Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Kehidupan Beragama/ Kerukunan Antar Ummat Beragama Di Era Reformasi”


Dosen Pembimbing : Rahmatullah, S.IP.,M.Si

DISUSUN OLEH ;
1. Inayah Faradillah (R011211001)
2. Nurul Annisa (R011211015)
3. Raden Bagus Bimo Oktavianto (R011211029)
4. Rezky Arfiani (R011211043)
5. Inaztasya P (R011211057)
6. Azzahra Marsya Syukur (R011211071)
7. Melti (R011211085)
8. Safira Mahrani (R011211099)
9. Sahla Septiana Fauziah (R011211113)
10. Fauziyyah (R011211127)

KELAS ILMU KEPERAWATAN REGULER A


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya
lah kami kelompok 1 PAN, dapat menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul
“Kehidupan Beragama/ Kerukunan Antar Ummat Beragama”

Makalah ini merupakan salah satu bagian dasar dalam Pancasila terkususnya dalam sila
pertama yaitu “ Ketuhanan Yang Maha Esa”. Didalam makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimana Konsep, Realita, Masalah, dan Solusi dari judul makalah kami.

Adapun makalah ini kami buat bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas
kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasila. Kami menyadari makalah ini masih belum
sempurna, tetapi kami Kelompok 1 berharap makalah ini dapat berguna bagi orang lain
terutama bagi teman teman dari prodi Ilmu Keperawatan.

Makassar, 06 Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….…………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….……. 2
1.3 Tujuan………………………………………………………………………...……. 2
BAB II ISI
2.1 Konsep Kehidupan Beragama/Kerukunan antar ummat beragama…….………….. 3
2.2 Realita Kehidupan Beragama/Kerukunan antar ummat beragama……………..…... 3
2.3 Masalah Kehidupan Beragama/Kerukunan antar ummat beragama………….….…. 5
2.4 Solusi Kehidupan Beragama/Kerukunan antar ummat beragama…………….……. 6
BAB III
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….……... 8
3.2 Saran…………………………………………………………………………….…. 8
DAFTAR PUSTAKA…………………………...………………………………….……… 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti kita ketahui bersama, Indonesia adalah salah satu negara
terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 265 juta jiwa. Negara kita
juga adalah salah satu negara yang paling majemuk di dunia. Kemajemukan
itu bisa dilihat dari segi komposisi etnis, agama, bahasa, dan lainnya.
Keberagaman budaya dan agama tersebut sangat memperngaruhi
individu atau seseorang dalam melakukan komunikasi manakala berinteraksi
dengan orang lain yang juga mengusung budaya dan keyakinan agama yang
dianutnya . Agama pada dasarnya memiliki peranan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, karena agama merupakan suatu sistem yang terdapat
norma-norma di dalamnya yang mengatur pola perilaku manusia, baik dalam
kehidupannya sebagai indvidu maupun dalam kehidupan bermasyarakat,
sehingga agama dalam hal ini berfungsi sebagai pedoman hidup dan sekaligus
memberi solusi pada munculnya persoalan-persoalan dalam kehidupan ini.
Mengenai istilah “kerukunan beragama” artinya sebagaimana dibahas
mengenai hak-hak dasar setiap orang beragama, yang harus dipenuhi. Lebih
jelasnya, kerukunan beragama adalah kondisi dimana semua orang bisa
menjalankan haknya, dan hidup bersama-sama. Dengan menghindari dan
menimalizirkan berbagai konflik-konlik yang tentunya memungkinkan untuk
terjadi dalam kehidupan beragama yang nantinya akan menjadi pemecah
bangsa.
Apabila Penyelesaian konflik berlatarbelakang agama di Indonesia
sering kali diselesaikan dengan menggunakan pendekatan hak atau kekuatan.
Di antara semua pendekatan, pendekatan yang paling berpotensi
menguntungkan semua pihak namun jarang dilakukan adalah pendekatan
berbasis kepentingan.
Solusi berbasis kepentingan terlebih dulu ditekankan pada penggunaan
negosiasi, yaitu perundingan antara dua orang atau kelompok orang yang
bertikai. Dalam makalah ini, akan lebih menjelaskan latar belakang ini secara
detail. Sehingga point-point yang dimaksudkan dapat terjawab dan dimengerti.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat dalam sub tema adalah;
1. Bagaimana konsep kehidupan beragama/ kerukunan antar umma beragam
2. Seperti apa realita kehidupan beragama/ kerukunan antar umma
beragama
3. Apa saja masalah dari kehidupan beragama/ kerukunan antar umma
beragama
4. Bagaimana solusi untuk memecahkan masa masalah dari kehidupan
beragama/ kerukunan antar umma beragama

