DAFTAR ISI
Semester I
Semester II
BAGIAN PERTAMA
ARTI & MAKNA GEREJA
Pemahaman tentang Gereja juga bisa dilihat dalam arti rohani dan arti fisik.
Berdasarkan artinya itu, maka Gereja adalah:
a. Arti Rohani:
Umat yang dipanggil Tuhan
Persekutuan semua orang di seluruh dunia yang percaya akan Yesus Kristus itu
Putra Allah dan satu-satunya Penyelamat kita.
Himpunan yang didalamnya terdapat Umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh
Kudus ( bdk 1 Kor 10:32, 11:17-22, 15:9 ).
Himpunan orang-orang yang digerakan untuk berkumpul oleh Firman Allah,
yakni berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi
santapan dengan Tubuh Kristus menjadi Tubuh Kristus.[2]
b. Arti Fisik; bangunan tempat ibadah persekutuan Umat yang beriman kepada
Kristus.
Bagi Paulus, Gereja adalah jemaat setempat namun juga mempunya arti
universal. Karena itu, didalam jemaat setempat terwujudlah Gereja Allah. Dalam
pemahaman gereja Paulus, orang tidak pergi ke Gereja untuk beribadat.
Perayaan bersama adalah Gereja, oleh karena perayaan itu tidak lain dari pada
“berkumpul sebagai jemaat” orang tidak berkumpul untuk ibadah atau untuk
taurat. Hidup jemaat dalam kondisi persaudaraan yang bertujuan untuk
komunikasi iman, saling meneguhkan dan menguatkan iman.[3]
Masa Para Rasul: Perkembangan gereja pada masa ini sampai pada tahap
mendirikan perkumpulan Jemaat Perdanayang juga disebut Gereja Perdana.
Mereka selalu bertekun pada ajaran para Rasul, berkumpul, berdoa, dan
memecahkan roti bersama. Mereka menganggap segala kepunyaan mereka
adalah kepunyaan bersama. Mereka juga membagikan harta sesuai dengan
keperluan. Yang paling berperan di masa ini adalah St. Petrus. Setelah Yesus
wafat, Petrus menjadi sosok yang beriman dan pemberani.
Masa Sesudah Para Rasul: Masa ini Gereja sudah berpusat di Roma, tempat
wafatnya St.Petrus. Pemimpin gereja yang pertama adalah St.Petrus. Penerus
St. Petrus disebut "Uskup Roma" atau "Paus".
b. Era Hindia-Belanda
Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan tahta Raja Lodewijk,
seorang Katolik, membawa pengaruh yang cukup positif. Kebebasan umat
beragama mulai diakui pemerintah. Pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan Gereja
Katolik di Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon untuk mendirikan
Prefektur Apostolik Hindia Belanda di Batavia.
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di
Jakarta, yaitu Pastor Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr.
Yang diangkat menjadi Prefek Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) berkuasa menggantikan VOC
dengan pemerintah Hindia Belanda. Kebebasan beragama kemudian
diberlakukan, walaupun agama Katolik saat itu agak dipersukar. Imam saat itu
hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang hidup
berjauhan satu sama lainnya. Akan tetapi pada tahun 1889, kondisi ini membaik,
di mana ada 50 orang imam di Indonesia. Di daerah Yogyakarta, misi Katolik
dilarang sampai tahun 1891.
c. Van Lith
Misi Katolik di daerah ini diawali oleh Pastor F. van Lith, SJ yang datang ke
Muntilan pada tahun 1896. Pada awalnya usahanya tidak membuahkan hasil
yang memuaskan, akan tetapi pada tahun 1904 tiba-tiba 4 orang kepala desa
dari daerah Kalibawang datang ke rumah Romo dan mereka minta untuk diberi
pelajaran agama. Sehingga pada tanggal 15 Desember 1904, rombongan
pertama orang Jawa berjumlah 178 orang dibaptis di sebuah mata air Semagung
yang terletak di antara dua batang pohon Sono. Tempat bersejarah ini sekarang
menjadi tempat ziarah Sendangsono.
Romo van Lith juga mendirikan sekolah guru di Muntilan yaitu Normaalschool
di tahun 1900 dan Kweekschool (Sekolah Pendidikan Guru) di tahun 1904. Pada
tahun 1918 sekolah-sekolah Katolik dikumpulkan dalam satu yayasan, yaitu
Yayasan Kanisius. Para imam dan Uskup pertama di Indonesia adalah bekas
siswa Muntilan. Pada permulaan abad ke-20 gereja Katolik berkembang pesat.
Pada 1911 Van Lith mendirikan Seminari Menengah. Tiga dari enam calon
generasi pertama dari tahun 1911-1914 ditahbiskan menjadi imam pada tahun
1926 dan 1928, yaitu Romo F.X.Satiman, SJ, A. Djajasepoetra, SJ, dan Alb.
Soegijapranata, SJ.
e. Era Kemerdekaan
Kardinal pertama di Indonesia adalah Justinus Kardinal Darmojuwono
diangkat pada tanggal 29 Juni 1967. Gereja Katolik Indonesia aktif dalam
kehidupan Gereja Katolik dunia. Uskup Indonesia mengambil bagian dalam
Konsili Vatikan II (1962-1965).
Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia pada 1970. Kemudian tahun 1989
Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Indonesia. Kota-kota yang dikunjunginya
adalah Jakarta, Medan (Sumatra Utara), Yogyakarta (Jawa Tengah dan DIY),
Maumere (Flores) dan Dili (Timor Timur).
PELAJARAN 2
GEREJA SEBAGAI PERSEKUTUAN YANG TERBUKA
A. Model-model Gereja
1. Gereja Institusional Hierarkis Piramidal
Model Gereja institusional hierarkis pyramidal sangat menonjol dalam hal-hal
berikut:
a. Orgnasisasi (lahiriah) yang berstruktur pyramidal tertata rapi.
b. Kepemimpinan tertahbis atau hierarki hampir identik dengan Gereja itu sendiri.
Suatu institusi, apalagi institusi besar seperti Gereja Katolik, tentu membutuhkan
kepemimpinan yang kuat.
c. Hukum dan peraturan digunakan untuk menata dan menjaga kelangsungan
suatu institusi. Suatu institusi, apalagi yang berskala besar, tentu saja
membutuhkan hukum dan peraturan yang jelas.
d. Sikap yang agak triumfalistik dan tertutup. Gereja merasa sebagai satu-satunya
penjamin kebenaran dan keselamatan. Extra Ecclesiam Nulla Salus atau diluar
Gereja tidak ada keselamatan.
1. Golongan Hierarki
Hierarki adalah orang-orang yang ditahbiskan untuk tugas
kegembalaan.Mereka menjadi pemimpin dan pemersatu umat, sebagai tanda
efektif dan nyata dari otoritas Kristus sebagai kepala umat. Tugas-tugas hierarki
adalah sebagai berikut:
a. Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki
mempersatukan umat dalam iman, tidak hanya dengan petunjuk, nasehat dan
teladan tetapi juga dengan kewibawaan dan kekuasaan kudus.[11]
b. Menjalankan tugas-tugas gerejani, seperti merayakan sakramen, mewartakan
sabda dan sebagainya.
2. Biarawan-biarawati
Seorang biarawan/biarawati adalah anggota umat yang dengan
mengucapkan kaul kemiskinan, ketaatan dan keperawanan ingin selalu bersatu
dengan Kristus dan menerima pola nasib hidup Yesus Kristus secara radikal dan
dengan demikian mereka menjadi tanda nyata dari hidup dalam Kerajaan Allah
kelak. Kaul-kaul adalah sesuatu yang khas dalam kehidupan membiara. Dengan
menghayati kaul-kaul kebiaraan itu, para biarawan/biarawati menjadi tanda:
a. Yang mengingatkan kita bahwa kekayaan, kekuasaan dan hidup keluarga
walaupun sangat bernilai, tetapi tidak absolut dan abadi, maka kita tidak boleh
mendewa-dewakannya.
b. Yang mengarahkan kita pada Kerajaan Allah dalam kepenuhannya kelak.
3. Kaum Awam
Kaum awam adalah semua orang beriman Kristen yang tidak termasuk dalam
golongan tertahbis dan biarawan-biarawati. Mereka adalah orang-orang yang
dengan pembaptisan menjadi anggota Gereja dan dengan caranya sendiri
mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi dan raja.
Bagi kaum awam, ciri keduniaan adalah khas dan khusus. Mereka
mengemban kerasulan dalam tata dunia, baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat, entah sebagai ayah-ibu, sebagai petani, pedagang, camat, polisi
dan sebagainya.
C. Gereja sebagai Persekutuan Umat dalam Terang Kitab Suci (Kis 4:32-37)
Kutipan Kitab Suci: Kis 4:32-37
32
Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa,
dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah
miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama.33Dan
dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan
Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-
limpah. 34Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka;
karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya
itu dan hasil penjualan itu mereka bawa 35dan mereka letakkan di depan kaki
rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan
keperluannya.
36
Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas,
artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 37Ia menjual ladang miliknya
lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Pejelasan:
Santo Lukas dalam kutipan Kitab Suci (Kis 4:32-37) di atas memberikan
gambaran yang ideal terhadap komunitas/persekutuan Jemaat Perdana. Cara
hidup Jemaat Perdana berupa kebersamaan dan mengganggap semua adalah
milik bersama mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang
pokok adalah bahwa semua anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidak
seorang pun menyimpan kekayaan bagi dirinya sendiri sementara yang lain
berkekurangan.
Sikap dan cara hidup Jemaat Perdana dapat menjadi inspirasi hidup bagi kita
sekarang ini. Semangat persaudaraan dalam kehidupan bersama adalah hal
yang penting dalam hidup bermasyarakat. Kebersamaan kita dalam hidup
menggereja tidak boleh terbatas pada hal-hal rohani seperti doa, perayaan
ibadat, kegiatan-kegiatan pembinaan iman, tetapi juga harus menyentuh
kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya.
BAGIAN KEDUA
HIERARKI & AWAM
1. Hierarki
Kata hierarki berasal dari bahasa Yunani “hierarchy” yang berarti jabatan
(hieros) suci (archos). Itu berarti bahwa yang termasuk dalam hierarki adalah
mereka yang mempunyai jabatan karena mendapat penyucian melalui tahbisan.
Dan orang yang termasuk hieraki disebut sebagai para tertahbis.
Namun, pada umumnya hierarki diartikan sebagai tata susunan. Hieraki
sebagai pejabat umat beriman kristiani dipanggil untuk menghadirkan Kristus
yang tidak kelihatan sebagai tubuhNya, yaitu Gereja. Dalam tingkatan hieraki
tertahbis (hierarchia ordinis), Gereja terdiri dari Uskup, Imam, dan Diakon (KHK
330-572). Menurut tata susunan yuridiksi (hierarchia yurisdictionis), yurisdiksi ada
pada Paus dan para Uskup yang disebut kolegialitas. Kekhasan hierarki terletak
pada hubungan khusus mereka dengan Kristus sebagai gembala umat.
Struktur hierarki bukanlah suatu yang ditambahkan atau dikembangkan
dalam sejarah Gereja. Menurut ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki
Tuhan dan akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam
sejarah hierarki di bawah ini:
a. Jaman Para Rasul
Awal perkembangan hirarki adalah kelompok kedua belas rasul. Kelompok
inilah yang pertama-tama disebut rasul. Rasul atau “apostolos” adalah utusan.
Akan tetapi setelah kebangkitan Kristus, sebutan rasul tidak hanya untuk
kelompok kedua belas, melainkan juga utusan-utusan selain kelompok kedua
belas itu. Bahkan akhirnya, semua “utusan jemaat” (2Kor8:22) dan semua
“utusan Kristus” (2Kor 5:20) disebut rasul. Lama kelamaan, kelompok rasul lebih
luas dari pada kelompok kedua belas rasul. Sesuai dengan namanya, rasul
diutus untuk mewartakan iman dan memberi kesaksian tentang kebangkitan
Kristus.
2. Awam
Kaum awamadalah semua orang kristen yang tidak termasuk dalam golongan
tertahbis dan biarawan biarawati, yaang adalah orang-orang yang yang dengan
pembaptisan menjadi anggota gereja dan dengan caranya sendiri mengambil
bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi, dan raja.
