Anda di halaman 1dari 12

TEOLOGI REFORMASI

“Marthin Luther : Pembenaran Hanya Oleh Iman & Gereja”

DOSEN
Pdt. DR. Ineke M. Tombeng, S.Th, M.Si

Kelompok 1

Fransisko Jeheskiel Gosal


Abraham Paat
Deysi Saranaung

YAYASAN GMIM DS. A.Z.R WENAS


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
FAKULTAS TEOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
Marthin Luther adalah salah satu tokoh sentral dalam Sejarah gereja, dalam cikal bakal
gerakan Reformasi. Marthin Luther lahir pada tanggal 10 November 1483, di Eisleben, Saxony,
Prusia (Jerman Sekarang). Luther lahir sebagai anak sulung dari Sembilan bersaudara. Sehari
kemudia ia dibaptis dengan nama pelindung Marthin(us). Ayahnya bernama Hans Luther dan
ibunya Margaretha Lindemann. Ia dilahirkan dalam keluarga penambang kelas menengah. 1 Dalam
konteks kehidupan religius keluarganya, masih percaya pada takhyul walaupun mereka sudah
memeluk agama Katholik. Orang tua Luther membenarkan tentang ritus-ritus gereja yang bersifat
Gaib, untuk menangkal kuasa gaib. sebagai seorang Katholik yang saleh, Luther menghadiri misa
secara teratur rajin belajar sepuluh hokum Doa bapa kami dan pengakuan Iman, itulah sebabnya
ia menjadi pendoa yang rajin dan mempunyai talenta untuk menyayikan lagu-lagu rohani populer.2
“Unless I am convinced by Sacred Scripture or by evident reason, I will not recant. My
conscience is held captive by the Word of God and to act against conscience is neither right nor
safe.” (“Kecuali saya diyakinkan oleh Kitab Suci atau dengan alasan yang jelas, saya tidak akan
menarik kembali. Hati nurani saya ditawan oleh Firman Tuhan dan bertindak melawan hati nurani
bukanlah hal yang benar dan juga tidak aman”).
Kata-kata ini diucapkan oleh Martin Luther pada 18 April 1521 ketika ia dihadapkan
dengan sidang kekaisaran di kota Worms di hadapan kaisar Charles V yang menjadi penguasa
Jerman (dan beberapa bagian Eropa lainnya) pada saat itu, serta di hadapan para pemimpin
gerejawi. Luther dipanggil ke kota ini dengan tujuan supaya ia menarik kembali perkataan dan
pengajarannya. Ia diminta untuk mengaku salah di depan publik mengenai apa yang ia tuliskan
dan ajarkan tentang injil, keselamatan melalui iman, dan hakikat gereja. Tetapi Luther tidak
bersedia mengaku salah dan menarik pengajarannya.3 Ia yakin sepenuhnya bahwa Alkitab dengan
jelas mengajarkan kebenaran tentang manusia, jalan keselamatan, dan kehidupan Kristen. Ia
melihat bahwa kebenaran-kebenaran yang penting ini sudah dikaburkan dan diselewengkan oleh

1 A. Eddy Kristiyanto OFM, Cs, Marthin Luther: Musa Jerman, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2017) Hal. 11
2 Pdt. H.W.B. Sumakul, Ph.D., Pangilan Iman dalam Teologi Luther dan Calvin, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2016) Hal. 3-4


3 https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/77/85 Diakses pada hari
Minggu, 6 Maret 2022, Jam 15.45 WITA.

2
gereja-gereja pada saat itu, yang seharusnya justru menjadi pembela yang setia. Di mata Luther,
dasar penyelewengan gereja pada saat itu adalah pengajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab. Ia
tidak dapat tahan lagi melihat kerusakan gereja yang telah melawan Alkitab, dan hal ini juga sudah
mencemari aspek-aspek kehidupan gereja lainnya.
Marthin Luther menyadari bahwa kerusakan gereja hanya dapat diperbaiki jikalau Doktrin
dikembalikan kepada Alkitab. Marthin Luther tidak menyangkal kalau manusia memiliki
kehendak tetapi kehendaknya sudah tidak netral lagi. Oleh karena kehendak manusia telah
dibelenggu oleh dosa.
Marthin Luther menyadari bahwa Otoritas hanya terdapat pada Alkitab. Oleh karena itu,
dari Alkitab kita beroleh pengharapan Iman berdasarkan otoritas tertinggi yang diwahyukan oleh
Allah. Jikalau bukan Allah yang mewahyuhkan Alkitab, maka tidak ada firman Tuhan didalam
Dunia. Jikalau tidak ada firman Tuhan, maka kita akan kehilangan otoritas yang sejati. Itulah
sebabnya kita harus kembali kepada otoritas Alkitab.
Pada saat gereja kembali kepada Alkitab, barulah gereja akan menyadari dimana
penyelewengan itu terjadi, baik didalam organisasi, upacara, tradisi, individu, administrasi, dll,
maka hanya dengan tolok ukur pengajaran Alkitab, gerja dapat menilai segala sesuatu.
Ada 3 Sola yang disampaikan oleh Marthin Luther yaitu:
1. Solafide (Hanya Oleh Iman)
2. Solagratia (Hanya Oleh Anugerah)
3. Solascriptura (Hanya oleh Pengenalan akan Kitab Suci)
Marthin Luther memandang bahwa, Keselamatan dan Konsekuensinya, kehidupan Kekal
tidak diperoleh karena perbuatan baik manusia, tetapi diperoleh hanya oleh Karena Anugerah
Tuhan melalui Iman Percaya kita pada Tuhan Allah yang Ia kerjakan didalam Yesus Kristus.
Luther menjadi penentang beberapa ajaran dan praktik dalam Gereja Katolik Roma. Ia sangat
membantah pandangan Katolik mengenai indulgensi sebagaimana yang ia pahami, bahwa
kebebasan dari hukuman akibat dosa dapat dibeli dengan uang. Luther mengajarkan bahwa
keselamatan dan, konsekuensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh dengan perbuatan-perbuatan
baik, namun diterima oleh orang percaya semata-mata sebagai anugerah bebas dari rahmat Allah
melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus dari dosa. Teologinya menantang otoritas dan

3
jabatan kepausan dengan mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan
yang diwahyukan secara ilahiah dari Allah.4

4https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022,


Jam 18.11 WITA

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembenaran hanya oleh Iman

Pembenaran Oleh Iman atau disebut Juga dengan Kata “Solafide” adalah pemahaman iman
yang sangat mengandalkan iman kepada Yesus Kristus 5 Solafide bermula dari zaman reformasi
pada abad 16 yang dipelopori oleh Martin Luther, Yohanes Kalvin dan Zwingli. Solafide
mengajarkan bahwa keselamatan manusia hanya diperoleh dari pembenaran oleh iman semata-
mata. Ajaran ini merupakan reaksi terhadap ajaran yang menekankan keselamatan manusia
terletak pada perbuatan baik manusia. Selain ajaran yang menekankan perbuatan baik, hal ini juga
merupakan kritik terhadap gereja Kristen pra reformasi yang mengajarkan bahwa keselamatan
hanya ada dalam gereja.6

Jika melihat penjelasan tentang Marthin Luther dalam biografinya, pembenaran oleh iman
memang adalah pengajaran yang penting bagi Luther.7 Luther mengatakan pengalamannya dalam
menemukan kembali ajaran tersebut membuatnya seperti “lahir kembali,” dan merasa seperti
masuk “pintu gerbang” Firdaus, Luther merasa demikian sebab ia telah berusaha dengan segala
jerih lelahnya untuk hidup memenuhi tuntutan Allah dalam syarat perjanjian-Nya, namun Luther
mendapati dirinya makin tidak yakin akan dibenarkan Allah. Dalam biografinya Luther menulis,
“Although I lived an irreproachable life as a monk, I felt that I was a sinner with an uneasy
conscience before God; nor was I able to believe that I had pleased him with my satisfation…” 8
pada waktu Luther memahami bahwa pembenaran adalah anugerah Allah dalam Kristus yang
diterima dengan iman, maka Luther merasakan ada pencerahan yang telah membuat
pergumulannya terjawab. Luther kemudian menulis:

“I began to understand that righteousness of God as that by which


the righteous person lives by the gift of God…the righteousness of
God…refer to a passive righteousness, by which the merciful God
justifies us by faith…This immediately made me feel as though I

5 F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), Hal. 26
6 Alister E. Mcgrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), Hal,
26
7 Euan Cameron, The European Reformation (USA: Oxford University Press, 1991), Hal. 121.
8 McGrath, Luther’s Theology, 97; Heiko A. Oberman, Luther: Between God and the
Devil, trans. Eileen Walliser-Schwarzbart (US: Yale University Press, 1989), 153-154.

5
have been born again, and as though I had entered through open
gates into paradise itself…” 9

(Saya mulai memahami kebenaran Tuhan itu sebagai mana


orang benar hidup oleh pemberian Tuhan… kebenaran dari
Tuhan…mengacu pada kebenaran pasif, yang dengannya Tuhan yang berbelas kasih
membenarkan kita dengan iman...Ini segera membuatku merasa seolah-olah aku
telah dilahirkan kembali, dan seolah-olah saya telah masuk melalui jalan terbuka
gerbang ke surga itu sendiri…”)

Ajaran Luther mengenai pembenaran oleh iman akan dipahami dengan lebih tepat dengan
mengerti terlebih dahulu konteks teologis dan spiritual dari pergumulan Luther. Konteks yang
dimaksudkan berkaitan dengan pergumulan teologis yang Luther sedang hadapi sehingga ia
akhirnya menemukan kembali ajaran pembenaran oleh iman, dan pergumulan spiritual yang
sedang dipergumulkan masyarakat abad pertengahan yang juga menjadi pergumulan Luther.
David C. Steinmetz mengistilahkan konteks pergumulan ini dengan frasa “the spiritual
environment of the late medieval world.” Yang dimaksudkan dengan “spiritual environment” oleh
Steinmetz adalah pergumulan teologis dari Luther akan gagasan mengenai keselamatan, iman,
harapan, kebajikan dan penetapan Allah atas keselamatan.10
Pada tahun 1517, pada tanggal 31 Oktober, Luther menempelkan 95 tesis/Dalilnya di pintu
Gereja di Wittenberg. Pemakuan 95 tesis tersebut adalah salah satu dari buah pergumulan Luther
bahwa manusia tidaklah mampu mengerjakan bagiannya dalam pembenaran. Dalam tesis tersebut
Luther dengan tegas menolak surat pengampunan dosa (Indulgensia) sebagai syarat untuk
menghapuskan Dosa-dosa manusia. Luther bahkan menegaskan surat pengampunan dosa hanya
menguntungkan mereka yang hidup. Luther di sini menyerang pemanipulasian surat pengampunan
dosa. Bagi Luther pertobatan yang sejatilah yang menjadi kunci dari keselamatan (pembenaran)
bagi seseorang, dan pertobatan yang sejati adalah pemberian Allah. Yang Luther maksudkan
sepertinya menunjuk pada kesadaran bahwa manusia adalah orang yang sangat berdosa yang
selayaknya menerima penghukuman Tuhan, yang hanya dapat menggantungkan keselamatan
dirinya pada pertolongan Tuhan semata.

9 Alister E. McGrath, Reformation Thought: An Introduction, 2nd. ed. (Oxford: Blackwell,


1993), Hal. 95.
10 David C. Steinmetz, Luther in Context (Grand Rapids: Baker Books, 1995), Hal. 2.

6
Pada tahun 1518, Luther bergumul dengan gagasan mengenai salib Kristus. Luther telah
tiba pada kesimpulan bahwa Allah menyatakan dirinya dalam salib. Yang Luther maksudkan
dengan salib di sini menunjuk pada dua hal yakni salib Kristus dan penderitaan yang harus dialami
manusia. Pembenaran adalah karya Allah dan Allah menyatakannya melalui salib Kristus. Jadi,
supaya manusia dapat dibenarkan maka manusia harus melihat karya Allah dalam salib Kristus.
Namun bagaimanakah supaya manusia mampu melihat penyataan Allah (anugerah pembenaran
dari Allah) dalam salib? Maka manusia harus mempunyai iman. Inilah signifikansi iman bagi
Luther, tanpa iman manusia tidak akan mampu melihat “penyataan Allah,” tanpa iman manusia
tidak akan mampu melihat “karya Allah dalam Kristus dalam membenarkan manusia.”
Gagasan Luther mengenai signifikansi iman tidak lepas dari interaksinya dengan Kitab
Suci. Pada tahun 1516-1518 Luther mengajar kitab Ibrani. Pemahaman Luther mengenai iman
yang dipandang sebagai kunci dalam memahami penyataan Allah (anugerah Allah) terkait erat
dengan Ibrani 11:1. Gagasan Luther mengenai signifikansi iman dalam pembenaran nampak waktu
Luther membahas Ibarani 11:8 mengenai bagaimanakah Abraham dibenarkan oleh Allah. Waktu
Luther membahas bagian tersebut Luther menemukan bahwa sama seperti Abraham percaya
kepada janji Allah, maka iman yang benar selalu terkait dengan kepercayaan atau penyerahan diri
pada janji-janji Allah. Luther meyakini bahwa iman adalah pemberian Allah, namun Allah akan
memberikannya kepada orang-orang yang “humble” (kesadaran bahwa diri manusia adalah orang
yang berdosa) melalui jalan salib. Bagi Luther salib bukan saja menunjuk pada salib Kristus
namun juga menunjuk pada ‘penderitaan’ yang manusia harus alami.11
Pada tahun 1519, pemahaman Luther mengenai pembenaran sampai pada titik utamanya.
Dalam persidangan di Leipiz, Luther menegaskan bahwa pembenaran adalah karya Allah dalam
Kristus yang diterima hanya melalui iman (yang adalah pemberian Allah juga).
Luther menyatakan bahwa keselamatan manusia hanya diperoleh karena iman kepada
karya anugerah Allah yang dikerjakan-Nya melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan
oleh Kitab Suci, Efesus 2:8-9 “Sebab karena kasih karunia kamudiselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasilpekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri”. Yang terpenting bagi Luther adalah doktrin pembenaran – tindakan Allah
menyatakan benar seorang berdosa – oleh iman saja melalui kasih karunia atau rahmat Allah. Ia

11file:///C:/Users/HESKY/Downloads/133-Article%20Text-415-1-10-20190513.pdf
diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022, Jam 17.20 WITA

7
mulai mengajarkan bahwa keselamatan ataupun penebusan adalah suatu anugerah dari rahmat
Allah, yang dapat dicapai melalui iman semata dalam Yesus sebagai Mesias. 12

2. Gereja
Berbicara tentang gereja, maka Luther menjadi salah satu reformasi Gereja. Marthin Luther
dengan keberaniannya, ia berani mengkritik penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh
gereja, sehingga muncullah gerekan Reformasi Gereja. Gerekan Reformasi adalah suatu gerekan
untuk mengembalikan kekristenan kepada Otoritas Alkitab, dengan iman dan kepercayaan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Firman Allah, dan mempertahankan kebenaran serta pelaksanaan
kebenaran. 13
Luther menentang praktik penyalahgunaan indulgensia yan g dilakukan oleh Gereja Katholik
(penghapusan hukuman sementara akibat dosa) pada saat itu. Luther menyatakan bahwa manusia
diselamatkan bukan karena amal atau perbuatannya yang baik, melainkan semata-mata oleh karena
anugerah Allah. Hal ini didasarkan pada perkataan Paulus dalam Surat Roma: "Akan tetapi Allah
menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kitamasih
berdosa." (Roma 5:8).
Karena terpengaruh oleh Wycliffe dan Johan Huss yang menolak hierarki gereja,maka dengan
demikian Luther juga menolak Gereja yang hierarkis sebagaimana yangdipelihatkan oleh Gereja
Roma. Akibatnya, ia menolak Ekaristi sebagai kurban. Karena kurban (salib) Yesus Kristus hanya
terjadi sekali, dan tidak terulang lagi untuk selama-lamanya. Luther kemudian mereduksikan
jumlah sakramen dari 7 (tujuh) menjadi 2 (dua) :Baptis dan Perjamuan Kudus.14
Mengenai Hirarki Gereja, Marthin Luther memandang bahwa jabatan yang ada di dalam
Gereja tidak lagi penting. Hal ini dikarenakan Martin Luther melihat dengan jelas kebobrokan
dalam hirarki Gereja pada masa itu. Bagi Martin Luther Gereja sebagai kenyataan rohani adalah
di mana saja sabda ilahi diwartakan secara murni dan dan sakramen-sakramen diterimakan sesuai
dengan yang dikatakan dalam Alkitab. Martin Luther juga beranggapan bahwa pembaharuan iman

12 https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022,


Jam 16.18 WITA
13 Stephen Tong, Reformasi dan Teologi Reformed (Surabaya: Momentum, 2020) Hal. 13-15.
14 https://www.coursehero.com/file/p5imq1v/khas-ajaran-Reformasi-disimpulkan-

dalam-tiga-sola-yaitu-sola-fide-Hanya-Iman/ diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022, Jam 17.00


WITA

8
dan hidup Kristiani bukan bersumber pada jabatan Gereja atau tradisi yang terdapat dalam umat,
tetapi atas Anugerah Tuhan.
Menurut Martin Luther, setiap orang dapat menjalankan tugas imamat dengan
menghubungkan diri secara langsung kepada Allah. Para imam dipandang sebagai pribadi yang
menampilkan kepengantaraan Kristus di dunia ini, Martin Luther menolak gagasan itu dan
memandang semua orang beriman sebagai imam, karena dalam iman mereka mengambil bagian
bukan hanya dalam keilahian Kristus tetapi dalam tugas dan kuasa-Nya.
Menurut Luher, Imamat Am itu merupakan bentuk peran serta umat, karena kuasa imamat
tidak terbatas pada sekelompok khusus anggota Gereja, tetapi terbuka untuk semua orang. Setiap
orang yang hadir di hadapan Allah dalam doa dan memohon untuk orang lain adalah seorang
imam.
Martin Luther menolak gagasan bahwa para imam dan pertapa mempunyai kedudukan lebih
tinggi atau lebih suci daripada mereka yang menjalani tugas duniawi. Dengan demikian, menurut
pandangan Martin Luther hirarki Gereja itu ditiadakan karena ia menggangap hirarki Gereja itu
seperti sistem pemerintahan di mana Paus memiliki kekuasaan tertinggi untuk mengatur
bawahannya, yaitu umat. Semua orang Kristen mempunyai derajat rohani yang sama. Perbedaan
yang ada hanyalah perbedaan jabatan dan fungsi, bukan derajat.15

https://text-id.123dok.com/document/dzx03prdz-hirarki-gereja-1-menurut-martin-
15

luther.html diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022, Jam 19.30 WITA

9
BAB III
PENUTUP
Solafide bermula dari zaman reformasi pada abad 16 yang dipelopori oleh Martin Luther,
Yohanes Kalvin dan Zwingli. Solafide mengajarkan bahwa keselamatan manusia hanya diperoleh
dari pembenaran oleh iman semata-mata. Ajaran ini merupakan reaksi terhadap ajaran yang
menekankan keselamatan manusia terletak pada perbuatan baik manusia. Selain ajaran yang
menekankan perbuatan baik, hal ini juga merupakan kritik terhadap gereja Kristen pra reformasi
yang mengajarkan bahwa keselamatan hanya ada dalam gereja.
`Teologi Luther tentang pembenaran dapat dilihat dalam beberapa point Pokok, yaitu:
a) Pembenaran adalah anugerah Allah.
b) Manusia tidak dapat mengerjakan kewajiban minimum dalam ikatan perjanjian (terkait
pembenaran) antara Allah dan manusia.
c) Allah-lah yang berkarya dalam diri manusia supaya apa yang menjadi syarat
pembenaran yakni humility dan faith yang harus ada dalam diri manusia tersebut dapat
terpenuhi.
Pilar-pilar Terpenting Tentang Doktrin Martin Luther, dapat dilihat dalam:
 Ajaran tentang Yustifikasi (pembenaran), yang radikal atas manusia melalui
solafide.
 Ajaran tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab, yang dipandang sebagai satu-
satunya sumber kebenaran.
 Ajaran tentang imamat umum dalam kaitannya dengan kuasa untuk menafsirkan
kitab.
Menurut Luther, Semua orang Kristen mempunyai derajat rohani yang sama. Perbedaan
yang ada hanyalah perbedaan jabatan dan fungsi, bukan derajat dan kedudukan dalam Gereja.
Semua manusia sama di mata Tuhan karena semua manusia adalah mahluk yang berdosa yang
oleh Karena Kasih Allah yang Ia kerjakan didalam Kristus Yesus sehingga membuat manusia
dibenarkan karena iman kepada Yesus Kristus. Pembenaran, Penebusan dan Pendamaian yang
diterima Manusia secara cuma-cuma berasal dari Allah.
Orang Kristen harus menyadari bahwa Keselamatan dan Pembenaran Oleh Allah, yang Ia
Kerjakan didalam Yesus Kristus, merupakan bentuk Kasih-Nya dan Karya Agung-Nya terhadap
Manusia, sehingga Manusia dibenarkan karena iman kepada Yesus Kristus (Roma 3: 21-31).

10
DAFTAR PUSTAKA

Cameron, Euan. 1991. The European Reformation. USA: Oxford University Press.

Kristiyanto OFM, A. Eddy Cs,. 2017. Marthin Luther: Musa Jerman. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Mcgrath, Alister E. 2006. Sejarah Pemikiran Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

McGrath, Alister E. 1993. Reformation Thought: An Introduction, 2nd. ed. Oxford:


Blackwell.

Oberman, Heiko A. 1989. Luther: Between God and the Devil, trans. Eileen Walliser-
Schwarzbart. US: Yale University Press.

Sumakul, H.W.B. 2016. Pangilan Iman dalam Teologi Luther dan Calvin. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Steinmetz, David C. 1995. Luther in Context. Grand Rapids: Baker Books.

Tong, Stephen. 2020. Reformasi dan Teologi Reformed. Surabaya: Momentum.

Wellem, F.D. 2006. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

REFERENSI

https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/77/85 Diakses pada hari


Minggu, 6 Maret 2022, Jam 15.45 WITA.

https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022,


Jam 18.11 WITA

file:///C:/Users/HESKY/Downloads/133-Article%20Text-415-1-10-20190513.pdf
diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022, Jam 17.20 WITA

11
https://id.wikipedia.org/wiki/Martin_Luther diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022,
Jam 16.18 WITA

https://www.coursehero.com/file/p5imq1v/khas-ajaran-Reformasi-disimpulkan-
dalam-tiga-sola-yaitu-sola-fide-Hanya-Iman/ diakses pada hari Senin, 14
Maret 2022, Jam 17.00 WITA

https://text-id.123dok.com/document/dzx03prdz-hirarki-gereja-1-menurut-martin-
luther.html diakses pada hari Senin, 14 Maret 2022, Jam 19.30 WITA

12

Anda mungkin juga menyukai