Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH GEREJA YANG

DIDIRIKAN KYAI SADRACH

DOSEN PENGAMPU : DR. KOSMARTUA SITUMORANG M.TH.

KELOMPOK 4 :

1. ITA ASTRIANI (02125109)


2. KIU SIAN (02128105)
3. YANTI NAINGGOLAN (02225102)
SEJARAH GEREJA YANG DIDIRIKAN KYAI SADRACH
(Pergumulan Gereja di Jawa Melawan Otoritas Gereja Resmi)

 PERIODE I : Kyai Sadrach Sebelum Menjadi Kristen (1835 -1867)


 PERIODE II : Tindakan-Tindakan Pertama Kyai Sadrach Setelah
Menjadi Kristen (1867-1874)
 PERIODE III : Kyai Sadrach di Tengah Kristenisasi Zending
(1817-1942)
 PERIODE IV : Gereja Kerasulan Jawa Terpecah Belah (1925-1933)
 Kajian Sejarah Gereja Yang Didirikan Kyai Sadrach
PERIODE I (1835 -1867)
Kyai Sadrach Sebelum Menjadi Kristen

1. Kelahiran
Lahir tahun 1835 di desa Dukuhsekti daerah Demak wilayah Jepara dengan nama
“Radin”. Sejak kecil ditinggal mati oleh kedua orang-tuanya, sehingga hidupnya
terlantar.
2. Pesantren Tebuireng, Jombang

Dalam keadaan hidup terlantar, Radin ditolong oleh seorang Guru Agama Islam dan
diberi pelajaran mengaji serta pelajaran agama Islam. Radin seorang murid yang
rajin. Pada suatu hari ia dibawa oleh guru tersebut pergi Jombang untuk meneruskan
pelajarannya yang lebih tinggi yaitu di pondok pesantren karena pondok pesantren
di Jombang itu sangatlah terkenal yaitu Pesantren Tebuireng. Ditempat tersebut
Radin diberi nama baru yaitu Abas, lengkapnya Radin Abas.
3. Bertemu Ds. Jellesma di Mojowarno, Jombang
Pada waktu liburan ia sering ke Mojowarno untuk mendengar suatu pelajaran baru yang
menurut anggapannya, yang dibawa oleh Ds. Jellesma. Benih ajaran Kristen mulai
tertanam dalam hatinya melalui Ds. Jellesma. Hatinya sangat tertarik pada agama
Kristen. Dengan diam-diam diluar sepengetahuan guru-guru pondok pesantren dan
teman-temannya ia mengadakan hubungan dengan Ds. Jellesma, menerima pelajaran
agama Kristen. Ia telah menyatakan keinginannya menjadi murid Ds. Jellesma di
Mojowarno. Sampai pada saat itu ia belum dapat melepaskan pondok
pesantrennya dan dalam hal ini masih dirahasiakan kepada guru dan temannya.

4. Pesantren Gontor, Ponorogo

Dari Jombang ia pindah ke Ponorogo ke pesantren Gontor yang sudah terkenal. Yang
dipelajari di pesantren-pesantren tradisional saat itu samping ajaran-ajaran pokok agama
Islam, adalah bahasa Arab, tasawuf, dan juga berbagai ilmu yang bersifat magis dsb.
5. Bertemu Ds. Hoezoo, Semarang

Radin Abas pindah ke Semarang untuk melanjutkan Pendidikan yang sebelumnya di


Ponorogo. Di Semarang ia bertempat tinggal di tengah-tengah orang Arab dan kaum
muslimin. Disamping kegiatan diatas, berdasarkan petunjuk Ds. Jellesma, Raden Abas
berkenalan dengan Ds. Hoezoo seorang pendeta utusan yang berkedudukan di
Semarang. Ds. Hoezoo merasa sangat gembira menerima Radin Abas sebagai murid
Katekisasi.

