Ideologi
Sebagai Gereja Tuhan Yang Tuhan hadirkan di tanah Minahasa ini secara khusus
GMIM Haleluya Kayuuwi dalam melaksanakan Tugas panggilan Gereja Persekutuan
(Marturia), Pelayanan (Koinonia), dan Diakonia (Diakonia) sebagai perwujudan dari Iman
Kepada Tuhan Yesus Kristus [8] didasarkan pada Kesaksian Alkitab.
Untuk menata pelayanan yang ada maka selalu mengaju pada Tata Gereja 2007 dan
Adendum Tata Gereja 2007, sehingga gerak pelaksanaan pelayanan selalu berjalan Bersama-
sama (Ber-Synhodos) baik dalam aras Sinode, Wilayah dan Jemaat.
Politik
Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi hadir juga ditengah-tengah masyarakat desa
kayuuwi Raya dalam partisipasi Politik artinya mendatangkan damai sejahtera dan
kesejahteraan yang merupakan amanat Tuhan Allah atau misi Allah (Missio Dei). Untuk itu
keaadan Politik yang ada di desa kayuuwi sangat kondusif pasca pemilihan Legislatif
(DPRD Kabupaten, DPRD Propinsi, DPR RI dan DPD) DAN Pemilihan Presiden RI.
Ekonomi
Roda perputaran Ekonomi di Jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi sangat baik
mengingat jemaat Haleluya Kayuuwi yang pada umumnya berprofesi sebagai Tukang dan
sebagian sebagai petani, pegawai Negeri dan Pegawai Swasta. Selain itu juga anggota jemaat
memiliki kamauan untuk mengembangkan diri demi kesejahteraan keluarga.
Banyak juga usaha-usaha pemberdayaan ekonomi yang dibuat seperti kelompok-
Kelompok Tani P/KB, W/KI, Pemuda dan Remaja untuk menunjang segala program
pelayanan yang ada. Selain itu ada juga usaha-usaha kecil dan menengah seperti pembuatan
souvenir dari batang kelapa oleh Bapak Lukas Laaji. Semua ini menunjukan bahwa keadaaan
ekonomi di jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi sangatlah baik.
Sosial budaya
Hidup dengan semangat gotong-royong atau mapalus telah menjadi tabiat dan
kebiasaan dari jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi. Hal ini dapat dilihat dari Ibadah
kerja sebagai bentuk merealisasikan Firman Tuhan dan banyaknya Rukun-rukun Keluarga
yang ada yang mempererat hubungan kekeluargaan satu dengan yang lainnya. Bahkan jemaat
kayuuwi yang telah berdomisii di tempat lain membentuk Rukun keluarga seperti: Rukun
Keluarga Di Jakarta, Rukun Keluarga di Manado, Rukun Keluarga di Bitung, dan ditempat-
tempat lain. Hal ini menunjukan bahwa persatuan kekelurgaan di antar jemaat Kayuuwi
sangat dipertahankan.
Selain itu juga budaya kayuuwi yang merupakan kearifan lokal terus dipelihara
karena mengikat rasa persaudaraan dan kekeluargana satu dengan yang lainnya. Budaya
tersebut ialah:
1. Budaya “brantang”
Budaya “Brantang” adalah kebiasaan yang terjadi pada peristiwa Duka. Budaya “Brantang”
sama dengan Kumawus hanya saja budaya brantang tidak dilaksanakan Ibadah Syukur
seperti budaya Kumawus hanya doa syukur kemudian makan bersama atau “brantang”
Dalam budaya “brantang” yang dilaksanakan pada saat peristiwa duka baik disaat sebelum
atau sesudah peakaman, di mingguan dan 40 hari. Untuk makanan tidak disediakan oleh
keluarga melainkan oleh anggota kerukunan yang ada di desa kayuuwi, di mana semua
membawa bahan makanan seperti beras dan uang atau batanda untuk digunakan dalam
pengolahan makanan dalam acara “Brantang”. Sesudah makanan di siapkan maka semua
akan makan bersama secara bergantian mengingat banyak yang menghadiri acara “Brantang”
bahkan lebih banyak dari acara pemakaman.
2. Budaya Kumiit
Budaya kumiit di adakan pada saat sesudah acara pernikahan. Dalam budaya ini Perempuan
yang telah berstatus sebagai Istri tidak langsung tinggal dengan Sang Suami nanti keesokan
harinya keluarga Perempuan akan menghantar anak mereka di rumah dari sang suami dari
anak mereka dengan membawa berbagai perlengkapan rumah tangga dan Sembilan bahan
pokok kemudian dilaksanakan acara Kumiit.
Acara kumiit ini didahului dengan ibadah syukur setelah itu ada petuah-petuah dari orang tua
atau yang dituakan untuk bekal dalam berumah tangga kemudian penyerahan perlengkapan
dapur dan Sembilan bahan pokok oleh yang dituakan di Keluarga, Ketua
Jemaat/BPMJ/Pendeta, Hukum Tua disertai dengan nasehat, sesudah itu makan bersama.
3. Budaya Sumakey
Sumakey artinya bertamu. Tamu yang di maksud adalah Anak yang telah lama diharapkan
kedatangannya dan para keluarga dan tetangga yang datang membawa makanan sebagai
wujud syukur sekaligus bertamu untuk melihat anak yang baru lahir. Adapaun tamu yang
dimaksud bukan hanya para ibu-ibu yang sudah memiliki anak tetapi juga para ibu-ibu yang
belum memiliki anak sama-sama bersyukur dengan keluarga
Sampai saat ini di jemaat kayuuwi masih mempertahankan budaya tersebut sebagai bentuk
kearifan lokal yang harus dilestarikan ditengah berbagai tantangan sekarang ini. Sebab hal ini
menjadi identitas dari jemaat GMIM Haleluya Kayuuwi.