Anda di halaman 1dari 13

APA KEKURANGAN DAN KELABIHAN AJARAN LUTHERAN?

TUGAS DOGMATIKA II

DI SUSUN
OLEH:
KELOMPOK 1
FRANSESCO M TUTA
IMELDA MATRUTY
MARSELINA RUHMASOAL
TASYA IRARATU

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS TEOLOGI
PROGRAM STUDI TEOLOGI KRISTEN PROTESTAN
TAHUN 2024
Pengantar,
Ajaran Lutheran, sediri terinspirasi/ lahir dari tokoh reformator, yakni Mathin Luther.
Sejarah reformasi atau yang kemudian kita kenal dengan istilah “protestanisme”, sendiri
bermula ketika Luther mengkritik gereja katolik tradisional di jerman pada tahun 1517, dalam
95 dalil, yang ditempelkan di depan pintu,gereja (kapel) di Universitas Gutenberg pada 31
oktober 1517. yang paling ditentang Luher adalah penjualan surat-surat penghapusan siksa
(surat penghapusan dosa), oleh johann Tatzel. Bagi Luther, pengampunan sendiri tak bias
diterima saat melakukan apa yang para imam perintahkan atau inginkan. Pengampunan
Tuhan tak dapat dibeli dengan uang.Lebih lanjut, Agustinus Batlajery, dalam tulisannya
mengatakan:
Luther menegasakan bahwa, penyesalan yang sejati bukanlah perkara yang dapat
orang bereskan dengan memenuhi syarat yang ditentukan oleh imam setelah
pengakuan dosa, seperti misalanya mengucapakan Doa Bapa Kami sekian banyak
kali…..penyesalan dan pertobatan itu harus berlangsung sepanjang hidup1.”
Marti Luther adalah sosok yang penting dalam sejarah protestanisme. Dari teologi
luther lah gereja-gereha protestan lahir , sola Gratia” Sola Fide, ‘sola Scriptura”, adalah ciri
khas ajarannya.
Di Indonesia Banyak gereja Lutheran, misalnya HKBP (Huria Kristen Batak
Prostesatan), umumnya gereja-geraja Lutheran menyebar di daerah sumatera Utara.yang
merupakan wilayah pelayanan RMG. Gereja-geraja tersebut diantaranya:
GKPI (Gereja Kristen ProtestanI n d o n e s i a ) , GKPS (Gereja Kristen Protestan
Simalungun),GKPA (Gereja Kristen ProtestanA n g k o l a ) , GKPPD (Gereja Kristen
Protestan Pakpak-Dairi),HKI (Huria Kristen Indonesia), GPKB (Gereja Punguan
Kristen Batak),GKLI (Gereja Kristen Luther Indonesia),GPP (GerejaProtestan
Persekutuan),GKR (Gereja Kristen Rejang). G e r e j a - g e r e j a d i Nias dan
KepulauanMentawai juga tergolong gereja-gereja Lutheran, yaituBNKP (Banua
Niha Keriso Protestan),AMIN (Angowulua Masehi Indonesia Nias), ONKP (Ora Niha
Keriso Protestan),BKPN (BanuaKeriso Protestan Nias), danGKPM (Gereja Kristen Protestan
Mentawai).Selain menjadi anggotaFederasi Lutheran se-Dunia (LWF), banyak dari gereja-
gereja di atas yang juga menjadi anggota PGI.2

Gereja-gereja tersebut dipelopori oleh Ludwing Ingwer Nommensen (selanjutnya


Nomenssen3) di pulau sumatera. Pada abad 19, diindonesia terjadi gelombang pekabaran injil
besar-besaran di Indonesia. Oleh berbagai Lembaga pekabaran injil (zending) melalui
pemerintahan Hindia Belanda. Nommensen merupakan utusan dari badan zending RMG
(Rheinische Missionsgesellschaft) organisasi pekabaran injil dari jerman.4 Nomennsen pada
tahun pertama penginjilan dikatakan mengalami banyak tantangan akan tetapi, berkat bantuan
kepala desa/keoala suku Bata, beliau akhirnya bias memenangkan tanha batak dengan pesat.
1
Agustinus M L Batlajery, “Kembali Ke Masa Lalu, Solusi Masa Kini: Belajar Dari Luther Dan Calvin
Memperbaharui Gereja Yang Berdampak Pada Masyarakat”.(Jakarta BPK Gunung Mulia, 2023). Hlm 26-27.

2
Gereja Lutheran (stekom.ac.id). Diakses pada 11, februari 2024.
3
Ada tokoh-tokoh zending yang terlebih dahulu memberitakan injil di tanah sumatera, tapi yang paling
termasyur ada;ah Nommensen.
4
Th Van Den End.”Harta Dalam Bejana : sejarah Gereja Ringkas”. (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1995 ), Hlm
265-268.
Paper sederhana ini secara agmblang akan embahas tentang pokok-poko ajaran
Lutheran, serata berakhir dengan sebuah komparasi dengan dokumen-dokumen gereja guna
menemumkan “kekurangan”dan “Kelebihan” dari Ajaran-ajaran Lutheran dalam bingkai
oikumenis. Diharapkan hulu dari pemabahasa paper ini membawa kita pada sebuah muaraa
pengetahuan bergereja, yang oikomenis. Sebagai bentuk komitmen iman kita terhadap Tuhan
Yesusu sang kepala gereja.

POKOK-POKOK AJARAN LUTHERAN

Firman tuhan dan Sakramen


Alkitab/firman tuhan dan sakramen merupakan pusat dalam ajaran Lutheran.
Keeradaan alkiab.5 Firman tuhan// alkitab menjadi acuan dalam mnjalankan kehidupan
sehari-hari. Firman Allah sebagai pusat kehidupan orang Kristen, dihidupi dalam jemaat-
jemaat aliran Lutheran. Marthin Luther, di Dalam perenungan alkitab lah ia dicelikan
matanya tentang “anugerah” dan “pembenaran”. 6 Manusia pada mulanya telah berdosa,
mereka tak mungkin mendapatkan keselamatan, pengampunan dari Allah jika hanya
mengandalkan amal baiknya Keselamtan adalah anugerah Allah, melalui iman kepada Yesus
kristus (injil) firman yang membebaskan.Allah memandang Manusia sebagai orang-orang
benar.7. Ajaran Luther sangat jauh berebda dengan apa yang dianut dalam ajaran gereja
katolik Roma tradisional (sebelum koinsilli trente). Yang menganggap bahwa keselamatan itu
bias diperoleh dengan kerja keras, manusia.
“Luther memberikan penekanan penting terhadap injil,sebagiaman dijelaskan Paulus
dalam surat Roma bahwa injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan, pertama-
tama orang Yahudi….orang Yunani……..Luther ingin menekankan bahwa injil
adalah kekuatan Allah yang menyelamatakan. Keutamaan injil dalam kehiduoan
orang percaya merupakan hal yang ditekankan luther dalam ajaran eklesiologinya8.”
Demikianlah Luther berpegang pada “Sola Scriptura”, Firman semata-mata mengacu
pada Alkitab. Sedangkan sakramen bagi Luther merupakan firman yang kelihatan atau yang
doiperagakan. Dalam penafsiranya terhadap Alkitab Luther kemudian berkesimpulan bahwa
hanya dua sakramen yang Alkitabiah yakni, perjamauan kudus dan baptisan kudus. Dalam
gereja Lutheran keduanya mendapat penghargaan tinggi. Jan S Aritonang mengatakan ;
Keyakinan Luther tentang keselamatan hanya diperoleh oleh iman dan kasih karunia
melalui iman (sola gratia dan Sola Fide), diungkapakan langsung dengan jelas di
dalam penafsiran dan pengandalan gerea-geraj Lutheran atas Alkitab, dan dalam cara
5
Jan S Aritonang, “Berbagi Aliran di dalam dan sekitar gereja Hlm 44
6
Toni Lane. “Runtut Pijar: Tokoh Dan pemikiran Kristen Darri Masa Ke masa.”(Terj)(Jakarta BPK Gunung
Mulia,2016) Hlm, 132.
7
Agustinus M L Batlajery Kembali Ke Masa Lalu, Solusi Masa Kini: Belajar Dari Luther Dan Calvin
Memperbaharui Gereja Yang Berdampak Pada Masyarakat, Hlm25
8
Tiur Imeldawat,& Rencan Carisma Marbu, &Warseto Freddy Sihombing. Eklesiologi Marthin Luther
Dasar Tata Gereja Aliran Lutheran DI Indonesia. ( Journal Teologi Cultivation Volm 6 No 2 2022). Hlm, 23-
27. Juga
dalam:https://www.researchgate.net/publication/375388368_Ekklesiologi_Martin_Luther_Sebagai_Dasar_Tata
_Gereja_Aliran_Lutheran_di_Indonesia .
mereka merayaan Perjamuan Kudus. Di dalam pembritaan firman da peelayanan
Perjamuan Kudus selalu ditekankan pengakuan dosa dan pengampunan yang
disediakan Allah lewat pengorbanan Kristus9.
Untuk itu, fokus pembicraan kita selanjutnya akan mengarah pada sakramen
perjamuan Kudus dan Baptisan Kudus di dalam ajaran gereja-geraj Lutheran. Dalam
teologinnya Luther perjamuan kudus merupakan ketapan kristus untuk dilakukan bagi orang
percaya. Merangkum penjelasan Wauran tentang teologi perjamuan kudus Marthin Luther,
berikut inti-inti teologi Perjamuan Kudus:
1. Perjamuan Kudus menurut Luther:
Penting karena ditetapkan oleh Kristus sendiri.
Tubuh dan darah Kristus hadir bersama roti dan anggur.
Perlu dipahami dan diterima dengan kepercayaan pada perkataan Kristus.
2. Makna kata-kata penetapan:
Penting sebagai kata-kata kehidupan utama dari Injil.
Ucapan Yesus dianggap secara harfiah hadirnya tubuh dan darah Kristus dalam roti
dananggur.
3. Pentingnya Perjamuan Kudus:
Bukan hanya ritual, tetapi anugerah Allah yang menguatkan iman dan memberi
pengampunan dosa.
Harus diterima dengan percaya dan merayakan dengan benar.
4. Konsep kon-substansiasi:
Tubuh dan darah Kristus hadir bersama dengan roti dan anggur, tanpa mengubahnya.
5. Peran Perjamuan Kudus dalam iman:
Memberikan karunia Allah yang menguatkan iman dan memberi pengampunan dosa.
Hanya dapat diterima melalui iman pada janji Allah dalam Perjamuan Kudus. 10
Tentang Baptisan Kudus, Aritonang, mengatakan, pemahaman gereja-geraja Lutheran
tentang Baptisan Kudus pada dasarnya sama dengan gereja-gereja Katolik Roma, dan Gereja-
gereja Calvinisme, yakni pemahan bahwa, Baptisan kudus merupakan tanda Perjanjian Allah
dengan umatnya (murid), setara dengan “sunat” di perjanjian Lama, yang kemudian berlaku
juga bagi anak-aak mereka. Pemahan inikemudian mendapat tantangan dari kaum anabaptis.
Yang menganggap baptisan anak itu tidak sah. Luther menolak pandangan itu, berdasarkan

