5
F. Sullivan, Salvation outside the Church,109
6
F. Sullivan, Salvation outside the Church,109.
umat beriman juga mengamati sikap ekstrim lainnya ialah bahwa orang-
orang katolik mulai diyakinkan oleh Rousseau yang mengarah kepada
relativisme dengan berpendapat bahwa keselamatan bisa diperoleh oleh
setiap orang, tidak peduli apa pun agamanya. Menghadapi dua ektrim itu
Paus menghimbau kepada semua uskup yang hadir pada perayaan mulia
itu untuk melawan "indifferentisme religius" itu. Menurut Pius IX Gereja
harus mempertahankan keyakinannya bahwa kepercayaan pada Kristus,
baptisan dan keanggotaan Gereja adalah perlu bagi keselamatan. Dari lain
pihak Paus juga merasa harus membela bahwa Tuhan adalah adil, sehingga
Ia tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Pius IX menjelaskan
ajarannya – yang menurut hemat saya cukup seimbang dan amat bijaksana
– sebagai berikut:
"Bukan tanpa kesedihan kita mengetahui adanya kekeliruan berat di
antara orang-orang katolik yang berfikir bahwa keselamatan kekal dapat
diperoleh oleh siapa saja tanpa perlu peranan Gereja Kristus yang benar.
Dengan alasan tersebut maka mereka menjadi acuh tah acuh terhadap
ajaran Gereja dan hidup seperti orang-orang yang tidak pernah mengenal
Kristus. Jauh dari maksud kami untuk membatasi daya kerja rahmat Allah
yang tidak terbatas bagi semua orang. Jauh dari maksud kami untuk
berpretensi bahwa kami dapat menyelami isi pikiran Allah. Namun sesuai
dengan kewajiban tugas kerasulan kami, kami ingin menghimbau kepada
semua uskup supaya anda menggunakan seluruh tenaga dan kemampuan
anda untuk memberantas tuntas pandangan umat bahwa keselamatan
dapat dicapai juga di luar Gereja, yakni di dalam setiap agama. Anda harus
berusaha meyakinkan umat bahwa dogma Gereja tidaklah bertentangan
dengan hakekat Tuhan yang adil dan penuh belas kasih. Kita harus yakin
dan teguh bahwa di luar Gereja Roma Katolik, yakni satu-satunya bahtera
keselamatan, tidak ada keselamatan. Namun demikian, kita rupanya juga
harus menyakini bahwa mereka yang hidup tanpa mengenal agama yang
benar, jika kesalahan mereka tidak teratasi (error invincibilis), maka mereka
tidak akan diminta pertanggungjawaban oleh Tuhan atas hal itu." 7
Pius IX perlu menegaskan bahwa keselamatan ada di dalam Gereja
7
Singulari quadam, Acta Pii IX, I/1, 626. Lihat F. Sullivan, Salvation outside the Church,113.
katolik. Dan bagi orang-orang katolik keselamatan itu tidak dapat diperoleh
di luar Gereja. Pertama, ini bukanlah penegasan yang perlu dicurigai
sebagai sikap fanatik, sombong dan mau menang sendiri. Penegasan yang
sama itu akan diucapkan oleh para pemimpin agama mana pun di dunia ini
untuk agamanya sendiri bagi para penganutnya. Himbauan ini secara wajar
dapat diterima karena disampaikan kepada umat gembalaan Sri Paus itu
sendiri. Itulah tugas utama Paus, yaitu untuk meneguhkan dan
meyakinkan iman umatnya. Kedua, Pius IX juga mengerti persoalan bahwa
orang-orang yang berada di luar Gereja katolik tanpa kesalahannya sendiri
dapat memperoleh keselamatan. Paus juga bersikap adil dan ingin membela
keadilan dan kebaikan Allah. Allah tidak akan menghukum orang-orang
yang tanpa keselahannya sendiri tidak mengenal Injil. Secara substansial
Pius IX sependapat dengan Giovanni Perrone, teolog yang hidup sezaman
dengan beliau, bahwa semboyan extra ecclesiam nulla salus hanya
diperuntukkan bagi mereka yang berada di luar Gereja karena kesalahan
(culpabilis) mereka sendiri, yaitu orang murtad atau orang yang sudah
mendapat promulgasi hukum injili (lex evangelica) tetapi tidak mau
percaya. Menurut F. Sullivan, SJ, ajaran Pius IX di atas adalah dokumen
kepausan pertama yang berbicara secara eksplisit bahwa semboyan "di luar
Gereja tidak ada keselamatan" hanya dikenakan bagi mereka yang bersalah,
bukan kepada semua orang tanpa pandang bulu. Tambahan kata culpabilis
(hanya mereka yang dapat disalahkan) ini juga membela keadilan Tuhan.
Rousseau telah menyerang Tuhannya orang kristen sebagai Tuhan yang
tidak adil, karena menghukum orang-orang tak bersalah yang tidak
termasuk anggota Gereja. Kini Pius IX secara tidak langsung melawan
Rousseau dan membela keadilan Tuhan. Tuhan tidak menghukum orang-
orang yang tidak bersalah. Tuhan hanya menghukum orang-orang yang
bersalah, karena Tuhan adalah Maha adil.
Secara lebih rinci F. Sullivan menguraikan teologi Pius IX sbb: "Patut
diperhatikan bagaimana Pius IX menerangkan bahwa orang yang tanpa
salah berada di luar Gereja itu dapat diselamatkan. Keadaan tak bersalah
(inculpabilis) adalah syarat atau conditio supaya orang dapat diselamatkan;
namun keadaan itu bukanlah sebab atau causa keselamatannya. Tidak
tepat juga mengatakan bahwa orang-orang yang tidak dibaptis (non-
baptizati ) dapat diselamatkan dengan berbuat baik, yaitu hidup sesuai
dengan hukum kodrati. Pandangan itu akan jatuh pada Pelagianisme yang
sudah dilawan oleh St. Agustinus. Pius IX mengajarkan bahwa causa atau
penyebab keselamatan itu ialah rahmat Allah. Tegasnya Pius IX
mengajarkan, "Mereka yang tanpa salah tidak mengenal agama kita yang
benar ini, melalui cara hidup yang sesuai dengan hukum alam dan hukum
Allah yang terukir dalam hati nurani mereka, dan hidup dengan jujur dan
lurus, berkat rahmat Allah akan memperoleh keselamatan kekal."8
8
F. Sullivan, Salvation outside the Church,115.
9 Sama seperti Giovanni Perrone SJ, demikian pula Johann B. Franzelin SJ adalah juga
professor di Collegium Romanum (yang sekarang adalah Universitas Gregoriana). Franzelin
mengajar di sana tahun 1858 – 1876, ketika ia kemudian diangkat menjadi kardinal oleh Pius
IX. Lihat, F. Sullivan, Salvation outside the Church,117.
Gereja diterangkan oleh Franzelin sebagai berikut. Pertama-tama perlu
ditegaskan bahwa tidak ada keselamatan tanpa adanya iman supranatural.
Iman semacam itu muncul karena dua sebab, yakni dari mendengarkan
Sabda Allah dan dari penerangan batin dari Tuhan. Bila iman muncul dari
mendengarkan Sabda, berarti iman itu muncul dari perwartaan Gereja.
Gereja adalah komunitas beriman yang mewariskan tradisi iman (depositum
fidei). Kalau demikianlah peranan Gereja di dalam menimbulkan iman
supranatural yang adalah prasyarat keselamatan, maka keselamatan itu
datang dari Allah melalui Gereja. Para anggota Gereja sampai pada
keselamatan itu melalui kesatuan kelihatan (communio visibilis) dengan
Gereja.
b. Keselamatan dalam relasi dengan Gereja. Bagi mereka yang tidak
dibaptis, keselamatan diperoleh karena atas salah satu cara mereka juga
dihubungkan dengan Gereja. Franzelin menjelaskannya demikian, "Tidak
ada keselamatan di luar Gereja" berarti tidak ada keselamatan tanpa relasi
penyelamatan (a saving relationship) dengan Gereja di atas bumi ini. Itu
berarti bahwa adanya relasi tertentu dengan Gereja dianggap penting
sebagai sarana ( a necessity of means), bukan hanya sebagai prinsip (a
necessity of precept). Artinya, hubungan dengan Gereja tidak cukup hanya
dalam tataran prinsip ( misalnya, secara prinsip: Tuhan tahu isi hati setiap
orang atau melalui perbuatan-perbuatan baik), melainkan perlu dalam
tataran wujud atau nampak secara nyata. Bagaimana hubungan yang
menyelamatkan dengan Gereja itu menjadi nyata? Franzelin menjawab:
“Menyangkut orang-orang yang tidak dibaptis, sejauh mereka “secara jujur
tidak tahu” tentang perlunya keanggotaan Gereja bagi keselamatan, maka
disposisi batin mereka yang jujur dalam hal beriman dan mengasihi adalah
tanda adanya kerinduan untuk menjadi anggota Gereja. Kerinduan hati
seorang manusia untuk berbuat baik dan benar adalah tanda “keinginan
untuk menjadi anggota Gereja” (votum ecclesiae). Kerinduan itu
menghubungkan orang yang bersangkutan dengan Gereja bukan hanya
dalam tataran prinsip, melainkan dalam tataran wujud atas cara
sedemikiran rupa, sehingga mereka bisa disebut “termasuk anggota Gereja
di mata Allah”, meskipun mereka berada di luar Gereja menurut mata
manusia. Dengan demikian Franzelin menganggap orang-orang non-
kristiani yang hidupnya baik dihubungan dengan Gereja melalui votum
Ecclesiae dan dapat memperoleh keselamatan.
Setelah tanda itu dipasang di sebuah perempatan jalan, maka setiap pengemudi kendaraan
wajib menaatinya.
b. necessitas medii: perlu karena kodratnya sendiri; diperintahkan atau tidak tetap harus
dilaksanakan. Dan ternyata necessitas ini masih bisa dibedakan menjadi dua:
b1. necessitas medii intrinseca, absoluta: mutlak perlu tanpa kekecualian apapun. Misalnya:
bernafas dan makan supaya manusia tetap hidup. Bernafas tidak usah diperintahkan,
melainkan dengan sendirinya dilakukan kalau manusia mau tetap hidup.
b2. necessitas medii extrinseca, relativa: umumnya perlu, tapi ada kekecualian. Misalnya:
orang bepergian dari Jakarta ke Surabaya naik kereta api; tetapi bisa juga naik pesawat
terbang, naik bus, sepeda motor atau jalan kaki.
12 F. Sullivan, Salvation outside the Church, 120.
13 F. Sullivan, Salvation outside the Church,123; Mansi, 51, 541 - 42.
menghukum orang yang tidak bersalah. Namun dari lain pihak, karena
Tuhan adalah adil, maka Ia menghukum orang yang bersalah. Dan mereka
itu ialah orang-orang katolik yang murtad atau menjadi indifferentis dan
relativis karena pengaruh mentalitas modernis. Orang-orang katolik adalah
orang-orang yang telah dikenai lex evangelica, sehingga mereka dikenakan
syarat perlunya Gereja bagi keselamatan mereka. Bagi mereka itu tidak ada
keselamatan di luar Gereja.