Anda di halaman 1dari 7

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa yang sangat kaya. Hal tersebut di tandai
dengan banyaknya etnis, suku, agama, budaya, maupun kebiasaan didalamnya. Disamping
itu, masyarakat Indonesia memiliki latar belakang budaya yang beragam. Keberagaman
inilah yang mengisyaratkan adanya perbedaan. Apabila dikelola secara benar, keberagaman
ini akan menghasilkan energi yang sangat hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar,
keberagaman ini akan menimbulkan bencana dahsyat. Yang mana dapat menghancurkan
pondasi kokoh yang telah di bangun sejak dahulu. Pondasi yang telah dibangun oleh tokoh-
tokoh nasional dengan semangat juang dan pengorbanan yang besar. Dimana pada pidato
bung Karno 1 Juni 1945 ditegaskan juga tentang hal ini. “Kita hendak mendirikan suatu
negara “semua untuk semua”. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik
golonga bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi “semua buat semua”. Sehingga
dengan adanya semboyan seperti itu, kita sebagai warga negara yang baik harus ikut serta
dalam menjaga kesatuan dan persatuan negara Indonesia. Karena kesatua dan persatuan
inilah yang menjadi kunci negara tersebut dapat bertahan dan berjaya.

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan tersebut.
Baik itu dalam lingkup sempit maupun lingkup luas. Dalam lingkup sempit misalnya, sesama
teman kita saling menghargai pendapat, saling menolong, saling memberi satu sama lain.
Dan lingkup luas misalnya, tidak saling menjelek-jelekan, mencemooh, maupun mecela
antar kepercayaan. Karena kita hidup dalam satu naungan, yaitu naungan pemerintah.
Dimana kita diberi kebebasan dalam beribadah menurut kepercayaan kita masing-masing.
Jadi buat apa kita melakukan perpecahaan didalamnya. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, saya melakukan observasi di salah satu kepercayaan yaitu dilingkungan umat Katolik.
Yang katanya mereka sangat menjunjung rasa toleransi antar sesama umat maupun antar
kepercayaan.

B. Waktu dan pelaksanaan observasi

Observasi ini dilakukan pada hari Sabtu, 2 Desember 2017 di greja Katedral Jln.Ijen.
Dan wawancaranya dilakukan pada hari selasa, 4 Desember 2017 di kediaman bapak
Nugroho, Jln.Bomo 41B, selaku ketua dewan paroki.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah greja Katedral Ijen

Gereja Ijen merupakan salah satu gereja Katolik yang terkenal dan berada di pusat Kota
Malang. Gereja Katolik ini memang merupakan salah satu peninggalan kolonial Belanda bersama
dengan bangunan–bangunan lain yang terletak di Jalan Ijen. Penyebutan kathedral sendiri berasal
dari letaknya yang berada di tengah–tengah kota dan menjadi Area Keuskupan Utama. Sehingga
selain dikenal dengan nama Gereja Ijen dan Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, gereja
ini juga kerap disebut dengan Gereja Kathedral Malang. Banyak pula yang menyebut Gereja Ijen
sebagai salah satu kathedral terindah di Indonesia

Awalnya gereja ini bernama Theresiakerk atau Gereja Santa Theresia. Baru pada tahun 1961,
gereja ini berganti nama menjadi Gereja Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel. Gereja Ijen
merupakan bangunan sejarah dengan arsitektur yang menarik untuk dikunjungi. Gereja yang
terletak di kawasan dulunya merupakan kompleks pemukiman orang Belanda di Kota Malang. Gereja
ini pernah direnovasi pada 27 Juli 2002. Di wilayah Paroki Kathedral Santa Theresia kemudian
didirikan sekolah dasar berbahasa Belanda (HIS) di Jalan Semeru, Sekolah Dasar ‘Ongko Loro’
(Inlandsche Schoolen 2e Klasse) di Betek pada tahun 1930, Taman Kanak-kanak (Frobelschool) dan SD
Santa Ursula di Jalan Panderman dan tahun 1936 didirikan AMS (Algemeene Middelbare School)
Santa Albertus (Dempo) di Jalan Talang.