Kaum Awam dapat di definisikan secara:
Definisi teologis: Awam adalah warga negara yang tidak ditahbiskan. Jadi awam
meliputi biarawan seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
Definisi tipologis: Awam adalah warga gereja yang tidak ditahbiskan dan juga
bukan biarawan biarawati.
Bagi kaum awam, perutusan Gereja Katolik bukan saja dibidang liturgi dan
pewartaan, tetapi juga dibidang pengembalaan. Misalnya sebagai:[13]
Pengurus Dewan Paroki Tugasnyaadalah memikirkan, merencanakan,
memutuskan dan mempertanggung-jawabkan hal-hal yang bermanfaat bagi
kehidupan dan karya paroki. Misalnya kegiatan pewartaan sabda, perayaan
liturgi dan membangun masyarakat.
Pengurus Wilayah atau Stasi Tugasnya adalah mengkoordinasi kegiatan antar
lingkungan yang berada didalam wilayah Dewan Parokinya.
Pengurus Lingkungan Tugasnya adalah menampung dan menyalurkan masalah-
masalah yang ada di lingkungan kepada Dewan Paroki atau Pastor Parokinya.
Juga mengadakan pendataan dalam lingkungan atau kelompok dan
mengadakan pertemuanbersama dengan Pengurus Kelompok.
Pengurus Kelompok Tugasnya adalah menjadi tumpuan utama dan pertama untuk
mengembangkan kehidupan umat Katolik. Merekalah yang melakukan berbagai
program lingkungan dalam rangka pembinaan umat.
PELAJARAN 3
HIRARKI DALAM GEREJA KATOLIK
A. Panggilan dan Pilihan Tuhan untuk menjadi Gembala Umat Allah dalam
Terang Kitab Suci
Kutipan Kitab Suci: Yoh 21:15-19
Gembalakanlah Domba-dombaKu
15
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak
Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab
Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.” 16Kata Yesus pula
kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau
mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa
aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-
domba-Ku."
17
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata
untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-
Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi
Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. 18Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat
pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika
engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain
akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak
kaukehendaki." 19Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus
akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata
kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
Penjelasan:
Yesus memilih Petrus menjadi gembala dan pemimpin umatNya.Walaupun
Petrus sering ceroboh bahkan pernah menyangkalNya sampai tiga kali.Pemilihan
Petrus oleh Tuhan sungguh berdasarkan kasih karuniaNya semata.Manusia tidak
memiliki andil apa-apa untuk itu.
Yang dituntut oleh Tuhan dari Petrus (dan semua penggantinya) hanyalah
kasih.Kasih dapat menghapus banyak dosa. Mungkin Tuhan berpikir seorang
pemimpin yang tahu kelemahannya akan bersikap penuh pengertian dalam
memimpin orang lain. Petrus banyak belajar dari kelemahannya.Yang penting,
cintanya kepada Tuhan tidak diragukan.
Dengan demikian, seorang pemimpin Gereja atau gembala dalam Gereja
adalah orang yang sangat mengasihi Yesus dan bersedia menyerahkan
nyawanya untuk Yesus dan umat gembalaannya.
b. Paus
Konsili Vatikan II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup
hanyalah berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti
Petrus, sebagai kepalanya dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua
baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab
Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan
gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal
terhadap Gereja dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas.[17]
Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi pemimpin para rasul.Paus,
pengganti Petrus, adalah pemimpin para uskup.
c. Uskup
Konsili Vatikan II merumuskan dengan jelas: “Masing-masing uskup menjadi
asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya”.[18]Tugas pokok
uskup adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu itu
dibagi menjadi tiga khusus yakni: tugas pewartaan, perayaan dan pelayanan.
Tugas utama para uskup adalah pewartaan Injil.[19]Uskupyaitu memimpin umat
dalam kalangan pastoral keuskupan.
PELAJARAN 4
HUBUNGAN AWAM & HIERARKI SEBAGAI PARTNER KERJA
2. Peranan Awam
a. Kerasulan dalam Tata Dunia
Berdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Allah
dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan
kehendak Allah.Awam dalam kehidupan sehari-hari hendaknya menggunakan
fungsi dan perannya dalam masyarakat dan keluarga untuk mewartakan
Kerajaan Allah.Status dan jabatan serta pekerjaan yang dimiliki harus digunakan
sebaik-baiknya dalam menata dunia agar menjadi lebih baik.
3. Kerja Sama
Walaupun tiap komponen Gereja memiliki fungsinya masing-masing, namun
untuk bidang-bidang dan kegiatan tertentu, lebih dalam kerasulan internal gereja
yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan
kerjasama dari semua komponen. Dan hal ini hendaknya hierarki tampil sebagai
pelayanan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan
diakon, dewan uskup yang bertugas menyatukan rupa-rupa, jenis dan fungsi
pelayanan yang ada.Hierarki berperan memelihara keseimbangan dan persatuan
diantara sekian banyak pelayanan.Para pemimpin tertahbis memperhatikan serta
memelihara keseluruhan visi, misi dan reksa pastoral. Karena itu, tidak
mengherankan bahwa di antara mereka yang termasuk dalam dewan hierarki
bertanggung jawab memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan
sakramen.
BAGIAN KETIGA
SIFAT-SIFAT GEREJA
BAGIAN KEEMPAT
TUGAS-TUGAS GEREJA
PELAJARAN 7
GEREJA YANG MENGUDUSKAN (LITURGIA)
b. Fungsi Doa
Mengkomunikasikan dira kepada Allah.
Mempersatukan diri kita kepada Tuhan.
Mengungkapkan cinta, kepercayaan dan harapan kita kepada Tuhan.
Membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita sehingga kita
melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman.
Mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau
merasul.
B. Sakramen-sakramen Gereja
a. Arti dan Makna Sakramen
Sakaramen adalah tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan
memberikan kehidupan Ilahi kepada kita, yang ditetapkan Kristus dan
dipercayakan kepada GerejaNya. Bagi umat beriman yang menerimanya dengan
sikap batin yang wajar, mereka menghasilkan buah.[31]
b. Tujuh Sakramen
1. Sakramen Permandian/Baptis (Tanda Iman)
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi
Kristiani. Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau
seorang diakon. Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan
apa yang dilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani,
dapatmembaptis.
Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa
pribadi dan dari hukuman akibat dosa-dosa tersebut dan membuat orang yang
dibaptis itu mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui "rahmat
yang menguduskan" (rahmat pembenaran yang mempersatukan pribadi yang
bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya).
Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat
Kristus dan merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang
Kristen. Jika seseorang secara resmi menyatakan tobat dan imannya pada
Kristus serta bertekad ikut serta dalam tugas panggilan Kristus maka ia diterima
dalam umat dengan sakramen permandian.
Orang yang menerima sakramen permandian diterima oleh Kristus menjadi
anggota tubuhNya, umat Allah (Gereja), orang tersebut laksana baru lahir dalam
gereja. Orang yang telah dipermandikan harus siap hidup bagi Allah. Perayaan
dalam peristiwa permandian berupa pencurahan air pada dahi, dan imam
berkata, ”Aku mempermandikan engkau dalam nama Bapa, Putera, dan Roh
Kudus”.
3. Sakramen Tobat[34]
Sakramen tobat adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang
telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini
memiliki empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya
(tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam,
absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan.
Orang jatuh dalam dosa berarti merusak dan melemahkan si pendosa sendiri,
serta hubungannya dengan Allah dan sesama. Si pendosa yang bangkit dari
dosa tetap harus memulihkan sepenuhnya kesehatan rohaninya dengan
melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia harus 'melakukan
silih bagi' atau 'memperbaiki kerusakan akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga
disebut 'penitensi'" (KGK 1459). Para pengikut Kristus perlu bertobat secara
terusmenerus dihadapan Allah dan sesama. Tanda pertobatan tersebut diterima
dalam perayaan sakramen tobat.
6. Sakramen Pernikahan[37]
Sakramen ini menjadi suatu tada cinta kasih yang menyatukan Kristus
dengan Gereja menetapkan diantara 2 pasangan suatu ikatan yang bersifat
permanen dan eksklusif, yang dimateraikan oleh Allah. Dengan demikian
pernikahan antara pria yang sudah dibabtis dengan wanita yang sudah di babtis
telah dimasuki secara sah dan telah disempurnakan dengan persetubuhan, tidak
dapat diceraikan. Sakramen ini menganugerahkan kepada pasangan yang
bersangkutan rahmat yang mereka perlukan untuk mencapai kekudusan dalam
hidup perkawinan mereka serta untuk meghasilkandan mengasuh anak mereka
dengan penuh tanggung jawab. Hidup cinta suami-istri menjadi tanda (sakramen)
cinta Allah kepada manusia.
7. Sakramen Imamat[38]
Atas kehendak Allah dan Uskup dari Gereja setempat, pria-pria tertentu dipilih
dan ditahbiskan untuk melayani Gereja sebagai daikon, imam dan uskup.
Sakramen imamat adalah sakramen pelayanan. Para uskup, imam dan daikon
dipanggil untuk menguduskan kaum awam, yang turut mengambil bagian dalam
imamat umum yang diterima saat mereka dibaptis.
2. Devosi
Devosi adalah bentuk-bentuk penghormatan/kebaktian khusus orang atau
umat beriman kepada rahasia kehidupan tertentu dari Yesus atau kepada orang-
orang kudus. Misalnya devosi kepada kesengsaraanNya, HatiNya yang
mahakudus, sakramen mahakudus, dll. Atau devosi kepada orang-orang kudus
seperti; devosi kepada Bunda Maria (Rosario), kepada santo-santa pelindung,
mengunjungi tempat ziarah, dll.
PELAJARAN 8
GEREJA YANG MEWARTAKAN (KERYGMA)
A. Tugas Mewartakan
1. Inspirasi Kitab Suci tentang perutusan murid-murid Yesus
16
Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah
ditunjukkan Yesus kepada mereka.17Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya,
tetapi beberapa orang ragu-ragu.18Yesus mendekati mereka dan berkata:
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
PELAJARAN 9
GEREJA YANG MELAYANI (DIAKONIA)
35
Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan
berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan
suatu permintaan kami!" 36Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu
kehendaki Aku perbuat bagimu?" 37Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami
duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan
yang seorang di sebelah kiri-Mu." 38Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu
tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus
Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" 39Jawab mereka:
"Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum
cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus
Kuterima. 40Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku
tidak berhak memberikannya.Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa
itu telah disediakan."
41
Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada
Yakobus dan Yohanes. 42Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu
tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah
rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan
kuasanya dengan keras atas mereka. 43Tidaklah demikian di antara kamu.
Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, 44dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. 45Karena Anak Manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
2. Penjelasan
Yesus sangat menekankan semangat pengabdian dan semangat pelayanan
kepada murid-muridNya yang rupanya sangat berambisi untuk memiliki
kedudukan dan kekuasaan. Yesus mengenal struktur masyarakat feudal pada
zamanNya, yakni adanya kelas-kelas dan tingkat-tingkat dalam masyarakat.
tetapi, Yesus berkata “tidaklah demikian di antara murid-muridNya”. Mereka
harus memiliki sikap melayani. Sikap yang mau melayani itu ditunjukkan Yesus
dengan membasuh kaki para muridNya. Semangat pelayanan itu harus
diteruskan di dalam GerejaNya. Tugas kegembalaan atau kepemimpinan dalam
Gereja adalah tugas pelayanan.
Yesus datang untuk melayani bukan dilayani. Sebagai murid kristus maka kita
juga harus mengambil sikap untuk melayani, bukan dilayani. Saling
melayani,prinsip dasar kehidupan gereja, itulah panggilan gereja menurut hidup
Kristus. Pelayanan dalam perwujudan iman kristiani adalah dengan mengikuti
jejak kristus. Pelayanan dalam hal ini adalah kerjasama, tolong menolong, saling
membantu, menyadari, dan menghayati bahwa kemerdekaan adalah
kesempatan untuk melayani sesama yang tercapai dalam kebersamaan dan
persaudaraan.
PELAJARAN 10
GEREJA YANG MENJADI SAKSI (MARTYRIA)
Kata saksi sering diartikan sebagai orang yang melihat atau mengetahui
sendiri suatu peristiwa (kejadian). Saksi menunjuk pada personal atau pribadi
seseorang yakni pribadi yang mengetahui atau mengalami dan mampu
memberikan keterangan yang benar.
Menjadi saksi Kristus berarti menyampaikan/menunjukan apa yang di alami
dan di ketahui tentang Kristus kepada orang lain. Penyampaian,
penghayatan/pengalaman itu dapat di laksanakan melalui kata-kata, sikap, dan
tindakan nyata.
Injil pertama-tama diwartakan dengan kesaksian yakni diwartakan dengan
tingkah laku dan peri hidup. Gereja juga mewarkatan Injil kepada dunia dengan
kesaksian hidup yang setia kepada Tuhan Yesus. Para murid Yesus memang
dipanggil untuk menjadi saksiNya, mulai dari Yerusalem, kemudian berkembang
ke seluruh Yudea dan Samaria, bahkan sampai ke ujung bumi.[41]
Menjadi saksi Kristus ternyata dapat menuai banyak resiko. Yesus telah
berkata: “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap
orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi
Allah.” (Yoh 16:2). Yesus sendiri telah menjadi martir dengan menderita dan
wafat di salib demi Kerajaan Allah.Dalam sejarah Gereja, kita tahu bahwa banyak
orang telah merelakan dirinya menjadi saksi Kristus.
PELAJARAN 11
GEREJA & DUNIA
A. Hubungan Gereja dan Dunia
Adanya Konsili Vatikan II memberikan pengaruh yang besar bagi gereja dalam
memberikan pandangannya terhadap dunia. Gereja membaharui pandangan
yang bersifat negatif kepada dunia menjadi lebih positif.
b. Manusia
Martabat Manusia
Gereja mengajarkan bahwa manusia mempunyai martabat yang luhur karena
manusia diciptakan menurut citra Allah dan dipanggil untuk memanusiawikan
dan mengembangkan diri menyerupai Kristus, dimana citra Allah tampak secara
utuh.
Manusia adalah ciptaan yang istimewa karena memiliki akal budi, kehendak
bebas dan hati nurani.
Masyarakat Manusia
Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang bermasyarakat. Allah
menghendaki agar semua manusia membentuk satu keluarga dan
memperlakukan seorang akan yang lain dengan jiwa persaudaraan (GS. 24).
Kristus sendiri berdoa agar “semua menjadi satu..........seperti kita pun satu
adanya” (Yak 17:21-22).
1. Martabat Manusia
Peranan Gereja bagi martabat manusia antara lain:
o Membebaskan martabat kodrat manusia dari segala perubahan paham.
o Menolak dengan tegas segala macam perbudakan dan pemerkosaan martabat
dan pribadi manusia.
o Menempatkan dan memperjuangkan martabat manusia sesuai dengan maksud
Penciptanya.
PELAJARAN 12
AJARAN SOSIAL GEREJA
PELAJARAN 13
KETERLIBATAN GEREJA DALAM MEMBANGUN DUNIA YANG
DAMAI DAN SEJAHTERA
B. Inspirasi dan Visi dari Injil dan Ajaran Gereja untuk Memperjuangkan
Masyarakat yang Adil, Damai dan Sejahtera.
Dasar inspirasi dan visi serta ajaran Gereja dalam memperjuangkan
masyarakat yang adil, damai dan sejahtera adalah kedatangan sang
Juruselamat.[42] Lukisan tentang „damai sejahtera” yang dikehendaki Allah
sama seperti yang dinubuatkan Nabi Yesaya dalam Kitab Perjanjian Lama.[43]
Kedatangan Tuhan ke dalam dunia menjamin adanya pembebasan dan
pendamaian yang benar, baik dalam keluarga, komunitas Gereja, maupun
masyarakat dunia. Tuhan yang telah mendamaikan kita dengan diriNya
menghendaki agar manusia hidup dalam damai sejahtera dengan sesamanya.
Juruselamat, Sang Raja Damai, datang ke dunia dan membangun
kerajaanNya agar manusia mengalami kesejahteraan lahir dan batin. Sebagai
pengikutNya, kita dipanggil untuk membangun Kerajaan Allah di dunia agar dunia
lebih manusiawi dan layak di huni. Kita diajak untuk menjadi garam dan terang
dunia[44] serta ragi bagi orang lain.
Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, art. 1 mengatakan bahwa kegembiraan
dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama
kaum miskin dan menderita, merupakan keprihatinan Gereja. Itu tandanya bahwa
Gereja diutus ke tengah-tengah dunia untuk membawa damai sejahtera.
D. Kendala-kendala
PELAJARAN 14
HAK ASASI MANUSIA
A. Makna HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat dalam diri manusia,
yang dimiliki manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau
negara, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Hak-hak asasi merupakan hak yang universal. Artinya, hak-hak itu
menyangkut semua orang, berlaku dan harus diberlakukan dimana-mana.
Misalnya, hak untuk hidup layak, hak untuk mendapat pendidikan dan pekerjaan,
hak untuk menikah, dst. Menolak sifat universal hak-hak asasi manusia berarti
menyangkal unsur manusiawi yang terdapat dalam setiap kebudayaan.
a. Perjuangan PBB
b. Perjuangan Gereja
Ensiklik Mater et Magistra (1961) dan Pacem in Terris (1963) mulai berbicara
tentang HAM.
Konsili Vatikan II (1962-1965) berulang kali berbicara mengenai HAM, terutama
dalam konstitusi Gaudium et Spes dan Dignitatis Humanae.
Tahun 1974 panitia kepausan “Yustita et Pax” menerbitkan sebuah kertas kerja
“Gereja dan Hak-hak Asasi Manusia”.
Komisi Teologi Internasional mengeluarkan sejumlah tesis mengenai martabat
dan hak-hak pribadi.
PELAJARAN 15
PERJUANGAN MENEGAKKAN HAM DI INDONESIA
2. Komnas HAM
Dalam usaha menegakan HAM, dibentuklah Komisi Nasional HAM yang
bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak setiap orang dalam kehidupan
bermasyarakat. Namun dalam prakteknya, lembaga ini belum dapat bekerja
dengan maksimal.
Selain itu, muncul juga beberapa lembaga swasta yang memperjuangkan
HAM seperti Indonesia Coruption Watch (ICW), Komisi untuk oang hilang dan
korban tindak kekerasan (Kontras), dll. Namun semua bentuk lembaga tersebut
kadang mengalami kesulitan karena dihadang oleh sistem dan struktur politik,
ekonomi dan budaya yang ada.
3. Gereja
Sepanjang sejarahnya, Gereja telah berusaha untuk senantiasa memberikan
perhatian dan memperjuangkan nasib orang-orang miskin. Perhatian Gereja
nampak dalam ensiklik-ensiklik para Paus, konferensi-konferensi para uskup dan
surat gembala yang menyuarakan supaya hak-hak rakyat kecil diperhatikan dan
ditegakkan.
KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia), selalu berpegang teguh pada
ajaran sosial Gereja yang antara lain: “karena semua manusia mempunyai jiwa
berbudi dan diciptakan menurut citra Allah, karena mempunyai kodrat dan asal
yang sama, serta karena penebusan Kristus mempunyai panggilan dan tujuan
ilahi yang sama, maka kesamaan asasi antara manusia harus senantiasa diakui”
(Gaudium et Spes, Art. 29). Gereja mendesak diatasinya dan
dihapuskannya “setiap bentuk diskriminasi, entah yang bersifat sosial atau
kebudayaan, entah yang didasarkan pada jenis kelamin, warna kulit, suku,
keadaan sosial, bahasa ataupun agama, karena berlawanan dengan maksud
dan kehendak Allah” (Gaudium et Spes, Art. 29).
KWI dan hampir semua keuskupan membentuk lembaga yang antara lain
memperjuangkan hak asasi manusia dari rakyat kecil itu, misalnya:
a. Komisi Keadilan dan Perdamaian
b. Komisi Migran
c. Komisi Hubungan Antara Agama
d. Jaringan Mitra Perempuan
e. Crisis Center dll.
Lembaga-lembaga diatas telah bekerja keras, antara lain:
a. Mengadakan pendidikan dan pelatihan tentang HAM kepada para fasilitator dan
masyarakat luas supaya mereka mengetahui dan menyadari akan hak-haknya
dan kemudian terlibat untuk turut memperjuangkan haknya.
b. Mengadakan berbagai lembaga advokasi untuk membela hak-hak rakyat.
c. Memperluas jaringan kerjasama dengan pihak mana saja untuk
memperjuangkan HAM.
PELAJARAN 16
KEKERASAN DAN BUDAYA KASIH
PELAJARAN 17
MENGHARGAI HIDUP
3. Ajaran Kristiani
a. Perang
Konsili Vatikan II, perang belum enyah dari kehidupan manusia dan setiap hari
di mana pun juga, perang meneruskan permusuhannya.[53] Tanpa berkecamuk
peperangan, dunia senantiasa dilanda kekerasan dan pertentangan antar-
manusia.[54]
Dalam ensiklik Pacem in Terris, Paus Yohanes XXIII mengatakan bahwa
perang tidak lagi boleh dipandang sebagai sarana menegakkan kembali
keadilan. Keamanan masyarakat tidak dapat dijamin dengan tertib kontrol
dengan sejata. Masyarakat hanya menjadi aman jika dalam kebersamaan diakui
hak asasi setiap orang.
b. Hukuman Mati
Gereja tidak mendukung adanya hukuman mati, namun tidak melarangnya
juga. Gereja mempertahankan bahwa kuasa negara yang sah berhak
menjatuhkan hukuman mati dalam kasus yang amat berat. Dilain pihak, dalam
etika (termasuk moral Katolik), makin diragukan alasan-alasan yang
membenarkan hukuman mati, sebab sama sekali tidak jelas, manakah perkara-
perkara yang amat berat yang dapat membenarkan hukuman mati.
PELAJARAN 18
ABORSI
A. Pengguguran Kandungan/Aborsi
1. Dilatasi/Kuret
Lubang rahim diperbesar, agar rahim dapat dimasuki kuret, yaitu sepotong
alat tajam. Kemudian janin yang hidup itu dipotong kecil-kecil, dilepaskan dari
dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya terjadi banyak pendarahan.
a. Kuret dengan cara penyedotan; dilakukan dengan memperlebar lubang rahim,
kemudian sebuah tabung dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan
alat penyedot yang kuat. Dengan cara demikian, bayi dalam rahim tercabik-cabik
menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah botol.
b. Peracunan dengan garam; dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu (4
bulan), ketika sudah cukup banyak cairan yang berkumpul di sekitar bayi dalam
kantong anak. Sebatang jarum yang panjang dimasukkan melalui perut ibu ke
dalam kantung bayi, kemudian sejumlah cairan disedot keluar dan larutan garam
yang pekat disuntikkan ke dalamnya. Bayi dalam rahim akan menelan garam
beracun sehingga ia sangat menderita. Bayi itu akan meronta-ronta dan
menendang-nendang karena dibakar hidup-hidup oleh racun itu. Dengan cara ini,
sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira 1 jam dan kulitnya benar-benar
hangus. Dalam waktu 24 jam kemudian, si ibu akan mengalami sakit beranak
dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati. Namun, sering juga terjadi bayi
yang lahir itu masih hidup, tetapi biasanya dibiarkan saja agar mati.
c. Histerotomi/Caeser; dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki
alat bedah melalui dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan agar
mati atau kadang-kadang langsung di bunuh.
d. Pengguguran Kimia Prostagladin; pengguguran dengan memakai bahan-bahan
kimia yang mengakibatkan rahim ibu mengkerut, sehingga bayi dalam rahim itu
mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada bayi-
bayi yang terpenggal.
2. Ajaran Gereja
Gereja sejak awal telah menolak dan menentang pengguguran. Gereja
membela hak hidup anak di dalam kandungan. Konsili Vatikan II menjelaskan
bahwa pengguguran adalah suatu tindakan kejahatan yang durhaka, sama
dengan pembunuhan anak. Sebab Allah, Tuhan kehidupan telah
mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup kepada manusia, untuk
dijalankan dengan cara yang layak baginya. Maka kehidupan sejak saat
pembuahan harus dilindungi dengan sangat cermat[56]
Manusia dalam kandungan memiliki martabat yang sama seperti manusia
yang sudah lahir. Karena martabat itu, manusia mempunyai hak-hak asasi dan
mempunyai segala hak sipil dan gerejawi, sebab dengan kelahirannya hidup
manusia sendiri tidak berubah, hanya lingkungan hidupnya menjadi lain. Gereja
menghukum pelanggaran melawan kehidupan manusia ini dengan hukum Gereja
yaitu hukuman ekskomunikasi. “Barang siapa yang melakukan pengguguran
kandungan dan berhasil, terkena ekskomunikasi” (KHK Kanon 1398).[57]
3. Hukum Negara
Upaya perlindungan terhadap bayi dalam kandungan terwujud dalam
ketentuan hukum yaitu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP):
342 “Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang
diambilnya sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak,
menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian
daripada itu, dihukum karena pembunuhan anak yang direncanakan dengan
hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.”
346 “Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun.
347 ( 1 ) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan
seorang perempuan tidak dengan ijin perempuan itu di hukum penjara selama-
lamanya 12 tahun.
348 ( 1 ) Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan
seorang perempuan dengan izin perempuan itu dihukum penjara selama-
lamanya 5 tahun 6 bulan.
349 Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam kejahatan
yang tersebut dalam pasal 346 atau bersalah atau membantu dalam salah satu
kejahatan yang diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka hukuman yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan 1/3-nya dan dapat dipecat
dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu.
PELAJARAN 19
BUNUH DIRI DAN EUTHANASIA
B. Euthanasia
1. Arti Euthanasia
Kata euthanasia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kematian yang baik
(mudah). Kematian dilakukan untuk membebaskan seseorang dari penderitaan
yang amat berat.
2. Jenis-Jenis Euthanasia
PELAJARAN 20
NARKOBA DAN HIV/AIDS
A. Narkoba
a. Narkotika. Menurut UU RI No. 22 tahun 1997, Narkotika meliputi zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yaitu:
Golongan opiat: heroin, morfin, candu, dll.
Golongan kanabis: ganja, hashis, dll.
Golongan koka: kokain, crack, dll.
b. Alkohol; minuman yang mengandung etanol (etil alkohol) tetapi bukan obat.
c. Psikotropika; menurut UU RI No. 5 tahun 1997, psikotropika meliputi zat atau
obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkoba, seperti ecstasy, shabu-
shabu, obat penenang/obar tidur, obat anti dprresi dan obat anti psikosis.
d. Zat Adiktif; adalah inhalasia (aseton, thinner cat, lem), nikotin (tembakau) dan
kafein (kopi).
Napza tergolong zat psikoaktif. Zat psikoaktif adalah zat yang terutama
mempengaruhi otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan,
pikiran, persepsi dan kesadaran.
a. User (pemakai coba-coba). Pada tahap ini orang menggunakan narkoba hanya
sekali-kali dan dalam waktu yang realtif jarang. Pada tahap ini hubungan
seseorang dengan keluarga dan masyarakatnya masih terjalin dengan baik,
demikian juga dalam bidang pendidikan. Semua terjadi karena orang tersebut
masih dapat mengontrol kebiasaan memakainya.
b. Abuser (pemakai iseng). Pada tahap ini seorang mengkonsumsi narkoba lebih
sering daripada saat ia berada dalam tahap pertama. Pengguna narkoba
tersebut mulai menggunakan narkoba sebagai suatu keisengan untuk melupakan
masalah, mencari kesenangan dan sebagainya. Pada tahap ini, orang tersebut
sebenarnya mulai dihantui masalah-masalah. Hal itu terjadi karena kontrol dirinya
terhadap penggunaan narkoba semakin lemah sehingga mempengaruhi
hubungannya dengan keluarga dan masyarakat secara langsung. Pendidikan
mereka juga mulai terganggu karena konsentrasi mereka terhadap pelajaran
semakin melemah.
c. Pecandu (pemakai tetap). Pada tahap ini seseorang telah kehilangan kontrol
sama sekali dalam penggunaan narkoba. Pada saat ini, bukan mereka yang
mengontrol kebiasaan penggunaan narkoba, melainkan mereka yang dikontrol
oleh narkoba. Hubungan antara orang tersebut dengan keluarga dan masyarakat
sudah rusak karena perilaki mereka benar-benar tidak terkontrol lagi.
a. Fisik; berat badan turun drastis, sering menguap, mengeluarkan air mata,
keringan berlebihan, mata cekung dan merah, muka pucat, bibir kehitan-hitaman,
sering batuk dan pilek yang berkepanjangan, tangan penuh bintik-bintik merah
seperti bekas gigitan nyamuk dan ada luka bekas sayatan, ada goresan dan
perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan, buang air besar dan buang air
kecil berkurang dan juga gejala sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
b. Emosi; sangat sensitif dan cepat bosan, bila ditegur atau dimarahi akan
menunjukkan sikap membangkang, emosinya tidak stabil dan tidak ragu untuk
memukul orang dan berbicara kasar kepada anggota keluarga atau orang
disekitarnya.
c. Perilaku; malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas
rutinnya, sering berbohong dan ingkar janji, menunjukkan sikap tidak peduli dan
jauh dari keluarga, suka mencuri uang, menggadaikan barang-barang berharga
di rumah, takut akan air karena menyakitkan sehingga mereka malas mandi,
waktu di rumah kerap kali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang
gelap, kamar mandi/tempat-tempat sepi lainnya.
4. Tanda-tanda Sakaw
a. Obat jenis opiat (heroin, morfin, putaw); menimbulkan gejala: banyak keringat,
sering menguap, gelisah, mata berair, gemetar, hidung berair, tak ada selera
makan, pupil mata melebar, mual atau muntah, tualgn atau otot sendi menjadi
sakit, diare, panas dingin, tidak dapat tidur, tekanan darah sedikit naik.
b. Obat jenis ganja; menyebabkan gejala-gejala: banyak berkeringat, gelisah,
gemetar, tak ada selera makan, mual atau muntah, diare, tak dapat tidur
(insomnia).
c. Obat jenis amphetamin (shabu-shabu, ekstasi); menimbulkan gejala: depresif,
gangguan tidur dan mimpi bertambah, merasa lelah.
d. Obat jenis kokain; menimbulkan gejala: depresi, rasa lelah yang berlebihan,
banyak tidur, mimpi, gugup, ansietas dan perasaan curiga.
e. Obat jenis alkohol atau benzodiazepin; menimbulkan gejala: banyak keringat,
mudah tersinggung, gelisah, murung, mual/muntah, lemah, berdebar-debar,
tangan gemetar, lidah dan kelopak mata bergetar, bila dehidrasi (kekurangan
cairan) tekanan darah menurun dan seminggu kemudian dapat timbul halusinasi
atau delirium.
a. Faktor Intern
Faktor intern berarti faktor penyebab yang berasal dari diri orang itu sendiri.
Faktor intern dibagi menjadi:
1) Kepribadian
Adapun ciri kepribadian seorang remaja adalah:
Kegelisahan; karena banyaknya keinginan yang harus dipenuhi tetapi kadang
tidak semuanya yang terpenuhi akibatnya mengalami kegelisahan.
Pertentangan; pertentangan yang ada, baik di dalam diri remaja itu sendiri
maupun pertentangan dengan orang lain, pada umumnya disebabkan oleh emosi
remaja yangmasih labil.
Berkeinginan besar untuk mencoba hal baru.
Senang berkhayal dan berfantasi.
Mencari identitas diri denga kegiatan berkelompok.
Senang suasana meriah dan keramaian.
Mudah bosan dan kesepian.
Kurang sabar dan mudah kecewa.
Suka mencari perhatian.
Mudah tersinggung.
Jika semua ciri kepribadian ini tidak dikontrol dengan hati-hati dan bijaksana,
maka remaja akan sangat mudah terjerumus menjadi seorang pencandu
narkoba.
2) Inteligensi; remaja yang kemampuan inteliegnsinya kurang, kurang dapat
menggunakan pikirannya secara kritis dan kurang dapat mengambil keputusan
untuk memilih yang baik dan yang buruk. Mereka cenderung mengambil
keputusan dengan pemikiran yang dangkal, yang bersifat kenikmatan sementara.
3) Mencari pemecahan masalah; berhadapan dengan depresi atau beban hidup
yang berat, maka remaja cenderung mencoba mencari jalan keluar tanpa berpikir
panjang dalam mengambil keputusan. Akibatnya, mereka akan gampang
menjadi pengguna narkoba.
4) Dorongan kenikmatan; setiap orang mempunyai dorongan hedonistis yaitu
dorongan untuk mengulangi pengalaman yang dirasakan kenikmatan. Narkoba
dapat memberikan kenikmatan sesaat bagi penggunanya. Akibanya, orang
terdorong untuk merasakannya lagi.
5) Ketidaktahuan; kurangnya informasi tentang narkoba, bisa menyebabkan orang
tersebut menjadi pengguna narkoba.
b. Faktor Ekstern
1) Pengaruh keluarga; keluarga yang tidak utuh dan tidak harmonis bisa membuat
anak-anak frustasi. Keluarga yang terlalu memanjakan anak atau terlalu keras
terhadap anak, dapat memberi dampak negatif bagi kepribadian anak sehingga
dengan mudah menjadi pengguna narkoba.
2) Pengaruh sekolah; sekolah yang tidak disiplin dan mempunyai banyak siswa
yang sudah menjadi pengguna narkoba dapat menjadikan anak-anak lain untuk
terlibat dengan narkoba.
3) Pengaruh masyarakat; situasi masyarakat yang dipenuhi dengan bandar-bandar
narkoba serta nilai komersial yang sangat tinggi serta politis dari penjualan
narkoba. Hal ini mengakibatkan orang gampang terjerumus ke dalam dunia
narkoba.
B. HIV/AIDS
1. Arti HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Defliciency Syndrome.
Acquired artinya didapat. Immune artinya kekebalan tubuh. Syndrome artinya
kumpulan gejala penyakit. Jadi, AIDS artinya kumpulan gejala penyakit yang
timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah virus yang
secara pelan-pelan mengurangi kekebalan tubuh manusia.
Infeksi kekebalan tubuh terjadi bila virus tersebut masuk ke dalam sel darah putih
yang disebut limfosit. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.
2. Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang mengandung
sel terinfeksi atau partikel virus. Cairan tubuh itu antara lain; darah, semen,
cairan vagina, cairan serebrospinal dan air susu ibu, bahkan virus juga terdapat
di dalam air mata, air kemih dan air ludah. HIV ditularkan dengan melalui cara-
cara berikut:
Hubungan seksual dengan penderita, dimana selaput lendir mulut, vagian atau
rektum berhubungan langsung dengan cairan tubuh yang terkontaminasi.
Suntikan atau infus darah yang terkontaminasi, seperti yang terjadi pada transfusi
darah, pemakaian jarum bersama-sama atau tidak sengaja tergores oleh jarum
yang terkontaminasi virus HIV.
Pemindahan virus dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya sebelum atau selama
proses kelahiran atau melalui ASI.
Penularan melalui oral seks (hubungan seksual melalui mulut).
Virus HIV pada penderita wanita yang sedang hamil dapat ditularkan kepada
janinnya pada awal kehamilan (melalui plasenta) atau pada saat persalinan
(melalui jalan lahir).
3. Apa yang dapat Dilakukan oleh Setiap Orang untuk Membantu Orang Lain
yang Kecanduan Narkoba atau Menderita HIV/AIDS?
a. Jangan menjauhi atau menolak mereka yang kecanduan narkoba atau terinfeksi
HIV/AIDS, karena mereka adalah manusia yang paling kesepian di dunia ini.
b. Memberikan peneguhan bahwa mereka dapat mengatasi persoalannya dengan
menjadi sahabat dan pendamping mereka.
c. Mendengarkan keluhan para pecandu narkoba dan pengidap HIV/AIDS.
Komentar