TUGAS DOGMATIKA II
DI SUSUN
OLEH:
KELOMPOK 1
FRANSESCO M TUTA
IMELDA MATRUTY
MARSELINA RUHMASOAL
TASYA IRARATU
2
Gereja Lutheran (stekom.ac.id). Diakses pada 11, februari 2024.
3
Ada tokoh-tokoh zending yang terlebih dahulu memberitakan injil di tanah sumatera, tapi yang paling
termasyur ada;ah Nommensen.
4
Th Van Den End.”Harta Dalam Bejana : sejarah Gereja Ringkas”. (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1995 ), Hlm
265-268.
Paper sederhana ini secara agmblang akan embahas tentang pokok-poko ajaran
Lutheran, serata berakhir dengan sebuah komparasi dengan dokumen-dokumen gereja guna
menemumkan “kekurangan”dan “Kelebihan” dari Ajaran-ajaran Lutheran dalam bingkai
oikumenis. Diharapkan hulu dari pemabahasa paper ini membawa kita pada sebuah muaraa
pengetahuan bergereja, yang oikomenis. Sebagai bentuk komitmen iman kita terhadap Tuhan
Yesusu sang kepala gereja.
9
Jan s Aritonang, hlm 51.
10
Queency Christie Wauran “Teologi Perjamuan Kudus, Menurut Luther Swingly Dan Calvin “,
Dalam
:https://www.researchgate.net/publication/282855258_Teologi_Perjamuan_Kudus_Suatu_Perbandingan_Panda
ngan_Gereja_Katholik_Luther_Zwingli_dan_Calvin diakses pada 10 Februari 2024..
keyakinan bahwa, janji Allah sebagaiman yang dimeteraikan Allah kepada umatnya juga
berlaku untuk seluruh keluarga Kristen, termasuk anak-anak.11
11
Jan S Aritonang, berbagai Aliran di dalam dan di luar gereja,” Hlm 53
12
Idem_ Hlm 54-57.
13
Idem_Hlm 59-60
Untuk penjelasan yang lebih lanjut tentang tata ibadah, Melthon (1993) Vatja (1977)
(Mengutip Aritonang). Menjelasakan, bahwa:
Karena itu kalaupun ada perubahan yang mendasar tentang dibandingkan dengan tata
ibadah di GKR (Gereja Katolik Roma), adalah pemggunaan Bahasa setempat – jadi
tidak ada lagi Bahasa Latin dalsm khutbah dan nyanyian. Lebih dari pada itu: khotbah
dijadikan pusat ibadah, sebagai ganti Perjamuan Kudus, (ekaristi).dalam setiap ibadah
mingguharus ada pemberitaan firman Tuhan. Sedangkan Perjamuan Kudus tidak
mesti diselenggarakan pada setiap ibadah minggu.14
Jadi, sebagai buah dari kritiknya terhadap GKR, pada tata peribadahannya, (meski dasarnya
sama dengan GKR), luther menjadikan Firman Tuhan sebagai pusat peribadahan, sedangkan
Perjamuan Kudus tak mesti dilakukan setiap ibadah minggu. Adapun frekuensi perjamuan
kudus dalam gereja-gereja Lutheran, jumlahnya berfariasi, ada yang tiap minggu, (Lutheran
AS), sekali sebulan, tiga bulan sekali. Nyanian dan Musik juga mendapat perhatian juga
mendapat bagian penting di dlam tata ibbadah gerja Lutheran. Aritonang menjelaskan begini:
Dalam tataibadah yang diucapkan luther dan pengikutnya, nyanian dan music
mendapat tempat penting, Musik Gregoriann dari abad-abad pertengahan, masih
dipelihara, tetapi Juga, ditambah,dengan nyanyian-nyanyian yang digubah Luther
sendiri. ….Misalanya Lagu“Allah Benteng Yang Teguh’, (KJ 25). Yang menjadi
semacam nyanyian perang, dalam gerakan reformasi. Nyanyian-nyanyian ini
kemudian dihimpun dalam kitab nyanyian yang ternyata cukup popular.
Tata Ibadah Lutheran, kemudian dibukukan. Pada buku tata ibadah tersebut, aritonang
mentakan rupanya taka ada “Pembacaan hukum tuhan”. Ini terjadi mungkin pengaruh
calvinisme yang cukup kuat di Indonesia.
