Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KRISTOLOGI DALAM PLURALISME AGAMA

Dosen Pengampu:
Yola Pradita, M.Th
Kelompok:
Mitra
Novita Ariasi
Oping Pranata Saputra
Peggy Remalia

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN)
PALANGKA RAYA
2020/2021

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
3
B. RUMUSAN MASALAH 3
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN 4

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PLURALISME AGAMA 5

B. PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KRISTOLOGI DALAM PLURALISME AGAMA


5-8
C. YESUS KRISTUS DAN TOLERANSI BERAGAMA
8

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN 9
DAFTAR PUSTAKA
10

2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu faktor bangkitnya pluralisme adalah masalah kemajemukan agama. Fakta
tentang keberagaman agama dan kemajemukannya adalah satu hal yang tidak bisa dipungkiri
oleh siapa pun juga. Kesadaran dan pemahaman akan kemajemukan itu tidak hanya sampai pada
tingkat mengalami keberadaan agama lain, tetapi juga dituntut untuk membangun hubungan
yang baik dan toleransi yang lebih luas. Dalam masyarakat yang majemuk ini, maka perlu
dikembangkan sikap pluralisme, yakni mengakui, menghormati, bahkan membela eksistensi
orang lain dengan ketotalitasannya, hak dan pola hidupnya, paham dan keyakinannya. Apabila
satu agama menuntut kebebasan untuk meyakini sepenuhnya agama dan keyakinan mereka maka
agama tersebut pun harus menghormati dan mengakui hak orang lain untuk meyakini
sepenuhnya agama dan keyakinannya juga.1
Teologi pluralisme agama berupaya untuk mencari makna teologis dari masing-masing
agama. Upaya tersebut dimaksudkan untuk merekonstruksi ajaran agama masing-masing
sehingga dapat tercipta dialog yang sehat antar iman. Upaya tersebut berkaitan dengan keimanan
Kristen, yakni bagaimana kekristenan menafsirkan Kristologi secara baru sehingga mampu
memberi tempat bagi agama-agama lain. Hal ini disebabkan selama ini, agama Kristen
menganggap bahwa agama mereka yang paling benar dibanding dengan agama lain. Mereka
mengangap bahwa di luar Kristus tidak ada keselamatan. Kristus merupakan satu-satunya jalan
untuk memperoleh keselamatan. Dengan kata lain, kaum pluralisme mengatakan bahwa
kristologi yang ada tidak dirumuskan dalam konteks pluralisme agama-agama dalam masyarakat
yang majemuk. Bagi kaum pluralis, apabila kristologi di atas tersebut tidak ditafsirkan kembali,
maka dapat menimbulkan konflik antar umat beragama dan cita-cita untuk mewujudkan kesatuan
semua agama tidak akan tercapai.2 Sekalipun pada kenyataannya bahwa konflik tetap terjadi
Faktor lain yang menyebabkan bangkitnya pluralisme agama adalah adanya usaha
mengadakan dialog yang lebih luas sehingga memungkinkan terjadinya suatu transformasi diri.
Tujuan dialog ini menurut knitter, adalah untuk mengevaluasi diri bahwa jikalau Allah hanya
1
Tim Balitbang PGI, Agama dan Dialog: Pencerahan, Pendamaian dan Masa Depan
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003) hlm. 459-460
2
Tim Balitbang PGI, Meretas Jalan Teologi Agama-Agama di Indonesia: Theologia
Religionum (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000) hlm. 23

3
satu saja, tidakkah layak kalau juga ada hanya satu agama? Apakah agama-agama itu semuanya
mempunyai sesuatu yang sama di dalam diri mereka? Bagaimanakah agama-agama itu saling
berhubungan satu sama lain? Apakah agama-agama yang banyak sesungguhnya hanya satu?
Lebih spesifik lagi, bagaimanakah agama saya mempunyai kaitan dengan agama-agama lainnya?
Dapatkah saya belajar sesuatu dari agama-agama lain? Dapatkah saya belajar lebih banyak lagi
dari agama-agama tersebut, ketimbang yang saya dapatkan dari agama saya sendiri?
RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Pluralisme Agama?
2. Bagaimana Pemikiran-pemikiran Kristologi dalam Pluralisme Agama?
3. Apa kaitan Yesus Kristus dan toleransi beragama?
TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan

 Tujuan mempelajari pluralisme agama yaitu sebagai alat untuk penyatu dan perekat suatu
Negara ataupun organisasi, baik itu dari golongan bawah, menengah maupun golongan
atas.
 Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja pemikiran-pemikiran Kristologi dalam
pluralisme agama.
 Untuk mengetahui kaitan tentang Yesus Kristus dan toleransi beragama.

