Tentunya bukan suatu kebetulan jika disamping karena pekerjaan, mereka juga berperan dalam
perkembangan Kekristenan di daerah Bandung ini. Kita yakini ada rencana Tuhan untuk
memakai orang-orang percaya sebagai alatNya. Pada mulanya para pendatang yang berasal dari
Jawa Timur dan Jawa Tengah tersebut mengikuti ibadah bergabung dengan Jemaat Zending atau
Gereja Kristen Pasundan ( GKP ) di jalan kebonjati. Inilah bukti motivasi mereka yang tinggi
untuk membangun kehidupan perskutuan.
Namun selama bergereja bersama dengan GKP, kelompok pendatang tersebut kesulitan
memahami Firman yang diuraikan di dalam ibadah. Hal itu karena kebaktian dilayankan dalam
Bahasa Belanda, Bahasa Melayu, atau Bahasa Sunda. Sedangkan kelompok pendatang tersebut
berlatar belakang budaya Jawa. Seiring dengan pertambahan pendatang yang berlatar belakang
budaya jawa, maka muncul keinginan untuk melangsungankan Kebaktian dalam Bahasa Jawa.
Pada tahun 1926 mulai diadakan kebaktian dengan pengantar Bahasa Jawa. Pada tahuan itu juga
kelompok Kristen yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut berkembang menjadi
Gereja Kristen Jawa yang bernaung di baawah Sinode Gereja Kristen Pasundan.
Bagi mereka untuk beribadah di Jl. Pasirkaliki atau Jl. Wastukencana di rasakan cukup jauh.
Apalagi pada waktu itu sarana transportasi dan komunikasi serta terbatas. Tetapi semangat untuk
bersekutu tidak tidak pernah padam di hati mereka. Mereka berinisiafi mengadakan Ibadah
sendiri di suatu tempat yang jaraknya terjankau oleh mereka. Mereka mengadakan Persekutuan di
di Rumah Bapak Sainu di jalan PSM ( Pabrik Senjata dan Mesiu ). Kemudian pindah ke Benteng
utara Pindat yaitu di Griyo Kapel yang sebenarnya masih berdekatan dengan Rumah Bapak Sainu
di jalan PSM. Griyo Kapel yaitu gabungan dari dari 2 rumah atau lebih yang setengah tembok
didirikan dari batu-bata sedangankan setengahnya lagi dari bambu. Sehingga dapat dikatakan
bentuk tempat untuk Ibadah pada waktu itu sangatlah sederhana. Namun demikian hal itu justru
menunjukkan semangat mereka tinggi dalam menjalani kehidupan persekutuan dan
berpelayanan.