Anda di halaman 1dari 22

OPTIMALISASI LIMBAH PERTANIAN DAN PETERNAKAN MENJADI

PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK MELALUI PEMANFAATAN


TEKNOLOGI TEPAT GUNA DI DESA SRITI KECAMATAN SAWOO

Khotifatul Defi Nofitasari, Anwar Hidayatullah, Ariyanda Adi Saputra, Astika Juliawati,
Bayu Subiantoro, Bivalvia Agustin Rizqian Saputri, Cholillah Mekarsari Batubara, Elfa
Hanira, Feri Ramadhan, Fiaz Ulil Hibar An-Nashr, Fitri Nurjanah, Khaudhotul Jannah,
Lela Apriatul Zhikin, Mashadi Masrum Hidayat, Moch Aditya Chandra Susilo, Muhammad
Nafi’ul Mubtadi, Nazzahilla Ananda Arifiyan Shah Putri, Putri Alifiyatul Rohmah, Risky
Ardiansyah, Sofia Kusuma, Tariska Latifah Mufidah, Wildan Masruri.

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Email : mubtadimuhammad@gmail.com , subiantoro26031999@gmail.com ,


sastrogandul1922@gmail.com , ardzhi010@gmail.com , ahidayat077@gmail.com ,
nazahillaputri@gmail.com , alfip2191@gmail.com , riskatariska74@gmail.com ,
khaudloutul18@gmail.com , astikajulia10@gmail.com , chandramuhamad77@gmail.com ,
ulilfiaz@gmail.com , sofiakusuma2@gmail.com , wildanmasruri02@gmail.com ,
shorenk225@gmail.com , lela102190128@gmail.com , nurfjannah18@gmail.com,
elfahanira02@gmail.com, cholillahceha@gmail.com, bivalvia46@gmail.com,
ferir953@gmail.com,

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi yang ada di Desa Sriti pada sektor
pertaninan dan peternakan. Desa sriti yang berada di wilayah administratif kecamatan sawoo
yang berada didaerah pegunungan memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah di
sektor pertanian dan peternakan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
ABCD (Asset Based Community Development) yang mengutamakan pemanfaatan asset dan
potensi yang ada disekitar dan dimiliki komunitas masyarakat. Berdasarkan observasi awal
tersebut, peneliti akhirnya memutuskan untuk mengadakan pelatihan pembuatan pupuk
organik dan pakan ternak menggunakan teknologi tepat guna. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masyarakat desa tarap sangat antusias terhadap sosialisasi dan pelatihan pembuatan
pupuk organic dan pakan ternak fermentasi ini. Terdapat faktor pendukung seperti dukungan
pemerintah desa sriti dan faktor penghambat berupa kurangnya pemahaman masyarakat sriti
tentang pembuatan pupuk organic dan pakan ternak fermentasi.
Kata Kunci: Optimalisasi, Peternakan dan Pertanian, Teknologi Tepat Guna

Abstract

This study aims to increase the potential that exists in Sriti Village in the agriculture and animal husbandry
sector. Sriti village, which is located in the administrative area of the sawoo sub-district, in a mountainous
area, has abundant natural resources in the agricultural and livestock sectors. The research method used is
the ABCD (Asset Based Community Development) approach which prioritizes the utilization of assets and
potentials that exist around and is owned by the community. Based on these initial observations, the researchers
finally decided to conduct training in the manufacture of organic fertilizers and animal feed using appropriate
technology. The results showed that the villagers of Tarap were very enthusiastic about the socialization and
training in making organic fertilizer and fermented animal feed. There are supporting factors such as the
support of the Sriti village govern ment and the inhibiting factor in the form of a lack of understanding of the
Sriti community about the manufacture of organic fertilizer and fermented animal feed.

Keyword: Optimization, Livestock and Agriculture, Technology for The Production

Pendahuluan

Desa Sriti Kecamatan Sawoo, merupakan salah satu desa yang ada di bawah wilayah
Administratif Kabupaten Ponorogo dengan luas wilayah sekitar ± 736.39 Ha. Desa Sriti
berada pada koordinat 11.634101 BT dan -7.98396 LS serta berada pada ketinggian ± 750
MDPL. Sebelah Utara Desa Sriti berbetasan dengan Desa Ngadirojo Kecamatan Sooko,
sebellah selatan dengan Desa tempuran, sebelah barat dengan Desa Temon serta sebelah
timur berbatasan langsung dengan Desa Prambon Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek.
Desa Sriti yang memiliki luas lahan sawah sekitar 91.965 Ha dan tegal/ladang 466.00 Ha.
Desa Sriti memiliki 4 dusun yakni Dasri, Ngemplak, Tawang dan Tarap. Berada didaerah
pegunungan membuat desa sriti memiliki sumber daya alam yang melimpah terutama pada
sektor pertanian dan peternakan. Masyarakat desa sriti mayoritas menggantungkan mata
pencahariannya melalui kegiatan bercocok tanam dan peternakan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama menjalankan Kuliah
Pengabdian Masyarakat terdapat beberapa potensi atau aset yang dapat dikembangkan dari
sektor pertanian yang ada di Desa Sriti ini. Pada sektor pertanian banyak hasil tanaman
masyarakat desa seperti singkong, padi, jagung, kacang, dan jahe. Meskipun tanaman yang
dimiliki oleh desa sriti memiliki hasil yang melimpah namun, Selama ini pertanian belum
diolah secara maksimal, sehingga masyarakat masih memaanfaatkan hasil panen untuk
keperluan konsumsi sendiri atau di jual untuk keperluan sehari-hari. Menurut pengamatan
yang dilakuikan oleh peneliti diketahui bahwa beberapa kendala yang dirasakan masyarakat
Sriti dalam bidang pertaian ialah pupuk. Adapun kendala yang dirasakan oleh masyarakat
mengenai pupuk adalah dikarenakan tidak tercukupinya persedian pupuk kimia yang selama
ini telah digunakan oleh masyarakat apalagi mengingat pupuk kimia yang notabennya subsidi
mulai langka dipasaran dan dibatasi peredarannya oleh pemerintah.

Selain itu mayoritas penduduk Desa Sriti juga bermata pencaharian sebagai peternak.
Aktifitas beternak sapi maupun kambing dilakukan warga masyarakat Desa Sriti sepulang dari
sawah atau perkebunan. Tujuan pemeliharaan hewan ternak ini adalah sebagai tabungan yang
berarti hewan ternak akan dijual jika peternak membutuhkan uang. Potensi pakan ternak
berasal dari limbah-limbah pertanian, seperti limbah jagung, jerami padi, batang ketela
pohon, singkong, gaplek, dan lain sebagainya. Dengan adanya limbah yang banyak dari sektor
pertanian dan peternakan sebenarnya dapat dimanfaatkan bagi warga dalam meminimalisir
kesulitan warga dalam sektor pertanian dan peternakan.

Memiliki sumber daya alam yang melimpah sudah seharusnya menjadikan kualitas
kehidupan masyarakat Desa Sriti menjadi lebih baik. Namun dikarenakan kurangnya
pemahaman dan pengetahuan menganai pengolaan potensi-potensi yang ada di sektor
pertanian dan peternakan hanya menjadikan sumber daya tersebut sebagai barang yang
kurang ada kualitasnya. Maka, sumber daya pertanian dan peternaakan yang ada di Desa Sriti
perlu dimanfaatkan dengan baik melalui penggunaan inovasi teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan untuk menggali potensi sumber daaya pertanian dan peternakan dalam upaya
meningkatkan produktivitas, kapasitas produksi dan kualitas. Bedasarkan paparan diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan pengabdian dengan judul “ Optimalisasi Limbah Pertanian
Dan Peternakan Menjadi Pupuk Organik Dan Pakan Ternak Melalui Pemanfaatan Teknologi
Tepat Guna Di Desa Sriti Kecamatan Sawoo ”. Penelitian yang dilakukan bedasarkan
penemuan aset atau potensi yang ada pada masyarakat Desa Sriti Kecamatan Sawoo.

Pupuk merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan
tanaman dengan mengubah unsur kimia, fisik serta biologi tanah sehingga dapat memberikan
pertumbuhan yang baik pada tanamana.1 Selain digunakan untuk meningkatkan kesuburan

1 Djoko Kustono, Widiyanti, Solichin, Teknologi Tepat Guna Pupuk Organik Cair : Teori, Praktik Dan Hasil
Penelitian” (Malang : Media Nusa Creative, 2019) 1
tanaman pupuk juga berfungsi huntuk memperbaiki unsur hara yang ada dalam tanah akibat
kegiatan pertanian yang terus menerus. Apabila digunakan terus menerus tanpa melakukan
tambahan unsur hara maka tanag akan kehilangan unsur hara sehingga akan mengurangi
produktivitas tanah.

Selama ini banyak petani yang menggunakan pupuk kimia sebagai penambah nutrisi
tanamana. Namun, penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat mengakibatkan
tanah menjadi rusak akibat meningkatnya kadar asam dalam tanah. Tanah akan kehilangan
porositasnya dan kering sehingga mengurangi kualitas hasil pertanian. Agar pemakain pupuk
dapat memberikan manfaat bagi kesuburan tanah maka syang harus dilakukan adalah dengan
mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih ke pupuk organik. Pupuk organic
merupakan pupuk yang seluruh komposisinya terdiri atas bahan-bahan organic yang beraal
dari tanaman dan hewan serta telah melalui proses fermentasi melalui bantuan bakteri. Pupuk
Sisa-sisa limbah pertanian dan peternakan seperti batang jagung, sekam padi, kotoran ternak
merupakan bahan-bahan organik yang mudah ditemukan. Pupuk organik yang ditambahkan
kedalam tanah akan menjadi humus setelah berberapa kali diolah oleh mikroorganisme dalam
tanah dan berguna dalam meningkatkan kesuburan tanah.2

Pakan ternak seperti kambing, sapi dapat diperoleh dari hijauan dan konsentrat.
Penyediaan pakan ternak hijauan yang ketersediaannya tidak selalu ada terutama disaat musim
kemarau sehingga perlu dilakukan pengolahan berupa pengawetan dan peningkatan nilai
nutrisi melalui proses fermentasi. Pengolahan bahan pakan dengan memanfaatkan
miktootganisme dalam peroses fermentasi bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas zat makanan sehingga bahan pakan yang telah diolah akan menghasilkan nutrisi yang
baik dan Kesehatan ternak akan Meningkat. Fernebtasi juga meningkatkan kecernaan,
menambah rasa dan aroma, serta meningkatkan kandungan vitamin dan mineral. Pada proses
fermentasi dihasilkan pula enzim hidrolitik serta membuat mineral lebih mudah untuk
diabsorsi oleh ternak.3

2 Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Dkk. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati : Organic Fertilizer And
Biofertilizer ( Bogor : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006) 6-7
3 Muhammad Anjang Tifani, Sri Kumalaningsih, Dkk. Artikel: Produksi Bahan Pakan Ternak Dari Ampas Tahu
Dengan Fermentasi Menggunakan Em4 (Kajian Ph Awal Dan Lama Waktu Fermentasi) Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawiayaja 2
Teknologi tepat guna merupakan sebuah pilihan teknologi dan penerapannya yang
memiliki karaksteristik padat karya, hemat energi, berskala relative kecil dan berkaitan erat
dengan kondisi masyarakat. Teknologi tepat guna adalah tekologi sederhana yang dianggap
cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang.
Sehingga penggunaan teknologi tepat guna dimanfaatkan sebagai teknologi yang paling
sederhana dan digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif. Teknologi
tepat guna dirancang bagi masyarakat untuk dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungannya
dan diharapkan menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat dan
berdampak signifikan bagi masyarakat. Pengelolaan teknologi tepat guna bagi masyarakat
dilaksanakan berdasarkan prinsip untuk meningkatkan usaha ekonomi, mengembangkan
kewirausahaan, memberikan manfaat secara berkelanjutan dan sederhana.4

Konsep pengabdian masyarakat dengan menjadikan pelatihan Teknilogi Tepat Guna


sebagai sebuah solusi yang sudah banyak dijumpai pada program pengabdian di berbagai
perguruan tinggi, diantaranya yang dilakukan oleh Gentur Handoyo, Purbayu Budi Santoso,
dan Achma Hendra Setiawan dari UNDIP Semarang dengan judul Penerapan Teknologi
Tepat Guna dalam Pengembangan Pertanian Organik di Kabupaten Boyolali. Gagasan
tersebut berangkat dari kurang makasimalnya pengelolaan lahan pertanian dan kurangnya
petani usia produktif. Penerapan TTG pada kelompok tani organik di Desa Dlingo,
Kabupaten Boyolali dengan tujuan meningkatkan produktivitas petani organik.5

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh I.W. Surata dan T.G.T Nindhia yang
berjudul Pengembangan Potensi Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sakti Kecamatan
Nusa Penida Kabupaten Klungkung. Peneliti mengangkat judul tersebut dikarenakan sumber
daya alam di Desa Sakti sangat melimpah akan tetapi masyarakat kurang optimal dalam
memberdayakan sumber daya alam tersebut karena faktor ini peniliti melalui SKIM Hibbah

4 Nekky Rahmayanti, Sri Andayani, Hotman Panjahitan. Model Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penerapan
Teknologi Tepat Guna Di Kota Mojokerto. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Manajemen Vol. 2 No, 2 2015, 53
5 Gentur Handoyo, Purbayu Budi Santoso, Dan Achma Hendra Setiawan, “Penerapan Teknologi Tepat Guna
Dalam Pengembangan Pertanian Organik Di Kabupaten Boyolali”, Seminar Nasional Kolaborasi Pengabdian
Kepada Masyarakat Undip-Unnesa 2019, 267
KKN-PPM Tahun Anggaran 2016 menyalurkan pemgetahuan serta pelatiahan dengan tujuan
meningkatkan potensi masyarakat desa sakti menggunakan teknologi tepat guna.6

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Wahyuni dan R.A Dewi yang
berjudul Teknologi Tepat Guna Mendukung Pengembangan Sapi Lokal Peesisir Sumatera
Barat, penelitian ini berangkat dari peternakan sapi lokal yang sudah mendominasi
masyarakat pesisir sumatera barat dengan perkembanganya yang pesat namun juga tidak
megurangi kualitas sapi lokal yang tergolong besar dan tahan akan penyakit, penelitian ini
membuktikan bahwasanya masyarakat pesisir sumatera barat telah menggunakan teknologi
tepat guna sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas ternak sapi mereka.

Penelitian ini diawali dari temuan sebuah aset atau potensi yang ada pada masyarakat
yang kemudian dikembangkan. Bukanlah sebuah masalah yang terpecahkan. Paradigma ini
lebih mengarah pada nilai positif pada subjek penelitian. Peneliti berharap dengan
menggunakan metode Asset Based Comunity Development, potensi yang ada di Desa Sriti
berupa pertanian dan peternakan yang sudah menajdi mata pencaharian utama masyarakat di
Desa Sriti dapat dikembangkan dengan inovasi baru dalam bidang pertanian dan peternakan.

Metode Penelitian

Asset Based Community Development (ABCD)

Peningkatan kualitas pertanian dan peternakan ini menggunakan pendekatan ABCD


(Asset Based Community Development) yang mengutamakan pemanfaatan asset dan potensi yang
ada disekitar dan dimiliki komunitas masyarakat. Aset yang dimiliki komunitas masyarakat
dalam hal ini yaitu sebuah Kelompok Tani yang berada di Desa Sriti, Kecamatan Sawo,
Kabupaten Ponorogo. Kelompok tani ini merupakan salah satu aset yang melibatkan
masyarakat khususnya bapak-bapak di Desa Sriti. Kelompok Tani sebagai pelaku utama
menjadi salah satu kelembagaan pertanian yang berperan penting dan menjadi tombak dalam
pembangunan pertanian. Pengelolaan Kelompok Tani yang baik, serta sumber daya manusia
yang unggul merupakan potensi yang besar yang harus kita gali dan kembangkan untuk
kemajuan perekonomian masyarakat khususnya di Desa Sriti. Salah satu modal utama dalam
program pengabdian masyarakat berbasis asset ini adalah merubah cara pandang komunitas

6 I.W Surata Dan T.G.T Nindhia, “Pengembangan Potensi Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sakti
Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung”. Skim Hibbah Kkn-Ppm Tahun Anggaran 2016. 2017,401
terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada kekurangan dan masalah yang dimiliki, tetapi
memberikan perhatian kepada apa yang dimiliki dan apa yang dapat dilakukan.

Kelompok Tani di Desa Sriti mempunyai potensi yang dapat dikembangkan lebih
pesat lagi, yaitu Kelompok Tani yang memiliki sumber daya manusia yang aktif dalam
kegiatan kelompok tani. Namun, sebagai sebuah kelompok yang sudah berdiri juga
mempunyai kelemahan-kelemahan yang kami amati pertama, kurangnya fasilitas teknologi
moderen untuk pembuatan pakan ternak dan pupuk organik, kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai pengelolaan kotoran hewan dan …….. untuk di jadikan pupuk dan
pakan ternak.

Berdasarkan observasi awal tersebut, peneliti akhirnya memutuskan untuk


mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak menggunakan teknologi
tepat guna dengan tujuan agar masyarakat Desa Sriti mengetahui manfaat limbah pertanian
dan peternakan bermanfaat untuk hewan ternak dan tanaman petani. Dalam metode ABCD
memiliki lima langkah kunci untuk melakukan proses riset pendampingan.7

Teknik-Teknik Pendampingan
Metode dan alat untuk memobilisasi asset pemberdayaan masyarakat melalui Asset Based
Community Development (ABCD), antara lain:
a. Penemuan Apresiasif (Appreciative Inquiry)
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan
organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki
sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup, efektif
dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan stakeholder
nya dengan cara yang sehat. AI tidak menganalisis akar masalah dan solusi tetapi lebih
fokus pada bagaimana memperbanyak hal-hal positif dalam organisasi. Proses AI terdiri
dari 4 tahap yaitu Discovery, Dream, Design dan Destiny atau sering disebut Moel atau Siklus
4-D. AI ini diwujudkan dengan adanya Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada
jenjangnya masing-masing.
b. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)

7 Christopher Dureau, Pembaru Dan Kekuatan Local Untuk Pembangunan, Australian Community Development And
Civil Society Streghtening Scheme (Access) Tahap Ii, ( Agustus 2013), Hal. 96-97.
Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan local. Community map
merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis masyarakat mendorong
pertukaran informasi dan menyetarakan bagi semua masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan hidup mereka.
c. Pemetaan Asosiasi dan Instusi
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasar terbentuknya lembaga-lembaga
sosial yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut: (1) Kesadaran akan
kondisi yang sama; (2) Adanya relasi sosial; dan (3) Orientasi pada tujuan yang telah
ditentukan.
d. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)
Metode atau alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset
antara lain kuisioner, interview dan Focus Group Discussion (FGD). Manfaat dari pemetaan
Individual Asset antara lain: (a) Membantu membangun landasan untuk memberdayakan
masyarakat dan memiliki solidaritas yang tinggi dalam masyarakat; (b) Membantu
membangun hubungan yang baik dengan masyarakat; (c) Membantu masyarakat
mengidentifikasi keterampilan dan bakat mereka sendiri.
e. Sirkulasi Keungan (Leacky Bucket)
Perputaran ekonomi yang berupa kas, barang dan jasa merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari komunitas dalam kehidupan mereka sehari-hari. Seberapa jauh tingkat
dinaminitas dalam pengembangan ekonomi local mereka dapat dilihat, seberapa banyak
kekuatan ekonomi yang masuk dan keluar. Untuk mengenali, mengembangkan dan
memobilisir asset-aset tersebut dalam ekonomi komunitas atau warga local di perlukan
sebuah analisa dan pemahaman yang cermmat. Salah satu pendekatan yang digunakan
dalam pendekatan ABCD (Asset Based Community Development) adalah melalui leacky Bucket.
f. Skala Prioritas (Low baging fruit)
Setelah masyarakat mengetahui potensi, kekuatan dan peluang yang mereka miliki
dengan melalui menemukan informasi dengan santun, pemetaan asset, penelusuran
wilayah, pemetaan kelompok atau institusi dan mereka sudah membangun mimpi yang
indah maka langakah berikutnya, adalah bagamaina mereka bisa melakukan semua mimpi-
mimpi diatas, karena keterbatasan ruang dan waktu maka tidak mungkin semua mimpi
mereka wujudkan.8
Langkah-Langkah Pendampingan
a. Tahap 1: Mempelajari dan Mengatur Skenario
Dalam Appreciative Inquiry ( AI) terkadang disebut ‘Define’.Dalam Asset Based
Commmunity Development (ABCD), terkadang digunakan frasa “Pengamatan dengan Tujuan
dan Purpose Full Reconnaissance”. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci memanfaatkan
waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat dimana perubahan akan dilakukan, dan
menentukan fokus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni
menentukan : a) Tempat (Desa Sriti ) b) Orang (Masyarakat desa sriti) c) Fokus
Program (Sosialisasi tentang pupuk organik Dan pakan ternak ) d) Informasi tentang
Latar Belakang (Masyarakat desa sriti kurangnya pemahaman tentang pembuatan pupuk
organik Dan pakan ternak .
b. Tahap 2: Menemukan Masa Lampau
Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk
mengungkapkan (discovering) hal-hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di
komunitas sampai pada kondisi sekarang ini.Masyarakat yang kebanyakan berprofesi
sebagai petani. Tahap ini terdiri dari (1) Mengungkap (discover) sumber daya dalam
masyarakat. Apa yang memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dala rangkaian
perjalannya (2) Menelaah sukses dan kekuatan elemen-elemen dan sifat khusus apa yang
muncul dari telaah cerita-cerita yang disampaikan oleh masyarakat.
c. Tahap 3: Memimpikan Masa Depan.
Memimpikan Masa Depan atau proses pengembangan fisik (Visioning) adalah
kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong
komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa
depan mereka. Proses ini menambahkan energi dalam mencari tau apa yang mungkin
terjadi di masa mendatang.
d. Tahap 4: Memetakan Aset
Tujuan pemetaan aset adalah agar masyarakat belajar kekuatan yang sudah mereka
miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan
siapa diantara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya alam yang terdapat
di Desa Sriti. Mereka kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan
seluruh kelompok atau komunitas. Pemetaan dan seleksi aset dilakukan dalam dua
tahap: (1)Memetakan aset masyarakat atau bakat, kompetensi dan sumber daya sekarang;
(2) seleksi mana yang relevan dan berguna untuk mulai mencapai mimpi masyarakat.
e. Tahap 5: Menghubungkan dan Menggerakkan Aset/Perencanaan Aksi
Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan
menuju pencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini adalah suatu
rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa dilakukan di awal, dan bukan apa yang
bisa dilakukan di lembaga luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungan,
termasuk anggaran pemerintah yang diberikan untuk masyarakat desa sriti adalah aset
yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kunci dari tahapan ini adalah untuk membuat
seluru masyarakat menyadari bahwa mereka bisa memimpin proses pembangunan melalui
kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan.
f. Tahap 6: Pemantauan, Pembelajaran, dan Evaluasi
Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring
perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi jika suatu program perubahan menggunakan
pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang
kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan
berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi masyarakat mampu
menemu kenali dan memobilisasi sexara produktif aset mereka melalui tujuan bersama.
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Pelaksanaan Pengabdian

Sebelumnya kami melakukan observasi di Desa Sriti Kecamatan Sawoo Kabupaten


Ponorogo, untuk melihat kondisi wilayah serta masyarakat desa tersebut. Dari data yang
diperoleh dan dengan berbagai pertimbangan, maka peneliti memutuskan skala priotitas yang
ditekuni oleh masarakat Desa Sriti, Kecamatan Sawoo. Peneliti memutuskan adanya
Sosialisasi Dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dan Pakan Ternak Fermentasi yang
bertempat di Balai Desa Sriti, dengan alasan tempat yang luas dan ketersediaan menggunakan
4 alat cacah multfungsi untuk memudahkan dalam pelaksanaan pelatihan. Pelaksanaan
kegiatan disana bertepatan pada hari selasa tanggal 02 Agustus 2022, dan dihadiri kurang
lebih 90 peserta. Kegiatan ini dimulai pukul 08.00- 16.00 dengan jeda istirahat pukul 12.00.

Gambaran Kegiatan Pengabdian


Kegiatan pengabdian ini berdasaran beberapa tahapan, yaitu assessment, pelatihan, dan
kegiatan evaluasi. Bab ini akan menjelaskan secara rinci terkait kegiatan Pengembangan
Potensi Pertanian dan Peternakan Melalui Pelatihan Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan
Pupuk organik dan pakan ternak fermentasi/ silase. Assesment lapangan dilakukan pada hari
Senin, 24 Juli 2022. Hasil yang diperoleh yaitu informasi terkait kondisi wilayah, saran
penelitian, dan rencana program yang akan dilaksanakan. Selanjutnya sosialisasi dilakukan
kepada calon peserta pelatihan dengan penyampaian undangan ke gapoktan. Pelaksanaan
pelatihan ini dilakukan selama 1 hari pada hari Selasa, 02 Agustus 2022 di Balai Desa Sriti
dengan pelatih/narasumber Adib Muammar Kadafi yang berlatar belakang eks Manager
“Ngabar Farm” PP “Wali Songo” Ngabar, Owner “Berkah Mendosari Farm” Ds. Josari,
Kec. Jetis, Pengurus “HPDKI” (Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia) DPC
Ponorogo, Anggota “JULEHA Indonesia” (Juru Sembelih Halal) Daerah Madiun.

Acara pelatihan dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 16.00. Setelah
semua peserta hadir, diadakan pembukaan secara simbolis sebagai tanda bahwa pelatihan
manajemen pakan kambing ,domba dan pengolahan pupuk kandang telah dimulai. Setelah
itu, adalah acara inti pelatihan Manajemen pakan kambing, domba dan pengolahan pupuk
kandang dengan pemateri Mas Adib Muammar Kadafi. Pada sesi pertama kegiatan yaitu
penyampaian materi pelatihan manajemen pakan kambing,domba dan pengolahan pupuk
kandang yang mana selanjutnya dilanjutkan dengan sesi kedua yaitu praktik dari pemaparan
materi yang di sampaikan. Selanjutnya Kadafi selaku narasumber menyampaikan materi yang
pertama berupa penyampaian materi tentang metode manajemen pakan kambing dan domba
yang mana ada empat macam:9

a. Silase adalah pembuatan pakan dengan cara pengawetan pakan hijau dengan wadah silo
atau yang biasa di sebut wadah yang kedap udara.
b. Kosentrat adalah pakan yang memiliki kandungan serat kasar rendah serta Nutrisi utama
dari konsentrat berupa energi dan protein.
c. Pakan komplit adalah pakan yang merupakan campuran dari hijauan dan konsentrat
dengan perbandingan atau takaran tertentu.

9Wawancara Dengan Adib Muammar Kadafi, Tanggal 02 Agustus 2022 Di Balai Desa Kantor Kelurahan Sriti,
Sawoo Ponorogo.
d. Pakan Fermentasi adalah pakan ternak yang telah melalui proses perubahan struktur kimia
yang dibantu oleh enzim mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.

Hal hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pakan silase:


a. Wadah/tempat bisa pakai: Drum, timba cat, jedingan, plastik, silobag.
b. Kadar air bahan baku: Wajib dilayukan hijauannya.
c. Kepadatan, Bebas udara dan kelembapan: Harus benar benar kedap dan bebas udara, agar
tidak lembab (tidak kontak langsung dengan tanah atau dinding jedingan) bisa pakai alas
terpal atau plastik.
Prosedur dalam pembuatan pakan:
a. Potong hijauan dari tempatnya
b. Layukan hijauan: benar benar layu dapat dilakukan dengan menjemur di terik matahari
untuk yang kadar air tinggi seperti rumput odot, rumput gajah. Selain itu angin-anginkan
untuk tebon jagung dengan kondisi berdiri kira kira 2 hari
c. Lanjut chopper atau cacah. Pilih mesin cacah yang menghasilkan ukuran maksimal 5 cm.
Kalau bisa 1-2 cm lebih bagus agar padat maksimal.
d. Cek kadar air, genggam kuat hijauan yang sudah dicacah. Jika masih banyak air
(maksudnya air masih mengalir di tangan atau bahkan menetes), lanjut di angin anginkan
dulu. Prinsipnya layu.
e. Jika mau ditambahkan bahan pakan kering (Titen giling, Tumpi/slamper jagung, katul)
juga boleh. Tujuan penambahan bahan kering sebagai media penyerap air.
f. Masukkan wadah kemudian padatkan. Bebas rongga udara.
g. Simpan selama 21 hari minimal. Ini paling baik. Jika belum bisa maka bertahap agar bisa
main di 21 hari. Untuk ketahanan bisa 1-2 tahun.
Setelah penyampaian materi yang pertama selesi dilanjutkan dengan materi yang
kedua yaitu pengolahan pupuk kandang.
Pemaparan Materi oleh Narasumber
Gambar 1: Pemaparan Materi oleh Narasumber

Gambar 2: Pemaparan Materi oleh Narasumber

Pupuk kandang adalah olahan kotoran hewan, biasanya ternak, yang diberikan pada
lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Pupuk kandang adalah
pupuk organik, sebagaimana kompos dan pupuk hijau.
Bahan bahaan yang digunakan:
a. Wadah/tempat bisa pakai: Jedingan
b. Kotoran kambing/domba murni
c. EM4 Pertanian (Atau bisa pakai M21 Booster)
d. Tetes
e. Air
f. Mesin selep kompos
Prosedur pembuatan pupuk kandang hal-hal yang harus di perhatikan:
a. Siapkan kotoran kambing/domba yang akan dijadikan kompos
b. Bersihkan kotoran dari benda-benda asing (Batu, plastik, kayu, dll)
c. Lanjut siapkan bahan fermentor (Air, Tetes, em4 pertanian/ M21 Booster) (opsional)
d. Semprot kotoran kambing dengan fermentor sampai merata. Setiap -+20 cm disemprot
dan ditimbun dengan kotoran yang baru, ulangi sampai wadah/jedingan penuh.
e. Jika mau ditambahkan kapur dolomit juga boleh. Tujuan penambahan dolomit agar
supaya mikroorganisme di dalam tanah bisa lebih berkembang dan akti sehingga tanaman
yang ditanam dapat tumbuh lebih subur.
f. Setelah jedingan penuh, tutup dengan terpal.
g. Simpan selama 21 hari minimal. Ini paling baik.
h. Setelah proses fermentasi, Keluarkan kotoran dari jedingan lalu angin-anginkan. Jika
terlalu basah bisa dijemur dulu untuk memudahkan dalam proses penggilingan.
i. Sambil menunggu kotoran kering, siapkan pupuk organik cair untuk tambahan (Urin
kelinci, tetes, air) peram selama 1 malam
j. Setelah kotoran kering, gembor menggunakan POC yang sudah disiapkan lalu giling.
Selanjutnya memasuki acara sesi kedua yaitu melaksanakan praktek dari pemaparan
materi di sesi pertama bersama semua peserta di mulai dari jam 13.00 sampai jam 16.00 oleh
Narasumber.

Gambar 3: Pelaksanaan Praktik oleh Narasumber dan Masyarakat


Langkah pertama menjelaskan dan memahamkan tentang alat multifungsi dan bahan-
bahan yang mana nantinya akan digunakan sebagai alat pendukung dalam pengolahan
menajemen pakan kambing domba dan pengolahan pupuk kandang. Setelah itu mas Adib
mengajak peserta untuk mencacah bahan-bahan yang akan digunakan sebagai pakan silase
maupun fermentasi setelah di cacah selesai dengan menggunakan alat cacah,langsung
dimasukkan ke dalam wadah kedap udara seperti drum dan plastic silase sehingga dijadikan
silase. Sedangkan pengolahan untuk system fermentasi bahan pakan hijau yang sudah di
cacah di campurkan dengan dedak,cairan em4 peternakan sesuai takaran, lalu dimasukkan
kedalam wadah yang kedap udara seperti drum dan plastik silase.

Gambar 4 : Pelaksanaan Praktik oleh Narasumber dan Masyarakat


Sedangkan pengolahan untuk system fermentasi bahan pakan hijau yang sudah di
cacah di campurkan dengan dedak,cairan em4 peternakan sesuai takaran, lalu dimasukkan
kedalam wadah yang kedap udara seperti drum dan plastik silase. Yang mana dua cara ini
harus melalui proses penimbunan/pengedapan bahan paling minim 21hari dari setelah
diproduksi. Lalu secara tehnik pemberian pakan kepada ternak di berikan dua kali dalam satu
hari yaitu pagi dan sore hari. Selanjutnya melakukan praktik sesi kedua ini membuat pupuk
kandang dengan mengunakan bahan srintil/biasa di sebut kotoran kambing. Langkah
pertama memasukkan srintil kedalam mesin pengiling untuk mengemburkan bahan dan
menghancurkan dahan daun dari limbah kompos, setelah usai mengiling kompos tersebut
lalu di campurlah bahan em4 peternakan atau memakai m21 boster,dan urin kelinci untuk
sebagai tambahan zat nitrogen sehingga menambah kualiktas dari pada kompos yang di olah.
Jika sudah selesai mengaduk di simpan lah kompos olahan itu di wadah kedap yang biasanya
di buat jedingan atau kotak penyimpanan sebelum diaplikasikan ke tanaman.
Gambar 5: Pelaksanaan Praktik oleh Narasumber dan Masyarakat
Secara lebih rindi, deskripsi kegiatan sebagaimana sudah dijelaskan di atas terlihat
dalam schedule kegiatan di bawah ini:
JUKLAK JUKNIS SOSIALISASI PERTANIAN DAN PETERNAKAN
No Hari/Tgl Waktu Durasi Kegiatan Deskripsi
1 Selasa, 02 07.00- 60 1. Seluruh panitia sudah 1. ALL Panitia
Agustus 08.00 Menit stand by dibalai desa 2. Kegiatan
2022 2. Pengkondisian tempat 3. Perkapdok
acara
3. Pengecekan alat
(proyektor, mic,
kamera)
2 08.00- 30 1. Snack sudah harus 1. Konsumsi
08.30 Menit stand by di balai desa 2. Kegiatan
2. Menyiapkan peralatan
absensi
3 08.30- 60 1. Pelaksanaan 1. Kegiatan
09.30 menit pembukaan 2. Konsumsi
2. Pembagian Snack
(diberikan sembari
mengisi absen)
4 09.30- 120 1. Pelaksanaan kegiatan 1. Kegiatan
11.30 menit sosialisasi dan 2. perkapdok
pelatihan pakan ternak 3. konsumsi
2. Menyiapkan bahan
yang dibutuhkan untuk
praktek
3. Menyiapkan minum
(coffee/teh)

5 11.30- 90 1. Istirahat dan 1. Kegiatan


13.00 menit pengkondisionalan 2. Konsumsi
peserta
2. Makan siang

6 13.00- 120 1. kegiatan sosialisasi dan 1. Kegiatan


15.00 menit pelatihan pupuk 2. Perkapdok
organik 3. konsumsi
2. Menyiapkan bahan
yang dibutuhkan untuk
praktek
3. Menyiapkan snack
7 15.00- 60 3. Membersihkan balai 1. ALL
16.00 menit desa

Tabel 1: Juklak Juknik Sosialisasi Pertanian dan Peternakan

Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pembuatan pupuk organik dan pakan ternak menggunakan alat
cacah multifungsi tersebut dilaksanakan dengan dukungan dari pihak desa dan masyarakat
Desa Sriti. Antusias dari masyarakat untuk mengikuti dan menghadiri kegiatan ini memiliki 2
faktor pendukung secara eksternal dan juga internal sebagai output dari pelaksanaan kegiatan.
Faktor internal yaitu aset yang dimiliki Desa Sriti memiliki keselarasan dengan program inti
pengabdian. Dimana aset yang muncul menjadi pertimbangan berbagai pihak untuk
dioptimalkan serta diberdayakan agar meningkatkan kualitas pertanian dan peternakan di
Desa Sriti. Faktor eksternal yaitu tumbuhnya rasa keingintahuan masyarakat terhadap alat
cacah multifungsi untuk membantu dan memudahkan pekerjaan dan mata pencaharian
masyarakat Desa Sriti.

Aset yang sudah dianalisis dan menjadi salah satu program kerja pengabdian menjadi
peluang dalam meningkatkan kualitas pertanian dan peternakan di Desa Sriti. Melihat kondisi
ini menjadi pertimbangan untuk mencari cara yang tepat agar semestinya kegiatan sosialisasi
dan pemanfaatan alat cacah multifungsi tersebut memiliki dampak yang berkesinambungan
dan terus berjalan meskipun kelompok pengabdian sudah tidak bertugas kembali di Desa
Sriti.
Dari hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian selanjutnya secara garis besar dapat
dilihat dari penilaian beberapa komponen berikut ini, meliputi:

a. Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan


Target jumlah peserta yang mengikuti dan menghadiri sosialisasi sebanyak kurang
lebih 90 orang, yang terdiri dari perangkat desa 15 orang, perwakilan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) 5 orang, anggota kelompok pengabdian 21 orang,
kelompok tani 22 orang, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) 5 orang, dan narasumber
beserta perwakilan Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Sawo 3 orang. Dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut dihadiri sesuai dengan target yang sudah direncanakan
sebanyak kurang lebih 90 orang. Dengan demikan keberhasilan target jumlah peserta
pelatihan dapat dinilai sangat baik, karena 100% peserta yang diundang dapat ikut serta
dalam pelatihan.
b. Ketercapaian tujuan pelatihan
Tujuan dari kegiatan tersebut untuk memberikan pemaparan penggunaan alat cacah
multifungsi, memberikan pengarahan untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk organik
untuk lebih meningkatkan kualitas pertanian di Desa Sriti, serta memberikan pengarahan
terkait pakan ternak agar ternak yang ada di Desa Sriti dapat diberdayakan dan mencapai
maksimum dalam tumbuh kembang ternak yang berkualitas. Selain itu, memberikan
keleluasaan terhadap masyarakat untuk sama-sama mendiskusikan permasalahan-
permasalahan pertanian dan peternakan baik personal maupun kelompok untuk dicari
solusi terbaiknya. Hal ini ditunjukan dengan prosesi tanya jawab dari masyarakat kepada
narasumber yang begitu antusias dan menjelaskan fenomena yang ada di lapangan.
c. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi
Pelaksanaan kegiatan ini dapat dikatakan singkat. Akan tetapi, materi yang dijelaskan
narasumber mampu disampaikan secara lengkap, detail, dan jelas kepada masyarakat Desa
Sriti. Beberapa materi mengenai pupuk organik dan pakan ternak dapat disimak dengan
baik oleh peserta. Selanjutnya dalam pelaksanaan praktik dilakukan secara mendetail untuk
pengenalan alat cacah multifungsi, agar dari pemaparan materi tersebut memiliki
pandangan secara riil. Dengan demikian, kemampuan peserta dalam kegiatan ini baik
penguasaan materi maupun praktik dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Evaluasi dalam pelaksanaan kegiatan ini dengan cara memberikan kesempatan


kepada masyarakat terkhusus kelompok tani untuk mencoba dan mengaplikasikan materi
yang sudah dipaparkan oleh narasumber terkait alat cacah multifungsi yang sudah
disediakan di tempat praktik. Semua bahan yang dibutuhkan sudah dipersiapkan, dengan
begitu masyarakat mampu mencoba langsung pembuatan pakan ternak sekaligus pupuk
organik menggunakan alat cacah multifungsi tersebut.

Jalannya Pelaksanaan Kegiatan


Bedasarkan pelaksanaan kegiatan ini, yang dimotori oleh kelompok KPM Multi 102
IAIN Ponorogo dengan Pemerintahan Desa Sriti. Untuk merespon keluh kesah yang
dirasakan oleh masyarakat Desa Sriti, yang secara mayoritas berprofesi sebagei petani dan
peternak atas kelangkaan pupuk pertanian dan menipisnya bahan pakan ternak ketika musim
kemarau. Maka, terlaksanalah kegiatan yang dimana fokus pembahasan mengenai dua
permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat Sriti. Dari jalannya kegiatan, nampak jelas
bahwa masayarakat yang datang sangat antusias. Hal itu dibuktikan, ketika sesi pemaparan
materi dan kegiatan demonstrasi cara pembuatan pakan fermentasi dan pupuk kompos oleh
pemateri. Pertama, disaat pemaparan materi masyarakat yang hadir secara seksama
mendengarkan materi yang diberikan dan juga saat sesi pertanyaan banyak dari masyarakat
bertanya secara bergantian, entah itu pertanyaan mengenai materi yang dirasa masih belum
dipahami ataupun juga sharing pengalaman dalam berternak oleh masyarakat itu sendiri.
Kedua, saat kegiatan praktek cara pembuatan pakan fermentasi untuk ternak dan pembuatan
pupuk kompos untuk pertanian, masyarakat yang hadir semakin seksama, karena mereka
beranggapan pada sesi prakteklah materi yang telah mereka dapat makin mudah dipahami
dan diingat.
Dan diakhir kegiatan Upaya Peningkatan Kualitas Pertanian dan Perternakan
Masyarakat Desa Sriti melalui Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna, banyak masyarakat serta
pihak desa yang mengapresiasi kegiatan pelatihan ini, karena dari warga sendiri memang
sangat membutuhkan ilmu dalam bidang pertanian dan perternakan dan juga antisipasi atau
bentuk persiapan mereka untuk merespon kelangkaan dan harga yang mulai melambung
tinggi dari pupuk kimia yang beredar. Serta, juga untuk meningkatkan kualitas ternak mereka
ketika nanti masyarakat ingin mengembangkan perternakan dalam jumlah besar dan modern,
adanya pelatihan pembuatan pakan fermentasi sangatlah membantu mereka. Maka, dapat
dsisimpulkan kegiatan Peningkatan Kualitas Pertanian dan Perternakan Masyarakat Desa
Sriti melalui Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna berjalan dengan baik dan mampu merespon
serta menjadi solusi kegunadahan masayarakat Desa Sriti dalam hal pertanian dan
perternakan.
Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat diidentifikasi faktor
pendukung dan penghambat dalam melaksanakan program sosialisasi pembuatan pupuk
organik dan pakan ternak di Desa Sriti. Secara garis besar faktor pendukung dan penghambat
adalah:
a. Faktor Pendukung
1. Dukungan Kepala Desa Sriti beserta jajaran perangkat terhadap kegiatan Sosialisasi
Pelatihan pembuatan pakan ternak fermentasi dan pupuk organik dari kotoran hewan
ternak. Dan memfasilitasi alat pencacah pakan dan kotoran ternak untuk masyarakat
kelompok tani Desa sriti.
2. Partisipasi anggota kelompok tani Desa Sriti dan KPM 102 dalam melaksanakan
praktek pembuatan pakan ternak fermentasi dan pupuk organik dengan mengundang
pemateri dari pondok ngabar (Adip Muamaar Kadafi) dan anggota BPP (Badan
Penyuluhan Pertanian).
3. Ketersediaan masyarakat dalam mendukung kegiatan Sosialisasi tentang pakan ternak
dan pupuk organik dari kotoran hewan ternak, masyarakat meminjamkan fasilitas
berupa alat serta menyediakan bahan bahan untuk latihan contohnya
ember,terpal,gayung,kotoran ternak,batang tebu,jangel jagung,bekatul dll.
4. Balai Desa Sriti memiliki akses strategis untuk dijangkau oleh pemateri dan masyarakat
kelompok tani yang berasal dari Desa Sriti untuk melaksanakan sosialisasi.
5. Kerjasama Antar anggota Kelompok 102 KPM IAIN Ponorogo dalam merencanakan,
melaksanakan dan menindaklanjuti kegiatan tersebut
b. Faktor Penghambat
Dalam pengelolaan pakan ternak dan kotoran ternak, tentunya tidak terlepas dari
kondisi yang dapat menghambat keberlangsungan pengelolaan tersebut. Faktor
penghambat yaitu hal atau kondisi yang dapat menghambat atau menggagalkan suatu
kegiatan, usaha, atau produksi. Adapun faktor penghambat yang kami temukan dalam
pengelolaan pakan ternak dan kotoran ternak masyarakat Desa Sriti antara lain:
1. Kurangnya sosialisasi dari Desa, dalam pengenalan pembuatan pakan ternak fermentasi
dan pupuk organik yang mengakibatkan masyarakat kecanduan dengan pupuk kimia.
2. Terbatasnya SDM dalam pengetahuan tentang pengolahan pakan ternak fermentasi
dan pupuk organik dari kotoran ternak.
3. Sebelum adanya sosialisasi dan alat pencacah pakan serta kotoran ternak, masyarakat
Desa Sriti sudah pernah ada sosialisasi tetapi karena alat yang i gunakan untuk pencacah
belum tersedia di masing masing kelompok tani akhirnya masyarakat kembali
mengunakan pupuk kimia dan pakan ternak yang mencari setiap hari.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan
diantara lain: (1) kurang maksimalnya pengelolaan kotoran ternah serta pakan ternak di Desa
Sriti sehingga kami kelompok Kuliah Pengabdian Masyarakat Kelompok 102 mengadakan
“Sosialisasi Dan Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dan Pakan Ternak
Fermentasi”.Sosialisasi ini ditujukan untuk warga Desa Sriti yang dilaksanakan pada tanggal
02 Agustus 2022, dan dihadiri kurang lebih 90 peserta. Terkait dengan jalannya (2) Terkait
dengan jalannya kegiatan, nampak jelas bahwa masayarakat yang datang sangat antusias. Hal
itu dibuktikan, ketika sesi pemaparan materi dan kegiatan demonstrasi cara pembuatan pakan
fermentasi dan pupuk kompos oleh pemateri. Pertama, disaat pemaparan materi masyarakat
yang hadir secara seksama mendengarkan materi yang diberikan dan juga saat sesi pertanyaan
banyak dari masyarakat bertanya secara bergantian. Kedua, saat kegiatan praktek cara
pembuatan pakan fermentasi untuk ternak dan pembuatan pupuk kompos untuk pertanian,
masyarakat yang hadir memperhatikan dengan seksama. (3) adanya faktor pendukung serta
penghambat jalannya kegiatan proker inti Kelompok KPM 102 di Desa Sriti.

Faktor pendukung kegiatan ini yakni dukungan Kepala Desa Sriti beserta jajaran
perangkat. Partisipasi anggota kelompok tani Desa Sriti, ketersediaan masyarakat dalam
mendukung kegiatan Sosialisasi tentang pakan ternak dan pupuk organik dari kotoran hewan
ternak, balai Desa Sriti memiliki akses strategis untuk dijangkau oleh pemateri dan masyarakat
kelompok tani yang berasal dari Desa Sriti untuk melaksanakan sosialisasi dan kerjasama
Antar anggota Kelompok 102 KPM IAIN Ponorogo dalam merencanakan, melaksanakan
dan menindaklanjuti kegiatan tersebut. Selain itu faktor penghambat kegiatan tersebut adalah
Kurangnya sosialisasi dari Desa, dalam pengenalan pembuatan pakan ternak fermentasi dan
pupuk organik yang mengakibatkan masyarakat kecanduan dengan pupuk kimia, terbatasnya
SDM dalam pengetahuan tentang pengolahan pakan ternak fermentasi dan pupuk organik
dari kotoran ternak dan belum tersedianya alat pencacah pada masing-masing kelompok tani
sehingga membuat masyarakat kembali mengunakan pupuk kimia dan pakan ternak yang
mencari setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA

Dureau, Christopher. 2013. Pembaru Dan Kekuatan Local Untuk Pembangunan, Australian
Community Development And Civil Society Streghtening Scheme (Access) Tahap II.
Gentur Handoyo, Purbayu Budi Santoso, dan Achma Hendra Setiawan.2019. “Penerapan
Teknologi Tepat Guna dalam Pengembangan Pertanian Organik di Kabupaten
Boyolali”, Seminar Nasional Kolaborasi Pengabdian Kepada Masyarakat UNDIP-
UNNESA
I.W Surata dan T.G.T Nindhia. 2017. “Pengembangan Potensi Dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa Sakti Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung”. SKIM Hibbah
KKN-PPM Tahun Anggaran 2016.
Kustono, Djoko. Widiyanti, Solichin. 2019. Teknologi Tepat Guna Pupuk Organik Cair :
Teori, Praktik Dan Hasil Penelitian” .Malang: Media Nusa Creative.
Rahmayanti, Nekky. Sri Andayani, Hotman Panjahitan. 2015. Model Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Di Kota Mojokerto. Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Manajemen Vol. 2 No. 2.
Simanungkalit, Didi Ardi Suriadikarta, Dkk. 2006. Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati :
Organic Fertilizer And Biofertilizer, Bogor : Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Tifani, Muhammad Anjang. Sri Kumalaningsih, Dkk. Artikel: Produksi Bahan Pakan Ternak
Dari Ampas Tahu Dengan Fermentasi Menggunakan Em4 (Kajian Ph Awal Dan Lama
Waktu Fermentasi) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawiayaja.

Anda mungkin juga menyukai