Anda di halaman 1dari 15

A.

AGAMA AGAMA YANG ADA DI INDONESIA


Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ini adalah
merupakan kompromi antara gagasan negara yang terdiri dari pemeluk Islam terbanyak dengan
jumlah agama-agama lain yang ada di Indonesia. Sebagai agama yang mayoritas, agama Islam
mengendalikan keamanan dan rasa hidup kebersamaan dan berdampingan dengan agam agama yang
berbeda sangat luar biasa.
Walaupun ada riak-riak kecil yang timbul oleh tangan-tangan yang mengatas namakan agama
Islam. Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan
untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan kebebasan untuk
menyembah, menurut agama atau kepercayaannya". Dalam Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965
Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, bagaimanapun, secara resmi hanya
mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha Namun baru-baru ini, agama
khong Hucu aliran kepercayan telah diakui pula sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi
Republik Indonesia tertanggal 7 November 2017
Banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, tentu riak-riak kecil
konflik antar agama terkadang tidak terelakkan. Kepercayaan adalah sesuatu yang dipercayai, suatu
aliran yang dianut, iman dan sebagainya Dimana kepercayaan keagamaan tidak hanya mengakui
keberadaan benda-benda dan makhluk-makhluk sakral tetapi seringkali memperkuat dan
mengokohkan keyakinan terhadapnya. Oleh hal tersebut, peranan penting kepemimpinan dalam
menjaga hubungan yang harmonis dan mesra antar kelompok agama mayoritas dengan yang minoritas
dapat dikendalikan dengan nilai-nilai kebersamaan yang baik dan benar.

1. AGAMA SAMAWI
Agama Samawi adalah istilah agama yang dianut oleh umatnya Nabi Adam AS sampai
dengan umat Nabi Muahammad SAW (dalam istilah lain adalah agama langit) Isitilah agama langit
dipakai kemungkinan berdasarkan latar belakang bahwa Nabi Adam AS sebagai manusia pertama
penghuni bumi ini diciptakan Allah SWT dilangit dan diturunkan ke bumi. Setelah Nabi Adam AS
meninggal (Adam AS hidup ± 1000 tahun), Allah SWT menurunkan Rasul-Rasul serta Nabi-Nabi,
sampai kepada Rasul/Nabi terakhir Muhammad SAW.
Dalam konsep/aqidah Islam, seluruh Rasul maupun Nabi yang diturunkan Allah SWT wajib
di-imani kebenarannya (6 Rukun Iman), hal ini berarti bahwa ajaran agama Samawi dan awal manusia
(normal), berada dibumi, Allah SWT telah memberi bimbingan pedoman hidup kepada manusia
sampai akhir zaman (akhirat). Umat Islam harus mengingat 25 Rasul/ Nabi pilihan, yang berarti ajaran
Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Daud AS, Nabi Isa AS serta ajaran Nabi
Muhammad SAW mempunyai hubungan yang cukup signifikan, terutama enam rukun iman.
Di Indonesia penganut ajaran agama Samawi terbanyak adalah Islam dan Nasrani, untu itu
yang di bahas dalam buku ini hanya Nasrani dan Islam saja.

