Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL TESIS

Nama : Sofyan Alvian Alim Nur

Nim : 17. 02. 02005

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul Tesis : Kontribusi Penyuluh Agama Islam Terhadap Perkembangan

Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Kecamatan Amali

Kabupaten Bone

A. Latar Belakang Masalah

Secara teologis, setiap umat Islam memiliki kewajiban untuk menyebarkan

kebenaran Islam ke seluruh penjuru dunia dengan tujuan untuk mengajak manusia ke

jalan yang baik dan menjauhi kemungkaran berdasarkan ajaran Islam. Dalam

melaksanakan kewajiban tersebut, Islam mengajarkan agar para penyuluh agama

Islam berpijak kepada dua metode dakwah yang sangat menunjang keseuksesan

dalam mengambangkan misi suci tersebut, yaitu:

1. Bi Al-Hikmah

Secara etimologi, hikmah digunakan untuk menunjuk kepada arti-arti seperti

keadilan, ilmu, kearifan, kenabian, dan juga Al-Quran.  Hikmah berasal dari kata

“hakim” yang berarti seorang yang berprofesi memutuskan perkara hukum. Hikmah

juga dapat ditafsirkan sebagai integrasi antara ucapan dan perbuatan, ilmu yang

bermanfaat dan amal saleh, takut kepada Allah dan sikap hati-hati dalam agama, ilmu

beserta pengamalannya, hingga menjawab pertanyaan dengan cepat dan benar. Kata

1
2

hikmah juga seringkali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu

pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa

yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik

maupun rasa tertekan. Dalam bahasa komunikasi disebut sebagai frame of reference,

field of referene, field of experience, yaitu situasi total yang mempengaruhi sikap

pihak objek dakwah

2. Al-Mauizhah Hasanah

Adalah memberikan nasihat yang baik kepada orang lain dengan cara yang

baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat

diterima, berkenan dihati,lurus pikiran sehingga pihak yang menjadi objek dakwah

dengan rela hati dan atas kesadarannya sendiri dapat mengikuti ajaran yang

disampaikan. Jadi dakwah bukan propaganda

Di samping itu para penyuluh agama Islam dilarang keras untuk memaksakan

ajaran agama kepada seseorang atau kelompok tertentu, sebab beragama merupakan

hak asasi manusia. Pengembangan dan penyebaran ajaran Islam, sejarawan merekam

jejak-jejak aktivitas dakwah di berbagai penjuru dunia bahwa mereka tidak pernah

lepas dari berbagai tantangan, tantangan yang mereka hadapi antara lain datang dari

objek dakwah yang masih sangat patuh memegang teguh kepercayaan nenek moyang,

atau datang dari sekelompok orang yang memiliki pemahaman dan penafsiran

tersendiri mengenai sistem kepercayaan dan keyakinan mereka. Jika dilihat dari sudut

pandang teologis, hal tersebut merupakan sebuah penyimpangan akidah Islam.


3

Adapun dalam landasan teologis dari keberadaan penyuluh agama Islam

terdapat dalam QS. Ali-Imran /3: 104.

        


      
Terjemahanya:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,

merekalah orang-orang yang beruntung.1

Ayat diatas merupakan perintah dari Allah kepada kaum mukmin agar

mengajar manusia kepada kebaikan menyeruh kepada yang ma’ruf dan mencegah

kepada yang mungkar dan ia merupakan salah satu kewajiban yang mulia yang ada

dalam syariat agama Islam, karena pemeluk setiap agama telah melenceng sebagian

mereka dari agamanya disebabkan kebodohan tentang agama, mengikuti hawa nafsu,

lalai dalam menjalankan kewajiban dan saling menzalimi diantara mereka maka

apabila tidak ada manusia yang membenarkan ajaran menunjukkan petunjuk kepada

yang sesat menasehati yang lalai dan menghentikan tangan yang zalim maka

kesesatan akan semakin besar hingga agama akan dilupakan dan Allah s.w.t; akan

menurunkan azab atau melaknat mereka yang meninggalkan amar ma’ruf nahi

mungkar.

Kementerian Agama yang lahir pada tanggal 3 Januari 1946 memikul tugas

dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan panduan kepada masyarakat

pemeluk agama agar menjadi warga negara yang baik, tunduk dan patuh pada aturan-

aturan kenegaraan dalam berbangsa dan bernegara serta menjadi pemeluk agama

1
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Makassar: Halim, 2013), h. 63
4

yang patuh dan taat melaksanakan ajaran agama yang dipeluknya, ini berarti,

Kementerian Agama sejatinya bertanggungjawab penuh terhadap upaya

membumikan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat.2

Berpijak dari tugas dan fungsi tersebut, Kementerian Agama menjabarkan

lebih lanjut kebijakan itu, melalui Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKI) baik negeri

maupun swasta, dengan tugas melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, meliputi

Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian serta Pengabdian pada Masyarakat.

Di samping Perguruan Tinggi Agama bertugas menyediakan tenaga penyuluh

agama yang handal melalui pengabdian kegiatan masyarakat Kementerian Agama

melalui Dirjen Bimas Islam, juga mengangkat Aparatur Sipil Negara (ASN) dan

Non-ASN dengan tugas khusus sebagai tenaga Penyuluh Agama. Jumlahnya sangat

terbatas dibanding medan yang luas dan berat, bahkan di antara penyuluh agama

tersebut memiliki kemampuan tugas akademik yang minim. Mereka lulusan

Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah dan bertugas sebagai guru mengaji,

kemudian di antara mereka direkrut untuk menjadi tenaga honorer penyuluh agama

Mencermati kondisi objektif baik yang bermukim di kota-kota besar maupun

pedesaan tampak bahwa pemahaman mereka tentang ajaran agama Islam (agama

yang dianutnya), mayoritas memperlihatkan masih berada pada tataran beragama

karena faktor keturunan campur aduk antara keyakinan primitif dengan keyakinan

2
Samiang Katu Guru besar Ilmu Perbamdiangan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filasfat Uin

Alauddin Makassar, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, Jurnal Al-Adyaan, Volume I,

Nomer 2 Desember 2015, h. 53


5

Islam (akidah) merupakan fenomena yang kasat mata. Sinkritisme adalah hal yang

lumrah.3

Penyuluh agama dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, Yaitu:

1. Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Non-ASN, yang dianggkat oleh

pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Agama Republik Indonesia,

sebagai tenaga fungsional dengan tugas khusus yang memberikan

bimbingan dan penyuluhan agama kepada semua lapisan masyarakat.

2. Anggota organisasi keagamaan yang berkiprah ditengah-tengah

kehidupan masyarakat dengan tujuan memberikan pemahaman yang tepat

tentang ajaran agama, misalnya dari Nahdatul Ulama (NU),

Muhammadiyah, Wahda Islamiyah, IMMIM (Ikatan Masjid Mushollah

Indonesia Muttahidah), Jamaah Tabliq, dll.4

Penyuluh Agama Islam baik yang berada di pusat maupun di daerah

merupakan komponen utama yang mempengaruhi kinerja tugas operasional

penerangan agama Islam yang belakangan direstrukturisasi menjadi Pendidikan

Agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid. Dalam kaitan ini penyuluh

agama karena fungsinya yang sangat strategis itu memiliki tanggung jawab untuk

membawa masyarakat binaanya kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera,

Lahiriyah dan Bathiniyah sesuai dengan ajaran agama Islam.

Tugas penyuluh Agama Islam sekarang ini berhadapan dengan suatu kondisi

masyarakat yang berubah dengan cepat yang mengarah kepada masyarakat

fungsional, masyarakat teknologis, masyarakat saintifik dan masyarakat terbuka.

3
Samiang Katu, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, h. 53

4
Samiang Katu, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, h. 54
6

dengan demikian, setiap penyuluh agama secara terus menerus perlu meningkatkan

pengetahuan, wawasan dan pengembangan diri dan juga perlu dipahami “visi misi

penyuluh agama” serta penguasaan yang optimal terhadap materi penyuluhan agama

itu sendiri maupun teknik penyampaiannya.5

Penyuluh Agama harus dirancang sebagai upaya sistematis dan terencana

memberikan pendidikan dan pengajaran agama terhadap masyarakat luas serta

penerangan pembangunan melalui bahasa dan pintu agama orientasi penyuluhan

agama itu sendiri hendaknya tidak hanya memberatkan kepada proses dan prosedur

tetapi juga kepada hasil dan dampaknya bagi pribadi, keluarga serta masyarakat

secara luas. Berkaitan dengan itu, maka penyuluh agama harus relevan artinya

penyuluhan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan sasaran kepenyuluhan

itu sendiri oleh karena itu penyuluh agama harus mengetahui apa sebenranya yang

dibutuhkan oleh sasaran penyuluhan untuk itu maka identifikasi kebutuhan sasaran

penyuluhan sangatlah penting6. Begitupun juga bila dikaitkan dengan pendidikan

agama yang ada pada masyarakat diamana kegiatan penyuluhan agama merupakan

salah satu bentuk dan acara pelaksanaan pendidikan nasional untuk itu setiap

penyuluh agama harus mengetahui visi, misi dari tujuan pendidikan nasional sehingga

kegiatan yang dilaksanakan merupakan dari bagian pelaksanaan sistem pendidikan

nasional dan tidak keluar dari sistem pendidikan yang ada, visi pendidikan nasional

terdiri dari visi makro yaitu terwujudnya masyarakat madani dan visi mikro yaitu

5
Departemen Agama R.I, Materi Bimbingan Dan Penyuluhan Bagi Penyuluh Agama Islam

Terampil, (Pedoman Penyuluhan VI), Tahun 2003, h. 1

6
Departemen Agama R. I, Pedoman Identifikasi Kebutuhan Sasaran Penyuluh Agama Islam

(Pedoman Penyuluhan III), Tahun 2002, h. 1-2


7

terwujudnya individu-individu manuasia baru yang memiliki wawasan keimanan dan

akhlak yang tinggi kemerdekaan dan demokratis, toleransi dan menjunjung hak asasi

manusia saling pengertian dan berwawasan global.7 Untuk mewujudkan visi misi

pendidikan nasional baik secara makro dan mikro, maka penyuluh agama memiliki

peran yang sangat penting terhadap perkembanagn pendidikan nasional maupun

pendidikan agama Islam,

Kementerian Agama Republik Indonesia langsung memberikan respon positif

dengan mengakat penyuluh agama di seluruh Indonesia yang telah tertuang dalam

Peraturan Menteri Agama No. 52 Tahun 1978 Tentang Pendelegasian Wewenang,

Mengangkat Memperbaharui dan Memperhatikan Tenaga Penyuluh Agama,

begitupun juga dengan, Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam

No: Dj.III/432 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Pengangkatan Penyuluh Agama

Islam Non Pegawai Negeri Sipil; Berdasarkan Surat keputusan tersebut maka,

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bone Memutuskan Tantang

Pengangkatan Penyuluh Agama Islam Non Pegawai Negeri Sipil (Non Pns)

Dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bone Provensi Sulawesi

Selatan, yang dimana khusus di Wilayah Kecematan Amali Penyuluh Agama Islam

Non Pns hanya berjumlah 6 orang dan penyuluh Fungsional (PNS) berjumlah 1

Orang.
Penyuluh agama Islam merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan

bimbingan ummat Islam dalam mecapai kehidupan yang bermutu serta kesejahtraan

lahir dan batin kedudukanya ditengah masyarakat sangatlah penting dan memiliki

7
Departemen Agama R. I, Pedoman Identifikasi Kebutuhan Sasaran Penyuluh Agama Islam

(Pedoman Penyuluhan III), Tahun 2002, h. 6-7


8

peranan yang cukup besar baik karena ilmunya maupun dengan keteladanannya

dalam pengamalan keagamaan. Begitu besar peran penyuluh agama Islam dengan

memposisikannya digaris terdepan jajaran kemeterian agama, sebagai pembimbing

ummat beragama dalam rangka pembinaan mental moral dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.

Inilah yang menjadi harapan bersama hingga terselenggaranya kegiatan-

kegiatan dari penyuluh agama Islam dikecematan Amali, sehingga eksistensi atau

keberadaan dari penyuluh dapat meningkat.

Akan tetapi tak lepas dari harapan diatas terdaptalah kenyataan yang

berbanding terbalik atau ketidak sesuaian khusunya terhadap eksistensi penyuluh

agama Islam yang dimana berdasarkan observasi awal dari peneliti menemukan

bahwa, keberadaan penyuluh agama Islam di mana tingkat keberadaanya sangat

kurang di tengah masyarakat sehingga masyarakat secara umum tidak mengetahui

kehadiran penyuluh agama Islam dan tidak mengetahui tempat untuk konsultasi

dalam bidang keagamaan sehingga terciptalah masyarakat yang jauh akan

pemahaman khusunya pemahaman pendidikan agama islam.

Dengan demikian sangatlah penting penelitian ini untuk mengetahui kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh agama Islam baik secara sistematis dan

terstruktur dalam mengembangkan pendidikan agama Islam di kecamatan Amali

Kabupaten Bone
9

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang dikaji dalam dalam penelitian ini adalah bagaimana

Kontribusi Penyuluh Agama Islam terhadap Perkembangan Pendidikan Agama Islam

Di Kecematan Amali Kabupaten Bone, dari pokok masalah tersebut selajutnya dirinci

menjadi dua sub masalah yaitu :

1. Bagaimana Kondisi Keagamaan masyarakat di Kecamatan Amali

Kabupaten Bone

2. Bagaimana Tingkat Pengetahuan agama Islam di masyarakat Amali

Kabupaten Bone

3. Bagaimana kegiatan penyuluh agama Islam dalam mengembangkan

pendidikan agama Islam di Kecematan Amali Kabupaten Bone

C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami aspek-aspek yang menjadi

variable yang dimaksudkan dalam tesis ini, maka penulis menguraikan beberapa

definisi yang bertujuan meluruskan dan menegaskan pengertian dan arah penulisan

ini. Penyuluh Agama adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diberikan tugas,

tanggung jawab dan hak secara penuh oleh yang berwenang untuk melakukan

kegiatan bimbingan keagamaan dan kepenyuluhan pembangunan masyarakat melalui

bahasa agama.8

8
Kementerian Agama R. I, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh

Agama, (kantor Kementerian Agama Provensi Sulawesi Selatan bidang Penerangan Agama Islam,

Zakat dan Wakaf), tahun 2015, h. 5


10

Selanjutnaya disebutkan bahwa penyuluh agama Islam adalah Aparatur Sipil

Negara (ASN) yang diberikan tugas dan tanggung jawab dan hak secara penuh oleh

yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan keagamaan dan kepenyuluhan

pembangunan masyarakat melalui bahasa agama. Istilah penyuluh agama mulai

disosialisasiakan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya keputusan menteri agama

nomor 791 tahun 1985 tentang honorarium penyuluh agama. Istilah penyuluh agama

diperguanakan untuk menggantikan istilah guru agama honorer (GAH) yang dipakai

sebelumnya di lingkungan kedinasan departemen agama. Pejabat yang berwenang

ialah pejabat-pejabat sebagaimana yang tercantum pada pasal 13 keputusan ini.9

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “Kontribusi” berarti Uang iuran

(kepada perkumpulan dan sebagainya).10 Ada juga yang mengatakan bahwa

kontribusi adalah suatu yang dilakukan untuk membantu menghasilkan atau mencapai

sesuatu secara bersama-sama. Berarti boleh dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan

oleh para penyuluh agama Islam di Kecamatan Amali, sangat mempengaruhi

perkembangan pendidikan agama Islam pada masyarakat luas di Kecamatan Amali

Kabupaten Bone setiap saat. Dimana seluruh anggota dari para penyuluh merupakan

warga atau masyarakat asli Kecematan Amali, sehingga dengan leluasa mengetahui

seluk beluk daerahnya, mengetahui geografis, dan adat budaya dari kecematan Amali

itu sendiri.

9
Sinar Grafika, Undang-Undang Pokok Perkawinan, (Cet. IV; Jakarta Sinar Grafika, 2000), h.

63

10
W.J.S, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. IV; Jakarta: PN Balai

Pustaka, 1984), h. 521


11

Kata “Perkembangan” Adalah suatu proses dalam pertumbuhan yang

menunjukkan adanya pengaruh dari luar yang menyebabkan bertambahnya tempo,

kualitas dalam pertumbuhan. Pengeruah dari luar ini adalah pelajaran-pelajaran dan

latihan-latihan yang sengaja atau tidak disengaja diterima oleh anak jika pertumbuhan

itu merupakan akibat dari kekuatan intern, maka perkembangan merupakan hasil

faktor-faktor luar, perkembangan anak merupakan hasil total dari faktor-faktor dan

ekstern mengenai aspek-aspek jasmaniah dan rohaniyah.11

Pengertian Pendidikan menurut Marimba menyatakan bahwa pendidikan

adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.12

Kata “Pendidikan” dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari

generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya

serta keterampilannya (orang menamakan itu juga “mengalihkan” kebudayaan dalam

bahasa Belanda cultuuroverdracht kepada generasi mudah sebagai usaha

menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun

rohaniah).13

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa Penyuluh agama adalah

merupakan wajah dari kementrian agama jika penyuluh agama baik maka baiklah

wajah dari kementrian agama begitupun juga dengan sebaliknya, ataupun penyuluh

11
Soegarda Poerbakawatja, H.A.H.Harahap, Ensiklopedia Pendidikan, (Cet. III; Jakarta:

Gunung Agung, 1989), h. 257

12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet,X; Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 24.

13
Soegarda Poerbakawatja, H.A. H.Harahap. Ensiklopedi, h. 276.
12

bisa disebut sebagai “suluh” atau obor dalam kegelapan ataupun pembimbing ummat

beragama dalam rangka, perubahan mental, akhlak, ketakwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa melalui pendidikan agama Islam sehingga mampu merubah tingkat

pengetahuan agama Islam di Kecamatan Amali Kabupaten Bone.

2. Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian ini mamfokuskan mengarah dan menganalisis Para penyuluh

Agama di Kecamatan Amali Kabupaten Bone dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Berdasarkan observasi awal dengan kepala kantor urusan agama (KUA)

Kecamatan Amali dan para penyuluh baik non Pns ataupun Fungsional

(ASN) yang telah mengizinkan diadakan penelitia ilmiah.

b. Penyuluh Agama Islam di Kecematan Amali Kabupaten Bone telah

memenuhi Syarat untuk diadakan penelitian baik secara teknis maupun

administratif dan juga penyuluh agama di kecematan amali memiliki

jumlah yang sangat kurang dibanding dengan kecamatan-kecamatan

lainnya.

c. Penyuluh Agama Islam Kecematan Amali masih bersifat abstrak, sehingga

masyarak secara umum belum mengetahui bahwa ditengah-tengah mereka

ada Penyuluh yang telah diberikan tugas dari Kementerian Agama

Republik Indonesia

d. Untuk melakukan pengukuran kinerja secara tepat oleh para penyuluh di

kecematan Amali diamana selama ini pengukuran kualitas kinerja masih

dinilai kurang, sehingga Kementerian agama pusat meluncurkan E-PAI

(Elektronik Penyuluh Agama Islam), diaman semua penyuluh wajib


13

mealporkan hasil kinerjanya. Sayangnya, E-PAI ini sampai saat ini masih

sangat terbatas.

e. Penyuluh Agama Islam Khusunya yang berlokasikan di deaerah

Kecamatan Amali ini belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis

dengan judul yang diteliti oleh penulis.

f. Mudahnya melakukan obaservasi dan analisis secara langsung dan penuh

terhadap Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Amali Kabupaten Bone

dikarenakan sangat strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti.

Sebagai ruang lingkup yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah

wilayah yang menjadi tempat diadakannya suatu penelitian yaitu di Kecamatan Amali

Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan.

D. Tinjauan Pustaka

Adapun penelitian yang dianggap memiliki relevansi dengan judul penelitian

ini yakni:

Mustafa, dalam Tesisnya yang berjudul “Kontribusi Yayasan Peniddikan

Islam Tellungpoccoe (Yapit) terhadap Perkembangan Pendidikan Islam Di

Kecamatan Amali Kabupaten Bone” Adapun hasil penelitianya sebagai berikut:

Sejalan dengan perkembangan zaman, sebuah lembaga pendidikan Islam yang

berbentuk yayasan, dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam memberikan

kontribusinya. Tanpa adanya kreatifitas perhatian tinggi, maka sebuah lembaga

pendidikan Islam akan ditinggalkan karena tidak adanya daya tarik oleh siswa dan

orang tua untuk menyekolahlkan anaknya.14

14
Mustafa, Kontribusi Yayasan Peniddikan Islam Tellungpoccoe (Yapit) terhadap
Perkembangan Pendidikan Islam Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone, Iain Bone, Watampone. h.
97
14

H. M Arifin M, dalam Bukunya yang diterbitakn di Jakarta dan dicetak oleh

CV. Bulan Bintang dengan judul “Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan

Kepenyuluhan Agama disekolah dan diluar Sekolah” mejelaskan bahwa: para

penyuluh memerlukan beberapa metode yang menghampiri sasaran tugasnya dimana

disebut sebagai Metode dan Prinsip-Prinsip Bimbingan konseling Islam, Antara lain:

Metode Interview (wawancara), Metode Kelompok, Metode Klien, Teknik

Konseling, Metode Pencerahan, Metode Psykonalisis.15

Entus Riyadhy Ahmad, Jurnal Tarbiyah, 2015, yang berjudul Madrasah

Nizhamiyah Pengaruhnya terhadap perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas

Ortodok Sunni. Berbicara mengenai lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan

dari pandangan Islam itu sendiri mengenai pendidikan. Pendidikan Islam merupakan

wujud dari pengaruh berbagai kebudayaan atau peradaban yang pernah ada dalam

sejarah. Namun demikian para pendidikan Islam biasanya berpandangan bahwa

pendidikan Islam memiliki karakter dan tujuannya tersendiri yang didasarkan kepada

tujuan yang bersifat metafisis-transendental, yaitu untuk mencapai keridaan Allah

swt, di dunia dan di akhirat.16

Dalam buku Direktoral Jendral Penyeleggaraan Haji dan Umrah oleh

Kementrian Agama Tahun 2007 yang berjudul “Pola Penyuluhan Jamaah Haji”

dimana menjelaskan bahwa kegiatan penyuluhan jamaah haji dan umrah tepatnya

dibawah direktoral pembinaan haji, selain memberikan penyuluhan haji baik secara

lagsung maupun tidak lagsung juga bertugas untuk memberikan masukan informasi

15
H. M. Arifin M, Pokok-Pokok Pikiran tantang bimbingan dan kepenyuluhan agama
disekolah dan diluar sekolah, (Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 9
16
Entus Riyadhy Ahmad, jurnal Tarbiyah,2015, yang berjudul Madrasah Nizhamiyah
Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas Ortodok Sunni.
Jurnal.uinsgd,ac.id. di akses pada tanggal 22 Mei 2019.
15

menyangkut semua aspek perhatian di Indonesia yang ada di daerah, baik provinsi

maupun kabupaten kota, oleh karena itu hal pertukaran informasi anatar pusat dan

daerah akan membantu suksesnya sebuah kegiatan penyuluhan haji dan umrah.17

Selanjutnya Kementrian Agama R.Imenjelaskan sebuah karya ilmiah yang

berjudul “Naskah Akademik bagi Penyuluh Agama” memaparkan bahwa penyuluh

agama adalah tempat mengadu dan bertanya bagi masyaraktnya untuk memecahkan

dan menyelesaikan masalah kemudian memberikan petunjuk dan arahan dengan

nasihatnya. Peran penyuluh dalam bidang pembangunan sebagai motivator dengan

usaha memberikan penerangan pengertian tentang maksud dan tujuan pembangunan

mengajak untuk segera menggerakannya untuk ikut serta aktif dalam menyukseskan

pembangunan. 18

Ahmad Syafi’I Mufid dalam penelitianya yang berjudul “Kasus-Kasus Aktual

Kehidupan Keagamaan Indonesia” menjabarkan bahwa sebelum abad ke-20

Indonesia sempat dijuluki sebagai negara yang toleran dalam hubungan antar ummat

beragama namun sejak penghujung abad ke-21 julukan tersebut mulai digugat bahkan

seakan-akan mulai sirna karena muncul berbagai konflik bernuansa agama peran

penyuluh dalam menagani konflik pada tahap ini masih dalam tataran pasca konflik

belum ada penaganan pra konflik. Penaganan pasca konflik adalah dimana para

penyuluh agama turun memberikan kepenyuluhan setelah konflik.19

Kementrian Agama Repubilik Indonesia dalam bukunya “Standar

Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama” menjelaskan bahwa level kompetensi adalah

17
Ditjen Penyelanggaran Haji dan Umrah, Pola Penyuluhan Haji, (Cet: I; Jakarta; Kemenag,
2007), h. 9
18
Kementrian Agama R.I, Naskah Akademik bagi Penyuluh Agama, ( Putslitbang, Kehidupan
Keagamaan: Jakarta, 2015), h. 54
19
Ahmad Syafi’I Mufid, Kasus-Kasus Aktual Kehidupan Keagamaan Indonesia, (Ed. I;
Jakarta: Putlitbang Kehidupan Keagamaan, 2015), h. 67
16

sekumpulan keahlian dan teknologi yang memungkinkan sebuah organisasi untuk

menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Kompetensi penyuluh agama terbagi menjadi:

Integritas, (Integrity), Kepemimpinan (Leadership), Harmonisasi Keberagamaan,

Memprakarsai Perubahan, Komptensi Manajerial dan Kompetensi Teknis.20

Begitupun dalam buku “Analisis Pengembangan Kompetensi penyuluh

Agama pada Ditjen Bimas Islam Kementrian Agama Republik Indonesia dalam

Memelihara kerukunan Ummat Beragama” yang ditulis oleh Amirulloh, M. Ag

menyatakan bahwa berdasarkan kinerja evaluasi Penyuluh Agama Islam, banyak

penyuluh yang belum memenuhi kompetensi sebagai penyuluh Agama Islam yang

telah ditetapkan oleh bimas Islam hal ini disebabkan oleh berbgai faktor diantaranya

sumber daya manusia dan honor Penyuluh Agama Islam terbilang minim, untuk itu

perlu adanya kompetensi tambahan serta meningkatkan sdm dan honorarium

Penyuluh Agama Islam.21

Samiang Katu, Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin

dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, Menjelaskan tentang penyuluh agama Islam

dalam sebuah jurnanlnya yang bertajuk “Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran

Islam” Jurnal Al-Adyaan, Volume I, Nomor 2, Desember 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Tenaga Penyuluh di Kota Makassar berjumlah 43 orang, terdiri atas laki-laki

26 orang dan perempuan 17 orang, dilihat dari latar belakng pendidikan formal, S.2

PTAI (Starata 2) 11 orang, dan 1 orang dr PTU (Strata 1), S. 1 27 orang dan D. 3

20
Kementrian Agama Repubilik Indonesia, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama, ( 4
Januari 2016), h. 16
21
Amirulloh, Analisis Pengembangan Kompetensi penyuluh Agama pada Ditjen Bimas Islam
Kementrian Agama Republik Indonesia dalam Memelihara kerukunan Ummat Beragama, (Cet. I;
Tangerang: Young Progressive Muslim, 2016), h. 171-172
17

(Diploma 3) 4 orang, Para Penyuluh agama fungsional dalam melaksanakan tugas

negara yaitu memberikan bimbingan dan penyuluhan dalam bidang pembangunan

kepada masyarakat (wajib hukumnya) Mempergunakan bahasa agama, bahasa agama

yang dimaksud disini adalah dakwah dan bimbingan yang mengacu pada petunjuk

Al-Qur’an, Ilmu pengetahuan yang dimiliki moleh para penyuluh fungsional sangat

membantu dalam melaksanakan tugas yang diembanya, namun seiring dengan

perkembangan IPTEK, ilmu yang dimilikinya tidak mampu untuk mengcover semua

permasalahan ummat yang muncul ditengah masyarakat, oleh karena itu sudah

dibutuhkan adanya kebijakan pemerintah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi guna mengantisipasi perkembangan zaman yang melaju dengan

sangat cepat, Lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam sudah saatnya merevisi

kurikulum pendidikan yang didasarkan kepada kebutuhan pasar di samping itu,

dibuatkan MoU antara universitas dan kementerian agama agar alumninya yang telah

dipersiapkan tenaga penyuluh agama diproritaskan diangkat menjadi pegawai negeri

sipil.22

Berdasarkan analisis dari peneliti tentang hasil jurnal diatas menemukan

persamaan bahwa penyuluh agama baik di kota Makassar dan di Kabupaten Bone

khsusunya Kecamatan Amali, dimana penyuluh agama diharapkan untuk

melaksanakan tugas sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(iptek), maka dari itu penyuluh agama wajib untuk selalu mengembangkan wawasan

keilmuan yang dimilikinya. Sedangkan perbedaan dari penelitian saya ini dimana

lebih memfokuskan terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kecamatan Amali

dari berbagai bidang seperti, Akidah dan Akhlak, Fiqih, Ski, Qur’an dan Hadist.

22
Samiang Katu, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, h. 72
18

Fajar Hatma Indra jaya, dalam jurnal konseling religi jurnal bimbingan

konseling Islam yang berjudul “Revitalisasi Peran Penyuluh Agama dalam Fungsinya

Sebagai Konselor dan Pendamping Masyarakat” Vol. 8, No. 2, Desember 2017.

Menyebutkan bahwa penyuluhan agama mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi

informatif, edukatif,fungsi konsultatif, dan fungsi advokatif. Namun demikian dalam

prakteknya fungsi informatif edukatif merupakan fungsi yang selama ini dominan,

meskipin sebenranya fungsi informatif, edukatif, yang dijalankan merupakan kegiatan

tabliq, sebagai broker penyuluh agama bias menjadi penghubung antara kebutuhan

klien dengan lembaga-lembaga terkait yang menyediakan sumber-sumber yang

dibutuhkan klien. Dengan demikian penyuluh agama menjadi rahmatan lil alamin.23

Sedangkan untuk hasil penelitian diatas memiliki persamaan yaitu tugas para

penyuluh memiliki fungsi yaitu: konsultatif, advokasi dan informatif. Sedangkan

perbedaan terbesarnya dalam masing-masing penelitian ini adalah penelitian diatas

lebih memfokuskan kepada kepenyuluhan berbasis klien, dimana mendatangi klien

dan melakukan diagnosis serta pemecahan masalah adapun penelitian saya ruang

lingkupnya jelas dimana penyuluh agama Islam mengarahkan untuk perkembangan

pendidikan agama Islam yang jauh dari kata baik khsusnya di wilayah Kecamatan

Amali Kabupaten Bone

Pada jurnal lainnya dijelaskan oleh Abdul Basit yang berjudul “Tantangan

Profesi Penyuluh Agama Islam dan Pemberdayaannya” Jurnal dakwah, Vol. 15, No.

1 Tahun 2014.

23
Fajar Hatma Indra Jaya, Revitalisasi Peran Penyuluh Agama dalam Fungsinya Sebagai

Konselor dan Pendamping Masyarakat, Vol. 8, No. 2, Desember 2017, h. 354


19

Dalam jurnal dakwah tersebut menjelaskan bahwa, tantangan profesi

penyuluhan agama pada era modern sekarang ini semakin komplek. Setidaknya ada

tiga tantangan berat yang dihadapi oleh penyuluh agama yaitu perubahan perilaku

masyarakat akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

berkembangnya wacana Islam yang fundamentalis dan radikal disatu sisi serta Islam

liberal disisi yang lain, dan terakhir tantang pengatasan problem moralitas dan

karakter bangsa Indonesia yang kian meroset dan melemah, untuk mengatasi

tantangan tersebut diperlukan sinergitas antara pemerintah, perguruan tinggi dan

organisasi dakwah. Kerjasama antara ketiganya merupakan sebuah kebutuhan yang

tidak bisa diabaikan dalam mengembangkan dakwah yang bersifat transpormatif

dimasa yang akan dating.24

Dari hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan diatas, penulis

menyimpulkan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan penulis teliti

mempunyai banyak kesamaan yaitu sama-sama mengkaji tentang garis besar

Penyuluh Agama Islam diamana memiliki peran yang sangat penting dalam suatu

masyarakat. Sedangkan yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang

akan penulis teliti yaitu Penyuluh Agama Islam yang akan diteliti merupakan suatu

daerah dan kawasan yang jauh dari pusat perkotaan serta kontribusinya dalam

mengembangkan pendidikan Islam sehingga mampu mengubah masyarakat ke arah

yang lebih baik dari segala aspek. Olehnya itu penulis menganggap bahwa penelitian

ini sebagai hal yang baru dan tidak pernah diteliti sebelumnya.

24
Abdul Basit, Tantangan Profesi Penyuluh Agama Islam dan Pemberdayaannya, Jurnal

Dakwah, Vol. 15, No. 1 Tahun 2014, h. 176-177


20

E. Kerangka Teoretis

Pada bagian ini diuraikan kerangka teori yang dijadikan penulis sebagai

pedoman dan landasan berpikir dalam melaksanakan penelitian ini, hal ini perlu

dikembangkan karena berfungsi mengarahkan penulis untuk memperoleh data dan

informasi yang diperlukan guna memecahkan penelitian secara ilmiah.

Perhatian dari berbagai kalangan, khusunya dari para akademisi, peneliti, dan

cendikiawan muslim tentang upaya pembumian ajaran agama Islam dalam hal ini

terkait erat dengan kontribusi penyuluh agama Islam cukup singnifikan, hal tersebut

ditandai dengan lahirnya sejumlah tulisan-tulisan dan hasil penelitian yang membahas

dan menganalisis berbagai faktor kesuksesan dan kegagalan penyuluh agama Islam,

dalam mengembangkan tugas suci tersebut.

K.H.M. Isa Ansari dalam karya tulisnya yang berjudul Mujahid Dakwah yang

terbit pada tahun 1967, menyatakan bahwa kesuksesan dalam membumikan ajaran

agama Islam, sehingga menjadi bagiaan yang nyata terhadap kehidupan ummat

manusia sangat ditentukan oleh kualitas oleh penyuluh agama Islam yang tersebar di

pelosok-pelosok pedesaan, memiliki kedudukan dan kepercayaan masyarakat yang

sangat strategis, ia adalah alpha dan omega, ia adalah pangkal dan ujung, awal dan

kesudahan hidup seseorang serta bermodalkan kedudukan dan kepercayaan ditengah

masyarakat, penyuluh agama Islam bukan saja memperoleh tempat berpijak dengan

kedua kakinya akan tetapi dia telah mendapat tanah yang subur untuk menanam

pepohonan kebenaran menciptakan tamansarinya keutamaan dan persaudaraan.25

Buku setebal 318 halaman tersebut cukup konprehensif berbicara mengenai aktivitas

penyeluh agama Islam akan tetapi pembahsan khusus berkaitan dengan peran penting

25
K.H.M Isa Ansari, Mijahid Da’wah, (Cet. I; Bandung: CV. Diponegoro, 1967), h. 225
21

penyuluh agama Islam dalam mengemban misi membumikan ajaran agama Islam,

kurang mendapatkan pembahasan yang memadai.

Menurut Kontowijoyo, apa yang dikatakan oleh para sosiolog tersebut

merupakan wujud nyata berfikir positivistik yang memahami bahwa sekularisme

adalah keharusan sejarah dalam masyarakat. Kondisi kehidupan masyarakat dalam

proses sekularisasi seperti yang diwacanakan Selo Sumardjan, memang cukup

menghawatirkan bagi eksistensi kehidupan kemanusiaan. Jika mempertimbangkan

keagamaan dan mempertimbangkan etika dikesampingkan dalam kehidupan sosial

dan diserahkan semata-mata kepada pertimbangan yang rasional, mungkin kehidupan

masnusia akan kehilangan maknanya. Dan fenomena tersebut sudah terjadi pada

masyarakat barat. Masyarakat barat ditengah kemajuan yang pesat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, jiwa kebudayaan bangsa barat mengalami kekosongan

yang hebat. Manusia barat dalam kebudayaan yang sangat rasional itu, sesunguhnya

menderita kehampaan hidup, mereka hidup tanpa makna lalu kemudian mereka lari

kedalam spekulasi-spekulasi filsafat untuk menjastifikasi bahwa kehidupan ini

memang membosankan, suasana kehudupan sepertin ini, menurut Kuntowijoyo

akibat dari proses sekularisasi dan proses deregionisasi lantas bagaimana jalan

keluarnya yang tepat?

Salah satu alternatif pilihan untuk meyelamatkan ummat manusia adalah

membumikan ajaran Al-Qur’an atau Ajaran Agama Islam dalam kehidupan ini,

menurut Kuntowijoyo, Islam bukanlah sebuah sistem teokrasi, bukan pula cara

berfikir yang didikte oleh teologis sebab dalam agama Islam tidak dikenal yang

namanya dikotomi antara domain duniawi dan domain agama, konsep tentang agama

dan Islam, bukan semata-mata teologi tetapi Islam pada dasarnya adalah All-
22

Embracing bagi penataan sistem kehidupan sosial, politik, ekonimi, budaya. Oleh

karena itu tugas terbesar dari Islam adalah melakukan transformasi sosial dan budaya

dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan ajaran syariat Islam, dalam Al-Qur’an menyeru

manusia untuk beriman kemudian beramal ini bermakna bahwa Islam diawali dengan

iman serta diakhiri dengan amal yakni aksi yang nyata. Karena itu, pusat keimanan

Islam itu adalah Tuhan akan tetapi ujung aktualisasinya adalah manusia, dengan

demikian Islam menjadikan tauhid sebagai pusat dari semua orientasi nilai dan pada

saat yang sama, melihat manusia sebagai tujuan dari transformasi nilai. Inilah Agama

Islam itu yang disebut sebagai Rahmatan lil alamin.26

Kuntowijoyo dalam kapasitas sebagai cendikiawan muslim telah memberikan

sinyal bahwa untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang Islami, syarat utama yang

mesti digeluti adalah menanamkan nilai-nilai Al-Qur’an, dalam kehidupan ummat

manusia. Akan tetapi belum sempat memberikan perhatian khusus kepada penyuluh

agama Islam agar meraih sukses dalam membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan

sehari-hari.

Anwar Arifin, adalah salah seorang cendikiawan muslim pakar ilmu

komunikasi memiliki perhatian serius tentang penyuluh agama Islam dalam karya

tulisnya Dakwah Kontemporer dalam Studi Komunikasi, memberikan informasi yang

sangat konperehensif, tentang dakwah dan ilmu komunikasi. Dikatakan bahwa

dakwah itu adalah sebuah bentuk rekayasa sosial yang efektif untuk mendorong

perubahan sosial untuk menuju terwujudnya suatu masyarakat yang dimana setiap

individu memiliki identitasnya sebagai makhluk Tuhan yang terbaik yaitu mencapai

puncak kamnausiaan yang tertinggi dengan beriman, berilmu sesuai dengan tujuanya

26
Kontowijoyo, Paradigma Islam untuk Aksi, (Cet. I; Bandung: Mizan 1998), h. 166-167
23

ialah terwujudnya masyarakat Islami yaitu masyarak Islam yang sebenar-benarnya

yaitu beriman, berilmu dan beramal sholeh. 27

Bertitik tolak dari teori-teori tersebut, maka kerangka berpikir yang dibangun dalam

kajian tulisan ini, dapat dikemukakan dalam skema berikut:

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam tinjaun pustaka yang

berkenaan dengan judul tesis ini, penulis dapat merumuskan suatu kerangka alur

berpikir dan kaitanya antara kontribusi penyuluh agama Islam terhadap

perkembangan pendidikan agama Islam (pai) di Kecamatan Amali Kabupaten Bone,

dapat dilihat dari gambar berikut:

KERANGKA TEORITIS PENELITIAN

Kua Kec. Amali

27
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer sebuah Studi Komunikasi, (Cet. II; Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2011), h. 215


Penyuluh Agama Islam

Eksistensi Penyuluh Agama Islam Kontribusi Penyuluh Agama Islam


24
Perkembangan Pendidikan Islam

Kondisi Keagamaan Masyarakat

Penyuluh Agama Islam

Kecematan Amali Kabupaten Bone

Kegiatan Penyuluh Agama


Tingkat Islam dalam
Pengetahuan Mengembangkan
Agama Islam Pendidikan Agama Islam

Gambar. 1. Kerangka Teoritis Penelitian

Berdasarkan gambar skema diatas menunjukkan bahwa kepala kantor urusan

agama (KUA) kecamatan Amali merupakan pimpinan tertinggi dalam sebuah struktur

organisasi di dalam urusan keagamaan dalam setiap wilayah tertentu, dalam hal

kelembagaan keberadaan para penyuluh baik fungsional maupun honorer kini berada
25

dalam garis komando kepala KUA yang sebelumnya, garis komando berada di bawah

kendali Seksi Bimas Islam kabupaten. Hal ini tentu menjadi sebuah problem

mengingat tidak adanya garis wewenang dan koordinasi antara penyuluh agama

dengan KUA. Sementara wilayah pelayanan penyuluh agama Islam berada dibawah

kendali Kepala KUA. Maka masuknya penyuluh agama Islam dalam garis komando

Kepala KUA akan memudahkan koordinasi kegiatan kepenyuluhan agama Islam

yang berada di bawah kewenagan KUA.

Dengan demikian penyuluh agama Islam mampu untuk memkasimalkan

ruang gerak kegiatan kepenyuluhan yanag ada di kecamatan Amali dengan konsetrasi

kepada penyuluh agama Islam dalam meningkatakan konsitensi atau keberadaan

ditengah masyarakat serta kontribusi-kontribusi yang tepat untuk membantu

perkembangan pendidikan kecamatan Amali secara luas dan dari segala aspek

melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan yang dilakukan secara sistematis dan

terstruktur oleh para penyuluh agama Islam. Dengan demikian diharapkan kondisi

keagamaan masyarakat Kecematan Amali meningkat tidak hanya itu di harapkan juga

meningkatnya pengetahuan agama Islam dari segala aspek khusunya dalam SKI,

Fiqih, Aqidah dan Akhlak, Qur’an Hadist di Kecamatan Amali Kabupaten Bone.

F. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian, garis-garis pemikiran yang bersifat konseptual dan

prosedural, harus disusun dalam langkah-langkah yang jelas dan baik. Dengan

demikian, hambatan tersebut dapat dipecahkan. Orisinilitas dan tingkat kebermutuan


26

sebuah penelitian itu ditentukan oleh kemampuan peneliti dalam menyusun garis-

garis pemikiran konseptual dan prosedural, yaitu berupa metodologi penelitian.

Dengan tuntunan metode yang tepat, peneliti memperoleh bantuan mengatasi

hambatan-hambatan yang akan ditemui dalam penelitian.28

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian assosiatif, yaitu

memberikan tanggapan terhadap data seteliti mungkin tentang Kontribusi Penyuluh

Agama Islam terhadap Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Kecematan Amali

dan yang lainnya. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik,

jelas dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam

hal ini untuk mendeskripsikan tentang Posisi dan Kontribusi Para Penyuluh baik

Fungsional (PNS) dan Non PNS di Kecamatan Amali Kabupaten Bone..

Peneliti terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek

yang dibahas, yaitu mengenai Kontribusi Penyuluh Agama Islam terhadap

Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Kecematan Amali Kabupaten Bone,

selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, 29 Pada umumnya pula peneliti-

peneliti kualitatif deskriptif berupaya keras agar pembahasan mereka lebih cenderung

kualitatif daripada kuantitatif, dengan mendekati makna dan ketajaman analisis-logis

dan juga dengan cara menjauhi statistik”sejauh-jauhnya”. Maka kualitatif deskriptif

28
Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damianti, Metode Penelitian Bahasa, (Cet. II; Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 14-16.

29
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

Lihat, Lekxy J. Moleon, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. XXVI; Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009), h. 5.
27

diterima sebagai salah satu tipe penelitian kualitatif. Oleh karena itu, wacana yang

berkembang adalah bagaimana sesungguhnya kedudukan teori dalam penelitian

kualitatif.30

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif dengan metode kualitatif

atau disebut penelitian deskriptif kualitatif. Data yang muncul berupa kata-kata yang

menggambarkan dan memaparkan keadaan subjek penelitian berdasarkan fakta-fakta

yang tampak.

a. Riset lapangan (field research), yaitu suatu metode pengumpulan data yang

digunakan dengan jalan langsung ke lapangan atau lokasi peneliti untuk

mencatat hal-hal yang diperlukan dalam pembahasan tesis ini

b. Riset kepustakaan (library research) yaitu suatu cara yang ditempuh oleh

penulis dalam mengumpulkan data dengan jalan membaca buku-buku literatur

ilmiah lainnya yang ada hubungannya dengan pembahasan tesis ini.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah edukatif,

psikologis, sosiologis, dan historis

a. Pendekatan edukatif artinya usaha untuk merelevansikan teori-teori

pendidikan dengan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Di dalam

30
Burhan Bungin (ED), Metode Penelitian Kualitatif (Cet ke 9; Jakarta: PT. Raja grapindo

Persada, 2012), h. 27
28

perkembangan pendidikan Islam di lakukan kegiatan oleh para penyuluh

agama dengan fakta yang ada di lapangan berkaitan dengan masyarakat di

Kecamatan Amali Kabupaten Bone.

b. Pendekatan Psikologis yaitu pendekatan ini digunakan untuk mengkaji

prilaku masyarakat di Kecamatan Amali dalam menerima Para Penyuluh

agama Islam, dengan melihat faktor-faktor psikologi yang ada pada

masyarakat Kecamatan Amali. Dengan kata lain peneliti berusaha untuk

melihat pengaruh nilai-nilai psikologi yang ada pada masyarakat

kecamatan Amali yang bisa memotivasi mereka untuk membangun mental,

mengembangkan sikap keagamaan, toleransi sesama beragama, menjauhi

sifat buruk seperti narkoba, seks bebas, minuman keras, memproritaskan

makanan halal, memberantas buta aksara Al-Qur’an, aliran komunis,

radikal dan terosirisme. Sehingga terjalin komunikasi antara Para Penyuluh

Agama dengan Masyarakat Kecamatan Amali

c. Pendekatan Sosiologis adalah suatu pendekatan yang dimaksud untuk

menjelaskan masalah yang diteliti dengan hasil penelitian yang diperoleh

dalam kaitannya dengan melihat kehidupan dan kenyataan yang

berkembang dalam masyarakat di Kecamatan Amali

d. Pendekatan Historis adalah suatu pendekatan yang dilakukan dalam suatu

penelitian dengan melihat aspek sejarahnya. Yakni sejarah perkembangan

Penyuluh Agama Islam baik secara Makro dan Mikro.

e. Pendekatan Teologi Normatif adalah pendekatan keagamaan yang

menekankan pada bentuk formal dan simbol keagamaan. Teologi diartikan

sebagai ilmu agama khususnya yang berkaitan dengan kitab suci.


29

Pendekatan ini digunakan karena adanya Al-Qur’an dan Hadis yang

dikaitkan dengan penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi yang merupakan pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai peran suatu lembaga pendidikan yang kemudian dilakukan

pencatatan. Observasi yang dilakukan penulis pada awal penelitian yaitu

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap fenomena yang

akan diteliti, yang berkaitan dengan Kontribusi Penyuluh Agama Islam Terhadap

Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Kecematan Amali Kabupaten Bone

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses peneliti dalam melihat

situasi penelitian, pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat

yang digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan

kejadian dan lain-lain.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi ini adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,

perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran

realistik prilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu

mengerti prilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap

aspek tertentu sebagi umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Teknik observasi yang akan dikembangkan dalam penelitian ini meliputi:

observasi partisipatif. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun

data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti

benar-benar terlibat dalam keseharian responden.


30

Manfaat dari observasi ini antara lain adalah untuk memahami konteks data

dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik

atau menyeluruh, dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga

memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi

oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif ini membuka

kemungkinan penemuan atau discovery.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan

yang bertujuan untuk memperoleh informasi.31 Juga wawancara adalah proses

percakapan dengan maksud mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,

organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang

diwawancarai (inteviewee). Wawancara adalah metode pengumpulan data yang amat

populer, karena itu digunakan di berbagai penelitian. 32 Dalam penelitian ini penulis

lebih condong mengadakan wawancara mendalam (depth interview) yang merupakan

prosedur yang dirancang untuk membangkitkan pertanyaan-pertanyaan secara bebas

yang dikemukakan secara terus terang.33 Wawancara yang dilakukan dengan

terencana dan terarah guna memcapai data yang mendalam sehingga lebih mudah

menganalisis dan megembangkan data dari hasil wawancara.

31
S. Nasution, Metode Research (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 113.

32
Burhan Bungin (ED), Metode Penelitian Kualitatif (Cet. 9; Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2012), h. 155.

33
Sudarwan Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.

132.
31

Menurut Abdul Rahman, wawancara merupakan alat rechecking atau

pembuktian terhadap imformasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik

wawancara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in-defth interview) adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan

terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.34

Tahap-tahap pelaksanaan dengan teknik wawancara meliputi :(1) menentukan

siapa yang diwawancarai, (2) mempersiapkan wawancara, (3) melakukan wawancara

dan memelihara agar wawancara produktif, dan (4) menghentikan wawancara guna

memperoleh rangkuman hasil wawancara. Pada tahap pertama peneliti menentukan

siapa saja orang-orang yang diwawancarai.

Yang akan diwawancarai dan mempunyai peranan penting pada kegitan

penelitian ini adalah:

1) Melaksanakan wawancara dengan Para Staf dan Pegawai Kantor KUA

Kecamatan Amali

2) Wawancara dengan Kepala Kua Amali

3) Wawancara dengan Penyuluh Agama Islam

4) Wawancara dengan Masyarakat Binaan Penyuluh Agama Islam

c. Dokumentasi

34
Abdul Rahman, Pengelolaan SMA Negeri Kamanre Kabupaten Luwu, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2015, h. 33


32

Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar,

pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk seringkali digunakan para

ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi

sejarah sebagai kebalikan dari kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan

terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi

surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang,

hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen

(dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian

yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan,

gambaran, atau arkeologis.35

Dokumentasi dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara

melihat dokumen secara tertulis yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti.

Metode dokumentasi ini dimaksudkan dalam hal ini adalah pengumpulan data yang

didapatkan dari Para Penyuluh Agama Islam Kecematan Amali

Menurut Burhan Bungin dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat

dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, dan memerlukan interpretasi yang

berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.36

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik

berupa rekaman peristiwa, sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya

monumental, yang semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

35
Abdul Rahman, Pengelolaan SMA Negeri Kamanre Kabupaten Luwu, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2015, h. 34

36
Burhan Bungin, Metode Penelitian, h. 142.
33

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

a. Tekhnik pengolahan data

Langkah pertama mengumpulkan data kemudian diseleksi (reduksi),

disederhanakan, membuang hal-hal yang tidak relevan kemudian diadakan pengujian

data yaitu rangkaian organisasi informasi sehingga sangat memungkinkan dapat

ditarik kesimpulan, apabila kesimpulan yang ditarik kurang mantap, karena terdapat

kekurangan data, maka peneliti dapat melakukan lagi pengumpulan data sampai data

tersebut utuh.

Setelah data terkumpul secara lengkap kemudian diadakan penyajian data lagi

yang susunannya dibuat secara sistematis, sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan

berdasarkan data tersebut.

b. Tekhnik analisis data

Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden maupun

yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk

lainnya guna keperluan penelitian yang akan dilakukan.37

Dalam menganalisis data dalam penelitian kualitatif, sangat penting untuk

menjaga keteraturan atau pola yang muncul pada sejumlah pengamatan selama di

lapangan. Dalam melakukan hal ini sejumlah pertanyaan dapat diajukan, sebagai

berikut,

1) Apa tipe prilaku tersebut?

2) Bagaimana strukturnya?

3) Berapa kali hal itu terjadi?

37
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Cet. IV; Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2004), h. 86-87.


34

4) Apa penyebabnya?

5) Bagaimana Prosesnya?

6) Bagaimana konsekuensinya?

7) Bagaimana strategi masyarakat menghadapinya?38

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pada penelitian kualitatif

data yang muncul berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data yang berupa

kata-kata tersebut masih sangat beragam, sehingga perlu diolah agar menjadi

sistematis, ringkas dan logis.

Metode yang digunakan adalah analisis wacana, yaitu data yang diperoleh

melalui penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan kemudian disusun secara

sistemtis, dan selanjutnya dianalisa untuk mendapatkan kejelasan masalah yang

dibahas. Analisis data dilakukan setelah diperoleh data primer dan sekunder sehingga

memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan penelitian. Data

tersebut kemudian dianalisa secara interpretative dengan alur induktif.

G. Tujuan dan Kegunaan

Kontribusi Penyuluh Agama Islam terhadap Perkembangan Pendidikan

Agama Islam di Kecematan Amali Kabupaten Bone

1. Tujuan penelitian

a.Untuk memahami Bagaimana Konsistensi dari Penyuluh Agama Islam

Kecamatan Amali

b.Untuk mengetahui kontribusi Kontribusi Penyuluh Agama Islam terhadap

Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Kecematan Amali Kabupaten Bone

38
Muhammad Arif Tiro, Penelitian: Skripsi, Tesis dan Desertasi, h. 122-123
35

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Ilmiah.

Adapun kegunaan ilmiah dalam penelitian ini adalah:

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

tentang Kontribusi Para Penyuluh Agama Islam di Kecematan Amali

2) Untuk mendapatkan jawaban bahwa Kontribusi Penyuluh Agama Islam

terhadap Perkembangan Pendidikan Agama Islam di Kecematan Amali

Kabupaten Bone di era sekarang ini menjadi lebih baik.

b. Kegunaan Praktis

1) Diharapkan memberikan mamfaat dan kegunaan yang sebesar-besarnya

bagi kalangan akademik dan masyarakat luas tentang posisi Para Penyuluh

Agama Islam di Kecamatan Amali

2) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan yang

lebih luas kepada masyarakat di Kecamatan Amali, sehingga motivasinya

untuk lebih meningkatkan pemahaman keagamaan dari segala aspek

melalui para penyuluh Agama Islam di Kecamatan Amali


36

H. Garis – Garis Besar Isi Tesis

Garis-garis besar isi Tesis ini mencerminkan pokok-pokok bahasan yang

terdiri atas lima bab dan beberapa sub bab dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I sebagai pendahuluan untuk memberikan gambaran umum tentang

penelitian yang akan dilakukan dengan memaparkan konsistensi serta kontribusi

penyuluh agama Islam di Kecamatan Amali, karena dianggap mampu meningkatkan

perkembangan pendidikan agama Islam. Rumusan Masalah memaparkan tentang

bagaimana kontribusi penyuluh Agama Islam di Kecamatan Amali terhadap

perkembangan pendidikan agama Islam di Kecamatan Amali Kabupaten Bone.

Tujuan adalah untuk memahami kontribusi para penyuluh agama Islam terhadap

perkembangan pendidikan Agama Islam di Kecamatan Amali Kabupaten Bone.

Kegunaan adalah untuk mengetahui bahwa penyuluh agama Islam memberikan

dampak yang positif terhadap perkembangan pendidikan agama Islam di Kecamatan

Amali.

Bab II dalam penulisan ini dibahas mengenai a. Tinjauan Pustaka dengan hasil

penelitian terdahulu. b. Kajian Pustaka yang membahas tentang konsribusi penyuluh

agama Islam terhadap perkembangan pendidikan agama Islam di Kecamatan Amali.

c. Kerangka Teoritis yang menjelaskan bahwa konsistensi dan kontribusi penyuluh

agama Islam di Kecamatan Amali Kabupaten bone memiliki dampak yang positif

dalam kehidupan masyarakat.


37

Bab III Memaparkan tentang metodelogi penelitian a. Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. b. Pendekatan penelitian menggunakan edikatif, psikologi,

sosiologis dan historis. c. Metode pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,

dokumentasi. d. Jenis dan sumber data ada data primer dan data skunder. e. Teknik

pengelolaan data dikumpulkan, diseleksi, disusuan secara sistematis dan menarik

kesimpulan

Bab IV Menyajikan hasil penelitian dan pembahsan. a. Profil Kantor Urusan

Agama (KUA) Kecamatan Amali. b. Kontribusi penyuluh agama Islam terhadap

perkembangan pendidikan kecamatan Amali Kabupaten Bone. c. Memaparkan

Bagiamana Model, Metode, Penyampaian Materi Penyuluh Agama Islam

Perkembangan Pendidikan Agama Islam Di Kecematan Amali Kabupaten Bone.

Bab V sebagai bab penutup dikemukakan mengenai kesimpulan sekaligus

mejawab permasalahan pokok bagaimana Kontribusi penyuluh agama Islam terhadap

perkembangan pendidikan kecamatan Amali Kabupaten Bone yang memiliki dampak

positif terhadap mental keagamaan masyarakat. Dilanjutkan dengan rekomendasi atau

implikasi penelitian agar penelitian ini tidak bersifat teoritis namun juga dapat

bersifat praktis.

OUT LINE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Defenisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

B. Kajian Pustaka

1. Kontribusi Penyuluh Agama Islam

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Metode Pengumpulan Data

D. Sumber Data

E. Metode Pengelolaan dan Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Keagamaan masyarakat Kecamatan Amali

B. Wujud kontribusi penyuluh agama Islam dalam Mewujudkan Akhlatul

Karimah, Mencegah Paham Radikalisme dan Terorisme serta mencegah

Penyelahgunaan Narkoba.

C. Metode, Dakwah / Penyampaian Materi Penyuluh Agama Islam dalam

Mewujudkan Akhlatul Karimah, Mencegah Paham Radikalisme dan

Terorisme serta mencegah Penyelahgunaan Narkoba.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Rekomendasi/Implikasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
39

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet.II; Jakarta:

Rajawali Pers, 2004

Amirulloh, Analisis Pengembangan Kompetensi penyuluh Agama pada Ditjen Bimas

Islam Kementrian Agama Republik Indonesia dalam Memelihara kerukunan

Ummat Beragama, Cet. I; Tangerang: Young Progressive Muslim, 2016, h.

171-172

Arifin H. M, Pokok-Pokok Pikiran tantang bimbingan dan kepenyuluhan agama

disekolah dan diluar sekolah, (Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 9

Arif Muhammad Tiro, Penelitian: Skripsi, Tesis dan Desertasi, Cet. I; Makassar:

Andira Publisher, 2009


40

Ansari Isa K.H.M, Mijahid Da’wah, (Cet. I; Bandung: CV. Diponegoro), 1967

Arifin Anwar, Dakwah Kontemporer sebuah Studi Komunikasi, Cet. II; Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2011

Ahmad Entus Riyadhy, Jurnal Tarbiyah 2015, yang berjudul Madrasah Nizhamiyah

Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas

Ortodok Sunni. Jurnal.uinsgd,ac.id. di akses pada tanggal 22 Mei 2019.

Basit Abdul, Tantangan Profesi Penyuluh Agama Islam dan Pemberdayaannya,

Jurnal Dakwah, Vol. 15, No. 1 Tahun 2014.

Bungin Burhan (ED), Metode Penelitian Kualitatif, Cet ke 9; Jakarta: PT. Raja

grapindo Persada, 2012

Damin Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002

Ditjen Penyelanggaran Haji dan Umrah, Pola Penyuluhan Haji, Cet: I; Jakarta;

Kemenag, 2007

Departemen Agama R.I, Materi Bimbingan Dan Penyuluhan Bagi Penyuluh Agama

Islam Terampil, (Pedoman Penyuluhan VI), Tahun 2003

_______, Pedoman Identifikasi Kebutuhan Sasaran Penyuluh Agama Islam

(Pedoman Penyuluhan III), Tahun 2002

Grafika Sinar, Undang-Undang Pokok Perkawinan, Cet. IV; Jakarta Sinar Grafika,

2000

Jaya Fajar Hatma Indra, Revitalisasi Peran Penyuluh Agama dalam Fungsinya

Sebagai Konselor dan Pendamping Masyarakat, Vol. 8, No. 2, Desember

2017
41

Katu Samiang Guru besar Ilmu Perbamdiangan Agama Fakultas Ushuluddin dan

Filasfat Uin Alauddin Makassar, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran

Islam, Jurnal Al Ad-Adyaan, Volume I, Nomer 2 Desember 2015

Kontowijoyo, Paradigma Islam untuk Aksi, Cet. I; Bandung: Mizan 1998

Kementerian Agama R. I, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Penyuluh Agama, (kantor Kementerian Agama Provensi Sulawesi Selatan

bidang Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf, tahun 2015.

_______,Naskah Akademik bagi Penyuluh Agama, Putslitbang, Kehidupan

Keagamaan: Jakarta, 2015.

_______, Al-Quran dan Terjemahannya, Makassar: Halim, 2013.

_______, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama, 4 Januari 2016

Lekxy J. Moleon, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI; Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009

Mustafa, Kontribusi Yayasan Peniddikan Islam Tellungpoccoe (Yapit) terhadap

Perkembangan Pendidikan Islam Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone,

IAIN Bone.

Mufid Ahmad Syafi’I, Kasus-Kasus Aktual Kehidupan Keagamaan Indonesia, Ed. I;

Jakarta: Putlitbang Kehidupan Keagamaan, 2015, h. 67

Nasution S., Metode Research, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 113.

Poerwadarminta W.J.S, , Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. IV; Jakarta: PN Balai

Pustaka, 1984

Poerbakawatja Soegarda, H.A.H.Harahap, Ensiklopedia Pendidikan, Cet. III; Jakarta:

Gunung Agung, 1989


42

Subagyo P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Cet. IV; Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2004

Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damianti, Metode Penelitian Bahasa, Cet. II;

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007

Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet,X; Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2011

Rahman Abdul, Pengelolaan SMA Negeri Kamanre Kabupaten Luwu, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, 2015

Anda mungkin juga menyukai