Ciri khas dari gaya Gothik adalah lengkungan yang bertemu melancip ke atas dan
memberikan ekspresi ke atas yang sangat sesuai dengan bangunan ibadah. Penggambaran gereja
sebagai Domus Ecclesiae, bahwa subyek adalah umat Allah yang menjalin hubungan vertikal dengan
Allah maupun horizontal dengan manusia, adanya penggambaran itulah menyebabkan fasad setiap
gereja selalu sama, bagian atap menjulang tinggi dan meruncing. Penerapan dengan konsisten
prinsip simetris terhadap sumbu dan bukaan fasad bangunan dengan menggunakan konsep
perulangan Golden Section menjadikan bangunan berkesan monumental.
2. Hasil observasi
Observasi yang dilakukan di greja Katedral ini di narasumberi oleh bapak Nugroho,
selaku ketua dewan paroki. Yang mana beliau ditunjuk dalam forum kerukunan umat
beragama. Yaitu forum kerukunan yang diminta oleh walikota serta difasilitasi oleh
pemerintah dalam setiap kegiatannya. Yang terdiri dari 6 agama, 10 muslim (4
Muhammadiyah dan 6 NU), 2 Katolik, 2 Kristen, 1 Konghucu, 1 Budha, dan 1 Hindu. Mereka-
mereka ini berkumpul setiap hari jumat dan melakukan dialog-dialog tentang kerukunan
serta memberikan rekomendasi bagi rumah ibadah yang melakukan izin untuk didirikan.
Selain itu beliau juga sebagai uskup (pemimpin greja). Yang mana uskup ini ditunjuk
langsung oleh paus. Yang mana wilayah keuskupannya dimuali dari Malang-Banyuwangi.
Selain itu greja katolik berbeda dengan greja kristen. Yaitu kalau greja Katolik
orientasinya langsung dari Roma dan dikomando dari sana juga, yaitu dari paus-oskop-
pastur. Tetapi kalau greja Kristen berdiri sendiri-sendiri. Disamping itu banyak toleransi-
toleransi yang diberikan oleh umat greja kepada masyarakat sekitar, Diantara lain :
1. Ada balai pengobatan yang diperuntukkan kepada masyarakat umum. Balai
pengobatan ini biasanya hanya dengan membayar 5 ribu rupiah, akan tetapi
keseringan tanpa biaya (gratis).
2. Pada acara baksos, masyarakat setempat dikasih kaca mata baca dengan tanpa niat
untuk membuatnya katolik, melainkan tulus untuk membantu sesama.
3. Pada hari natal, banyak donatur yang memberikan sumbangan yang dijual pada
umat katolik dengan harga murah dan sisanya mereka berikan pada kelurahan agar
dibagikan pada warga setempat.
4. Mereka juga melakukan kerjasama pula antar golongan. Yaitu pada acara hari-hari
besar grejanya dijaga oleh para Anshor dan juga Gusdurian.
5. Setiap hari minggu ada pengumpulan barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi
oleh umat. Tidak hanya barang bekas, akan tetapi barang-barang yang cacat dari
pabrik juga. Lalu barang-barang tersebut di sumbangkan ke greja dan dijual murah
untuk masyarakat luas. Dan hasilnya nanti untuk membantu warga yang miskin,
misalnya bedah rumah.
6. Setiap 3 bulan sekali ada kegiatan donor darah.
7. Setiap Jumat ada komunitas yang memberikan makan pada hansip dan pada hari-
hari puasanya umat muslim, mereka juga membagikan takjil dijalanan agara tidak
kelihatan kalau dari umat katolik.
8. Dan pada hari natal mereka juga menerima kunjungan dengan menyediakan
makanan yang halal, karena mereka memesannya juga dari orang muslim.
Selain banyak toleransi yang telah diberikan pada masyarakat diatas, ada juga cara-
cara yang dilakukan oleh umat katolik agar lingkungan mereka tetap terjaga dengan baik.
Diantaranya ada kegiatan bakti sosial bareng dan donor darah bareng. Misanya pada pada
tanggal 28 Oktober kemarin mereka mempelopori anak-anak muda lintas agama untuk bakti
sosial dengan mengumpulkan sembako, itu juga ada doa bersama antar kepercayaan dalam
satu panggung. Dan dalam forum mereka sendiri, mereka juga mempunyai hubungan
dengan pondok gasek yang diasuh oleh kyai Marzuki Mustamar. Saat beliau datang
kedaerah Ijen dan parkirannya penuh, beliau parkir di greja Tidar. Sebaliknya, pada waktu
natal umat greja juga banyak yang parkir di fisabilillah. Dan pada waktu hari Raya Idul Fitri,
tempat untuk beribadahnya penuh. Mereka umat muslim numpang sholat dihalaman greja
Katolik. Meskipun pada waktu itu ada peribadatan disana tapi karena untuk memberikan
toleransi pada umat muslim, peribadatan mereka diliburkan. Jadi sampai segitunya toleransi
mereka terhadap antar kepercayaan.
Selain hubungan-hubungan erat yang mereka jalin antar kepercayaan. Didalam
lingkungan umat katolik sendiri tidak mengenal yang namanya kasta. Karena kasta hanya
ada pada agama Hindu. Mereka hanya mengenal orang yang baik dan yang buruk. Karena
belum tentu orang yang beragama Katolik perilakunya baik. Dan sebaliknya, belum tentu
juga orang yang beragama selain Katolik perilakunya buruk. Semua itu tergantung spiritual
mereka masing-masing. Karena percuma saja mereka yang mengaku Islam, Katolik, Kristen
dan sebagainya itu perilakunya sesuai dengan apa yang mereka imani. Jadi lebih baik kita
memperbanyak membantu orang lain dengan ikhlas dari pada kita beribadah sepanjang
hari. Karena perwujudan tuhan bagi mereka adalah hanya ada disesama, khususnya sesama
yang menderita. Misalnya ada orang lapar tidak kita kasih nasi, orang yang tidak punya baju
tidak kita kasih baju, dan orang yang menderita tidak kita tolong, sama saja peribadatannya
selama ini.
Disamping eratnya hubungan mereka antar sesama maupun antar kepercayaan yang
mereka jalin sekarang ini. Dahulu pernah juga terjadi perpecahan antar mereka. Yaitu pada
tahun 500 atau 600 an, ada murid pertama dari Yesus yang namanya petrus. Ditengah-
tengah kekuasaannya terjadi penyelewengan. Yaitu di dalam greja Katolik mengenal yang
namanya pengakuan dosa. Kalau misal mereka melakukan dosa harus membayar sekian.
Sehingga pada waktu itu banyak dari umat katolik yang protes akan hal ini. Kelompok yang
protes inilah yang disebut dengan Protestan. Dan ada lagi kaum yang protes pada kaum
protestan. Yang menyebabkan mereka ini pecah menjadi ribuan aliran. Diluar negri pun
pernah terjadi perpecahan yang disebabkan oleh Katolik Ortodok. Perpechan ini disebabkan
oleh aturan mereka yang mempunyai paus sendiri. Karena sejatinya umat Katolik itu hanya
mempunyai satu komando yang dalam satu hierarki, seperti yang ada dalam Indonesia. Oleh
sebab itu, sampai saat ini di Indonesia tidak pernah terjadi perpecahan sama sekali.
Dari penjabaran toleransi-toleransi, tidak adanya sistem kasta, persatuan yang kuat
dari lingkungan umat Katolik diatas. Berapa tahun yang lalu di Indonesia sendiri terdapat
persatuan yang kuat. Akan tetapi, pada akhir-akhir ini banyak terjadi penyelewengan, unjuk
rasa, demo, maupun kesalahfahaman. Yang kesemua iu dipolitisir oleh politik. Karena
sebenarnya semua itu hanya disebabkan oleh segelintir orang saja. Tapi karena kecurigaan
yang tinggi dan tidak toleran antar sesama masalah tersebut jadi besar. Apalagi kalau
disangkut pautkan dengan agama, akan cepat bereaksi. Misalnya ada mahasiswa Muslim
dan Katolik yang memiliki gengsi tinggi, lalu mereka berkelahi dan sampai ada yang
meninggal. Dan mengundang anggota-anggotanya yang lebih banyak maka masalahnya
menjadi besar. Misalnya lagi masalah di Ambon yang penduduknya imbang antara Muslim
dan Kristen. Mereka saling serang menyerang yang disebabkan oleh politik juga. Sehingga
Indonesia terlihat tidak bersatu. Sebenarnya yang tidak toleran kebanyakan dari pihak
mahasiswa di Unersitas-Universita umum. Karena mereka masih muda dan pengetahuannya
tentang toleransi sangat rendah. Sehingga mudah untuk dipengaruhi.
Namun selagi antar kepercayaan masih diberi ketenangan untuk beribadah, maka
persatuan di Indonesia masih erat. Karena hanya di Indonesia lah yang memberikan
kebebasan kepada masyarakatnya untuk beribadah sesuai denga keyakinan mereka masing-
masing. Karena di luar negri seperti di Myanmar, umat muslim tidak diperkenankan untuk
beribadah disana. Jadi kita harus berbangga dengan sistem dan kebijakan yang telah
diterapkan di negara kita ini.
BAB III
KESIMPULAN
Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara yang kuat apabila menjunjung tinggi
nilai persatuan dan kesatuan. Persatuan dan kesatuan dapat terwujud dengan adanya
toleransi yang tinggi pula dalam berbagai urusan. Baik urusan kemasyarakatan, kebudayaan,
politik, maupun agama. Apabila salah satu dari urusan tersebut goyah, hancur sudah
negaranya. Akan tetapi apabila kita saling menjaga toleransi antar sesama lebih-lebih antar
kepercayaan, kejadian seperti itu tidak akan pernah terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai