Khotifatul Defi Nofitasari, Anwar Hidayatullah, Ariyanda Adi Saputra, Astika Juliawati,
Bayu Subiantoro, Bivalvia Agustin Rizqian Saputri, Cholillah Mekarsari Batubara, Elfa
Hanira, Feri Ramadhan, Fiaz Ulil Hibar An-Nashr, Fitri Nurjanah, Khaudhotul Jannah,
Lela Apriatul Zhikin, Mashadi Masrum Hidayat, Moch Aditya Chandra Susilo, Muhammad
Nafi’ul Mubtadi, Nazzahilla Ananda Arifiyan Shah Putri, Putri Alifiyatul Rohmah, Risky
Ardiansyah, Sofia Kusuma, Tariska Latifah Mufidah, Wildan Masruri.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi yang ada di Desa Sriti pada sektor
pertaninan dan peternakan. Desa sriti yang berada di wilayah administratif kecamatan sawoo
yang berada didaerah pegunungan memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah di
sektor pertanian dan peternakan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
ABCD (Asset Based Community Development) yang mengutamakan pemanfaatan asset dan
potensi yang ada disekitar dan dimiliki komunitas masyarakat. Berdasarkan observasi awal
tersebut, peneliti akhirnya memutuskan untuk mengadakan pelatihan pembuatan pupuk
organik dan pakan ternak menggunakan teknologi tepat guna. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masyarakat desa tarap sangat antusias terhadap sosialisasi dan pelatihan pembuatan
pupuk organic dan pakan ternak fermentasi ini. Terdapat faktor pendukung seperti dukungan
pemerintah desa sriti dan faktor penghambat berupa kurangnya pemahaman masyarakat sriti
tentang pembuatan pupuk organic dan pakan ternak fermentasi.
Kata Kunci: Optimalisasi, Peternakan dan Pertanian, Teknologi Tepat Guna
Abstract
This study aims to increase the potential that exists in Sriti Village in the agriculture and animal husbandry
sector. Sriti village, which is located in the administrative area of the sawoo sub-district, in a mountainous
area, has abundant natural resources in the agricultural and livestock sectors. The research method used is
the ABCD (Asset Based Community Development) approach which prioritizes the utilization of assets and
potentials that exist around and is owned by the community. Based on these initial observations, the researchers
finally decided to conduct training in the manufacture of organic fertilizers and animal feed using appropriate
technology. The results showed that the villagers of Tarap were very enthusiastic about the socialization and
training in making organic fertilizer and fermented animal feed. There are supporting factors such as the
support of the Sriti village govern ment and the inhibiting factor in the form of a lack of understanding of the
Sriti community about the manufacture of organic fertilizer and fermented animal feed.
Pendahuluan
Desa Sriti Kecamatan Sawoo, merupakan salah satu desa yang ada di bawah wilayah
Administratif Kabupaten Ponorogo dengan luas wilayah sekitar ± 736.39 Ha. Desa Sriti
berada pada koordinat 11.634101 BT dan -7.98396 LS serta berada pada ketinggian ± 750
MDPL. Sebelah Utara Desa Sriti berbetasan dengan Desa Ngadirojo Kecamatan Sooko,
sebellah selatan dengan Desa tempuran, sebelah barat dengan Desa Temon serta sebelah
timur berbatasan langsung dengan Desa Prambon Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek.
Desa Sriti yang memiliki luas lahan sawah sekitar 91.965 Ha dan tegal/ladang 466.00 Ha.
Desa Sriti memiliki 4 dusun yakni Dasri, Ngemplak, Tawang dan Tarap. Berada didaerah
pegunungan membuat desa sriti memiliki sumber daya alam yang melimpah terutama pada
sektor pertanian dan peternakan. Masyarakat desa sriti mayoritas menggantungkan mata
pencahariannya melalui kegiatan bercocok tanam dan peternakan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama menjalankan Kuliah
Pengabdian Masyarakat terdapat beberapa potensi atau aset yang dapat dikembangkan dari
sektor pertanian yang ada di Desa Sriti ini. Pada sektor pertanian banyak hasil tanaman
masyarakat desa seperti singkong, padi, jagung, kacang, dan jahe. Meskipun tanaman yang
dimiliki oleh desa sriti memiliki hasil yang melimpah namun, Selama ini pertanian belum
diolah secara maksimal, sehingga masyarakat masih memaanfaatkan hasil panen untuk
keperluan konsumsi sendiri atau di jual untuk keperluan sehari-hari. Menurut pengamatan
yang dilakuikan oleh peneliti diketahui bahwa beberapa kendala yang dirasakan masyarakat
Sriti dalam bidang pertaian ialah pupuk. Adapun kendala yang dirasakan oleh masyarakat
mengenai pupuk adalah dikarenakan tidak tercukupinya persedian pupuk kimia yang selama
ini telah digunakan oleh masyarakat apalagi mengingat pupuk kimia yang notabennya subsidi
mulai langka dipasaran dan dibatasi peredarannya oleh pemerintah.
Selain itu mayoritas penduduk Desa Sriti juga bermata pencaharian sebagai peternak.
Aktifitas beternak sapi maupun kambing dilakukan warga masyarakat Desa Sriti sepulang dari
sawah atau perkebunan. Tujuan pemeliharaan hewan ternak ini adalah sebagai tabungan yang
berarti hewan ternak akan dijual jika peternak membutuhkan uang. Potensi pakan ternak
berasal dari limbah-limbah pertanian, seperti limbah jagung, jerami padi, batang ketela
pohon, singkong, gaplek, dan lain sebagainya. Dengan adanya limbah yang banyak dari sektor
pertanian dan peternakan sebenarnya dapat dimanfaatkan bagi warga dalam meminimalisir
kesulitan warga dalam sektor pertanian dan peternakan.
Memiliki sumber daya alam yang melimpah sudah seharusnya menjadikan kualitas
kehidupan masyarakat Desa Sriti menjadi lebih baik. Namun dikarenakan kurangnya
pemahaman dan pengetahuan menganai pengolaan potensi-potensi yang ada di sektor
pertanian dan peternakan hanya menjadikan sumber daya tersebut sebagai barang yang
kurang ada kualitasnya. Maka, sumber daya pertanian dan peternaakan yang ada di Desa Sriti
perlu dimanfaatkan dengan baik melalui penggunaan inovasi teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali potensi sumber daaya pertanian dan peternakan dalam upaya
meningkatkan produktivitas, kapasitas produksi dan kualitas. Bedasarkan paparan diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan pengabdian dengan judul “ Optimalisasi Limbah Pertanian
Dan Peternakan Menjadi Pupuk Organik Dan Pakan Ternak Melalui Pemanfaatan Teknologi
Tepat Guna Di Desa Sriti Kecamatan Sawoo ”. Penelitian yang dilakukan bedasarkan
penemuan aset atau potensi yang ada pada masyarakat Desa Sriti Kecamatan Sawoo.
Pupuk merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan
tanaman dengan mengubah unsur kimia, fisik serta biologi tanah sehingga dapat memberikan
pertumbuhan yang baik pada tanamana.1 Selain digunakan untuk meningkatkan kesuburan
1 Djoko Kustono, Widiyanti, Solichin, Teknologi Tepat Guna Pupuk Organik Cair : Teori, Praktik Dan Hasil
Penelitian” (Malang : Media Nusa Creative, 2019) 1
tanaman pupuk juga berfungsi huntuk memperbaiki unsur hara yang ada dalam tanah akibat
kegiatan pertanian yang terus menerus. Apabila digunakan terus menerus tanpa melakukan
tambahan unsur hara maka tanag akan kehilangan unsur hara sehingga akan mengurangi
produktivitas tanah.
Selama ini banyak petani yang menggunakan pupuk kimia sebagai penambah nutrisi
tanamana. Namun, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat mengakibatkan
tanah menjadi rusak akibat meningkatnya kadar asam dalam tanah. Tanah akan kehilangan
porositasnya dan kering sehingga mengurangi kualitas hasil pertanian. Agar pemakain pupuk
dapat memberikan manfaat bagi kesuburan tanah maka syang harus dilakukan adalah dengan
mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik. Pupuk organic
merupakan pupuk yang seluruh komposisinya terdiri atas bahan-bahan organic yang beraal
dari tanaman dan hewan serta telah melalui proses fermentasi melalui bantuan bakteri. Pupuk
Sisa-sisa limbah pertanian dan peternakan seperti batang jagung, sekam padi, kotoran ternak
merupakan bahan-bahan organik yang mudah ditemukan. Pupuk organik yang ditambahkan
kedalam tanah akan menjadi humus setelah berberapa kali diolah oleh mikroorganisme dalam
tanah dan berguna dalam meningkatkan kesuburan tanah.2
Pakan ternak seperti kambing, sapi dapat diperoleh dari hijauan dan konsentrat.
Penyediaan pakan ternak hijauan yang ketersediaannya tidak selalu ada terutama disaat musim
kemarau sehingga perlu dilakukan pengolahan berupa pengawetan dan peningkatan nilai
nutrisi melalui proses fermentasi. Pengolahan bahan pakan dengan memanfaatkan
miktootganisme dalam peroses fermentasi bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas zat makanan sehingga bahan pakan yang telah diolah akan menghasilkan nutrisi yang
baik dan Kesehatan ternak akan Meningkat. Fernebtasi juga meningkatkan kecernaan,
menambah rasa dan aroma, serta meningkatkan kandungan vitamin dan mineral. Pada proses
fermentasi dihasilkan pula enzim hidrolitik serta membuat mineral lebih mudah untuk
diabsorsi oleh ternak.3
2 Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Dkk. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati : Organic Fertilizer And
Biofertilizer ( Bogor : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006) 6-7
3 Muhammad Anjang Tifani, Sri Kumalaningsih, Dkk. Artikel: Produksi Bahan Pakan Ternak Dari Ampas Tahu
Dengan Fermentasi Menggunakan Em4 (Kajian Ph Awal Dan Lama Waktu Fermentasi) Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawiayaja 2
Teknologi tepat guna merupakan sebuah pilihan teknologi dan penerapannya yang
memiliki karaksteristik padat karya, hemat energi, berskala relative kecil dan berkaitan erat
dengan kondisi masyarakat. Teknologi tepat guna adalah tekologi sederhana yang dianggap
cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang.
Sehingga penggunaan teknologi tepat guna dimanfaatkan sebagai teknologi yang paling
sederhana dan digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif. Teknologi
tepat guna dirancang bagi masyarakat untuk dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungannya
dan diharapkan menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat dan
berdampak signifikan bagi masyarakat. Pengelolaan teknologi tepat guna bagi masyarakat
dilaksanakan berdasarkan prinsip untuk meningkatkan usaha ekonomi, mengembangkan
kewirausahaan, memberikan manfaat secara berkelanjutan dan sederhana.4
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh I.W. Surata dan T.G.T Nindhia yang
berjudul Pengembangan Potensi Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sakti Kecamatan
Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Peneliti mengangkat judul tersebut dikarenakan sumber
daya alam di Desa Sakti sangat melimpah akan tetapi masyarakat kurang optimal dalam
memberdayakan sumber daya alam tersebut karena faktor ini peniliti melalui SKIM Hibbah
4 Nekky Rahmayanti, Sri Andayani, Hotman Panjahitan. Model Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan
Teknologi Tepat Guna Di Kota Mojokerto. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Manajemen Vol. 2 No, 2 2015, 53
5 Gentur Handoyo, Purbayu Budi Santoso, Dan Achma Hendra Setiawan, “Penerapan Teknologi Tepat Guna
Dalam Pengembangan Pertanian Organik Di Kabupaten Boyolali”, Seminar Nasional Kolaborasi Pengabdian
Kepada Masyarakat Undip-Unnesa 2019, 267
KKN-PPM Tahun Anggaran 2016 menyalurkan pemgetahuan serta pelatiahan dengan tujuan
meningkatkan potensi masyarakat desa sakti menggunakan teknologi tepat guna.6
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Wahyuni dan R.A Dewi yang
berjudul Teknologi Tepat Guna Mendukung Pengembangan Sapi Lokal Peesisir Sumatera
Barat, penelitian ini berangkat dari peternakan sapi lokal yang sudah mendominasi
masyarakat pesisir sumatera barat dengan perkembanganya yang pesat namun juga tidak
megurangi kualitas sapi lokal yang tergolong besar dan tahan akan penyakit, penelitian ini
membuktikan bahwasanya masyarakat pesisir sumatera barat telah menggunakan teknologi
tepat guna sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas ternak sapi mereka.
Penelitian ini diawali dari temuan sebuah aset atau potensi yang ada pada masyarakat
yang kemudian dikembangkan. Bukanlah sebuah masalah yang terpecahkan. Paradigma ini
lebih mengarah pada nilai positif pada subjek penelitian. Peneliti berharap dengan
menggunakan metode Asset Based Comunity Development, potensi yang ada di Desa Sriti
berupa pertanian dan peternakan yang sudah menajdi mata pencaharian utama masyarakat di
Desa Sriti dapat dikembangkan dengan inovasi baru dalam bidang pertanian dan peternakan.
Metode Penelitian
6 I.W Surata Dan T.G.T Nindhia, “Pengembangan Potensi Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sakti
Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung”. Skim Hibbah Kkn-Ppm Tahun Anggaran 2016. 2017,401
terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki, tetapi
memberikan perhatian kepada apa yang dimiliki dan apa yang dapat dilakukan.
Kelompok Tani di Desa Sriti mempunyai potensi yang dapat dikembangkan lebih
pesat lagi, yaitu Kelompok Tani yang memiliki sumber daya manusia yang aktif dalam
kegiatan kelompok tani. Namun, sebagai sebuah kelompok yang sudah berdiri juga
mempunyai kelemahan-kelemahan yang kami amati pertama, kurangnya fasilitas teknologi
moderen untuk pembuatan pakan ternak dan pupuk organik, kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai pengelolaan kotoran hewan dan …….. untuk di jadikan pupuk dan
pakan ternak.
Teknik-Teknik Pendampingan
Metode dan alat untuk memobilisasi asset pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based
Community Development (ABCD), antara lain:
a. Penemuan Apresiasif (Appreciative Inquiry)
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan
organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki
sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif
dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholder
nya dengan cara yang sehat. AI tidak menganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih
fokus pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses AI terdiri
dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Moel atau Siklus
4-D. AI ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada
jenjangnya masing-masing.
b. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)
7 Christopher Dureau, Pembaru Dan Kekuatan Local Untuk Pembangunan, Australian Community Development And
Civil Society Streghtening Scheme (Access) Tahap Ii, ( Agustus 2013), Hal. 96-97.
Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan local. Community map
merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong
pertukaran informasi dan menyetarakan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan hidup mereka.
c. Pemetaan Asosiasi dan Instusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasar terbentuknya lembaga-lembaga
sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut: (1) Kesadaran akan
kondisi yang sama; (2) Adanya relasi sosial; dan (3) Orientasi pada tujuan yang telah
ditentukan.
d. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)
Metode atau alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset
antara lain kuisioner, interview dan Focus Group Discussion (FGD). Manfaat dari pemetaan
Individual Asset antara lain: (a) Membantu membangun landasan untuk memberdayakan
masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat; (b) Membantu
membangun hubungan yang baik dengan masyarakat; (c) Membantu masyarakat
mengidentifikasi keterampilan dan bakat mereka sendiri.
e. Sirkulasi Keungan (Leacky Bucket)
Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seberapa jauh tingkat
dinaminitas dalam pengembangan ekonomi local mereka dapat dilihat, seberapa banyak
kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan
memobilisir asset-aset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga local di perlukan
sebuah analisa dan pemahaman yang cermmat. Salah satu pendekatan yang digunakan
dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community Development) adalah melalui leacky Bucket.