1.1. Nasrani
Bahwa didunia terutama di Timur Tengah Asia (Palestina), lebih dahulu berkembang Agama
Nasrani yaitu abad 1 Masehi. Ajaran yang di-bawakan Nabi Isa AS, sekarang dianut umat diseluruh
dunia terutama dunia barat. Para Misionaris baratlah yang mengembangkan ajaran Nasrani di
Indonesia disekitar abad 16 Masehi (Portugis dan Spanyol), lalu disusul oleh bangsa Eropa lainnya.
Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu makhluk supranatural, tetapi agama
tidak dapat melepaskan kedua unsur diatas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi ketika salah satu
unsur tersebut terlepas..
Ajaran Nasrani memakai kitab suci Beybel (Al-Kitab) dan ajaran Tri-Nitas. Kitab suci Beybel
terdiri dari : Old Testament (Perjanjian Lama) dan New Testament (Perjanjian Baru)
Old Testament (Perjanjian Lama) yaitu:
1) Taurat: Kitab suci yang diterima Nabi Musa AS, bagi umat Yahudi yang terkenal dengan
nama Ten Commandement (Sepuluh Perintah) dan riwayat penciptaan alam semesta dan
manusia.
2) Mazmur (Dzabur): Kitab suci yang diterima oleh Nabi Daud AS (David). Terkenal
dengan doa-doa suci dan riwayat para Nabi.
3) New Testament (Perjanjian Baru) yaitu: Kitab Suci yang diterima Nabi Isa (Yesus). Yang
memiliki empat Injil yaitu:
a) Injil Yahya (Yohannes)
b) Injil Marcus,
c) Injil Lucas,
d) Injil Matius.
Sebelum Consili Nicea (± 325 M), ditemukan lebih dari empat Injil, karena semua
Penginjil diduga menulis Injil (murid Yesus Mesias), termasuk Injil Barnabas. Injil-Injil
selain yang empat diatas dibatalkan (dalam Consili Nicea).
4) Tri-Nitas (Tri Tunggal)
Istilah Trinitas atau Tritunggal berasal dari kata Latin “Trinitas”, yang
artinya “ketigaan”. Meskipun kata tersebut secara implisit tidak ada dalam Alkitab,
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menyaksikan tentang Allah, yang esa
menyatakan diri dalam tiga pribadi berbeda.1 Dalam sidang Consili Constantinopel (381
M), setelah melalui proses perjalanan masa yang panjang dengan berbagai perbedaan
faham dikalangan umat Nasrani akhirnya diputuskan konsep sekolah Alexandria, yaitu
ajaran Paulus tentang Trinitas (Tritunggal) yaitu Ketuhanan Trinitas:
a) Allah Bapa
b) Yesus Putra Ketuhanan yang Tunggal dalam tiga
c) Roh Kudus
Konferensi Konstantinopel pertama tahun 381 M, mengambil keputusan bahwa Roh Kudus
adalah Tuhan juga.
Konferensi Nicea tahun 325 M, memutuskan Ketuhanan Al Masih sebagai balasan atas seruan
Arius tentang Ketunggalan Tuhan.
Saat itu ajaran Nasrani diterima oleh dua gereja besar dunia, yaitu gereja Katolik Roma dan
gereja Ortodoks. Perbedaan utama kedua ajaran gereja tersebut adalah bahwa gereja Katolik
mempunyai pimpinan pusat di Roma, semua gereja-gereja di negara-negara didunia berpusat di
Roma (Vatikan) dengan pimpinan kerohaniannya pada Sri Paus, dan Roh Kudus dapat mengalir dari
Allah Bapa maupun dari Yesus Putra.
Pada gereja Ortodoks, tidak memiliki organisasi (kepengurusan terpusat), tiap-tiap gereja
memiliki kebebasan sendiri; kemudian ajarannya bahwa Roh Kudus hanya disampaikan oleh Allah
Bapa, tidak pada Yesus Putra. Kemudian lahir pula masa reformasi pada ajaran gereja (sekitar abad 15
M) yang dipelopori oleh Thomas Moore (1474-1535) di Inggris, Marthin Luther (di Jerman), dan
lain-lain.
Lahirnya reformasi adalah akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan didunia barat
(Cordova,Cyprus, Ashbilia) yang didukung kuat oleh Khalifah Al-Manum Al-Rasyid (oleh umat
Islam), siapa saja yang menulis, menterjemah bidang ilmiah apa saja terutama Kedokteran, Ilmu Pasti,
Ilmu Falak, Filsafat dll sehingga lahirlah Institut-institut A.l. Baitul Hikmah, yang pada akhirnya
mendorong lahirnya Renaisance di dunia barat. Doktrin Trinitatis oleh Augustinus adalah seorang
Bapa Gereja yang pandangan-pandangan teologinya yang sangat berpangaruh dalam Gereja Barat.
Dilahirkan di Tagaste, Afrika Utara, tidak jauh dari Hippo Regius pada tanggal 13 November 354.
Ayahnya bernama Patricius seorang kafir dan Ibunya bernama Monica seorang yang saleh dan penuh
kasih. Memulai pendidikannya di Tagaste dan kemudian belajar retorika dan Filsafat di Kartago. Dan
menjadi seorang teolog besar dalam sejarah gerejaZ

