Anda di halaman 1dari 7

SEJARAH GEREJA KONTEKSTUAL

“ KEKRISTENAN DI SEMENANJUNG MELAYU DAN BORNEO UTARA ”


- GEREJA LUTHERAN
- GEREJA METODIS
- GEREJA SIDANG INJIL DI BORNEO SABAH

Aliran dari gereja Lutheran mengambil namanya dari tokoh Reformasi, yaitu Martin Luther.
Aliran ini berpedoman pada ajaran Luther. Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran
ataupun denominasi Lutheran merupakan yang tertua dan memiliki jumlahanggota gereja
penganutnya yang terbanyak, yang tersebar di Eropa, Amerika, Afrika, Asia danAustralia. Sekitar
90 persen dari gereja-gereja yang mengaku masuk aliran Lutheran, yaitu 105 organisasi gereja
bergabung dalam The Lutheran World Federation (LWF: berdiri tahun 1947). Di Indonesia
sekurang-kurangnya ada 8 organisasi gereja yang termasuk aliran Lutheran sertamenjadi
anggota LWF, yaitu HKBP, GKPS, GPKB, GKPI, HKI, GKLI, GKPA dan GKPM: semuanya (kecuali
GPKB) berkantor sinode (pusat) di Sumatera Utara dan sekitarnya. Kedelapan gereja ini
merupakan hasil pekerjaan Rheinische Mission-gesell-schaft (RMG: lembaga pekabarab Injil dari
Rheinland, Jerman) yang berasal dari lingkungan gereja yangmenganut aliran Uniert (campuran
Lutheran dan Calvinis) yang bekerja sejak 186. Di lain pihak pengaruh ajaran Lutheran dan aliran
Lutheran tidak hanya terasa di lingkungan gereja-gereja diatas, tetapi juga hampir semua gereja
yang termasuk mazhab Protestan. Hal itu wajar, mengingat Martin Luther adalah tokoh pertama
Reformasi gereja abad ke-16.
Latar belakang dan Sejarahnya.
Berbicara tentang aliran Lutheran, dengan sendirinya harus berbicara tentang Martin Luther dan
keadaan gereja di Eropa pada umumnya dan di Jerman pada khususnya di sekitar awal abad ke-
16. Selain itu juga, kita akan melihat beberapa pokok pandangan dan ajarannya, termasuk
perkembangan dan pergeseran dari Luther ke Lutheranisme.
Latar belakang
Reformasi yang dicanangkan Luther tidak terlepas dari perkembangan situasi kerohanian atau
kegerejaan, sosial politik, kebudayaan dan perekonomian di Eropapada masa itu. Di bidang
kerohanian atau kegerejaan, sudah sejak abad ke-5 uskup Roma (Paus) semakin
memperlihatkan dan mengklaim supremasi atau keunggulan atas seluruh gerejanya di Eropa.
Supremasi ini tidak hanya berlaku di gereja tetapi juga atas Negara atau pemerintah. Klaim
supremasi ini kemudian disusul dengan penetapan berbagai ajaran gereja (Katolik Roma) yang
tidak hanya bersumber dari Alkitab, melainkan juga dari tradisi. Di dalamnya antara lain
dinyatakan bahwa Paus-lah yang memiliki dan menentukan keselamatan manusia, dan dalam
memperoleh keselamatan itu manusia harus ikut berperan dalam bentuk beramal atau berbuat
baik; jadi tidak hanya cukup mengandalkan iman dan kasih karunia Allah. Sehubungan dengan
ini, kalau seseorang mau selamat melintasi purgatorium (api penyucian) menuju ke kehidupan
kekal, ia harus berbuat banyak hal yang baik bagi gereja dan harus membeli surat penghapusan
siksa dari pejabat gereja sesuai dengan timbangan dosanya. Padahal banyak pejabat gereja yang
memperlihatkan perilaku yang jauh dari kesucian dan kesalehan ataupun dari ketergantungan
penuh pada rahmat Allah, hidup dalam gemilangan kemewahan dan berbuat amoral.
Pelayanan, pembinaan dan penggembalaan kepada umat sangat diabaikan, karena manusia
secara otomatis sudah dianggap menjadi anggota gereja sejak kelahirannya. Keadaan ini
meresahkan banyak orang, termasuk sejumlah rohaniawan yang masih berusaha memelihara
ketertiban hidup dan kemurnian ajaran gereja dan semakin kuat pula niat untuk membarui dan
memurnikan kehidupan dan ajaran gereja. Luther bukanlah orang pertama yang mencanangkan
reformasi gereja di Eropa. Sebelumnya sudah ada John Wycliffe (Inggris) dan Johannes Hus
(Cheko).
Namun reformasi yang mereka canangkan belum mampu untuk membuat suatu perubahan,
karena pada masa itu gereja masih sangat kuat dan gagasan pembaruan yang mereka
canangkan tidak cukup mendasar dan radikal untuk membongkar sistem dan sendi-sendi utama
ajaran dan organisasi GKR. Tetapi pada masa Luther, keadaan sudah sangat matang sehingga
Luther bisa berperan sebagai penarik picu alat peledak yang membongkar sistem yang
sebelumnya sudah sangat mapan namun juga meresahkan dan mulai keropos. Di bidang sosial
politik terjadi beberapa perkembangan, di antaranya cita-cita persatuan semua orang Kristen di
bawah pimpinan Paus sudah pudar, timbulnya semangat emansipasi politik hampir di seluruh
Eropa, setiap raja ingin mengatur urusan wilayah kekuasaannya masing-masing dan tidak lagi
mengakui klaim supremasi gereja atau Paus atas negara. Raja-raja wilayah ini sangat banyak
berperanmendukung dan memajukan gerakan Reformasi yang dicanangkan Luther dan kawan-
kawan. Selain itu juga, di kalangan bangsa Jerman bangkit semangat nasionalisme yang
menekankan kesetaraan dengan bangsa-bangsa lain dan karena itu tidak lagi mau tunduk di
bawah kekuasaan yang berasal dari negara atau bangsa lain, dalam hal ini Paus yang di Roma. Di
bidang kebudayaan sejak abad ke-15 timbul Renaisans, yaitu semangat untuk kembali ke masa
lalu dengan menggali sumber-sumber dan kejayaan masa lalu dan sekaligus
mengembangkannya dalam bentuk-bentuk baru. Maka bangkitlah semangat untuk menggali
sumber-sumber asli dari zaman kejayaan Yunani-Romawi. Semangat ini menghinggapi Luther,
sehingga ia bekerja keras mendalami Alkitab bahasa asli Ibrani dan Yunani. Banyak pula di
antara pendukung Renaisans yang berupaya menggabungkan filsafat Yunani dengan iman
kristiani. Upaya ini melahirkan paham Humanisme dan salah satu tokohnya yang terkenal yaitu
Desiderius Eramus, seorang Belanda. Renaisans ini juga mendorong bangkitnya semangat
mengembangkan ilmu dan teknologi modern. Salah satu hasilnya adalah penemuan mesin cetak
oleh Johannes Gutenberg. Dan penemuan ini berjasa mendukung penggandaan dan
penyebaran tulisan-tulisan para reformator, terutama Luther. Di bidang ekonomi Eropa Barat
mengalami perkembangan pesat. Sejak akhir abad ke-15 bangkit kelas pedagang dan pengusaha
di bidang perdagangan dan industri yang menjadi cikal bakal kapitalisme. Hal ini menggeser
dominasi feodalisme yang berlangsung berabad-abad, dimana gereja juga terlibat. Feodalisme
semakin dipandang tidak cocok dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat sehingga
menimbulkan kritik yang nantinya melahirkan sikap kritis terhadap keadaan di masyarakat.
Karena gereja di dalamnya berperan sebagai sokoguru sistem feodalisme, maka gereja juga
menjadi sasaran sikap kritis tersebut.
Selayang-pandang Riwayat Hidup dan Awal Pergumulan Luther Martinus Luther (1483-1546)
lahir di Eisleben 10 November 1483 di lingkungan keluarga yang setia kepada GKR. Sesuai
dengan ajaran gereja, ia dididik sangat takut kepada Tuhan, sebab ia hanya diajar untuk
memandangNya sebagai Hakim yng keras dan pemurka. Pada usia 2 1 tahun, ia berhenti dari
kuliahnya setelah ia menjalaninya selama empat di Universitas Erfurt dalam bidang hukum. Hal
ini atas dasar ayahnya yang mengingininya untuk menjadi biarawan di biara Santo Augustin.