Manfaat

 Segi Teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran bagi mahasiswa maupun bagi anak muda mengenai
pentingnya pluralism dalam kehidupan masyarakat terutama dalam lingkup kristiani.
 Segi Praktis
Membuka wawasan bagi khalayak muda khususnya para mahasiswa mengenai Yesus dan
kaitannya dengan pluralisme agama.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pluralisme Agama
Secara harfiah, pluralism berarti jamak, beberapa, berbagai hal atau banyak. Oleh
sebab itu, sesuatu yang dikatakan plural senantiasa terdiri dari banyak hal, berbagai jenis

4
dan berbagai sudut pandang serta latar belakang. Kata “pluralism” berasal dari bahasa
Inggris “pluralism”. Definisi pluralisme adalah suatu kerangka interaksi tempat setiap
kelompok menampilkan rasa hormat dan toleransi satu sama lain, berinteraksi tanpa
konflik. Secara etimologis, pluralism agama berasal dari dua kata, yaitu “pluralism” dan
“agama”. Dalam kamus bahasa Inggris pluralism mempunyai tiga pengertian. Pertama,
pengertian kegerejaan: sebutan untuk orang-orang yang memegang lebih dari satu jabatan
dalam struktur kegerejaan. Kedua, pengertian filosofis: sistem pemikiran yang mengakui
adanya landasan pemikiran yang mendasar yang lebih dari satu. Ketiga, pengertian sosio-
polotis: suatu sistem yang mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang
bercorak ras, suku, aliran, dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang
sangat karakteristik di antara kelompok-kelompok tersebut.
Pluralitas identic dengan istilah ‘pluralisme’ yang berarti ‘beragam’, pendapat
orang tentang istilah ini juga beraneka ragam pula. Dalam kamus Oxford, pluralism
memiliki arti: suatu teori yang menentang kekuasaan monolitis dan sebaliknya
mendukung desentralisasi dan otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili
keterlibatan individu dalam masyarakat. Juga suatu keyakinan bahwa kekuasaan itu
dibagi bersama-sama diantara sejumlah partai politik. Keberadaan atau toleransi
keragaman etnik atau kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau negara,
serta keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagaan dan
sebagainya.
Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama
sebagai kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara,
apapun jenis agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-
jalan yang sah menuju Tuhan yang sama, atau, paham ini menyatakan bahwa agama
adalah persepsi manusia yang relative terhadap Tuhan yang mutlak, sehingga karena
kerelatifannnya, maka seluruh agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa
agamanya yang lebih benar dari agama lain atau meyakini hanya agamanya yang benar.
Istilah pluralisme sendiri sesungguhnya adalah istilah lama yang hari-hari ini kian
mendapatkan perhatian penuh dari semua orang.