6. Kyai Ibrahim Tunggul Wulung, desa Bondo, Jepara

Pelajaran yang ia terima dari guru ilmu kebatinan itu, menurut anggapannya tidak ada
jahatnya karena hal itu hanya untuk menambah pengetahuannya saja. Tiap hari minggu
ia ke gereja. Perkenalan antara Radin dengan Kyai Tunggul Wulung, menyebabkan
hati Radin makin terdorong dan sangat condong kepada Agama Kristen. Hingga
akhirnya ia menyatakan ingin menjadi orang Kristen. Kyai Tunggul Wulung sangat
gembira maka ia berusaha untuk membawa Radin Abas kepada seorang Belanda Mr.
Anthing yang berkedudukan di Batavia pada tahun 1865/1866.
7. Mr. Anthing dan Ds Taffer, di Batavia

Kedatangan Kyai Tunggul Wulung bersama Radin di Batavia, diterima dengan gembira oleh Mr.
Anthing, eorang Vice President Hoog Gerechtchef (Wakil Kejaksaan Tinggi) dan anggota
perkumpulan “Het Genootchap voor in-en Uitwendige Zending” (Urusan Dalam dan Luar dari
Perkumpulan Persahabatan para Utusan) di Indonesia, yang bertujuan memberitakan Injil kepada
orang-orang Kristen yang sesat, dan kepada semua orang. Ia sangat memprihatinkan pekabaran
Injil kepada orang-orang bumi putera, serta Pendiri sebuah pendidikan Kristen untuk anak-anak
muda bumi putera yang bersifat Theologis, supaya anak-anak yang lulus dari pendidikan itu
menjadi seorang pekabar Injil. Mr. Anthing sangat senang menerima Radin Abbas sebagai
muridnya.

Pelajaran agama Kristen telah diberikan oleh Ds. Taffer, seorang pendeta pensiunan. Akhirnya
Radin Abas mengambil keputusan untuk menerima Baptis Suci. Setahun kemudian ia lulus dari
pendidikan tersebut, ia menerima Baptis Suci di Gereja “Zion” pada tanggal 14 April 1867,
dengan nama Baptisan “Sadrach”, dan ia mengganti nama santrinya “Abas”, maka ia pakai
namanya sebagai “Sadrach Radin” dan akhirnya ia terkenal dengan sebutan “Sadrach”
saja. Pada saat ia dibaptiskan, ia telah berusia 26 tahun.
PERIODE II
Tindakan-Tindakan Pertama Kyai Sadrach Setelah Menjadi Kristen

1. Mula-mula ia mendapat tugas untuk menjual buku-buku Kristen sambil


mengabarkan Injil di sekitar kota Batavia. Tetapi jalan itu bagi Sadrach tidak
cocok. Maka ia minta ijin Mr. Anthing untuk kembali ke Jawa Tengah guna
melanjutkan tugasnya dalam pemberitaan Injil kepada orang-orang Jawa.
2. Sadrach kembali menemui Kyai Tunggul Wulung di Bondo (dengan berjalan kaki
dari Batavia/Bandung ke Bondo) Dia mengembara dari Jawa Timur, Jawa Tengah,
Batavia dan akhirnya memutuskan untuk membantu pekerjaan Ny. Philips untuk
pengkabaran Injil di daerah Purworejo.
3. Sadrach Membangun Gereja di Karangjoso
a. Sadrach menyampaikan Injil keselamatan dengan berani, dengan tata caranya
sendiri yaitu dengan mencampur aduk ilmu-ilmu Jawa didalam pemasyhuran
Injil. Ia berpendapat dengan jalan ini dapat disesuaikan dengan keadaan atau
selera kepercayaan orang-orang Jawa sehingga mereka dapat menerima Injil
Kristus.
b. Sadrach menuju Kutoarjo berkenalan dengan seorang Kristen bernama Brouwer. Hal
ini terjadi pada tahun 1870 dan pada tahun yang sama tempat kebaktian terpaksa harus
dipindahkan ke Karangjoso, sebab Ny. Brouwer meninggal. Karangjoso jaraknya 8
kilometer barat daya Kutoarjo. Rumah Kebaktian didirikan di Karangjoso pada tahun
1871.

c. Ia mengajar murid-muridnya dengan cara khas Jawa dan sebagai orang Jawa yang
mengetahui isi hati kaumnya sendiri ia memberitakan Injil itu sesuai dengan
keadaannya. Sadrach sebagai seorang yang pernah menjadi santri yang berpengalaman
dan pernah berguru pada orang-orang berilmu.

d. Sadrach menjadi sangat termasyhur sebagai orang yang pandai dan seorang guru yang
penuh dengan Roh Suci, hingga orang menyebutnya sebagai Kyai Kristen atau Kyai
Sadrach.
PERIODE III (1817-1942)
Kyai Sadrach di Tengah Organisasi Kristenisasi Zending

Zending adalah gerakan pekabaran injil yang dilakukan oleh pemerintah Belanda.  
Maksud dan tujuan Zending sendiri adalah untuk menyebarkan ajaran Kristen di
tengah masyarakat, salah satunya masyarakat Indonesia. 

Pengabaran Kristen Sadrach sebenarnya mendapat pertentangan yang cukup berat


dari kelompok zending. Semua zending rata-rata bekerja di Nusantara pada abad ke-
19 dan ke-20. Saat itu, atau sekitar tahun 1817-1942, zending kolonial Belanda yang
bertugas umumnya adalah zending Barat, walaupun mereka seringkali melibatkan
kelompok pengabar pribumi atau disebut zending Nusantara. Zending Barat yang ada
berasal dari Belanda, Jerman. Swiss, dan Amerika. Zending Belanda misalnya
Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), Nederlandsch Zendings-Vereeniging
(NZV), Utrechtsche Doopsgezinde Zendingsvereeniging (DZV), dan Gereformeerde
Zending.
Sadrach ditahbiskan menjadi rasul Jawa pada tahun 1899 di Batavia oleh
Rasul Hannibal, dengan demikian Ia diperbolehkan melayani sakramen-
sakramen gerejani: membaptiskan orang dan melayani perjamuan suci. Untuk
pertama kali pada tanggal 30 April 1899, ia melayani perjamuan suci di
Karangjoso. Gereja Kerasulan Jawa ini diberi nama Gereja Kerasulan
Zebulon.
PERIODE IV (1925-1933)
Gereja Kerasulan Jawa Terpecah Belah

1. Bieger, adalah seorang Belanda (Nederlandche Gereformeerde Zendingvereniging


(NGZV) berusaha dengan berbagai macam jalan agar Kyai Sadrach menyerahkan
kekuasaannya, Sadrach tidak menghendaki kalau NGZV. turut campur urusan jemaat-
jemaat sekitar Karangjoso.

2. Sadrach dikuatirkan mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah, maka diutus


beberapa anggota polisi untuk mengamat-amati segala gerak-gerik Sadrach. Tetapi tiada
suatu kejahatan yang terdapat melawan hukum, maka Sadrach tak mungkin ditangkap
tanpa alasan.

3. Tahun 1882 wabah penyakit cacar menjalar di daerah Bagelen. Sadrach ditangkap dan
dimasukkan dalam penjara atas perintah Residen Ligvoet, karna dianggap mempengaruhi
penduduk menolak pencacaran yang dilakukan secara paksa oleh pemerintah.
4. Sementara Sadrach di penjara, Residen ligvoet dengan beberapa anggota polisi
datang di tempat kediaman Sadrach dengan maksud akan mencari dokumen-
dokumen yang bertujuan akan memberontak kepada Negara. Penggeledahan telah
dilakukan dengan keras, tetapi sia-sialah. Karena ternyata tidak mendapatkan suatu
bukti yang bermaksud jahat.

5. Tanggal 15 Maret 1882 Sadrach diberhentikan dari kedudukannya sebagai


pemimpin gereja dan diasingkan dari Karangjoso, sebagai gantinya yaitu Ds.
Bieger. Peristiwa ini terkenal diantara murid-murid Sadrach dengan nama
“peristiwa Jum’at Wage” yang tak terlupakan dimana mereka kehilangan gurunya.

6. Tanggal 23 Maret 1882, Residen Ligvoet mengumumkan bahwa mulai saat itu,
Sadrach tak diperkenankan memberi ajaran apa-apa dan ia harus berada di
Purworejo di rumah Bieger dengan dijaga oleh polisi. Maret 1883, sama halnya
dengan Bieger. Ds. Heyting datang sendiri ke Karangjoso berusaha untuk
menguasai jemaat-jemaat Sadrach.
7. Maret 1883, sama halnya dengan Bieger. Ds. Heyting datang sendiri ke Karangjoso
berusaha untuk menguasai jemaat-jemaat Sadrach.

8. Setelah Ds. Wilhelm, masih ada Lion Cachet, Ds. L. Adriaanse yang menggantikan
kepemimpinan Sadrach. Mereka sependapat bahwa Sadrach adalah guru yang
menyeleweng dan menyimpang dari ajaran Kristen, ini harus disingkirkan dari
N.G.Z.V. tetapi mereka tidak dapat menyelami apakah sebenarnya yang dikehendaki
oleh orang-orang Jawa yang mempunyai latar belakang yang sangat lain, Jemaat
Kristen Jawa yang ajaran-ajarannya masih bercampur-baur.