Melihat keseriusannya, pimpinan biara menugaskannya belajar teologi dan dua tahun kemudian
(1507), ia ditahbiskan menjadi imam. Pada tahun 1510 ia diutus ordonya menghadap Paus di
Roma. Ia mendapat gelar doktor di bidang studi Kitab Suci dan diangkat menjadi guru besar di
Universitas Wittenberg (1512). Jabatan inilah yang ia sandang sampai akhir hidupnya. Tugas
utamanya adalh menafsir Alkitab dan untuk itu ia harus memeriks naskah asli. Setelah
dikucilkan dari GKR, pengalaman ini mendorongnya menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa
Jerman dengan maksud supaya sebanyak mungkin orang dapat membaca Alkitab dalam
bahasanya sendiri. Pada saat itu mustahil bagi warga gereja untuk membaca Alkitab dalam
bahasanya sendiri, karena menggunakan bahasa Latin (vulgata) dan hanya boleh dibaca oleh
kaum klerus atau rohaniawan. Sementara mendalami Kitab Suci, ada 1 perkara yang intens
digumuli Luther, yaitu tentang keselamatan: bagaimanakah caranya agar bisa mendapatkan
rahmat Allah supaya memperoleh keselamatan. Dan pada tahun 1514, ia menemukan jalan
keluar dari kegelisahannya itu melalui pemahaman bru atas kesaksian Paulus dalam Roma 1:16-
17. Lewat pengalaman dan pemahanan baru itu Luther lebih lanjut menghayati hubungan
antara Allah dan manusia secara baru. Hal ini tersebar dan sekaligus menjadi titik tolak pusat
gerakan Reformasi.
Permulaan Reformasi Luther
Penyebab mendasar timbulnya Reformasi adalah perbedaan antara ajaran atau teologia dan
praktek gereja (GKR) dengan ajaran Alkitab. Tetapi peristiwa pemicu Reformasi itu adalah
penjualan surat penghapusan siksa (aflat) di Jerman oleh Johann Tetzel. Menentang propaganda
Tetzel, Luther menyusun 95 dalil yang ditulis dalam bahasa Latin, lalu ia tempelkan di pintu
gerbang di Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517 (tanggal ini diperingati gereja-gereja
Protestan sebagai hari Reformasi). Dalil-dalil ini merupakan ungkapan dan pengalaman Luther
sendiri, jadi tidak bersifat teoritis. Membaca dalil-dalil itu, segera banyak orang tertarik lalu
menggandakannya dan menyebarluaskannya. Dalil ini kemudian diterjemahkan para mahasiswa
ke dalam bahasa Jerman. GKR menjadi gusar dan penjualan aflat merosot tajam. Di hadapan
Paus Leo X merka mendakwa Luther sebagai penyesat. Lalu Paus menuntut agar ajarannya
dicabut dan untuk kasus ini, ia bisa mendapatkan hukuma mati. Tetapi elektor (raja wilayah)
Saaksen, Friedrich, melindungi Luther dengan tidak menahannya atau menyerahkannya kepada
Paus atau hakim-hakim di Roma. Pada tahun 1520 keluarlah bulla (surat resmi) paus, berisi
peringatan terakhir agar Luther bertobat. Luther menolak bulla itu dan membalasnya dengan
tulisan, "Melawan Bulla yang Terkutuk dari Antikristus," sambil membakar bulla itu. Sesudah itu
keluarlah bulla baru berisi kutuk atas dirinya dan ajaran Luther di cap sebagai ajaran sesat. Sejak
1519 itu ia menjadi semakin insaf bahwa Paus pun bisa keliru dan konsili-konsili gereja bisa
sesat. Kian hari pandangan ini menapat dukungan besar, salah satunya adalah Philip
Melanchton, seorang humasis Kristen dan guru besar di Wittenberg. Pokok-pokok ajaran
Reformasi Luther disusun Melanchton secara sistematis dalam tulisannya, "Pokok-pokok
Teologi" yang menjadi buku dogmatik Protestan yang pertama. Ia juga membantu Luther
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman. Sambil menerjemahkan Alkitab mereka
semakin menyadari dan menekankan kewibawaan Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran
gereja yang benar (Sola Scriptura). Prinsip Reformasi Luther dan Melanchton adalah: apa yang
berlawanan dengan Alkitab harus dihapuskan. Tetapi yang tidak bertentangan dengan Alkitab
tidak perlu diubah (ini biasa disebut adiafora). Yang menjadi sasaran utama reformasi atau
pembaharuan yang dicanangkan Luther adalah pembaharuan gereja. Luther melihat bahwa GKR
pada masa itu sudah jauh melenceng dari Alkitab. Misalnya, Alkitab bukanlah satu-satunya
ajaran gereja yang memuat penyataan (wahyu) dari Allah. Jadi pembaharuan di bidang lain:
praktek pelayanan setiap hari, organisasi dan jabatan, dan hal sekunder lainnya.