f. Skala Prioritas (Low baging fruit)
Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki
dengan melalui menemukan informasi dengan santun, pemetaan asset, penelusuran
wilayah, pemetaan kelompok atau institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang
indah maka langakah berikutnya, adalah bagamaina mereka bisa melakukan semua mimpi-
mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi
mereka wujudkan.8
Langkah-Langkah Pendampingan
a. Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario
Dalam Appreciative Inquiry ( AI) terkadang disebut ‘Define’.Dalam Asset Based
Commmunity Development (ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan Tujuan
dan Purpose Full Reconnaissance”. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci memanfaatkan
waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat dimana perubahan akan dilakukan, dan
menentukan fokus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni
menentukan : a) Tempat (Desa Sriti ) b) Orang (Masyarakat desa sriti) c) Fokus
Program (Sosialisasi tentang pupuk organik Dan pakan ternak ) d) Informasi tentang
Latar Belakang (Masyarakat desa sriti kurangnya pemahaman tentang pembuatan pupuk
organik Dan pakan ternak .
b. Tahap 2: Menemukan Masa Lampau
Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk
mengungkapkan (discovering) hal-hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di
komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.Masyarakat yang kebanyakan berprofesi
sebagai petani. Tahap ini terdiri dari (1) Mengungkap (discover) sumber daya dalam
masyarakat. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dala rangkaian
perjalannya (2) Menelaah sukses dan kekuatan elemen-elemen dan sifat khusus apa yang
muncul dari telaah cerita-cerita yang disampaikan oleh masyarakat.
c. Tahap 3: Memimpikan Masa Depan.
Memimpikan Masa Depan atau proses pengembangan fisik (Visioning) adalah
kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong
komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa
depan mereka. Proses ini menambahkan energi dalam mencari tau apa yang mungkin
terjadi di masa mendatang.
d. Tahap 4: Memetakan Aset
Tujuan pemetaan aset adalah agar masyarakat belajar kekuatan yang sudah mereka
miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan
siapa diantara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang terdapat
di Desa Sriti. Mereka kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan
seluruh kelompok atau komunitas. Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam dua
tahap: (1)Memetakan aset masyarakat atau bakat, kompetensi dan sumber daya sekarang;
(2) seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi masyarakat.
e. Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi
Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan
menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini adalah suatu
rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa dilakukan di awal, dan bukan apa yang
bisa dilakukan di lembaga luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungan,
termasuk anggaran pemerintah yang diberikan untuk masyarakat desa sriti adalah aset
yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat
seluru masyarakat menyadari bahwa mereka bisa memimpin proses pembangunan melalui
kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.
f. Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran, dan Evaluasi
Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring
perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi jika suatu program perubahan menggunakan
pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang
kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan
berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu
menemu kenali dan memobilisasi sexara produktif aset mereka melalui tujuan bersama.
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pelaksanaan Pengabdian
Acara pelatihan dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 16.00. Setelah
semua peserta hadir, diadakan pembukaan secara simbolis sebagai tanda bahwa pelatihan
manajemen pakan kambing ,domba dan pengolahan pupuk kandang telah dimulai. Setelah
itu, adalah acara inti pelatihan Manajemen pakan kambing, domba dan pengolahan pupuk
kandang dengan pemateri Mas Adib Muammar Kadafi. Pada sesi pertama kegiatan yaitu
penyampaian materi pelatihan manajemen pakan kambing,domba dan pengolahan pupuk
kandang yang mana selanjutnya dilanjutkan dengan sesi kedua yaitu praktik dari pemaparan
materi yang di sampaikan. Selanjutnya Kadafi selaku narasumber menyampaikan materi yang
pertama berupa penyampaian materi tentang metode manajemen pakan kambing dan domba
yang mana ada empat macam:9
a. Silase adalah pembuatan pakan dengan cara pengawetan pakan hijau dengan wadah silo
atau yang biasa di sebut wadah yang kedap udara.
b. Kosentrat adalah pakan yang memiliki kandungan serat kasar rendah serta Nutrisi utama
dari konsentrat berupa energi dan protein.
c. Pakan komplit adalah pakan yang merupakan campuran dari hijauan dan konsentrat
dengan perbandingan atau takaran tertentu.
