Anda di halaman 1dari 20

Nama : Ruth Anggrecia Violetta Sitompul

Kelas : 18090000136
Tugas Agama, mengenai 10 Agama di Dunia
1. Kristen
Agama Kristen bermula dari kota kecil bernama Yerusalem, yang kemudian
berkembang menjadi tempat kelahiran Yesus Kristus. Kelahiran, kematian, dan kenaikan
Yesus ke surga menjadi awal mula serta intisari dari kekristenan yang dipeluk oleh umat
Kristiani. Lebih lanjut, setelah kemunculan perjanjian baru, agama Kristen pun mulai
menyebar ke berbagai penjuru dunia yang kebanyakan dibawa oleh bangsa penjajah,
seperti Spanyol, Portugis, dan Belanda. Perjanjian Baru adalah bagian utama kedua kanon
Alkitab Kristen yang membahas ajaran-ajaran dan pribadi Yesus serta berbagai peristiwa
dalam kekristenan pada abad ke-1. Ketiga negara, Spanyol, Portugis, dan Belanda,
menjajah negara-negara di kawasan Asia hingga Afrika. Ketika menjajah, ketiga negara itu
juga turut menyebarkan ajaran Kristen yang mereka bawa ke negara jajahannya. Biasanya,
penyebaran ajaran Kristen dilakukan oleh para pendeta yang disebut dengan misi glory atau
memperluas penyebaran Kristen ke wilayah-wilayah yang baru.
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menyebarkan ajaran Kristen, salah satunya
zending. Zending adalah organisasi-organisasi perkabaran injil yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda. Adapun maksud dan tujuannya adalah untuk menyebarkan ajaran
Kristen di tengah masyarakat. Dalam agama Kristen, ada beberapa hal yang menjadi pilar
utama, yaitu: Yesus Kristus: yang diyakini oleh umat Kristiani sebagai anak Allah. Alkitab:
kitab umat Kristiani. Baptis: simbol mensucikan diri dari segala dosa ketika manusia
dilahirkan. Tritunggal: satu Tuhan memiliki tiga pribadi yang sehakikat, yaitu Bapa, Putra,
dan Roh Kudus.
Penyebaran agama Kristen Tersebarnya agama Kristen di dunia dimulai dari berdirinya
gereja-gereja di sepanjang Mediterania Timur hingga Romawi. Diyakini bahwa penyebaran
agama Kristen di dunia bermula dari setelah Yesus disalib di Yerusalem, yang kemudian
bangkit lagi, dan naik ke surga. Gereja pertama didirikan 50 hari setelah kebangkitan Yesus
dari kematian. Orang-orang pertama yang mengimani agama Kristen adalah bangsa Yahudi.
Setelah itu, seiring berjalannya waktu, ajaran Kristen mulai disebarluaskan ke negara-
negara lain, termasuk Indonesia.
Orang Kristen memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus, bahwa Dia adalah Putra
harfiah Allah, diutus oleh Bapa-Nya untuk menderita bagi dosa-dosa kita dalam tindakan
kasih yang agung yang kita kenal sebagai Pendamaian. Orang Kristen percaya bahwa
melalui kasih karunia Allah Bapa dan Putra-Nya, Yesus Kristus, kita dapat bertobat,
mengampuni orang lain, menaati perintah, dan mewarisi kehidupan kekal.
Kata Kristen menyiratkan mengambil ke atas diri kita nama Kristus. Kita melakukan
ini dengan dibaptiskan dan menerima karunia Roh Kudus melalui penumpangan tangan,
oleh mereka yang memegang wewenang imamat-Nya. Orang Kristen tahu bahwa sepanjang
masa, para nabi Allah telah senantiasa bersaksi mengenai Yesus Kristus. Yesus yang sama
ini, disertai oleh Bapa Surgawi, menampakkan diri kepada Nabi Joseph Smith pada tahun
1820 serta memulihkan Injil dan organisasi dari Gereja asli-Nya.
Melalui tulisan suci dan kesaksian Joseph Smith, kita tahu bahwa Allah, Bapa
Surgawi kita, memiliki tubuh daging dan tulang yang dimuliakan dan disempurnakan. Yesus
Kristus adalah Putra Tunggal-Nya dalam daging. Roh Kudus adalah sosok roh yang
pekerjaannya adalah untuk bersaksi mengenai Bapa dan Putra. Tubuh Ke-Allah-an adalah
tiga makhluk yang terpisah dan berbeda, yang bersatu dalam tujuan. kita dapat menjadi
orang Kristen yang lebih Kristiani, dengan mimiliki sifat-sifat seperti Kristus seperti berikut:
 Kasih Kristiani. Juruselamat menghargai semua orang. Baik hati dan iba kepada
semua, Dia meninggalkan yang sembilan puluh sembilan untuk menemukan yang
satu, karena “bahkan rambut kepala [kita] pun terhitung semuanya” bagi Dia.
 Iman Kristiani. Terlepas dari godaan, cobaan, dan penganiayaan, Juruselamat
memercayai Bapa Surgawi kita serta memilih untuk setia dan patuh pada perintah-
perintah-Nya.
 Pengurbanan Kristiani. Sepanjang hidup-Nya Juruselamat memberikan waktu-Nya,
tenaga-Nya, dan pada akhirnya, melalui Pendamaian-Nya, memberikan diri-Nya agar
semua anak Allah dapat dibangkitkan dan memiliki kesempatan untuk mewarisi
kehidupan kekal.
 Kepedulian Kristiani. Seperti orang Samaria yang baik, Juruselamat terus-menerus
mengulurkan tangan untuk menyelamatkan, mengasihi, dan memelihara orang-orang
di sekitar-Nya, tanpa memandang budaya, pernyataan kepercayaan, atau keadaan
mereka.
 Pelayanan Kristiani. Apakah menimba air dari sumur, memasak hidangan berupa
ikan, atau membasuh kaki yang berdebu, Juruselamat menghabiskan hari-hari-Nya
melayani orang lain—mengangkat yang lelah dan menguatkan yang lemah.
 Kesabaran Kristiani. Dalam sukacita dan penderitaan-Nya sendiri, Juruselamat
menanti-nantikan Bapa-Nya. Dengan kesabaran bagi kita, Dia menanti-nantikan kita
untuk menjadi sadar diri dan pulang ke rumah-Nya.
 Kedamaian Kristiani. Sepanjang pelayanan-Nya Dia mendorong pemahaman dan
menyebarkan kedamaian. Terutama di antara para murid-Nya, Dia mengajarkan
bahwa orang Kristen tidak dapat berselisih pendapat dengan orang Kristen lainnya,
terlepas dari perbedaan-perbedaan mereka.
2. Islam
Islam (bahasa Arab: ‫ٱِإْلسْ اَل م‬, translit. al-’Islām, dengarkan) adalah sebuah agama (Din,
bahasa Arab: ‫)دين‬ monoteisme Abrahamik yang berpusat terutama di sekitar Al-Qur'an,
sebuah teks agama yang diimani oleh umat Muslim sebagai kitab suci (kitabullah) dan
firman langsung dari Tuhan (muslim menyebutnya sebagai Allah) seperti yang diwahyukan
kepada Muhammad, nabi Islam yang utama dan terakhir. Pada 2020, Islam diperkirakan
dianut oleh 1,9 miliar orang di seluruh dunia sehingga menjadi agama terbesar kedua
setelah Kekristenan.
Muslim percaya bahwa Islam adalah versi lengkap dan universal dari
iman primordial yang diturunkan berkali-kali melalui nabi-nabi sebelumnya
seperti Adam, Ibrahim, Musa, dan Isa (Yesus), antara lain; wahyu sebelumnya ini dikaitkan
dengan Yudaisme dan Kristen, yang dianggap dalam Islam sebagai agama pendahulu
spiritual. Mereka juga menganggap Quran, ketika disimpan dalam bahasa Arab Klasik,
sebagai wahyu Tuhan yang tidak berubah dan terakhir bagi umat manusia. Seperti agama
Ibrahim lainnya, Islam juga mengajarkan tentang "Penghakiman Terakhir " di mana orang
benar akan dihargai di surga (Jannah) dan orang yang tidak benar akan dihukum
di neraka (Jahannam). Konsep dan praktik keagamaan termasuk Rukun Islam —dianggap
sebagai ibadah wajib dan mengikuti hukum Islam (syariah), yang menyentuh hampir setiap
aspek kehidupan, dari perbankan dan keuangan dan kesejahteraan hingga peran
perempuan dan lingkungan. Kota Mekah, Madinah, dan Yerusalem adalah rumah bagi tiga
situs paling suci dalam Islam, dalam urutan menurun: Masjidil Haram, Masjid Nabawi,
dan Masjid Al-Aqsa, masing-masing.
Islam dalam bahasa Arab adalah bentuk kata benda infinitif kuadri-literal (maṣdar
rubā‘ī). Bentuk kata kerja sempurna aktif triliteralnya (fi‘l māḍi ṡulaṡī mabnī ma‘lūm)
adalah salima (‫سلم‬, "selamat"). Arti semantik dari bentuk kuadri-literalnya ini adalah tunduk
dan patuh (khadha‘a wa istaslama), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama),
mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (addā), atau masuk dalam kedamaian,
keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām). Semua istilah yang
seakar kata dengan “islām” berhubungan erat dengan makna keselamatan, kedamaian, dan
kemurnian.
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap
perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-
hukum-Nya. Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan untuk
paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti ajaran
agama dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup. Seorang muslim mengikuti
perintah Allah tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk
memahami hikmahnya. Istilah "Islam" juga dapat diartikan sebagai agama yang diberikan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat yang
ajarannya dilandasi oleh tauhid dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Konsep dasar mengenai ketuhanan di dalam Islam dijelaskan dalam satu surah
bernama Surah Al-Ikhlas yang hanya terdiri dari empat ayat. Ayat pertama dari surah ini
menyebutkan bahwa Tuhan yang Maha Esa bernama Allah. Ayat kedua menjelaskan
tentang kemampuan yang dimiliki-Nya sebagai Tuhan, yaitu sebagai tempat meminta segala
sesuatu. Kemudian, pada ayat ketiga disebutkan sifat-Nya ialah tidak beranak dan tidak
diperanakkan. Ayat keempat juga menyebutkan sifat-Nya yaitu tidak ada sesuatu apapun
yang menyerupai-Nya. Dalam ajaran Islam. Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak
disembah, memiliki nama-nama terbaik, dan memiliki sifat dan karakter tertinggi.
Ajaran monoteisme Islam disebut tauhid, yang didefinisikan sebagai pengesaan Allah dalam
hal-hal yang menjadi kekhususan Tuhan dan yang Dia wajibkan. Pengesaan Allah dalam
hal-hal kekhususan Tuhan dibagi menjadi dua bahasan: tauhid rububiyah dan tauhid asma'
wash-shifat, sedangkan pengesaan Allah dalam hal-hal yang Dia wajibkan dibahas
dalam tauhid uluhiyah.
Zikir dan doa adalah dua macam ibadah kepada Allah yang secara umum tidak
memiliki batasan waktu dan tempat. Zikir secara bahasa artinya mengingat atau menyebut.
Secara istilah, zikir mencakup ibadah memuji Allah, mengingat nama-nama-Nya, nikmat-
Nya, keputusan dan takdir-Nya, ajaran agama-Nya, serta janji balasan pahala dan ancaman
siksa-Nya. Ibadah zikir mencakup zikir hati dan zikir lisan. Zikir bertujuan untuk mewujudkan
kesempurnaan peribadahan kepada Allah. Membaca Al-Qur'an juga termasuk zikir. Doa
secara bahasa artinya memanggil atau meminta. Secara istilah, doa mencakup panggilan
pujian dan permintaan kepada Allah. Setiap muslim diperbolehkan untuk berdoa meminta
kebaikan atau berlindung dari keburukan. Allah memerintahkan untuk berdoa kepada-Nya
dengan doa-doa yang terdapat di Al-Qur'an dan Sunnah. Doa yang tidak terdapat di dalam
Al-Qur'an dan Sunnah diperbolehkan selain doa yang melampaui batas, seperti meminta
agar mengetahui segala sesuatu atau mengetahui hal gaib karena itu merupakan
kekhususan Allah.
Inti dari ajaran Islam sekaligus sebab berbagai kebaikan adalah takwa kepada Allah.
Takwa adalah perbuatan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya yang
dilandasi oleh rasa takut, harap, dan cinta kepada Allah. Seorang muslim menyembah Allah
juga dalam rangka berharap masuk surga dan terhindar dari neraka. Istilah takwa
merupakan istilah yang paling banyak disebutkan di dalam Al-Qur'an.
3. Hindu
Hinduisme (di Indonesia disebut Agama Hindu) merupakan kepercayaan dominan
di Asia Selatan, terutama di India dan Nepal, yang mengandung beraneka ragam tradisi.
Kepercayaan ini meliputi berbagai aliran, di antaranya Saiwa, Waisnawa, dan Sakta, serta
suatu pandangan luas akan hukum dan aturan tentang "moralitas sehari-hari" yang berdasar
pada karma, darma, dan norma kemasyarakatan. Hinduisme cenderung seperti himpunan
berbagai pandangan filosofis atau intelektual, daripada seperangkat keyakinan yang baku
dan seragam seperti pada agama Abrahamik.
Hinduisme diklaim sebagian orang sebagai "agama tertua" di dunia yang masih
bertahan hingga kini, dan umat Hindu menyebut agamanya sendiri sebagai Sanātana-
dharma (Dewanagari: सनातन धर्म), artinya "darma abadi" atau "jalan abadi" yang melampaui
asal mula manusia. Agama ini menyediakan kewajiban "kekal" untuk diikuti oleh seluruh
umatnya tanpa memandang strata, kasta, atau sekte seperti kejujuran, kesucian, dan
pengendalian diri. Para ahli dari Barat memandang Hinduisme sebagai peleburan
atau sintesis dari berbagai tradisi dan kebudayaan di India, dengan pangkal yang beragam
dan tanpa tokoh pendiri. Pangkal-pangkalnya meliputi Brahmanisme (agama Weda Kuno),
agama-agama masa peradaban lembah Sungai Indus, dan tradisi lokal yang populer.
Sintesis tersebut muncul sekitar 500–200 SM, dan tumbuh berdampingan dengan agama
Buddha hingga abad ke-8. Dari India Utara, "Sintesis Hindu" tersebar ke selatan,
hingga sebagian Asia Tenggara. Hal itu didukung oleh Sanskritisasi. Sejak abad ke-19, di
bawah dominansi kolonialisme Barat serta Indologi (saat istilah "Hinduisme" mulai dipakai
secara luas[13]), agama Hindu ditegaskan kembali sebagai tempat berhimpunnya aneka
tradisi yang koheren dan independen. Pemahaman populer tentang agama Hindu digiatkan
oleh gerakan "modernisme Hindu", yang menekankan mistisisme dan persatuan tradisi
Hindu. Ideologi Hindutva dan politik Hindu muncul pada abad ke-20 sebagai kekuatan politis
dan jati diri bangsa India.
Praktik keagamaan Hindu meliputi ritus sehari-hari (contohnya puja [sembahyang]
dan pembacaan doa), perayaan suci pada hari-hari tertentu, dan penziarahan. Kaum petapa
yang disebut sadu (orang suci) memilih untuk melakukan tindakan yang lebih ekstrem
daripada umat Hindu pada umumnya, yaitu melepaskan diri dari kesibukan duniawi dan
melaksanakan tapa brata selama sisa hidupnya demi mencapai moksa. Susastra
Hindu diklasifikasikan ke dalam dua kelompok: Sruti (apa yang "terdengar") dan Smerti (apa
yang "diingat"). Susastra tersebut memuat teologi, filsafat, mitologi, yadnya (kurban), prosesi
ritual, dan bahkan kaidah arsitektur Hindu.
Kitab-kitab utama di antaranya adalah Weda, Upanishad (keduanya tergolong
Sruti), Mahabharata, Ramayana, Bhagawadgita, Purana, Manusmerti,dan Agama (semuany
a tergolong Smerti). Dengan penganut sekitar 1 miliar jiwa, agama Hindu merupakan
agama terbesar ketiga di dunia, setelah Kristen dan Islam. Kata Hindu (melalui bahasa
Persia) berasal dari kata Sindhu dalam bahasa Sanskerta, yaitu nama sebuah sungai di
sebelah barat daya Subbenua India sebagian besar alirannya terletak di wilayah
negara Pakistan yang dalam bahasa Inggris disebut Indus. Menurut Gavin Flood, pada
mulanya istilah 'hindu' muncul sebagai istilah geografis bangsa Persia untuk menyebut suku
bangsa yang tinggal di seberang sungai Sindhu. Para sejarawan pun menyebut peradaban
suku tersebut sebagai Peradaban Lembah Indus. Maka dari itu, awalnya istilah 'Hindu'
merupakan istilah geografis dan tidak mengacu pada suatu agama.
Kata Hindu diserap oleh bahasa-bahasa Eropa dari istilah Arab al-Hind, dan
mengacu kepada negeri bagi bangsa yang mendiami daerah sekitar Sungai Sindhu. Istilah
Arab tersebut berasal istilah Persia Hindū, yang mengacu kepada seluruh suku di India.
Pada abad ke-13, Hindustan muncul sebagai nama alternatif India yang acap disebutkan,
yang memiliki arti "Negeri para Hindu". Istilah agama Hindu kemudian sering digunakan
dalam beberapa teks berbahasa
Sanskerta seperti Rajatarangini dari Kashmir (Hinduka, ca. 1450) dan beberapa teks
mazhab Gaudiya Waisnawa dari abad ke-16 hingga ke-18 yang berbahasa Bengali,
seperti Caitanyacaritamerta dan Caitanyabhagawata. Istilah itu digunakan untuk
membedakan Hindu dengan Yawana atau Mleccha. Sejak abad ke-18 dan seterusnya,
istilah Hindu digunakan oleh para kolonis dan pedagang dari Eropa untuk menyebut para
penganut agama tradisional India secara umum. Istilah Hinduism diserap ke dalam bahasa
Inggris pada abad ke-19 untuk menyebut tradisi keagamaan, filasat, dan kebudayaan asli
India.
Keberadaan agama Hindu sebagai agama tersendiri yang berbeda dengan agama
Buddha dan Jainisme diperkuat oleh penegasan para penganutnya bahwa agama mereka
memang demikian berbeda. Berbeda dengan dua agama tersebut, Hinduisme bersifat
lebih teistik. Sebagian besar sekte dan aliran Hinduisme meyakini suatu pengatur alam
semesta dasar bagi segala fenomena di dunia yang memanifestasikan diri dalam berbagai
wujud yang disebut dengan berbagai nama, seperti Iswara, Dewa, Batara, Hyang, dan lain-
lain. Sebagian aliran meyakini bahwa berbagai kemajemukan di dunia merupakan bagian
dari Brahman. Dalam agama Hindu, seorang umat boleh berkontemplasi tentang misteri
Brahman (dalam konteks tertentu, Brahman dapat didefinisikan sebagai Tuhan personal
ataupun impersonal) dan mengungkapkannya melalui mitos yang jumlahnya tidak habis-
habisnya, serta melalui penyelidikan filosofis. Mereka mencari kemerdekaan atas
penderitaan melalui praktik-praktik brata atau meditasi yang mendalam, atau dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan melalui cinta kasih (bhakti) dan percaya (sradha).

4. Katolik
Kata "katolik" (καθολικός, katolikos; Latin: catholicus)[1][2] berasal dari frasa
Yunani καθόλου (katolou), yang berarti "sarwa sekalian", "secara keseluruhan", atau "am",
gabungan kata κατά (kata), yang berarti "perihal", dan kata ὅλος (holos), yang berarti
"sarwa". Istilah "Katolik" (dengan huruf k besar) pertama kali digunakan pada permulaan
abad ke-2 sebagai sebutan bagi seantero Dunia Kristen. Dalam ranah eklesiologi, istilah ini
memiliki sejarah yang panjang dan digunakan dengan berbagai makna. Di Indonesia, kata
ini dapat berarti "hal ihwal agama Kristen Katolik" maupun "hal ihwal ajaran dan amalan
bersejarah Gereja Barat". Kata ini digunakan banyak orang Kristen sebagai sebutan
bagi Gereja Semesta atau segenap orang yang beriman kepada Yesus Kristus tanpa
pandang denominasi, dan digunakan pula dengan makna yang lebih sempit sebagai
sebutan bagi kekatolikan, yang mencakup beberapa gereja bersejarah dengan keyakinan-
keyakinan pokok yang sama. Katolikos, gelar pemimpin tertinggi di sejumlah Gereja Timur,
juga berasal dari akar kata yang sama.
Istilah ini sudah lekat pada nama persekutuan Kristen terbesar di dunia, yakni Gereja
Katolik. Tiga cabang utama agama Kristen di Dunia Timur, yakni Gereja Ortodoks
Timur, Gereja Ortodoks Oriental, dan Gereja Persia, senantiasa menyebut diri Katolik,
seturut tradisi rasuli dan syahadat Nikea. Jemaat-jemaat Anglikan, Lutheran, dan
sejumlah jemaat Metodis percaya bahwa gereja-gereja mereka juga "Katolik", dalam arti
merupakan kelanjutan dari Gereja Perdana sedunia yang didirikan oleh rasul-rasul Kristus.
Kendati demikian, tiap-tiap Gereja memaknai istilah "Gereja Katolik" secara berbeda-beda.
Sebagai contoh, baik Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental,
maupun Gereja Persia menegaskan bahwa denominasinya adalah kelanjutan dari Gereja
Perdana sedunia, sementara semua denominasi lain hanyalah pecahannya.
Keyakinan-keyakinan yang menjadi ciri khas kekatolikan, yakni keyakinan-keyakinan
anutan sebagian besar umat Kristen yang menyebut diri "Katolik", mencakup episkopalisme,
yakni memuliakan para uskup selaku rohaniwan tertinggi dalam agama Kristen, dan
penerimaan syahadat Nikea tahun 381. Kekatolikan juga dianggap sebagai salah satu
dari keempat ciri Gereja, sebagaimana tercantum dalam salah satu butir syahadat Nikea
yang berbunyi "aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."
Pada Abad Pertengahan maupun Zaman Modern, terjadi pergeseran makna
istilah Katolik Barat dan Katolik Timur. Sebelum Skisma Timur-Barat tahun 1054, kedua
istilah ini hanya bermakna beda wilayah, karena hanya ada satu kekatolikan, yang
mencakup umat Kristen penutur bahasa Latin di Dunia Barat maupun umat Kristen penutur
bahasa Yunani di Dunia Timur. Sesudah Skisma Timur-Barat, makna istilah-istilah ini kian
ruwet, dan memunculkan beberapa tata istilah yang paralel tetapi saling bertentangan.
Pada abad-abad permulaan sejarah agama Kristen, mayoritas umat Kristen, yakni
umat Kristen penganut ajaran-ajaran yang terangkum dalam syahadat Nikea, terikat oleh
satu kekatolikan tunggal dan tidak terbagi-bagi, yang mempersatukan umat Kristen penutur
bahasa Latin di Dunia Barat dan umat Kristen penutur bahasa Yunani di Dunia Timur. Kala
itu, istilah "Katolik Timur" dan "Katolik Barat" hanya mengandung makna perbedaan letak
geografis, dan pada umumnya cuma berkaitan dengan perbedaan bahasa tutur antara
Dunia Timur dan Dunia Barat. Kendati sering kali timbul selisih pendapat seputar teologi dan
hal ihwal gerejawi antarpusat agama Kristen, kekatolikan bersama tetap lestari sampai
dengan timbulnya sengketa besar antara abad ke-9 sampai abad ke-11. Sesudah
peristiwa Skisma Timur-Barat, gagasan tentang kekatolikan bersama pun retak. Masing-
masing kubu yang bersengketa mulai mengembangkan peristilahan sendiri.
Semua sengketa besar seputar teologi dan hal ihwal gerejawi, baik di Gereja Timur
maupun di Gereja Barat, selalu saja dibarengi usaha masing-masing pihak yang
bersengketa untuk menafikan hak lawan menyebut diri dengan istilah "Katolik". Sesudah
Roma menambahkan kata Filioque ke dalam syahadat Nikea, umat Kristen Ortodoks di
Dunia Timur mulai menyebut para pendukung penambahan Filioque di Dunia Barat sebagai
"orang Latin", karena menganggap mereka bukan lagi bagian dari "umat Katolik". Menurut
pandangan yang paling mengemuka di Gereja Ortodoks Timur, segenap umat Kristen di
Dunia Barat, yang menerima penambahan Filioque berikut pneumatologi yang tidak
ortodoks, bukan lagi bagian dari umat Katolik. Pandangan ini dianut dan dianjurkan oleh ahli
hukum kanon kenamaan Gereja Ortodoks Timur, Teodoros Balsamon, Batrik Antiokhia.
Di lain pihak, para teolog Barat menganggap umat Ortodoks Timur sebagai kaum
yang terceraikan. Hubungan Gereja Timur dan Gereja Barat semakin direnggangkan oleh
peristiwa-peristiwa tragis seperti Pembantaian orang Latin pada tahun 1182,
dan Penjarahan Konstantinopel pada tahun 1204. Peristiwa-peristiwa berdarah ini disusul
oleh usaha-usaha rujuk yang gagal (baca Konsili Lyon II, Konsili Firenze, Persatuan
Brest, Persatuan Užhorod). Pada Akhir Abad Pertengahan dan Awal Zaman Modern,
peristilahan bertambah ruwet, sehingga memunculkan beberapa tata istilah yang paralel
tetapi saling bertentangan, dan masih bertahan sampai sekarang dengan segala
keruwetannya. Pada Awal Zaman Modern, istilah khusus "Akatolik" banyak digunakan di
Dunia Barat sebagai sebutan bagi orang-orang yang dianggap menganut pandangan-
pandangan teologi bidah dan amalan-amalan gerejawi yang menyimpang. Pada
masa kontrareformasi, istilah Akatolik digunakan oleh warga Gereja Katolik yang fanatik
sebagai sebutan bagi umat Kristen Protestan maupun umat Kristen Ortodoks Timur. Istilah
ini dianggap sangat menista sampai-sampai muktamar Gereja Ortodoks Serbia tahun 1790
di Temeswar memutuskan untuk mengajukan permohonan resmi kepada Kaisar Romawi
Suci, Leopold II, agar sudi melarang pemakaian istilah "Akatolik".

5. Budha
Buddhisme (Sanskerta: बुद्ध, di Indonesia disebut agama Buddha) adalah sebuah
pandangan filosofis berpaham nonteisme yang berasal dari bagian timur anak benua India,
dengan berlandaskan kepada ajaran Siddhartha Gautama. Penyebaran Buddhisme
di India dimulai sejak abad ke-4 SM hingga abad ke-6 SM. Buddhisme adalah kelompok
kepercayaan terbesar keempat di dunia dengan lebih dari 520 juta pengikut, atau lebih 7%
populasi dunia, yang dikenal sebagai Buddhis. Buddhisme juga meliputi beragam ilmu,
nilai tradisi, filosofi, kepercayaan, meditasi, dan praktik spiritual yang sebagian besar
berdasarkan pada ajaran-ajaran awal yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama dan
menghasilkan filsafat yang ditafsirkan.
Buddhisme lahir di India kuno sebagai suatu tradisi Sramana sekitar antara abad ke-
6 dan 4 SM, menyebar ke sebagian besar Asia. Sang Buddha dikenal oleh para Buddhis
sebagai Sang Maha Guru Agung yang telah sadar atau tercerahkan yang
membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk
hidup mengakhiri penderitaan mereka dengan melenyapkan
ketidaktahuan/kebodohan/kegelapan batin (moha), keserakahan (lobha), dan
kebencian/kemarahan (dosa). Berakhirnya atau padamnya moha, lobha, dan dosa disebut
dengan Nibbana.
Untuk mencapai Nibbana seseorang melakukan perbuatan benar, tidak
melakukan perbuatan salah, mempraktikkan meditasi untuk menjaga pikiran agar selalu
pada kondisi yang baik atau murni dan mampu memahami fenomena batin dan jasmani.
Dua aliran utama Buddhisme yang masih ada yang diakui secara umum oleh para
ahli: Theravada ("Aliran Para Sesepuh") dan Mahayana ("Kendaraan Agung"). Vajrayana,
suatu bentuk ajaran yang dihubungkan dengan siddha India, dapat dianggap juga sebagai
aliran ketiga atau hanya merupakan bagian dari Mahayana. Theravada mempunyai pengikut
yang tersebar luas di Sri Lanka, dan Asia Tenggara. Mahayana, yang mencakup
tradisi Tanah Murni, Zen, Nichiren, Shingon, dan Tiantai (Tiendai) dapat ditemukan di
seluruh Asia Timur. Buddhisme Tibet, yang melestarikan ajaran Vajrayana dari India abad
ke-8, dipraktikkan di wilayah sekitar Himalaya, Mongolia, dan Kalmykia. Jumlah umat
Buddha di seluruh dunia diperkirakan antara 488 juta dan 535 juta, menjadikannya sebagai
salah satu agama utama dunia.
Dalam Buddhisme Theravada, tujuan utamanya adalah pencapaian kebahagiaan
tertinggi Nibbana, yang dicapai dengan mempraktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan (juga
dikenal sebagai Jalan Tengah), sehingga melepaskan diri dari apa yang dinamakan
sebagai siklus penderitaan dan kelahiran kembali. Buddhisme Mahayana, sebaliknya
beraspirasi untuk mencapai kebuddhaan melalui jalan bodhisattva, suatu keadaan di mana
seseorang tetap berada dalam siklus untuk membantu makhluk lainnya mencapai
pencerahan.
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tipitaka sebagai referensi utama karena
dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian
mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam tiga buku yaitu Sutta Piṭaka (khotbah-
khotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu)
dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi). Seluruh naskah aliran
Theravada menggunakan bahasa Pali, yaitu bahasa yang dipakai di sebagian India
(khususnya daerah Utara) pada zaman Sang Buddha. Cukup menarik untuk dicatat, bahwa
tidak ada filsafat atau tulisan lain dalam bahasa Pali selain kitab suci agama Buddha
Theravada, yang disebut kitab suci Tipitaka, oleh karenanya, istilah "ajaran agama Buddha
berbahasa Pali" sinonim dengan agama Buddha Theravada. Agama Buddha Theravada dan
beberapa sumber lain berpendapat, bahwa Sang Buddha mengajarkan semua ajaran-Nya
dalam bahasa Pali, di India, Nepal dan sekitarnya selama 45 tahun terakhir hidup-Nya,
sebelum Dia mencapai Parinibbana.
Seluruh naskah aliran Mahayana pada awalnya berbahasa Sanskerta dan dikenal
sebagai Tripitaka. Oleh karena itu istilah agama Buddha berbahasa Sanskerta sinonim
dengan agama Buddha Mahayana. Bahasa Sanskerta adalah bahasa klasik dan bahasa
tertua yang dipergunakan oleh kaum terpelajar di India. Selain naskah agama Buddha
Mahayana, kita menjumpai banyak catatan bersejarah dan agama, atau naskah filsafat
tradisi setempat lainnya ditulis dalam bahasa Sanskerta Secara historis, akar Buddhisme
terletak pada pemikiran religius dari India kuno selama paruh kedua dari milenium pertama
SM. Pada masa tersebut merupakan sebuah periode pergolakan sosial dan keagamaan,
dikarenakan ketidakpuasaan yang signifikan terhadap pengorbanan dan rital-ritual
dari Brahmanisme Weda Tantangan muncul dari berbagai kelompok keagamaan asketis dan
filosofis baru yang memungkiri tradisi Brahamanis dan menolak otoritas Weda dan
para Brahmana.
Kelompok-kelompok ini, yang anggotanya dikenal sebagai sramana, merupakan
kelanjutan dari sebuah untaian pemikiraan India yang bersifat non-Weda, yang terpisah dari
Brahmanisme Indo-Arya. Para ahli memiliki alasan untuk percaya bahwa ide-ide
seperti samsara, karma (dalam hal pengaruh moralitas terhadap kelahiran kembali),
dan moksha, berasal dari sramana, dan kemudian diadopsi oleh agama ortodoks Brahmin.
Pandangan ini didukung oleh penelitian di wilayah di mana gagasan ini berasal. Buddhisme
tumbuh di Magadha Raya, yang terletak di sebelah barat laut dari Sravasti, ibu kota Kosala,
ke Rajagaha di sebelah tenggara. Negeri ini, di sebelah timur aryavarta, negeri bangsa Arya,
yang dikenal sebagai non-Weda.

6. Shinto
Shinto ( 神 道  Shintō, secara harfiah bermakna "jalan Tuhan") adalah
sebuah agama yang berasal dari Jepang. Diklasifikasikan sebagai Agama Asia
Timur oleh para cendekiawan keagamaan, para praktisinya sering menganggapnya
sebagai agama asli Jepang. Para cendekiawan terkadang menyebut para praktisinya
sebagai 'penganut Shinto', meskipun para penganutnya sendiri jarang menggunakan istilah
tersebut. Tidak ada otoritas pusat yang mengendalikan Shinto dan terdapat banyak
keragaman di antara para praktisi.
Shinto merupakan politeistik dan melibatkan kami, entitas supernatural yang diyakini
menghuni segala sesuatu. Hubungan antara kami dan alam menyebabkan Shinto
dianggap animistik. Penyembahan kami dilakukan di altar rumah tangga kamidana, kuil
keluarga, dan kuil umum jinja. Kuil umum dikelola oleh para pendeta, yang dikenal
sebagai kannushi, yang mengelola persembahan makanan dan minuman
untuk kami tertentu yang dipuja di lokasi tersebut. Hal itu dilakukan untuk menumbuhkan
keharmonisan antara manusia dan kami dan untuk meminta berkah darinya. Ritual umum
lainnya termasuk tari kagura, ritus peralihan, dan festival musiman. Kuil umum juga
menyediakan perlengkapan keagamaan seperti jimat untuk para penganut agama tersebut
dan memfasilitasi berbagai bentuk ramalan. Shinto menempatkan fokus konseptual utama
untuk memastikan kesucian, sebagian besar dengan praktik pembersihan seperti ritual
mandi dan basuh, terutama sebelum ibadah. Sedikit penekanan ditempatkan pada kode
moral tertentu atau keyakinan kehidupan setelah kematian tertentu, meskipun orang yang
meninggal dianggap mampu menjadi kami. Agama tersebut tidak memiliki pencipta tunggal
atau teks doktrinal tertentu, tetapi berada dalam bentuk keragaman lokal dan daerah.
Meskipun sejarawan memperdebatkan waktu yang tepat dalam sejarah untuk
menyebut Shinto sebagai agama yang berbeda, penyembahan kami dapat ditelusuri
kembali pada Zaman Yayoi (300 SM-300 M) di Jepang. Buddhisme masuk ke Jepang pada
akhir Zaman Kofun (300-538 M) dan menyebar dengan cepat. Sinkretisasi agama membuat
penyembahan kami dan Buddhisme tidak dapat dipisahkan secara fungsional, sebuah
proses yang disebut shinbutsu-shūgō. Kami mulai dilihat sebagai bagian dari kosmologi
Buddha dan semakin digambarkan secara antropomorfik. Tradisi tertulis paling awal
mengenai penyembahan kami tercatat dalam Kojiki dan Nihon Shoki dari abad ke-8. Pada
abad-abad berikutnya, shinbutsu-shūgō diadopsi oleh keluarga Kekaisaran Jepang.
Selama Zaman Meiji (1868-1912), kepemimpinan nasionalis Jepang mengusir
pengaruh Buddhis dari penyembahan kami dan membentuk Shinto negara, yang dianggap
banyak sejarawan sebagai asal usul Shinto sebagai agama yang berbeda. Kuil berada di
bawah pengaruh pemerintah yang berkembang dan masyarakat didorong untuk
menyembah kaisar sebagai kami. Dengan terbentuknya Kekaisaran Jepang pada awal abad
ke-20, Shinto diekspor ke wilayah lain di Asia Timur. Setelah kekalahan Jepang
pada Perang Dunia II, Shinto secara resmi dipisahkan dari negara.
Shinto terutama ditemukan di Jepang, yang terdapat sekitar 100.000 kuil umum,
meskipun para praktisi juga ditemukan di luar negeri. Secara numerik, agama tersebut
merupakan agama terbesar di Jepang, diikuti oleh Buddhisme. Sebagian besar penduduk
negara tersebut mengambil bagian dalam kegiatan Shinto dan Buddha, terutama festival,
yang mencerminkan pandangan umum dalam budaya Jepang bahwa kepercayaan dan
praktik berbagai agama tidak harus dilakukan secara eksklusif. Aspek-aspek dari Shinto
juga dimasukkan ke dalam berbagai gerakan agama baru di Jepang.
Tidak ada definisi Shinto yang disepakati secara universal. Namun, penulis Joseph
Cali dan John Dougill menyatakan bahwa jika terdapat "satu definisi tunggal yang luas
mengenai Shinto" yang dapat dikemukakan, itu adalah "Shinto merupakan kepercayaan
pada kami", entitas supernatural pada pusat agama tersebut. Ahli Jepang Helen
Hardacre menyatakan bahwa "Shinto meliputi doktrin, institusi, ritual, dan kehidupan
komunal berdasarkan penyembahan kepada kami", sementara sarjana agama Inoue
Nobutaka mengamati istilah tesebut "sering digunakan" dalam "mengacu pada
penyembahan serta teologi, ritual dan praktik terkait kepada kami." Berbagai cendekiawan
menyebut praktisi Shinto sebagai penganut Shinto, meskipun istilah ini tidak memiliki
terjemahan langsung dalam bahasa Jepang.
Para cendekiawan memperdebatkan waktu yang tepat dalam sejarah untuk mulai
berbicara mengenai Shinto sebagai fenomena tertentu. Sarjana agama Ninian
Smart misalnya menyarankan bahwa seseorang dapat "berbicara mengenai agama di
Jepang kami, hidup bersimbiosis dengan Buddhisme yang terorganisir, dan baru kemudian
dilembagakan sebagai Shinto." Meskipun berbagai institusi dan praktik yang sekarang
terkait dengan Shinto berada di Jepang pada abad ke-8, berbagai cendekiawan
berpendapat bahwa Shinto sebagai agama yang berbeda pada dasarnya "diciptakan" pada
abad ke-19, selama Zaman Meiji di Jepang. Sarjana agama Brian Bocking menekankan
bahwa, terutama ketika berhadapan dengan periode sebelum zaman Meiji, istilah "Shinto"
harus "didekati dengan hati-hati". Inoue Nobutaka menyatakan bahwa "Shinto tidak dapat
dianggap sebagai sistem agama tunggal yang ada dari zaman kuno hingga zaman
modern", sedangkan sejarawan Toshio Kuroda mencatat bahwa "sebelum zaman modern
Shinto tidak muncul sebagai agama yang berdiri sendiri".

7. Sikhisme
Agama Sikh (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ) adalah salah satu agama terbesar di dunia.
Agama ini berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India.
Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar".
Kepercayaan-kepercayaan utama dalam Sikhisme adalah:
 Percaya dalam satu Tuhan yang pantheistik. Kalimat pembuka dalam naskah-
naskah Sikh hanya sepanjang dua kata, dan mencerminkan kepercayaan dasar
seluruh umat yang taat pada ajaran-ajaran dalam Sikhisme: Ek
Onkar (Satu Tuhan).
 Ajaran Sepuluh Guru Sikh (serta para cendekiawan Muslim dan Hindu yang
diterima) dapat ditemukan dalam Guru Granth Sahib.
Sikhisme dipengaruhi pergerakan perubahan dalam agama
Hindu (misalnya Bhakti, monisme, metafisika Weda, guru ideal, dan bhajan) serta Islam Sufi.
Agama ini berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam agama Hindu
dan Islam (contohnya sistem kasta dan purdah). Filsafat dalam Sikhisme bercirikan logika,
keseluruhan (bersifat komprehensif), dan pendekatan yang sederhana terhadap masalah-
masalah spiritual maupun material. Teologinya penuh kesederhanaan. Dalam etika Sikh,
tidak ada konflik antara tugas pribadi terhadap diri sendiri dengan masyarakat.
Sikhisme berasal dari daerah Punjab di India, tetapi kini pengikutnya juga dapat
ditemukan di berbagai penjuru dunia yang mempunyai komunitas India. Di Asia Tenggara,
umat Sikh banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura. Umat Sikh dapat dikenali melalui
namanya yang kebanyakan diakhiri Singh untuk pria dan Kaur untuk wanita.
Istilah "Sikh" sebenarnya hanya mengacu kepada pengikut Sikhisme dan bukan
kelompok etnis. Namun, Sikhisme jarang mencari penganut dari luar, sehingga sebagian
besar orang Sikh memiliki ikatan etno-religius yang kuat. Maka dari itu, banyak negara
(seperti Britania Raya) yang mengakui Sikh sebagai kelompok etnis dalam sensus mereka.
Laki-laki Sikh memiliki nama tengah atau belakang "Singh" (singa), sementara kaum
perempuan memiliki nama "Kaur" (putri). Orang Sikh yang telah melalui khanḍe-kī-
pahul (upacara inisiasi Sikh) juga dapat dikenal dari lima K: Kesh, rambut yang tidak
dipotong dan ditutupi dengan serban; kara, gelang besi atau baja; kirpan, pedang yang
dimasukkan ke dalam tali pengikat gatra atau sabuk kamal kasar; kachera, pakaian dalam
kapas; dan kanga, sisir kayu kecil.
Tanah air orang Sikh adalah kawasan Punjab di anak benua India, walaupun pada
masa modern mereka telah tersebar di berbagai negara, seperti Britania Raya, Amerika
Serikat, Kanada, Jerman, Malaysia dan Indonesia.
Ringkasnya, kepercayaan Sikh adalah gabungan antara Hindu dan Islam. Sikhisme
adalah agama yang percaya akan satu Tuhan yang pantheistik. Pendirinya adalah Guru
Nanak (1469-1539). Ia dilahirkan sebagai Nanak Dev di Nankana Sahib, sekitar 40 kilometer
dari Lahore. Menurut legenda, Guru Nanak yang dilahirkan di keluarga Hindu, mendapat
wahyu setelah mandi pagi di tahun 1499. Pria yang saat itu berusia 30 tahun, lalu
menyerahkan semua harta yang dimilikinya. Kemudian ia melakukan perjalanan keliling
negeri sebagai pengkhotbah Sikhisme, untuk menyebarkan kepercayaaannya akan satu
Tuhan. Guru Nanak tidak mengakui perbedaan kasta dan dengan demikian menjadinya
agamanya menarik bagi anggota kasta rendah.
Persamaan derajat antar manusia yang ditegaskan Sikhisme juga menunjukkan,
bahwa pria dan wanita memiliki nama depan yang sama. Hanya pada nama belakang saja
diketahui jenis kelaminnya. Singh (singa) untuk laki-laki dan Kaur (puteri) untuk perempuan.
Ajaran Guru Nanak dan sembilan Guru setelahnya tercatat dalam kitab suci Sikh "Guru
Granth Sahib". Kuil Sikh disebut Gurdwara atau "gerbang menuju Guru". Setiap orang, tidak
peduli agama atau budaya apa, bisa makan bersama dua kali sehari di kuil. Khususnya hari
Minggu, hari penembakan di Wisconsin, Gurdwara bisa dibilang adalah tempat pertemuan
bagi semua umat beragama.
Kebanyakan penganut Sikh tinggal di negara bagian Punjab di India. Dua persen dari
total 1,2 milyar penduduk India adalah penganut Sikh. Di tahun 80an, para fundamentalis
menuntut pemisahan dari warga Punjab yang kaya raya. Indira Gandhi, yang dulu menjabat
sebagai perdana menteri, membiarkan penyerangan terhadap kuil emas di Amritsar.
31.10.1984, ia di dibunuh oleh pengawalnya yang menganut agama Sikh.
Di Amerika Serikat hidup sekitar 500.000 umat Sikh. Sejak akhir abad 19, mereka
mencari standar kehidupan lebih baik di AS. Pada awalnya mereka bekerja di bidang
pertanian. Kini mereka terpandang, kaya dan juga menjadi pegawai negeri. Karena itu,
dalam pernyataan duka citanya presiden AS Barack Obama menegaskan: "Di hari kita
berbicara tentang kehilangan tragis yang terjadi di rumah Tuhan, kita harus mengingat
bahwa umat Sikh adalah bagian dari keluarga besar Amerika." Umat Sikh juga banyak
ditemukan di Kanada dan Inggris. Di Jerman ada sekitar 5000 hingga 15.000 Sikh.
Sementara di Indonesia diperkirakan mencapai 80.000.
8. Tao
Taoisme (Tionghoa: 道 教 atau 道 家 ) juga dikenal dengan Daoisme, diprakarsai
oleh Laozi ( 老 子 ;pinyin:Lǎozǐ). Taoisme merupakan ajaran Laozi yang berdasarkan Daode
Jing (道德經,pinyin:Dàodé Jīng) berisi analogi Kitab Yi Jing - Kong Jia. Awalnya Daode jing
disebut Laozi Wuqianyan ( 老 子 五 千 言 ) atau Tulisan Laozi Lima Ribu Kata. Kitab singkat
yang berjudul Daodejing itu, untuk selanjutnya menjadi kitab pegangan utama bagi para
penganut Daoisme.Pengikut Laozi yang terkenal adalah Zhuangzi ( 莊 子 ) yang merupakan
tokoh penulis kitab yang berjudul Zhuangzi. Selain itu ada Lie Zi 列子 , Huainan zi 淮南子
juga termasuk filsuf Taoisme. Lie Zi, Huainan Zi juga membuat kitab yang berjudul Lie Zi
dan Huainan Zi.
Taoisme adalah sebuah aliran filsafat yang mempelajari kehidupan alam berasal dari
Cina. Taoisme muncul pada era akhir Dinasti Han Timur dan akar-akar pemikirannya telah
ada setelah Agama Ruisme atau Kong Jia. Hal ini dapat disebut sebagai tahap awal
terbentuknya kelompok Taiping Dao yang membuat Filsafat Taoisme dengan analeknya.
Bentuk Taoisme yang lebih sistematis dan berupa aliran filsafat muncul setelahnya. Selain
aliran filsafat, Taoisme juga muncul dalam bentuk aliran kepercayaan rakyat, yang mulai
berkembang 2 abad setelah perkembangan filsafat Taoisme.
Setelah berakhirnya Zaman Chunqiu, Disaat Zaman Berperangan yang menjadikan
Cina terbagi-bagi menjadi beberapa kerajaan yang berbeda-beda, sehingga Shihuangdi (秦
始皇帝) menyatukan semua kerajaan tersebut dan membentuk Dinasti Qin. Sebelum Dinasti
Qin, Taoisme merupakan filsafat Laozi dan Zhuangzi, tetapi bukan sebuah agama. Taoisme
yang mementingkan kesehatan, pernah mendiskusikan “hidup abadi” dalam konteks
ajarannya, Taoisme dijadikan dasar perkembangan kepercayaan manusia untuk
menjadi dewa dalam mencapai keabadian.
Inti pengajaran Taoisme adalah "Dao" (道) yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat,
tetapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang
ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan
lainnya adalah De ( 德 ). Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang
merupakan landasan kealamian. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut
seperti air, dan bersifat abadi. Keabadian manusia terwujud di saat seseorang mencapai
kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme
mempraktikkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
Taoisme membahas proses terjadinya alam semesta dan semua mahluk,
dalam Daode Jing Bab 42:
“道生一,一生二,二生三,三生万物。万物负阴而抱阳,冲气以为和"
Berarti: Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu
melahirkan Yin dan Yang, Yinyang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau
kekuatan. Kekuatan tersebut sebagai sumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di
alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati mengandung Yinyang yang
saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.
Secara terminologi, Yin dan Yang diterjemahkan sebagai negatif dan positif. Setiap
benda bersifat dualisme yang terdiri dari unsur positif dan unsur negatif. Benda yang tidak
memiliki unsur negatif dan positif, itu bermakna kosong dan hampa. Seperti halnya magnet,
magnet mempunyai unsur positif dan negatif, kedua-duanya bersifat saling melengkapi.
Magnet tanpa unsur positif, maka tidak terwujudnya unsur negatif. Itu bermakna bahwa
magnet tidak akan terwujud jika tidak memiliki kedua unsur tersebut.
Kemudian Taoisme memiliki penekanan kuat terhadap keselarasan manusia dengan
Dao dan alam semesta. Dao dipandang mengatasi segala hal, baik manusia maupun alam,
dan sekaligus juga tersebar di dalam alam ini. [7] Dalam Taoisme dikatakan bahwa manusia
harus hidup menurut tata cara alam (Dao), memahami hakikatnya, dan hidup selaras
dengannya.
Dao sebenarnya tidak dapat diberi nama, dan ia juga tidak dapat dijelaskan dengan
kata-kata. Dao yang sesungguhnya hanya dapat dipahami dengan melalui kesadaran rohani
manusia. Akan tetapi, untuk dapat memudahkan orang mengerti akan Dao ini, maka Dao
harus dijelaskan dengan kata-kata. Dao secara harafiah dapat dikatakan sebagai "jalan
setapak" atau "jalan".
Lambang Yin Yang yang paling populer adalah lambang Xiantian Taiji (先天太極圖)
atau Yinyang Yu (陰陽魚) diperkenalkan oleh Lai Zhide (來知德; tahun 1525~1604). Sejarah
pengkajian dan perkembangan lambang Yinyang dimulai pada masa Dinasti Song hingga
abad ke-15. Lambang Taoisme yang lainnya adalah Chentuan (陳摶) dan Zhou Dunyi (周敦
頤 ), popularitas kedua lambang ini kedudukannya setelah popularitas lambang Xiantian
Taiji . Lambang asli dari Taoisme adalah lambang Wuji( 無極圖) oleh Chentuan pada awal
Dinasti Song, kemudiannya dimajukan oleh Chou Dunyi yang memperkenalkan lambang
Taiji (太極圖).
Wu-wei dapat secara harafiah diterjemahkan dengan ‘tidak mempunyai kegiatan’
atau ‘tidak berbuat’. Istilah ini sesungguhnya tidak berarti sama sekali tidak ada kegiatan,
atau sama sekali tidak berbuat apapun, melainkan berarti berbuat tanpa dibuat-buat dan
tidak semau-maunya. Karena wu-wei adalah sifat dasar kehidupan yang selaras dengan
alam semesta.

9. Yahudi
Yudaisme atau kepercayaan terhadap Yuda adalah sebuah agama Abrahamik,
monoteistik, dan etnis yang terdiri dari tradisi dan peradaban agama, budaya, dan hukum
kolektif orang-orang Yahudi. Ini berakar sebagai agama terorganisir di Timur Tengah selama
Zaman Perunggu. Beberapa ahli berpendapat bahwa Yudaisme modern berevolusi dari
Yahwisme, agama Israel kuno dan Yehuda, pada akhir abad ke-6 SM, dan dengan demikian
dianggap sebagai salah satu agama monoteistik tertua. Yudaisme dianggap oleh agamawan
Yahudi sebagai ekspresi dari perjanjian yang Allah tetapkan dengan orang Israel, nenek
moyang mereka. Ini mencakup banyak teks, praktik, posisi teologis, dan bentuk organisasi.
Taurat, seperti yang umumnya dipahami oleh orang Yahudi, adalah bagian dari teks
yang lebih besar yang dikenal sebagai "Tanakh". "Tanakh" juga dikenal oleh para sarjana
agama sekuler sebagai Alkitab Ibrani, dan bagi orang Kristen sebagai "Perjanjian Lama".
Tradisi lisan tambahan Taurat diwakili oleh teks-teks selanjutnya seperti Midrash dan
Talmud. Kata Ibrani "torah" dapat berarti "ajaran", "hukum", atau "instruksi", meskipun
"Taurat" juga dapat digunakan sebagai istilah umum yang merujuk pada teks Yahudi mana
pun yang memperluas atau menguraikan Lima Kitab Musa yang asli. Mewakili inti dari tradisi
spiritual dan agama Yahudi, Taurat adalah istilah dan seperangkat ajaran yang secara
eksplisit memposisikan diri sebagai mencakup setidaknya tujuh puluh, dan berpotensi tak
terbatas, aspek dan interpretasi. Teks, tradisi, dan nilai Yudaisme sangat memengaruhi
agama-agama Abrahamik di kemudian hari, termasuk Kekristenan dan Islam. Hebraisme,
seperti Hellenisme, memainkan peran penting dalam pembentukan peradaban Barat melalui
dampaknya sebagai elemen latar belakang inti Kekristenan Awal.
Dalam Yudaisme, ada berbagai gerakan keagamaan, yang sebagian besar muncul
dari Yudaisme Rabinik, yang menyatakan bahwa Tuhan mengungkapkan hukum dan
perintah-Nya kepada Musa di Gunung Sinai dalam bentuk Taurat Tertulis dan Lisan. Secara
historis, semua atau sebagian dari pernyataan ini ditentang oleh berbagai kelompok seperti
Saduki dan Yudaisme Helenistik selama periode Bait Suci Kedua; orang Karait selama
periode awal dan akhir abad pertengahan; dan di antara segmen denominasi non-Ortodoks
modern. Beberapa cabang Yudaisme modern seperti Yudaisme Humanistik dapat dianggap
sekuler atau nonteistik. Saat ini, gerakan keagamaan Yahudi terbesar adalah Yudaisme
Ortodoks (Yudaisme Haredi dan Yudaisme Ortodoks Modern), Yudaisme Konservatif, dan
Yudaisme Reformasi. Sumber utama perbedaan antara kelompok-kelompok ini adalah
pendekatan mereka terhadap halakha (hukum Yahudi), otoritas tradisi rabi, dan signifikansi
Negara Israel. Yudaisme Ortodoks menyatakan bahwa Taurat dan halakha berasal dari ilahi,
abadi dan tidak dapat diubah, dan bahwa mereka harus diikuti dengan ketat. Yudaisme
Konservatif dan Reformasi lebih liberal, dengan Yudaisme Konservatif umumnya
mempromosikan interpretasi yang lebih tradisionalis tentang persyaratan Yudaisme
daripada Yudaisme Reformasi. Posisi Reformasi yang khas adalah bahwa halakha harus
dilihat sebagai seperangkat pedoman umum daripada sebagai seperangkat batasan dan
kewajiban yang harus ditaati oleh semua orang Yahudi.[17] Secara historis, pengadilan
khusus memberlakukan halakha; hari ini, pengadilan ini masih ada tetapi praktik Yudaisme
sebagian besar bersifat sukarela. Kewenangan dalam masalah teologis dan hukum tidak
dipegang oleh satu orang atau organisasi, tetapi pada teks-teks suci dan rabi dan para
cendekiawan yang menafsirkannya.
Yahudi adalah kelompok etnoreligius termasuk mereka yang lahir sebagai orang
Yahudi (atau "etnis Yahudi"), selain mereka yang pindah agama ke Yudaisme. Pada tahun
2019, populasi Yahudi dunia diperkirakan sekitar 14,7 juta, atau sekitar 0,19% dari total
populasi dunia. Sekitar 46,9% dari semua orang Yahudi tinggal di Israel dan 38,8% lainnya
tinggal di Amerika Serikat dan Kanada, dengan sebagian besar sisanya tinggal di Eropa,
dan kelompok minoritas lainnya tersebar di seluruh Amerika Latin, Asia, Afrika, dan
Australia.
Landasan hukum dan adat-istiadat Yahudi (halakah) adalah Taurat (Pancasastra).
Menurut tradisi Rabani, Taurat mengandung 613 butir titah. Ada titah-titah yang hanya
berlaku bagi kaum lelaki atau kaum perempuan, ada yang hanya berlaku bagi puak-puak
imam, yakni Kohanim dan Lewiyim (warga suku Lewi), dan ada pula yang hanya berlaku
bagi kaum tani di Tanah Israel. Ada banyak titah yang hanya berlaku selama Haikal
Yerusalem masih berdiri, dan hanya 369 butir titah yang masih dapat diberlakukan sekarang
ini.
Kendati ada golongan yang hanya berpedoman kepada ayat-ayat tersurat dalam
Taurat (misalnya kaum Saduki dan kaum Karayi), sebagian besar umat Yahudi juga
berpedoman kepada hukum lisan, yang dilestarikan dalam bentuk tutur dari generasi ke
generasi oleh kaum Farisi, dan kelak dibukukan sekaligus dijabarkan lebih lanjut oleh para
rabi. Menurut tradisi Rabani, Tuhan menurunkan hukum-hukum-Nya kepada Musa di Tur
Sina dalam bentuk tulisan (Taurat) maupun lisan (hukum lisan). Hukum lisan adalah tradisi
tutur yang diturunkan Tuhan kepada Musa, dan dari Musa diturunkan serta diajarkan kepada
alim-ulama besar (tokoh-tokoh Yahudi Rabani) dari generasi ke generasi.
Selama berabad-abad, Taurat hanya dipandang sebagai suratan ayat-ayat yang
diwariskan turun-temurun bersama-sama tradisi tutur. Lantaran khawatir ajaran-ajaran
dalam bentuk tutur akan lekang dari ingatan orang, Rabi Yehudah Ha Nasi pun berusaha
menghimpun berbagai macam pendapat ulama dalam satu kitab hukum yang kelak dikenal
dengan sebutan Misnah.
Misnah terdiri atas 63 risalah hukum Yahudi, yang merupakan dasar dari
kitab Talmud. Menurut Rabi Abraham bin Daud, Misnah dihimpun oleh Rabi Yehudah Ha
Nasi sesudah Yerusalem diluluhlantakkan pada tahun 3949 berdasarkan perhitungan tarikh
Dunia, atau pada tahun 189 berdasarkan perhitungan tarikh Masehi.

10. Konfusianisme
Konfusianisme adalah sebuah kepercayaan yang resmi dan diakui
di Indonesia bersama dengan 5 kepercayaan lainnya. Konfusianisme dianggap sebagai
agama yang muncul sebagai akibat dari keadaan politik di Indonesia pada era Orde Baru.
Konfusianisme lazim dikaburkan makna dan hakikatnya sebagai filsafat atau pandangan
hidup. Konfusius menganggap dirinya sebagai pemancar nilai-nilai budaya yang diwarisi
dari Xia (c. 2070–1600 SM), Shang (c. 1600–1046 SM) dan dinasti Zhou Barat (c. 1046–771
SM). Konfusianisme ditekan selama Dinasti Qin yang Legalis dan otokratis (221–206 SM),
tetapi bertahan. Selama dinasti Han (206 SM–220 M), pendekatan Konfusianisme
mengesampingkan "proto-Taois" Huang–Lao sebagai ideologi resmi, sementara para kaisar
mencampurkan keduanya dengan teknik Legalisme realis.
Ajaran Konfusianisme dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao ( 儒 教 ),
yang berarti kepercayaan dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur.
Konfusius memang bukanlah pencipta kepercayaan ini melainkan dia hanya
menyempurnakan kepercayaan yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa
yang dia sabdakan: "Aku bukanlah pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno
tersebut." Meskipun orang-orang kadang mengira bahwa Konfusianisme adalah merupakan
suatu pengajaran filsafat untuk meningkatkan moral dan menjaga etika manusia,
sebenarnya jika seseorang ingin memahami secara benar dan utuh tentang Konfusianisme,
maka ia akan mengetahui bahwa dalam Konfusianisme juga terdapat ritual yang harus
dilakukan oleh para penganutnya. Konfusianisme juga mengajarkan tentang bagaimana
hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita melakukan
hubungan dengan pencipta alam semesta (Tian Dao) yang disebut dengan istilah "Tian"
atau "Shang Di".
Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Konfusius yang lahir pada tahun 551 SM dengan
nama Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Ia dikenal dengan penyebaran ilmu-ilmu
baru ketika berumur 32 tahun, Konfusius banyak menulis buku-buku moral, sejarah,
kesusasteraan dan falsafah yang banyak diikuti oleh penganut ajaran ini. Ia wafat pada
tahun 479 SM.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan penunggu
tetapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat atau
penunggu yang tidak patut disembah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah bahwa
setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral. Ajaran ini dikembangkan oleh
muridnya Mengzi ke seluruh Tiongkok dengan beberapa penyempurnaan
Berdasarkan kitab Zhong Yong agama adalah bimbingan hidup karunia Tian/Tuhan
Yang Maha Esa (Tian Shi) agar manusia mampu membina diri hidup di dalam Dao atau
Jalan Suci, yakni "hidup menegakkan Firman Tian yang mewujud sebagai Watak Sejati,
hakikat kemanusiaan". Hidup beragama berarti hidup beriman kepada Tian dan lurus satya
menegakkan firmanNya.

ima Sifat Kekekalan (Wu Chang): [5]


1. Ren - Cinta Kasih, yaitu sifat mulia pribadi seseorang terhadap moralitas, cinta kasih,
kebajikan, kebenaran, tahu-diri, halus budi pekerti, tanggang rasa, perikemanusiaan.
Ini merupakan sifat manusia yang paling mulia dan luhur.
2. Yi - Kebenaran/ Keadilan/ Kewajiban, yaitu sifat mulia pribadi seseorang dalam
solidaritas serta senantiasa membela kebenaran. Bila Ren sudah ditegakkan,
maka Yi harus menyertai.
3. Li - Kesusilaan/ Kepantasan, yaitu sifat mulia pribadi seseorang yang bersusila,
sopan santun, tata krama, dan budi pekerti. Semula Li hanya dikaitkan dengan
perilaku yang benar dalam upacara keagamaan, tetapi selanjutnya diperluas hingga
ke adat-istiadat dan tradisi dalam masyarakat.
4. Zhi – Bijaksana, yaitu sifat mulia pribadi seseorang yang arif bijaksana dan penuh
pengertian. Kong Hu Cu merangkaikan munculnya kebijaksanaan seseorang dengan
selalu sabar dalam mengambil tindakan, penuh persiapan, melihat jauh ke depan,
serta memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
5. Xin - Dapat dipercaya, yaitu sifat pribadi seseorang yang selalu percaya diri, dapat
dipercaya orang lain, dan senantiasa menepati janji.
Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)

Anda mungkin juga menyukai