Judul : “Orang Muda Katolik Yang Militan Namun Tetap Nasionalis di Tanah
Air Indonesia”
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara plural yang memiliki beragam suku,
budaya, adat, agama, ras, dan golongan. Pluralitas tersebut terbingkai dalam bentuk
suatu negara yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlandaskan
1945. Di Indonesia ada 6 agama resmi yang diakui oleh negara yaitu Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu (dilansir dalam laman resmi Kementrian
Agama: https://kemenag.go.id/mimbar-agama).
dapat membangun dan menjalin kesatuan sebagai satu bangsa walaupun memiliki
perbedaan. Ini merupakan rahmat yang harus disyukuri dan dilestarikan. Sedangkan
secara destruktif, apabila umat beragama tidak dibina dan diarahkan dengan baik
maka akan muncul radikalisme agama yang mengancam semangat nasionalis sebagai
khususnya di negara Indonesia sampai saat ini. Radikalisme agama terjadi akibat
1
pemahaman yang salah dalam mengerti ajaran kepercayaan yang dianut, sehingga
Contoh kasus yang terjadi di Desa Sukahurip Kabupaten Bekasi di mana terjadi
memenuhi syarat, memiliki izin, dan dukungan dari warga lokal. Walaupun sudah
memiliki izin dan memenuhi syarat, tetap saja ada sekelompok orang yang bersikap
ibadah umat Kristiani pada gereja Katolik Santo Joseph di Kabupaten Karimun,
memahami ajaran agama yang dimiliki oleh sesamanya. Kasus-kasus yang terjadi
dapat diibaratkan bagaikan uang logam yang memiliki dua sisi, demikian halnya
dengan agama dan cara beragama. Di sisi yang satu agama mengajarkan kebaikan
yang akan membawa rahmat, damai dan kasih bagi setiap orang. Namun, di sisi lain
menghadirkan kehancuran dan konflik serta mengarah pada radikalisme agama. Dan
1
Abraham Utama, “Penolakan Pura di Bekasi: ‘Walau Cuma Dua-Tiga Umat,
Mereka Tetap Berhak Punya Rumah Ibadah,’” BBC Indonesia, 2019, diakses 09 Desember
2022. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-48215796.
2
Michael Hangga Wismabrata, “Fakta Penolakan Pembangunan Gereja Santo Joseph
2022.https://regional.kompas.com/read/2020/02/16/15010091/fakta-penolakan-pembangunan-
gereja-santo-joseph-di-karimun-jokowi--tindak?page=all.
2
kenyataannya bahwa radikalisme agama dapat terjadi di agama manapun dan pada
Menurut BBC Indonesia pada tanggal 21 Februari 2019, rentang usia umat
beragama yang paling rentan terpapar radikalisme ialah kaum muda (lih.
dapat ditemukan bahwa akar masalahnya ialah pengaruh lingkungan yang intoleran
dan kurangnya pemahaman yang memadai tentang moderasi beragama. Dua akar
masalah ini, dapat menjadi pemicu lahirnya penerus bangsa yang jatuh pada
radikalisme agama. Penerus bangsa yang dimaksudkan ialah kaum muda Indonesia.
Kaum muda di Indonesia tentunya mencakup juga kaum muda yang berasal dari
Gereja Katolik yang dikenal dengan sebutan OMK (Orang Muda Katolik). OMK
dapat digolongkan dalam golongan yang paling rentan terpapar radikalisme karena
Memang benar bahwa di dalam Gereja Katolik, setiap OMK diajarkan untuk
menjadi pribadi yang memiliki militansi iman. Memiliki militansi iman berarti
memiliki pengetahuan yang memadai tentang iman Katolik dan dengan berani
iman juga diarahkan untuk terbuka pada kenyataan akan adanya pluralitas beragama.
3
Istilah radikalisme berasal dari bahasa Latin “radix” yang artinya akar, pangkal, bagian
bawah, atau bisa juga berarti menyeluruh, habishabisan dan amat keras untuk menuntut
perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) radikalisme berarti (1) paham
atau aliran yang radikal dalam politik; (2) paham atau aliran yang menginginkan perubahan
atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; (3) sikap ekstrem
dalam aliran politik. Apabila pemahaman ini dikontekstualisasikan pada agama, maka
pengertian dari radikalisme agama adalah paham atau aliran keras yang berasal dari suatu
3
Apabila tidak terbuka pada kenyataan tersebut, maka perkembangan OMK akan
terhambat atau mandek. Ada pun beberapa pengaruh yang perlu dihindari demi
lingkungan yang terlalu “takut” untuk bergaul dengan mereka yang beragama lain dan
kurangnya pemahaman yang memadai akan pentingnya moderasi beragama. Dua hal
ini dapat membentuk radikalisme agama dalam diri OMK, yang kemudian dapat
Untuk meneropong dan melihat realitas di atas maka kita akan dibantu dengan
yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus ini akan membantu kita untuk menempatkan
Orang Muda Katolik dalam bingkai arah dasar pergerakkan Gereja Katolik secara
umum. Dan secara khusus akan dilihat pergerakkan OMK seturut Buku Pedoman
Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM) yang dikeluarkan oleh Komisi Kepemudaan
Katolik akan pentingnya moderasi beragama di seluruh dunia, dan tentunya dalam
konteks hidup beragama di negara Indonesia. Kita akan diarahkan untuk melihat
bagaimana pengembangan Orang Muda Katolik masa kini yang memiliki militansi
2. Fokus Penelitian
Penelitian ini ditujukan bagi Orang Muda Katolik di negara Indonesia dan juga
secara khusus bagi saya sebagai orang muda, calon imam yang akan berusaha
4
4. Metode Penulisan
metode deskripsi, penulis berusaha untuk menguraikan siapa itu Orang Muda Katolik
masa kini dan semangat hidupnya menurut seruan apostolik pascasinode Christus
Vivit (2019) dan Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM). Sedangkan melalui
metode analisis, penulis berusaha untuk menganalisa konsep Orang Muda Katolik
5. Sistematika Penulisan
I. Pendahuluan
Pada bagian ini akan diuraikan siapa itu OMK dan realitas moderasi beragama
Pada bagian ini akan diuraikan pandangan Gereja terkini tentang orang muda
dan semangatnya, Seruan Apostolik Christus Vivit dan buku Pedoman Karya
Pastoral Kaum Muda (PKPKM). Fokus utama pada bagian ini ialah melihat
III. Rekomendasi
Pada bagian ini akan diberikan rekomendasi terkait tulisan yang dirasa penting
Orang Muda Katolik untuk berani membangun relasi dengan bebas, tanpa ada
fanatisme buta yang mempengaruhi cara beragama dengan baik dan benar.
5
PENGEMBANGAN KONSEP
Gereja Katolik di Indonesia biasanya menyebut orang muda dengan istilah MUDIKA
Organisasi Massa pada awal Orde Baru. MUDIKA adalah istilah yang dipergunakan
untuk menyebut komunitas orang muda Katolik yang berada di suatu wilayah teritori
tertentu, baik di lingkungan, wilayah, stasi, atau paroki. Istilah MUDIKA muncul
sekitar tahun 1974, di Keuskupan Bogor untuk menamai gerakan Katolik muda yang
berbasis teritori Gereja. Pencetus nama MUDIKA ini ialah FX Puniman (seorang
aktivis OMK 1970-an) yang juga wartawan di kota Bogor. Istilah ini selanjutnya
Keormasan No. 5 tahun 1985, peran MUDIKA menjadi lebih kuat dan kemudian
Menurut Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM) yang dikeluarkan oleh
Komisi Kepemudaan KWI, OMK adalah mereka yang berusia 13 sampai dengan 35
dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-
masing daerah. OMK mencakup jenjang usia remaja, taruna dan pemuda. Kaum
Muda dalam bahasa Inggris disebut “youth”. Kata “youth” merupakan kata kolektif
6
untuk orang yang berada pada rentang umur 11-25 tahun. Sedangkan Komisi
Kepemudaan (Komkep) mengambil batas bagi OMK ialah mereka yang berada pada
rentang umur 13-35 tahun. Rentang umur ini merujuk pada buku “Pendidikan Politik
dan Pengembangan Generasi Muda No. 01/BK tahun 1982 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda” yang dikeluarkan oleh Kantor
Rentang umur yang ditetapkan di atas hendak menunjukkan bahwa kaum muda
terdiri atas usia remaja sampai dewasa awal. Maka, rentang umur tersebut dapat
Secara teritorial, OMK dapat dipahami sebagai umat muda dalam suatu paroki,
sehingga disebut OMK paroki, walaupun ditemukan juga bahwa mereka menjadi
dan keinginan mereka. Sehingga dapat dipahami bahwa dimanapun mereka aktif dan
melibatkan diri, bahkan juga bila sama sekali belum aktif, secara teritorial merupakan
warga paroki setempat dengan OMK paroki sebagai “home base” (pangkalan induk)
mereka.
Oleh karena itu, OMK haruslah menjadi basis pembinaan serta sumber inspirasi
kategorial, baik intern maupun ekstern gerejawi. Gerakan yang kemudian menjadi
7
1.3. OMK di dalam Seruan Apostolik Christus Vivit
CV, dikeluarkan oleh Paus Fransiskus pada 25 Maret 2019 di Roma. Dokumen ini
bisa dibagi dalam tiga bagian besar. Bab I dan Bab II menguraikan tentang orang
muda menurut Injil, tentang Yesus, Maria dan orang-orang kudus muda. Dalam Bab
III-VI Paus menyapa orang-orang muda secara langsung dalam situasi hidup mereka,
tantangan dan harapannya sekarang ini: orang muda adalah masa kini Allah, pesan
luhur bagi orang muda, jalan masa muda, dan orang-orang muda yang berakar.
Sementara itu, pada tiga bab terakhir (VII-IX) dibahas tentang reksa pastoral bagi
Melalui dokumen ini Paus Fransiskus menyapa langsung orang-orang muda dan
menyampaikan tentang Kristus yang hidup dan senantiasa muda. “Apa pun yang
disentuh oleh-Nya menjadi muda, menjadi baru, dipenuhi hidup. Maka, Dia hidup dan
ingin agar engkau hidup!”(CV 1). Dokumen ini mengajak semua umat Katolik,
teristimewa orang muda untuk menyadari kebaruan dan kemudaan Kristus serta
mewujudkannya dalam hidup. Dalam konteks CV, orang muda dipandang seperti
Yesus Kristus yang selalu muda. Terlebih Sinode menegaskan bahwa “masa muda
adalah periode kehidupan yang orisinal dan menggairahkan yang telah dihayati oleh
keyakinan iman Katolik dan, pada saat yang sama, mendorong orang-orang muda
untuk berkembang dalam kekudusan serta komitmen akan panggilan mereka. Semua
proses itu dilihat dalam tonggak sejarah yang dikontekskan dengan perjalanan
sinodal.
8
Secara lebih luas juga dokumen ini hendak dutujukan kepada semua umat Allah,
para pastor dan umat beriman agar mampu berefleksi lebih mendalam tentang orang
muda. Refleksi tersebut hendak mengarahkan setiap lapisan umat untuk mampu
melihat tantangan dan pergerakkan orang muda saat ini dengan tentunya
Tuhan Yesus dalam kenyataan hidupnya tidak menyukai bahwa orang dewasa
yang suka memandang rendah orang yang lebih muda atau memerintah mereka
kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda” (Luk 22:26). Bagi-Nya, usia
tidak menentukan hak istimewa, dan bahkan seseorang yang berumur lebih muda
tidak berarti bahwa ia kurang bernilai atau bahwa ia memiliki martabat yang lebih
rendah. Sebagaimana Sabda Tuhan yang mengatakan dengan tegas bahwa orang
muda harus diperlakukan “sebagai saudaramu” (1Tim 5:1) dan menyarankan kepada
orang tua: “Hai bapa-bapa janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya”
(Kol 3:21). Sehingga, seorang anak muda tidak boleh tawar hati. Karena ciri khas
anak muda ialah bermimpi tentang hal-hal besar, mencari wawasan yang luas, lebih
menantang dan mau memberikan yang terbaik dari dirinya untuk membangun sesuatu
Inilah sebabnya, Paus Fransiskus mendesak orang muda untuk tidak membiarkan
harapan mereka direnggut dan kepada setiap orang dewasa: “Jangan seorang pun
menganggap engkau rendah karena engkau muda” (1Tim 4:12). Namun, pada saat
9
yang sama dianjurkan kepada para orang muda: “Tunduklah kepada orang-orang yang
Alkitab selalu mengajak orang muda untuk memiliki rasa hormat yang mendalam
kepada para orang tua karena orang tua memiliki banyak pengalaman. Mereka telah
mengalami keberhasilan dan kegagalan, sukacita dan penderitaan hidup, harapan dan
kekecewaan, dan dalam keheningan hati mereka, mereka menyimpan banyak cerita
yang dapat membantu orang muda untuk tidak membuat kesalahan dan tidak
diperdaya oleh ilusi palsu. Dalam konteks ini, perkataan orang tua yang bijak hendak
mengajak orang muda untuk menghormati batas-batas tertentu dan untuk mengetahui
bagaimana menguasai pada waktu yang tepat: “nasihatilah mereka supaya mereka
menguasai diri dalam segala hal” (Tit 2:6). Tidaklah baik untuk jatuh ke dalam kultus
kemudaan, atau dalam sikap kemudaan yang merendahkan orang lain karena usia
mereka atau karena mereka berasal dari zaman yang berbeda. Yesus mengatakan
bahwa orang bijak tahu cara mengambil hal-hal baru dan hal-hal lama dari harta
Paus Fransiskus di dalam dokumen Christus Vivit menegaskan bahwa masa muda
bukanlah sebuah objek yang dapat dianalisis dalam istilah-istilah abstrak. Dalam
realita, “masa muda” tidak ada, hanya ada orang muda dengan kehidupan mereka
yang konkret. Maka di dalam dunia sekarang ini, yang penuh dengan kemajuan,
begitu banyak hidup ini terpapar oleh penderitaan dan manipulasi termasuk orang-
Dalam refleksi lebih lanjut, Paus Fransiskus menunjukkan realitas bahwa orang
muda sudah terpengaruh oleh ideologi, diperalat dan digunakan sebagai umpan
10
meriam atau sebagai sebuah kekuatan mengejutkan untuk merusak, mengintimidasi
dan mengejek orang lain. Ditemukan dan didapati dengan sangat jelas bahwa banyak
orang muda yang berubah menjadi individualis, bermusuhan dan curiga pada setiap
orang, dan begitu mudahnya menjadi mangsa rencana-rencana yang tidak manusiawi
dan menghancurkan yang dirancang oleh kelompok politik atau kekuatan ekonomi.
Lebih jauh lagi di dunia yang luas ini, dapat ditemukan orang-orang muda yang
Seturut uraian yang telah ditunjukkan oleh Paus Fransiskus di atas dalam
dokumen Christus Vivit, maka dapat disimpulkan bahwa tantangan OMK sangatlah
besar. Bahkan lebih dari itu dapat menempatkan mereka pada situasi yang rentan
dipengaruhi oleh berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab di luar dirinya.
Terlebih dipengaruhi oleh ideologi yang keliru seperti halnya radikalisme agama serta
Terhadap realitas dan kenyataan ini, apa yang dapat dilakukan oleh Gereja
Katolik di Indonesia? Pertanyaan ini hendak mengarah pada pergerakkan yang telah
dan akan dilakukan oleh Gereja Katolik. Hal yang paling utama dan harus dilakukan
ialah melakukan pendampingan terhadap OMK. Siapa yang paling bertanggung jawab
atas pendampingan ini? Tentunya, orang tua, pastor, orang dewasa, dan para
pendamping OMK dan seksi kepemupaan paroki (SKP) yang diberikan tanggung
jawab atas pengembangan orang muda di wilayah teritorial dan wilayah pastoralnya.
Pedoman apa yang bisa digunakan untuk mendampingi OMK di negara Indonesia?
Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM). Oleh karena itu, uraian selanjutnya akan
11
2. Pendampingan OMK
dan memandang OMK sebagai pribadi yang sedang berkembang. Mereka memiliki
ciri khas dan keunikan yang tak tergantikan, kualitas, bakat dan minat yang perlu
dihargai. Mereka mempunyai perasaan, pola pikir, tata nilai dan pengalaman tertentu,
serta masalah dan kebutuhan yang perlu dipahami. Mereka memiliki hak dan
kewajiban, tanggung jawab dan peran tersendiri yang perlu diberi tempat. Semua itu
Masyarakatnya.
tanggung jawab kepada OMK sebagai subyek dan pelaku utama proses bina diri dan
saling bina. Mereka bukan lagi bejana kosong yang perlu diisi atau lilin yang harus
dibentuk menurut selera para pembina. Dengan demikian, segala bentuk pembinaan
demi suatu kepentingan di luar perkembangan diri mereka dan peran serta tersebut di
kaum muda, sebagai karya pastoral, adalah pelayanan dan pendampingan. Inilah
pemikiran dasar yang harus dimiliki dan dipahami dengan baik oleh para pendamping
Selanjutnya dengan pola pikir yang ada dan dimiliki oleh OMK, mereka
hendaknya diarahkan untuk memahami dengan benar iman yang mereka yakini. Dan
dengan pengetahuan yang ada mereka diharapkan untuk berani mengakui imannya.
12
Setelah berani mengakui imannya, mereka pun diarahkan untuk berani membangun
relasi dengan saudara-saudari yang berasal dari agama yang berbeda dengannya di
negara ini. Maka, sangatlah mendesak untuk membentuk Orang Muda Katolik yang
Akhirnya, kita akan sampai pada pertanyaan akan konsep dasar yang relevan.
“Apa konsep yang dapat membantu kita untuk mengarahkan OMK di Indonesia untuk
2.1. OMK yang Militan (100% Katolik) dan Nasionalis (100% Indonesia)
100% Katolik, 100% Indonesia merupakan semboyan dan konsep dasar yang
dapat dihidupi dan digaungkan kembali pada zaman sekarang. Membentuk OMK
yang militan tanpa harus mematikan semangat nasionalis merupakan usaha yang
maka semboyan ini rupanya penuh nilai kekatolikan dan nasionalisme. Sebagai
Kala itu, Mgr. Soegija dan para tokoh Katolik lainnya berkarya di tengah
Oleh karena itu, Mgr. Soegijapranata, SJ mengajak umat Katolik untuk ikut
Mgr. Soegija melontarkan semboyan “100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia”.
4
Bdk. G. Budi Sabanar SJ, Kilasan Kisah Soegijapranata (Yogyakarta: Kepustakaan
13
Mgr. Soegija menggunakan kata ‘patriot’ untuk menunjukkan semangat
nasionalisme. Hal ini dapat dilihat dari Surat Gembala Ulang Tahun 12,5 tahun
Tahbisan Uskup, 9 Februari 1953. “Jika kita benar-benar Katolik sejati sekaligus kita
juga patriot sejati, karenanya kita adalah 100% patriot, karena kita adalah 100%
dan nasionalisme.
Mgr. Soegija mengajak orang Katolik untuk tidak devotif dalam liturgi saja,
Indonesia tetap harus memiliki jiwa nasionalisme, berguna tidak hanya bagi
gerejanya, tetapi juga bagi bangsa dan negaranya. Perjuangan dan jasa Mgr. Soegija
“Moderasi Beragama”. Bahkan lebih dalam lagi, kita diarahkan untuk tidak berbicara
saja tentang apa itu “moderasi beragama” sehingga kita hanya sampai pada konsep
yang mengawang saja. Kita seharusnya berani mendaratkan konsep tersebut sampai
pada level paling akar dalam masyarakat. Dalam proses pendaratan itu, tak bisa
dilepaskan juga kelompok yang paling diharapkan untuk terlibat aktif ialah Orang
Muda Katolik. Karena mereka adalah juga harapan dan masa depan bangsa.
Tujuan utama yang hendak dicapai ialah agar kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia yang plural serta majemuk ini dapat menjadi rukun dan damai. Bahkan
lebih dala lagi, agar mereka (Orang Muda Katolik) tidak mudah terhasut oleh paham-
paham radikal dan intoleran yang dapat merusak nilai nasionalisme yang telah
dibangun sejak dini. Karena sangat urgent dan relevan di Indonesia untuk
5
Bdk. Ibid., hlm. 19.
14
2.2. Urgensi dari Moderasi Beragama bagi OMK
Sebelum melihat urgensi dari moderasi beragama dalam pembinaan OMK, kita
perlu tahu terlebih dahulu apa itu moderasi beragama. Kata “moderasi” memiliki
korelasi dengan beberapa istilah. Dalam bahasa Inggris, kata “moderasi” berasal dari
kata moderation, yang berarti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Juga
terdapat kata moderator, yang berarti ketua (of meeting), pelerai, penengah (of
dispute). Kata moderation berasal dari bahasa Latin moderatio, yang berarti ke-
sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Dalam Kamus Besar Bahasa
keekstreman. Kata ini adalah serapan dari kata “moderat”, yang berarti sikap selalu
arah jalan tengah. Sedangkan kata “moderator” berarti orang yang bertindak sebagai
penengah (hakim, wasit, dan sebagainya), pemimpin sidang (rapat, diskusi) yang
menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau pendiskusian masalah, alat pada
mesin yang mengatur atau mengontrol aliran bahan bakar atau sumber tenaga.
“moderasi beragama”, maka istilah tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi
kata itu menunjuk kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar dan
(radikalisme) dan selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan
Seturut dengan artinya dan sejalan dengan arah pergerakkan Gereja yang menolak
radikalisme dan fanatisme buta terhadap agama, maka pemahaman tentang moderasi
15
beragama sangatlah dibutuhkan. Terlebih ketika dihubungkan dengan visi dari OMK
semangat moderasi beragama. Namun sebelum diulas lebih lanjut, apa persis visi dari
OMK se-Indonesia itu? Visi dasarnya ialah OMK yang sepenuh-penuhnya setia
Dengan berdasar pada visi tersebut, OMK harusnya mampu menjadi pribadi yang
militan namun tetap nasionalis di tanah air tercinta, Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selanjutnya, yang hendak diperhatikan demi terwujudnya visi dasar OMK
yaitu setiap kegiatan OMK selalu dipahami sebagai karya pastoral, yang berlandaskan
Berlandaskan iman Katolik berarti menempatkan iman Katolik sebagai pusat dan
dasar, serta sumber motivasi dan inspirasi dalam seluruh karya pelayanan pastoral
OMK. Dengan ini, OMK diarahkan pada penghayatanyang melihat iman sebagai
hubungan pribadi dengan Allah, yang diungkapkan dalam kesatuan dengan iman
Gerejawi yang satu dan rasuli, serta diwujudkan lewat kesaksian hidup di tengah
16
REKOMENDASI
tanggap dalam hidup sebagai umat Katolik/Gereja maupun sebagai masyarakat. Untuk
yang dapat membantu OMK di mana pun itu. Oleh karena itu, rekomendasi yang
hendak diberikan lebih tertuju ke pada fungsi dan peran pendamping yang relevan
Ia menempatkan diri bukan di atas (sebagai atasan dan bos), melainkan di antara
pribadi, tetapi tetap tahu membatasi diri di mana perlu. Ia bergaul dengan mereka dan
menyelami dunia mereka, tetapi tidak ikut- ikutan bertingkah laku seperti mereka. Ia
mengenal mereka, mengerti gejolak mereka, tetapi tidak boleh memanfaatkan dan
sekaligus tahu ‘menuntut’ mereka untuk bergerak maju dan tidak membiarkan sikap
mudah menyerah. Ia berusaha memahami kebutuhan riil mereka, tetapi tidak begitu
17
seperjalanan dan rekan sepenanggungan, tetapi tidak menggiring mereka ke arah yang
mengarah dan berpusat pada kelompok, bukan pada dirinya sendiri. Ia merangkul dan
pendapatnya. Ia punya prinsip dan berpegang teguh pada prinsip, tetapi bersikap
luwes dan tidak kaku dalam cara penerapannya. Ia membimbing dan membantu
mereka menghadapi masalah dan kendala, tetapi tidak memanjakan dan mengambil
mengambil prakarsa awal, tetapi lalu harus lebih banyak memberi kepercayaan dan
mereka untuk maju, meraih prestasi kelompok, dan semakin mandiri, bukannya
sikap wajar, ia memuji mereka untuk suatu prestasi sekecil apapun, juga untuk hal-hal
18
menampilkan dan menonjolkan dirinya sendiri; ia tahu kapan harus menarik diri ‘ke
Dalam proses kegiatan bina kelompok, seorang pembina tidak menempatkan diri
sebagai guru yang mengajari, melainkan sebagai fasilitator yang menciptakan iklim
partisipatif dan suportif, dalam mana setiap peserta bebas dan berani mengungkapkan
dengan bekal ‘jawaban yang tepat’, melainkan dengan ‘pertanyaan yang tepat’ dan
metode yang tepat. Ia tidak memaksakan hasil akhir (yang sering sudah disiapkan),
yang sama dan merata kepada setiap anggota kelompok, memberanikan si ‘rendah
diri’ untuk bicara, dan tidak tergoda untuk pilih kasih dan menonjolkan ‘si pintar’. Ia
dan menyimpang.
Demikianlah peran dan fungsi dari pendamping perlu ditegaskan dan diperjelas
demi kelancaran pembinaan dari OMK yang hendak menuju pada semangat moderasi
19
lain, diperlukan sikap yang moderat dahulu di dalam intern OMK. Dan sikap moderat
tersebut dapat dibentuk dimulai dari para pendamping OMK yang menjadi sahabat,
contoh yang tepat, maka setiap OMK akan tergerak untuk mengikuti dan
melaksanakannya.
akan membantu setiap OMK untuk mencapai sasaran dan kualitas hidup yang hendak
hati yang jernih, kebebasan dan tanggung jawab pribadi yang berdaya cipta
berkeyakinan lain.
20
PENUTUP
Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat
bukan berarti cenderung terbuka dan mengarah kepada kebebasan. Keliru jika ada
anggapan bahwa seseorang yang bersikap moderat dalam beragama berarti tidak
ajaran agamanya.
Oleh karena pentingnya keberagamaan yang moderat bagi kta umat beragama,
serta menyebarluaskan gerakan ini. Jangan biarkan Indonesia menjadi bumi yang
penuh dengan permusuhan, kebencian, dan pertikaian. Kerukunan baik dalam umat
beragama maupun antarumat beragama adalah modal dasar bangsa ini menjadi
OMK sebagai masa kini dan masa depan Gereja hendaklah tampil dan menjadi
pelopor dalam hidup moderasi beragama. Karena hidup sebagai anggota Gereja
berarti hidup dalam persekutuan iman, yang utuh, satu, dan bersekutu. Persekutuan
iman ini berarti melibatkan juga umat manusia pada umumnya yang bersatu demi
membangun dunia yang berlandaskan cinta kasih. Maka, OMK hendaknya menjadi
tiang tengah Gereja yang mengemban misi pewartaan sebagai pewarta kabar gembira
21
Daftar Pustaka
1. Buku
Vivit (Kristus Hidup). Edited by Bernadeta Harini Tri Prasasti R.P. Andreas
2. Artikel Online
Utama, Abraham. “Penolakan Pura di Bekasi: ‘Walau Cuma Dua-Tiga Umat, Mereka
Desember 2022.https://regional.kompas.com/read/2020/02/16/15010091/fakta-
penolakan-pembangunan-gereja-santo-joseph-di-karimun-jokowi--tindak?page=all.
22