9
Jan s Aritonang, hlm 51.
10
Queency Christie Wauran “Teologi Perjamuan Kudus, Menurut Luther Swingly Dan Calvin “,
Dalam
:https://www.researchgate.net/publication/282855258_Teologi_Perjamuan_Kudus_Suatu_Perbandingan_Panda
ngan_Gereja_Katholik_Luther_Zwingli_dan_Calvin diakses pada 10 Februari 2024..
keyakinan bahwa, janji Allah sebagaiman yang dimeteraikan Allah kepada umatnya juga
berlaku untuk seluruh keluarga Kristen, termasuk anak-anak.11

JABATAN DAN TATA GEREJA


Luther tidak banyak membahas tentang Jabatan dalam gereja, tetapi Luther melihat
bahwa perlu adanya jabatan di dalam gereja dan du dasarkan pada Alkitab dan menjadikan
Allah sebagai pelaksana Fungsi pelayan Firman dan Sakramen.Luther melihat dalam Kitab
perjanjian Baru yakni Surat Ibrani dan 1 Petrus, ia melihat bahwa tidak ada pemisah atau
tidak ada hierarki antara kaum Klerus dan juga kaum awam. Ia melihat bahwa jabatan di
dalam perjanjian llama sudah di sempurnakan dan di genapi oleh Yesus kristus yang adalah
Imam besar dan agung.
Oleh karena itu imam memperoleh arti yang baru bukan lagi tentang jabatan dan
kedudukan tetapi merujuk pada fungsi pelayanan yang meneladani Yesus Kristus sang
Diakonos yang agung.Tentu harus ada pembagian tugas, jabatan dan juga bidang pelayanan
namun pada hakikatnya adalah sederajat atau setara dan yang perlu di tahbiskan khusus
adalah jabatan Pemberitaan firman dan pelayanan sakramen dalam hal ini Pendeta (pastor,
gembala) dan juga para penatua dan yang terpenting adalah jabatan-jabatan tersebut tidak
bertentangan dengan inti alkitab atau injil.
Luther juga tidak banyak memberikan perhatian terhadap penyusunann tata gereja
karena ia tidak melihat adanya petunjuk dalam Alkitab tentang tata gereja dan sistem
pemerintahan yang baku. Ia lenih banyak memahami dan mendirikan gereja sebagai
persekutuan orang-orang beriman yang telah diselamatkan oleh kasih karunia Kristus,
ketimbang sebagai lembaga yang memiliki tata jabatan dan organisasi yang baku.
Akibatnya di dalam gereja-gereja Lutheran tidak cukup kuat menolak campur tangan
kekuatan pemerintah setempatdan dengan cepat gereja Lutheran menjadi gereja negara.
Hierarki pemerintahannya ditiru di dalam gereja, dan para pendeta menjadi tertinggi dalam
hierarki itu, sekaligus menjadi penentu segala kebijakan gereja oleh karena itu banyak gereja-
gereja Lutheran jatuh pada pola Gereja-Pendeta. 12
TATA IBADAH

Suasana peribdahan gereja-geraja Lutheran, seharusnya takberebda jauh dari


peribadahan Gereja Kaatolik Roma (selanjutnya ; GKR). Aritonang mengatkan bahwa pola
dasar peribadahan gereja Lutheran mengikuti pola dasar peribadahan di GKR. Benda-benda
liturgis, (patung-patung, lukisan dll) tetap dipertahankan selama itu tak menghalangi
pemberitaan firman.13 Hal ini wajar saja sebab Marthin Luther dibesarkan dan dididik untuk
menjadi seraong rahib yang taat. Yang paling Penting dalam sebuah peribadahan Lutheran
adalah, bagaiaman supaya setiap orang dapat mengalami secara nyata penyelamatan Allah
dalam kematian Kristus. Itu hanya isa terjadi di penghyatan terhadap selebrasi liturgis, dan
sakramen yang baik.

11
Jan S Aritonang, berbagai Aliran di dalam dan di luar gereja,” Hlm 53
12
Idem_ Hlm 54-57.
13
Idem_Hlm 59-60
Untuk penjelasan yang lebih lanjut tentang tata ibadah, Melthon (1993) Vatja (1977)
(Mengutip Aritonang). Menjelasakan, bahwa:

Karena itu kalaupun ada perubahan yang mendasar tentang dibandingkan dengan tata
ibadah di GKR (Gereja Katolik Roma), adalah pemggunaan Bahasa setempat – jadi
tidak ada lagi Bahasa Latin dalsm khutbah dan nyanyian. Lebih dari pada itu: khotbah
dijadikan pusat ibadah, sebagai ganti Perjamuan Kudus, (ekaristi).dalam setiap ibadah
mingguharus ada pemberitaan firman Tuhan. Sedangkan Perjamuan Kudus tidak
mesti diselenggarakan pada setiap ibadah minggu.14
Jadi, sebagai buah dari kritiknya terhadap GKR, pada tata peribadahannya, (meski dasarnya
sama dengan GKR), luther menjadikan Firman Tuhan sebagai pusat peribadahan, sedangkan
Perjamuan Kudus tak mesti dilakukan setiap ibadah minggu. Adapun frekuensi perjamuan
kudus dalam gereja-gereja Lutheran, jumlahnya berfariasi, ada yang tiap minggu, (Lutheran
AS), sekali sebulan, tiga bulan sekali. Nyanian dan Musik juga mendapat perhatian juga
mendapat bagian penting di dlam tata ibbadah gerja Lutheran. Aritonang menjelaskan begini:

Dalam tataibadah yang diucapkan luther dan pengikutnya, nyanian dan music
mendapat tempat penting, Musik Gregoriann dari abad-abad pertengahan, masih
dipelihara, tetapi Juga, ditambah,dengan nyanyian-nyanyian yang digubah Luther
sendiri. ….Misalanya Lagu“Allah Benteng Yang Teguh’, (KJ 25). Yang menjadi
semacam nyanyian perang, dalam gerakan reformasi. Nyanyian-nyanyian ini
kemudian dihimpun dalam kitab nyanyian yang ternyata cukup popular.

Tata Ibadah Lutheran, kemudian dibukukan. Pada buku tata ibadah tersebut, aritonang
mentakan rupanya taka ada “Pembacaan hukum tuhan”. Ini terjadi mungkin pengaruh
calvinisme yang cukup kuat di Indonesia.

KEKURANGAN AJARAN LUTHERAN


Jika dipandang secara keseuruhan dapat kita temukan sejulah kelebihan (kesamaan
dengan dokumwn-dokumene oikomenis) di dalam pokok ajaran dan konfesio ajaran
Lutheran, jika kita komparasikan dengan dokumen-dokumen oukomenis, seperti BEM,
(Baptism, Eucarhrist and Ministry), oleh WCC (World Churces Council) atau Dewan Gereja
Dunia, juga DKG (Dokumen Keesan Gereja).. Kemirpan tersebut kita bias lihat sebagai
berikut:

1. Menolak Baptis ulang


Dalam Dokumen Keesaan Gereja (DKG) Bab II Pasal 14 tentang Baptisan
Kudus Nomor 2: Sekalipun berbeda dalam cara pelayanan baptisan,
gerejagereja mengakui dan tidak perlu membaptis ulang orang yang sudah
dibaptis. Baptisan dewasa dan baptisan anak sama diakui dan diterima;
demikian juga baptisan percik atau baptisan selam.15 Luther menolak ajaran
14
Idem_ hlm 58
15
PGI, Dokumen Keesaan Gereja 2019-2024, Bab II Pasal 14
kaum Anabaptis bahwa baptis adalah tanda atau meterai yang meperlihatkan
sungguh-sungguh memahami imannya serta menyatakan imannya bahwa
Yesus Kristus adalah Jurus selamat oleh karena itu baptisan hanya boleh
diyankan bagi orang dewasa karena mereka telah memenuhi syarat-syarat itu
oleh karena itu mereka yang sudah di baptis waktu anak-anak harus di baptis
ulang. 16
Teologi Lutheran tentang makna baptisan yakni sebagai tanda
perjanjian yang adalah berkat dan rsepo yang harus dilakukan oleh setiap
orang percaya, juga secara eksplisit kita temukan dalam dokumen BEM, pada
dokumen Tentang Baptian Pada poin II tentang Makna Baptisan. Terutama
bagian E. berikut Kutipanya :

E. The Sign of the Kingdom


7. Baptism initiates the reality of the new life given in the midst of the
present world. It gives participation in the community of the Holy Spirit. It is
a sign of the Kingdom of God and of the life of the world to come. Through
the gifts of faith, hope and love, baptism has a dynamic which embraces the
whole of life, extends to all nations, and anticipates the day when every
tongue will confess that Jesus Christ is Lord to the glory of God the Father 17
2. Perjamuan kudus
Bukan hanya ritual, tetapi anugerah Allah yang menguatkan iman dan
memberi pengampunan dosa. Harus diterima dengan percaya dan merayakan
dengan benar. Memberikan karunia Allah yang menguatkan iman dan
memberi pengampunan dosa, dan dapat diterima melalui iman pada janji Allah
dalam Perjamuan Kudus.
Dalam Dokumen Keesaan Gereja (DKG) Bab II Pasal 15 tentang
Perjamuan Kudus : Gereja-gereja anggota PGI saling mengakui dan menerima
pelayanan Perjamuan Kudus yang diselenggarakan oleh setiap gereja anggota
PGI menurut pemahaman dan peraturan gereja tersebut. Perjamuan Kudus
adalah perayaan iman mengenang sengsara dan kematian Yesus Kristus di
kayu salib serta kebangkitan dan pengharapan akan kedatangan-Nya kembali.
Saling mengakui dan menerima dalam Perjamuan Kudus bermakna melayani

16
Jan S Aritonang, “Berbagi Aliran di dalam dan sekitar gereja Hlm 53
17
BEM
warga gereja lain dalam Perjamuan Kudus dan juga bersedia merayakan
bersama Perjamuan Kudus secara oikoumenis.18

Selain DKG, di dalam dokumen BEM, pada pembahasan tentang ekarsty juga kita
menemukan kemiripan makna perjamuan kudus yang lumayan miripdengan Ajaran Lutheran.
Terutama pada Pembahasan makna Ekaristy Poin II. Terutama pada poin C dan D :

C. The Gift of the Spirit

5. The Holy Spirit is at work in the lives of people before, in and after their baptism. It is the
same Spirit who revealed Jesus as the Son (Mark 1:10–11) and who empowered and united
the disciples at Pentecost(Acts 2). God bestows upon all baptized persons the anointing and
the promise of the Holy Spirit, marks them with a seal and implants in their hearts the first
instalment of their inheritance as sons and daughters of God. The Holy Spirit nurtures the
life of faith in their hearts until the final deliverance when they will enter into its full
possession, to the praise of the glory of God (II Cor. 1:21—22; Eph. 1:13-14).

D. Incorporation into the Body of Christ

6. Administered in obedience to our Lord, baptism is a sign and seal of our common
discipleship. Through baptism, Christians are brought into union with Christ, with each other
and with the Church of every time and place. Our common baptism, which unites us to
Christ in faith, is thus a basic bond of unity. We are one people and are called to confess and
serve one Lord in each place and in all the world. The union with Christ which we share
through baptism has important implications for Christian unity. “There is... one baptism, one
God and Father of us all ...” (Eph. 4:4—6).When baptismal unity is realized in one holy,
catholic, apostolic Church, a genuine Christian witness can be made to the healing and
reconciling love of God. Therefore, our one baptism into Christ constitutes a call to the
19
churches to overcome their divisions and visibly manifest their fellowship.

Perjamuan kudus merupakan ketetapan lagsung oeh Yesus kristus, yang harus dilakukan
untuk menginta Di. Serta sebagai tanda persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus.

& KELEBIHAN AJARAN LUTHERAN

18
PGI, Dokumen Keesaan Gereja 2019-2024, Bab II Pasal 15
19
BEM EKARIsty
KESIMPULAN
Lutheran berpandangan tentang Baptisan Kudus yang menurutnya merupakan tanda yang
ditetapkan Allah untuk memeteraikan janji-Nya sebagai pengampunan dosa manusia. Namun,
Luther tetap mempertahankan bahwa percaya akan janji Allah perlu, karena hanya dalam
iman orang dapat menikmati janji yang dijanjikan dalam baptisan. Luther menyetujui
Baptisan Anak, dan ia berpandangan bahwa tidak perlu orang mempunyai iman yang matang
untuk menerima baptisan, sebab bukan imanlah yang menjadikan baptisan efektif, melainkan
janji Allah. Tentang perjamuan Kudus Luther tetap percaya akan kehadiran yang nyata dari
tubuh dan darah Kristus “di bawah” roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus. Luther lebih
menonjolkan iman dalam Perjamuan Kudus. Bagi Luther Perjamuan Kudus adalah tanda
nyata bahwa keselamatan yang dijanjikan dalam Firman mengenai penebusan dosa oleh
Kristus pada kayu salib, benar-benar diberikan kepada orang yang menyerahkan diri dalam
iman kepada Allah yang rahmani. Tanpa iman, Perjamuan Kudus menjadi tanda keselamatan
yang tidak efektif. Secara Transubtansia (Roma Katolik) dalam perjamuan kudus: roti dan
anggur berubah benar menjadi tubuh dan darah Kristus setelah didoakan oleh imam. Oleh
karena itu sisa roti dan anggur (karena ada unsur tubuh dan darah Kristus) tidak boleh
dibuang atau diberikan kepada siapa saja yang tidak berhak, tetapi disimpan untuk kali
berikutnya sama seperti pemahaman secara Konsubstansia (Lutheran). – Dalam Perjamuan
Kudus – dalam roti dan anggur hadir tubuh dan darah Kristus bersama sama (berdiam
bersama) dengan unsur roti dan anggur.
DAFTAR PUSATAKA

Anda mungkin juga menyukai