Anda di halaman 1dari 24

BUDIDAYA TANAMAN OBAT KELUARGA (TEMULAWAK)

MEMANFAATKAN PEKARANGAN WARGA DENGAN SISTEM PAGAR


(Studi pada Dusun Sokaan Desa Karangpaitin, Kec. Ledokombo, Kab. Jember)

PROPOSAL KULIAH KERJA NYATA TEMATIK POSDAYA


Kelompok 26

Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.

Surya Sukmawan S
Dyah Gandis Indah P
Nia Dinda Permatasari
Yudha Prakoso
M. Nurul Mubin

(Akuntansi)
(Manajemen)
(Agribisnis)
(Ilmu Hukum)
(Teknik Sipil)

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
JANUARI 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul

: BUDIDAYA TANAMAN OBAT KELUARGA


(TEMULAWAK)
PEKARANGAN

MEMANFAATKAN
WARGA

PAGAR
a. Koordinator
Nama
Fakultas
b. Jumlah Anggota
c. Lokasi
Desa
Kecamatan

:
: Surya Sukmawan S.
: Akuntansi
: 5 (Lima)
: Dusun Sokaan
: Karangpaiton
: Ledokombo

DENGAN

SISTEM

Kabupaten
: Jember
d. Waktu Pelaksanaan: 4 Januari 2016 17 Februari 2016

Jember, 4 Januari 2016


Dosen Pembimbing Lapang (DPL)

Koordinator,

Dr.Ir. Herlina MP.


NIP. 126707081994121001

Surya Sukmawan S
NIM. 140810301245

Mengetahui,
Ketua Pusat KKN
Universitas Jember
Dr. Rusli Hidayat, M.Sc
NIP.126610121993031001

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan salah satu perwujutan Tri Darma
Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Dalam hal ini mahasiswa
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Jember Gelombang I Tahun 2016-2017
dituntut untuk terjun ke masyarakat guna mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh
ketika kuliah ke dalam kehidupan nyata di masyarakat sesuai disiplin ilmu yang
dimiliki. Atas dasar itulah, sebagai mahasiswa Universitas Jember, kelompok KKN
26 berusaha untuk menjadi bagian dari masyarakat Desa Karangpaiton dan
melaksanakan program kerja yang disebut dengan posdaya (pos pemberdaya
keluarga) guna membantu pembangunan dan pemberdayaan masyarakat secara
material dan spiritual (LPM, 2013). Partisipasi seluruh masyarakat desa, perangkat
desa, dan pihak-pihak yang terkait dengan program kerja yang akan dilaksanakan
sangat dibutuhkan dalam kelancaran pelaksanaan program.
Dusun Sokaan Desa Karangpaiton merupakan salah satu desa di wilayah
Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Mayoritas penduduknya adalah etnis
Madura, bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa madura.
Sedangkan mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar adalah petani, buruh tani
dan peternak. Agama yang dianut mayoritas masyarakat Desa Karangpaiton adalah
Islam. Sesuai dengan rencana program posdaya memfokuskan empat pilar, dengan
fokus program pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia yang ada di Dusun
Sokaan Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember (Bapenas,
2010). Program kerja yang sesuai dengan empat pilar tersebut haruslah dipantau
dalam bentuk posdaya yang akan dikuatkan dan dikembangkan di Dusun Sokaan.
Dengan adanya program kerja tersebut diharapkan mampu meningkatkan
kesejahteraan

masyarakat

Dusun

Sokaan

Desa

Karangpaiton

Kecamatan

Ledokombo Kabupaten Jember.


Proses pembangunan masyarakat desa harus dilaksanakan secara terpadu
dengan berbagai pihak yang tergabung didalamnya. Pembangunan masyarakat
dilakukan melalui upaya peningkatan kualitas sumber daya masyarakat desa dan

memberdayakan potensi-potensi yang ada di daerah pedesaan. Banyak cara untuk


meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat desa.
Pada KKN tahun sebelumnya, Dusun Sokaan memiliki Posdaya leleyana.
Posdaya leleyana mencakup empat pilar yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan
lingkungan. Namun, lebih menitik beratkan pada pilar ekonomi dimana, pemanfaatan
lele tersebut tidak hanya menjadi lauk akan tetapi juga dapat meningkatkan
penghasilan warga memalui pemasaran ikan lele. Menurut hasil wawancara dengan
Bapak Sapii selaku ketua Posdaya leleyana, biaya operasional seperti pakan yang
harus dikeluarkan dalam menjalankan Posdaya leleyana lebih besar dibandingkan
dengan hasil panen dan hasilnya hanya dikonsumsi sendiri. Sehingga KKN 26
memberikan solusi dengan mengganti budidaya lele dengan budidaya toga. Hal itu
dikarenakan sebagian besar warga Dusun Sokaan Desa Karangpaiton berprofesi
sebagai petani sehingga mereka lebih mudah dalam hal perawatan tanaman obat
keluarga. Selain itu, tanaman obat keluarga juga tidak membutuhkan perawatan yang
rumit dan biaya yang mahal karena pemumukannya dapat menggunakan pupuk
kandang sehingga biaya perawatannya dapat diminimalisir sekecil mungkin.
Tanaman obat keluarga memiliki banyak manfaat terutama untuk kesehatan.
Selain itu, budidaya tanaman obat keluarga melalui Posdaya INOVTOGA juga
mencakup dalam pilar lainnya yaitu ekonomi, pendidikan, dan lingkungan. Contoh
pemanfaatan tanaman obat keluarga dalam bidang ekonomi adalah dapat dijadikan
produk olahan seperti temulawak instan, kue, minuman, permen temulawak,
kosmetik kecantikan dan masih banyak yang lainnya. Dimana pengolahan tersebut
dapat memberikan tambahan pendapatan keluarga. Selain itu budidaya tanaman obat
untuk keluarga dapat membantu usaha kecil menengah dibidang obat-obatan herbal
sekalipun dilakukan secara individual sehingga akan terwujud prinsip kemandirian
dalam pengobatan keluarga.
Banyak pekarangan rumah warga khususnya warga dusun Sokaan yang tidak
dimanfaatkan dengan baik, maka dari itu untuk memanfaatkan lahan yang tidak
terpakai tersebut dilalukan budidaya toga yang hasilnya dapat digunakan sebagai
obat keluarga serta jika dijual, uangnya dapat digunakan untuk meningkatkan taraf
hidup keluarga karena toga sangat dibutuhkan. Tanaman toga seperti temulawak,
jahe dan kunyit memiliki pasar yang luas karena saat ini banyak orang lebih percaya
obat alami dari pada kimia.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di Dusun Sokaan
Desa Karangpaiton terdapat 310 kepala keluarga yang terdiri dari keluarga
prasejahtera sebanyak 165 kepala keluarga, keluarga sejahtera 1 sebanyak 58
kepala keluarga, dan keluarga sejahtera II sebanyak 30 kepala keluarga. Sehingga
ditemukan beberapa permasalahan yang harus dipecahkan pada masyarakat.
Permasalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tingkat kepedulian kesehatan yang masih rendah hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya warga yang membuang sampah dan mandi pada saluran air sekitar
75%.
b. Kurangnya pemanfaatan lahan kosong yang bisa dimanfaatkan hal ini
ditunjukkan sekitar 55% dari pekarangan warga yang masih belum di tanami
terutama untuk tanaman TOGA.
c. Kurangnya kepedulian masyarakat dalam memelihara tanaman obat keluarga
(TOGA) hal ini ditunjukkan dengan 65% tanaman obat yang telah ada mati
karena tidak terawat serta kurangnya pengetahuan tentang penggolahan
tanaman TOGA menjadi produk yang siap dikonsumsi.
d. Gangguan hewan ternak yang merusak tanaman disekitar pekarangan warga
khususnya tanaman TOGA 40%
1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan
Setiap kegiatan yang dilakukan selalu berlandaskan atas tujuan yang
ingin dicapai setelah kegiatan itu berlangsung. Kegiatan Budidaya Tanaman
Obat Keluarga (Temulawak) Memanfaatkan Pekarangan Warga dengan Sistem
Pagar juga mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai, sehingga kegiatan ini
diadakan. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kesehatan

dengan

b.

penyuluhan manfaat toga;


Pemanfaatan lahan kosong dengan budidaya tanaman toga dengan sistem

c.

pagar rumah warga;


Lebih meningkatkan ekonomi masyarakat Dusun Sokaan melalui hasil
olahan tanaman toga melalui penguatan Posdaya INOVTOGA.

1.3.2 Manfaat
1. Bagi masyarakat
a. Terbentuknya kader-kader pemberdayaan masyarakat.

b.

Memperoleh bantuan pemikiran dalam merencanakan dan melaksanakan


budidaya tanaman obat keluarga serta nilai astetika pada lingkungan

c.

desa.
Peningkatan partisipasi masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan,
terutama dalam hal kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lingkungan
dalam budidaya toga.

2. Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengaplikasikan teori yang didapat di bangku kuliah dalam
b.

kehidupan masyarakat secara langsung.


Dapat mencocokan kebenaran teori dengan kenyataan yang ada di

c.

lapangan.
Dapat menjadi bekal ketika sudah menjadi anggota masyarakat.

3. Bagi Universitas
a. Sebagai umpan balik hasil pengintegrasian mahasiswa di tengah-tengah
masyarakat dan atau pemerintah dengan berbagai permasalahannya guna
penyempurnaan kurikulum yang lebih sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan atau pemerintah.
b. Meningkatkan, memperluas, dan

mempercepat

kerjasama

pihak

universitas dengan masyarakat dan atau pemerintah.


c. Sebagai salah satu upaya penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi
terutama dharma ketiga yaitu pengabdian kepada masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Obat Keluaga (TOGA)
Kegiatan menanami pekarangan dengan tananam obat dikenal dengan nama
toga. Program yang dahulu dinamai apoetik hidup ini tengah digunakan oleh
pemerintah indonesia. Istilah toga lebih mengacu kepada penataan pekarangan. Jadi
tidak berarti tanaman yang hanya tanaman hias yang berkhasiat obat. Tanaman obat
yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tananam pagar, tanaman buah,
tanaman sayur, atau bahkan tananam liar pun dapat ditata di pekarangan sebagai
toga. Selain sebagai bahan obat bagi anggota keluarga yang sakit, tanaman tersebut
dapat dimanfaatkan untuk aneka keperluan sesuai dengan kegunaan lainnya.
Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman obat keluarga
pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang
digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam
rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau
bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Untuk memperoleh pengobatan yang ideal
seorang pengobat herbal harus pandai dan cermat dalam membuat formula tanaman
obat. Formula yang digunakan dalam pengobatan haruslah sesuai dengan kondisi
pasien yang berobat.kondisi pasien sangat berkaitan dengan dosis dan tingkat
keberhasilan dalan pengobatan herbal.
Tanaman obat keluarga pada dasarnya adalah tanaman yang ditanam di
halaman rumah, kebun ataupun sebidang tanah yang dimanfaatkan sebagai budidaya
tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga
akan obat-obatan. Tanaman obat keluarga juga berfungsi sebagai pemanfaatan
lingkungan di sekitar rumah dan kebun. Di era sekarang semakin banyak keluarga
yang sadar betul apa manfaat dari tanaman obat itu sendiri.
Kalau kita kaji lebih dalam sungguh banyak sekali khasiat dari tanaman obat
keluarga tersebut. Banyak pula jenisnya. Sebagai contoh temulawak, jahe, kencur,
dan lain sebagainya. Tentunya tanaman obat ini sudah banyak di ketahui khasiatnya.
Mulai dari jahe sebagai obat untuk batuk, perut kembung, dan penhangat badan.
Yang dimaksud dengan TOGA adalah Taman Obat Keluarga. Kata Taman
menunjukakan adanya suatu usaha untuk meningkatkan nilai estetika tanaman dalam
hal ini tanaman obat dengan adanya pengaturan yang sesuai dengan potensi lahan

dan enak dipandang mata. Sedangkan kata Keluarga menunjukkan taman obat
ini berfungsi untuk menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga dan dibuat di
lingkungan keluarga, yaitu di pekarangan rumah, dapat juga di pekarangan sekolah
atau kantor.
Pekarangan biasanya memiliki luas lahan terbatas, maka jenis tanaman obat
sebaiknya dipilih yang penting dan bermanfaat untuk keperluan menjaga kesehatan
keluarga sehari hari. Selain itu, dipilih jenis tanaman yang mudah dibudidayakan
dan tidak menyita tempat karena ukuran tajuk yang besar. Karena sifat pekarangan
berbeda dengan kebun atau ladang, maka pemilihan tanaman juga harus
memperhatikan factor keindahan serta memperhatkan kondisi halaman, misalnya,
kontur tanah, bentuk serta adanya pohon atau bangunan lain. Faktor paling penting
dalam mengatur lahan untuk tanaman obat adalah memperhatikan estetika
(keindahan). Jangan sampai tanaman obat di halaman merusak atau mengganggu
pemandangan. Juga harus diperhatikan keberadaan elemen taman lain, yaitu soft
material misalnya kandang ternak,tiang bendera, jalan tapak kolam ikan dan lain
lain.
Saat ini obat-obata modern sudah menjadi bagian dari kehidupan kita seharihari. Obat-obatan itu dalam berbagai bentuk sudah dijual bebas dan mudah sekali
didapatkan dengan harga yang relatif terjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Akhir-akhir ini trend pengobatan modern cenderung kembali ke tanaman obat
yang digunakan secara tradisional. Ada beberapa alasan yang mendasari
kecendrungan ini. Misalnya,tanaman obat yang digunakan secara tepat, tidak atau
kurang menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat-obatan modern
terutaman yang dibuat dari bahan sintesis. Alasan lain,obat-obatan tradisional juga
lebih tepat untuk digunakan sebagai penyakit atau untuk menjaga kesehatan.
Tanaman obat merupakan salah satu sumber daya yang sudah ada sejak
dahulu kala dimanfaatkan oleh nenek moyang kita dalam upaya mengatasi masalah
kesehatan dengan menjadikan berbagai ramuan bahan tanaman obat. Oleh karena itu
pemanfaatan

tanaman

obat

keluarga

(TOGA)

perlu

dikembangkan

dan

disebarluaskan di masyarakat terutama untuk ibu-ibu rumah tangga. Ibu rumah


tangga sangat berperan dalam masalah kesehatan, sehingga apabila anggota keluarga
ada yang sakit maka ibu rumah tanggalah yang melakukan pencegahan pertama
dalam mengatasi masalah kesehatan. Namun dewasa ini banyak kecenderungan
perubahan sikap konsumen dalam masalah mengkonsumsi obat-obatan untuk

kesehatan. Kesehatan bagi kelangsungan hidup kita sangat penting sekali, karena
tanpa kesehatan kita tidak dapat melakukan berbagai aktivitas yang dapat
mempertahankan hidup di dunia ini.
2.2 Jenis-Jenis Tanaman untuk TOGA
Menurut dr. Seiawan Dalimartha (2008) adapun jenis tanaman yang harus
dibudidayakan untuk tanaman obat keluarga adalah jenis-jenis tanaman yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
2.
3.

Jenis tanaman disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman obat.


Jenis tanaman yang lazim digunakan sebagai obat didaerah pemukiman.
Jenis tanaman yang dapat tumbuh dan hidup dengan baik di daerah

4.

pemukiman.
Jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain misalnya:
buahbuahan dan bumbu masak
Jenis tanaman yang hampir punah
Jenis tanaman yang masih liar
Jenis tanaman obat yang disebutkan dalam buku pemanfaatan tanaman adalah

5.
6.

7.

tanaman yang sudah lazim di tanam di pekarangan rumah atau tumbuh di


daerah pemukiman.
Tanaman toga ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan ramuan tradisional.
Dimana bahan-bahan tersebut diambil dari berbagai bagian dari tanaman tersebut.
Sebagai contoh tanaman toga berdasarkan bagian yang digunakan adalah
a. Jenis tanaman yang dimanfaatkan daunnya
1.
Seledri, manfaatnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi
2.
Belimbing, digunakan untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.
3.
Kelor, manfaatnya mengobati panas dalam atau demam.
4.
Daun bayam duri, manfaatnya untuk mengobati kurang darah.
5.
Kangkung, manfaatnya untuk mengobati insomia.
6.
Sirih, manfaatnya untuk menyembuhkan batuk, antiseptika, dan obat
7.
8.

kumur.
Salam, bersifat astringensia.
Jambu Biji, manfaatnya untuk menyembuhkan mencret.

b. Jenis tanaman yang dimanfaatkan kulit batangnya


1.
Kayu manis dimanfaatkan untuk mengobti penyakit batuk, sesak
napas, nyeri
2.

lambung, perut kembung,

diare, rematik,

dan

menghangatkan lambung.
Jeruk nipis, kulit batangnya dapat digunakan sebgai antiseptik,
sehingga bisa dipakai bahan baku obat kumur.

Dilihat dari aspek pemanfaatannya tanaman obat keluarga di bagi menjadi


beberapa jenis,di antaranya sebagai berikut :
1.
Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan daunya. Contohnya,
2.

Seledri, manfaatnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi.


Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan batangnya. Kayu
manis dimanfaatkan untuk mengobati penyakit batuk, sesak napas,
nyeri lambung, perut kembung, diare, rematik, dan menghangatkan

3.

4.

lambung.
Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan akarnya.
Jenis tanaman obat keluarga yang dimanfaatkan umbinya.

2.3 Fungsi Tanaman Obat Keluaraga (TOGA)


Salah satu fungsi Toga adalah sebagai sarana untuk mendekatkan tanaman
obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi:
1.
Upaya preventif (pencegahan)
2.
Upaya promotif (meniungkatkan derajat kesehatan)
3.
Upaya kuratif (penyembuhan penyakit)
Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:
Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak

1.

tanaman obat yang dikenal sebagai tanaman penghasil buah-buahan


2.
3.

atau sayursayuran misalnya lobak, seledri, pepaya dan lain-lain.


Sarana untuk pelestarian alam.
Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upayaupaya pembudidayaannya kembali, maka sumber bahan obat alam itu

4.
5.

terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.


Sarana penyebaran gerakan penghijauan.
Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini

mengalami

penggundulan, dapat dianjurkan penyebarluasan penanaman tanaman


obat yang berbentuk pohon-pohon misalnya pohon asam, pohon
6.

7.

kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.


Sarana untuk pemerataan pendapatan.
Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan
obat bagi keluarga dapat pula berfungsi sebagai sumber penghasilan

bagi keluarga tersebut.


Sarana keindahan (Santoso, 2008).
Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan

8.

menghasilkan keindahan bagi orang/masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk

menghasilkan keindahan diperlukan perawatan terhadap tanaman yang di tanam


terutama yang ditanam di pekarangan rumah.
2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Sejak terciptanya manusia di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam
sekitarnya mulai dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam
sekitarnya untuk memenuhi keperluan alam bagi kehidupannya, termasuk keperluan
obat-obatan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Kenyataan menunjukkan
bahwa dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Hal ini menunjukkan
bahwa obat yang berasal dari sumber bahan alam khususnya tanaman telah
memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.
Berbicara tentang pemanfaatan tumbuhan obat atau bahan obat alam pada
umumnya sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru.Sejak terciptanya manusia
di permukaan bumi, telah diciptakan pula alam sekitarnya mulai dari,baru itu pula
manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitarnya untuk memenuhi keperluan
kehidupannya,termasuk keperluan akan obat-obatan dalam angka mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Kenyataan menunjukkan bahwa
dengan bantuan obat-obatan asal bahan alam tersebut, masyarakat dapat mengatasi
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
Hal ini menunjukkan bahwa zat yang berasal dari sumber bahan alam
khususnya tanaman telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan
upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Adapun pemanfaatan TOGA yang digunakan untuk pengobatan gangguan
kesehatan keluarga menurut gejala umum adalah:
1.
Demam panas
2.
Batuk
3.
Sakit perut
4.
Gatal- gatal
Pengobatan tradisional atau alternatif merupakan bentuk pelayanan
pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam
standart pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan
dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern

tersebut. Manfaat atau khasiat serta mekanisme dari pengobatan alternatif biasanya
masih dalam taraf diperdebatkan (Turana, 2003).
Menurut Agoes, (1992) Pengobatan Alternatif adalah suatu upaya kesehatan
dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan
secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia.
Sedangkan menurut WHO (1978), Pengobatan Tradisional adalah ilmu dan
seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik
yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak dalam melakukan diagnosis,
preventif dan pengobatan terhadap ketidak seimbangan fisik, mental ataupun sosial.
Pedoman utama adalah pengalaman praktek, yaitu hasil- hasil pengamatan yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan.
Penggunaan kata alternatif untuk menyatakan pengobatan non barat yang
merupakan salah satu bukti bahwa pengobatan alternatif merupakan kearifan yang
tidak berada pada posisi yang setara dengan ilmu pengobatan modern. Pada
hakekatnya, sistem pengobatan modern dan pengobatan alternatif berjalan secara
berdampingan dan saling melengkapi, tetapi sering karena terjadi kegagalan dan
keterbatasan pengobatan modern terjadi peralihan kepada sistem alternatif.
Sesuai dengan Keputusan Seminar Pelayanan Pengobatan Altematif
Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat dua defenisi untuk pengobatan tradisional
Indonesia (PETRIN), yaitu: Ilmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh
Pengobatan Tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan,
pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan
sosial masyarakat.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan dan
peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir , kaidah kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan secara
turun temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang
tidak lazim dipergunakan dalam ilmu kedokteran.
Dalam UU Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992 Pasal 47 tentang pembinaan,
pengawasan dan pengembangan pengobatan alternatif sehingga dapat mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan menurut rencana pembangunan dari
Departemen Kesehatan RI tahun 1994/1995-1998/1999 telah membuat program
pembinaan alternatif antara lain:

1.

Pembentukan 12 sentra pengembangan dari penerapan pengobatan


alternatif. Tugasnya mengadakan pengkajian, penelitian, pengujian,
pendidikan, pelatihan, dan pelayanan pengobatan alternatif sebelum
pengobatan tersebut diterapkan secara luas di masyarakat atau

2.

diintegrasikan ke dalam jaringan pelayanan kesehatan (Dalimarta, 2008).


Pengembangan dan pembinaan obat alternatif melalui inventarisasi,

3.
4.
5.
6.

penapisan dan pemanfaatan TOGA (Tanaman Obat Keluarga).


Pengembangan dan pembinaan metode pengobatan alternatif.
Pengembangan dan pembinaan tenaga pengobatan alternatif.
Pengembangan dan pembinaan sarana pengobatan alternatif.
Penggalian dan komunikasi Pusaka Nusantara melalui

7.

dokumentasi pengobatan alternatif.


Peningkatan sarana penunjang program seperti penyiapan peraturan dan

8.

sistem yang ada.


Peningkatan pembinaan dan pengembangan pemanfaatan obat alternatif

telaah

melalui kegiatan pembudidayaan tanaman obat.


Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang
diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan
yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
yang diperoleh secara turun temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif adalah upaya kesehatan yang
diselenggarakan dengan cara alternatif untuk meningkatkan kesehatan (promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).
Pengobatan alternatif sudah dikenal jauh sebelum ilmu kedokteran modern
berkembang dan pengobatan perdukunan atau kebatinan cukup lama dilakukan
dalam agama - agama suku. Penyembuhan perdukunan/kebatinan bergantung pada
konsep yang beranggapan bahwa kesembuhan terjadi bila kita hidup sesuai dengan
roh roh di alam baka (animisne, okultisme) atau hidup selaras dengan kekuatan
semesta (mistisime/pantheisme), kalau tidak sesuai akan celaka atau sakit.
2.5 Manfaat Toga Terhadap Kesehatan Lingkungan
TOGA (Tanaman obat keluarga) merupakan upaya untuk meningkatkan
pemanfaatan tanaman berkhasiat obat. Selain sebagai sarana untuk menjaga
kesehatan masyarakat, toga juga berfungsi sebagai sarana penghijauan, sarana untuk
pelestarian alam, sarana memperbaiki gizi, sarana untuk pemerataan pendapatan,

sarana penyebaran gerakan penghijauann dan sarana keindahan pekarangan atau


lingkungan (Redaksi Agromedia, 2007). Manfaat yang dihasilkan dari tanaman obat
bagi masyarakat, dapat digolongkan menjadi tiga kategori kemanfaatan :
a. Manfaat dari sisi Ekonomi
1. Mengurangi efek ketergantungan penggunaan obat kimia
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanaman obat keluarga.
3. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan tanaman obat keluarga.
b. Nilai Tambah dari sisi Lingkungan Hidup
1. Pemberdayaan lingkungan agar semakin indah dan asri setelah ditanami
tanaman obat keluarga.
2. Mengurangi pemanasan global dengan penanaman tanaman obat.
3. Dampak sosial secara nasional.

2.6 Temulawak

Gambar 1. Temulawak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb), merupakan tumbuhan asli
Indonesia. Dari sekitar 70 jenis Curcuma yang tersebar di kawasan Asia Selatan.
Asia Tenggara sampai ke Australia Utara, tidak kurang 20 jenis tumbuh di Indonesia.
Rimpang ini paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Di
samping itu, rimpang tanaman ini juga merupakan salah satu bahan eksport yang
cukup potensial. Kebutuhan akan temulawak dari tahun ketahun semakin meningkat
dengan berkembangnya perusahaan obat tradisional di Indonesia (Yoganingrum,
1997).
Sebagai obat tradisional telah diketahui manfaatnya oleh nenek moyang sejak
jaman dahulu, temulawak paling umum dipakai ramuan jamu untuk tambah nafsu
makan, gangguan hati, penyakit kuning malaria, tambah nafsu makan, pegal-pegal
dan sembelit baik berupa air perasan maupun air rebusan. Hadi (1999), telah

membuktikan

khasiatnya melalui teknik ilmu pengetahuan modern baik oleh

ilmuwan dalam maupun luar negeri. Hasil-hasil penelitian membuktikan bahwa


temulawak mempunyai berbagai

macam khasiat, yaitu : sebagai analgesik,

antibakteri, antidiabetik, antidiare, antiinflamasi, antihepatotoksik, insektisida dan


lain-lain.
Banyak cara mengolah temulawak, kebanyakan mengolahnya menjadi jamu.
Tapi, terkadang rasa pahit itu ada ketika dikonsumsi. Berikut adalah cara yang dapat
Anda lakukan untuk mengolah temulawak menjadi jamu untuk mengobati berbagai
penyakit:
1. Sakit kepala
Bahan: 2 rimpang temulawak, 1/2 rimpang lengkuas, 1 genggam daun
meniran.
Cara membuat: temulawak dan lengkuas diparut, kemudian semua bahan
tersebut direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, dan disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 cangkir.
2. Sakit Ginjal
Bahan: 2 rimpang temulawak, 1 genggam daun kumis kucing, 1 genggam
daun kacabeling.
Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis, kemudian direbus bersama
lainnya dengan 1 liter air, dan disaring.
Cara menggunakan: diminum selama 3 hari.
3. Sakit Pinggang
Bahan: 1 rimpang temulawak, 1 rimpang kunyit sebesar ibu jari, 1
genggam daun kumis kucing.
Cara membuat : semua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air, dan
disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas.
4. Mengobati Asma
Bahan: 1 1/2 rimpang temulawak, 1 potong gula aren.
Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan dikeringkan. Setelah
kering direbus dengan 5 gelas air ditambah 1 potong gula aren sampai
mendidih hingga tinggal 3 gelas, kemudian disaring.
5. Sakit Kepala dan Masuk Angin
Bahan: beberapa rimpang temulawak.
Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis, dikeringkan dan ditumbuk
halus menjadi tepung. Kurang lebih 2 genggam tepung temulawak
direbus dengan 4-5 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 3 gelas,
kemudian disaring disaring.
6. Mengbati Sakit Maag

Bahan: 1 rimpang temulawak.


Cara membuat: temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan
sebentar, kemudian direbus dengan 5-7 gelas air sampai mendidih, dan
disaring.
Cara menggunakan: diminum 1 kali sehari 1 gelas.
7. Sakit Perut dan Sakit Perut pada Saat Haid
Bahan: 1 rimpang temulawak, 3 buah mata asam, 1 potong gula kelapa,
garam secukupnya.
Cara membuat: temulawak diparut, kemudian direbus bersama bahan
lainnya dengan 3-4 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1 cangkir, pagi dan sore.
8. Memperbanyak Produksi ASI
Bahan: 1 1/2 rimpang temulawak, dan tepung saga secukupnya.
membuat: temulawak diparut, kemudian kedua bahan tersebut dicampur
dan ditambah air panas secukupnya sehingga menjadi bubur.
Cara menggunakan: dimakan biasa.
9. Kesulitan Buang Air Besar
Bahan: 1 rimpang temulawak, 3 buah mata asam, 1 potong gula kelapa.
Cara membuat : temulawak diiris tipis-tipis dan diangin-anginkan sampai
kering, kemudian bersama bahan lainnya diseduh dengan air panas
secukupnya dan disaring.
Cara menggunakan: diminum biasa.
10. Mengobati Sembelit
Bahan : 1 rimpang temulawak dan biji sawi secukupnya.
Cara membuat : kedua bahan tersebut ditumbuk sampai halus, kemudian
diseduh dengan air panas secukupnya dan disaring.
Cara menggunakan : diminum biasa.
11. Menambah Nafsu Makan
Bahan: 2 rimpang temulawak, 1/4 rimpang lengkuas, 1/2 genggam daun
meniran.
Cara membuat : semua bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai
mendidih hingga tinggal 2 gelas, kemudian disaring.
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari 1/2 gelas
Itulah berbagai manfaat temulawak bagi kesehatan dan pengobatan
tradisional. Perlu diketahui bahwa temulawak merupakan bahan yang paling banyak
terdapat dalam jamu tradisional.

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN


2.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan Budidaya

Tanaman

Obat

Keluarga

(Temulawak)

Memanfaatkan Pekarangan Warga dengan Sistem Pagar yang merupakan


program Kuliah Kerja Nyata Gelombang I TA. 2016/2017 dilaksanakan selama
45 hari terhitung mulai tanggal 4 Januari 2016 sampai 17 Februari 2016.
Kegiatan ini bertempat di Dusun Sokaan Desa Karangpaiton, Kecamatan
Ledokombo, Kabupaten Jember. Pelaksanaan kegiatan juga disesuaikan dengan
jenis kegiatan dan lokasi yang telah ditentukan.
2.2 Khalayak dan Sasaran
Kegiatan Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Temulawak) Memanfaatkan
Pekarangan Warga dengan Sistem Pagar yang tersusun dalam program KKN
2016 dimaksudkan guna membantu proses pembangunan masyarakat Dusun
Sokaan Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Dengan
demikian, yang menjadi khalayak dan sasaran dalam kegiatan ini sebagai berikut.
1. Perangkat desa.
2. Warga dan tokoh masyarakat desa.
3. Masyarakat secara keseluruhan.
2.3 Susunan Organisasi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Koordinasi Posdaya
Sekretaris Posdaya
Bendahara Posdaya
Koordinator bidang ekonomi
Koordinator bidang pendidikan
Koordinator bidang lingkungan
Koordinator bidang kesehatan

: Sapii
: Saiful
: Dodi
: Sauliha
: Endang Wiwit
: Kasto
: Nurul Azizah

2.4 Matriks Kegiatan


Kelompok
Kecamatan
Desa
Dusun
Kabupaten

: 26
: Ledokombo
: Karangpaiton
: Sokaan
: Jember
MATRIK PROGRAM KERJA

NamaDesa/Kelurahan: Karang Paiton


Nama Dusun : Sokaan
NamaKecamatan
: Ledokombo
NamaKabupaten/Kota : Jember

Jumlah Dukuh/RW :4
Target Posdaya yang dibentuk : 1 (baru)
Tgl. Mulaitugas : 28 Juli 2015

NamaKetua Tim : Muh.Jibril


Alhamdani
Jumlah Angggota Tim : 5 orang
Tgl Rencana selesai tugas : 22
Agustus 2015

Program dan tahaptahap kegiatan


1. TahapPersiapan
a. Penjajakan/Pe
b.

ndekatan
IdentifikasiPot

Volume

2x
2x

ensidanPendat
aandanPemeta
c.

Sasaran

Jadwal

Bentuk

(Mingguke)

kegiatan

Pelaksana

an

Sokaan

Rapat

Ketua Tim dan

Lembagadan

Kunjungan

anggota
Ketua Tim dan

Penduduk

rumah

anggota

Prasejahtera
2x

an
Lokakarya

3
Perangkat Desa

Rapat

Ketuadan anggota

dan Penduduk

mini
2. Tahap
Pelaksanaan
Bidang
Pendidikan
a. Penyuluhan

1x

Warga dusun
Sokaan

Pertemuan
4

Ketua Tim dan


anggota KKN,

tentang

serta warga dusun

penanaman
TOGA
Warga dusun

Bidang
Kesehatan
a.

1x

Pertemuan
4

Ketua Tim dan

Sokaan

anggota KKN,

Aplikasi

anggota Posdaya

pemanfaatan
budidaya
TOGA
menjadi obatobatan herbal

4
1x

Pertemuan

Warga dusun
Ketua Tim dan

Sokaan

anggota KKN

Bidang
Lingkungan
a.

Pemanfaatan
Lahan

Pertemuan

Kosong
disekitar
halaman

2x

5-6
Warga dusun

Realisas

Ketua Tim dan


anggota KKN.
Anggota Posdaya

pemukiman

Sokaan

warga

Pemasaran /

BidangEkonomi
a.

Pengolahan
hasil tanaman
TOGA

5-6
Toko Jamu dan

operasional

Warung Kopi

dan warga dusun

disekitar Karang

Sokaan

Paiton

menjadi
aneka produk
minuman
b.

Pemasaran
minuman dari
produk
TOGA

BAB III.
BIODATA MAHASISWA KKN UNIVERSITAS JEMBER
Dusun
Desa
Kecamatan
Kabupaten

: Sokaan
: Karangpaiton
: Ledokombo
: Jember

Anggota Posdaya

1.

Nama : Surya Sukmawan S.


Tempat/Tg. Lahir : Banyuwangi, 01
Agustus 1991
NIM
Fakultas
Jurusan
Alamat Asal

: 140810301245
: Ekonomi
: Akuntansi
: Krajan 05/III
Yosomulyo,
Gambiran,

Banyuwangi
Alamat di Jember : Kebonsari, 02/V,
Telp.
Sebagai
2.

Sumbersari, Jember
: 085746022667
: Koordinator Dusun

Nama
: M. Nurul Mubin
Tempat/Tg. Lahir : 14 September 1993
NIM
: 121910301115
Fakultas
: Teknik
Jurusan
: Teknik Sipil
Alamat Asal
: JL. Ptimura No.
29A Tuban
Alamat di Jember :
Telp.
: 085733647818
Sebagai
: Anggota

3.

Nama
: Yudha Prakoso
Tempat/Tg. Lahir : Surabaya, 29 Maret
1993
NIM
Fakultas
Jurusan
Alamat Asal

: 120710101135
: Hukum
: Ilmu Hukum
: Jl. Pakis Gunung

III A/7 Surabaya


Alamat di Jember : Jl.Mastrip VII No.
2, Jember
Telp.
Sebagai

4.

Nama

: 08563057373
: Anggota

: Dyah Gandis Indah

Puspitasari
Tempat/Tg. Lahir : Banyuwangi 08
Maret 1992
NIM
Fakultas
Jurusan
Alamat Asal

: 130810201306
: Ekonomi
: Manajemen
: Karangdoro,

Tegalsari, Banyuwangi.
Alamat di Jember : Jl. Jawa 2E/2,

5.

Jember
Telp.
: 085231478444
Sebagai
: Anggota
Nama
: Nia Dinda Permatasari
Tempat/Tg. Lahir : Gresik, 15
Agusutus 1994
NIM
Fakultas
Jurusan

: 120510601151
: Pertanian
: Agribisnis

Alamat Asal

: Jl. Panglima

Sudirman 12/14, Gresik.


Alamat di Jember :Jl. Bangka V No..
18, Jember
Telp.
Sebagai

: 082331198985
: Anggota

BAB IV
PENUTUP
Dusun Sokaan Desa Karangpaiton Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember merupakan salah satu desa di Jember yang mempunyai sumber daya dan
potensi yang banyak tetapi sebagian besar potensi tersebut belum diolah dan
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Oleh karena itu, kelompok KKN 26
berupaya untuk melakukan pemanfaatan potensi tersebut secara lebih maksimal.
Dengan diadakan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) melalui program penyuluhan
dan sosialisasi diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan
segala potensi lingkungan yang ada di wilayah setempat secara optimal dan dapat
memecahkan segala permasalahan yang ada dimasyarakat serta membantu
mempercepat pembangunan Dusun Sokaan Desa Karangpaiton Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember. Diharapkan program-program yang dilaksanakan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dusun Sokaan Desa Karangpaiton,
Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, A dan Jacob, T. 1992. Antopologi Kesehatan Indonesia Pengobatan
Tradisional Jilid I. Jakarta:EGC.
Agromedia, R. 2007. Buku Pintar Tanaman Hias. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka.
Bepemas Kab. Jember, 2010. Profil Desa/kelurahan Karangpaiton, Jember.
Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI.
Departemen Kesehatan. 1978. Materia Medika Indonesia .Jilid I. Cetakan I. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
http://www.who.int/mediacenter/factsheets/fs134/en/, diakses 4 Januari 2016].
Koswara, S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Lantera, T. 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah: Si Rimpang Ajaib. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Lembaga Pengabdian Masyarakat, 2013. Pedoman Kuliah Kerja Mahasiswa Jember:
LPM Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai