Pengantar
Pelajaran ini merupakan lanjutan dari pembahasan sebelumnya, yaitu
mengenai multikulturalisme. Jika pada pelajaran sebelumnya
membahas mengenai pemahaman konsep multikulturalisme,
selanjutnya pembahasan ini membahas mengenai gereja dan
multikulturalisme.
Remaja sebagai warga gereja perlu mendalami bagaimana gereja
menanggapi kenyataan multikulturalisme.
Pemahaman mengenai multikulturalisme telah dipelajari dalam pembahasan
pada bab sebelumnya.
Pada pembahasan ini peserta didik dibimbing untuk mengkaji mengenai sikap
gereja terhadap multikulturalisme di Indonesia.
Sebelum membahas mengenai sikap gereja terhadap multikulturalisme di
Indonesia, peserta didik dibimbing untuk belajar mengenai multikulturalisme
secara global, bagaimana sikap gereja-gereja pada umumnya kemudian
membahas mengenai sikap gereja-gereja Kristen di Indonesia.
Peserta didik diharapkan memperoleh pencerahan mengenai sikap gereja
terhadap multikulturalisme. Terutama bagaimana gereja membangun jemaat
multikultur.
Hal ini terjadi misalnya dalam kampanye pemilu legislatif pemilu presiden
dan wakil presiden. Isu ini dibangun untuk mengurangi elektabilitas calon dan
untuk mempengaruhi para pemilih yang dengan mudah termakan oleh isu tersebut
terutama di kalangan masyarakat yang masih memilih pemimpin berdasarkan
agama. Namun masyarakat kini mulai berpikir rasional memilih pemimpin
berdasarkan kemampuan dan integritas bukan berdasarkan agama atau suku.
Meskipun demikian, tak dapat dihindari ketika multikultur dijadikan komoditi
politik maka dapat menimbulkan potensi konlik secara horizontal
(antarmasyarakat).
Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan antarumat beragama, pada aras
akar rumput atau rakyat jelata, nampak solidaritas dan kebersamaan namun
situasi ini dapat saja berubah ketika perbedaan agama dijadikan komoditi politik.