LATAR BELAKANG MASALAH Masih terjadi gesekan antara kelompok dengan kelompok yang lain yang mana di antaranya disebabkan oleh perbedaan paham keagamaan dan paradigma berpikir. Disinilah Kemenag harus mampu memosisikan diri di tengah-tengah keragaman agama dan penganutnya, sekaligus menjadi penengah dalam wujud moderasi dari dua kelompok ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Penghulu mempunyai peran strategis untuk memberi layanan kepada umat Islam dalam membina paham keagamaan Islam. KUA memberi peran yang sangat signifikan dalam memberi bimbingan kepada masyarakat. KUA, memiliki peran memberikan layanan dan bimbingan kepada masyarakat Islam di lingkungan kerjanya utamanya dalam moderasi beragama. Penghulu selain dalam menjalankan tugasnya dibidang perkawinan juga harus memberikan pencerahan kepada masyarakat kaitannya moderasi beragama RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah peran penghulu dalam
membangun moderasi beragama di masyarakat? PENGHULU & MODERASI BERAGAMA TUGAS PENGHULU Pertama: Mengawasi nikah/rujuk menurut agama Islam yang berarti pengawasan pernikahan mereka yang beragama Islam dilakukan oleh seorang penghulu serta memberikan bimbingan/ penasehatan mengenai hukum undang-undang pernikahan, meteri pernikahan bagi calon pengantin yang akan menikah dan remaja. Kedua: kegiatan kepenghuluan merupakan kegiatan pelayanan dan konsultasi nikah/rujuk serta pengembangan kepenghuluan yaitu kegiatan atau upaya yang dilakukan penghulu meliputi pengkajian masalah hukum munakahat, pengembangan metode penasehat, konseling dan pelaksanaan nikah /rujuk. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan Fungsi KUA: Pembinaan Masyarakat Islam seperti Zakat, Wakaf, Haji, Pembinaan Kemasjidan, Kerukunan umat beragama serta kegiatan Lintas Sektoral lainnya LANJUTAN MODERASI BERAGAMA Moderasi Islam adalah sebuah pandangan atau sikap yang selalu berusaha mengambil posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga salah satu dari kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang, atau paham yang tidak ekstrem kanan dan tidak pula ekstrem kiri. ANALISIS MASALAH distorsi aktualisasi moderasi beragama diarahkan pada 3 (tiga) hal yaitu: 1. Radikalisme Agama Radikalisme agama adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan agama dengan drastis, ekstrem dan dengan kekerasan. Paham radikalisme agama makin subur adalah kurangnya rasa toleransi. Toleransi yang dalam bahasa agama disebut al- Tasamuh mulai menjadi barang yang langka. Bahkan dalam internal Islam keberadaan toleransi perlu dipertanyakan kembali. Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat majemuk dan multi etnis, agama dan suku. Oleh karena itu gerakan melawan radikalisme dan terorisme perlu dijadikan sebagai gerakan nasional dan dilakukan dengan massif. ANALISIS MASALAH 2. Tekstualisme Agama Tektualisme dipicu oleh cara pemahaman terhadap nash agama yang secara tekstual dan mengabaikan pemahaman nash secara lebih substansial. Secara apriori model pemahaman ini menolak penafsiran dan pentakwilan nash yang berbeda dari pengertian tekstualnya. Distorsi tekstualisme agama terlalu kaku memahami teks ajaran agama (nash), sehingga menimbukan sikap tidak toleran terhadap pemahaman ajaran agama yang berbeda dari pemahaman kelompoknya. Kelompok ini lebih menekankan pemahaman nash secara zhahir dan mengabaikan pemahaman nash secara lebih substansial. ANALISIS MASALAH 3. Penyiaran berita Hoax dan Penistaan Agama Kemajuan teknologi memang banyak berpengaruh terhadap perkembangan media, Bukan hanya hal positif seperti mudahnya akses informasi, tapi dampak negatif juga ikut muncul yang ditandai dengan banyaknya kemunculan berita hoax di media digital. Kesucian agama dari berita bohong bersifat sangat penting, utama, dan mendasar. Tuhan begitu keras terhadap pembuat dan penyebar berita bohong: melaknat, menyebut tak beriman, dan memastikan tempatnya di neraka. Sebab, berita bohong dalam keberagamaan bukan hanya membuat kesucian agama batal, tapi juga memaksa umat menerimanya meski bertentangan dengan akal. “Jika kau ingin menguasai orang bodoh, bungkuslah segala hal dengan agama.” (Ibn Rusyd) PERAN PENGHULU DALAM MEMBANGUN MODERASI AGAMA
1. Memberikan informasi dan edukasi tentang Islam secara memadai
Kewajiban penghulu adalah hadir dan mencatat proses pernikahan, yang wajib menikahkan kedua mempelai adalah orang tua atau wali dari mempelai perempuan, kecuai orang tua bingung karena pernikahan itu adalah yang sangat sakral sifatnya, maka terkadang orang tua berwakil kepada petugas pencatat nikah. Maka penghulu mempunyai peranan yang sangat penting di tengah masyarakat dan penghulu dimata masyarakat adalah tokoh yang dituakan, Sehingga Penghulu saat melaksanakan pernikahan dapat memberikan khutbah atau nasehat perkawinan yang berkaitan dengan pemahaman agama yang moderat dan bahwa umat Islam ini bisa bersatu, tujuan yang besar yakni bukan hanya sekedar penikahan, bukan hanya nikah kemudian selesai tujuan yang paling besar adalah bagaimana menciptakan generasi- genrasi akan datang, bagai mana kita membentuk keluarga sakinah mawaddah dan rahmah PERAN PENGHULU DALAM MEMBANGUN MODERASI AGAMA
2. Menciptakan Tri Kerukunan Umat Beragama
Kita sangat menyadari fakta kemajemukan Indonesia. Pemerintah telah mencanangkan konsep Tri Kerukunan Umat Beragama di Indonesia. Tri Kerukunan Umat Beragama tersebut yang diantaranya kerukunan intern umat beragama,kerukunan antar umat beragama,dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah. Tujuan utama Tri Kerukunan Umat Beragama agar masyarakat Indonesia bisa hidup dalam kebersamaan. Dalam memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama perlu dilakukan berbagai upaya diantaranya senantiasa berkoordinasi dan berkomunikasi dengan stake holder terkait dan ormas keagamaan serta Muspika. Mengadakan kegiatan bersama misalnya dalam pembinaan kemasjidan dan dalam moment tasyakuran Kemerdekaan RI. PERAN PENGHULU DALAM MEMBANGUN MODERASI AGAMA
3. Membangun Narasi Keagamaan yang Moderat (Wasathiyah)
Paradigma Islam wasathiyah (moderat) harus menjadi corak faham keagamaan mainstream umat Islam di Indonesia. Hal ini dipandang penting seiring dengan semakin kuatnya indikasi bergesernya gerakan pemahaman keislaman di negeri ini ke kutub kiri ataupun kutub kanan. Manifestasi Islam wasatihyah di Indonesia lanjutnya terwujud dengan Islam Nusantara yang identik dengan Nahdlatul Ulama dan Islam berkemajuannya Muhammadiyah. Islam wasathiyah memiliki prinsip, namun tetap menghargai perbedaan. Tidak debat kusir dan adu otot dengan dasar yang belum jelas kebenarannya serta tidak menganggap prinsipnyalah yang paling benar. Antisipasi harus dilakukan sejak dini. Kalau sudah ada benih-benih radikalisme pemikiran harus segera disikapi dan ditanggulangi. Salah satunya dengan cara deradikalisasi. KUA dengan Penghulu dan Penyuluh secara kontinyu hadir dalam kegiatan keagamaan masyarakat baik dalam acara Peringatan Hari Besar Islam maupun di Majlis Ta’lim dan juga di Sekolah maupun Madrasah menyampaikan konsep Islam yang moderat yang penuh toleransi menghargai keberadaan kepercayaan tanpa menjelek-jelekan lainnya. SEKIAN & TERIMAKASIH