KELOMPOK 4 :
1. Kelahiran
Lahir tahun 1835 di desa Dukuhsekti daerah Demak wilayah Jepara dengan nama
“Radin”. Sejak kecil ditinggal mati oleh kedua orang-tuanya, sehingga hidupnya
terlantar.
2. Pesantren Tebuireng, Jombang
Dalam keadaan hidup terlantar, Radin ditolong oleh seorang Guru Agama Islam dan
diberi pelajaran mengaji serta pelajaran agama Islam. Radin seorang murid yang
rajin. Pada suatu hari ia dibawa oleh guru tersebut pergi Jombang untuk meneruskan
pelajarannya yang lebih tinggi yaitu di pondok pesantren karena pondok pesantren
di Jombang itu sangatlah terkenal yaitu Pesantren Tebuireng. Ditempat tersebut
Radin diberi nama baru yaitu Abas, lengkapnya Radin Abas.
3. Bertemu Ds. Jellesma di Mojowarno, Jombang
Pada waktu liburan ia sering ke Mojowarno untuk mendengar suatu pelajaran baru yang
menurut anggapannya, yang dibawa oleh Ds. Jellesma. Benih ajaran Kristen mulai
tertanam dalam hatinya melalui Ds. Jellesma. Hatinya sangat tertarik pada agama
Kristen. Dengan diam-diam diluar sepengetahuan guru-guru pondok pesantren dan
teman-temannya ia mengadakan hubungan dengan Ds. Jellesma, menerima pelajaran
agama Kristen. Ia telah menyatakan keinginannya menjadi murid Ds. Jellesma di
Mojowarno. Sampai pada saat itu ia belum dapat melepaskan pondok
pesantrennya dan dalam hal ini masih dirahasiakan kepada guru dan temannya.
Dari Jombang ia pindah ke Ponorogo ke pesantren Gontor yang sudah terkenal. Yang
dipelajari di pesantren-pesantren tradisional saat itu samping ajaran-ajaran pokok agama
Islam, adalah bahasa Arab, tasawuf, dan juga berbagai ilmu yang bersifat magis dsb.
5. Bertemu Ds. Hoezoo, Semarang
Pelajaran yang ia terima dari guru ilmu kebatinan itu, menurut anggapannya tidak ada
jahatnya karena hal itu hanya untuk menambah pengetahuannya saja. Tiap hari minggu
ia ke gereja. Perkenalan antara Radin dengan Kyai Tunggul Wulung, menyebabkan
hati Radin makin terdorong dan sangat condong kepada Agama Kristen. Hingga
akhirnya ia menyatakan ingin menjadi orang Kristen. Kyai Tunggul Wulung sangat
gembira maka ia berusaha untuk membawa Radin Abas kepada seorang Belanda Mr.
Anthing yang berkedudukan di Batavia pada tahun 1865/1866.
7. Mr. Anthing dan Ds Taffer, di Batavia
Kedatangan Kyai Tunggul Wulung bersama Radin di Batavia, diterima dengan gembira oleh Mr.
Anthing, eorang Vice President Hoog Gerechtchef (Wakil Kejaksaan Tinggi) dan anggota
perkumpulan “Het Genootchap voor in-en Uitwendige Zending” (Urusan Dalam dan Luar dari
Perkumpulan Persahabatan para Utusan) di Indonesia, yang bertujuan memberitakan Injil kepada
orang-orang Kristen yang sesat, dan kepada semua orang. Ia sangat memprihatinkan pekabaran
Injil kepada orang-orang bumi putera, serta Pendiri sebuah pendidikan Kristen untuk anak-anak
muda bumi putera yang bersifat Theologis, supaya anak-anak yang lulus dari pendidikan itu
menjadi seorang pekabar Injil. Mr. Anthing sangat senang menerima Radin Abbas sebagai
muridnya.
Pelajaran agama Kristen telah diberikan oleh Ds. Taffer, seorang pendeta pensiunan. Akhirnya
Radin Abas mengambil keputusan untuk menerima Baptis Suci. Setahun kemudian ia lulus dari
pendidikan tersebut, ia menerima Baptis Suci di Gereja “Zion” pada tanggal 14 April 1867,
dengan nama Baptisan “Sadrach”, dan ia mengganti nama santrinya “Abas”, maka ia pakai
namanya sebagai “Sadrach Radin” dan akhirnya ia terkenal dengan sebutan “Sadrach”
saja. Pada saat ia dibaptiskan, ia telah berusia 26 tahun.
PERIODE II
Tindakan-Tindakan Pertama Kyai Sadrach Setelah Menjadi Kristen
c. Ia mengajar murid-muridnya dengan cara khas Jawa dan sebagai orang Jawa yang
mengetahui isi hati kaumnya sendiri ia memberitakan Injil itu sesuai dengan
keadaannya. Sadrach sebagai seorang yang pernah menjadi santri yang berpengalaman
dan pernah berguru pada orang-orang berilmu.
d. Sadrach menjadi sangat termasyhur sebagai orang yang pandai dan seorang guru yang
penuh dengan Roh Suci, hingga orang menyebutnya sebagai Kyai Kristen atau Kyai
Sadrach.
PERIODE III (1817-1942)
Kyai Sadrach di Tengah Organisasi Kristenisasi Zending
Zending adalah gerakan pekabaran injil yang dilakukan oleh pemerintah Belanda.
Maksud dan tujuan Zending sendiri adalah untuk menyebarkan ajaran Kristen di
tengah masyarakat, salah satunya masyarakat Indonesia.
3. Tahun 1882 wabah penyakit cacar menjalar di daerah Bagelen. Sadrach ditangkap dan
dimasukkan dalam penjara atas perintah Residen Ligvoet, karna dianggap mempengaruhi
penduduk menolak pencacaran yang dilakukan secara paksa oleh pemerintah.
4. Sementara Sadrach di penjara, Residen ligvoet dengan beberapa anggota polisi
datang di tempat kediaman Sadrach dengan maksud akan mencari dokumen-
dokumen yang bertujuan akan memberontak kepada Negara. Penggeledahan telah
dilakukan dengan keras, tetapi sia-sialah. Karena ternyata tidak mendapatkan suatu
bukti yang bermaksud jahat.
6. Tanggal 23 Maret 1882, Residen Ligvoet mengumumkan bahwa mulai saat itu,
Sadrach tak diperkenankan memberi ajaran apa-apa dan ia harus berada di
Purworejo di rumah Bieger dengan dijaga oleh polisi. Maret 1883, sama halnya
dengan Bieger. Ds. Heyting datang sendiri ke Karangjoso berusaha untuk
menguasai jemaat-jemaat Sadrach.
7. Maret 1883, sama halnya dengan Bieger. Ds. Heyting datang sendiri ke Karangjoso
berusaha untuk menguasai jemaat-jemaat Sadrach.
8. Setelah Ds. Wilhelm, masih ada Lion Cachet, Ds. L. Adriaanse yang menggantikan
kepemimpinan Sadrach. Mereka sependapat bahwa Sadrach adalah guru yang
menyeleweng dan menyimpang dari ajaran Kristen, ini harus disingkirkan dari
N.G.Z.V. tetapi mereka tidak dapat menyelami apakah sebenarnya yang dikehendaki
oleh orang-orang Jawa yang mempunyai latar belakang yang sangat lain, Jemaat
Kristen Jawa yang ajaran-ajarannya masih bercampur-baur.
9. Sadrach tidak memiliki anak. Anak angkatnya yaitu Yotham Martorejo menerima
kedudukan sebagai pengganti Sadrach. Tetapi banyak pemimpin kelompok tidak puas
dibawah kepemimpinan Yotham. Yotham cenderung untuk menyerahkan tugas
kegerejaan kepada Zending akibatnya ada yang memisahkan diri, yaitu Abraham
Wongsorejo dari Wedi Klaten juga Wigyosastro.
10. Tahun 1925 hingga tahun 1933 merupakan “tahun berantakan” bagi jemaat Karangjoso.
Ada beberapa pemimpin yang tetap mempertahankan ajaran Sadrach Naluri. Karena
Jemaat Karangjoso sudah diserahkan kepangkuan Zending dengan resmi, maka mereka
yang tetap mempertahankan kerasulan telah memisahkan diri kepelbagai tempat,
misalnya di desa Ketug, di daerah Solo, Grojogan dan sebagainya.
11. Akhirnya Yotham Martorejo pada tanggal 1 Mei 1933 menyerahkan jemaat Karangjoso
kepada Zending. Walaupun sudah demikian keputusannya, tapi ada beberapa orang
yang tidak setuju dan tidak rela dengan penyerahan itu, akhirnya mereka memisahkan
diri dari Jemaat Karangjoso.
12. Dengan kembalinya Jemaat Karangjoso kepada Zending, sejak saat itu juga, Jemaat
Karangjoso dimasukkan dalam wilayah Klasis Purworejo sebagai gereja yang belum
dewasa. Hingga tahun 1936 jumlah anggota gereja di Karangjoso 110 orang. Dan
jumlah anggota dalam Klasis Purworejo 1575 orang.
KAJIAN SEJARAH
Kyai Sadrach yang dulunya seorang santri sebelum Kristen, dalam perjalanan pelayanan
pengkabaran injil ada kekurangan dan kelebihan, yaitu ;
Kekurangan
1. Sadrach adalah orang yang sangat berwibawa, berpengaruh luas, dan cerdas serta
mempunyai hubungannya sangat luas.
2. Hatinya sangat keras dalam arti kata keras mencari kebenaran Allah sehingga Ia
mengaplikasikannya pada saat dipenjara di fitnah oleh teman-temannya Ia tidak marah.
3. Sadrach tidak ingin Kristen Jawa dijadikan “Kristen Londo”, karena Kristen Jawa tetap
menurut peraturan dan adat serta pemikiran Orang Jawa, asal tidak menyimpang dari
kepercayaan Kristen.
4. Sadrach berani memutuskan dengan zending maupun aliran lain, sehingga Ia 100%
bebas melakukan secara mandiri dalam pengajaran injilnya.
1. Terjadi perpecahan di dalam gereja kerasulan setelah Kyai Sadrach meninggal, sehingga
terbagi 2 golongan :
a. Golongan yang mau bergabung kembali dengan zending
b. Golongan yang tetap mempertahankan naluri kerasulan Sadrach
4. Yang dapat dipelajari dari perjalanan Kyai Sadrach bahwa pengkabaran injil dapat
dilakukan dengan pendekatan metode adat-istiadat sepanjang tidak bertentangan dengan
Firman Tuhan.
------