Pada bagian ini, penulis akan mendeskripsikan gambaran umum lokasi penelitian. Hal ini
menjadi penting karena dengan pengenalan gambaran umum lokasi penelitian para pembaca
dapat diarahkan kepada situasi dan kondisi kemasyarakatan dan kondisi jemaat yang
Gambaran umum lokasi penelitian meliputi gambaran umum GKS Jemaat Kahambi
Kalelangu, deskripsi PT. Muria Sumba Manis dan Perkebunan Tebu di wilayah Mburukullu.
Di wilayah desa Mburukullu terdapat tiga Gereja diantaranya Gereja Katolik, Gereja
Reformasi dan GKS Kahambi Kalelangu. Tetapi penulis hanya akan berfokus pada satu
gereja yaitu GKS Kahambi Kalelangu yang sebagai lokus penelitian yang dimana sebagian
besar warga jemaatnya adalah sebagai pekerja di perusahan tebu. Oleh karena itu, ada
pembahasan khusus mengenai jemaat GKS Kahambi Kalelangu yang sebagai lokus
Jemaat GKS Kahambi Kalelangu adalah satu jemaat dalam lingkup Gereja Kristen
Sumba, yang berada dalam wilayah pelayanan Klasis Pahunga Lodu. Anggota jemaatnya
berada pada empat desa yaitu, desa Mburukullu, desa Lambakara, desa Kabaru dan desa
Timur. Dalam kaitannya dengan letak pemerintahan desa, maka Jemaat GKS Kahambi
Tabel. 2
Barat Amalulu1
1
Rambu Ana Maeri, Wawancara, Desa Mburukullu, 14 November 2022; Rambu T. I. Maramba,
Wawancara, Desa Mburukullu, 13 November 2022; Rambu Hara Aili, Wawancara, Desa Mburukullu, 13
November 2022.
Pada awalnya, GKS Jemaat Kahambi Kalelangu masih merupakan salah satu cabang
dari GKS Jemaat Mangili, tepatnya pada tahun 1957 dan berada dalam wilayah
pelayanan Klasis Sumba Timur Selatan. Di Latangu (sekarang desa Lambakara) wilayah
klasis Sumba Timur Selatan (STS) terdapat beberapa orang anggota sidi diantaranya
dapat disebut disini: Saudara Johanis Wadu Kitu dan Saudara Titus Lakaru Hawula alias
Umbu Nai Habuku. Saudara Titus Lakaru Hawula adalah salah seorang anggota sidi hasil
Sedangkan saudara J.W Kitu atau biasa dipanggil AmaNgguru Kali sebagai seorang
penolong Guru Injil di sekitar desa Mburukulu, Kabaru, dan Lambakara. Beliau dengan
giat dan tekun melaksanakan amanat agung Tuhan Yesus pada ketiga desa tersebut di
atas, meskipun dengan berjalan kaki sesuai situasi dan kondisi pada saat itu.
