Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nikolaus Agung Andhika Prasetyo

NIM : F0321182

SOAL BELAJAR MANDIRI

1. Jelaskan ciri-ciri dari Gereja”


a. Gereja Lutheran
➢ Hanya satu yang perlu: yakni beriman (Sola fide). Orang yang percaya dibenarkan Allah
tanpa mengindahkan perbuatan baik manusia (Sola gratia). Dengan sendirinya orang yang
dibenarkan itu akan berbuat baik dengan bebas dan tenang, bukan karena cemas akan
keselamatannya. Sola fide – fides ex audito – “Hanya iman, dan iman karena mendengar”
itu sudah cukup untuk menjamin keselamatan. Maka, tujuh Sakramen tidak penting lagi;
selibat tidak berguna; dan hidup membiara tidak berarti.
b. Gereja Kalvinis
➢ Gereja sebagai persekutuan orang-orang terpilih sejak awal dunia yang hanya dikenal oleh
Allah dan Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya di dunia mengaku
diri sebagai penganut Kristus dengan ciri-ciri pewartaan Injil dan pelayanan sakramen-
sakramen. Pengaturan Gereja ditentukan oleh struktur empat jabatan, yakni pastor,
pengajar, diakon, dan penatua.
c. Gereja Anglikan
➢ Anglikantisme menyerap pengaruh reformasi, namun mempertahankan beberapa corak
Gereja (Uskup – Imam – Diakon), sehingga berkembang dengan warna yang khas.

2. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Gereja Katolik dengan Gereja Protestan !
➢ Gereja Katolik dan Gereja Protestan memiliki banyak persamaan, terutama menyangkut hal-
hal fundamental: Yesus Kristus yang diakui oleh keduanya sebagai dasar Gereja, Mengakui
Allah yang sama, Para Nabi, Kitab Suci, Syahadat yang sama. (Tapi memang harus diakui ada
sejumlah perbedaan penafsiran dan penekanan)
➢ Perbedaan paham katolisisme dan protestanisme antara lain adalah sebagai berikut:
1) Pada Gereja Katolik, tekanan ada pada sakramen dan pada segi sakramen (tanda kelihatan)
dari karya keselamatan Allah. Sedangkan pada Gereja Protestan, tekanan pada
sabda/pewartaan dan pada segi misteri Karya Allah.
2) Pada Gereja Katolik, hubungan dengan Gereja, menentukan hubungan dengan Kristus.
Sedangkan pada Gereja Protestan, hubungan dengan Kristus, menentukan hubungan
dengan Gereja.
3) Pada Gereja Katolik, Gereja secara hakiki bersifat hierarkis. Sedangkan pada Gereja
Protestan, segala pelayanan gerejawi adalah ciptaan manusia.
4) Pada Gereja Katolik, Kitab Suci dibaca dan dipahami di bawah pimpinan hierarki
(magisterium). Sedangkan pada Gereja Protestan, setiap orang membaca dan mengartikan
Kitab Suci.
5) Pada Gereja Katolik, jumlah Kitab Suci 73 kitab, termasuk Kitab Deuterokanonika, yaitu
1 dan 2 Makabe, Sirakh, Kebijaksanaan, Tobit, Yudith dan Barukh. Sedangkan pada Gereja
Protestan, jumlah Kitab Suci 66 kitab, kelompok Kitab Deuterokanonika tidak diakui.
6) Pada Gereja Katolik ada 7 Sakramen. Sedangkan pada Gereja Protestan ada 2 Sakramen,
yaitu Sakramen Baptis dan Ekaristi/Pejamuan.
7) Pada Gereja Katolik ada devosi kepada para kudus. Sedangkan pada Gereja Protestan tidak
menerima devosi kepada para kudus.
8) Pada Gereja Katolik, mendoakan orang yang sudah meninggal. Sedangkan pada Gereja
Protestan, tidak mendoakan orang yang sudah meninggal.

3. Jelaskah sikap Agama Islam terhadap Agama-Agama lain !


➢ Dalam hubungannya dengan agama lain, agama Islam mempunyai sikap dasar toleransi yang
tinggi. Toleransi Islam digariskan langsung oleh Allah dalam Al-Quran.
➢ Dalam Surat Al Baqarah 62 disebutkan “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang
Yahudi dan Nasrani dan Kaum Shobiin itu adalah orang-orang yang percaya kepada Allah, hari
kiamat dan beramal soleh maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya, dan tidak ada
ketakutan bagi mereka dan juga tidaklah mereka merasa patah hati.”
➢ Dalam surat Al Maidah 82 juga disebutkan: “Dan sesungguhnya kamu akan mendapatkan
orang-orang yang paling dekat rasa kasih sayangnya kepada orang-orang mukmin ialah mereka
yang menyatakan dirinya: kami adalah orang-orang Nasrani.”

4. Jelaskan pokok-pokok pikiran Nostra Aetate art. 1 dan 2 tentang dialog dan kerukunan antar umat
beragama !
➢ Gereja Katolik memandang pentingnya agama dalam kehidupan manusia.
➢ Gereja Katolik sejak awal telah berusaha untuk menunjukan sikap toleransi demgan umat
beragama lain.
➢ Gereja menyadari bahwa ia tidak bereksistensi sendiri di dunia ini. Itulah sebabnya Gereja
membuka diri untuk mau berdialog dengan agama lain.

5. Apakah yang dimaksud dengan radikalismen agama, jelaskan secara lengkap !


➢ Radikalisme agama adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan secara drastic yang mengacu pada fondasi agama
yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang
penganut dari paham / aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya
untuk diterima secara paksa.

6. Jelaskan radikalisme yang terjadi di negara kita, dan apa yang melatarbelakanginya !
➢ Akar terorisme, yaitu radikalisme agama, masih tumbuh subur dan mendapatkan posisi di
sebagian masyarakat. Selain radikalisme agama, aksi teror juga masih berisiko muncul akibat
gesekan-gesekan lainnya, seperti anti persatuan, separatisme, dan lain-lain. Oleh karena
imunitas harus senantiasa mengingat bahwa kita hidup di Indonesia, negeri yang terdiri dari
keberagaman. Jika kita tidak bersikap tenggang rasa dan berpikiran terbuka, maka akar-akar
radikalisme pun dapat leluasa masuk memengaruhi kita. Pemerintah juga perlu untuk menjadi
lokomotif dalam pembangunan persatuan dan kesejahteraan bangsa guna menghindarkan
negeri ini dari ancaman radikalisme yang memanfaatkan celah-celah ketidakadilan.
➢ Gerakan radikalisme di Indonesia tidak seperti yang terjadi di Timur tengah yang sangat
menekankan agenda-agenda politk. Gerakan radikal Islam di Indonesia baru sebatas pada
tuntutan dipenuhinya aspirasi Islam, seperti pemberlakuan syariat Islam atau piagam Jakarta.
Kemunculan gerakan islam radikal di Indonesia disebabkan oleh dua faktor; Pertama, faktor
internal dari dalam umat islam sendiri yang telah terjadi penyimpangan norma-norma agama.
Kedua, faktor eksternal di luar umat Islam, baik yang dilakukan penguasa maupun hegemoni
Barat, seperti kasus gerakan Warsidi, Salaman hafidz dan Imron atau yang dikenal sebagai
komando Jihad telah membangkitkan radikalisme di Indonesia. Jihad sebenarnya menjadi
simbol perlawanan yang efektif untuk menggerakkan perang melawan Barat. Kondisi inilah
yang menyebabkan permusuhan yang terus menerus antara Islam dan Barat. Fenomena yang
terjadi di Indonesia ketika umat islam bereaksi terhadap serangan Amerika Serikat pada
Afghanistan. Di masa inilah, islam menemukan moment untuk menyuarakan aspirasi Islam
(Solidaritas Islam). Karena itulah, kelompk Islam radikal seperti KISDI, Lakar Jihad, FPI,
Ikhwanul Muslimin, dan Mujahidin bergerak menentang penyerangan AS. Bahkan, komando
jihad juga dikirim ke Afghanistan sebagai bagian dari tugas suci.

7. Jelaskan pokok pikiran Konferensi Waligereja Indonesia dalam sidang tahunan pada tanggal 6 – 16
November 2017 di Jakarta, yang mengangkat tema Gereja Yang Relevan dan Signifikan: Panggilan
Gereja Menyucikan Dunia. Bagaimanakah cara mewujudkan secara konkrit dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara !
➢ Gereja Katolik sebagai bagian dari bangsa Indonesia ikut merawat dan terlibat menentukan
masa depan bangsa. Peran utama Gereja dalam dalam menata dan membangun bangsa yang
Pancasilais terletak di pundak kaum awam, sementara para gembala umat diundang untuk
mendampingi, meneguhkan dan memberi teladan. Kaum awam yang hadir dalam berbagai
kehidupan hendaknya menekuni bidang keahlian dan karya sampai menjadi profesional agar
pelayanan mereka untuk masyarakat lebih bermutu. Dalam hal ini, para gembala umat diundang
untuk mendampingi, menguatkan, dan memberi teladan lewat kerjasama dengan para tokoh
pemerintah, agama dan adat. Para Uskup, imam, dan diakon diharapkan menaruh perhatian
terhadap kaum awam dalam karya kerasulan mereka. Anggota lembaga hidup bakti, baik
religius maupun sekuler,hendaknya juga berusaha ikut mengembangkan kegiatan-kegiatan
kaum awam.
➢ Kita bersyukur kepada Allah karena Bangsa Indonesia dianugerahi wilayah yang luas,
kekayaan alam yang melimpah, dan keanekaragaman suku, ras, budaya, dan agama yang sangat
indah. Kita berterima kasih kepada para pejuang dan pendiri Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang telah menyarikan kenyataan Indonesia tersebut dalam Pancasila dan dijadikan
sebagai landasan hidup berbangsa dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kendati demikian,
kita menyayangkan keadaan akhir-akhir ini, dimana Pancasila dirongrong oleh radikalisme dan
terorisme, serta kesatuan bangsa dicederai oleh sikap tidak toleran terhadap mereka yang
berbeda keyakinan. Situasi itu diperparah oleh adanya politik yang menggunakan isu suku,
agama, ras, dan antar golongan (SARA) untuk mencapai kepentingan tertentu dengan
mengabaikan cita-cita kesejahteraan bersama, keadilan sosial, dan keluhuran martabat manusia.
Kondisi ini kian memprihatinkan manakala kekayaan alam dikelola dan dinikmati segelintir
golongan, tanah adat atau milik masyarakat dibeli dan dikuasai pengusaha tertentu dengan restu
penguasa, kekerasan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia masih terjadi di mana-mana.
Persoalan lain adalah derasnya perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain untuk
membebaskan diri dari kemiskinan. Di samping membawa kemajuan, kehadiran mereka di
daerah tujuan juga menimbulkan masalah lain seperti benturan antar suku, perebutan lahan
kerja, dan persengketaan tempat pemukiman.
➢ Gereja Katolik harus terus membuka diri untuk membangun dialog dengan agama lain yang
didasari ketulusan. Dialog ini penting untuk membangun sikap saling mengenal satu sama lain,
meruntuhkan berbagai kecurigaan, dan mengikis fanatisme agama. Dengan dialog, Gereja ingin
meneruskan misi Tuhan yaitu merobohkan tembok-tembok pemisah dan membangun jembatan
persahabatan dengan semua orang demi terwujudnya persaudaraan sejati yang mengarah pada
hidup bersama yang lebih damai dan tenteram. Persaudaraan ini diperkuat dengan melakukan
kegiatan kekeluargaan dan kemanusiaan seperti silaturahmi saat perayaan hari besar
keagamaan, bakti sosial lintas iman, pertemuan rutin para tokoh lintas agama, dan keterlibatan
aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat. Gereja Katolik dapat memanfaatkan media sosial
sebagai sarana untuk memperkuat persaudaraan dengan mewartakan ujaran dan ajaran kasih
dan pengalaman persaudaraan dalam perbedaan.
➢ Peran hierarki sangat penting dalam mendukung kaum awam agar lebih berani mengambil
peran-peran sosial dan politik sebagai lahan pewartaan Kabar Gembira dan menghidupi nilai-
nilai Pancasila. Tahun 2018 akan diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah serentak di 171
daerah dan tahun 2019 akan berlangsung Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden. Dalam
konteks agenda politik seperti itu, hierarki diharapkan hadir untuk membimbing umat agar tidak
mudah terpecah-pecah oleh pilihan politik yang berbeda, tahan terhadap berbagai kampanye
yang berbau SARA, dan mendorong kaum awam yang mempunyai kemampuan ikut dalam
pertarungan politik tersebut. Semakin banyak orang Katolik yang berkomitmen menjadi pejabat
negara atau pejabat publik yang berkualitas, serta berani mengambil kebijakan berdasarkan
nilai-nilai Pancasila demi kesejahteraan masyarakat umum, peran Gereja Katolik untuk
Indonesia kian nyata.
➢ Memahami gagasan dan makna Pancasila serta menyakini dan mencintainya sebagai Dasar
Negara Indonesia. Mengembangkan berbagai gerakan persaudaraan dan kemanusiaan untuk
menciptakan perubahan yang baik bagi bangsa Indonesia. Dengan terlibat aktif dalam berbagai
gerakan bersama yang mengembangkan sikap terbuka dalam hidup beragama, memperkuat
Bhinneka Tunggal Ika, membangkitkan semangat bermusyawarah, dan mewujudkan keadilan
sosial, kehadiran kita menjadi lebih berarti. Semoga dengan demikian, kita membangun
Indonesia menjadi semakin sesuai dengan kehendak Allah.

8. Hans Kung seorang penggagas rumusan etika global mengatakan, “tidak akan ada perdamaian
dunia tanpa adanya perdamaian agama-agama, tidak ada perdamaian agama tanpa adanya
dialog antar agama, tidak ada dialog antar agama tanpa melacak nilai fundamental dari setiap
agama.” Jelaskan secara lengkap maksud dari pernyataan di atas !
➢ Untuk mewujudkan suatu perdamaian dalam dunia ini, diperlukan dari hal-hal yang terkecil
dahulu seperti bentuk saling memahami nilai-nilai fundamental dari satu agama dengan agama
yang lain. Dengan mampunya untuk memahami nilai-nilai fundamental antaragama, maka
penganut-penganut dari agama yang berbeda-beda juga akan mampu untuk berdialog satu sama
lain dengan rukun dan damai yang mana akan mewujudkan suatu perdamaian agama. Dari
adanya perdamaian agama-agama, maka akan mempermudah pula untuk terwujudnya suatu
perdamaian dunia yang nyata.

Anda mungkin juga menyukai