Jurusan : Tarbiyah
Kabupaten Bone
kebenaran Islam ke seluruh penjuru dunia dengan tujuan untuk mengajak manusia ke
jalan yang baik dan menjauhi kemungkaran berdasarkan ajaran Islam. Dalam
Islam berpijak kepada dua metode dakwah yang sangat menunjang keseuksesan
1. Bi Al-Hikmah
keadilan, ilmu, kearifan, kenabian, dan juga Al-Quran. Hikmah berasal dari kata
“hakim” yang berarti seorang yang berprofesi memutuskan perkara hukum. Hikmah
juga dapat ditafsirkan sebagai integrasi antara ucapan dan perbuatan, ilmu yang
bermanfaat dan amal saleh, takut kepada Allah dan sikap hati-hati dalam agama, ilmu
beserta pengamalannya, hingga menjawab pertanyaan dengan cepat dan benar. Kata
1
2
pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa
yang didakwahkan atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik
2. Al-Mauizhah Hasanah
Adalah memberikan nasihat yang baik kepada orang lain dengan cara yang
baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat
diterima, berkenan dihati,lurus pikiran sehingga pihak yang menjadi objek dakwah
dengan rela hati dan atas kesadarannya sendiri dapat mengikuti ajaran yang
Di samping itu para penyuluh agama Islam dilarang keras untuk memaksakan
ajaran agama kepada seseorang atau kelompok tertentu, sebab beragama merupakan
hak asasi manusia. Pengembangan dan penyebaran ajaran Islam, sejarawan merekam
jejak-jejak aktivitas dakwah di berbagai penjuru dunia bahwa mereka tidak pernah
lepas dari berbagai tantangan, tantangan yang mereka hadapi antara lain datang dari
objek dakwah yang masih sangat patuh memegang teguh kepercayaan nenek moyang,
atau datang dari sekelompok orang yang memiliki pemahaman dan penafsiran
tersendiri mengenai sistem kepercayaan dan keyakinan mereka. Jika dilihat dari sudut
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
Ayat diatas merupakan perintah dari Allah kepada kaum mukmin agar
mengajar manusia kepada kebaikan menyeruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
kepada yang mungkar dan ia merupakan salah satu kewajiban yang mulia yang ada
dalam syariat agama Islam, karena pemeluk setiap agama telah melenceng sebagian
mereka dari agamanya disebabkan kebodohan tentang agama, mengikuti hawa nafsu,
lalai dalam menjalankan kewajiban dan saling menzalimi diantara mereka maka
apabila tidak ada manusia yang membenarkan ajaran menunjukkan petunjuk kepada
yang sesat menasehati yang lalai dan menghentikan tangan yang zalim maka
kesesatan akan semakin besar hingga agama akan dilupakan dan Allah s.w.t; akan
menurunkan azab atau melaknat mereka yang meninggalkan amar ma’ruf nahi
mungkar.
Kementerian Agama yang lahir pada tanggal 3 Januari 1946 memikul tugas
dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan dan panduan kepada masyarakat
pemeluk agama agar menjadi warga negara yang baik, tunduk dan patuh pada aturan-
aturan kenegaraan dalam berbangsa dan bernegara serta menjadi pemeluk agama
1
Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Makassar: Halim, 2013), h. 63
4
yang patuh dan taat melaksanakan ajaran agama yang dipeluknya, ini berarti,
lebih lanjut kebijakan itu, melalui Perguruan Tinggi Agama Islam (PTKI) baik negeri
maupun swasta, dengan tugas melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, meliputi
melalui Dirjen Bimas Islam, juga mengangkat Aparatur Sipil Negara (ASN) dan
Non-ASN dengan tugas khusus sebagai tenaga Penyuluh Agama. Jumlahnya sangat
terbatas dibanding medan yang luas dan berat, bahkan di antara penyuluh agama
Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah dan bertugas sebagai guru mengaji,
kemudian di antara mereka direkrut untuk menjadi tenaga honorer penyuluh agama
pedesaan tampak bahwa pemahaman mereka tentang ajaran agama Islam (agama
karena faktor keturunan campur aduk antara keyakinan primitif dengan keyakinan
2
Samiang Katu Guru besar Ilmu Perbamdiangan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filasfat Uin
Alauddin Makassar, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, Jurnal Al-Adyaan, Volume I,
Islam (akidah) merupakan fenomena yang kasat mata. Sinkritisme adalah hal yang
lumrah.3
Agama Islam pada masyarakat dan pemberdayaan masjid. Dalam kaitan ini penyuluh
agama karena fungsinya yang sangat strategis itu memiliki tanggung jawab untuk
membawa masyarakat binaanya kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera,
Tugas penyuluh Agama Islam sekarang ini berhadapan dengan suatu kondisi
3
Samiang Katu, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, h. 53
4
Samiang Katu, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, h. 54
6
dengan demikian, setiap penyuluh agama secara terus menerus perlu meningkatkan
pengetahuan, wawasan dan pengembangan diri dan juga perlu dipahami “visi misi
penyuluh agama” serta penguasaan yang optimal terhadap materi penyuluhan agama
agama itu sendiri hendaknya tidak hanya memberatkan kepada proses dan prosedur
tetapi juga kepada hasil dan dampaknya bagi pribadi, keluarga serta masyarakat
secara luas. Berkaitan dengan itu, maka penyuluh agama harus relevan artinya
itu sendiri oleh karena itu penyuluh agama harus mengetahui apa sebenranya yang
dibutuhkan oleh sasaran penyuluhan untuk itu maka identifikasi kebutuhan sasaran
agama yang ada pada masyarakat diamana kegiatan penyuluhan agama merupakan
salah satu bentuk dan acara pelaksanaan pendidikan nasional untuk itu setiap
penyuluh agama harus mengetahui visi, misi dari tujuan pendidikan nasional sehingga
nasional dan tidak keluar dari sistem pendidikan yang ada, visi pendidikan nasional
terdiri dari visi makro yaitu terwujudnya masyarakat madani dan visi mikro yaitu
5
Departemen Agama R.I, Materi Bimbingan Dan Penyuluhan Bagi Penyuluh Agama Islam
6
Departemen Agama R. I, Pedoman Identifikasi Kebutuhan Sasaran Penyuluh Agama Islam
akhlak yang tinggi kemerdekaan dan demokratis, toleransi dan menjunjung hak asasi
manusia saling pengertian dan berwawasan global.7 Untuk mewujudkan visi misi
pendidikan nasional baik secara makro dan mikro, maka penyuluh agama memiliki
dengan mengakat penyuluh agama di seluruh Indonesia yang telah tertuang dalam
No: Dj.III/432 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis Pengangkatan Penyuluh Agama
Islam Non Pegawai Negeri Sipil; Berdasarkan Surat keputusan tersebut maka,
Pengangkatan Penyuluh Agama Islam Non Pegawai Negeri Sipil (Non Pns)
Selatan, yang dimana khusus di Wilayah Kecematan Amali Penyuluh Agama Islam
Non Pns hanya berjumlah 6 orang dan penyuluh Fungsional (PNS) berjumlah 1
Orang.
Penyuluh agama Islam merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan
bimbingan ummat Islam dalam mecapai kehidupan yang bermutu serta kesejahtraan
lahir dan batin kedudukanya ditengah masyarakat sangatlah penting dan memiliki
7
Departemen Agama R. I, Pedoman Identifikasi Kebutuhan Sasaran Penyuluh Agama Islam
peranan yang cukup besar baik karena ilmunya maupun dengan keteladanannya
dalam pengamalan keagamaan. Begitu besar peran penyuluh agama Islam dengan
ummat beragama dalam rangka pembinaan mental moral dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.
kegiatan dari penyuluh agama Islam dikecematan Amali, sehingga eksistensi atau
Akan tetapi tak lepas dari harapan diatas terdaptalah kenyataan yang
agama Islam yang dimana berdasarkan observasi awal dari peneliti menemukan
kehadiran penyuluh agama Islam dan tidak mengetahui tempat untuk konsultasi
kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh agama Islam baik secara sistematis dan
Kabupaten Bone
9
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok yang dikaji dalam dalam penelitian ini adalah bagaimana
Di Kecematan Amali Kabupaten Bone, dari pokok masalah tersebut selajutnya dirinci
Kabupaten Bone
Kabupaten Bone
1. Defenisi Operasional
variable yang dimaksudkan dalam tesis ini, maka penulis menguraikan beberapa
definisi yang bertujuan meluruskan dan menegaskan pengertian dan arah penulisan
ini. Penyuluh Agama adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diberikan tugas,
tanggung jawab dan hak secara penuh oleh yang berwenang untuk melakukan
bahasa agama.8
8
Kementerian Agama R. I, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh
Agama, (kantor Kementerian Agama Provensi Sulawesi Selatan bidang Penerangan Agama Islam,
Negara (ASN) yang diberikan tugas dan tanggung jawab dan hak secara penuh oleh
disosialisasiakan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya keputusan menteri agama
nomor 791 tahun 1985 tentang honorarium penyuluh agama. Istilah penyuluh agama
diperguanakan untuk menggantikan istilah guru agama honorer (GAH) yang dipakai
kontribusi adalah suatu yang dilakukan untuk membantu menghasilkan atau mencapai
sesuatu secara bersama-sama. Berarti boleh dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan
Kabupaten Bone setiap saat. Dimana seluruh anggota dari para penyuluh merupakan
warga atau masyarakat asli Kecematan Amali, sehingga dengan leluasa mengetahui
seluk beluk daerahnya, mengetahui geografis, dan adat budaya dari kecematan Amali
itu sendiri.
9
Sinar Grafika, Undang-Undang Pokok Perkawinan, (Cet. IV; Jakarta Sinar Grafika, 2000), h.
63
10
W.J.S, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. IV; Jakarta: PN Balai
kualitas dalam pertumbuhan. Pengeruah dari luar ini adalah pelajaran-pelajaran dan
latihan-latihan yang sengaja atau tidak disengaja diterima oleh anak jika pertumbuhan
itu merupakan akibat dari kekuatan intern, maka perkembangan merupakan hasil
faktor-faktor luar, perkembangan anak merupakan hasil total dari faktor-faktor dan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.12
Kata “Pendidikan” dalam arti luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari
rohaniah).13
merupakan wajah dari kementrian agama jika penyuluh agama baik maka baiklah
wajah dari kementrian agama begitupun juga dengan sebaliknya, ataupun penyuluh
11
Soegarda Poerbakawatja, H.A.H.Harahap, Ensiklopedia Pendidikan, (Cet. III; Jakarta:
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet,X; Bandung: Remaja
13
Soegarda Poerbakawatja, H.A. H.Harahap. Ensiklopedi, h. 276.
12
bisa disebut sebagai “suluh” atau obor dalam kegelapan ataupun pembimbing ummat
beragama dalam rangka, perubahan mental, akhlak, ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa melalui pendidikan agama Islam sehingga mampu merubah tingkat
Kecamatan Amali dan para penyuluh baik non Pns ataupun Fungsional
lainnya.
Republik Indonesia
mealporkan hasil kinerjanya. Sayangnya, E-PAI ini sampai saat ini masih
sangat terbatas.
Sebagai ruang lingkup yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah
wilayah yang menjadi tempat diadakannya suatu penelitian yaitu di Kecamatan Amali
D. Tinjauan Pustaka
ini yakni:
berbentuk yayasan, dituntut untuk lebih aktif dan kreatif dalam memberikan
pendidikan Islam akan ditinggalkan karena tidak adanya daya tarik oleh siswa dan
14
Mustafa, Kontribusi Yayasan Peniddikan Islam Tellungpoccoe (Yapit) terhadap
Perkembangan Pendidikan Islam Di Kecamatan Amali Kabupaten Bone, Iain Bone, Watampone. h.
97
14
CV. Bulan Bintang dengan judul “Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan
disebut sebagai Metode dan Prinsip-Prinsip Bimbingan konseling Islam, Antara lain:
Ortodok Sunni. Berbicara mengenai lembaga pendidikan Islam tidak bisa dilepaskan
dari pandangan Islam itu sendiri mengenai pendidikan. Pendidikan Islam merupakan
wujud dari pengaruh berbagai kebudayaan atau peradaban yang pernah ada dalam
pendidikan Islam memiliki karakter dan tujuannya tersendiri yang didasarkan kepada
Kementrian Agama Tahun 2007 yang berjudul “Pola Penyuluhan Jamaah Haji”
dimana menjelaskan bahwa kegiatan penyuluhan jamaah haji dan umrah tepatnya
dibawah direktoral pembinaan haji, selain memberikan penyuluhan haji baik secara
lagsung maupun tidak lagsung juga bertugas untuk memberikan masukan informasi
15
H. M. Arifin M, Pokok-Pokok Pikiran tantang bimbingan dan kepenyuluhan agama
disekolah dan diluar sekolah, (Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 9
16
Entus Riyadhy Ahmad, jurnal Tarbiyah,2015, yang berjudul Madrasah Nizhamiyah
Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas Ortodok Sunni.
Jurnal.uinsgd,ac.id. di akses pada tanggal 22 Mei 2019.
15
menyangkut semua aspek perhatian di Indonesia yang ada di daerah, baik provinsi
maupun kabupaten kota, oleh karena itu hal pertukaran informasi anatar pusat dan
daerah akan membantu suksesnya sebuah kegiatan penyuluhan haji dan umrah.17
agama adalah tempat mengadu dan bertanya bagi masyaraktnya untuk memecahkan
mengajak untuk segera menggerakannya untuk ikut serta aktif dalam menyukseskan
pembangunan. 18
Indonesia sempat dijuluki sebagai negara yang toleran dalam hubungan antar ummat
beragama namun sejak penghujung abad ke-21 julukan tersebut mulai digugat bahkan
seakan-akan mulai sirna karena muncul berbagai konflik bernuansa agama peran
penyuluh dalam menagani konflik pada tahap ini masih dalam tataran pasca konflik
belum ada penaganan pra konflik. Penaganan pasca konflik adalah dimana para
17
Ditjen Penyelanggaran Haji dan Umrah, Pola Penyuluhan Haji, (Cet: I; Jakarta; Kemenag,
2007), h. 9
18
Kementrian Agama R.I, Naskah Akademik bagi Penyuluh Agama, ( Putslitbang, Kehidupan
Keagamaan: Jakarta, 2015), h. 54
19
Ahmad Syafi’I Mufid, Kasus-Kasus Aktual Kehidupan Keagamaan Indonesia, (Ed. I;
Jakarta: Putlitbang Kehidupan Keagamaan, 2015), h. 67
16
menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Kompetensi penyuluh agama terbagi menjadi:
Agama pada Ditjen Bimas Islam Kementrian Agama Republik Indonesia dalam
penyuluh yang belum memenuhi kompetensi sebagai penyuluh Agama Islam yang
telah ditetapkan oleh bimas Islam hal ini disebabkan oleh berbgai faktor diantaranya
sumber daya manusia dan honor Penyuluh Agama Islam terbilang minim, untuk itu
dan Filsafat UIN Alauddin Makassar, Menjelaskan tentang penyuluh agama Islam
dalam sebuah jurnanlnya yang bertajuk “Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran
26 orang dan perempuan 17 orang, dilihat dari latar belakng pendidikan formal, S.2
PTAI (Starata 2) 11 orang, dan 1 orang dr PTU (Strata 1), S. 1 27 orang dan D. 3
20
Kementrian Agama Repubilik Indonesia, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama, ( 4
Januari 2016), h. 16
21
Amirulloh, Analisis Pengembangan Kompetensi penyuluh Agama pada Ditjen Bimas Islam
Kementrian Agama Republik Indonesia dalam Memelihara kerukunan Ummat Beragama, (Cet. I;
Tangerang: Young Progressive Muslim, 2016), h. 171-172
17
yang dimaksud disini adalah dakwah dan bimbingan yang mengacu pada petunjuk
Al-Qur’an, Ilmu pengetahuan yang dimiliki moleh para penyuluh fungsional sangat
perkembangan IPTEK, ilmu yang dimilikinya tidak mampu untuk mengcover semua
permasalahan ummat yang muncul ditengah masyarakat, oleh karena itu sudah
yang lebih tinggi guna mengantisipasi perkembangan zaman yang melaju dengan
sangat cepat, Lembaga Perguruan Tinggi Agama Islam sudah saatnya merevisi
dibuatkan MoU antara universitas dan kementerian agama agar alumninya yang telah
sipil.22
persamaan bahwa penyuluh agama baik di kota Makassar dan di Kabupaten Bone
(iptek), maka dari itu penyuluh agama wajib untuk selalu mengembangkan wawasan
keilmuan yang dimilikinya. Sedangkan perbedaan dari penelitian saya ini dimana
dari berbagai bidang seperti, Akidah dan Akhlak, Fiqih, Ski, Qur’an dan Hadist.
22
Samiang Katu, Penyuluh Agama dan Pembumian Ajaran Islam, h. 72
18
Fajar Hatma Indra jaya, dalam jurnal konseling religi jurnal bimbingan
konseling Islam yang berjudul “Revitalisasi Peran Penyuluh Agama dalam Fungsinya
prakteknya fungsi informatif edukatif merupakan fungsi yang selama ini dominan,
tabliq, sebagai broker penyuluh agama bias menjadi penghubung antara kebutuhan
dibutuhkan klien. Dengan demikian penyuluh agama menjadi rahmatan lil alamin.23
Sedangkan untuk hasil penelitian diatas memiliki persamaan yaitu tugas para
dan melakukan diagnosis serta pemecahan masalah adapun penelitian saya ruang
pendidikan agama Islam yang jauh dari kata baik khsusnya di wilayah Kecamatan
Pada jurnal lainnya dijelaskan oleh Abdul Basit yang berjudul “Tantangan
Profesi Penyuluh Agama Islam dan Pemberdayaannya” Jurnal dakwah, Vol. 15, No.
1 Tahun 2014.
23
Fajar Hatma Indra Jaya, Revitalisasi Peran Penyuluh Agama dalam Fungsinya Sebagai
penyuluhan agama pada era modern sekarang ini semakin komplek. Setidaknya ada
tiga tantangan berat yang dihadapi oleh penyuluh agama yaitu perubahan perilaku
berkembangnya wacana Islam yang fundamentalis dan radikal disatu sisi serta Islam
liberal disisi yang lain, dan terakhir tantang pengatasan problem moralitas dan
karakter bangsa Indonesia yang kian meroset dan melemah, untuk mengatasi
Penyuluh Agama Islam diamana memiliki peran yang sangat penting dalam suatu
akan penulis teliti yaitu Penyuluh Agama Islam yang akan diteliti merupakan suatu
daerah dan kawasan yang jauh dari pusat perkotaan serta kontribusinya dalam
yang lebih baik dari segala aspek. Olehnya itu penulis menganggap bahwa penelitian
ini sebagai hal yang baru dan tidak pernah diteliti sebelumnya.
24
Abdul Basit, Tantangan Profesi Penyuluh Agama Islam dan Pemberdayaannya, Jurnal
E. Kerangka Teoretis
Pada bagian ini diuraikan kerangka teori yang dijadikan penulis sebagai
pedoman dan landasan berpikir dalam melaksanakan penelitian ini, hal ini perlu
Perhatian dari berbagai kalangan, khusunya dari para akademisi, peneliti, dan
cendikiawan muslim tentang upaya pembumian ajaran agama Islam dalam hal ini
terkait erat dengan kontribusi penyuluh agama Islam cukup singnifikan, hal tersebut
ditandai dengan lahirnya sejumlah tulisan-tulisan dan hasil penelitian yang membahas
dan menganalisis berbagai faktor kesuksesan dan kegagalan penyuluh agama Islam,
K.H.M. Isa Ansari dalam karya tulisnya yang berjudul Mujahid Dakwah yang
terbit pada tahun 1967, menyatakan bahwa kesuksesan dalam membumikan ajaran
agama Islam, sehingga menjadi bagiaan yang nyata terhadap kehidupan ummat
manusia sangat ditentukan oleh kualitas oleh penyuluh agama Islam yang tersebar di
sangat strategis, ia adalah alpha dan omega, ia adalah pangkal dan ujung, awal dan
masyarakat, penyuluh agama Islam bukan saja memperoleh tempat berpijak dengan
kedua kakinya akan tetapi dia telah mendapat tanah yang subur untuk menanam
Buku setebal 318 halaman tersebut cukup konprehensif berbicara mengenai aktivitas
penyeluh agama Islam akan tetapi pembahsan khusus berkaitan dengan peran penting
25
K.H.M Isa Ansari, Mijahid Da’wah, (Cet. I; Bandung: CV. Diponegoro, 1967), h. 225
21
penyuluh agama Islam dalam mengemban misi membumikan ajaran agama Islam,
masnusia akan kehilangan maknanya. Dan fenomena tersebut sudah terjadi pada
masyarakat barat. Masyarakat barat ditengah kemajuan yang pesat dari ilmu
yang hebat. Manusia barat dalam kebudayaan yang sangat rasional itu, sesunguhnya
menderita kehampaan hidup, mereka hidup tanpa makna lalu kemudian mereka lari
akibat dari proses sekularisasi dan proses deregionisasi lantas bagaimana jalan
membumikan ajaran Al-Qur’an atau Ajaran Agama Islam dalam kehidupan ini,
menurut Kuntowijoyo, Islam bukanlah sebuah sistem teokrasi, bukan pula cara
berfikir yang didikte oleh teologis sebab dalam agama Islam tidak dikenal yang
namanya dikotomi antara domain duniawi dan domain agama, konsep tentang agama
dan Islam, bukan semata-mata teologi tetapi Islam pada dasarnya adalah All-
22
Embracing bagi penataan sistem kehidupan sosial, politik, ekonimi, budaya. Oleh
karena itu tugas terbesar dari Islam adalah melakukan transformasi sosial dan budaya
dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan ajaran syariat Islam, dalam Al-Qur’an menyeru
manusia untuk beriman kemudian beramal ini bermakna bahwa Islam diawali dengan
iman serta diakhiri dengan amal yakni aksi yang nyata. Karena itu, pusat keimanan
Islam itu adalah Tuhan akan tetapi ujung aktualisasinya adalah manusia, dengan
demikian Islam menjadikan tauhid sebagai pusat dari semua orientasi nilai dan pada
saat yang sama, melihat manusia sebagai tujuan dari transformasi nilai. Inilah Agama
sinyal bahwa untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang Islami, syarat utama yang
manusia. Akan tetapi belum sempat memberikan perhatian khusus kepada penyuluh
agama Islam agar meraih sukses dalam membumikan Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari.
komunikasi memiliki perhatian serius tentang penyuluh agama Islam dalam karya
dakwah itu adalah sebuah bentuk rekayasa sosial yang efektif untuk mendorong
perubahan sosial untuk menuju terwujudnya suatu masyarakat yang dimana setiap
individu memiliki identitasnya sebagai makhluk Tuhan yang terbaik yaitu mencapai
puncak kamnausiaan yang tertinggi dengan beriman, berilmu sesuai dengan tujuanya
26
Kontowijoyo, Paradigma Islam untuk Aksi, (Cet. I; Bandung: Mizan 1998), h. 166-167
23
Bertitik tolak dari teori-teori tersebut, maka kerangka berpikir yang dibangun dalam
berkenaan dengan judul tesis ini, penulis dapat merumuskan suatu kerangka alur
27
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer sebuah Studi Komunikasi, (Cet. II; Yogyakarta: Graha
agama (KUA) kecamatan Amali merupakan pimpinan tertinggi dalam sebuah struktur
organisasi di dalam urusan keagamaan dalam setiap wilayah tertentu, dalam hal
kelembagaan keberadaan para penyuluh baik fungsional maupun honorer kini berada
25
dalam garis komando kepala KUA yang sebelumnya, garis komando berada di bawah
kendali Seksi Bimas Islam kabupaten. Hal ini tentu menjadi sebuah problem
mengingat tidak adanya garis wewenang dan koordinasi antara penyuluh agama
dengan KUA. Sementara wilayah pelayanan penyuluh agama Islam berada dibawah
kendali Kepala KUA. Maka masuknya penyuluh agama Islam dalam garis komando
ruang gerak kegiatan kepenyuluhan yanag ada di kecamatan Amali dengan konsetrasi
perkembangan pendidikan kecamatan Amali secara luas dan dari segala aspek
terstruktur oleh para penyuluh agama Islam. Dengan demikian diharapkan kondisi
keagamaan masyarakat Kecematan Amali meningkat tidak hanya itu di harapkan juga
meningkatnya pengetahuan agama Islam dari segala aspek khusunya dalam SKI,
Fiqih, Aqidah dan Akhlak, Qur’an Hadist di Kecamatan Amali Kabupaten Bone.
F. Metodologi Penelitian
prosedural, harus disusun dalam langkah-langkah yang jelas dan baik. Dengan
sebuah penelitian itu ditentukan oleh kemampuan peneliti dalam menyusun garis-
dan yang lainnya. Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik,
jelas dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam
hal ini untuk mendeskripsikan tentang Posisi dan Kontribusi Para Penyuluh baik
selain itu penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, 29 Pada umumnya pula peneliti-
peneliti kualitatif deskriptif berupaya keras agar pembahasan mereka lebih cenderung
28
Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damianti, Metode Penelitian Bahasa, (Cet. II; Bandung:
29
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Lihat, Lekxy J. Moleon, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. XXVI; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h. 5.
27
diterima sebagai salah satu tipe penelitian kualitatif. Oleh karena itu, wacana yang
kualitatif.30
1. Jenis Penelitian
atau disebut penelitian deskriptif kualitatif. Data yang muncul berupa kata-kata yang
yang tampak.
a. Riset lapangan (field research), yaitu suatu metode pengumpulan data yang
b. Riset kepustakaan (library research) yaitu suatu cara yang ditempuh oleh
2. Pendekatan Penelitian
30
Burhan Bungin (ED), Metode Penelitian Kualitatif (Cet ke 9; Jakarta: PT. Raja grapindo
Persada, 2012), h. 27
28
a. Observasi
akan diteliti, yang berkaitan dengan Kontribusi Penyuluh Agama Islam Terhadap
situasi penelitian, pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi ini adalah ruang
mengerti prilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti
Manfaat dari observasi ini antara lain adalah untuk memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik
b. Wawancara
organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu
populer, karena itu digunakan di berbagai penelitian. 32 Dalam penelitian ini penulis
terencana dan terarah guna memcapai data yang mendalam sehingga lebih mudah
31
S. Nasution, Metode Research (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 113.
32
Burhan Bungin (ED), Metode Penelitian Kualitatif (Cet. 9; Jakarta: PT Raja Grafindo
33
Sudarwan Damin, Menjadi Peneliti Kualitatif (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002), h.
132.
31
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
dan memelihara agar wawancara produktif, dan (4) menghentikan wawancara guna
Kecamatan Amali
c. Dokumentasi
34
Abdul Rahman, Pengelolaan SMA Negeri Kamanre Kabupaten Luwu, Program
Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berarti mengajar,
pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk seringkali digunakan para
ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi
hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen
(dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian
yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan,
melihat dokumen secara tertulis yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti.
Metode dokumentasi ini dimaksudkan dalam hal ini adalah pengumpulan data yang
Menurut Burhan Bungin dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik
berupa rekaman peristiwa, sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya
35
Abdul Rahman, Pengelolaan SMA Negeri Kamanre Kabupaten Luwu, Program
36
Burhan Bungin, Metode Penelitian, h. 142.
33
ditarik kesimpulan, apabila kesimpulan yang ditarik kurang mantap, karena terdapat
kekurangan data, maka peneliti dapat melakukan lagi pengumpulan data sampai data
tersebut utuh.
Setelah data terkumpul secara lengkap kemudian diadakan penyajian data lagi
yang susunannya dibuat secara sistematis, sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan
yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk
menjaga keteraturan atau pola yang muncul pada sejumlah pengamatan selama di
lapangan. Dalam melakukan hal ini sejumlah pertanyaan dapat diajukan, sebagai
berikut,
2) Bagaimana strukturnya?
37
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Cet. IV; Jakarta: PT. Rineka
4) Apa penyebabnya?
5) Bagaimana Prosesnya?
6) Bagaimana konsekuensinya?
data yang muncul berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data yang berupa
kata-kata tersebut masih sangat beragam, sehingga perlu diolah agar menjadi
Metode yang digunakan adalah analisis wacana, yaitu data yang diperoleh
dibahas. Analisis data dilakukan setelah diperoleh data primer dan sekunder sehingga
memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan penelitian. Data
1. Tujuan penelitian
Kecamatan Amali
38
Muhammad Arif Tiro, Penelitian: Skripsi, Tesis dan Desertasi, h. 122-123
35
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Ilmiah.
b. Kegunaan Praktis
bagi kalangan akademik dan masyarakat luas tentang posisi Para Penyuluh
terdiri atas lima bab dan beberapa sub bab dengan sistematika sebagai berikut:
Tujuan adalah untuk memahami kontribusi para penyuluh agama Islam terhadap
Amali.
Bab II dalam penulisan ini dibahas mengenai a. Tinjauan Pustaka dengan hasil
agama Islam di Kecamatan Amali Kabupaten bone memiliki dampak yang positif
dokumentasi. d. Jenis dan sumber data ada data primer dan data skunder. e. Teknik
kesimpulan
implikasi penelitian agar penelitian ini tidak bersifat teoritis namun juga dapat
bersifat praktis.
OUT LINE
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
B. Kajian Pustaka
A. Jenis penelitian
B. Pendekatan Penelitian
D. Sumber Data
Penyelahgunaan Narkoba.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Rekomendasi/Implikasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
39
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet.II; Jakarta:
171-172
disekolah dan diluar sekolah, (Cet. III; Jakarta: Bulan Bintang, 1979). h. 9
Arif Muhammad Tiro, Penelitian: Skripsi, Tesis dan Desertasi, Cet. I; Makassar:
Ansari Isa K.H.M, Mijahid Da’wah, (Cet. I; Bandung: CV. Diponegoro), 1967
Arifin Anwar, Dakwah Kontemporer sebuah Studi Komunikasi, Cet. II; Yogyakarta:
Ahmad Entus Riyadhy, Jurnal Tarbiyah 2015, yang berjudul Madrasah Nizhamiyah
Bungin Burhan (ED), Metode Penelitian Kualitatif, Cet ke 9; Jakarta: PT. Raja
Damin Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2002
Ditjen Penyelanggaran Haji dan Umrah, Pola Penyuluhan Haji, Cet: I; Jakarta;
Kemenag, 2007
Departemen Agama R.I, Materi Bimbingan Dan Penyuluhan Bagi Penyuluh Agama
Grafika Sinar, Undang-Undang Pokok Perkawinan, Cet. IV; Jakarta Sinar Grafika,
2000
Jaya Fajar Hatma Indra, Revitalisasi Peran Penyuluh Agama dalam Fungsinya
2017
41
Katu Samiang Guru besar Ilmu Perbamdiangan Agama Fakultas Ushuluddin dan
Rosdakarya, 2009
IAIN Bone.
Nasution S., Metode Research, Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 113.
Poerwadarminta W.J.S, , Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. IV; Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984
Subagyo P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Cet. IV; Jakarta: PT.
Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet,X; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011