Untuk melayani Umbu Lakaru Hawula dan beberapa anggota lainnya yang
kebaktian resmi pada setiap hari Minggu dibawah pimpinan saudara J.W Kitu. Rupanya
di Latangu sambutan terhadap Injil kurang mendapat tempat, sehingga tidak nampak
terdapat banyak rumah tangga yang semuanya adalah keluarga bahkan saudara kandung
dari Umbu Lakaru Hawula namun tidak harus membuat mereka tertarik untuk menjadi
Kristen dan bergabung bersama Umbu Lakaru Hawula. Oleh karena tidak mengalami
Watumbana (Desa Lambakara) olehkarena di tempat itu terdapat seorang Kristen yang
bernama Umbu Kalikit Meha Kota dan masih dibangun sebuah rumah beratap daun
lontar sebagai tempat ibadah tetapi tidak dipergunakan karena tidak ada perkembangan
Pada akhirnya Pekabaran Injil diarahkan ke Desa Mburukullu oleh karena di Desa
Mburukullu telah terdapat beberapa orang yang sudah menjadi Kristen. Dapat disebutkan
nama Kahora Ndilu bersama istri dan anak-anaknya dan beliaulah satu-satunya orang
(Harani=Kristen). Kahora Ndilu merupakan anggota sidi dari Jemaat Payeti dan
menerima baptisan kudus pada tanggal 5 Juni 1936. Kemudian setelah menjadi Kristen
beliau kembali ke tempat kelahirannya di Mburukullu sejak tahun 1937. Keluarga ini
melakukan kebaktian Minggu di Ngallu oleh karena belum ada tempat kebaktian di desa
Mburukulu. Dalam perkembangan selanjutnya, oleh karena pekerjaan Roh Kudus, maka
pada tahun 1954, Umbu Lu Wohangara yang berdomisili di Katuda Bunggur dibaptis
kebaktian Minggu masih diadakan di rumah Umbu Lu Wohangara oleh karena belum
dengan memilih tempat yang dekat dengan sumber air, maka ia meminta izin kepada
marga Purung sebagai pemilik tanah ulayat di sekitar sungai Mburukullu dengan
membawa seekor kuda dan sebuah mamuli. Setelah mendapat tanah di sekitar sungai
saudaranya yang lain dan menamakan tempat tersebut dengan kampung (Kuatak)
Kahambi Kalelangu. Umbu Lu bersama keluarganya memiliki kerinduan untuk beribadah
dalam sebuah rumah gereja dan bukan dalam rumah tempat tinggal mereka.
Ketika perkembangan dan pertambahan jiwa dalam jemaat terus terjadi, maka atas
kesepakatan bersama Majelis Jemaat Mangili maka pada tahun 1957 dibangun sebuah
Sedangkan untuk tempat duduk sebagai pengganti bangku, warga mengumpulkan batang
pinang yang dibelah dan dibuat seperti bale-bale. Pekerjaan itu dipimpin oleh saudara
J.W Kitu sebagai pelayan, juga beliau memiliki kemampuan bertukang. Kegiatan itu
dipantau terus oleh Majelis Jemaat Mangili dalam hal ini oleh Ds. Hiwa Radamuri.
Pendirian rumah ibadah itu adalah atas usaha dan kesadaran warga yang telah
diperolehnya dari marga Purung untuk dijadikan lokasi gereja sebagai cikal bakal
berdampingan dengan tempat ibadah (±250 meter) orang Marapu marga Purung yang
mayoritas warganya bertempat tinggal di Wudi. Tempat ibadah orang Marapu itu ditandai
dengan tumbuhnya sebatang pohon Kesambi yang subur dan daunnya rindang dan masih
ada hingga sekarang ini. Pohon kesambi itu dianggap kudus dan lagi keramat, sehingga
tidak boleh dihampiri oleh siapapun kecuali wunang hamayangu (Ratu Sembahyang
Marapu). Wunang Hamayangu pun dapat menghampiri hanya dengan alasan untuk
menyampaikan persembahan. Hal itu berlaku sekali dalam setahun, biasanya pada saat
menjelang musim penghujan, karena saat itulah saat untuk memohon hujan serta berkat
bagi tanaman. Oleh karena begitu keramatnya tempat itu, sehingga hewan pun tidak ada
yang mendekat untuk bernaung dibawahnya. Terlebih lagi manusia, apabila ada yang
mendekat akan mengalami bahaya sakit dan ada yang hingga menemui ajal. Begitulah
keyakinan penganutnya.
Pada waktu tertentu dibawah naungan pohon itu diadakan upacara: “Kalelangu”
yakni semacam upacara ritual kepercayaan Marapu. Itulah sebabnya maka pohon itu
Setelah memenuhi syarat untuk menjadi sebuah cabang, maka cabang itu disebut
“Kahambi Kalelangu.” Dengan mengambil alih nama itu, gereja dalam hal ini Majelis
kegelapan yang ada disitu tidak akan dapat melebihi kuasa Tuhan.
yakni; Para penganut kepercayaan Marapu menolak kehadiran agama Kristen dengan
cara tidak menerima kedatangan para penginjil untuk mendatangi rumah mereka. Terjadi
jemaat kembali menganut kepercaayaan Marapu. Pada umumnya hal tersebut juga di
pengaruhi jemaat memiliki pekerjaan sebagi petani pekebun dengan tingkat pendidikan
masih buta huruf dan hanya segelintir anggota jemaat yang memiliki pendidikan pada
tingkat Sekolah Dasar. Mayoritas anggota jemaat merupakan suku Sumba. Masyarakat
Sumba juga dikenal dengan stratifikasi sosial yakni pembagian menurut golongan raja
(Maramba) orang merdeka (Kabihu) dan hamba (Ata). Namun, dalam jemaat stratifikasi
tidak harus menjadi perhatian utama tetapi tetap diakui bahwa stratifikasi tersebut
statistic pada tahun 2019 terdiri dari 925 jiwa. Yang sebagian besar adalah warga
masyarakat desa Mburukullu. Sebagian besar warga jemaat bekerja sebagai petani baik
sawah maupun kebun. Desa Mburukullu memiliki sumber daya alam yang cukup bagus.
Oleh karena di wilayah ini adalah daerah agraris. Dan sebagian besar warga jemaat
adalah sebagai petani yang mengusahakan ladang mereka untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Desa Mburukullu memiliki kekayaan alam yakni hutan dan padang yang sangat
luas. Hewan-hewan dapat hidup bebas di padang. Warga masyarakat pun mengusahakan
ladang persawahan dan perkebunan kemudian memperoleh hasil yang memuaskan dan
mencukupi kebutuhan mereka dalam jangka waktu yang lama, sisanya mereka jual.
Pada tahun 2018, pada masa kepemimpinan Pendeta Rambu Ana Maeri dan Pendeta
Rambu Tamu Ina Maramba hadirlah satu perusahan besar yang bertempat di wilayah
Perkebunan tebu Muria Sumba Manis adalah satu-satunya perkebunan yang ada di
wilayah Mburukullu, sebelumnya belum pernah ada perusahan yang masuk yang
yang cukup besar. dan perkebunannya ada dibeberapa tempat di kabupaten sumba timur.
Dan kehadirannyapun membawa dampak positif dan negative yang sangat besar bagi
2
Profil Jemaat GKS Kahambi Kalelangu
3
Rambu Ana Maeri, Wawancara, Desa Mburukullu, 30 Oktober 2022; Rambu T. I. Maramba, Wawancara,
Desa Mburukullu, 30 Oktober 2022; Dominggus Turu Marambandima, Wawancara, Desa Mburukullu, 30 Oktober
2022.
warga masyarakat saat ini dan pada masa yang akan mendatang. Hal inilah yang menjadi
Namun beberapa sebab, sehingga sampai dengan saat ini dari pihak gereja belum
melakukan pendataan berapa banyak jumlah warga masyarakat yang bekerja di perusahan
tebu sebagai karyawan dan berapa banyak warga jemaat penerima diakonia yang juga
turut bekerja di perusahan tebu. Tetapi berdasarkan hasil wawancara yang penulis
lakukan sebagian besar warga masyarakat di pusat adalah karyawan di perusahan tebu,
sekaligus juga sebagai petani yang mengusahakan lahan persawahan dan perkebunan.4
Tabel. 3
Tingkat pendidikan
Buta huruf 13 13 26
TK/PAUD 13 17 30
SMP 33 30 63
SMA 74 76 150
Sarjana 32 34 66
Dari proporsi warga jemaat maka memiliki tingkat pendidikan sebanyak 628 jiwa
(tidak termasuk yang buta huruf). Jika memakai angka partisipasi sekolah sebagai salah
4
Rambu Ana Maeri, Wawancara, Desa Mburukullu, 11 November 2022.
satu indikator keberhasilan pembangunan terhadap akses layanan pendidikan dalam suatu
wilayah yang merupakan ukuran daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia
sekolah maka apabila dibuat dalam bentuk persentase, kami tidak menggunakan
SMP 9,6%, SMA 22,9%, Sarjana 10,9%. Sedangkan kelompok buta huruf yang
dengan kelompok buta huruf sebanyak 654 jiwamaka didapati 3,9 % anggota jemaat
Dari persentase tiap tingkat pendidikan didapati bahwa kelompok buta huruf masih
tergolong dalam jumlah yang besar,gereja perlu untuk mendorong jemaat yang belum
Pada tingkat TK/PAUD didapati bahwa masih terlalu rendahnya minat jemaat untuk
menyekolahkan anak-anak usia dini agar mereka dibiasakan untuk menempuh pendidikan
secara formal. Oleh karena itu, GKS Kahambi Kalelangu masih terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas PAUD DOVE yang didirikan oleh gereja pada tahun 2010 yang
lalu. Selanjutnya, apabila dilihat dari jumlah jemaat yang menempuh tingkat pendidikan
Sekolah Dasar baik yang aktif maupun yang tidak aktif lagi, maka dapat dikatakan cukup
tinggi persentasenya sehingga paling tidak, gereja mampu menjadi motivator bagi orang
tua dalam jemaat yang anak- anaknya sudah memasuki usia sekolah untuk dapat
pendidikan pada tingkat perguruan tinggi dengan gelar sarjana strata 1 cukup besar.
Meskipun rasio antara yang memiliki gelar sarjana strata 1 dengan jumlah jemaat yang
menempuh pendidikan masih sangat rendah. Semoga ke depan, banyak orang tua dalam
jemaat yang terus mendorong dan merasa terdorong untuk dapat menyekolahkan anak-
5
Profil Jemaat GKS Kahambi Kalelangu
1.1.4. Mata Pencaharian / Pekerjaan
Dari bagan mata pencaharian diatas, dapat dihitung secara menyeluruh dengan
jumlah 414 jiwa yang bermata pencaharian. Berangkat dari jumlah keseluruhan, kami
jemaat GKS Kahambi Kalelangu yang bermata pencaharian sebagai petani atau pekebun
mendapat persentasi tertinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena wilayah pelayanan
(Pelayanan) dan Marturia (Kesaksian). Setiap aspek yang dipahami serta dilaksanakan
sebagai karya Allah dalam memelihara dan menjaga umat ciptaan-Nya. Berikut di bawah
Ini adalah program pelayanan yang dilakukan jemaat berdasarkan Tri Tugas Pelayanan
suatu jemaat, program pelayanan yang dilaksanakan yaitu: kebaktian utama, ibadah
rumah tangga, komisi perempuan dan komisi kaum bapa, dan komosi anak remaja.
Ibadah rumah tangga biasanya dilaksanakan hari Senin dan Kamis pukul 19.00.
Dan apabila penerima PART dan pelayan berhalangan pada hari H, maka biasanya
lakukan pada pukul 06.00-07.00 WITA, kebaktian kedua pukul 08.00-09.00 WITA.
Pelayanan ibadah Pemuda berlangsung setiap hari jumat pukul 16.00 yang telah
6
Profil Jemaat GKS Kahambi Kalelangu
baik dan adanya pertisipasi oleh seluruh pemuda. Pelayanan ini dilakukan di gedung
kebaktian dan pada waktu-waktu tertentu dilakukan ibadah padang. Oleh karena
tingkat kepercayaan diri yang masih minim, pelayanan biasanya dipimpin oleh
pendeta, vikaris dan GI. Tetapi dalam perjalanannya pelayanan kebaktian pemuda
pun tidak lagi berjalan dengan baik bahkan sampai dengan saat ini sama sekali tidak
berjalan. Hal ini terjadi oleh karena kurangnya partisipasi dari setiap pemuda.
pemuda hanya sebatas untuk berkumpul dan senang-senang, namun akan ikut
berpartisipasi apabila ada kegiatan luar. Tetapi ketika ibadah di gedung kebaktian
hampir bahkan tidak ada pemuda yang datang beribadah. Kebanyakan pemuda sudah
bekerja di perusahan tebu sebagai karyawan sehingga waktu mereka tersita dan
tenaga mereka terkuras sehingga ketika waktunya untuk ibadah mereka tidak lagi
Bidang komisi Perempuan dan Komisi Bapa dilakukan pada hari senin pukul
19.00. Kedua bidang komisi inipun tidak berjalan dengan baik bahkan sampai dengan
saat ini dikarenakan alasan pekerjaan. Banyak jemaat yang bekerja sebagai petani
yang mengelolah sawah, kebuh bahkan yang bekerja di perusahan tebu sehingga
sangat sulit bagi mereka untuk mengatur waktu dalam mengikuti pelayanan.
pertimbangan sebagian besar anak-anak bertempat tinggal jauh dari tempat ibadah
sehingga waktunya lebih tempo. Setiap Komisi ada Majelis yang bertanggungjawab,
namun Komisi Anak dan Remaja memang Majelisnya terpanggil untuk mengajar,
sehingga Komisi Anak Ramaja tetap hidup dan anak-anak berpartisipasi dengan
sangat baik dalam mengikuti setiap ibadah yang ada. Dan komisi Anak Remaja terus
antara lain: memberikan bantuan pada keluarga yang mengalami kedukaan, para
janda, duda, anak yatim piatu, dan orang-orang yang sakit. Diakonia yang dilakukan
merupakan tanggung jawab yang harus lakukan, oleh karena melalui pelayanan itu
dapat membantu menyatakan cinta kasih dan ada campur tangan Tuhan untuk
segenap ciptaanNya. Adapun sebagian para janda, duda anak yatim piatu dan
mereka yang menerima diakonia juga mengambil bagian dalam perusahan tebu untuk
menambah pemasukan yang ada guna memenuhi setiap kebutuhan lainnya yang
masih kurang. Dan sebagian dari mereka juga bekerja sebagai penganyam.8
7
Vebyati Lende, Wawancara, Desa Mburukullu, 22 Oktober 2022
8
Rambu Ana Maeri, Wawancara, Desa Mburukullu, 23 Oktober 2022; Vebyati Lende, Wawancara, Desa
Mburukullu, 23 Oktober 2022.
Suara/Solo, khotbah mimbar, dan ibadah rumah tangga. Dalam melakukan pelayanan
marturia inilah gereja juga berperan penting untuk menyampaikan kepada jemaat
bahwa dampak-dampak dari pada kerusakan alam sangat berbahaya. Untuk saat ini
dampaknya belum begitu terasa tetapi dalam jangka waktu kedepannya dampaknya
akan dirasakan oleh anak cucu. Dalam hal ini kita sebagai orang tua sudah
meninggalkan dan mewariskan sesuatu yang menjadi jurang bagi keturunan kita
kedepannya. Dalam melakukan pelayanan marturia gereja menyuarakan isi hati Allah
kepada jemaat bahwa jika manusia serakah terhadap ciptaan lain (alam)
GKS Jemaat Kahambi Kalelangu tidak terlepas dari pergumulan pelayanan. Berikut
Yang menjadi pergumulan ialah beberapa anggota jemaat secara khusus yang
muda-mudi baik yang sudah berkeluarga maupun yang belum berkeluarga masih
sering mabuk-mabukan dan bahkan dilakukan di lingkungan gereja. Hal ini tentunya
mengganggu waktu istirahat para pelayanan yang dimana rumah pastori 1 dan 2
berada persis di samping gereja dan juga orang-orang sekitar yang rumahnya
9
Rambu Ana Maeri, Wawancara, Desa Mburukullu, 02 September 2022; Rambu T. I. Maramba,
Wawancara, Desa Mburukullu, 02 September 2022.
berdekatan dengan gereja. Para pelayan sudah menegur mereka secara langsung
bahkan hal ini juga disampaikan melalui mimbar tetapi tidak ada perubahan.
Dalam setiap pekerjaan pembangunan ada begitu banyak kesulitan yang dialami
pekerjaan bagi mereka yang bekerja sebagai petani dan juga pekerja buruh. Setiap kali
ada kegiatan pembangunan di gereja yang hadir hanyalah para pendeta, beberapa
Para petani sawah dan pekerja buruh, mereka sangat terbatas dalam hal waktu
secara khusus yang bekerja di perusahan tebu sebelum jam 7 mereka sudah harus tiba
di tempat kerja dan apabila mereka terlambat maka gaji mereka yang dipotong. Jika
mereka absen secara otomatis mereka tidak menerima gaji, oleh karena mereka digaji
Untuk saat ini dampak dari keberadaan perkebunan tebu sudah terasa sekalipun
belum begitu besar seperti kekurangan air, yang dahulu sebelum adanya perkebunan
tebu masyarakat tidak pernah mempersoalkan air tetapi kehadiran perkebunan tebu
yang menutup aliran air yang mengalir kearah persawahan sehingga saat ini
Beberapa bulan terakhir terserang hama belalang dan burung yang sebelumnya
tidak pernah terjadi. Hal tersebut adalah akibat dari tempat mereka hidup “lahan”
sudah dialih fungsikan menjadi perkebunan tebu sehingga mereka kehilangan tempat
untuk melangsungkan hidup. Belalang serta burung-burung kemudian menyerang
adalah tempat untuk mengelolah hasil kebun yang sudah dipanen di perkebunan tebu
kecamatan di kabupaten sumba timur. Tetapi penulis hanya akan fokus pada perkebunan
Kehadiran perkebunan tebu di wilayah tersebut adalah hasil dari pemanfaatan lahan
tidur dan melewati proses yang cukup panjang oleh karena terjadi pro dan kontra dengan
jemaat setempat. Perkebunan tebu bertempat di wilayah pelayanan GKS Jemaat Kahambi
Kalelangu dan berada di tengah-tengah antara perumahan jemaat dan laut. Berdasarkan
wawancara dengan mandor Jhonbar Taraandung, luas perkebunan tebu yang dijadikan
perkebunan tebu adalah 596 ha, yang sudah dikelola seluas 353 ha dan yang belum
dikelola 243 ha. Hasil tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan lahan perkebunan tebu
yang terdiri dari beberapa blok dan masing-masing blok terdiri dari 10 ha dan ada yang di
bawa dari 10 ha.11 Penggunaan lahan tidak hanya dijadikan lahan perkebunan tetapi juga
10
Rambu Ana Maeri, Wawancara, 02 September 2022; Rambu T. Ina Maramba, Wawancara, 02 September
2022.
11
Jhonbar Taraandung, Wawancara, Desa Mburukullu, 18 Januari 2023.
12
Obednego Bangngu, Wawancara, Desa Mburukullu, 10 Juni 2022
Perkebunan tebu menjadi solusi bagi jemaat setempat untuk memperoleh pekerjaan.
Karena perkebunan ada dibeberapa tempat di wilayah kabupaten sumba timur sehingga
memudahkan jemaat setempat dalam menempuh lokasi tempat kerja tanpa harus
menempuh perjalanan yang jauh. Sebagian besar jemaat bekerja di perkebunan tebu
sebagai pekerja buruh, dan sebagian besar bekerja di bagian pabrik yang ada di Wanga.
Pengolahan perkabunan tebu adalah hasil dari alih fungsi lahan yang awalnya adalah
hutan dan dialih fungsikan menjadi perkebunan tebu yang hasil dapat dimanfaatkan
dengan tujuan pertumbuhan perekonomian dan membuka lapangan pekerjan bagi jemaat
setempat untuk menunjang kebutuhan hidup. Peralihan fungsi hutan sudah berlangsung
selama 6 tahun. Tetapi dalam proses awal tidak dapat berjalan dengan baik dikarenakan
terjadi pro dan kontra dengan jemaat melihat pada dampak yang terjadi dari hadirnya
pabrik dan perkebunan tebu yang dialami oleh jemaat setempat cukup terasa, dan
sebagian besar jemaat setempat memperhitungkan kehidupan keturunan pada masa yang
akan datang. Pemahaman jemaat terhadap keberadaan pabrik dan perkebunan tebu
bertolak belakang dengan tujuan hadirnya perkebunan tebu di wilayah tersebut, tidak
hanya pada dampak-dampak negatif yang dialami jemaat, tetapi jemaat juga memiliki
solidaritas terhadap ciptaan yang lain sebagai bentuk pertanggungjawaban atas mandat
Allah kepada manusia atas ciptaan lain. Namun, dalam perjalannya pabrik dan
perkebunan tebu berhasil masuk di wilayah Kabupaten Sumba Timur dan perkebunannya
13
Dominggus Turu Marambandima, Wawancara, Desa Mburukullu, 15 September 2022; Andreas K. Rihi,
Wawancara, Desa Mburukullu, 15 September 2022.
Rangkuman
GKS Jemaat Kahambi Kalelangu bertempat di wilayah desa Mburukullu, Kecamatan Pahunga
Lodu, Kabupaten Sumba Timur. Jemat wilayah pelayan GKS Jemaat Kahambi Kalelangu
termasuk dalam wilayah pelayan GKS, Klasis Pahunga Lodu. GKS Jemaat Kahambi Kalelangu
Di wilayah pelayanan GKS Kahambi Kalelangu terdapat lahan yang luas terdiri dari
perkebunan milik masyarakat yang belum dikelola dan tanah ulayat. Oleh karena keterbatasan
dana dalam mengola lahan yang luas menjadi sebab jemaat setempat belum mengfungsikan
lahan yang ada. Sedangkan tanah ulayat sebagai tempat sembhayang orang berkepercayaan
marapu pada zaman dulu kini tidak lagi menjadi tempat sembhayang oleh karena keturunan
daripada pihak pemilik tanah ulayat sudah memutuskan untuk menganut kepercayaan Kristen
Protestan, namun tanah ulayat sebagai warisan dari nenek moyang tetap mereka jaga. Namun,
dalam perjalanannya, terjadi pengalihan fungsi lahan untuk dijadikan perkebunan tebu guna
setempat.
Kehadiran pabrik Wanga dan perkebunan tebu di wilayah pelayanan GKS Kahambi
Kalelangu dengan tujuan merekrut banyak tenaga dari jemaat setempat baik yang pengangguran,
yang sudah sarjana dan bahkan yang memiliki lahan persawahan dan perkebunan pun mengambil
bagian sebagai karyawan dan pekerja buruh di pabrik gula dan perkebunan tebu, menunjang
pertumbuhan perekonomian. Tetapi dalam proses awal tidak dapat berjalan dengan baik karena
terjadi pro dan kontra dengan jemaat melihat dampak dari hadirnya pabrik dan perkebunan tebu
yang dialami oleh jemaat setempat cukup terasa dan sebagian besar jemaat setempat
memperhitungkan kehidupan keturunan pada masa yang akan datang. Namun, dalam perjalannya
pabrik dan perkebunan tebu berhasil masuk di wilayah Kabupaten Sumba Timur dan