2. Pemikiran-pemikiran Kristologi dalam Pluralisme Agama


Metode Pendekatan Kristologi Pluralisme
Dalam melakukan pendekatan kristologinya, kaum Pluralisme memakai dua
metode. metode yang pertama adalah Kristologi dari bawah dan yang kedua adalah
Kristologi fungsional. Pada dasarnya ada dua pendekatan yang dilakukan dalam
metodologi kristologi, yakni kristologi dari atas dan kristologi dari bawah serta kristologi
fungsional dan kristologi ontologis.
Kristologi dari bawah
Metode ini adalah metode yang berusaha untuk memahami ke-Tuhanan Yesus
yang dimulai dari manusia Yesus dari Nazaret, kemudian bertanya bagaimana caranya Ia
5
menjadi Allah. Metode ini disebut juga Vonunten, metode yang sama juga dipakai oleh
kaum Adaptionis, bahwa Yesus menjadi Allah karena diangkat Allah Bapa pada saat
pembaptisan-Nya. Oleh karena itu, Pannenberg berkata, segala sesuatu bergantung pada
hubungan antara klaim Yesus dengan konfirmasi oleh Allah itu sendiri. Dengan kata lain,
ke-Allahan Yesus tidak berasal dari diri-Nya sendiri, melainkan diteguhkan oleh Allah
Bapa melalui peristiwa ajaib, di antaranya ialah kebangkitan. Itu berarti, kebangkitan
Yesus bukanlah disebabkan dari diri-Nya sendiri, tetapi dari Allah Bapa saja. Hal ini
tentu bertentangan dengan natur keilahian Yesus yang ada sejak kekekalan (Yoh. 1:1-3),
selain Bapa, Yesus sendiri turut berperan dalam karya kebangkitan-Nya sendiri (I Kor.
15:20-28, 45-49).
Kristologi pluralisme pada hakikatnya cenderung sama dengan kelompok
sekularis, yang melihat Yesus sebagai manusia biasa, pemuda Yahudi yang dipilih Allah
untuk menerima Roh-Nya. Sehingga ia menjadi manusia super. 3Kesimpulan ini
merupakan kesimpulan dari Kristologi dari bawah.
Kristologi Fungsional
Kristologi fungsional menekankan pada karya Kristus, yaitu Apakah yang Yesus
lakukan? Kaum Pluralisme dalam bukunya “Wajah Yesus di Asia“ mengatakan yang
penting bukan siapakah Yesus melainkan di mana Dia berada? (Apakah Ia bersama
dengan orang miskin atau Ia bersama dengan orang kaya). Kaum Pluralis umumnya
melihat Allah dari sudut manfaat seperti Allah mengasihi, dan memberi hidup. Berkenaan
dengan Kristologi fungsional ini kaum Pluralis sangat berupaya mengembangkannya, hal
ini terlihat dari buku “Wajah Yesus di Asia” dalam konteks pluralisme agama-agama.4
Sebuah contoh yang jelas dari Kristologi fungsional ialah karya Oscar Cullmann
berjudul Christology of the New Testament. Pendekatan yang digagaskan Cullman dalam
Kristologi ini adalah pemakaian “sejarah Keselamatan” (Heilsgeschichte) sebagai prinsip
prangkum dalam penyelidikan berbagai gelar untuk Yesus dalam Perjanjian Baru.
Dengan demikian tampaklah bahwa Kristologi Cullman dipusatkan pada apa yang
dilakukan Yesus. kristologi merupakan sebuah doktrin yang berfokus pada sebuah
“peristiwa‟ dan bukan doktrin tentang sifat-sifat".5
Perlu dipertanyakan apakan memang benar Perjanjian Baru lebih menekankan
fungsi atau karya Kristus daripada pribadi atau sifat-Nya sebagaimana yang dikemukakan
oleh kaum pluralis. Sebuah Kristologi baru dapat dikatakan lengkap dan memadai apabila
sudah menghadapi dari memadukan perkara yang ontologis dan fungsional. Bagi kaum
pluralis, kristologi fungsional merupakan bekal utama mereka dalam perumusan teologi,

3
Stevri I Lumintang, Theologia Abu-abu: Pluralisme Agama, hlm. 142-143
4
Wisma Pandia, Teologi Pluralisme Agama-agama, , hlm. 18
5
Iones Rahmat, Serba-serbi Doktrin: Yesuslah Satu-satunya Jalan, (Tangerang : Sirao
Credentia Center) hal. 8-9

6
terutama sebagai jalan bagi mereka dalam merumuskan konsep kristologi konstekstual
mereka.
Yesus Sejarah
Secara umum teologi pluralis mendasarkan kristologi mereka pada Yesus sejarah,
yaitu suatu paham yang mula-mula diperkenalkan oleh theologi liberal. Dimana teologi
liberal mendasari asumsinya atas dasar rasionalisme bahwa hal-hal yang bersifat mujizat
dan supranatural dalam Alkitab tidak mungkin terjadi. Kaum pluralis mempersoalkan
Yesus sejarah melalui relasi yang kritis mengenai relasi antara peristiwa Yesus dan waktu
penulisan. Mereka menyimpulkan bahwa apa yang ditulis oleh para penulis Injil tentang
Yesus, sebenarnya bukanlah Yesus sesungguhnya atau bukan Yesus yang benar-benar
ada secara historis, melainkan Yesus yang menurut pikiran murid-murid atau para penulis
Injil. Oleh sebab itu mereka menganggap Injil penuh dengan dongeng dan mitos. karena
itu Yesus yang dikenal dalam Alkitab oleh orang kristen sekarang, bukan Yesus
sebenarnya melainkan Yesus mitos para penulis Injil.6
Kristologi Kosmik
Kristologi Kosmik memandang Yesus sebagai penyelamat yang hadir tanpa batas
tempat dan waktu untuk menyelamatkan semua manusia sekalipun tanpa mengakui ke-
Tuhanan-Nya. Mereka di antaranya adalah Karl Rahner dengan teori Anonymous
Christian-nya, yang menyatakan bahwa Kristus juga hadir dalam agama-agama lain tanpa
Yesus. dalam teori Kristosentrisnya Rahner menyatakan, “Allah menghendaki semua
orang diselamatkan (1 Tim. 2:4), dan iman dalam Yesus Kristus perlu untuk keselamatan.
Ini berarti bahwa semua orang mendapat kesempatan percaya”. Rahner mencoba untuk
mendamaikan antara rahmat Allah dan keeksklusifan Kristus yang bekerja di semua
agama. Bahwa keselamatan orang kristen adalah melalui Kristus, namun ada juga
keselamatan melalui agama lain. Menurut Rahner bahwa kemungkinan keselamatan
secara universal secara ontologis berdasarkan tindakan kreatif Allah dan secara historis
dihadirkan dalam peristiwa Yesus. 7
Sangat jelas bahwa kristologi kosmik ini merupakan interpretasi yang keliru, dan
penggunaan sistem penafsiran yang terbuka. Hal ini ditandai dengan penggunaan kritik
kanonik untuk membuktikan kehadiran Yesus di luar kekristenan. Hal yang sama juga
dilakukan oleh kaum pluralis seperti Hick dan C.S Song, yang menyatakan bahwa pribadi
kedua Allah Tritunggal berinkarnasi bukan hanya sekali melainkan berkali-kali di banyak
tempat dan dalam banyak wujud. Kehadiran Yesus bagi mereka tidak dapat dibatasi oleh
ruang dan waktu, juga tidak dapat dibatasi oleh semua batasan budaya dan agama. Oleh
sebab itu, Samartha menegaskan bahwa Kristologi partikularis tidak cukup mampu untuk
menuntun semua manusia, kecuali dengan kristologi kosmik
6
Stevri I Lumintang, Theologia Abu-abu: Pluralisme Agama, hlm. 145
7
Dikutip oleh Stevri I. Lumintang, Theologia Abu-Abu, Hlm. 157

7
Kristologi yang Theosentris
Kristologi yang theosentris ini dimunculkan oleh Paul F Knitter. Ia percaya bahwa
model Theosentris mengarahkan perhatiannya langsung pada kekurangan-kekurangan
dan juga mempertahankan nilai-nilai dari model pilihannya dan berisi harapan terbesar
bagi dialog antar agama di masa depan dan bagi evolusi yang terus dilanjutkan atas
makna Yesus Kristus bagi dunia ini. Pemahaman semacam ini memandang Yesus bukan
sebagai tokoh yang eksklusif atau bahkan yang normatif. melainkan theosentris, sebagai
pengejahwantahan (sakramen akte suci, inkarnasi) dari penyataan dan keselamatan Ilahi
yang relevan untuk umum.
Inkarnasi Allah
Masalah inkarnasi merupakan salah satu hal yang paling diserang. Konsep
sekularisasi dan transedensi Allah serta pengalaman universalitas Allah, membuat kaum
Pluralisme mengemukakan penafsiran mengenai inkarnasi seturut dengan paham mereka.
Inkarnasi yang Metaforis.
Tokoh yang merupakan penggagas inkarnasi yang metaforis adalah John Hick.
Inkarnasi metaforis ini dimunculkan untuk membuktikan bahwa konsep inkarnasi yang
dipahami oleh kaum eksklusif adalah salah dan harus ditinggalkan. Ia menolak paham
keselamatan yang dianut oleh kelompok eksklusif. Baginya keselamatan harus dipahami
sebagai transformasi. Baginya tidak ada saran mengenai perlunya seorang pengantara
atau tidak ada karya penebusan yang dapat memampukan Allah untuk mengampuni. Ia
mendasarkan pendapatnya ini atas dasar tentang doa Tuhan Yesus mengenai
pengampunan dosa. Dimana baginya, pengampunan dosa yang diajarkan Tuhan Yesus
adalah langsung dari Bapa tanpa harus melalui Yesus. Komentarnya ini diperkuat dengan
menggunakan perumpamaan tentang anak yang hilang yang baginya langsung diampuni
Bapa tanpa pengantara.
Inkarnasi yang Multireligius.
Inkarnasi yang multireligius adalah konsep inkarnasi yang tidak hanya terjadi
pada agama-agama lain. Tokoh yang menganut paham ini adalah Song, Panikkar dan
Karl Rahner. Song memahami bahwa inkarnasi Yesus hanyalah sebagai salah satu
inkarnasi Allah, karena Allah juga berinkarnasi dalam semua agama dan kebudayaan. Ia
juga memahami bahwa inkarnasi bukan hanya dalam pengertian inkarnasi pribadi kedua
Allah Tritunggal, yakni Kristus, melainkan Song mengakui adanya inkarnasi Allah dalam
banyak bentuk, bahwa Allah tidak hanya menyatakan dirinya dalam agama kristen,
melainkan juga menyatakan dirinya di dalam agama lain bahkan dalam budaya.
3. Yesus Kristus dan Toleransi Beragama

8
Gereja Indonesia ada dan tumbuh ditengah-tengah masyarakat majemuk.
Masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan bangsa. Keberagaman kerap
menjadi sumber persoalan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ujaran kebencian atas
nama agama, suku dan kepercayaan dan juga aksi berbagai intoleransi menjadi perkerjaan
rumah yang mendesak untuk diselesaikan saat ini. Indonesia yang berdiri diatas
kebhinekaan menghadapi tantangan berat untuk terus maju dan bertumbuh sebagai
Negara merdeka. Toleransi adalah sikap dan praktek hidup yang sangat dibutuhkan
ditengah masyarakat majemuk. Toleransi merupakan nyawa dan roh keberagaman. Orang
Kristen sebagai salah satu bagian tidak terpisahkan dalam masyarakat majemuk wajib
hadir memberikan kontribusi dalam mengkampanyekan serta mengembangkan praktek
hidup toleransi. Sikap toleransi harus dibangun sesuai ajaran dan teladan hidup Tuhan
Yesus Kristus. Pengajaran Tuhan Yesus Kristus tentang toleransi harus menjadi sikap
berpikir, berbicara dan bertindak bagi setiap orang percaya ditengah masyarakat
majemuk. Gereja Tuhan berkewajiban mengimplementasikan sikap hidup, ajaran dan
praktek toleransi Tuhan Yesus mengasihi semua orang seperti diri sendiri, menghormati
ajaran agama dan keyakinan orang lain serta mengembangkan sikap mengampuni adalah
ajaran yang harus diimplementasikan untuk mewujudkan toleransi.

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap agama di Indonesia, tidak dapat memungkiri fakta adanya fenomena pluralitas
agama dan pengaruhnya dalam kehidupan bersama. Akan tetapi, di satu sisi, semua agama dan
pemeluk agama memiliki klaimnya masing masing mengenai keabsolutan kebenaran-kebenaran
yang diimani atau yang diminati oleh masing-masing agama. Pluralisme agama adalah istilah
khusus dalam kajian agama-agama. Pluralisme adalah suatu paham, sikap yang menerima
validitas atau keabsahan bahwa semua agama adalah sama. Kaum pluralis menolak semua klaim
agama yang bersifat eksklusif, absolut, unik dan final. Pluralisme menolak konsep kefinalitasan,
eksklusivisme yang normatif dan keunikan Yesus Kristus Faktor-faktor bangkitnya pluralisme
adalah masalah kemajemukan agama, dialog antar agama. Perubahan dari modernisme ke
Postmodernisme, dan relativisme. Kaum Pluralis umumnya melihat Allah dari sudut manfaat
seperti Allah mengasihi, dan memberi hidup. Kaum pluralis juga mempersoalkan Yesus sejarah
melalui relasi yang kritis mengenai relasi antara peristiwa Yesus dan waktu penulisan. Mereka
menyimpulkan bahwa apa yang ditulis oleh para penulis Injil tentang Yesus, sebenarnya
bukanlah Yesus sesungguhnya atau bukan Yesus yang benar-benar ada secara historis,
melainkan Yesus yang menurut pikiran murid-murid atau para penulis Injil.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://osf.io/hpskd/ diakses pada tanggal 2 Juni 2021
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/634/4/T1_712007702_BAB%20III.pdf diakses
pada tanggal 2 Juni 2021
http://etheses.iainkediri.ac.id/809/3/903102209-bab2.pdf diakses pada tanggal 2 Juni 2021

11

Anda mungkin juga menyukai