9Wawancara Dengan Adib Muammar Kadafi, Tanggal 02 Agustus 2022 Di Balai Desa Kantor Kelurahan Sriti,
Sawoo Ponorogo.
d. Pakan Fermentasi adalah pakan ternak yang telah melalui proses perubahan struktur kimia
yang dibantu oleh enzim mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.
Pupuk kandang adalah olahan kotoran hewan, biasanya ternak, yang diberikan pada
lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Pupuk kandang adalah
pupuk organik, sebagaimana kompos dan pupuk hijau.
Bahan bahaan yang digunakan:
a. Wadah/tempat bisa pakai: Jedingan
b. Kotoran kambing/domba murni
c. EM4 Pertanian (Atau bisa pakai M21 Booster)
d. Tetes
e. Air
f. Mesin selep kompos
Prosedur pembuatan pupuk kandang hal-hal yang harus di perhatikan:
a. Siapkan kotoran kambing/domba yang akan dijadikan kompos
b. Bersihkan kotoran dari benda-benda asing (Batu, plastik, kayu, dll)
c. Lanjut siapkan bahan fermentor (Air, Tetes, em4 pertanian/ M21 Booster) (opsional)
d. Semprot kotoran kambing dengan fermentor sampai merata. Setiap -+20 cm disemprot
dan ditimbun dengan kotoran yang baru, ulangi sampai wadah/jedingan penuh.
e. Jika mau ditambahkan kapur dolomit juga boleh. Tujuan penambahan dolomit agar
supaya mikroorganisme di dalam tanah bisa lebih berkembang dan akti sehingga tanaman
yang ditanam dapat tumbuh lebih subur.
f. Setelah jedingan penuh, tutup dengan terpal.
g. Simpan selama 21 hari minimal. Ini paling baik.
h. Setelah proses fermentasi, Keluarkan kotoran dari jedingan lalu angin-anginkan. Jika
terlalu basah bisa dijemur dulu untuk memudahkan dalam proses penggilingan.
i. Sambil menunggu kotoran kering, siapkan pupuk organik cair untuk tambahan (Urin
kelinci, tetes, air) peram selama 1 malam
j. Setelah kotoran kering, gembor menggunakan POC yang sudah disiapkan lalu giling.
Selanjutnya memasuki acara sesi kedua yaitu melaksanakan praktek dari pemaparan
materi di sesi pertama bersama semua peserta di mulai dari jam 13.00 sampai jam 16.00 oleh
Narasumber.
Pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak menggunakan alat
cacah multifungsi tersebut dilaksanakan dengan dukungan dari pihak desa dan masyarakat
Desa Sriti. Antusias dari masyarakat untuk mengikuti dan menghadiri kegiatan ini memiliki 2
faktor pendukung secara eksternal dan juga internal sebagai output dari pelaksanaan kegiatan.
Faktor internal yaitu aset yang dimiliki Desa Sriti memiliki keselarasan dengan program inti
pengabdian. Dimana aset yang muncul menjadi pertimbangan berbagai pihak untuk
dioptimalkan serta diberdayakan agar meningkatkan kualitas pertanian dan peternakan di
Desa Sriti. Faktor eksternal yaitu tumbuhnya rasa keingintahuan masyarakat terhadap alat
cacah multifungsi untuk membantu dan memudahkan pekerjaan dan mata pencaharian
masyarakat Desa Sriti.
Aset yang sudah dianalisis dan menjadi salah satu program kerja pengabdian menjadi
peluang dalam meningkatkan kualitas pertanian dan peternakan di Desa Sriti. Melihat kondisi
ini menjadi pertimbangan untuk mencari cara yang tepat agar semestinya kegiatan sosialisasi
dan pemanfaatan alat cacah multifungsi tersebut memiliki dampak yang berkesinambungan
dan terus berjalan meskipun kelompok pengabdian sudah tidak bertugas kembali di Desa
Sriti.
