Amaliah
(2011180026)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " PENTINGNYA TOLERANSI BERAGAMA
DALAM MENJAGA KERUKUNAN ANTAR UMMAT BERAGAMA DI INDONESIA"
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas yang telah diberikan . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada guru sebagai pembimbing . Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
terciptanya kerukunan dan kedamaian antar umat beragama. Argumen tersebut mendorong
penulis untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Bagaimana hakekat
toleransi beragama? Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library ressearch), yang
difokuskan pada penelusuran dan penelaahan tentang keberagaman dan toleransi antar umat
beragama, kemudian peneliti menggunakan metode konten analisis. Sikap toleransi harus
didasari oleh pengetahuan yang luas, terbuka, saling komunikasi, dan kebebasan berpikir.
Toleransi merupakan suatu sikap atau perilaku manusia yang sesuai dengan aturan, dimana
seseorang dapat menghargai dan menghormati perilaku orang lain (Fatmawati Faridah,2013)
5
BAB II
PEMBAHASAN
Keberagaman Agama Pluralisme berasal dari bahasa Inggris yaitu plural berarti
keanekaragaman dalam masyarakat, banyak hal lain yang harus diakui. Secara istilah,
beragama (religious pluralisme) ialah fakta terkait sejarah agama-agama yang menampilkan
suatu pluralitas tradisi dan berbagai varian tradisi. Secara filosofis, pluralisme beragama
berkaitan pada suatu teori dengan hubungan antar berbagai konsepsi, persepsi, dan respon
mengenai realitas ketuhanan. Pluralisme merupakan usaha untuk menciptakan hubungan sosial
antar umat beragama agar terciptanya kerukunan antar umat beragama (Ismail pangeran 2017).
merendahkan, atau mencampur adukkan antar agama yang satu dengan yang lain, melainkan
untuk saling menghormati, saling mengakui, dan bekerja sama. Oleh sebab itu, pluralisme
agama diakui sebagai dasar pijakkan pengakuan suatu eksistensial pluralitas agama dalam
mencari titik temu antar agama berdasarkan kesamaan melalui nilai kemanusiaan yang universal
dalam masing-masing agama. Indonesia sendiri sangat menjunjung tinggi dan menghormati
semua umat beragama yang ada karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan agama.
Namun pada kenyataanya, perpecahan dan konflik yang berlatar belakang agama sangat mudah
sekali untuk terjadi dan bahkan hanya disebabkan oleh hal-hal yang sifatnya sepele.5 Kasus-
kasus dan kerusuhan yang terjadi Indonesia maupun di luar negeri, seperti persengketaan dan
perang yang didasari karena agama mengakibatkan banyaknya umat yang harus meregang
nyawa saudara-saudara mereka dan bahkan sampai tempat ibadah pun di rusak bahkan sampai
dibakar, seperti masjid, gereja, dan sekolah-sekolah yang tadinya masih bagus menjadi tidak
layak pakai untuk kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut sangat mudah terjadi karena setiap
pemeluk agama kurang menyadari akan arti toleransi antar umat beragama dan menerima
6
Karakter interaksi antar kebudayaan dalam masyarakat multikultural adalah terjadinya
asimilasi kebudayaan. Begitu juga dalam hal keberagamaan. Orang-orang yang hidup dalam
masyarakat dengan komposisi kepemelukan agama yang heterogen. Hal ini menciptakan rasa
toleransi dan kerjasama antar budaya-agama. Proses asimilasi ini muncul bukan hanya untuk
kelompok minoritas tetapi juga untuk kelompok mayoritas. Mereka beranggapan bahwa
masyarakat memiliki struktur moral dan kebudayaan yang padu dan koheren. Hal seperti ini
jarang menjadi permasalahan. Meskipun struktur moral dan kebudayaan masyarakat memiliki
koherensi internal, struktur itu tidak sepenuhnya sama dan padu. Struktur tersebut berbeda-beda
menurut kelas, agama, wilayah dan disusun dari bermacam-macam rangkaian pemikiran bahkan
yang bertentangan serta terdiri dari nilai-nilai dan praktek-praktek yang dapat ditafsirkan dan
2.2. Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran, kelembutan hati,
keringanan dan kesabaran.Secara umum istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang
dada, suka rela dan kelembutan. Unesco mengartikan toleransi sebagai sikap saling
Toleransi harus didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap terbuka,
dialog, kebebasan berpikir dan beragama. Pendek kata toleransi setara dengan sikap positif, dan
menghargai orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan asasi sebagai manusia. Toleransi
beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri manusia yang
berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan
kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) yang dipilihnya masing-
masing serta memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau
7
Toleransi menjadi salah satu bentuk untuk saling menghormati sesama dan tidak
memaksakan kehendak. Manusia yang menganggap dirinya lebih tinggi, baik, dan benar justru
cenderung akan menimbulkan sikap yang anti toleran Hakikat toleransi intinya yaitu usaha
dalam hal kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan tercapainya
kerukunan, baik intern agama maupun antar agama. Jurhanuddin dalam Amirulloh Syarbini
menegaskan bahwa tujuan kerukunan antar umat beragama dibagi menjadi empat, yaitu :
orang dapat bertoleransi dengan baik dan benar. Ada beberapa hal yang mempengaruhi
a. Kultural-Teologis Teori kultural yang cukup populer ialah teori modernisasi. Dimana, teori
ini menambahkan variabel penjelas lain ke dalam model: tingkat pembangunan sosial-ekonomi
di masayarakat. Menurut teori ini, sejauh mana masyarakat berkembang secara ekonomi yang
mempengaruhi adanya nilai-nilai yang dipercayai atau diyakini oleh umat beragama. Jika suatu
ekonomi masyarakat mengalami perkembangan, maka akan semakin besar pula rasa syukur
suatu masyarakat terhadap kebebasan dan nilai-nilai akan toleransi. Jadi menurut teori ini,
b. Institusional Pengaruh agama yang berlebihan atas institusi negara mengancam suatu
kapasitas negara untuk berlaku atau bersikap adil terhadap kelompok minoritas agama ataupun
non agama. Negara yang secara aktif mencampuri urusan agama, di sisi lain juga tidak
bermanfaat bagi toleransi. Literatur ekonomi agama beranggapan bahwa, kehidupan beragama
8
akan paling sehat jika negara tidak melindungi ataupun mendiskriminasi agama tertentu.
Dengan adanya hal tersebut, agama bersaing untuk menyebarkan agama dan berinteraksi
dengan bebas antara satu dengan yang lain. Suatu negara harus bersifat netral dan tidak boleh
c. Psikologis Psikologis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya toleransi.
Faktor psikologis mempunyai tiga variabel yang mempengaruhi toleransi. Variabel pertama
berkaitan dengan kapasitas kognitif, seperti pendidikan dan kecerdasan politik. Semakin tinggi
pendidikan dan kecerdasan politik seseorang, maka akan semakin toleran terhadap perbedaan
yang ada. Variabel kedua yaitu persepsi ancaman, alassannya karena intoleransi dapat dianggap
sebagai bentuk pertahanan diri sendiri ataupun kelompok dari ancaman yang ditimbulkan dari
kelompok lain. Variabel ketiga yaitu berkaitan dengan predisposisi kepribadian. Seseorang
dengan predisposisi cenderung menyesuaikan diri dengan norma sosial dan menolak adanya
diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakini umat beragama.
Setiap orang harus diberi kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama yang dipilihnya serta
Toleransi beragama merupakan bentuk akomodasi dalam interaksi sosial. Manusia beragama
secara sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus bergaul bukan hanya dengan
kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok yang berbeda agama. Umat yang beragama
harus berupaya untuk memunculkan toleransi agar terjaga kestabilan sosial sehingga tidak
terjadi benturan-benturan ideologi dan fisik di antara umat yang berbeda agama.
9
Dalam toleransi beragama, ada dua tipe toleransi beragama: pertama, toleransi
beragama pasif yaitu sikap menerima perbedaan sebagai sesuatu yang bersifat faktual. Kedua,
toleransi beragama aktif yaitu toleransi yang melibatkan diri dengan yang lain di tengah
perbedaan dan keagamaan. Toleransi aktif merupakan ajaran semua agama (Casram).
dua kubu umat beragama: satu, kubu umat beragama tuan rumah; kedua, kubu umat beragama
pendatang. Kubu umat beragama tuan rumah biasanya memiliki kuantiatas umat yang
mayoritas, sedangkan kubu umat beragama pendatang biasanya menduduki posisi minoritas.
Kedua kubu ini saling bertubrukan dalam pergaulan sosial, bila di antara mereka menjadikan
perbedaan agama sebagai hambatan dalam mengintegrasikan nilai-nilai suatu bangsa atau
masyarakat. Munculnya kesadaran antar umat beragama yang diwujudkan dalam toleransi bisa
Toleransi beragama yang dikembangkan bukan hanya menghargai teologi dan iman
masing-masing agama dan umat beragama, tetapi juga memahami dan menghargai budaya dari
umat beragama tersebut. Toleransi beragama mampu memberikan dukungan bagi terbentuknya
masyarakat madani yang diinspirasi oleh nilai-nilai supranatural. Ada dua tipe toleransi
beragama: pertama, toleransi beragama pasif, yakni sikap menerima perbedaaan sebagai sesuatu
yang bersifat faktual. Kedua, toleransi beragama aktif, yakni toleransi yang melibatkan diri
dengan yang lain di tengah perbedaan dan keragaman. Toleransi aktif merupakan ajaran semua
agama. Hakekat toleransi adalah hidup berdampingan secara damai dan saling menghargai di
antara keragaman.
10
Toleransi mengandung maksud untuk memungkinkan terbentuknya sistem yang
menjamin keamanan pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas yang terdapat dalam
mereka serta menghargai pendapat orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada di
lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya hanya karena berbeda keyakinan atau
agama. Dalam kaitan dengan agama, toleransi mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri
manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ketuhanan yang
diyakininya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para
pemeluk agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang lainnya.
Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal, dapat
diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-masalah sosial
kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Dengan semangat
saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan menumbuhkan sikap dan rasa
berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan dapat memahami bila berada
di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara kerukunan antar umat beragama.
3.2 Saran
Agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara,
perlu memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara mantap dalam
bentuk memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat
12
DAFTAR PUSTAKA
Henry Thomas Simarmata, dkk, Indonesia Zamrud Toleransi, (Jakarta Selatan: PSIK-
Ihsan Ali-Fauzi, dkk, Kebebasan, Toleransi dan Terorisme: Riset dan Kebijakan Agama
Ika Fatmawati Faridah, Toleransi Antar Umat Beragama Masyarakat Perumahan, Jurnal
Ismail Pangeran, Toleransi Beragama Sebuah Keniscayaan Bagi Muslim dalam Bermasyarakat,
Jurnal
Al-Miskeah, Vol. 13 No. 1, (Palu: Institut Agama Islam Negeri Palu, 2017), h. 43.
J. Cassanova, Public Religions In The Modern World (Chicago: Chicago University Press,
2008),. 87.
Karen Armstrong, Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan Oleh Orang-Orang
Yahudi,
Kristen, dan Islam Selama 4.000 Tahun, (Bandung: Mizan Media Umum, 2002). h. 27.
13