Anda di halaman 1dari 10

DAKWAH DAN TANTANGAN POLITIK

Dhani Rizqi Fadilah, Diaz Zikrul Azizi, Firlina Sani


E-mail: dhanirfadilah@gmail.com diazgotho@gmail.com. firlinasani@gmail.com
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Abstrak
Artikel ini mengkaji peran dakwah dalam menghadapi tantangan politik kontemporer.
Dakwah, sebagai upaya penyebaran nilai-nilai keagamaan dan moral dalam masyarakat,
seringkali berhadapan dengan berbagai tantangan politik yang dapat memengaruhi
efektivitasnya. Artikel ini menganalisis dinamika kompleks antara dakwah dan politik, serta
berbagai tantangan yang mungkin dihadapi oleh para da'i (pendakwah) dalam upaya mereka
untuk mempromosikan pesan keagamaan dalam konteks politik yang terus berubah.
Penelitian ini menggunakan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dakwah dalam ranah politik dapat menjadi alat yang kuat dalam mempromosikan
perdamaian, toleransi, dan keadilan sosial dalam masyarakat. Artikel ini juga menguraikan
beberapa strategi yang dapat digunakan oleh para da'i untuk menghadapi tantangan politik.
Dengan pemahaman tentang hubungan antara dakwah dan politik. Penelitian ini memberikan
wawasan yang bermanfaat bagi para da'i, dan pemimpin agama.
Kata Kunci: Dakwah, Tantangan, Politik

PENDAHULUAN
Beberapa kali pemilihan umum pada era reformasi selalu memunculkan kekecewaan
di kalangan tokoh, mubaligh, dai akibat terjadinya kesenjangan antara idealita dan harapan
dengan realitas suara yang diperoleh oleh partai Islam atau berbasis massa Islam. Dakwah,
sebagai salah satu aspek penting dalam ajaran Islam, telah memainkan peran sentral dalam
membentuk moral dan nilai-nilai masyarakat Muslim selama berabad-abad. Dakwah
melibatkan penyebaran pesan keagamaan, pendidikan, dan penyampaian nilai-nilai etika yang
menjadi fondasi utama dalam kehidupan individu dan komunitas. Namun, dalam era
kontemporer yang gejolak politiknya semakin kompleks dan beragam, dakwah mendapati
dirinya berhadapan dengan tantangan-tantangan yang tak terelakkan. Tantangan politik telah
memengaruhi sejauh mana pesan-pesan dakwah dapat tersebar dan dipahami oleh
masyarakat.
Dalam perjalanan sejarah, dakwah telah terbukti sebagai alat yang efektif untuk
mengubah pandangan dan perilaku masyarakat, serta memberikan pedoman moral dalam
berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Namun, dalam pergeseran politik global yang terus
berlanjut, tantangan yang dihadapi oleh dakwah semakin rumit. Konflik politik, polarisasi,
dan perubahan nilai-nilai sosial dalam masyarakat seringkali mengarah pada interpretasi dan
praktik-praktik agama yang bervariasi. Oleh karena itu, kajian mendalam mengenai hubungan
antara dakwah dan tantangan politik adalah penting dalam memahami bagaimana pesan-
pesan agama berinteraksi dengan dinamika politik modern.
PEMBAHASAN
A. Konsep Dakwah
Dakwah merupakan salah satu cara melakukan perubahan sosial. Perilaku
masyarakat yang melanggar norma dan etika yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat harus “diluruskan” agar dampak buruknya tidak menyebar dan
menjadi “penyakit” kolektif. Masyarakat harus dibimbing dan diarahkan kepada hal-
hal positif yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga bermanfaat bagi
orang lain. Realitas sosial memang selalu membutuhkan tuntunan spiritual agar
sejalan dengan petunjuk Tuhan.
Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaikbaiknya sehingga
kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima dan dipeluk oleh
umat manusia dengan kemauan dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan. Suatu
agama tidak akan tegak tanpa adanya dakwah, suatu ideologi atau aliran tidak akan
tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan untuk menyiarkannya. Rusaknya agama
adalah dikarenakan para pemeluknya meninggalkan dakwah. Dengan kata lain,
dakwah merupakan satu-satunya faktor yang sangat penting untuk kehidupan suatu
ideologi yang disebarluaskan kepada khalayak ramai.1
Kegiatan dakwah, yang digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan pesan
agama Islam, dan tentang kekuasaan maupun kebenaran Allah swt., memiliki prinsip
dan etika yang sudah terstruktur dengan baik. Dalam kandungan al-Quran Surah An-
Nahl 125, dijelaskan beberapa metode dakwah yang harus dilakukan. Dakwah tidak
dilakukan dengan perkataan yang memaksakan, mengintimidasi, dan bahkan bukan
dengan katakata kotor, melainkan dengan bil hikmah atau pelajaran yang baik.
Maka dengan cara inilah, mengenalkan agama Islam, sebagai agama yang benar,
akan dapat diterima oleh kalangan masyarakat yang memiliki kpercayaan yang lemah
akan Islam, maupun yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan keislaman.
Secara sosiologis juga dapat menghancurkan tatanan masyarakat yang
semestinya bisa dihadirkan melalui partisipasi beragama yang baik dan benar. Sikap
ekstrim dalam beragama adalah salah satu contoh konkrit yang dapat
memporakporandakan citra keislaman yang mestinya dapat merebut hati dan dambaan
umat. Agama yang seharusnya dapat membuat tenang dan tentram berubah menjadi
momok yang ditakuti umatnya sendiri.2

