Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PRIBUMISASI DAN PENTINGNYA


PERBEDAAN ISLAM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:
1.Arvin Danuarta
2.Chasta Firahmatillah
3.Linggar Dwi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………………………………………………….4

RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………………………………………………………………6

TUJUAN MASALAH………………………………………………………………………………………………………………………………….7

ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

TRANSFORMASI WAHYU DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERBEDAAN……………………………………………………8

PRIBUMISASI ISLAM………………………………………………………………………………………………………………………………10

URGENSI PRIBUMISASI ISLAM……………………………………………………………………………………………………………….14

KONSEP DAN ARGUMENTASI KEBERAGAMAN ISLAM……………………………………………………………………………15

KEBERAGAMAN ISLAM DALAM MEMBANGUN PERSATUAN UMAT………………………………………………………17

BAGAIMANA MEMBANGUN PERSATUAN UMAT……………………………………………………………………………………19

PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………………..

KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………………………………….22

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………………23
KATA PENGANTAR
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan rasul sebagai
utusan-Nya yang terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh umat manusia hingga
akhir zaman. Yang berintikan tauhid atau keesaan Tuhan dimanapun dan kapanpun
dandibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu
angkatan keangkatan berikutnya, yaitu sebagai rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi
manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan Rahim Allah SWT. Agama
Islam adalah satu-satunya agama yang di akui di sisi Allah swt. Ajaran dan ketentuan-Nya
yaituAl-qur’an dan sunnah. Sehingga beruntunglah bagi mereka yang telah menjadi
pengikutnya kemudian dapat pula melaksanakan dan mengamalkan ajaran Islam secara
baik dan benar. Islam lahir membawa akidah ketauhidan dan melepaskan manusia
kepada ikatan berhala-berhala, serta benda- benda lain yang posisinya hanyalah sebagai
makhluk Allah SWT dan ajaran Islam di dukung oleh krangka dasar agama Islam yaitu
akidah, tauhid, dan akhlak. Oleh karena itu kita perlu memiliki akidah dan menjaganya
jangan sampai rusak serta tidak menyimpang dari aqidah yang sebenarnya. Apalagi
mencampur adukkannya dengan suatu kepercayaan yang dapat merusak aqidah. Yang
mana akidah berarti “keyakinan”, keyakinan bahwa Allah itu Maha Esa yang menjadi
pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam.Dan Akidah juga berarti ikatan yang kuat
antara sesama manusia dalam satu keyakinanantara manusia sebagai makhluk dengan
Allah sebagai Khaliq. Adapun masalah tauhid karena bagian yang terpentingnya adalah
mempelajari tentang wujud dan sifat-sifat yang boleh disifatkan dengan cara menetapkan
aqidah agama dengan menggunakan dalil naqli, aqli, dan dalil wijdan. Masalah Akhlaq
merupakan suatu masalah yang sangat mendasar bagi setiap pribadi muslim dalam
kehidupan sehari-hari yang mampu mewarnai segala sikap dan perilakunya baik ketika
berhubungan dengan manusia maupun ketika berhubungan dengan alam sekitar, terlebih
lagi dalam berhubungan dengan Allah SWT menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkat
Ridho-Nya kami mampu merampungkan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua ummatnya yang
selalu istiqomah sampai akhir zaman.
Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan tema urgensi pribumisasi dan perbedaan islam di
Indonesia. Yang mana di dalam makalah ini kami menjelaskan dan memaparkan
proses,susut pandang,dan sumber berdasarkan pribumisasi islam dan perbedaannya.
Namun, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu, kami
sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi penyempurnaan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai
pihak. Aamiin.
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Proses pribumisasi Islam di Indonesia dapat dilihat dari latar belakang sejarah dan
dinamika sosial masyarakat. Islam tiba di Indonesia sejak abad ke-7 melalui perdagangan
dan hubungan dengan pedagang Arab. Namun, Islam di Indonesia berkembang dengan
mengambil akar dalam budaya lokal, sehingga terjadi proses adaptasi dan akulturasi yang
unik.
Latar belakang ini mempengaruhi pribumisasi Islam di Indonesia dengan beberapa cara:
1. Adaptasi Budaya Lokal: Islam di Indonesia mengalami adaptasi dengan budaya lokal,
sehingga terbentuklah tradisi dan praktik-praktik Islam yang khas Indonesia, seperti
adat-istiadat dalam pernikahan dan upacara kematian yang mencampurkan unsur-unsur
Islam dengan tradisi adat.
2. Toleransi dan Keanekaragaman: Indonesia memiliki beragam suku, budaya, dan agama.
Proses pribumisasi Islam di sini melibatkan toleransi terhadap keberagaman ini.
Kehidupan berdampingan dengan berbagai kelompok agama dan budaya telah
membentuk sikap inklusif dalam penerapan ajaran Islam.
3. Pendidikan dan Dakwah: Proses pribumisasi Islam didukung oleh peran pesantren dan
para ulama dalam penyebaran ajaran Islam yang mencakup nilai-nilai lokal. Dakwah yang
mengambil bahasa dan konteks budaya masyarakat membantu ajaran Islam lebih mudah
diterima.
Peran Islam dalam menjaga persatuan dan kerukunan di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Basis Toleransi: Islam di Indonesia mengajarkan toleransi dan saling menghormati.
Melalui prinsip-prinsip ini, Islam berperan dalam menjaga harmoni antara umat
beragama yang berbeda.
2. Bridging Gap: Islam menjadi jembatan dalam menghubungkan kelompok etnis dan
agama yang berbeda. Pribumisasi Islam memungkinkan umat Islam untuk hidup
berdampingan dengan komunitas lain tanpa konflik.
3. Bantuan Sosial dan Kemanusiaan: Ajaran Islam mendorong umatnya untuk peduli
terhadap sesama dan membantu yang membutuhkan. Inisiatif bantuan sosial dan
kemanusiaan yang dilakukan oleh komunitas Muslim berkontribusi pada solidaritas
sosial.
4. Dialog Antaragama: Islam memiliki peran penting dalam menginisiasi dialog
antaragama, yang menjadi platform untuk saling memahami dan menghormati
perbedaan.
5. Penegakan Keadilan: Prinsip keadilan dalam Islam berperan dalam menjaga harmoni
sosial. Keberpihakan terhadap keadilan dan hak asasi manusia membantu mencegah
konflik.
Dalam konteks Indonesia, pribumisasi Islam telah membantu menjaga persatuan dan
kerukunan di tengah keragaman. Islam menjadi faktor yang mempromosikan sikap
inklusif, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama, yang penting untuk
mempertahankan stabilitas dan harmoni di negara ini.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana transformasi wahyu dan implikasinya terhadap corak
keberagaman?
2. Apa alasan perbedaan ekspresi dan praktik keberagamaan?
3. Apa sumber historis, sosiologis, teologis, dan filosofis tentang pribumisasi
Islam?
4. Bagaimana membangun argumen tentang urgensi pribumisasi Islam?
5.Bagaimana proses keberagaman islam dalam membangun umat dari berbagai sumber?
6.Bagaimana membangun persatuan umat dalam keberagaman?
C.TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui transformasi wahyu dan implikasinya terhadap corak
keberagaman
2. Mengetahui alasan perbedaan ekspresi dan praktik keberagamaan
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, teologis, dan filosofis tentang
pribumisasi Islam
4. Mengetahui tentang membangun argumen urgensi pribumisasi Islam
5.Mengetahui proses keberagaman islam dari sumber
6.Mengetahui cara membangun keberagaman umat islam
2.ISI
A.TRANSFORMASI WAHYU DAN
IMPLIKASINYA
a. Transformasi wahyu dan implikasinya terhadap perbedaan praktik keberagamaan

Transformasi wahyu dalam konteks agama merujuk pada pemahaman dan interpretasi
yang berbeda terhadap ajaran suci yang diberikan kepada para nabi atau tokoh agama. Ini
dapat menghasilkan variasi dalam praktik keberagamaan di antara para penganut agama
yang sama. Implikasinya terhadap perbedaan praktik keberagamaan adalah sebagai
berikut:

1. Keragaman dalam Ibadah: Pemahaman yang berbeda terhadap wahyu agama dapat
menghasilkan variasi dalam praktik ibadah. Contohnya, dalam Islam, terdapat berbagai
pandangan tentang bagaimana melaksanakan salat atau puasa, yang dapat menghasilkan
variasi dalam pelaksanaannya.

2. Tradisi dan Adat: Transformasi wahyu juga dapat menyebabkan integrasi dengan
budaya lokal, menciptakan praktik-praktik agama yang unik. Ini terlihat dalam banyak
agama di mana ajaran agama disesuaikan dengan adat istiadat dan tradisi setempat.

3. Perbedaan Fiqh dan Teologi: Perbedaan dalam interpretasi wahyu juga dapat
menciptakan variasi dalam bidang hukum Islam (fiqh) dan pemahaman teologis. Ini
menghasilkan berbagai pandangan tentang masalah-masalah seperti hukum-hukum
agama atau konsep-konsep teologis.

4. Ruang Interpretasi: Kebijakan ruang interpretasi dalam agama sering kali


memungkinkan penganut agama untuk memutuskan bagaimana mengamalkan ajaran
agama sesuai dengan pandangan dan kebutuhan mereka. Ini bisa menghasilkan
perbedaan dalam pendekatan praktik keberagamaan.
5. Pendidikan dan Budaya: Tingkat pendidikan dan pengaruh budaya juga mempengaruhi
transformasi wahyu. Penganut agama yang memiliki pendidikan dan latar belakang
budaya yang berbeda mungkin memiliki pemahaman yang beragam tentang wahyu.
6. Interaksi Sosial: Interaksi dengan kelompok agama lain atau konteks sosial tertentu
dapat memengaruhi pemahaman dan praktik keberagamaan. Penganut agama mungkin
menyesuaikan praktik mereka untuk hidup berdampingan dengan kelompok agama lain.
Implikasi utama dari perbedaan praktik keberagamaan yang dihasilkan dari transformasi
wahyu adalah adanya keragaman dalam interpretasi dan pelaksanaan ajaran agama.
Meskipun ini dapat menghasilkan variasi yang luas, juga penting untuk menghormati
perbedaan dan mempertahankan semangat saling menghormati dan toleransi terhadap
keyakinan dan praktik yang berbeda. Ini merupakan bagian penting dalam menjaga
harmoni dan kerukunan dalam masyarakat yang beragam keagamaan.
B.PRIBUMISASI ISLAM SUMBER
HISTORIS,SOSIOLOGIS,TEOLOGIS,DAN
FILOSOFIS
Pribumisasi Islam adalah proses pengakaran ajaran Islam dalam budaya lokal dan
pemahaman personal, sehingga menciptakan variasi dalam praktik keagamaan di
berbagai konteks. Proses ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang:

Sumber Historis:
Istilah pribumisasi Islam diperkenalkan oleh Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid)
sebagai alternatif dalam upaya pencegahan praktik radikalisme agama.Penghargaan Gus
Dur terhadap metamorfosis Islam Nusantara yang menempatkan Islam secara
kontekstual sebagai bagian dari proses budaya.Pribumisasi Islam menampik bahwa
praktik keislaman " tidak selalu identik"dengan pengalaman Arab (Arabisme). Ia adaptif
dengan lokalitas.Kelahiran Nahdhatul Ulama (NU) merupakan kristalisasi semangat
pribumisasi Islam di Indonesia. Organisasi ini berdiri untuk membela praktik-praktik
keberagamaan kaum Islam tradisionalis dari kritikan dan serangan agresif paham
puritanisme yang dipengaruhi gerakan Wahabi di Saudi Arabia. NU dengan pendekatan
sufistiknya mau menerima dan mengakomodasi budaya lokal dalam praktik
keberagamaannya. Berbeda dengan NU, organisasi Muhammadiyah dengan pendekatan
teologi Salafinya justru menganggap praktik keberagamaan yang memadukan Islam
dengan budaya lokal adalah praktik TBC (takhayul,bidah, dan churafat/khurafat).Apabila
kita tengok sejarah perkembangan Islam di Indonesia, dakwah yang dilakukan oleh para
dai yang membawa Islam ke Indonesia selalu mempertimbangkan kearifan lokal (local
wisdom) yang menjadi realitas kebudayaan dalam masyarakat Indonesia. Dakwah Wali
Songo di Pulau Jawa merupakan contoh kongkret dakwah yang sengaja melakukan
inkulturisasi Islam.Para wali mempergunakan instrumen-instrumen kebudayaan yang
ada untuk memasukkan pesan-pesan Islam.Selain melestarikan budaya Nusantara,
perspektif Wali Songo ini mengembangkan Islam dengan menggunakan "kecerdasan
artistik". Islam dikomunikasikan kepada orang lain dengan makna keindahan. Doktrin
digubah menjadi spirit yang dapat dengan mudah dipahami oleh orang awam dengan
cara persuasif. Spirit itu telah menyinari alam bawah sadar masyarakat awam.Pengajaran
Islam seperti ini menambah eksotisme kemanusiaan dan mampu mereduksi
(menghindari) konstruksi jihad sebagai eskalasi psikologis-mental perang. Islam
mengedepankan kehalusan budi dalam membawa pesan-pesan doktrin dan tetap
menghidupkan ekspresi lokalitas.
Pribumisasi Islam adalah psikologi indigenos yang mengembangkan spiritualitas
keberagamaan berangkat dari akar kearifan lokal. Khazanah kearifan lokal itu ditafsirkan
membentuk variasi keberagamaan yang dapat dimaknai ke dalam pelbagai unsur budaya.
Ia mampu menggubah substansi spiritualitas (tauhid) tanpa mengubah bentuknya.
Ketika tauhid mampu dibangun bersama narasi-narasi lokalitas, Islam dapat menyatu ke
jantung masyarakat yang beragam latar budaya. Di sinilah Islam raḫ matan lil ‘ālamin
dipraktikkan tanpa menyakiti manusia
- Kontak Budaya: Islam datang ke berbagai wilayah dengan budaya yang berbeda-beda.
Kontak dengan budaya lokal menyebabkan adaptasi dan penggabungan unsur-unsur
budaya dalam praktik keagamaan.
- Tradisi Kebudayaan Sebelumnya: Di berbagai wilayah, tradisi keagamaan atau
kepercayaan sebelumnya bisa memengaruhi pemahaman dan pelaksanaan Islam. Ini
terlihat dalam banyak praktik lokal yang masih ada dalam konteks Islam.

Sumber Sosiologis:
Sebelum Islam datang, penduduk Indonesia telah menganut agama, baik yang masih
primitif seperti animisme-dinamisme maupun yang sudah berbentuk agama formal
seperti Hindu atau Buddha. Namun demikian,berdasarkan catatan sejarah yang ada,
kedatangan Islam tidak disertai dengan konflik sosial keagamaan yang cukup berarti.
Keberhasilan islamisasi generasi awal setidaknya disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
strategi dakwah dan faktor daya tarik ajaran Islam itu sendiri.Dilihat dari strategi dakwah,
para dai muslim berhasil melakukan pendekatan persuasif, kultural, dan politik terhadap
penduduk Indonesia. Para dai tersebut menggunakan strategi pribumisasi sebagaimana
telah disinggung di atas sehingga Islam masuk ke dalam jiwa bangsa Indonesia secara
tidak disadari.Tampaknya para dai tersebut lebih mementingkan substansi dibanding
formula atau kemasan.Adapun yang menyangkut materi dakwahnya, penduduk pribumi
tampaknya tertarik dengan agama baru tersebut karena beberapa hal, antara lain prinsip
egalitarian atau kesejajaran manusia pada satu sisi, dan corak sufistik yang mewarnai
Islam yang dibawa oleh para dai imigran tersebut pada sisi yang lain.Ajaran tentang
kesamaan derajat yang dibawa Islam tentu menarik kalangan pribumi, terutama di
kalangan yang selama ini hidup dalam strata atau kasta rendah yang sering menjadi objek
eksploitasi oleh kasta di atasnya. Pada sisi lain,corak Islam sufistik juga menarik perhatian
penduduk pribumi karena adanya titik-titik persamaan dengan kepercayaan dan agama
mereka. Itulah sebabnya,Islam bisa diterima secara damai oleh penduduk pribumi atau
setidaknya bias hidup berdampingan dengan agama lain selama berabad-abad.
- Kebutuhan Lokal: Kondisi sosial, ekonomi, dan politik setempat dapat mempengaruhi
interpretasi dan pelaksanaan ajaran Islam. Praktik-praktik keagamaan dapat disesuaikan
dengan kebutuhan dan konteks sosial yang berbeda.
- Interaksi Antar Kelompok: Interaksi dengan kelompok agama atau budaya lain dapat
memengaruhi cara Islam diterima dan diadaptasi. Hal ini bisa menciptakan variasi dalam
praktik keberagamaan.

Sumber Teologis:
tauhid bukan sekedar pengakuan atau persaksian bahwa tiada Ilah selain Allah, tapi
pemaknaan terhadap tauhid melampaui dari sekedar pengakuan atas eksistensinya yang
tunggal. Jika kita tarik pemaknaan tauhid dalam ranah realitas ciptaan (makhluk), maka
tauhid berarti pengakuan akan pluralitas atas selain Dia (makhluk-Nya). Hanya Dia Yang
Tunggal, dan selain Dia adalah plural.Dengan demikian, pernyataan tauhid, pengesaan
Allah harus sejalan dengan penegasan pluralitas selain-Nya. Hanya Yang Esa saja yang
memiliki kebenaran dan kekuasaan mutlak, sedangkan yang plural pastilah memiliki
kebenaran dan kekuasaan yang relatif. Hal di atas sejalan dengan isyarat Allah dalam QS
Al Maidah /5:48 bahwa tujuan penciptaan realitas yang plural adalah agar manusia saling
berlombalomba untuk berjuang mewujudkan masyarakat utama. Hal ini berarti, bahwa
Islam tidak berupaya mengingkari dan melenyapkan atau memaksa “yang lain”(QS Al
Baqarah /2:256) karena Tuhan menciptakan perbedaan sebagai sarana untuk mendorong
berlomba dalam kebaikan diantara umat manusia.Melalui pribumisasi Islam, kita diajari
untuk menemukan keindahan Tuhan dalam pelbagai kepingan entitas yang tersebar di
alam ini. Tujuannya hanya untuk menegaskan keesaan Allah. Manusia dengan pelbagai
karakteristik dan ekspresi sosial-budayanya pada hakikatnya bersama-sama memainkan
fungsinya untuk menunjukkan keesaan Allah. Dengan kata lain, Tuhan hadirdalam setiap
yang maujud, Tuhan pun hadir dalam berbagai ekspresi budaya manusia
- Kepatuhan dan Penafsiran: Beragam pandangan teologis dan sekolah pemikiran dalam
Islam dapat menghasilkan variasi dalam interpretasi ajaran agama dan hukum Islam
(fiqh). Ini memengaruhi praktik-praktik keagamaan.

Sumber Filosofis:
pribumisasi Islam didasari oleh paradigma sufistik tentang substansi keberagamaan.
Dalam paradigma sufistik, agama memiliki dua wajah yaitu aspek esoteris (aspek dalam)
dan aspek eksoterik (aspek luar). Dalam tataran esoteris, semua agama adalah sama
karena ia berasal dari Tuhan Yang Tunggal. Dalam pandangan sufistik, bahkan dikatakan
semua yang maujud di alam ini pada hakikatnya berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa.Perbedaan hanya tampak pada aspek eksoterik, yaitu unsur lahir dan amalan kasat
mata saja. Sejalan dengan pemahaman ini, maka substansi keagamaan adalah satu, cara
manusia dapat menyembah (tunduk, patuh, dan berserah diri)kepada Tuhan sebagai
kebenaran universal. Adapun ekspresi keberagamaan atau aksentuasi paham keagamaan
pasti berbeda-beda karena perbedaan kebutuhan dan tuntutan fisik dan materi yang
berbeda pula.
- Filosofi Keagamaan: Konsep-konsep filosofis dalam Islam, seperti tauhid (keesaan
Tuhan) dan akhlak (etika), dapat diinterpretasikan dan diimplementasikan secara
berbeda oleh individu atau kelompok, menghasilkan variasi dalam praktik keberagamaan.
- Pemikiran Moral: Pemikiran etika dan moral dalam Islam dapat diartikan dengan cara
yang berbeda-beda, mempengaruhi tindakan individu dan kelompok dalam kehidupan
sehari-hari.

Penting untuk diingat bahwa pribumisasi Islam bisa memiliki dampak positif, yaitu
mendorong kreativitas dalam praktik keagamaan dan memungkinkan Islam bersatu
dengan nilai-nilai lokal. Namun, juga mungkin ada risiko, seperti terjadinya
penyelewengan atau penyalahgunaan ajaran agama. Oleh karena itu, pemahaman yang
cermat dan saling pengertian antarumat beragama sangat penting untuk menjaga
harmoni dan kerukunan dalam masyarakat yang beragam.

C.URGENSI PRIBUMISASI ISLAM


Urgensi pribumisasi Islam merujuk pada pentingnya menjalankan ajaran Islam secara
pribadi dalam setiap aspek kehidupan. Ini mencakup pemahaman, pengamalan, dan
penghayatan nilai-nilai Islam dalam tindakan sehari-hari. Berikut adalah penjelasan lebih
lanjut beserta contoh-contoh urgensi pribumisasi Islam:
1. Penguatan Iman: Dengan memahami dan merenungkan ajaran agama secara pribadi,
seorang Muslim dapat memperkuat imannya. Misalnya, rutin membaca Al-Quran dan
memahami maknanya membantu menguatkan keyakinan seseorang terhadap Islam.
2. Karakter dan Moral yang Baik: Pribumisasi Islam membantu membentuk karakter dan
moral yang baik. Contohnya, menghindari perilaku buruk seperti berbohong, mencuri,
atau merendahkan orang lain, karena ajaran Islam mendorong perilaku jujur, adil, dan
bermartabat.
3. Pembinaan Hubungan Sosial: Mengamalkan nilai-nilai Islam dalam interaksi sosial
mempromosikan perdamaian dan harmoni. Menghormati orang lain, memberi salam,
dan menolong sesama merupakan contoh dari pribumisasi Islam dalam berhubungan
dengan orang lain.
4. Kepedulian Sosial dan Kemanusiaan: Ajaran Islam mendorong membantu yang
membutuhkan dan berkontribusi pada kesejahteraan sosial. Contohnya, memberi
sedekah atau terlibat dalam program amal untuk membantu mereka yang kurang
beruntung.
5. Kepatuhan terhadap Hukum Allah: Urgensi pribumisasi Islam mengajarkan individu
untuk mematuhi hukum Allah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menjauhi riba dan
menghindari perilaku haram dalam bisnis dan keuangan.
6. Pendidikan dan Pengetahuan: Memahami ajaran Islam secara mendalam mendorong
pencarian ilmu pengetahuan. Seorang Muslim dianjurkan untuk mencari ilmu dalam
berbagai bidang yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
7. Pemeliharaan Lingkungan: Islam mengajarkan pemeliharaan lingkungan alam.
Mengurangi limbah, menjaga kebersihan, dan menghindari kerusakan lingkungan
merupakan contoh pribumisasi Islam dalam menjaga alam.

Dalam semua contoh tersebut, urgensi pribumisasi Islam menghasilkan individu yang
menjalankan ajaran agama dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan komitmen.
Hal ini tidak hanya berdampak pada kehidupan individu, tetapi juga pada keluarga,
masyarakat, dan lingkungan di sekitarnya.
D.KONSEP DAN ARGUMENTASI
KEBERAGAMAN ISLAM

Bangsa Indonesia sangat memerlukan kerja kolaboratif dan koordinatif dari berbagai
komponen untuk menggalang semua potensi bangsa agar terjadi sebuah kerjasama yang
efektif dan produktif bagi pembumian Islam yang penuh rahmat.Namun, upaya-upaya
seperti itu sering kali terhambat oleh adanya potensi-potensi konflik yang sangat banyak
di negeri ini (agama, etnis, strata sosial, dan sebagainya). Salah satu potensi konflik yang
mungkin dapat menghalangi proses pembangunan dan modernisasi di Indonesia adalah
pemahaman agama.Seringkali ajaran agama, yang bernilai universal dan tidak memihak,
berubah menjadi sebuah pemahaman agama yang bersifat sektarian dan lokal. Seringkali
pula Tuhan yang Mahaluhur dan Mahamulia diseret oleh subjektivitas manusia untuk
membenarkan sikap sektarian tersebut. Teks suci agama pun tidak luput dari tangan-
tangan nakal manusia. Teks sengaja dipahami secara lepas dari konteks kebahasaan dan
sosio-psiko-historisnya agar dapat dijadikan alat untuk mengafirkan orang lain yang
berbeda pemahamannya.Selain itu,keberagaman dalam Islam adalah refleksi dari
keragaman manusia yang diciptakan oleh Allah. Konsep ini ditekankan dalam Al-Quran
di beberapa ayat yang menyatakan bahwa Allah menciptakan manusia dalam berbagai
suku, bangsa, dan bahasa agar mereka saling mengenal dan belajar satu sama lain.
Konsep keberagaman ini juga ditemukan dalam hadis-hadis Nabi Muhammad yang
menekankan pentingnya menghormati perbedaan dan bekerja sama dalam membangun
persatuan.
Secara historis, keberagaman dalam Islam dapat dilihat dari periode awal Islam di Mekah
dan Madinah, di mana Muslim berasal dari berbagai latar belakang suku dan budaya yang
berbeda. Meskipun perbedaan ini ada, Nabi Muhammad mendorong persatuan dan
solidaritas umat Islam, membuktikan bahwa keberagaman dapat memperkukuh
persatuan.
Dari segi sosiologis, keberagaman dalam Islam membawa konsep ukhuwah
(persaudaraan) yang kuat. Umat Islam di seluruh dunia merasa terhubung melalui iman
bersama dan tujuan bersama. Ini tercermin dalam berbagai praktik seperti haji, di mana
jutaan Muslim dari berbagai belahan dunia berkumpul sebagai satu umat untuk
menjalankan ibadah yang sama.
Dari perspektif teologis, Islam mengajarkan bahwa perbedaan dalam keyakinan dan
budaya merupakan bagian dari rencana Allah. Ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi
memberikan arahan tentang menghormati perbedaan, berdialog dengan akhlaq baik, dan
bekerja sama dalam hal-hal yang bermanfaat.

Dalam keseluruhan, konsep keberagaman dalam Islam mengajarkan pentingnya


merangkul perbedaan dengan sikap terbuka dan membangun persatuan berdasarkan
prinsip-prinsip agama. Meskipun ada perbedaan, umat Islam di seluruh dunia diikat oleh
iman yang sama dan tujuan akhir yang serupa, yaitu mendapatkan keridhaan Allah.
E.PROSES KEBERAGAMAN ISLAM DARI
BERBAGAI SUMBER
Dalam memahami keberagaman Islam dan bagaimana keberagaman ini dapat berperan
dalam membangun persatuan umat, kita dapat merinci perspektif dari sumber historis,
sosiologis, dan teologis:
1. Sumber Historis:
- Keberagaman dalam Islam memiliki akar sejarah yang kuat. Setelah wafatnya Nabi
Muhammad, muncul perbedaan pendapat dalam memilih pemimpin umat (khalifah),
yang mengakibatkan munculnya dua mazhab utama, Sunni dan Syiah.
- Pentingnya pemahaman sejarah ini adalah untuk menghormati perbedaan dan
menghindari konflik yang mungkin timbul karena perspektif sejarah yang berbeda.
2. Sumber Sosiologis:
- Dalam masyarakat Muslim, keberagaman terlihat dalam budaya, etnis, bahasa, dan
tradisi yang beragam.
- Sosiologis menggarisbawahi pentingnya dialog antar kelompok dalam masyarakat
Muslim untuk memahami dan menghormati perbedaan mereka.
- Keberagaman ini dapat menjadi sumber kekuatan jika dikelola dengan baik, karena
dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan toleran.
3. Sumber Teologis:
- Dalam perspektif teologis, Islam mengajarkan bahwa umat Muslim adalah satu
keluarga besar yang berasal dari satu Allah.
- Teologi Islam menekankan pada nilai-nilai universal seperti kasih sayang, keadilan,
dan perdamaian, yang dapat menjadi dasar untuk membangun persatuan di tengah
keberagaman.
- Konsep tawhid (keyakinan akan satu Allah) juga berfungsi sebagai perekat yang kuat
dalam persatuan umat Islam.
Dalam membangun persatuan umat, penting untuk menghormati dan memahami
keberagaman sebagai sumber kekayaan, bukan konflik. Pendekatan inklusif, dialog, dan
pemahaman akan membantu memperkuat persatuan dalam keragaman di dunia Islam.
Pandangan para imam Madzhab juga mengungkapkan tiga hal: (1) Umat Islam
haruskritis, yaitu menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi sebagai rujukan utama
dalamberagama; (2) Umat Islam boleh menggunakan fatwa imam (madzhab) sebagai
acuandalam beragama, selama fatwa imam itu tidak bertentangan dengan Al-Qur'an
danSunnah Nabi Muhammad; dan (3) Umat Islam tidak boleh menyalahkan
aliranpemikiran dan keyakinan agama yang berbeda, selama aliran dan keyakinan
agamatersebut bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, ukhuwah umat Islam harus terus diperjuangkan, agar umat
Islammenjadi umat yang sangat kuat.
F. BAGAIMANA CARA MEMBANGUN
PERSATUAN UMAT
Ketika nabi masih berada di tengah-tengah umat, semua persoalan dikembalikan dan
dijawab oleh beliau. Oleh karena itu, di era nubuwwah tidak terdapat perbedaan mazhab.
Kaum muslimin –baik suka maupun terpaksa – mengikuti aturan yang diputuskan oleh
Rasulullah saw. Perbedaan mazhab muncul ketika Nabi Muhammad wafat, yakni ketika
menetapkan tokoh yang paling layak memimpin umat menggantikan Nabi Muhammad.
Inilah cikal-bakal lahirnya dua mazhab besar dalam Islam, Suni dan Syiah.Sedikitnya ada
empat alasan kita perlu mengenal mazhabmazhab dalam Islam. Pertama, adanya
beragam mazhab dalam Islam merupakan realitas, yang harus dipandang sebagai
kekayaan budaya Islam; kedua, adanya beragam mazhab memungkinkan kita memiliki
banyak pilihan untuk mengatasi permasalahan kehidupan modern;ketiga, di era
globalisasi – yang ditandai dengan revolusi informatika –arus informasi yang mudah
diakses termasuk informasi islam.Tanpa mengenal mazhab, orang akan bingung karena
beragamnya pemikiran dan hukum Islam yang berbeda-beda, bahkan bertentangan; dan
keempat, sekarang gerakan ukhuwah islamiah didengungkan oleh hampir setiap ulama,
cendekiawan muslim, dan orang-orang Islam pada umumnya. Tanpa memahami mazhab
yang berbeda-beda upaya ini hanyalah sebuah slogan palsu, yang mudah diucapkan tapi
sukar dilaksanakan.Pada masa lalu, jika umat Islam berbicara “mazhab”, maka menyaran
pada fikih empat mazhab. Namun, di era keterbukaan informasi ini, umat Islam,
khususnya kaum terpelajar, memahami“mazhab” sebagai fikih lima mazhab, bahkan lebih
dari lima.Namun demikian, mengapa yang terkenal hanya lima mazhab.Sedikitnya ada
dua alasan: pertama, karena kelima mazhab ini memiliki pengikut yang paling banyak;
dan kedua, karena penguasa kemudian turut serta mendukung dan mengembangkan
salah satu dari kelima mazhab ini sehingga hanya lima mazhab inilah yang kemudian
dikenal luas oleh masyarakat Islam di dunia sekarang ini.Adapun tentang beragamnya
mazhab di Indonesia, muncul pertanyaan, mengapa NU (dalam bidang fikih) berpegang
kepada empat mazhab? Alasannya: pertama, banyak dalil yang mengharuskan umat Islam
mengikuti ahlus sunnah wal jamā’ah, dan keempat mazhab ini jelas sekali memiliki ciri-
ciri ahlus sunnah waljamā’ah; kedua, ada perintah taklid kepada ulama (mengikuti
pendapat ulama), sedangkan keempat imam mazhab merupakan ulama besar; ketiga,
keempat imam mazhab telah mencurahkan dirinya dalam meneliti pendapat-pendapat
yang dipastikan dan yang belum dapat dipastikan sehingga para pengikutnya terbebas
dari segala perubahan dan penyimpangan, dan imam mazhab mengetahui hadis yang
sahih dan yang lemah; dan keempat, ulama dari generasi ke generasi mengikuti empat
mazhab.Alasan Muhammaditah tidak bermazhab: pertama, tidak ada dalil yang
mengharuskan memilih mazhab empat; kedua, keempat tokoh
Persatuan dalam dalam ajaran ajaran islam secara umum di sebut ikhwan yaitu
persaudaraan, yang secara umum ukhuawah islamiyah yaitu persaudaraan dalam
islam(saudara sesama umat umat islam) atau juga kumpulan individu manusia yang
bersatuataumenjadi satu. Jelas bahwa persaudaraan menyebabkan orang dapat berbuat
damaidandengan perdamaian maka persatuan dan kesatuan umat bisa dapat
diwujudkan.Tanpa persatuan orang akan mudah bertindak semena-mena terhadap
sesama bahkanterhadap yang seagama sekalipun. Keberagaman kemudian berkembang
dandipergunakan untuk menjelaskan terdapatnya variasi di tempat pekerjaan, karena
dalamsuatu organisasi terdapat orang dengan berbagai latar belakang dan budaya.Islam
memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami pruralismeini:1)
Keadilan yang obyektif Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan
maupun tindakan kitaterhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan
seringkali imam mazhab memerintahkan pengikutnya untuk merujuk kepada AlQuran
dan As-Sunnah; dan ketiga, adanya dalil yang memerintahkan berijtihad dan melarang
taklid.Beragamnya mazhab dan keyakinan religius dalam Islam di satu sisi mengharuskan
setiap orang Islam perlu terus belajar sepanjang hayat, jangan puas dengan pengetahuan
agama yang telah dimilikinya. Ini berarti menaati Nabi Muhammad yang
memerintahkan,“Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal laḫ di.” Artinya, ‘Carilah ilmu (ilmu
agama yang benar) mulai dari buaian (artinya, pada masa kecilnya perlu didikan yang
benar) hingga masuk ke liang lahat.’ Makna hadis ini, antara lain, didiklah dengan agama
yang benar (sesuai dengan fitrah) ketika anak masih kecil. Adapun setelah dewasa (mulai
akil balig), maka setiap muslim harus terus belajar mencari ilmu (ilmu shirāthal
mustaqām, ilmu Islam kāffah) sepanjang hayat, dan baru boleh berhenti mencari ilmu
jika kematian menjemputnya. Persatuan dalam dalam ajaran ajaran islam secara umum di
sebut ikhwan yaitupersaudaraan, yang secara umum ukhuawah islamiyah yaitu
persaudaraan dalam islam(saudara sesama umat umat islam) atau juga kumpulan
individu manusia yang bersatuataumenjadi satu. Jelas bahwa persaudaraan menyebabkan
orang dapat berbuat damaidandengan perdamaian maka persatuan dan kesatuan umat
bisa dapat diwujudkan.Tanpa persatuan orang akan mudah bertindak semena-mena
terhadap sesama bahkanterhadap yang seagama sekalipun. Keberagaman kemudian
berkembang dandipergunakan untuk menjelaskan terdapatnya variasi di tempat
pekerjaan, karena dalamsuatu organisasi terdapat orang dengan berbagai latar belakang
dan budaya.Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami
pruralismeini:1) Keadilan yang obyektifDalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup
pandangan maupun tindakan kitaterhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam
tindakan seringkali karena kita tidaksuka dan menganggap orang lain sebagai bukan
bagian dari kelompok kita (outsider)maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka
dalam memutuskan hukum, interkasisosial maupun hal-hal lain.2) Menjauhi kekerasan
dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk ketikamelakukan dakwah.
Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaandan cara-cara
argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyailogikanya sendiri
dalam memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan
untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai kesepahaman, dan
mempertahankan keyakinan kita “Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli
kitab marilah menuju ketitik pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 643)
Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam kebaikan,Ketika
ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan advokasiterhadap
masyARakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan sebagainya maka kita
tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha
menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaummuslimin
untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal amal sosial.Dengan terjalinnya
tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalamberbagai aspek kehidupan dan
janii Allah melaui sabda Nabi saw, akan mengundang rezki material dan spiritual. Jalinan
silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidakhanya saat berhubungan dengan
antar umat beragama saja, namun bagaimana sesame muslim mampu hidup damai,
rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab. Istilah toleransi
maka menghargai setiap pendapat maupun perbedaanhal yang dimiliki oleh seseorang
maupun kelompok. Oleh karena itu, untuk mencegahadanya perpecahan dalam
persatuan dan kesatuan bangsa maka kita harus menjunjung tinggi toleransi dan
senantiasa menjaga tali silaturrahmi dalam berbagai aspek kehidupan.
3.PENUTUP
KESIMPULAN
Islam mengajarkan bahwa wahyu Allah selain berbentuk tanda-tanda (āyāt) yang
nirbahasa, juga bermanifestasi dalam bentuk tanda-tanda (āyāt) yang difirmankan.Wahyu
tersebut memancarkan dirinya melalui tanda-tanda (āyāt) yang terdapat dalam seluruh
ciptaan Allah dan berimplikasi terhadap corak keberagaman. Tandatanda Tuhan di alam
semesta ini ada yang dipahami secara sama dan secara berbeda-beda sesuai dengan
perkembangan kemampuan nalar manusia.Terdapat beberapa perbedaan dalam ekspresi
dan praktik keberagamaan. Hal ini dikarenakan adanya akulturasi agama dengan budaya
lokal. Namun, diharapkan kita bisa mengeliminasi potensi-potensi konflik dengan cara
mengedepankan persamaan dalam keragaman.Selain itu, ada banyak sekali cara
Membangun Persatuan Umat Dalam Keberagamancontohnya seperti bersikap adil dan
Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi denganpemeluk agama lain termasuk ketika
melakukan dakwah.Sebagai Umat Islam, kita harus mengenal mahzab serta berrmahzab
agar tidaksalah mengikuti suatu ajaran. apabila terdapat pendapat dari suatu Imam, kita
sudah dapat memahami isi kandungan dalil tersebut dan mengetahui benar salahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Hayati.2020.Argumentasi Pribumisasi Islam.Jakarta:Slide Player


Bobby(19 September 2019)https://www.scribd.com/document/439355676/Menggali-
Sumber-Historis-docx
https://id.wikipedia.org/wiki/Pribumisasi_islam
https://www.scribd.com/document/478829157/Menelusuri-Transformasi-Wahyu-dan-
Implikasinya-terhadap-Corak-Keberagamaan
https://digilib.stiestekom.ac.id/assets/dokumen/ebook/
feb_0a50299b964e81d16c9431bbd6ec70e65d79851d_1649390083.pdf
https://muhmdirpan.wordpress.com/2017/12/13/bagaimana-islam-membangun-
persatuan-dalam-keberagaman/
https://prezi.com/kfj7mjtwrfbd/bagaimana-islam-membangun-persatuan-dalam-
keberagaman/
https://www.coursehero.com/file/103939171/Pert-1-PPT-Bagaimana-Islam-Membangun-
Persatuan-Dalam-Keberagamanppt/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pribumisasi_islam
https://www.scribd.com/document/439355676/Menggali-Sumber-Historis-docx
,https://www.academia.edu/43046190/
MAKALAH_ISLAM_MEMBANGUN_PERSATUAN_DALAM_KEBERAGAMAN_dikonversi
20200514_5909_81y8zuPayiz Zawahir Muntaha. 2017.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/view/1279/1295Zaenal
Arifin.2019.MEMBANGUN PERSATUAN DALAM KEBERAGAMAN DALAMPERSPEKTIF
https://journal.unsika.ac.id/index.php/pendidikan/article/view/3171Zaitun
Abdullah.Pendidikan Hukum Islam yang “Mendamaikan”

Anda mungkin juga menyukai