-Nya sendiri. Dengan Firman-Nya itu buatan) Yesus. Penekanan Fuchs terse-
kepada kerajaan Allah menembus dunia but diungkapkan di dalam bukunya Zur
ini, menuntut orang untuk mengambil Frage nach dem Historischen Jesus
keputusan, menerima atau menolaknya. (Persoalan tentang Yesus yang Historis),
Pandangan eskatologis tersebut juga yang ditulis pada tahun 1956.

186 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


Menurut Fuchs, perbuatan-per- dan orang yang berdosa. Jadi perum-
buatan Yesus mewujudkan kerangka pamaan tersebut didahului oleh per-
yang sebenarnya dari pemberitaan-Nya. buatan yang baik. Perbuatan baik Yesus
Perbuatan-perbuatan tersebut menjadi memberi kerangka kepada perumpa-
anak kunci guna membuka pemberitaan- maan-Nya, bukan sebaliknya. Yesus
Nya. Sesungguhnya sama sekali tidak memperkenalkan kehendak Allah seba-
ada pemberitaan Yesus. Firman Yesus gai kehendak kasih karunia. Hal ini dapat
(dalam percakapan dan perumpamaan) dibaca dari perbuatan-perbuatan-Nya
itu sebenarnya kesaksian tentang diri- terhadap pemungut cukai dan orang yang
Nya sendiri. Sebab Firman itu meng- berdosa. Firman-Nya mewujudkan
artikan suatu keputusan yang diambil- gema dari keputusan yang telah diambil
Nya. Keputusan tersebut mengenai mendahului-Nya.
hubungan antara Allah dan manusia. Dengan demikian cara Yesus ber-
Keputusan itu adalah keputusan Yesus buat itulah sebagai cara berbuat kasih.
yang diambil-Nya dari pengalaman- Di dalam Firman Yesus itu terkandung
pengalaman-Nya yang eskatologis. Firman kasih. Yesus menyerahkan diri-
Berdasarkan keputusannya itu Ia mulai Nya kepada para murid-Nya sebagai
pekerjaan Allah di dalam dunia ini, yaitu tanggungan bagi sejarah kasih dengan
pekerjaan Allah yang hanya di surga perbuatan-perbuatan dan Firman-Nya.
dapat terjadi dengan sempurna. Demi- Kasih itu bukan karena dituntut. Kasih
kianlah perbuatan Yesus tersebut sesuai muncul dengan sendirinya, yaitu dari
dengan apa yang terjadi di surga. kasih-Nya. Dengan itu para murid
Jadi kerangka pandangan Fuchs didorong untuk mengasihi, yaitu dengan
sebagai berikut: Yesus itulah “orang yang mentaati Firman-Nya, Firman yang
tanpa jabatan,” yang menempati tempat adalah kasih adanya. Karena perbuatan-
Allah. Artinya tanpa ditugaskan oleh perbuatan-Nyalah Yesus disalibkan
Allah Ia telah menjadi wakil Allah, karena (Hadiwijono, 2004: 75-76).
di dalam semua perbuatan-Nya Ia tanpa Dengan ringkas dapatlah dikata-
ragu-ragu melakukan kehendak Allah kan bahwa Ernst Fuchs menekankan
sebagai kehendak kasih karunia, yaitu keistimewaan Yesus di dalam sikapnya
dengan menarik orang-orang yang sebagai sikap kasih yang sungguh-
berdosa, yang tanpa Dia akan lari dari sungguh, Yesus berani untuk menghayati,
Allah. Sebagaimana tampak dalam mewujudkan di dalam hidupnya kasih
perumpamaan anak yang hilang (Lukas Allah, dan mengambil keputusan untuk
15: 11-32). Yesus mengajarkan perum- memikul konsekwensi terberat dan
pamaan tersebut karena Ia dituduh oleh terakhir dari sikap tersebut (Oranje,
orang-orang Farisi, bahwa Ia makan dan 2004: 23).
minum bersama dengan pemungut cukai

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 187
3. Gerhard Ebeling pribadi-Nya. Iman timbul karena ada
Berbeda dengan Fuchs yang Yesus. Dimana Yesus ada, Ia membang-
menekankan kepada kasih, Gerhard kitkan iman. Misalnya penyembuhan-
Ebeling menganggap bahwa pusat Yesus Nya memberanikan hati orang untuk
yang historis adalah iman. Hal ini dapat beriman. “Imanmu telah menyelamatkan
dibaca di dalam bukunya yang berjudul engkau” (Matius 9: 22). Oleh karena
Jesus und Glaube (Yesus dan Iman), iman dibangkitlkan oleh Yesus maka iman
1958; Historioscher Jesus und Chris- ada hubungannya dengan Yesus, yaitu
tologie (Yesus yang Historis dan Kris- dihubungkan dengan kedaulatan-Nya,
tologi), 1959. sebab membangkitkan iman hanya
Ebeling menyatakan bahwa seja- mungkin dilakukan oleh orang yang di-
rah tidak beralaskan pada suatu ide beri kuasa. Iman menjadikan apa yang
tentang fakta-fakta yang positivistis, diutarakan di dalam Yesus mencapai
tetapi berdasarkan kejadian-kejadian tujuannya. Oleh karena itu barangsiapa
Firman (Word-event). Jadi sejarah itu beriman ia bersama Yesus yang historis.
berdasarkan pengutaraan kenyataan. Yesus yang historis adalah Yesus yang
Yang menjadi persoalan ialah apa yang dipercaya.
diutarakan? Menurut Ebeling, kebangkitan
Di dalam sejarah Yesus ada tidak menambah hal yang baru kepada
sesuatu yang diutarakan. Kenyataan Yesus. Paskah hanya menjadikan Yesus
yang terjadi mempunyai arti pernyataan dikenal di dalam keadaan-Nya yang
atau wahyu dan mempunyai arti penya- sebenarnya. Oleh karena itu beriman
paan. Maka kenyataan yang terjadi itu setelah Paskah berarti mempunyai pan-
menjumpai kita sebagai Firman. Jadi dangan yang benar tentang Yesus dalam
yang dimaksud dengan Yesus yang keadaan-Nya sebelum Paskah. Setelah
historis ialah “hal mengutarakan apa yang Paskah Yesus menampakkan diri-Nya
diutarakan di dalam Yesus itu.” Padahal sebagai yang sebenar-Nya, yaitu sebagai
apa yang diutarakan di dalam Yesus ialah penyaksi iman. Maka hanya dialah yang
iman. Sesuatu yang mentukan, yang tanpa disebut sebagai penyaksi iman, yang
syarat, dalam tindakan Yesus ialah iman, menerima kesaksian Yesus dan percaya
Yesus itulah penyaksi iman. Pembe- sendiri. Percaya kepada Yesus berarti
ritaan-Nya, tingkah laku-Nya, pribadi percaya kepada yang telah dibangkitkan.
dan pekerjaan-Nya mengungkapkan Oleh karena itu kebangkitan menun-
iman. Iman ditimbulkan oleh Yesus, jukkan bahwa Yesus itu penyaksi iman,
artinya karena iman-Nyalah Yesus bukan hanya harus dipercaya. Percaya
membangkitkan iman pada diri orang lain. kepada Yesus berarti percaya kepada
Iman itu bukan iman kepada pribadi Allah dengan mengarahkan pandangan-
Yesus, meskipun tidak dapat lepas dari nya kepada Yesus. Dengan demikian ada

188 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


kesinambungan antara Yesus yang semuanya itu tidak disajikan kepada
historis dan Kristus dari iman. Sebab manusia sebagai suatu sistem. Sebab
iman Yesus membangkitkan iman. tidak ada sistem di dalam perbuatan dan
“Marilah kita melakukan nya dengan pengajaran Yesus. Tuntutan-tuntutan
mata yang tertuju kepada Yesus, yang yang diucapkan dan kasih karunia yang
memimpin kita dalam iman dan membawa dijanjikan tidak mewujudkan kebenaran
iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibr. yang dapat diketahui secara umum, tetapi
12; 2) (Hadiwijono, 2004: 76-77). mewujudkan “bukti-bukti” yang harus
Dengan ringkas dapat dikatakan diarahkan kepada setiap orang, masing-
bahwa Gerhard Ebeling menekankan masing dengan perantaraan pemberitaan.
iman Yesus. Yang difirmankan oleh hidup Pengajaran dan perbuatan Yesus meru-
Yesus adalah iman itu sebagai kemung- pakan “kejadian” yang setiap kali
kinan hubungan yang baru dengan Allah. diarahkan lagi kepada setiap manusia.
Hubungan tersebut dapat diwujudkan Jadi dengan demikian Yesus yang historis
oleh orang-orang Kristen masing-masing itu sendiri termasuk Injil.
sebagai pengikut dari Yesus (Oranje, Menurut Braun, yang hakiki pada
2004: 23). Yesus adalah kesatuan yang sedang
menjadi secara paradoksal dari tuntutan-
4. Herbert Braun tuntutan Allah yang radikal dan kasih-
Herbert Braun menyampaikan karunia-Nya yang radikal juga, yang
pandangan-pandangannya tentang Yesus terjadi di dalam diri Yesus yang historis
di dalam artikelnya yang berjudul Der sendiri. Ini merupakan patokan dalam
Sinn der Neutestamentlichen Chris- kanon Perjanjian Baru (kanon dalam
tologie (Arti Kristologi Perjanjian Baru) kanon). Patokan ini dipakai untuk mene-
yang ditulis pada tahun 1957. liti ketika berkas berita dari Perjanjian
Braun menyatakan bahwa isi Baru, yaitu ketiga Injil sinoptis, tulisan-
pemberitaan Yesus mengandung dua hal tulisan Paulus dan tulisan-tulisan Yohanes.
yang saling bertentangan. Di satu pihak Isi Kristologi dari ketiga berkas berita
Yesus meruncingkan Tora (hukum ini diselidiki, dan dari ketiganya dite-
Yahudi) sedemikian rupa, sehingga Tora mukan beberapa hal berikut.
itu tidak dapat dipenuhi oleh siapa pun. Gelar kehormatan yang didapat-
Tetapi di lain pihak Ia menghapuskan kan di dalam ketiga berkas berita ter-
gagasan tentang pahala. Oleh karena itu sebut (Mesias, Anak Manusia, Anak
tuntutan Allah diperuncing, tetapi kasih- Allah, Tuhan, Juru Selamat, Firman,
karunia Allah ditekankan. Ini merupakan Allah) merupakan gelar kehormatan-
hal yang baru dalam perbuatan Yesus, Paskah, yang dipakai oleh jemaat
yang ternyata menjadi batu sandungan pertama untuk menyaksikan, bahwa
bagi orang Yahudi. Meskipun demikian Yesus tidak tetap mati. Ini berarti hal yang

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 189
hakiki dan baru di dalam pemberitaan dan pandangan iman itu pada dirinya
Yesus, baru sekarang menjadi benar- sendiri tidak lebih dari suatu kesinam-
benar laku (diakui). Gelar-gelar tersebut bungan yang faktis, artinya yang tidak
mengungkapkan hal yang baru, yang dapat didiskusikan, yang tidak dapat
semula telah terkandung di dalam hidup dijelaskan dengan hubungan konseptual,
Yesus, yaitu kesatuan yang paradoksal bukan hasil suatu proses, jadi tidak
dari tuntutan yang radikal dan kasih terjadi di dalam sejarah. Tidak ada tradisi
karunia yang radikal, dan telah dialami historis melalui jemaat pertama di
oleh Yesus. Di dalam mengungkapkan hal Palestina menuju ke Paulus dan Yohanes.
yang baru tersebut, jemaat pertama Apa yang dihadapkan oleh pene-
memakai istilah-istilah yang telah ada, litian historis adalah bahwa Yesus yang
yaitu gelar kehormatan di bidang religi historis, Paulus dan tulisan-tulisan
dan politik dari dunia Yahudi dan Yunani. Yohanes mengajarkan hal yang sama
Istilah-istilah Yahudi menggambarkan tentang kedudukan manusia dihadapan
Yesus sebagai Mesias dan Anak Ma- Allah, meskipun bentuk ajarannya
nusia, sedang istilah-istilah Yunani memuja berbeda. Jika orang yang beriman me-
Yesus sebagai Anak Allah, Tuhan, mandang kepada dirinya sendiri dengan
Penyelamat, Logos, Allah. cara yang demikian, serta pandangan
Gelar-gelar Kristologis dalam terhadap dirinya tersebut dikembalikan
Perjanjian Baru merupakan kode (tanda kepada Yesus, lalu menyebut Yesus
pengenal), kodifikasi Kristologis dari “Kristus, Anak Allah, Anak Manusia” dan
gejala-gejala asasi yang umum, yaitu lain-lainnya, maka beberapa sebutan ter-
“pandagan hidup dilihat dari iman.” sebut mewujudkan suatu kesaksian iman.
Penilaian yang berlaku secara umum Barangsiapa bersaksi dengan
terhadap situasi manusia terhadap Allah mengatakan gelar-gelar Kristologis dan
ialah bahwa manusia itu makhluk yang gambaran yang bermacam-macam
hilang (yang harus dibinasakan), tetapi tersebut dengan Yesus, ia mengetahui dua
Allah masih juga mengasihinya. Jadi hal. Hal pertama, bahwa pandangan iman
menurut Braun, antropologi itulah hal terhadap dirinya yang dimilikinya itu
yang tetap kontinyu atau bersambungan, bukan karena jasanya, tetapi datang dari
yaitu pandangan iman terhadap manusia, luar dirinya. Kedua, bahwa apa yang
tetapi Kristologi itulah yang berubah, yang secara demikian datang dari luar itu sama
variable, yaitu kodifikasi Kristologis. dengan apa yang dialami oleh Yesus dari
Sesuatu yang tetap adalah pan- Nasaret. Kesinambungan yang diung-
dangan iman terhadap situasi manusia. kapkan di dalam menghubungkan gelar-
Hal itu berlandaskan pengalaman orang gelar Kristologis dengan Yesus dari
beriman dalam pertemuannya dengan Nasaret itu, bukanlah suatu kesinam-
Yesus. Meskipun demikian hal yang tetap bungan yang disalurkan melalui sejarah,

190 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192


tetapi suatu kesinambungan yang faktis, diikatkan kepada “aku harus” dan “aku
yang dialami dan dikenal di dalam iman. boleh.” Jadi manusia sebagai manusia,
Pandangan iman di dalam Per- manusia dalam hubungannya dengan
janjian Baru pada dirinya bukanlah sesamanya, mengandung Allah di dalam-
kebenaran yang kekal. Sebab pan- nya. Maka tidak ada seorang ateis.
dangan tersebut sesungguhnya suatu yang Sebab setiap “hubungan dengan sesa-
datangnya merundung manusia dari luar ma” telah mengandung di dalamnya suatu
serta tetap terikat kepada pelaksanaan kombinasi antara “aku harus” dan “aku
pemberitaan yang setiap kali dilakukan. boleh.” (Hadiwijono, 2004: 79-83).
Pandangan iman itu merupakan gejala Demikianlah berapa pandangan
yang menampakkan diri dan baru berlaku para murid Bultmann yang semunya
serta menjadi mengikat jika menam- menentang usaha demitologisasi Rudolf
pakkan diri. Oleh karena itu pandangan Bultmann. Usaha ini oleh murid-muridnya
iman Perjanjian Baru merupakan suatu dianggap menafikan adanya Yesus yang
yang setiap saat terjadi lagi, dan kejadian historis.
ini dikaitkan dengan nama Yesus.
Pada saat membaca dan men- Simpulan
dengarkan Perjanjian Baru dapat terjadi 1. Rudolf Bultmann menafsirkan Per-
bahwa orang merasa di dalam hatinya: janjian Baru dengan analisis histori-
“ini atau itu harus dilakukan. “ Ia berkata cal studies, atau lebih khasnya
“di sini ada sesuatu yang harus kula- dengan istilah analisis form histoty
kukan, Tuhan menghendaki ini.” Selan- atau form criticism. Usahanya
jutnya ia akan menemukan, bahwa dalam menafsirkan Pejanjian Baru ini
keharusan itu tidak dapat dipenuhi dikenal dengan istilah Entmyto-
dengan semestinya. Meskipun demikian logisierung atau demitologisasi.
ia merasa bahwa Tuhan memanggilnya Penafsirannya dikemas dengan
untuk melakukan itu. Di sinilah terjadi bantuan filsafat eksistensialis Martin
patokan “aku harus” dan “aku boleh.” Heidegger.
Di mana “aku harus” dan “aku boleh” itu 2. Usaha demitologisasi Rudolf Bult-
menjadi suatu kejadian dengan peran- mann dipengaruhi oleh beberapa
taraan pemberitaan, di situlah Yesus tokoh di Universitas Marburg, yaitu
menjadi atau mengada. Dari Yesus ini Wilhelm Herman, Yohannes Weiss,
soalnya sampai kepada Allah. Dengan itu Wilhelm Hermuller, dan Paul Tillich.
Allah juga menjadi atau mengada di 3. Usaha demitologisasi Rudolf Bult-
dalam hidup orang Kristen. mann ditentang oleh beberapa
Braun menyatakan bahwa Allah muridnya yaitu Ernst Kasemann,
berada di tempat di mana aku mendapat Ernst Fuchs, Gerhard Ebeling, dan
kewajiban, di mana aku tanpa syarat Herbert Braun.

Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto) 191
DAFTAR PUSTAKA

Abineno, JLCh. Rudolf Bultmann dan Theologinya. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000.
Conn, Harvie M. Teologia Kontemporer. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,
1988.
Drewes, B.F. dan Mojau, Julianus. Apa itu Teologi? Pengantar ke dalam Ilmu
Teologi. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2007.
Hadiwijono, Harun. Teologi Reformatoris Abad ke 20. Jakarta: BPK Guung Mulia,
2004.
Lane, Tony. Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2005.
Oranje, L. Sejarah Ringkas Theologia Abad XX. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004.
Susabda, Yakub B. Teologi Modern I. Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1999.

192 SUHUF, Vol. 20, No. 2, Nopember 2008: 175 - 192

Anda mungkin juga menyukai