1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 55.
Kegiatan dakwah dengan tindakan yang ektrim dan radikal, justru akan
membuat citra Islam semakin buruk di mata penganut agama lain. Maka dengan cara
yang sopan, lebih mengedepankan adab dan etika dalam berdakwah adalah suatu
keharusan dalam proses dakwah. Karena dakwah adalah jalan menuju rahmatan
lil‟alamin. Oleh karena itu ada beberapa unsur dakwah yang harus diperhatikan oleh
da‟I dalam melakukan dakwah. Di antaranya sebagai berikut :
1. Materi Dakwah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya
untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia
sebagai rahmat bagi seluruh alam. Segala persoalan kemasyarakatan yang
semakin rumit dan kompleks yang dihadapi oleh umat manusia adalah
merupakan masalah yang harus dihadapi dan diatasi oleh para pendukung
dan pelaksana dakwah.3 Karena tujuan utama dakwah adalah untuk
mengajak mad‟u (obyek dakwah) kejalan yang benar yang diridhai Allah.
Maka materi dakwah harus bersumber dari sumber pokok ajaran Islam,
yakni al-Quran dan al-Hadist. Namun, karena luasnya materi dari kedua
sumber tersebut, maka perlu adanya pembatasan yang disesuaikan dengan
kondisi mad‟u.
Materi dakwah juga merupakan unsur terpenting dalam memberikan
penjelasan dan pemahaman kepada masyarakat. Jika pesan dakwah yang
disampaikan adalah tentang seruan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah swt., maka tentu masyarakat akan menilai sebagai sikap untuk sadar
beribadah kepada Allah swt. Namun, apabila materi dakwah dipaparkan
pada aspek menjaga hubungan baik dengan sesama, alam, dan hewan,
maka tuntunannya adalah untuk kesadaran soal muamalah.
Materi dakwah sejalan dengan fitrah manusia, dan sesuai dengan
perkembangan zaman, atau situasinya. Contohnya ketika pada agenda
maulid Nabi Muhammad SAW, maka kontennya adalah soal perjalanan
dakwah Nabi. Jika pada tahun politik, layaknya pada saat 2019 ini, maka
konten dakwah pun akan terkontaminasi untuk mengalur pada aspek
politik. Hal demikian tidak jarang dilakukan dan disampaikan oleh para

2
Okrizal Eka Putra, “Pemikiran Teologis Salafiyah”, dalam Jurnal Penagama, Vol. 19 No.1 (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, Januari-April 2010), 1.
3
Abdul Rosyad Shale, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang,1977), 1.
da‟i yang sering berpartisipasi dalam proses perjalanan politik di
Indonesia.
Oleh karenanya beberapa kaitannya dengan konteks politik, pesan
dakwah acap kali memunculkan masalah. Sebut saja ketika ada sebuah
perbedaan pilihan politik, secara spontan akan menganggap orang lain
lebih buruk dari dirinya, nyaris bahkan tidak adanya tegur sapa, karena
perbedaan pilihan politik. Faktor penyebabnya adalah karena da‟i atau
seorang ulama menyampaikan pesan kampanye dengan dalih egoisme
kekuasaan atas pilihannya. Materi dakwah akan memberikan dampak
besar kepada khlayak yang mendengarkan pesan tersebut. Jika bernilai
provokatif, maka akan memicu masalah antara dua orang yang
berseberangan. Tentu hal demikian akan memunculkan rasa untuk saling
menjatuhi satu sama lain.
2. Hambatan Dakwah
Berdasarkan makna normatifnya, bahwa hambatan dakwah adalah
permasalahan yang muncul dalam memberikan seruan, ajakan, himbauan
dan menjamu, dengan proses yang ditangani oleh para pengembang
dakwah terhadap masyarakat yang sebagian besar warganya yang
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam
perkembangan zaman masa kini. Hambatan dakwah dibagi menjadi 2 yaitu
:
a. Faktor Internal
Hambatan dakwah secara internal yaitu berupa problem dan
hambatan-hambatan dakwah yang bersumber dan berasal dari
lingkup internal kaum muslimin sendiri. Contohnya tentang
menurunnya kualitas ilmu seseorang da‟i, tentang kesusaian
dengan metode penyampaian serta dampaknya terhadap tindakan
seorang mad‟u. 4
Ilmu pengetahuan merupakan suatu hal yang wajib bagi setiap
umat Islam baik itu laki-laki maupun perempuan tanpa memandang
umur. Ilmu pengetahuan merupakan salah satu jalan menuju surga
Allah SWT. Ilmu sejak dulu telah diajarkan oleh Nabi Muhammad
saw. pada para sahabat baik secara terang-terangan maupun secara
4
Sa‟id bin al-Qohthani, Dakwah Islam Bijak(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 92.
sembunyi-sembunyi. Ilmu pengetahuan menempatkan orang dalam
kedudukan terhormat dan mulia (tinggi).5
Kekurangan ilmu yang dimiliki oleh seorang da‟i pada hari ini
juga banyak menimbulkan masalah tersendiri dalam bidang
dakwah. Termasuk ketika seorang da‟i mulai menggeser
pemahaman jamaahnya untuk tetap mengikuti apa yang ia
sampaikan, seperti sikap fanatisme atas dukungan politikyang kian
menyumbang banyak polemik dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat dituntut untuk patuh terhadap ulamanya, dan membuat
semacam poros untuk menghancurkan kepercayaan atas pilihan
orang lain. Ini menjadi hambatan dan tantangan secara internal
yang harus diketahui oleh para da‟i di Indonesia. Pengetahuan
tentang bagaimana mengkondisikan dan menciptakan suasana
kerukunan dalam berbangsa dan bernegara harus didahulukan,
bukan malah tertutup dengan egoisme kepentingannya terhadap
kelompoknya, dan melupakan peran besarnya yakni menjaga
kesatuan bangsa dan negaranya.
Karena sering kali terjadi kegoncangan pada umat yang
diakibatkan oleh keraguan yang ditimbulkan oleh para da‟i dalam
menetapkan sebuah kesadaran besar untuk jamaahnya. Sehingga
hal demikian memicu untuk saling adanya keterbatasan sebagai
manusia, yang seharusnya tetap bertegur-sapa dengan saudaranya
baik seagama maupun agama lain.
b. Faktor Eksternal
Hambatan dakwah secara eksternal yakni peroblemperoblem,
hambatan-hambatan, dan tantangan-tantangan dakwah yang
bersumber dan berasal dari berbagai kalangan dan pihak umat
manusia diluar lingkup kaum muslimin.
Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad‟u. Untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada umat. Pada zaman modern
seperti sekarang ini, seperti televisi, vidio, kaset, rekaman, majalah,

5
Ghazali, M. Bahri, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997),
33.
surat kabar dan yang lain. Dengan banyaknya media yang ada,
maka da‟i harus dapat memilih media yang paling efektif untuk
mencapai tujuan dakwah. Tentunya dengan memilih yang tepat
atau dengan prinsip-prinsip media. Adapun yang menjadi masalah
disini adalah masalah memilih.
Oleh karena itu seorang da‟i harus memiliki ilmu pengetahuan
dan teknologi, karena sangat berdampak positif sebab dengan
demikian pesan dakwah dapat menyebar sangat cepat dengan
jangkauan dan tempat yang sangat luas pula. Dalam suatu proses
dakwah, seorang juru dakwah (da‟i) dapat menggunakan berbagai
sarana atau media. Salah satu unsur keberhasilan dalam berdakwah
adalah kepandaian seorang da‟i dalam memilih dan menggunakan
sarana atau media yang ada.6 Dengan banyaknya media yang ada,
maka da‟i harus dapat memilih media yang paling efektif untuk
mencapai tujuan dakwah. Tentunya dengan memilih yang tepat
atau dengan prinsip-prinsip dakwah yang mendamaikan, bukan
menjelek-jelekkan.
B. Konsep Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang artinya negara. Dalam arti
luas, politik adalah suatu aktivitas yang dibuat, dipelihara, dan di gunakan untuk
masyarakat untuk menegakkan peraturan yang ada di dalam masyarakat itu sendiri.
Politik (serapan dari bahasa Belanda: politiek) adalah proses pembentukan
dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya
dalam negara. Pengertian ini adalah upaya penggabungan antara berbagai definisi
yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan,
dasar dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara. Politik pada
dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik
biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu
antara lain :

6
Adi Sasono, Didin Hafiudin, A.M. Saefuddin, dkk,Solusi Islam atas Problematika Umat: Ekonomi. Pendidikan
dan Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 154.
1. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan
kebaikan bersama (Teori Klasik Aristoteles).
2. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Publik
pemerintahan dan negara.
3. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan publik Pemerintahan.
Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat
tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Politik tidak bisa dipisahkan oleh dua aspek yaitu konflik dan kerja sama.
Dalam sebuah peraturan, bisa saja ada pihak yang tidak dapat menerima peraturan
yang telah di tetapkan. Mungkin mereka memiliki perbedaan pendapat, perbedaan
kepentingan dan ketidakcocokan tentang aturan itu sendiri. Hal seperti itu bisa
menimbulkan sebuah konflik. Di sisi lain, dalam membuat atau menjalani sebuah
aturan, seseorang membutuhkan orang lain agar mendapat tujuan yang mereka
inginkan. Oleh sebab itu, munculah keinginan untuk bekerja sama sehingga konflik
dan kerja sama tersebut merupakan hal yang tidak terlepas dari politik. Tetapi
bagaimanapun juga, politik seharusnya digunakan untuk menyelesaikan sebuah
masalah daripada untuk mencapai suatu tujuan dari suatu golongan tertentu.7
Dalam dimensi yang luas, politik di Indonesia kian menjadi kegentingan yang
sudah berefek pada pecahnya ras persatuan dan kesatuan. Mengingat hal demikian,
kian banyak beredarnya berita, video, dan ulasan beberapa tokoh yang segitu
gampangnya mendeklarasikan dirinya sebagai seorang da‟i. Persoalan keterbatasan
pengetahuan agama seseorang, dengan pemdekatan yang begitu nge-teks hanya
menimbulkan sikap provokatif antar sesama. Perbedaan pandangan terkait dengan
pandangan politik kini akan memberikan tuntutan besar terhadap strategi dan metode
dakwah era saat ini. Di tengah kegentingan politik diharapkan hadirnya seorang
penceramah yang dapat mengarahkan pada persoalan menjaga ukhuawah islamiah,
ukhuwah wathaniah, dan ukhuwah insaniah.8
C. Tantangan Dakwah dalam Politik

7
Nawaril Ismail, Tantangan-Tantangan Dakwah di Era Kontemporer, (Yogyakarta: Samudra Biru, 2022), hlm76
8
Teuku May Rudy, Pengantar Ilmu Politik (Wawasan Pemikiran dan Kegunaannya) (Bandung: PT. ERESCO, 1993),
1.
Perubahan masyarakat maupun situasi global yang fenomenal, seharusnya
diimbangi dengan adanya perubahan cara berdakwah yang dilakukan oleh para da’i.
Dakwah tidak boleh jalan di tempat dan menggunakan cara-cara yang konvensional
saja (ceramah). Dakwah harus dinamis, progresif, dan penuh inovasi. Para da’i perlu
menciptakan kreasi-kreasi baru yang lebih membumi dan dapat membawa
kemaslahatan umat. Jangan sampai dakwah menjadi beban masyarakat dan bahkan
bisa memecah belah masyarakat. Dakwah perlu dikemas lebih manusiawi, dialogis,
memenuhi kebutuhan dan kemampuan masyarakat.
Menurut Kurdi Mustofa (2012: 68-70) dakwah dalam lingkup kekuasaan
memiliki nilai penting. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa dengan adanya
kegiatan dakwah yang berorientasi pada birokrasi pemerintah (politik) dapat menjadi
peluang untuk menjadikan nilai-nilai Islam sebagai landasan dasar nilai-nilai
kekuasaan. Selain itu, kehadiran dakwah dalam bidang politik juga akan dapat
meminimalisir permasalahan Islam dengan politik yang berkuasa.
Menurut Ibu Nafisah Sahal Mahfudz dakwah dalam dunia politik dapat
ditujukan ke dua obyek dakwah, yakni pelaku politik dan obyek dari politik. Dakwah
yang ditujukan kepada pelaku politik ditujukan kepada upaya untuk perubahan
perilaku politik para politikus sehingga akan dihasilkan politikus yang sadar akan
amanat politik yang dipikulnya. Sedangkan dakwah yang berkaitan dengan obyek
politik dilakukan dengan jalan mengaplikasikan nilai-nilai utama dakwah, yakni amar
ma’ruf nahi munkar dalam proses yang berkaitan dengan obyek-obyek politik yang
berhubungan dengan kebijakan publik (Wawancara dengan Ibu Nafisah Sahal
Mahfudz, 2012).
Pada persoalan politik, akan membahas terkait tentang tantangan bernegara
yang menyangkut tentang kemunduran ekonomi, kemudian mempersoalkan
pembangunan sumber daya manusia (SDM), dan banyak lainnya. Seiring dengan
perkembangan media massa, tentu pengaruh dan transformasi dunia politik semakin
sangat tinggi.
KESIMPULAN
Sebagai kata mencapai akhir dari pembahasan mengenai "Dakwah dan Tantangan
Politik," kita dapat menyimpulkan bahwa hubungan antara penyebaran pesan agama
(dakwah) dan kompleksitas tantangan politik merupakan isu yang kritis dalam konteks dunia
saat ini. Dalam perjalanan sejarah, dakwah telah membuktikan dirinya sebagai alat yang
efektif dalam membentuk moral dan nilai-nilai masyarakat, tetapi pada saat yang sama,
tantangan politik yang berkembang telah memberikan dinamika yang unik pada interaksi
antara kedua unsur ini.
Perubahan pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai agama adalah beberapa
tantangan politik yang telah kita tinjau. Tantangan ini dapat mengancam stabilitas dan
ketahanan pesan dakwah, terutama ketika pesan-pesan tersebut diambil alih untuk
kepentingan politik yang sempit. Namun, kita juga harus mengakui bahwa dakwah dapat
menjadi kekuatan positif dalam mengatasi tantangan-tantangan ini dan mempromosikan
perdamaian, toleransi, dan keadilan sosial.
Dalam menghadapi tantangan politik, para da'i dan pemimpin agama memiliki peran
penting dalam mempromosikan pendekatan dialogis, pendidikan agama yang inklusif, dan
kolaborasi antaragama. Ini adalah strategi yang dapat memastikan bahwa pesan-pesan
dakwah tetap relevan dan bermanfaat dalam masyarakat yang semakin kompleks. Selain itu,
penggunaan teknologi dan media sosial juga dapat digunakan untuk mencapai audiens yang
lebih luas dan menciptakan kesadaran akan nilai-nilai agama.
Sebagai penutup, penting untuk mengingat bahwa dakwah adalah alat yang memiliki
potensi besar untuk membentuk masyarakat yang lebih baik dan harmonis. Namun, kita juga
harus terus beradaptasi dengan perubahan politik dan sosial yang terjadi di sekitar kita.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang dinamika hubungan antara dakwah dan
tantangan politik, kita dapat melanjutkan peran kita dalam mempromosikan perdamaian,
toleransi, dan keadilan sosial dalam dunia yang selalu berubah ini.
Kita berharap bahwa penelitian dan praktik-praktik yang lebih lanjut akan terus
memperdalam pemahaman kita tentang interaksi ini, sehingga kita dapat lebih efektif dalam
menjawab tantangan-tantangan yang muncul di masa depan, sambil menjaga integritas pesan-
pesan agama yang berharga.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rosyad Shale, Manajemen Dakwah Islam (Jakarta: Bulan Bintang,1977), 1
Adi Sasono, Didin Hafiudin, A.M. Saefuddin, dkk,Solusi Islam atas Problematika Umat:
Ekonomi. Pendidikan dan Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 154.
Day, S. B. (2005). Hubungan Politik dan Dakwah. Mediator: Jurnal Komunikasi, 6(1), 7-16.
Day, Syamsul Bachri. "Hubungan Politik dan Dakwah." Mediator: Jurnal Komunikasi 6.1
(2005): 7-16.
DAY, Syamsul Bachri. Hubungan Politik dan Dakwah. Mediator: Jurnal Komunikasi, 2005,
6.1: 7-16.
Ghazali, M. Bahri, Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1997), 33.
http://eprints.walisongo.ac.id/157/
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/tasamuh/article/download/935/536/1889
Nawaril Ismail, Tantangan-Tantangan Dakwah di Era Kontemporer, (Yogyakarta: Samudra
Biru, 2022), hlm76
Okrizal Eka Putra, “Pemikiran Teologis Salafiyah”, dalam Jurnal Penagama, Vol. 19 No.1
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, Januari-April 2010), 1.
Sa‟id bin al-Qohthani, Dakwah Islam Bijak(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 92.
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 55
Teuku May Rudy, Pengantar Ilmu Politik (Wawasan Pemikiran dan Kegunaannya) (Bandung:
PT. ERESCO, 1993), 1.

Anda mungkin juga menyukai