9. Sadrach tidak memiliki anak. Anak angkatnya yaitu Yotham Martorejo menerima
kedudukan sebagai pengganti Sadrach. Tetapi banyak pemimpin kelompok tidak puas
dibawah kepemimpinan Yotham. Yotham cenderung untuk menyerahkan tugas
kegerejaan kepada Zending akibatnya ada yang memisahkan diri, yaitu Abraham
Wongsorejo dari Wedi Klaten juga Wigyosastro.
10. Tahun 1925 hingga tahun 1933 merupakan “tahun berantakan” bagi jemaat Karangjoso.
Ada beberapa pemimpin yang tetap mempertahankan ajaran Sadrach Naluri. Karena
Jemaat Karangjoso sudah diserahkan kepangkuan Zending dengan resmi, maka mereka
yang tetap mempertahankan kerasulan telah memisahkan diri kepelbagai tempat,
misalnya di desa Ketug, di daerah Solo, Grojogan dan sebagainya.

11. Akhirnya Yotham Martorejo pada tanggal 1 Mei 1933 menyerahkan jemaat Karangjoso
kepada Zending. Walaupun sudah demikian keputusannya, tapi ada beberapa orang
yang tidak setuju dan tidak rela dengan penyerahan itu, akhirnya mereka memisahkan
diri dari Jemaat Karangjoso.

12. Dengan kembalinya Jemaat Karangjoso kepada Zending, sejak saat itu juga, Jemaat
Karangjoso dimasukkan dalam wilayah Klasis Purworejo sebagai gereja yang belum
dewasa. Hingga tahun 1936 jumlah anggota gereja di Karangjoso 110 orang. Dan
jumlah anggota dalam Klasis Purworejo 1575 orang.
KAJIAN SEJARAH
Kyai Sadrach yang dulunya seorang santri sebelum Kristen, dalam perjalanan pelayanan
pengkabaran injil ada kekurangan dan kelebihan, yaitu ;

Kekurangan

1. Sadrach kerap kali menggunakan ilmu-ilmu Jawa untuk mengalahkan orang-orang


yang berilmu, sehingga mereka bertobat menerima Kristus. Sadrach
mengkolaborasikan ilmu-ilmu Jawa dengan kepercayaan Kristen.
2. Sadrach kurang memperhatikan ajaran-ajaran Kitab Suci dan membiarkan alat-alat
kebiasaan orang Jawa yang bersifat ketahayulan tetap berjalan dalam Jemaat
(wayangan, tayuban, dan sebagainya).
3. Ada praktek pemujaan yang berlebihan oleh para pengikutnya.
4. Tidak ada regenerasi kepemimpinan setelah Sadrach meninggal.
Kelebihan

1. Sadrach adalah orang yang sangat berwibawa, berpengaruh luas, dan cerdas serta
mempunyai hubungannya sangat luas.

2. Hatinya sangat keras dalam arti kata keras mencari kebenaran Allah sehingga Ia
mengaplikasikannya pada saat dipenjara di fitnah oleh teman-temannya Ia tidak marah.

3. Sadrach tidak ingin Kristen Jawa dijadikan “Kristen Londo”, karena Kristen Jawa tetap
menurut peraturan dan adat serta pemikiran Orang Jawa, asal tidak menyimpang dari
kepercayaan Kristen.

4. Sadrach berani memutuskan dengan zending maupun aliran lain, sehingga Ia 100%
bebas melakukan secara mandiri dalam pengajaran injilnya.
1. Terjadi perpecahan di dalam gereja kerasulan setelah Kyai Sadrach meninggal, sehingga
terbagi 2 golongan :
a. Golongan yang mau bergabung kembali dengan zending
b. Golongan yang tetap mempertahankan naluri kerasulan Sadrach

2. Gereja Kerasulan Naluri Sadrach terpecah menjadi 2:


a. Gereja Kerasulan Naluri Sadrach
b. Gereja Kerasulan Baru dikenal sebagai Gereja Kristen Jawa (GKJ)
Perbedaan GKJ dengan Gereja Kerasulan Naluri Sadrach, GKJ menggunakan
Bahasa Jawa untuk kotbah dan Bahasa Indonesia untuk pujian.

3. Jumlah 345 GKJ saat ini sesuai dengan data https://sinodegkj.or.id/.

4. Yang dapat dipelajari dari perjalanan Kyai Sadrach bahwa pengkabaran injil dapat
dilakukan dengan pendekatan metode adat-istiadat sepanjang tidak bertentangan dengan
Firman Tuhan.

------

Anda mungkin juga menyukai