Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

LANDASAN DAN PRINSIP PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu: Dr. Ani, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Afifah ( 3121056 )
2. Khamidul lafafi ( 3121036 )
3. Novi Ziadatul Khusna ( 3121026 )
4. Amrih Prayitno ( 312119 )

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID
2024
PENDAHULUAN
Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia.
Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa
dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang
kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan
adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya
bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai
bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima
jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan
konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi
mutlak adanya..
Berbagai kesalahkaprahan dan kasus praktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan
konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi
sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan
konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan
penguasaan konselor tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di
atas landasan yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan
dan konseling, khususnya bagi konselor, melalui tulisan ini akan di paparkan tentang
beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan
konseling

1
PEMBAHASAN
A. Landasan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling tentunya membutuhkan pondasi supaya tetap
kokoh. Bimbingan konseling pasti butuh hal pokok seperti penguat yang tidak bisa
ditawar. Sehingga layanan bimbingan konseling perlu dilaksanakan dan
dikembangkan. Kapan saja ada orang yang mempermasalahkan layanan pada
bimbingan konseling, seorang konselor bisa menjawabnya berdasarkan landasan.
Landasan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberikan dasar yang
konsisten dan terarah bagi praktik bimbingan dan konseling sehingga dapat
memberikan hasil yang efektif dan bermakna bagi kedua belah pihak, baik konselor
maupun klayen.
a) Landasan Agama
Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini semakin meledak,
perkembangan ilmu dan teknologi ini kerap kali tidak mampu dijelaskan secara
agamis oleh tokoh agama atau yang dianggap tokoh agama, sehingga orang-orang
yang memiliki banyak pengetahuan (ilmu) “umum” tetapi pengetahuan dan
keyakinan agamanya sangat sedikit sekali, dapat menjadi bimbang dengan ajaran
agama yang dianutnya, karena menurut kaca matanya tampak ajaran agamanya
itu tidak rasional. Konflik-konflik batin dalam diri manusia yang berkenaan
dengan ajaran agama (Islam maupun lainnya) banyak ragamnya, oleh karenanya
diperlukan selalu adanya bimbingan dan konseling Islami yang memberikan
bimbingan kehidupan keagamaan kepada individu agar mampu mencapai
kehidupan yang bahagia di dunia dan akherat.
Oleh karena itulah maka Islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan,
keselarasan dan keserasian antara kehidupan keduniaan dan keakhiratan. Agama
sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang
berbagai aspek kehidupan termasuk pembinaan atau pengembangan mental
(rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai
mentalnya yang sehat, agama (menurut Syamsu Yusuf, 2005) berfungsi sebagai
berikut.
1. Memelihara Fitrah
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia
mempunyai hawa nafsu (naluri atau dorongan untuk memenuhi

2
kebutuhan/keinginan) Agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya
dan terhindar dari godaan setan (sehingga dirinya tetap suci), maka
manusia harus beragama, atau bertakwa. Apabila manusia telah bertakwa
kepada Tuhan” berarti dia telah memelihara fitrahnya, dan ini juga berarti
dia termasuk orang yang akan memperoleh rahmat Allah.
2. Memelihara Jiwa
Agama sangat menghargai harkat dan martabat, atau kemuliaan
manusia. Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama
mengharamkan atau melarang manusia melakukan penganiayaan,
penyiksaan, atau pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri maupun
orang lain.
3. Memelihara Akal
Allah telah memberikan karunia kepada manusia yaitu akal. Dengan
akalnya inilah, manusia memiliki (a) kemampuan untuk membedakan
yang baik dan yang buruk, atau memahami dan menerima nilai-nilai
agama, dan (b) mengembangkan ilmu dan teknologi, atau
mengembangkan kebudayaan. Melalui kemampuannya inilah manusia
dapat berkembang menjadi makhluk yang berbudaya (beradab). Karena
pentingnya peran akal ini, maka agama memberi petunjuk kepada
manusia untuk mengembangkan dan memeliharanya, yaitu hendaknya
manusia (a) mensyukuri nikmat akal itu dengan cara memanfaatkannya
seoptimal mungkin untuk berfikir, belajar atau mencari ilmu; dan (b)
menjauhkan diri perbuatan yang merusak akal, seperti: meminum
minuman keras (miras), menggunakan obat-obat terlarang, menggunakan
narkotik (naza), dan hal-hal lain yang merusak keberfungsian akal yang
sehat.
4. Memelihara Keturunan
Agama mengajarkan kepada manusia tentang cara memelihara
keturunan atau sistem regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama
untuk memelihara keturunan itu adalah pernikahan.
Menurut Zakiah Daradjat (1982) salah satu peranan agama adalah sebagai
terapi (penyembuhan) bagi gangguan kejiwaan. Pengamalan agama dalam
kehidupan sehari-hari dapat membentengi orang dari kejatuhan kepada gangguan
iiwa dan dapat mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang yang gelisah. Semakin

3
dekat seseorang kepada Tuhan, semakin banyak ibadahnya, maka akan semakin
tenteramlah jiwanya; serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan
kesukaran-kesukaran dalam hidup.
Demikian pula sebaliknya, semakin jauh orang itu dari agama akan semakin
susahlah mencari ketenteraman batin. Terkait dengan dampak ditinggalkannya
agama dalam kehidupan manusia, kita menyaksikan semakin meluasnya
kepincangan sosial, seperti merebaknya kemiskinan, dan gelandangan di kota-
kota besar, mewabahnya pornogafi dan prostitusi; HIV dan AIDS; meratanya
penyalahgunaan obat bius, kejahatan terorganisasi, pecahnya rumah tangga
hingga mencapai 67% di negara-negara modern; kematian ribuan orang karena
kelaparan di Afrika dan Asia, ditengah melimpahnya barang konsumsi di
sementara bagian belahan dan utara.1
Jalaluddin Rakhmat, dalam bukunya Psikologi Agama, menguraikan dengan
kata-kata yang indah: “Agama adalah kenyataan terdekat sekaligus misteri
terjauh. Begitu dekat, karena ia senantiasa hadir dalam kehidupan kita seharihari,
baik di rumah, kantor, media, pasar, dan di mana saja. Begitu misterius, karena ia
sering tampil dengan wajah yang sering tampak berlawanan: memotivasi
kekerasan tanpa belas kasihan, atau pengabdian tanpa batas; mengilhami
pencarian ilmu yang tertinggi, atau menyuburkan takhayul dan menciptakan
gerakan paling kolosal atau menyingkap misteri ruhani yang paling personal;
memekikkan perang paling keji atau menebarkan kedamaian paling hakiki.
Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan kepada klien atau
konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala
gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut. Manusia,
menurut Islam, dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai
kemampuan potensial bawaan dan Fitrah kerap kali juga diartikan sebagai bakat,
kemampuan, atau potensi. Dalam konteks (arti) luas, maka potensi dan bakat
tersebut diperhatikan pula dalam bimbingan dan konseling Islami, seperti akan
disebutkan di bawah ini
Bimbingan dan konseling Islami diselenggarakan semata-mata karena Allah.
Konsekuensi dari azas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh
keikhlasan, tanpa pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta
bimbingan dan atau konseling pun dengan ikhlas dan rela pula, karena semua
1
Suara Pembaharuan, 27 November 1997

4
pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian
kepada Allah semata. sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah
yang harus senantiasa mengabdi pada-Nya.
Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir, merasakan atau
menghayati dan kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini
merupakan sisi lain kemampuan fundamental potensial untuk: (1) mengetahui
( mendengar ), (2) memperhatikan atau menganalisis ( melihat dengan bantuan
atau dukungan pikiran), dan (3) menghayati ( hati dengan dukungan kalbu dan
akal). Bimbingan dan konseling Islami menyadari keadaan kodrati manusia
tersebut, dan dengan berpijak pada firman-firman Tuhan serta hadis Nabi,
membantu klien atau yang dibimbing memperoleh keseimbangan diri dalam segi
mental rohaniah tersebut.2
b) Landasan Filosofis
Salah satu landasan yang tidak bisa diabaikan dalam bimbingan konseling
adalah landasan filosofis, karena landasan filosofis merupakan landasan yang
dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor atau guru BK
dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis
dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari
jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang: apakah manusia itu? Untuk
menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai
dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran
filsafat yang ada, para penulis Barat seperti Patterson 3 mendeskripsikan tentang
hakikat manusia sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,
khususnya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan
yang ada pada dirinya.

2
Gibson, Robert, L., & Mitchell, Mariane Intraduction to Counseling and Guidance. Pearson Prentice
Hall. Pearson Education, Inc. Upper Saddle River: New Jersey, 2008.
3
Patterson, 1966, Alblaster & Lukes, 1971 Thompson & Rudolph ( 1983 ) yang dikutip oleh Prayitno,
2004: 139-140

5
3. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri, khususnya melalui pendidikan.
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk; dan
hidup berarti serta berupaya untuk mewujudkan kebaikan dan
menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.

Landasan filosofis yang dikemukakan oleh para penulis barat yang dikutip
oleh prayitno Prayitno tersebut, selanjutnya dikembangkan oleh Sudrajat 4 sampai
9 point, yaitu:

a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan


mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,
khususnya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan
yang ada pada dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri, khususnya melalui pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk; dan
hidup berarti serta berupaya untuk mewujudkan kebaikan dan
menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus
dikaji secara mendalam.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dengan baik dan
layak mendapatkan kebahagiaan melalui pemenuhan tugas-tugas
kehidupannya sendiri.
g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya
sendiri.
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.
Kebebasa ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.

4
Akhmad Sudrajat,, Landasan Bimbingan dan Konseling (Posted on 25 Januari, 2008).

6
i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam
suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi
sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian, secara filosofis manusia adalah penentu masa depannya,
baik atau buruk yang diperoleh manusia sangat tergantung kepada kemampuan
manusia dalam mendesain dan mengarahkan potensi yang dimilikin yaitu serta
sejauhmana manusia mampu memahami hakikatnya sebagai manusia dalam arti
yang sesungguhnya, atau dengan kata lain, manusia adalah penentu masa
depannya. Walaupun secara hakikat masa depan manusia tidak terlepas dari
Qadha dan Qadar Allah, akan tetapi manusia dituntut untuk memaksimalkan
segala potensi yang ia miliki, bahkan manusia akan menuai sesuai apa yang ia
tanam. Hal ini sesuai dengan isyarat Al-Qur’an yang artinya: ”Sesungguhnya
Allah tidakn mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri5.
Melalui landasan filosofis ini, setiap konselor atau guru BK diharapkan dapat
menggali dan mengembangkan potensi yang ia miliki serta berusaha memahami
karakter atau personaliti yang dimiliki oleh kliennya. Dengan modal itulah,
konselor atau guru BK dapat memberi bimbingan, tuntunan dan arahan sesuai
dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh kliennya itu.
c) Landasan Psikologis
Psikologis ialah tingkah laku seseorang dalam bimbingan konseling yang
memberikan pengertian tentang suatu prilaku individu yang menjadi target
layanan. Hal ini sangatlah penting karna bidang bimbingan dan konseling
merupakan tindak laku klien, yaitu perilaku klien yang perlu di ubah atau
ditingkatkan demi mencapai tujuan yang dikehendaki. Tingkah laku individu
tidak terjadi dalam situasi kosong, melainkan hal lain. Tingkah laku merupakan
perwujudan hasil interaksi antara keadaan internal dan eksternal.Landasan
psikologis dapat memberikan pengertian bagi konselor mengenai prilaku individu
yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan
konseling beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah
tentang motif dan motivas, pembawaan dan lingkungan serta perkembangan
individu yang berujung kepribadian.
1. Motif dan Motivasi
5
Al-Qur’an Surah Ar-R’ad ayat 11

7
Motif serta motivasi berkenaan dengan dorongan yang mengerakan
prilaku seseorang baik motif primer ialah yang didasari oleh kebutuhan
asli yang di miliki oleh individu semenjak ia dilahirkan,seperti rasa
lapas, bernafas dan sejenisnya maupun motif sekunder yang terbentuk
dari hasil pembelajaran rekreasi pengetahuan dan keterampilan
sejenisnya, selanjutnya motif tersebut diaktifkan baik dari dalam diri
sendiri maupun dari luar individu.6
Dalam lingkup lembaga pendidikan yang mana target utama dari
diselengarakanya program bimbingan dan konseling ini ialah peserta
didik.landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling adalah
memberikan kepahaman pada individu setiap konseling yang mana
konseling memberikan pengertian kepada peserta didik dan memberikan
pemahaman kepada individu ini dinilai sangat penting.
Diharapkan setelah melakukan bimbingan dan konselinh ini
prilaku konselinh dapat berubah menjadi lebih baik serta mampu
memahami kondisi diri sendiri dan dapat berkembang sesuai tujuan
yang di inginkan.
2. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor yang
membentuk dan mempengaruhi prilaku individu.pembawaan yaitu
segala sesuatu yang dibawa sejak dilahirkanya seseorang. Yang
darah,bakat,kecerdasan atau ciri-ciri kepribadian tertentu,pembawaan
pada dasarnya mempunyai sifat potensial yang perlu dikembangkan
untuk memaksimalkan dan mewujudkan pada lingkungan dimana
individu tersebut berada. Pembawaan individu akan berbeda beda.
Ada individu yang mempunyai pembawaan tinggi dan adapula
yang rendah, misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat cerdas dan
adapula yang kurang cerdas.demikian pula dengan lingkungan ada
individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan
sarana prasarana yang memadai sehingga potensi bawaan akan
berkembang secara maksimal.namun adapula dengan sarana prasarana

6
Masdudi. 2015. Bimbingan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati Press.

8
yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya
tidak dapat berkembang dengan baik.7
d) Landasan Sosial Budaya
Landasan sosial-budaya adalah landasan yang dapat memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi sosial dan dimensi keudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seseorang pada
dasarnya merupakan produk lingkungan sosial dan budaya di mana ia hidup.
Sejak lahir seseorang sudah dididik dan diajarkan untuk mengembangkan pola-
pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada disekitarnya.
Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan
seseorang tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang
melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan
perbedaan pula dalam pembentukan perilaku dan kepribadian yang
bersangkutan.8
Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani” dengan baik,
maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada
akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan kehidupan pribadi
dan sosialnya.
e) Landasan IPTEK
Landasan ilmiah dan teknologi membicarakan sifat keilmuan bimbingan dan
konseling. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multidimensional yang
menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. Sehingga
bimbingan dan konseling diharapkan semakin kokoh. Dan mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi. yang berkembang pesat. Disamping itu
penelitian dalam bimbingan dan konseling sendiri memberikan bahan-bahan yang
yang segar dalam perkembangan bimbingan dan konseling yang berkelanjutan.
Keilmuan bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai
layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek
kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang
7
Nasution, Henni Syafriana dan Abdillah. 2019. Bimbingan Konseling Konsep Teori dan Aplikasinya.
Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia/LPPPI.
8
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A.J Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya,
2005. Hal. 38

9
lingkupnya, dan sistematika pemaparannya. Obyek kajian bimbingan dan
konseling ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu
pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan
dan pemeliharaan/ pengembangan.
Landasan yang digunakan dalam bimbingan konseling bidang IPTEK (Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Kependidikan) meliputi:
1) Landasan Filosofis: Berkaitan dengan makna dan hakikat, yang
terletak pada arti dari hakikat manusia dan tujuan dari bimbingan
konseling.
2) Landasan Pendidikan: Membantu dan memberi arahan kepada peserta
didik agar mereka mampu mengembangkan dirinya dan dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
3) Landasan IPTEK: Membicarakan tentang sifat-sifat keilmuan
bimbingan dan konseling, yang merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4) Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Memperhatikan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
merupakan dasar bagi konselor dalam melaksanakan proses layanan
bimbingan. Semua landasan ini adalah dasar bagi konselor dalam
melaksanakan proses layanan bimbingan konseling dan membantu
sekolah dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
peserta didik.
B. Prinsip dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai
pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan. Maksud dari prinsip-prinsip ini
adalah untuk membantu mencapai tujuan dari bimbingan dan konseling yang meliputi
prinsip khusus dan prinsip umum, sebagai berikut:9
a) Prinsip Khusus
Prinsip-prinsip khusus dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling meliputi:
1. Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan:
a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi

9
Uci Rahmadani, Prinsip Binbingan dan Konseling (Umum dan Khusus), OSF, 2017, hal.3.

10
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku
individu dan memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek
perkembangan individu, serta memberikan perhatian kepada individu-
individu, baik secara perorangan maupun kelompok
2. Prinsip-prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan:
a. Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling (baik yang terprogram
atau incidental) dimulai dengan pemahaman tentang tujuan, yang tidak
hanya berhubungan dengan sasaran individu, tetapi juga dengan
lingkungan, sifat, dan tahapnya
b. Terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan
penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan serta
mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dan
pelaksanaannya
3. Prinsip-prinsip Berhubungan dengan Individu:
a. Bimbingan dan konseling harus memahami individu-individu, baik
secara perorangan maupun kelompok, yang memiliki keunikan tersendiri
yang harus dipaham
b. Bimbingan dan konseling harus mengingatkan individu-individu dengan
kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri
sesuai dengan keunikan ataua tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan
konflik dengan lingkungannya
4. Prinsip-prinsip Berhubungan dengan Pembimbing:
a. Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan
latihan-latihan khusus
b. Bimbingan dan konseling harus dilaksanakan oleh pembimbing yang
memiliki minat pribadi khusus
5. Prinsip-prinsip Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi Bimbingan
dan Konseling:
a. Bimbingan dan konseling harus memiliki dasar teoritis dan praktis yang
jelas
b. Bimbingan dan konseling harus memiliki dasar administrasi yang baik,
yang dapat membantu dalam mencapai tujuan.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, prinsip-prinsip ini akan membantu
untuk menjamin efektifitas dan efisiennya pelayanan.

11
b) Prinsip Umum
Sebelum melaksanakan bimbingan, maka berpusatkanlah bimbingan tersebut
pada individu yang di bimbingnya. Berikut adalah hal-hal yang perlu
dilakuakan:10
1. Bimbingan diberikan untuk memberikan bantuan agar individu yang
dibimbing mampu mengarahkan dirinya dan menghadapi kesulitan-
kesulitan dalam hidupnya.
2. Pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan individu yang
dibimbing.
3. Bimbingan berkenaan dengan sikap dan tingkah laku individu.
4. Pelaksanaan bimbingan dan konseling dimulai dengan mengidentifikasi
kebutuhan yang dirasakan individu yang dibimbing.
5. Upaya pemberian bantuan harus dilakukan secara fleksibel.
6. Program bimbingan dan konseling harus dirumuskan sesuai dengan
program pendidikan dan pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
7. Implementasi program bimbingan dan konseling harus dipimpin oleh
orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling
dan pelaksanaannya harus bekerjasama dengan berbagai pihak yang
terkait, seperti dokter psikiater, serta pihak-pihak yang terkait lainnnya.
8. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari upaya pelayanan bimbingan
dan konseling harus diadakan penilaian atau ekuivalensi secara teratur
dan berkesinambungan.
Itulah kedua prinsip yang harus digunakan guna tercapai pelaksanaan
bimbingan dan konseling secara efektif dan optimal.

KESIMPULAN
Layanan bimbingan dan konseling tentunya membutuhkan pondasi supaya tetap kokoh.
Bimbingan konseling pasti butuh hal pokok seperti penguat yang tidak bisa ditawar. Sehingga
layanan bimbingan konseling perlu dilaksanakan dan dikembangkan. Kapan saja ada orang
10
Awalya,dkk.2013.Bimbingan dan Konseling.Semarang: Unnes Press

12
yang mempermasalahkan layanan pada bimbingan konseling, seorang konselor bisa
menjawabnya berdasarkan landasan.

Landasan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberikan dasar yang konsisten
dan terarah bagi praktik bimbingan dan konseling di sekolah sehingga dapat memberikan
hasil yang efektif dan bermakna bagi kedua belah pihak, baik konselor maupun klayen.
Landasan bimbingan dan konseling meliputi: Landasan agama, Landasan filosofis, Landasan
Psikologis, Landasan Sosial Budaya, dan Landasan IPTEK.

Selain landasan ada juga Prinsip-prinsip dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Prinsp ini berfungsi sebagai pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan. Maksud
dari prinsip-prinsip ini adalah untuk membantu mencapai tujuan dari bimbingan dan
konseling yang meliputi prinsip khusus dan prinsip umum. kedua prinsip yang tersebut harus
digunakan guna tercapai pelaksanaan bimbingan dan konseling secara efektif dan optimal

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surah Ar-R’ad ayat 11
Awalya,dkk.2013.Bimbingan dan Konseling.Semarang: Unnes Press.

Gibson, Robert, L., & Mitchell, Mariane Intraduction to Counseling and Guidance. Pearson
Prentice Hall. Pearson Education, Inc. Upper Saddle River: New Jersey, 2008.

Masdudi. 2015. Bimbingan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: Nurjati Press.


Nasution, Henni Syafriana dan Abdillah. 2019. Bimbingan Konseling Konsep Teori dan
Aplikasinya. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia/LPPPI.
Patterson, 1966, Alblaster & Lukes, 1971 Thompson & Rudolph ( 1983 ) yang dikutip oleh
Prayitno, 2004.
Suara Pembaharuan, 27 November 1997
Sudrajat, Akhmad, Landasan Bimbingan dan Konseling (Posted on 25 Januari, 2008).

Uci Rahmadani, Uci. Prinsip Binbingan dan Konseling (Umum dan Khusus), OSF, 2017.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A.J Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai