Di Susun Oleh :
Efrain Ririmasse
Robby Tarigan
Lina Waty
JAKARTA 2023
SEJARAH GEREJA KATOLIK
A. ASAL MULA
Menurut Tradisi Suci Kristen Katolik, pendiri Gereja Katolik adalah Yesus Kristus sendiri.
Kitab Suci Perjanjian Baru meriwayatkan kiprah dan ajaran Yesus, bagaimana ia memilih
kedua belas rasulnya, maupun amanatnya kepada mereka untuk melanjutkan karyanya.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas para rasul pada
hari Pentakosta adalah tonggak sejarah permulaan kiprah Gereja Katolik di muka umum.
Umat Katolik percaya bahwa Santo Petrus adalah Uskup Roma yang pertama, sekaligus rasul
yang menahbiskan Linus menjadi Uskup Roma berikutnya, dan oleh karena itu merupakan
cikal bakal dari suksesi apostolik tak terputus sampai kepada Uskup Roma saat ini, yakni
Paus Fransiskus. Dengan kata lain, Gereja Katolik memelihara kesinambungan suksesi
apostolik Uskup Roma selaku pengganti Santo Petrus, yang lazim dikenal dengan sebutan
"Sri Paus".
Menurut Injil Matius, Kristus menetapkan Petrus menjadi "cadas" landasan Gerejanya,
karena ia mengakui Yesus sebagai Kristus. Meskipun sebagian ahli sudah menandaskan
bahwa Petrus adalah Uskup Roma yang pertama, sebagian lainnya berpendapat bahwa
keberadaan lembaga kepausan tidak bergantung pada keyakinan bahwa Petrus adalah Uskup
Roma, bahkan tidak bergantung pula pada keyakinan bahwa Petrus pernah tinggal di Roma.
Banyak ahli meyakini bahwa struktur kepemimpinan Gereja Perdana di kota Roma mula-
mula terdiri atas sekumpulan imam atau sekumpulan uskup, sebelum berkembang menjadi
struktur kepemimpinan yang terdiri atas satu orang uskup dan sekumpulan imam pada abad
ke-2, dan sebutan "Uskup Roma" sesungguhnya baru kemudian hari dilekatkan para pujangga
pada nama para mendiang rohaniwan Roma terkemuka, termasuk Petrus. Bertolak dari
pandangan semacam ini, Oscar Cullmann dan Henry Chadwick mempertanyakan keberadaan
kaitan resmi antara Petrus dan lembaga kepausan modern, sementara Raymond E. Brown
mengemukakan bahwa sekalipun penyebutan Petrus sebagai uskup lokal kota Roma adalah
tindakan anakronistis, umat Kristen pada masa hidup Petrus sudah tentu menganggap Petrus
memiliki "peran-peran tertentu yang menjadi pangkal perkembangan peran lembaga
kepausan dalam Gereja pada masa-masa selanjutnya".
Agama Katolik tumbuh ketika Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina
pada awal abad keempat Masehi dimana gereja mendapat pengakuan resmi dari kaisar
Romawi Konstantin Agung (380 M) dalam bentuk Katolik Ortodoks. Mengutip dari
Ensiklopedi Gereja, Katolik berasal dari kata sifat Bahasa Yunani yaitu Katholikos yang
artinya universal- menyeluruh atau umum. Istilah Katolik juga muncul dalam syahadat-
syahadat dan rumus pengakuan iman para calon baptis sejak abad ke-4, walaupun
sebelumnya diyakini sudah ada di teori lain bahwa Gereja Kristus adalah Katolik. Agama dan
teologi Kristen Katolik yaitu Kathilikos. Yang artinya adalah ajaran yang bersifat umum dan
tersebar di seluruh dunia atau dapat diterima diseluruh dunia. Kata Katolik lebih lanjut lagi
dianggap sebagai nama ajaran gereja yang benar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)8 kata yang benar diucapkan adalah Katolik.
Sebab dari masa kolonial Belanda pada saat itu kata Katholiek yang merupakan Bahasa latin
diserap menjadi kata Katolik. Karena bunyi θ atau th dalam bahasa Indonesia tidak dikenal,
selain itu bahasa Indonesia menerapkan penulisan bahasa secara etimologis. Maka dari itu
kata yang dipakai menjadi Katolik.
Agama Katolik tumbuh ketika Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina pada
awal abad keempat Masehi dimana gereja mendapat pengakuan resmi dari kaisar Romawi
Konstantin Agung (380 M) dalam bentuk Katolik Ortodoks. Sejak abad pertama sampai abad
keempat agama Kristen Katolik telah menyebar di sekitar laut tengah. Dan dalam abad
keempat sampai abad ketiga belas menyebar di Eropa, abad ketiga belas sampai abad
kedelapan belas memasuki benua Amerika, sebagian Afrika dan Asia. Dalam abad ke-19,
agama Kristen Katolik sudah berkembang ke seluruh dunia. Penganut agama Katolik itu pun
membludak. Masyarakat yang dulu menganut paham animism dan politeisme, dan lain-lain
ketika agama Katolik disebarkan, meninggalkan animismenya dan memeluk agama Katolik.
Gereja Katolik bermula pada tahun 33 Masehi di Yerusalem, pada saat peristiwa Pentakosta
terjadi. Pada waktu itu, Yesus Kristus telah naik ke surga setelah kebangkitannya, dan Roh
Kudus turun ke atas para pengikut-Nya di Yerusalem. Roh Kudus memberikan kekuatan
kepada para rasul untuk menyebarkan ajaran Kristus ke seluruh dunia.
Para rasul, termasuk Santo Petrus, mulai mengajarkan Injil dan membentuk komunitas
gereja-gereja di berbagai tempat. Gereja Katolik awalnya masih merupakan bagian dari
Gereja Timur yang umumnya disebut Gereja Ortodoks.
Pada awalnya, pengikut-pengikut Kristus di Yerusalem dan sekitarnya masih mengikuti
kebiasaan Yahudi dan mempertahankan hubungan dengan umat Yahudi lainnya. Namun,
pada saat Santo Paulus menjadi pengikut Kristus dan mulai melakukan perjalanan
misionarisnya, pengikut-pengikut Kristus mulai menyebar ke luar Yerusalem dan berinteraksi
dengan orang-orang dari berbagai budaya dan agama.
2. Konsili Nicea: Pada tahun 325 Masehi, diadakan Konsili Nicea yang dipimpin oleh Uskup
Agung Aleksander dari Alexandria dan diselenggarakan atas perintah Kaisar Konstantinus.
Konsili ini membahas doktrin tentang Allah Bapa dan Yesus Kristus sebagai putra-Nya, dan
menghasilkan penegasan bahwa Yesus adalah sama dengan Allah Bapa dalam substansi dan
keabadian.
3. Santo Agustinus: Santo Agustinus adalah seorang tokoh gereja Katolik yang hidup pada
abad ke-4 dan merupakan salah satu teolog dan filsuf paling berpengaruh dalam sejarah
gereja. Dia menulis banyak karya penting seperti "Confessions" dan "City of God" yang
membahas masalah teologis dan filsafat dalam konteks iman Kristen.
4. Perpecahan Timur-Barat: Pada abad ke-4, mulai terjadi perbedaan antara Gereja Timur
(yang menjadi Gereja Ortodoks) dan Gereja Barat (yang menjadi Gereja Katolik) yang pada
akhirnya menyebabkan Skisma Besar pada tahun 1054 Masehi
ABAD 5 – 15
1. Periode Patristik: Pada abad ke-5 hingga ke-8, para Bapa Gereja (Patristik) seperti Santo
Agustinus, Santo Yohanes Krisostomus, dan Santo Basilius Agung menulis banyak karya
yang membentuk doktrin gereja Katolik dan membantu membentuk identitas gereja dalam
konteks sejarah
2. Raja-raja Kristen: Pada abad ke-5 hingga ke-10, banyak raja-raja di Eropa menjadi
pengikut Kristus dan membantu memperkuat posisi gereja Katolik dalam kehidupan politik
dan sosial. Mereka membangun banyak gereja dan biara, dan menjadi pelindung bagi para
uskup dan imam
3. Investitur Kontroversi: Pada abad ke-11, terjadi konflik antara Paus dan Kaisar Romawi
Suci tentang hak untuk mengangkat uskup dan imam. Konflik ini dikenal sebagai Investitur
Kontroversi, dan pada akhirnya diselesaikan pada abad ke-12 dengan Concordat of Worms
yang mengakui hak gereja dan negara dalam pemilihan dan pengangkatan pejabat gereja
4. Konsili Lateran: Pada abad ke-12 dan ke-13, diadakan lima Konsili Lateran yang
membahas masalah teologis dan praktis dalam gereja Katolik, termasuk reformasi gereja dan
masalah gereja seperti pelarangan interaksi dengan orang-orang non-Kristen
ABAD 16 - 19
1. Reformasi Protestan: Pada abad ke-16, muncul gerakan Reformasi Protestan yang
dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Martin Luther dan John Calvin. Gerakan ini menentang
doktrin dan praktik gereja Katolik dan menghasilkan perpecahan dalam gereja Barat, dan
memicu Perang Agama di Eropa
2. Reformasi Katolik: Setelah terjadinya Reformasi Protestan pada abad ke-16, Gereja
Katolik melakukan reformasi internal yang dikenal sebagai Reformasi Katolik atau
Contrareformasi. Reformasi ini dipimpin oleh beberapa tokoh seperti Ignatius Loyola dan
terdiri dari berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas iman dan praktik dalam gereja,
termasuk pembentukan ordo baru seperti Ordo Yesuit, pembangunan seminari, dan
penghapusan praktik-praktik yang dianggap kontroversial
3. Misi Katolik: Pada abad ke-16 hingga ke-19, Gereja Katolik aktif melakukan misi ke
seluruh dunia untuk mengajarkan iman Katolik kepada orang-orang di luar Eropa, terutama di
Amerika Selatan dan Asia. Misi ini dipimpin oleh para misionaris seperti Santo Fransiskus
Xaverius dan Fransiskus Solano, dan berhasil menarik banyak orang untuk menjadi Katolik
4. Revolusi Prancis: Pada akhir abad ke-18, terjadi Revolusi Prancis yang menggulingkan
kekuasaan monarki dan gereja Katolik di Prancis. Revolusi ini menghasilkan perubahan besar
dalam tata kelola gereja, termasuk pembentukan gereja negara dan pelarangan pengaruh
gereja dalam urusan politik
ABAD 20
1. Konstitusi Vatican II: Pada tahun 1962-1965, Gereja Katolik mengadakan Konsili Vatikan
II, sebuah pertemuan para uskup dan pemimpin gereja yang bertujuan untuk memperbaharui
dan memperkuat gereja dalam menghadapi tantangan zaman modern. Konsili ini
menghasilkan beberapa konstitusi dan dekret penting, termasuk penekanan pada pentingnya
partisipasi umat dalam liturgi, dialog antar agama, dan peran gereja dalam masyarakat
2. Paus Yohanes XXIII: Paus Yohanes XXIII, yang menjabat dari tahun 1958 hingga 1963,
dianggap sebagai pemimpin gereja yang berpikiran terbuka dan progresif. Ia memimpin
gereja dalam persiapan Konsili Vatikan II dan memperkenalkan beberapa reformasi penting
dalam gereja, termasuk meningkatkan partisipasi umat dan mempromosikan dialog antar
agama
3. Paus Santo Yohanes Paulus II: Paus Santo Yohanes Paulus II, yang menjabat dari tahun
1978 hingga 2005, adalah salah satu paus yang paling berpengaruh dalam sejarah modern. Ia
melakukan banyak kunjungan ke seluruh dunia dan mempromosikan perdamaian dan
toleransi antar agama. Ia juga memimpin gereja dalam menghadapi beberapa kontroversi,
termasuk skandal seksual dalam Gereja Katolik
4. Perkembangan misionaris: Gereja Katolik terus melakukan misi ke seluruh dunia pada
abad ke-20, terutama di Afrika dan Asia. Gereja juga memperkuat upaya-upaya dialog antar
agama dan mempromosikan kemitraan antar gereja dalam upaya menghadapi tantangan
zaman modern
5. Skandal seksual dalam Gereja Katolik: Pada awal abad ke-21, Gereja Katolik menghadapi
serangkaian skandal seksual yang melibatkan para imam dan pejabat gereja. Skandal ini
mengguncang gereja dan memicu upaya reformasi dalam tata kelola gereja dan penegakan
hukum terhadap para pelaku
ABAD 21
1. Pemimpin Gereja Katolik: Paus Fransiskus masih memimpin gereja Katolik sebagai
pemimpin tertinggi, dan ia terus memperkuat misi gereja untuk mempromosikan perdamaian,
keadilan sosial, dan persatuan antar umat manusia
2. Reformasi tata kelola gereja: Setelah skandal seksual yang melanda gereja Katolik pada
beberapa tahun terakhir, gereja terus berusaha untuk melakukan reformasi dalam tata kelola
gereja untuk melindungi anak-anak dan orang yang rentan dari kekerasan dan pelecehan
5. Hubungan antar agama: Gereja Katolik terus mendorong dialog antar agama dan
memperkuat upaya untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi di seluruh dunia
6. Peran wanita: Gereja Katolik terus memperjuangkan peran dan martabat wanita dalam
gereja dan masyarakat. Beberapa perubahan dan inisiatif dilakukan untuk memberi ruang
bagi wanita dalam pelayanan gereja, namun masih banyak tantangan yang harus diatasi
Saat ini, ada lebih dari 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia yang tergabung dalam Gereja
Katolik. Gereja Katolik memiliki kehadiran di hampir seluruh negara di dunia, dengan jumlah
gereja dan paroki yang bervariasi di setiap negara. Gereja Katolik terdiri dari 24 Gereja Ritus
Timur yang berbeda, yang terdiri dari umat Katolik yang mempraktikkan liturgi dan tradisi
yang berbeda dari Ritus Latin yang umum dikenal. Selain itu, Gereja Katolik juga memiliki
institusi-institusi seperti sekolah, universitas, rumah sakit, dan lembaga amal yang tersebar di
seluruh dunia.
Agama Katolik merupakan salah satu agama resmi yang diakui di Indonesia. Jumlah umat
Katolik berdasarkan data resmi dari Kementrian Agama di tahun 2022 mencapai 3,12 % dari
junlah penduduk Indonesia, atau sekitar 8,3 juta jiwa.
Gereja Katolik di Indonesia merupakan bagian dari kesatuan Gereja Katolik Roma dunia, di
bawah kepemimpinan Paus sebagai pimpinan tertinggi hierarki Gereja Katolik.
Dari Sri Lanka ia menuju pulau Nikobar dan Sumatera, kemudian lanjut mengunjungi Jawa
dan Banjarmanin (Kalimantan) dan Kembali ke Italia melalui jalur darat melalui Vietnam,
Cina, dan jalur Sutra ke Eropa.
Dari catatan perjalanan yang diketemukan , kerajaan Jawa yang disebut adalah kerajaan
Majapahit Hindu- Buddha. Misi ini adalah perintis, memberikan gereja beberapa informasi
tentang Asia. Pada masa itu gereja Katolik belum berdiri di wilayah tersebut, penduduk
masih dengan mayoritas agama Hindu dan Buddha.
Era Portugis
Agama Katolik masuk dan berkembang ke Indonesia pada abad ke 16 atau tahun 1512 yang
diprakarsai oleh bangsa Portugis dalam periode kolonialisme dan imperialisme bangsa-
bangsa Eropa. Tujuan Portugis datang ke Indonesia mencari rempah- rempah. Bangsa
Portugis mendarat di Maluku. Dalam melakukan penjajahan bangsa Portugis mengusung misi
3G, yaitu Gold (kekayaan), glory (kejayaan) dan gospel (agama).
Di Indonesia, orang pertama yang menjadi Katolik adalah orang maluku, Kolano (Kepala
Kampung) Mamuya (di Halmahera Utara) yang dibaptis seorang awam pedagang Portugis
Gonzalo Veloso.
Awal kedatangan bangsa Portugis disambut baik oleh Sultan Ternate. Pada tahun 1522
Bangsa Portugis mendirikan benteng pertahanan di Ternate, yang kemudian menjadi pusat
kekuasaan misi Portugis selama tinggal di Maluku.
Salah seorang misionaris yang pertama kali sampai di maluku adalah Simon Vaz pada tahun
1534. Misi penginjilan yang dilakukan Simon Vaz berjalan dengan baik, terbukti dengan
sejumlah bangsawan menjadi katolik, salah satunya Sultan Ternate Tabarjii (1533- 1534).
Pada tahun 1536 Simon Vaz meninggal dunia karena terbunuh.
Setelah itu bangsa Portugis mengirim Serikat Jesuit, yang diimani Fransiscus Xaverius,
seorang misionaris kebangsaan Spanyol. Pada 1546-1547, Xaverius bekerja di antara orang
Ambon, Ternate, dan Morotai. Meski mendapat tentangan dari penguasa kerajaan Islam
setempat, banyak orang Ambon yang akhirnya memeluk agama Kristen Katolik. Hal ini
terlihat dari nama-nama orang Ambon yang meniru nama-nama orang Portugis, seperti de
Pereira, de Fretes, Lopes, Diaz, dan sebagainya. Sampai tahun 1560-an, terdapat sekitar
10.000 orang Katolik di wilayah itu. Kemudian 30 tahun berikutnya jumlahnya telah
mencapai 60.000 orang.
Setelah itu, hadir tokoh militer Portugis, Antonio Golvao, yang membuka sekolah Kristen
Katolik di Ternate. Penyebaran ajaran Kristen Katolik di Maluku terus dilakukan oleh bangsa
Portugis hingga 1575, sebelum akhirnya mereka diusir dari Nusantara.
Orang Portugis yang menyebarkan ajaran Katolik kepada penduduk Maluku dengan beragam
cara dan metode. Mereka bukan hanya mengajak orang yang menganut paham animisme dan
dinamisme untuk mengimani iman Katolik, tetapi juga berusaha mengajak penduduk yang
telah beragama Islam.
Misi penyebaran ajaran agama Kristen-Katolik yang dilakukan Portugis terbilang cukup
signifikan.
Era VOC ((Vereenigde Oostindische Compagnie)
Kedatangan dan kekuatan militer VOC di Indonesia tahun 1619- 1799 akhirnya merebut
monopoli perdagangan rempah-rempah dari bangsa Portugis dan praktis menegakkan
hegemoni politik di Indonesia, Gereja Katolik dilarang secara mutlak melakukan kegiatan
misi dan hanya bertahan di beberapa wilayah yang tidak termasuk dalam lingkup pengaruh
VOC yaitu Flores dan Timor.
Para penguasa VOC beragama Protestan, maka mereka mengusir imam-imam Katolik yang
berkebangsaan Portugis dan menggantikan mereka dengan pendeta-pendeta Protestandari
Belanda. Banyak umat Katolik yang kemudian diprotestankan saat itu, seperti yang terjadi
dengan komunitas-komunitas Katolik di Ambon.
Imam-imam Katolik diancam hukuman mati, kalau ketahuan berkarya di wilayah kekuasaan
VOC. Pada 1624, Pastor Egidius d'Abreu SJ dibunuh di Kastel Batavia pada zaman
pemerintahan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen, karena mengajar agama dan
merayakan Misa Kudus di penjara.
Pastor A. de Rhodes, seorang Yesuit Prancis, pencipta huruf abjad Vietnam, dijatuhi
hukuman berupa menyaksikan pembakaran salibnya dan alat-alat ibadat Katolik lainnya di
bawah tiang gantungan, tempat dua orang pencuri baru saja digantung, lalu Pastor A. de
Rhodes diusir (1646).
Yoanes Kaspas Kratx, seorang Austria, terpaksa meninggalkan Batavia karena usahanya
dipersulit oleh pejabat-pejabat VOC, akibat bantuan yang ia berikan kepada beberapa imam
Katolik yang singgah di pelabuhan Batavia. Ia pindah ke Makau, masuk Serikat Jesuit dan
meninggal sebagai seorang martir di Vietnam pada 1737.
Pada akhir abad ke-18 Eropa Barat diliputi perang dahsyat antara Prancis dan Britania
Raya bersama sekutunya masing-masing. Simpati orang Belanda terbagi, ada yang memihak
Prancis dan sebagian lagi memihak Britania, sampai negeri Belanda kehilangan
kedaulatannya. Pada tahun 1806, Napoleon Bonaparte, mengangkat adiknya, Lodewijk atau
Louis Napokeon, seorang Katolik, menjadi raja Belanda. Pada tahun 1799 VOC bangkrut dan
dinyatakan bubar. Utang-utang dan hak-hak VOC diambil alih oleh Kerajaan Belanda.
Era Hindia Belanda
Perubahan politik di Belanda, khususnya kenaikan takhta Raja Louis, seorang Katolik,
kerabat Napoleon Bonaparte, membawa pengaruh yang cukup positif. Semangat Revolusi
Prancis "liberte, egalite, fraternite" (kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan) merembes ke
kalangan pemerintahan Belanda. Kebebasan umat beragama mulai diakui pemerintah. Hal itu
terbawa ke bumi nusantara yang kemudian disebut Hindia Belanda. Pada tanggal 8 mei 1807,
Paus Pius VII, pimpinan Gereja Katolik Roma mendapat persetujuan Raja Louis Napoleon
untuk mengaktifkan kembali karya misi di Hindia Belanda dan mendirikan Prefektur
Apostolik Hindia Belanda di Batavia pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Daendels
1808-1811
Pada tanggal 4 April 1808, dua orang Imam dari Negeri Belanda tiba di Jakarta, yaitu Pastor
Jacobus Nelissen, Pr dan Pastor Lambertus Prisen, Pr. Yang diangkat menjadi Prefek
Apostolik pertama adalah Pastor J. Nelissen, Pr.
Setelah Gubernur Jendral Daendels (1808-1811) walaupun kebebasan beragama kemudian
diberlakukan, namun agama Katolik saat itu agak dipersukar. Hal itu karena pergantian
kekuasaan di Belanda setelah kekalahan Napoleon pada 1815, yang mengangkat Willem I
menjadi raja Belanda. Selain itu misi di Hindia Belanda kekurangan tenaga. Imam saat itu
hanya 5 orang untuk memelihara umat sebanyak 9.000 orang yang hidup berjauhan satu sama
lainnya. Dengan kerja keras, Prefektur Apostolik Batavia dinaikkan statusnya menjadi
Vikariat Apostolik pada 20 September 1842. Situasi berangsur-angsur membaik setelah
perundingan berangsur-angsur dengan pihak pemerintah pada tahun 1847. Pada
tahun 1889 ada 50 orang imam di Indonesia sejak misi di Hindia Belanda diserahkan kepada
Serikat Yesus (SY). Di daerah Yogyakarta, misi Katolik dilarang sampai tahun 1891.
Era Reformasi
Pada tahun 1990-an dan mulai tahun 2000 juga ditandai dengan kekerasan terhadap umat
Katolik pada khususnya dan Kristen pada umumnya. Namun mantan presiden Abdurrahman
Wahid, yang juga seorang pemimpin Nadratul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di
Indonesia, telah memberikan kontribusi oleh beberapa penyatuan bagian-bagian yang berbeda
dari beberapa kalangan.
Selain ajaran-ajaran di atas, Gereja Katolik juga memiliki banyak doktrin dan peraturan
lainnya yang berkaitan dengan tata kelola gereja, organisasi keuskupan, tata cara ibadah, dan
praktik-praktik keagamaan yang bervariasi di berbagai wilayah dan budaya di seluruh dunia.
Ajaran-ajaran dalam Gereja Katolik diwariskan dan diperdalam melalui tradisi, Kitab Suci,
Magisterium (otoritas pengajar Gereja), serta pengalaman iman komunitas Katolik yang terus
berkembang.
KESIMPULAN
Gereja Katolik merupakan salah satu gereja Kristen terbesar di dunia, dengan sejarah yang
panjang dan kompleks. Gereja Katolik didirikan oleh Yesus Kristus pada abad pertama
Masehi, dan sejak itu mengalami berbagai perkembangan dalam doktrin, tata kelola, dan
pengaruh sosial di berbagai zaman dan tempat.
Gereja Katolik memiliki struktur hierarkis yang dipimpin oleh Paus sebagai pemimpin
tertinggi. Gereja ini memiliki doktrin dan ajaran yang diajarkan melalui Katekismus Gereja
Katolik, yang meliputi keyakinan mengenai Allah, Yesus Kristus, Sakramen, moralitas, dan
praktik ibadah.
Sebagai lembaga agama, Gereja Katolik memiliki peran yang signifikan dalam pelayanan
pastoral, pengajaran, liturgi, serta pelayanan sosial dan kemanusiaan. Gereja Katolik juga
aktif dalam mempromosikan perdamaian, keadilan sosial, dan pelestarian lingkungan hidup.
Namun, seperti halnya organisasi manusia lainnya, Gereja Katolik juga menghadapi
tantangan dan kontroversi, termasuk masalah yang berkaitan dengan skandal seksual, tata
kelola gereja, perubahan sosial dan budaya, serta hubungan dengan pihak luar, baik itu
pemerintah, agama lain, atau masyarakat secara umum.
Secara keseluruhan, Gereja Katolik terus menghadapi dinamika dan tantangan dalam
menghadirkan ajaran dan nilai-nilai kristiani dalam dunia modern, sambil berusaha untuk
memenuhi panggilannya untuk menyebarkan Injil, melayani sesama, dan menjadi saksi kasih
Kristus di dunia.