Lanjutan Reformasi Luther dan Munculnya Gereja-gereja Lutheran
Reformasi yang dicanangkan Luther tidak hanya melahirkan gerakan yang menjadikan Luther
sebagai pemimpinnya dan berpedoman pada ajarannya, melainkan juga merangsang munculnya
berbagai aliran dan gerakan radikal dan revolusioner yang juga menamakan diri gerakan
Reformasi, tetapi pandangan dan prakteknya jauh menyimpang dari Luther. Yang pertama
adalah gerakan pemberontakan petani yang dipimpin oleh Thomas Munzer (149i- 1525). Semula
ia pengikut setia Luther, tetapi sejak 1521, ia menyalahgunakan ajaran Luther tentang Kebebasan
Seorang Kristen untuk berkorban melawan para penguasa politik. Munzer memberi tafsiran yang
materialistis atas kemiskinan atau orang-orang miskin pada Matius 5:3. Menurut dia maksud nats
ini adalah orang miskin dan melarat dalam hal harta benda dan hanya orang seperti itulah
menerima Roh, yakni Terang batiniah dari Allah dan merekalah disebut orang berbahagia.
Sementara orang kaya, justru kaya, adalah orang-orang fasik. Karena itu, kata Munzer, orang-
orang miskin dan saleh itu hendaklah orang-orang kaya yang durhaka. lalu mendirikan Kerajaan
Allah di buni. Pada tahun 1524-1525 meletuslah pemberontakan petani di Jerman dan Munzer
membenarkan serta ikut memimpin pemberontakan itu, sementara Luther menolaknya dengan
keras. Yang kedua adalah gerakan atau kaum Anabaptis. Gerakan ini bermula dari Swiss,
kemudian ke Jerman dan Negara lain di sekitarnya. Semula mereka mengikuti tokoh Reformasi
Swiss, Ulrich Zwingli, namun dalam wktu singkat mereka memisahkan diri dari gereja dan
upaya Reformasi yang dipimpinnya. Sama dengan gerakan pemberontakan petani, cita-cita
gerakan ini adalah menciptakan persekutuan orang-orang suci dan mendirikan Kerajaan Kristus
di bumi. Namun untuk mewujudkannya. mereka lama-kelamaan menjadi gerakan
pemberontakan dan menghalalkan kekerasan. Tetapi sejak 1532, Luther mendengar tindakan
revolusioner dari gerakan ini, ia menulis surat terbuka kepada dan tentang mereka, yang ia sebut
"'orang-orang munafik dan pendeta-pendeta gelap". Ia mengencam gerakan ini, baik karena
pemahaman mereka tentang baptisan yang ia nilai keliru maupun tindakan kekerasan yang merea
lakukan, yang puncaknya pada peristiwa pembantaian di kota Munzer (1535). Dan Luther
mendukung tindakan pemerintah setempat dalam membasmi gerakan radikal ini. Di tengah
kesibukannya membasmi gerakan radikal ini dan mengkonsolidasikan gerakan reformasi yang
dipimpinnya, pada usia 41 tahun (1525), Luther menikah dengan Katharina von Bora. Kemudian
secara bertahap dirumuskanlah dokumen yang menjadi kesepakatan bersama antara pengikut
Luther dan kemudian menjadi pegangan bagi gereja-gereja Lutheran. Yang pertama adalah
Konfesi Augsburg 1530. Dokumen ini disusun oleh para teolog pengikut Luther, terutama Philip
Melanchton, berdasarkan permintaan yang ditandatangani oleh sejumlah raja wilayah dan dewan
kota yang mendukung reformasi Luther dan selanjutnya diserahkan dan dibacakan di hadapan
Kaisar Karel V (25 Juni 1530). Dokumen itu denga tegas mengemukakan posisi dan keyakinan
Luther dan para pengikutnya yang membedakan mereka dari GKR dan kelak dipandang sebagai
magna charta Lutheran dan menjadi dokumen terpokok yang dipedomani gereja Lutheran.
Dokumen ini langsung diserang oleh pihak GKR dan kaisar menyatakan penolakannya dan
memerintah supaya dokumen itu dimusnahkan. Melanchton sendiri menjawab serangan pihak
GKR, menyusun dokumn baru: Apologi Konfesi Augsburg (1531). Pada tahun 1538, Luther atas
permintaan pangeran Johann Friedrich dari Saksen dan rekan-rekannya yang terhimpun dalam
Liga Smalkaden, menyusun pasal-pasal Smalkaden. Setelah konsili Trente (1545-1563) yang
menyatakn kutukan atas GKR atas Reformasi beserta semua tokoh dan penganutnya, para
pengikut Luther banyak mengalami penindasan dan memasuki masa-masa gelap, apalagi karena
Luther sudah meninggal pada 18 Februari 1546. Kemudian tecapailah kesepakatan yang
dituangkan di dalam dokumen Formula Konkord (Rumusan Kesepakatan) tahun 1577. Pasal-
pasal Smalkaden dan Formula Konkord kemudian dihimpun bersama Katekismus Kecil dan
Katekismus Besar dari Martin Luther di dalam Kitab Konkord. Kitab ini diterbitkan tanggal 25
Juni 1580, yang menjadi patokan bagi gereja Lutheran yang sejak akhir abas ke-16 semakin
menjelma menjadi gereja yang mapan.
Pietisme di dalam Gereja Lutheran
Beberapa dasawarsa gereja Lutheran (terutama di Jerman) telah menjadi gereja yang mapan.
dimana ajarannya telah terumus dengan lengkap, organisasinya sudah mantap, dengan dukunagn
penuh dari negara. Pendek kata, dari sifat (cita-citanya) sebagai persekutuan yang penuh
kehangatan dan sukacita sebagai umat yang ditebus Kristus semata-mata karena kasih karunia,
gereja Lutheran telah melembaga, lengkap dengan sistem ajaran dan organisasinya. Para pendeta
semacam klerus GKR abad pertengahan menjadi penguasa gereja dengan rumusan-rumusan
dogmatik-intelektual dan birokrasi organisasi. Gereja Lutheran, bersama dengan gereja
Reformed di Belanda, semakin kehilangan dinamika dan elan vitalnya. Keadaan ini meresahkan
warga gereja yang ingin menikmati suasana persekutuan dan ingin menikmati pengalaman
rohani berhubungan langsung dengan Allah. Keresahan ini muncul sejak akhir abad ke-16 tetapi
semakin kuat pada akhir abad ke- 17, antara lain dengan terbitnya tulisan Ph. J. Spener, "Pia
Desideria" (Hasrat Kesalehan). Dengan perkembangan ini sekaligus melihat adanya beberapa
tipe semangat dan gerakan Pietisme, mulai dari yang tetap bertahan sebagai anggota gereja yang
setia, yang cukup berbobot akademis-intelektual, sampai pada yang ekstrem (memisahkan diri
dari gereja dan kehidupan sehari-hari) dan cenderung menjadi persekutuan mistik. Pietisme
bukanlah suatu sistem ajaran atau embaga keagamaan yang baku. Ia lebih semacam semangat
hidup atau gaya religiositas yang saleh. Semangat Pietisme ini nanti bergabung dengan semangat
Revival (Kebangunan Rohani) dari Inggris. Gereja yang Mengaku Sejak awalnya gereja
Lutheran sudah menampilkan diri sebagai 'gereja yang mengaku yaitu dengan tegas menyatakan
pengakuan imannya. 95 dalil yang disusun oleh Luther sudah berisi sejumlah pernyataan yang
mengandung pengakuan iman. Sebagaian mengikuti pola pengakuan iman yang sudah lazim
dikenal gereja, yaitu Pengakuan Iman Rasuli, Nicea-Constantinopel dan Athanasianum. Konfesi
Augsburg menjadi titik tolak lahirnya tradisi "gereja yang mengaku" yang mencerminkan upaya
mereka untuk memperlihatkan ciri konfesional yang khas, yang membedakan mereka dengan
gereja-gereja Protestan lainnya.
Pokok-pokok Ajarannya Pusat Ajaran Lutheran
Firman dan Sakramen adalah kata-kata kunci dalam gereja-gereja Lutheran dan merupkan pusat
ajaran Luther. Firman semata-mata mengacu kepada Alkitab sebagaimana dinyatakan lewat
semboyan sola scriptura. Sakramen mengacu kepada penghargaan tinggi atas kedua sakramen,
yaitu: Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Bagi Luther, sakramen adalah Firman yang
kelihatan atau diperagakan. Keyakinan Luther bahwa keselamatan hanya diperoleh berdasar
kasih karunia melalui iman (sola gratia dan sola fide) diungkapkan jelas dalam penggandaan
gereja-gereja Lutheran atas Alkitab dan dalam cara mereka merayakan Perjamuan Kudus. Di
dalam memberikan pelayanan Firman dan pelayanan Perjamuan Kudus, selalu ditekankan
pengakuan dosa dan pengampunan yang disediakan Allah lewat pengorbanan Kristus.

 GEREJA METODIS
Gereja Methodis berkembang dari Gereja Anglikan di Inggris. Karena Indonesia tidak banyak
mendapatkan pengaruh Inggris, karenanya Gereja Methodis di Indonesia pun tidak begitu akbar.
Lain halnya dengan negara-negara lain yang pernah dijadikan wilayah kekuasaan Inggris, Gereja
Methodis umumnya berkembang cukup akbar. Di Malaysia, Singapura, Fiji, Papua Niugini,
Australia, dan lain-lainnya. Misalnya, Gereja Methodis adalah Gereja Protestan terbesar. Dengan
jumlah anggota sekitar 20 juta orang yang tersebar di berbagai gugusan, Gereja Methodis
diperkirakan adalah Gereja Protestan terbesar kedua di Amerika Serikat setelah Gereja Baptis.
Secara teologis, Gereja Methodis mengikuti garis teologi yang dikembangkan oleh John Wesley.
yang mengikuti pandangan Arminian (Jacobus Arminius) dalam hal Urutan Bagian Keselamatan
(Ordo Salutis). Oleh pihak Calvinis, Arminian sering secara sengaja ataupun tidak sengaja
dituduh sebagai pengikut Pelagius yang ditentang habis-habisan oleh Augustinus dari Hippo.
Pelagius mengatakan bahwa manusia memiliki kehendak lepas sama sekali, faedahnya manusia
mampu menentukan sendiri keputusan-keputusan yang diambilnya, sementara Augustinus
mengatakan bahwa manusia tidak mampu mengambil keputusannya sendiri, melainkan hanya
sesuai karunia Allah semata. Pelagius juga berpendapat bahwa setelah jatuh dalam dosa, manusia
sedang cenderung adun dan bisa menyelamatkan diri dengan tingkah laku adun. Arminius (dan
Wesley) berlainan dengan Pelagius karena mereka berpendapat bahwa setelah Kejatuhan,
manusia cenderung berdosa dan hanya bisa diselamatkan karena karunia Allah semata. Bedanya
Arminian dan Calvinis adalah tentang kebebasan manusia dalam menerima karunia keselamatan.
Calvinis percaya bahwa manusia tidak punya kehendak lepas sama sekali dalam hal ini, sah
jikalau Tuhan bersedia menyelamatkan seseorang, orang itu tidak bisa menolak. Arminian
percaya bahwa Tuhan bersedia menyelamatkan semua orang dan memberi kebebasan untuk
menerima atau menolak keselamatan kepada manusia.
Sumber referensi

https://id.scribd.com/doc/119278250/Ringkasan-Aliran-Lutheran

Methodisme-Gereja Metodis/Buku Ensiklopedi

Anda mungkin juga menyukai