16
Jan S Aritonang, “Berbagi Aliran di dalam dan sekitar gereja Hlm 53
17
BEM
warga gereja lain dalam Perjamuan Kudus dan juga bersedia merayakan
bersama Perjamuan Kudus secara oikoumenis.18
Selain DKG, di dalam dokumen BEM, pada pembahasan tentang ekarsty juga kita
menemukan kemiripan makna perjamuan kudus yang lumayan miripdengan Ajaran Lutheran.
Terutama pada Pembahasan makna Ekaristy Poin II. Terutama pada poin C dan D :
5. The Holy Spirit is at work in the lives of people before, in and after their baptism. It is the
same Spirit who revealed Jesus as the Son (Mark 1:10–11) and who empowered and united
the disciples at Pentecost(Acts 2). God bestows upon all baptized persons the anointing and
the promise of the Holy Spirit, marks them with a seal and implants in their hearts the first
instalment of their inheritance as sons and daughters of God. The Holy Spirit nurtures the
life of faith in their hearts until the final deliverance when they will enter into its full
possession, to the praise of the glory of God (II Cor. 1:21—22; Eph. 1:13-14).
6. Administered in obedience to our Lord, baptism is a sign and seal of our common
discipleship. Through baptism, Christians are brought into union with Christ, with each other
and with the Church of every time and place. Our common baptism, which unites us to
Christ in faith, is thus a basic bond of unity. We are one people and are called to confess and
serve one Lord in each place and in all the world. The union with Christ which we share
through baptism has important implications for Christian unity. “There is... one baptism, one
God and Father of us all ...” (Eph. 4:4—6).When baptismal unity is realized in one holy,
catholic, apostolic Church, a genuine Christian witness can be made to the healing and
reconciling love of God. Therefore, our one baptism into Christ constitutes a call to the
19
churches to overcome their divisions and visibly manifest their fellowship.
Perjamuan kudus merupakan ketetapan lagsung oeh Yesus kristus, yang harus dilakukan
untuk menginta Di. Serta sebagai tanda persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus.
18
PGI, Dokumen Keesaan Gereja 2019-2024, Bab II Pasal 15
19
BEM EKARIsty
KESIMPULAN
Lutheran berpandangan tentang Baptisan Kudus yang menurutnya merupakan tanda yang
ditetapkan Allah untuk memeteraikan janji-Nya sebagai pengampunan dosa manusia. Namun,
Luther tetap mempertahankan bahwa percaya akan janji Allah perlu, karena hanya dalam
iman orang dapat menikmati janji yang dijanjikan dalam baptisan. Luther menyetujui
Baptisan Anak, dan ia berpandangan bahwa tidak perlu orang mempunyai iman yang matang
untuk menerima baptisan, sebab bukan imanlah yang menjadikan baptisan efektif, melainkan
janji Allah. Tentang perjamuan Kudus Luther tetap percaya akan kehadiran yang nyata dari
tubuh dan darah Kristus “di bawah” roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus. Luther lebih
menonjolkan iman dalam Perjamuan Kudus. Bagi Luther Perjamuan Kudus adalah tanda
nyata bahwa keselamatan yang dijanjikan dalam Firman mengenai penebusan dosa oleh
Kristus pada kayu salib, benar-benar diberikan kepada orang yang menyerahkan diri dalam
iman kepada Allah yang rahmani. Tanpa iman, Perjamuan Kudus menjadi tanda keselamatan
yang tidak efektif. Secara Transubtansia (Roma Katolik) dalam perjamuan kudus: roti dan
anggur berubah benar menjadi tubuh dan darah Kristus setelah didoakan oleh imam. Oleh
karena itu sisa roti dan anggur (karena ada unsur tubuh dan darah Kristus) tidak boleh
dibuang atau diberikan kepada siapa saja yang tidak berhak, tetapi disimpan untuk kali
berikutnya sama seperti pemahaman secara Konsubstansia (Lutheran). – Dalam Perjamuan
Kudus – dalam roti dan anggur hadir tubuh dan darah Kristus bersama sama (berdiam
bersama) dengan unsur roti dan anggur.
DAFTAR PUSATAKA