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian selanjutnya secara garis besar dapat
dilihat dari penilaian beberapa komponen berikut ini, meliputi:
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
diantara lain: (1) kurang maksimalnya pengelolaan kotoran ternah serta pakan ternak di Desa
Sriti sehingga kami kelompok Kuliah Pengabdian Masyarakat Kelompok 102 mengadakan
“Sosialisasi Dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dan Pakan Ternak
Fermentasi”.Sosialisasi ini ditujukan untuk warga Desa Sriti yang dilaksanakan pada tanggal
02 Agustus 2022, dan dihadiri kurang lebih 90 peserta. Terkait dengan jalannya (2) Terkait
dengan jalannya kegiatan, nampak jelas bahwa masayarakat yang datang sangat antusias. Hal
itu dibuktikan, ketika sesi pemaparan materi dan kegiatan demonstrasi cara pembuatan pakan
fermentasi dan pupuk kompos oleh pemateri. Pertama, disaat pemaparan materi masyarakat
yang hadir secara seksama mendengarkan materi yang diberikan dan juga saat sesi pertanyaan
banyak dari masyarakat bertanya secara bergantian. Kedua, saat kegiatan praktek cara
pembuatan pakan fermentasi untuk ternak dan pembuatan pupuk kompos untuk pertanian,
masyarakat yang hadir memperhatikan dengan seksama. (3) adanya faktor pendukung serta
penghambat jalannya kegiatan proker inti Kelompok KPM 102 di Desa Sriti.
Faktor pendukung kegiatan ini yakni dukungan Kepala Desa Sriti beserta jajaran
perangkat. Partisipasi anggota kelompok tani Desa Sriti, ketersediaan masyarakat dalam
mendukung kegiatan Sosialisasi tentang pakan ternak dan pupuk organik dari kotoran hewan
ternak, balai Desa Sriti memiliki akses strategis untuk dijangkau oleh pemateri dan masyarakat
kelompok tani yang berasal dari Desa Sriti untuk melaksanakan sosialisasi dan kerjasama
Antar anggota Kelompok 102 KPM IAIN Ponorogo dalam merencanakan, melaksanakan
dan menindaklanjuti kegiatan tersebut. Selain itu faktor penghambat kegiatan tersebut adalah
Kurangnya sosialisasi dari Desa, dalam pengenalan pembuatan pakan ternak fermentasi dan
pupuk organik yang mengakibatkan masyarakat kecanduan dengan pupuk kimia, terbatasnya
SDM dalam pengetahuan tentang pengolahan pakan ternak fermentasi dan pupuk organik
dari kotoran ternak dan belum tersedianya alat pencacah pada masing-masing kelompok tani
sehingga membuat masyarakat kembali mengunakan pupuk kimia dan pakan ternak yang
mencari setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dureau, Christopher. 2013. Pembaru Dan Kekuatan Local Untuk Pembangunan, Australian
Community Development And Civil Society Streghtening Scheme (Access) Tahap II.
Gentur Handoyo, Purbayu Budi Santoso, dan Achma Hendra Setiawan.2019. “Penerapan
Teknologi Tepat Guna dalam Pengembangan Pertanian Organik di Kabupaten
Boyolali”, Seminar Nasional Kolaborasi Pengabdian Kepada Masyarakat UNDIP-
UNNESA
I.W Surata dan T.G.T Nindhia. 2017. “Pengembangan Potensi Dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Sakti Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung”. SKIM Hibbah
KKN-PPM Tahun Anggaran 2016.
Kustono, Djoko. Widiyanti, Solichin. 2019. Teknologi Tepat Guna Pupuk Organik Cair :
Teori, Praktik Dan Hasil Penelitian” .Malang: Media Nusa Creative.
Rahmayanti, Nekky. Sri Andayani, Hotman Panjahitan. 2015. Model Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Di Kota Mojokerto. Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Manajemen Vol. 2 No. 2.
Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Dkk. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati :
Organic Fertilizer And Biofertilizer, Bogor : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Tifani, Muhammad Anjang. Sri Kumalaningsih, Dkk. Artikel: Produksi Bahan Pakan Ternak
Dari Ampas Tahu Dengan Fermentasi Menggunakan Em4 (Kajian Ph Awal Dan Lama
Waktu Fermentasi) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawiayaja.