Maka proses kepindahan agama pun dimulai, dan hal ini terus
berlanjut sampai saat ini. Para mualaf biasanya
mempertimbangkan kepindahan agama mereka konsisten
dengan, jika tidak didikte oleh, kitab suci mereka sendiri.
Dengan kata lain, mereka menemukan bahwa Islam adalah
pemenuhan dari, dan bukannya bertentangan dengan, ajaran
dalam injil. Hal ini pastinya akan memunculkan sebuah
pertanyaan: Apakah orang Yahudi dan Kristen, di hadapan
wahyu kitab suci Alquran, menolak Tuhan dan mata rantai
wahyunya? Isu ini menusuk tepat di akar perdebatan
keagamaan. Muslim beriman, sebagaimana dengan mereka yang
menolak kenabian Yesus Kristus, mereka yang menolak
kenabian Muhammad mungkin saja akan terus diterima oleh
kalangan mereka sendiri dan akan dipandang sebagai orang
dengan kedudukan yang tinggi di kalangan mereka – tapi hal itu
harus mereka bayar dengan ketidak ridhoan Tuhan. Jika hal ini
benar adanya, klaim ini layak untuk didengar. Jika tidak, maka
kesalahan dari keyakinan ini harus di ekspos. Bagaimanapun,
tidak ada yang dapat menggantikan pengujian terhadap bukti ini.
Jadi di sini ada “Elia”, “Kristus” dan “sang nabi”. Hal ini tidak
hanya sekali namun dua kali disebut. Itu merupakan daftar
pendek dari nabi yang diharapkan oleh orang Yahudi menurut
kitab suci mereka.