Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Berbicara tentang aliran Lutheran, dengan sendirinya harus berbicara tentang Martin
Luther dan keadaan gereja di Eropa pada umumnya dan di Jerman pada khususnya di
sekitar awal abad ke-16. Selain itu juga, kita akan melihat beberapa pokok pandangan dan
ajarannya, termasuk perkembangan dan pergeseran dari Luther ke Lutheranisme.
Salah satu pekerjaan yang selalu di cari oleh setiap insan adalah “Kekuasaan”. Untuk
mendapatkannya banyak orang menghalalkan berbagai cara. Hal inilah yang terjadi di
dalam GKR (Gereja Katolik Roma) pada abab pertengahan di Eropa Barat. Tujuan dan
fungsi Gereja-Negara tidak jelas bahkan semakin memburuk. Oleh situasi tersebut Luther
menerapkan salah satu pokok pikirannya tentang “hubungan gereja dan Negara” yang
merupakan salah satu unsur yang terpenting melalui ajarannya “dua kerajaan”. Oleh sebab
itu lewat seminar ini kita dapat menemukan beberapa gagasan-gagasan Luther tentang
pandangannya terhadap gereja dan Negara

B. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui Sejarah adanya aliran Luthran.


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah perkembangan ajaran Lutheran.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pokok-pokok ajaran ajaran Lutheran.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa Itu Lutheran

Lutheran adalah sebuah nama yang diberikan oleh para pengikut Martin Luther, sang
Reformator Gereja. Sulit ditentukan dengan pasti kapan aliran ini mulai muncul. Sebab
hingga aliran ini diberi nama Lutheran, ia melalui proses yang cukup panjang dan rumit.
Tetapi jika kita mengacu pada proses “pembakuan” ajaran Lutheran, tahun 1530 dapat kita
sebut sebagai awal kemunculan aliran Lutheran. Sebab pada tahun tersebut untuk pertama
kali terbit sebuah dokumen yang berisikan ajaran Martin Luther. Dokumen ini dikenal
dengan nama Konfesi Augsburg, dan disusun oleh para teolog pengikut Luther,
terutama(Philip Melacthon). Dokumen-dokumen tersebut pada ahirnya dubuat dalam
sebuah kitab yang diberi nama Kitab Konkord, yang diterbitkan pada 25 Juni 1580. Kitab
inilah yang menjadi semacam kanon (patokan ajaran) bagi gereja-gereja Lutheran, yang
sejak akhir abad ke-16 sudah semakin menjelma menjadi gereja yang mapan.

B. Sejarah Singkat Kahidupan Matin Luther

Martin Luther lahir pada tanggal 10 November 1483 di Eisleben, Saxonia, dan wafat
pada tanggal 18 Februari 1546. Ia berasal dari keluarga petani, dan mengaku,”Ich bin ein
Bauern Sohn” (Saya anak petani). Ayahnya bernama Hans Luther, dan ibunya Margaret
Ziegler. Pada musim panas 1484, keluarga Luder pindah ke Mansfeld, Magdeburg dan
Einsenach. Pada tahun 1501, Luther belajar di Universitas Erfurt dan meraih gelar MA
(Magister Artium) pada tahun 1505 melalui Trivum dan Quadrivium. Tetapi ketika ia baru
memulainya, ia mengalami kejadian yang amat menentukan masa depannya, yaitu ketika ia
berjalan di tempat terbuka dalam cuaca yang buruk, Dan pada tanggal 17 Juli 1505, ia
masuk ke ordo rahib St.Agustinus. Dan pada tanggal 3 April 1507, ia di tahbiskan menjadi
imam. Kemudian pada tahun 1512, ia meraih gelar Doktor Teologi.Pada tahun 1524 ia
melepaskan jubah kebiaraanya, dan pada tahun 1525 ia menikah dengan Katherina Von
Bora, yang merupakan bekas biarawati.1

1
Aritonang, Jan S., Berbagai Aliran di dalam di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK-GM; 2000.

2
C. Latar Belakang Munculnya Pemikiran Luther Tentang Gereja dan Negara

Yang mempengaruhi munculnya pemikiran Luther tentang Gereja dan Negara adalah
tidak terlepas dari situasi GKR pada abad pertengahan di Eropa Barat. H. Berkhof
mencatat bahwa sejak abad ke-V gereja telah diduniawikan. Artinya bahwa gereja adalah
di bawah perlindungan kaisar. Kaisar berperan sebagai kepala gereja. Dengan demikian
Gereja-Negara disusun selaku badan hukum yang berpusatkan istana kaisar.2 Uskup Roma
juga menyebutkan dirinya sebagai wakil Kristus yang memiliki dua kekuasaan, yaitu kuasa
untuk menganugerahkan dan kuasa untuk mengalihkan kerajaan-kerajaan. Artinya semua
uskup di seluruh dunia harus meminta penahbisan dan pengukuhan darinya. Selain
daripada itu, ia memiliki hak untuk membuat peraturan-peraturan ibadah, perubahan dalam
sakramen, dan ajaran-ajaran dalam gereja.3 Situasi inipun terus berlanjut dari abad ke abad.
Mangisi dalam bukunya, ia mencatat bahwa pada abad 11 sampai 13 perseteruan antara
Paus dengan Kaisar adalah salah satu unsur penting karena gereja belum bersedia
melepaskan diri dari urusan duniawi. Gereja telah memasuki kuasa politis. Oleh sebab itu,
gereja telah menjadi kuda troya yang membawa penyakit dalam dirinya sehingga
menyebabkan para raja makin gigih mempertahankan haknya, yang merupakan tenaga
pendorong untuk merutuhkan landasan hubungan gereja-negara pada abad pertengahan.4
Selain daripada itu juga munculnya pemikir-pemikir mistik yang berusaha “agar jiwa
mengalami dan merasai Allah secara langsung”. Tokoh utama yang mencetuskan
pemikiran-pemikiran ini adalah Benhard dan Eckhart.5

Pada abad ke 14-15, penguasa-penguasa Gereja semakin menonjol sampai kepada


bidang yang tradisional dikuasai oleh gereja, seperti: Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan,
Pendidikan bahkan Teologi. Sehingga dapat dikatakankan bahwa pada abad ke-15 inilah
terjadinya reformasi. Artinya pemikir-pemikir yang sudah tahu tentang kehidupan GKR
yang semakin memburuk berusaha melakukan reformasi oleh pemikir gereja yang sudah
belajar tentang teologia yang cukup baik seperti Martin Luther.

2
Berkhof, H., Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM; 1996.
3
De Jonge, Ch., Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM; 2004
4
Jan S. Aritonang, Garis Besar Sejarah Reformasi, Bandung: Jurnal Info Media; 2007.
5
Luther, Marthin, Katekismus Besar, terj. Anwar Tjen, Jakarta: BPK-GM; 1996.

3
Di Jermanlah yang menjadi tempat lahirnya Reformasi yang terletak di tengah Eropa.
Di Negara Jermanlah raja-raja atau pangeran berkuasa penuh atas daerahnya masing-
masing.6 Banyak raja mulai mengatur urusan negerinya sendiri, wilayahnya masing-
masing dan tidak mengakui klaim supremasi gereja atau Paus atas Negara, dan bangkitnya
kelas pedagang dan pengusaha di bidang perdagangan juga industri yang menjadi jikal
bakal kapitalisme. Sebaliknya orang kaya justru karena kaya mereka menjadi orang-orang
fasik. Sehingga pada tahun 1525 terjadi pemberontakan para petani kepada kaum
penguasa. Mulanya Luther menyalahkan para penguasa ini, tetapi ketika pemberontakan
itu berubah menjadi pertumpahan darah, dia juga menyarang para petani. Alasan mereka
melakukan pemberontakkan ini adalah kutipan-kutipan Luther yang berbicara tentang
“kebebasan”.

Selain dari kelompok kaum mistik muncul juga kaum Anabaptis yang menegaskan
bahwa jemaat Kristen hanya boleh terdiri dari orang-orang percaya saja. Oleh karena itu,
mereka menolak pembaptisan anak-anak. Dasar gereja menurut mereka adalah kesucian
anggota-anggotanya bukan rahmat Allah atas orang-orang berdosa. Hal inilah yang
ditentang oleh Luther yang mengatakan bahwa dasar gereja bukanlah kesucian anggota-
anggotanya melainkan rahmat Allah dan pemberitaan firman dan sakramen-sakramen.7

D. Pokok-pokok Pengajaran Lutheran

1. Ajaran-Ajaran Martin Luther


Sebagaimana para perintis pada umunya, mereka tampil dengan pemikiran-
pemikiran mereka sendiri, yang terungkap karena terdapat kurang sependapat
dengan situasi tertentu. Pemikiran-pemikiran tersebut menjadi dasar bagi aksi protes
yang dilayangkan. Dasar-dasar dari pemikiran itu sendiri beraneka ragam antara
lain; tafsiran pribadi, hasil refleksi pribadi, kurang sependapat dan penyimpangan
dari visi dan misi terdahulu. Hal itu merupakan latar belakang atau dasar munculnya
aksi-aksi protes. Hal yang sama dilakukan oleh Luther, dalam aksinya ia turut
menguraikan mengenai pemikirannya, yang menjadi dasar baginya sehingga ia
berani tampil ke permukaan, pemikiran-pemikiran tersebut dapat dikatakan pula
sebagai ajaran-ajaran. Berikut ini ajaran-ajaran tersebut dengan lebih terperinci:

6
McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta: BPK-GM; 2002.

7 Th. Van de End, Harta dalam Bejana, (Jakarta:BPK-GM,2000), hlm. 142.


4
a. Ajaran Luther tentang Dosa dan Rahmat
Uraian singkat doktrin tentang dosa, rahmat dan pembenaran ini disebabkan
oleh maksud khas bagian ini akan menyajikan hanya tema-tema penting
tertentu, khususnya yang muncul dalam The Freedom of the Christian, dan di
mana disoroti perbedaan-perbedaan dalam bahasa Luther dan Aquinas. Dengan
demikian, konsistensi bahasa Luther sendiri tentang rahmat akan semakin
mencolok.
Dalam kuliah-kuliahnya tentang surat Paulus kepada jemaat di Roma,
Luther mengidentikan dosa dengan konkupisensi. Dia menulis:”Maka dari itu
dosa aktual sebenarnya merupakan pekerjaan dan buah dosa.8
b. Pembenaran
Bertolak dari inti “pengampunan dosa”, keadilan yang diperhitungkan atau
kebenaran yang diperhitungkan, ajaran Luther tentang pembenaran sering
dicirikan oleh orang Katolik sebagai “perhitungan belaka”. Dalam realisme
ketat bahasa skolastik, rahmat dipahami sebagai suatu cara berada-tercipta di
dalam jiwa, suatu kebiasaan dan kodrat baru yang mewujudkan cara berada
baru dalam jiwa dan karenanya cara berada baru dalam pribadi insani. Karena
dalam Luther pribadi tetap tinggal seorang pendosa, maka diperkirakan bahwa
rahmat baginya tidak mempunyai efek tercipta di dalam “keberadaan” insani.
Dan Luther, sebaliknya menolak mentah-mentah pemahaman rahmat skolastik:
“rahmat harus dipahami hanya sebagai sikap cinta Allah, bukan sebagai kualitas
jiwa.” Lantas sebagai akibat, cara berpikir Skolastik condong memandang
“keadilan diperhitungkan belaka” bukan sebagai pembenaran.
c. Iman Semata
Pernyataan bahwa pembenaran terjadi melalui iman semata memiliki
kualitas yang hampir absolut dalam teologi Luther. Ini merupakan pernyataan
yang sama dengan “oleh rahmat saja” dan “melalui Kristus saja”. Pernyataan ini
mesti dimengerti dalam konteks anti Pelagianisme mutlak Luther. Luther
menegaskan bahwa keselamatan seseorang terlakasana secara cuma-cuma
sepenuhnya dan melaui karya seorang yang lain, karya Kristus. Iman lantas
bukanlah karya atau prakarsa kita sendiri. Iman adalah penyerahan diri dan
8
Roger Haight, Teologi Rahmat Dari Masa Ke Masa, Flores: Nusa Indah, 2007.

5
penerimaan semata yang meninggalkan semua upaya pembenran diri. Dalam
konteks pertentangan iman-karya, pekerjaan-pekerjaan lahiriah atau ibadat tidak
dibenarkan, sebab pembenaran terlaksana dalam bidang rohani batiniah melalui
iman. Oleh Luther pekerjaan atau prakarsa dianggap sebagai melulu tindakan
lahiriah dalam arti yang eksklusif.
Lambat laun iman menjadi kian penting dalam teologi Luther. Iman
bukanlah suatu persetujuan intelektual, sebagaimana dalam Skolatisisme,
melainkan suatu sikap yang jauh lebih kompleks terhadap Allah dan suatu
hubungan dengan Allah. Akan tetapi yang paling penting dari semua unsurnya
ialah kualitas eksistensialnya.9

2. Pilar-Pilar Terpenting Teologi Martin Luther


Secara substansial doktrin teologi Martin Luther yang paling penting terdiri
dari 3 hal, yakni pertama ajaran tentang yustifikasi (pembenaran) yang radikal atas
manusia melaluisola fide. Slogan yang paling terkenal dari gerakan pembaruan
keagamaan yang dilancarkannya berbunyi, “pembenaran hanya oleh iman”. Kedua,
ajaran tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab, yang dipandang sebagai satu-
satunya sumber kebenaran. Ketiga, ajaran tentang imamat umum dalam kaitannya
dengan kuasa untuk menafsirkan Alkitab. Semua proposisi teologis lainnya yang
dimajukan Luther selalu merupakan konsekuensi dari prinsip-prinsip tersebut,
misalnya ajaran tentang yustifikasi; predestinasi; kembali ke Alkitab; sakramen;
Gereja; pemikiran politik reformasi dan pengaruh reformasi atas sejarah.10

9
Ibid, hlm. 99
10
Eddy Kristiyanto, Reformasi dari Dalam-Sejarah Gereja Zaman Modern, Yogyakarta: Kanisius,
2014

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya denomimasi gereje Lutheran berawal dari munculnya seorang
Reformator yang pada saat itu mencoba untuk mencari kebenaran yang mana pada ahirnya
ia menemukan sebuah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang luar biasa, yang pada
sebelumnya tersimpan oleh Kepausan Gereja Katolik Roma, karena pada saat itu Luther
melihat pembodohan iman yang dilakukan oleh Gereja Katolik Roma, maka dengan
tekadnya yang sangat besar. Dan melalui Reformasi yang dilakukan oleh Martin Luther
banyak gereja yang semakin sadar bahwa pada dasarnya kebenaran yang sejati ialah ada
pada Alkitab yang nama ajaran Luther sudah banyak digunakan oleh beberapa denominasi
Gereja yang ada dunia ini.

Anda mungkin juga menyukai