1 Yakub B. Susabda, Mengenal & Bergaul, Yogyakarta, Andi, 2010, h. 205.


Augustinus menekankan keesaan Allah. Augustinus berkata bahwa itu adalah satu Allah,
bukan setiap pribadi dari tiga pribadi itu yang mempunyai satu hakikat, dan yang satu memiliki satu
keilahian, dan yang satu lagi keagungan, dan yang satu lagi kemuliaan, demikian juga yang satu
memiliki kehendak sedang yang lainnya kemungkinan untuk melaksanakan kehendak itu dalam
kegiatan. Karena itu kata Augustinus, tidak ada satu kegiatan di mana Allah Bapa saja, atau hanya
anak atau hanya roh kudus saja yang terlibat terhadap dunia ini.
Dari reformasi ajaran Gereja ini lahir suatu ajaran Gereja yang baru yaitu Gereja Protestan.
Pokok-pokok (prinsip) ajaran dari Gereja-Gereja tersebut adalah :
a) Gereja Katolik (disebut juga Gereja Barat; Latin; Patriach atau Rasuli; Gereja Roma).
 Sistem ke-Paus-an (dunia) di Roma (Vatikan),
 Katedral; gereja ditiap negara dibawah Kardinal,
 Bahwa Roh Kudus muncul dari Allah Bapa, bersama dengan Allah Anak (Al-
Masih),
 Allah Bapa memiliki keutamaan sama dengan Allah Anak,
 Sebagai Kitab Suci adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
 Gereja berwenang melakukan penghapusan dosa.
b) Gereja Ortodoks: Konstantinopel (Gereja Timur).
 Tidak ada sistem kePausan. Tiap negara bebas tanpa terikat organisasi, tetapi
memiliki kesamaan Aqidah.
 Roh Kudus hanya muncul dari Allah Bapa,
 Allah Bapa lebih utama dari Allah Anak (Al-Masih),
 Sebagai Kitab Suci adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
 Gereja berwenang melakukan penghapusan dosa.
c) Gereja Protestan (dinamakan Gereja Injil),
 Kitab suci adalah sumber satu-satunya bagi agama Kristen, dan semua hukum yang
tidak tersebut didalamnya ditolak.
 Ada hak bagi penganutnya yang sanggup membaca untuk menafsirkannya sendiri.
 Gereja tidak mempunyai hak pimpinan umum. Tiap gereja mempunyai pimpinan
sendiri. Gereja tidak berwenang dalam mengampuni dosa.
 Menterjemahkan kitab suci kedalam bahasa lain sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh berbagai macam suku bangsa. Tidak ada hubungan antara santapan
malam kerohanian, santapan rohani dengan tubuh dan darah Al-Masih, dan itu
peringatan belaka.
 Pendetanya boleh kawin.
 Tidak ada gambar dan patung di gereja, tidak ada penyembahan terhadap benda
tersebut, karena yang demikian mendekati wasaniah (penyembahan berhala).
Penganut Protestan hampir tidak mengakui Kitab Perjanjian Lama (Old
Testament),Taurat dan Zabur. Kitab sucinya hanya New Testament dan Kitab Rasul-
Rasul atau Injil yang empat.

1.1.1. Pandangan Agama Nasrani Terhadap Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha
Esa)
Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa), sama sekali tidak bertentangan dengan aqidah
agama Nasrani. Hal ini dapat dilihat dalam keempat Injil yang ada dalam ajaran Nasrani.
1) Injil Markus :
S:12; A:29 : “Maka dijawab oleh Yesus kepadanya “Hukum yang ter utama inilah :
Dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah, Tuhan kita, ialah Tuhan Yang Esa”.
S:12; A:32 : “Lalu kata ahli Taurat itu kepada Nya : ya Guru amat benarlah segala kata
Guru bahwa Allah itu Esa adanya, dan tiada yang lain melainkan Allah”.
2) Injil Lukas :
S:1 ; A:32 :“Maka ia akan banyak mengembalikan Bani Israel kepada Allah Tuhannya
itu”.
S:4 ; A:8 :“Maka dijawab Yesus serta berkata kepadanya : “Adalah tersurat bahwa
wajiblah engkau sujud menyembah Allah, Tuhanmu dan beribadat hanya kepadaNya
saja”.
3) Injil Matius :
S:4 ; A:10 :“Maka kata Yesus kepadanya: Nyahlah engkau dari sini hai Iblis, karena telah
tersurat : Hendaklah engkau menyembah Allah, Tuhan mu, dan beribadat, hanya
kepadaNya sahaja”.
4) Injil Yahya (Yohannes) :
S:5 ; A:44 :“Bagaimana boleh kamu percaya selagi kamu mencari kehormatan dari antara
sama sendirimu tetapi tiada kamu menuntut kehormatan dari pada Allah Yang Esa”
Berdasarkan kutipan diatas, jelas terlihat tentang keesaan Allah; kekuasaanNya serta
penciptaanNya.
Keputusan Consili (Konferensi Konstantinopel 381 M) didukung Kaisar Konstantin,
memutuskan dan menyempurnakan Aqidah Trinitas (Tritunggal) Ketuhanan yi : Allah Bapa, Yesus
Putra dan Roh Kudus, bagi umat Kristiani diseluruh dunia, yang pada waktu itu umat Nasrani
terbagi atas dua ajaran yaitu Gereja Katolik Roma di Barat dan Gereja Ortodoks di Timur, kemudian
pada abad 15 timbul ajaran reformasi gereja dan lahirlah ajaran Gereja Protestan.
Penghayatan Trinitas oleh Martin Luther, yaitu sesuai dengan keputusan Nicea. Bahwa ada
satu hakikat ilahi, yang disebut Allah dan sesungguhnya Allah. Dan ada tiga pribadi dalam satu hakikat
ilahi ini, setara dalam kuasa dan sama-sama kekal; Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus.
Ketiganya adalah satu hakikat ilahi, kekal, tidak terbagi-bagi, tidak berakhir, mahakuasa, mahaarif dan
mahabaik, satu pencipta dan pemelihara segala Sesutu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Istilah
“pribadi” haruslah dimengerti sebagaimana Bapa-bapa Gereja menggunakan kaitan ini, bukan sebagai
suatu bagian dari yang lain, melainkan sebagai yang ada dari dirinya sendiri.2 Pada hakikatnya umat
Nasrani secara filosofis dapat memahami serta menghayati Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Aqidah
dan filosofis sebagai berikut:
1) Menurut analisis Personalitas :
a) Tuhan Yang Maha Esa adalah Allah Yang Esa.
b) Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Trinitas :
- Allah – Bapa
- Yesus – Putra
- Roh - Kudus
2) Menurut analisis penciptaan:
Maka Tuhan Allah menciptakan alam semesta, termasuk bumi dan manusia sebagai
ciptaan serta kepemilikan Ketuhanan; seluruh yang diciptakanNya adalah milik Nya.
Dengan kata lain pemahaman KeTuhanan Yang Maha Esa pada hakikatnya adalah
bermakna kepada penciptaanNya serta kepemilikanNya.
3) Menurut analisis Manejerial dan Kekuasaan: Bahwa Tuhan Allah mempergunakan
Malaikat-Malaikat, Nabi-Nabi, serta utusan–utusan dalam mengatur seluruh ciptaan-Nya
didunia ini agar dapat sesuai dengan yang diingini oleh Sang Pencipta, bahkan diturunkan
Wahyu lewat Nabi dan Kitab Suci sebagai pedoman dalam pengaturan kehidupan didunia
dan akhirat.
Bilamana semua analisis diatas dihubungkan dengan Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha
Esa), sama sekali tidak bertentangan dengan aqidah agama Nasrani; bahkan menjadi motivasi bagi
umat Nasrani untuk meningkatkan ajaran.

1.2. ISLAM

2Teodore G. Tappert, Buku Konkord Konfesi gereja Lutheran, Jakarta, Gunung Mulia, 2004, h. 36-37.
Agama Islam adalah agama Samawi yang terakhir, dengan Rasul Muhammad yang
merupakan Rasul dan Nabi terakhir dari agama Samawi. Hal ini berarti Islam lahir setelah melalui
proses yang sangat panjang, dari awal manusia pertama (Rasul dan Nabi Pertama) hingga Rasul
Muhammad, sehingga umat Islam harus mengakui proses ajaran 25 Rasul dan Nabi Pilihan yang diutus
Tuhan. Agama Islam memiliki azas yang sangat mendasar, mendalam dan meluas secara terintegrasi
yaitu Iman, Ilmu dan Ibadah, sehingga manusia dapat menjadi khalifah yang sukses didunia dan
akhirat. Inilah misi Islam sesung-guhnya, terbukti mulai dari abad 1 H (abad 7 M) hingga abad 7 H
(abad 14 M).
Islam adalah agama Rahmatan lil 'alamin menebar rahmat dan kebaikan tidak untuk menebar
kebencian sesama umat. Tidak ada paksaan seseorang untuk memluk agama islam, setiap orang di beri
kebebasan untuk memluk agama apapun. Allah berfirman "tidak ada paksaan dalam menganut agama,
sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dan sesat."
Pada Haji Wada’ yaitu pelaksanaan Haji terakhir, Rasulullah menerima wahyu yang terakhir,
yang tercantum dalam Alquran sebagai Kitab Suci yang terakhir, yang diturunkan Allah SWT yang
Maha Rahman dan Maha Rahim, sebagai Kitab Suci yang masih otentik hingga saat ini, untuk
pedoman hidup bagi kesejahteraan umat manusia yang berbudaya, berilmu pengetahuan, beriman
dalam koridor Ridho Allah SWT sampai akhir zaman sebagai umat yang insaniah serta Illahiah.
Dalam Alquran Q.S. Al-Maidah/5:3 akhir dari ayat tersebut mengatakan bahwa Pada hari ini
telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa turunnya firman Allah SWT yang terakhir ini
menunjukkan bahwa Allah SWT telah meridhoi Islam sebagai agama setelah disempurnakan-Nya dan
Allah SWT memberikan nama agama itu Islam. Ini berarti bahwa tugas Nabi Muhammad adalah
menerima dan melaksanakan penyempurnaan ajaran/aqidah agama Samawi yang berlaku sampai akhir
zaman (kiamat).
Dengan demikian maka agama Islam itu telah dipersiapkan Allah SWT seba-gai pedoman
hidup umat manusia dari kehidupan dan peradaban tradisional limabelas abad yang lalu sampai kepada
kehidupan super modern (kiamat). Bila tidak maka agama tersebut akan ditinggal, karena karakteristik
peradaban manusia mendatang ditandai dengan super IPTEK.
Dalam Alquran serta Al Hadist tercantum ayat-ayat tentang Iman dan Islam. Ajaran agama
Islam intinya adalah sebelas rukun yang disempurnakan dengan ikhsan Q.S. Al Baqarah/2:208. Yang
artinya: Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.
a) Enam Rukun Iman:
Rukun Iman adalah pilar-pilar keimanan di dalam Islam yang harus dimiliki setiap
muslim. Jumlah Rukun Iman itu sendiri ada enam, dan keenam rukun iman ini berdasarkan ayat - ayat
Alquran dan juga hadits-hadits jibril yang ada di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang
telah diriwayatkan oleh Umar bin Khattab. Sementara itu, Rukun Iman ini merupakan enam Rukun
Iman dan penjelasannya yang telah dituliskan di bawah ini.
(1) Iman kepada Allah SWT Yang Maha Esa (Tuhan Yang Maha Esa),
(2) Iman kepada Malaikat-Malaikat,
(3) Iman kepada Rasul-Rasul/Nabi-Nabi-Nya,
(4) Iman kepada kitab-kitab-Nya,
(5) Iman kepada Qada dan Qadar (takdir),
(6) Iman kepada hari akhir/kiamat dan kebangkitan.

b) Lima Rukun Islam


Rukun Islam adalah lima pondasi dasar di dalam Ajaran Islam dan dapat dianggap
sebagai Pondasi yang wajib bagi Orang-Orang Yang Beriman (Muslim dan Muslimah) karena
Rukun Islam ini dapat digunakan sebagai dasar dari manusia Muslim. Rukun Islam yang ada di sini
adalah lima Rukun Islam yang harus dilakukan oleh Setiap Umat Muslim dan Muslimah di Seluruh
Dunia,
(1) Syahadat,
(2) Shalat,
(3) Puasa,
(4) Zakat dan Fithrah,
(5) Ibadah Haji.

1.2.1. Pandanag Agama Islam Terhadap Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Pandangan Islam pada sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maaha Esa pada kitab
suci umat Islam didalam beberapa surah dan ayatnya selalu meminta kepada umatnya agar selalu
mengesakan Tuhan. Hal ini dapat dilihat dalam Q.S. AlBaqarah/2:163. Yang artinya; Dan Tuhan
Kamu adalah Tuhan Yang maha Esa. Karena itu, sila pertama dari Pancasila jelas sangat bersesuaian
sekali dengan pandangan Islam dan semangat kemahaesaan Tuhan yang digaungkan dalam berbagai
ayat-ayat Alquran. Hal lain tentang ke-esaan Tuhan dapat dilihat pada beberapa ayat seperti Q.S. An-
Nisa/4:36, Q.S. Al-An’am/6:151, Q.S. An-Nur/24:55, Q.S. Yusuf/12:40, Q.S. Ali Imran/3:64 dan
masih banyak lainnya. Semua ayat ini mengandung arti perintah selalu untuk mengesakan Tuhan.
2. NON SAMAWI
Adalah agama yang kitab sucinya diluar kitab suci yang 4 (empat), yaitu, Taurat, Zabur, /
Mazmur, Injil dan Alquran. Di Indonesia penganut agama ini termasuk sedikit, bila dibandingkan
umat Islam dan Nasrani. Agama Non Samawi yang dianut di Indonesia adalah agama Hindu
Dharma/dan Bali, Budha, serta Kong Fu tze, namun juga banyak sekte-sektenya.

2.1. Agama Hindu Dharma/Bali


Agama Hindu di Bali sampai saat ini terus berkembang dan mendapat pembinaan secara
teratur, sehingga menurut keterangan jumlah penganutnya sekitar 95%. Perlu diketahui bahwa agama
Hindu Bali percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam praktiknya dapat dicapai melalui
perantaraan dewa. Orang Hindu Bali juga mengenal dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa, hanya saja
dalam agama Hindu Bali lebih memuliakan dewa Syiwa dari pada dewa lainnya.
Mereka percaya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa. Soal nama Tuhan, tergantung pada cara
mereka menyembutkannya. Kadang-kadang disebut dewa Brahma, Hyang Widhi, Hyang Wasa, dan
lain-lain, namun yang memegang kekuasaan tertinggi itu hanya satu saja.
Dalam Weda disebutkan: “Ekan Eva Adwiyam Brahman” yang artinya: “hanya satu tiada
dua-Nya, yaitu Brahman”.
Meskipun Tuhan satu tapi dapat dimanifestasikan dalam bermacam-macam nama menurut
sifat dan kekuasaan yang ada padaNya. Bila dilihat dari fungsi-fungsinya Sang Hyang Widhi itu dapat
disebut dengan nama utama dari Trisaykti yaitu Brahma, yaitu Sang Hyang Widhi dalam fungsi
sebagai pencipta. Wisnu, Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pemelihara, dan Syiwa, Sang
Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pelebur/ perusak dunia beserta isinya.
Ajaran agama Hindu tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dibaca pada ayat-ayat berupa
sloka-sloka dalam kitab suci Bhagavadgita. Seperti yang telah diterangkan, Yatna berarti bakti,
pengabdian atau persembahan. Dalam kategorinya Yatna dapat dibagi sbb:
a) Brahma Yatna = berbakti kepada Brahman, Yang Maha Esa.
b) Deva Yatna = berbakti kepada Dewata, yaitu kekuatan yang mengatur kosmos ini.
c) Pitri Yatma = berbakti kepada nenek moyang dan orang-orang tua.
d) Viri Yatma = memberi sedekah kepada yang msikin dan sengsara.
e) Bhuta Yatna = memberikan makan kepada binatang.
Pemujaan dan penghormatan dewata bukanlah persoalan Polytheisme atau Monotheisme
seperti yang diinterpretasikan para sarjana, tetapi Dewata yang dimaksud adalah kekuatan-kekuatan
yang mengatur fungsi kosmos yang tiada lain adalah bagian dari Brahman, Yang Maha Esa dan
absolut. Sebab dengan pujaan ini Dewata akan memberkahi kebahagiaan bagimu, dia yang tidak
membalas rahmat ini kepadaNya sesungguhnya adalah pencuri.
Pimpinan upacara pemujaan terhadap dewa-dewa yang sakral dan metafisik disebut: pedanda.
Tugasnya ialah membuat air suci pada tiap-tiap upacara. Adapun caranya ialah dengan mengosongkan
rohnya (bersemedi) agar dimasuki oleh dewa Siwa yang kemudian membuat air suci. Sesusah itu buah-
buahan dan sajian-sajian yang hendak dipersembahkan kepada dewa tadi diperciki dengan air suci ini
sambil mengucapkan mantera-mantera.
Kekuatan-kekuatan metafisik yang mengatur fungsi kosmos ialah yang disebut Brahman,
Yang Maha Esa, tiada permulaan, yang ada dan yang tiada. Pertumbuhan (perkembangan) agama
Hindu Brahma, seperti penguraiannya terdapat dalam Mahabrata dan Ramayana, dalam Purana dan
Darmasastra dari Manu, Yad nya walkya dan sebagainya, dalam sekte-sekte yang berbeda itu , antara
lain yang terpenting golongan Wisnu dan Siwa sekalipun terdapat perbedaan faham akan anggapan
dogmatis perbedaan Tuhan, terdapat suatu kesepakatan antara mereka yang beragama Hindu, bahwa
mereka mengakui ajaran perpindahan atau kelahiran kembali. Pemahamannya adalah bahwa roh
manusia adalah sebagian (percikan) dari Zat Ketuhanan yang meliputi seluruh alam yaitu
Mahabrahma, disebut juga Maharoh (paraatman) dan tidak dapat mencapai kebahagiaan yang tertinggi
(sejati) yaitu kesadaran bahwa roh manusia itu bersatu dengan Zat Tuhan.
Tuhan-Tuhan (dewa-dewa) dari Hinduisme adalah Siwa dan Durga, Wisnu dan Sri, Brahma
(pencipta), Ganesha, Surya (dewa Matahari), Skanda (dewa perang), Saraswati (dewi kebijaksanaan
dan kecantikan).

2.1.1. Pandanag Agama Hindu Terhadap Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Dari kutipan-kutipan baik dari terjemahan Sloka dan penjelasan para ahli, pandangan agama
hindu yang berkaitan dengan aqidah agama Hindu tentang Ketuhanan Yang Maha Esa;
a) Berdasarkan analisa personalitas berarti: Tuhan Yang Maha Esa adalah Brahman Yang
Maha Esa. Sedangkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Brahmana dan para Dewata;
karena dewa-dewa adalah bagian dari Brahman.
b) Berdasarkan analisa Manajerial dan Kekuasaan adalah Ketuhanan Yang Maha Esa;
karena para Dewata memiliki wewenang mengatur kosmos dan kehidupan manusia.
c) Berdasarkan analisa Penciptaan dan Kepemilikan, bahwa Brahman Yang Maha Esa
sebagai Pencipta, berarti sebagai pemilik. Tetapi kepemilikan ini diawasi dan diatur oleh
para Dewata dan manusia, dan dewata adalah bagian dari Brahman Yang Maha Esa.
Ajaran Hindu Dharma dengan Hindu Bali berdasarkan aqidah yang prinsip tidak berbeda,
perbedaannya hanya pada Hindu Bali tidak mengenal kasta.
Sang Hyang Widi Wase pada Hindu Bali adalah Sang Brahman YME. Penghapusan kasta
pada ajaran Hindu Bali terjadi pada waktu Patih Gajah Mada menundukkan Bali pada waktu kekuasaan
Majapahit, dan Pada sekte-sekte tertentu didalam ajaran Hindu bahwa kedudukan hewan adalah setara
dengan manusia.

2.2. Agama Budha


Ajaran Budha mulai berkembang sebagai agama ± 500 tahun SM. Dikembangkan oleh putra
raja (bangsawan) bernama Sidharta Gautama, yang terakhir dikenal dengan Sakyamuni atau Sang
Budha; karena beliau dalam ibadahnya (meditasi) mencapai alam Ketuhanan (kebenaran hakiki pada
kondisi Budha).
Lahirnya agama Budha berlatar belakang reformasi dari ajaran agama Hindu. Masuknya ke
Indonesia hampir bersamaan dengan agama Hindu. Kerajaan Melayu di Malaka dan Jambi ± abad 4-
6 M hingga awal kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha, terakhir kerajaan Majapahit dengan
Hayam Wuruk sebagai Raja dan Patih Gajah Mada bergama Budha. Paqtih Gajah Mada merubah umat
Hindu di Bali dengan melarang sistem Kasta sehingga terkenal dengan Agama Hindu Bali.
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Budha dapat dikutip dari Corneless Wawar MA
sbb: Ketahuilah para Bhikku, ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang tidak Menjelma, Yang Tidak
Tercipta, Yang Mutlak.
Duhai para Bhikku, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lain.
Tetapi para Bhikku, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak
Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan dari sebab
yang lain”.
Ungkapan diatas adalah pernyataan sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana
VIII.3 yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam bahasa Pali adalah ‘Atti Ajatam Abhutam Akamatam Asamkhatam’ yang artinya
‘suatu yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptkan dan Yang Mutlak,
Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak
dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi dengan
adanya Yang Mutlak, yang tak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata)
dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan bermeditasi.
Tentang keberadaan manusia dan alam semesta, maka manusia yang ada didunia/bumi ini
adalah kelahiran kembali dari dunia lain yang telah hancur, ia muncul kembali pada planet baru setelah
melalui proses. Demikian pula pada alam semesta, planet muncul sebagai proses evolusi antara
kehancuran serta kemunculan kembali.

2.2.1. Pandangan Agama Budha pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Dari kutipan-kutipan baik dari terjemahan kitab suci Budha dan penjelasan para ahli,
pandangan agama Budha yang berkaitan dengan aqidah agama Budha tentang Ketuhanan Yang Maha
Esa;
a) Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak
disebut Sang Hyang Adhi Buddha.
b) Sidharta Gautama/Sakyamuni dalam Samadhinya mencapai tingkat Yang Absolut
/derajat Buddha.
Maka secara terkondisi Sakyamuni sebagai Dewa yang diutus kepada manusia, disebut Sang
Buddha.
Sang Buddha ini adalah pemunculan dari Sang Buddha-Sang Buddha yang terdahulu dan
yang akan datang.
Walaupun agama Buddha mempunyai banyak sekte-sekte, terutama Mahayana dan
Hynayana, tetapi secara prinsip adalah sama (Tripitaka).
Menurut pandangan Buddha ada 14 (empatbelas) Pedoman Hidup Manusia:
(1) Musuh terutama manusia adalah dirinya sendiri.
(2) Kegagalan terutama manusia adalah dirinya sendiri,
(3) Kebodohan terutama manusia adalah sifat menipu,
(4) Kesedihan terutama manusia adalah rasa iri hati,
(5) Kesalahan terutama manusia adalah mencampakkan dirinya,
(6) Dosa terutama manusia adalah menipu dirinya dan orang lain,
(7) Sifat manusia yang terkasihan adalah rasa rendah diri,
(8) Sifat manusia yang paling dipuji adalah semangat keuletannya,
(9) Kehancuran terbesar manusia adalah rasa keputus-asaan,
(10) Harta terutama manusia adalah kesehatan,
(11) Hutang terbesar manusia adalah hutang budi,
(12) Hadiah terutama manusia adalah lapang dada dan mau memaafkan,
(13) Kekurangan terbesar manusia adalah berkeluh kesah dan tidak memiliki kebijaksanaan,
(14) Ketentraman dan kedamaian terutama manusia adalah suka berdana dan beramal.

2.3. Kong Hucu


Agama Khonghucu yang merupakan agama minoritas dari keenam agama yang secara resmi
diakui oleh Negara Republik Indonesia, dalam ajaran agamanya mengajarkan nilai-nilai yang
mengatur hubungan dengan Tuhan, alam semesta dan hubungan dengan sesama manusia. Ajaran ini
juga mendukung adanya kerukunan hidup beragama menjadi modal awal untuk memperkuat tali
persaudaraan antar ummat Beragama.3 Khonghucu masih sangat kuat dalam memegang teguh
kebudayaan luhurnya. Akan tetapi dilihat dari sudut konsep dan ajarannya, kebudayaan leluhur sangat
erat dengan sendi-sendi agamanya. Kriteria sebuah agama secara umum ialah mempunyai konsep
ketuhanan, konsep kenabian (massangers), kitab suci, umat, dan sistem doktrin yang dapat dijadikan
sebagai pedoman perilaku.

2.3.1. Pandanag Agama Kong Hucu pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Konsep ketuhanan dalam Khonghucu bisa ditemukan dalam kitab Yi Jing (Kitab Perubahan).
Dalam kitab Yi Jing ini, Tuhan digambarkan dengan istilah Qian yang dapat diartikan Tuhan sebagai
subjek Yang Maha Ada, Maha Sempurna, Khalik Semesta Alam, Maha Positif dan proaktif. Di dalam
Kitab Zhong Yong (Tengah Sempurna) disebut dengan Gui Shen, yang mengandung arti Tuhan Yang
Maha Esa. Tuhan dalam buku ini digambarkan sebagai Roh yang berkuasa atas segala sifat Yin dan
Yang. Dalam kitab Li Ji (Kitab Kesusilaan) Tuhan sering juga diistilahkan dengan istilah Da Yi, yang
artinya Satu Yang Maha Besar, sejajar dengan istilah yang digunakan di dalam Yi Jing dengan sebutan
Tai Ji (Yang Maha Ada, Maha Puncak/ Kutub), atau dapat juga digambarkan sebagai titik zero yang
dilambangkan dengan sebuah o (lingkaran). Istilah lain sering digunakan untuk Tuhan ialah Tian.
Istilah Tian sebagai Tuhan di dalam kitab Wu Jing mempunyai enam dimensi, yaitu:
(1) Shang Tian (Tian Yang Maha Tinggi),
(2) Hao Tian (Tian Yang Maha Besar atau Yang Maha Meliputi),
(3) Cang Tian (Tian Yang Maha Suci, Maha Luhur, Maha Tinggi),
(4) Min Tian (Tian Yang Maha Welas Asih, Yang Maha Murah),
(5) Huang Tian (Tian Yang Maha Kuasa, Maha Agung, Maha Pencipta,
(6) Shang Di (Tuhan Khalik Pencipta Semesta Alam), Yang Maha Tinggi atau yang ditempat
kedudukan yang Maha Tinggi.
Meskipun ada enam istilah Tian namun tetap Dia Maha Esa. Dimensi Yin dan Yang
merupakan energi yang saling mendahului dalam alam semesta. Termasuk dalam diri manusia.
Manusia yang didominasi dengan Yin akan tampil lebih feminan dan lebih lembut. Sebaliknya jika
yang dominan adalah Yang maka yang bersangkutan akan tampil lebih maskulin dan lebih jantan.

3Dian Nur Anna, Khonghucu di Korea Kontenporer dan Sumbangannya terhadap Kerukunan Ummat Beragama
di Indonesia, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, no. 2, 2013, h. 13.
Konsep ketuhanan seperti ini mengingatkan kita pada agama Tao (Taoisme) yang juga
mengenai simbol Yin dan Yang. Pembagian tugas dan fungsi ini tidak menandakan adanya dua Tuhan.
Tuhan tetap satu bahkan digambarkan Maha Esa walau memiliki dua Sifat dan karakter

Anda mungkin juga menyukai