1.3 Tujuan
Tujuan kami membuat makalah ini adalah;
1. Untuk mengetahui konsep kehidupan beragama/ kerukunan antar umma
beragama
2. Untuk mengetahu Realita dari kehidupan beragama/ kerukunan antar
umma beragama
3. Untuk mengetahui masalah yang ada dalam kehidupan beragama/
kerukunan antar umma beragama
4. Untuk mengataui solusi yang digunakan dalam memecahkan masalah
kehidupan beragama/ kerukunan antar umma beragama

2
BAB II
ISI

2.1 Konsep Kehidupan Beragama/ Kerukunan Antar Ummat Beragama

Dalam pengertian sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai


dan perdamaian. Kerukunan antar umat beragama adalah cara atau sarana
untuk mempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang yang tidak
seagama atau antara golongan umat beragama dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan. Istilah kerukunan antaragama identik dengan istilah toleransi.
Intinya adalah hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan
setuju untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kerukunan ialah hidup damai dan
tentram saling toleransi antara masyarakat yang beragama sama maupun
berbeda, kesediaan mereka untuk menerima adanya perbedaan keyakinan
dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang lain untuk mengamalkan
ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat, dan kemampuan untuk
menerima perbedaan. Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-perbedaan
yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik tolak untuk
membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan
ketulusan hati yang penuh ke ikhlasan. Kerukunan mencerminkan hubungan
timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima saling mempercayai,
saling menghormati dan menghargai, serta sikap saling memaknai
kebersamaan. Berdasarkan pemaparan di atas maka pengertian dari kerukunan
umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling
menerima, saling menghormati keyakinan masingmasing, saling tolong
menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama

2.2 Realita Kehidupan Beragama/ Kerukunan Antar Ummat Beragama

Pada Era Reformasi sekarang ini agama yang diakui oleh pemerintah
adalah agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Huchu. Dari
agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut masyarakat
Indonesia.

3
Kerukunan antar umat beragama bermaka rukun dan damainya
dinamika kehidupan umat beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti
aspek ibadah, toleransi, dan kerjasama antar umat beragama. Kerukunan umat
beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan
dalam pengalamn ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945.
Persatuan dan kerjasama antar umat beragama mutlak diperlukan.
Namun soal hubungan antar umat beragama adalah soal yang sangat peka.
Banyak kejadian yang kadang-kadang mengarah kepada permusuhan dan
penghancuran aset nasional disebabkan isu yang dikaitkan dengan hubungan
antar agama (di samping unsur lainnya yang sering disebut SARA, suku,
agama, rasa, antar golongan), walaupun sebenarnya setiap umat agama
mengajarkan kerukunan antar manusia dan antarumat beragama.
Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang dilakukan
secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab untuk
meningkatkan kerukunan hidup beragama, dengan cara menanamkan
pengertian akan nilai dan kehidupan bermasyarakat yang mampu mendukung
kerukunan hidup beragama, mengusahakan lingkungan dan keadaan yang
mampu menunjang sikap dan tingkah laku yang mengarah kepada kerukunan
hidup beragama, dan menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah
laku yang mewujudkan kerukunan hidup beragama.
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang
demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan
(pluarlitas) masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam suatu
keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling menjaga kerukunan hidup
beragama. Secara historis, banyak terjadi konflik antar umat beragama pada
Era Reformasi, misalnya konflik horizontal di Poso antar umat Islam dan
Kristen, konflik ahmadiyah dengan warga banten.

Begitupun konflik vertikal-horizontal yang dilakukan oleh salah satu


pejabat Cagub DKI Jakarta periode 2017-2022 Basuki Tjahya Purnama

4
(Ahok) yang telah menyinggung tafsir agama lain yaitu agama Islam atau
kasus penodaan agama sehingga mengundang reaksi dari jutaan umat Islam
Indonesia yang biasa disebut dengan aksi Bela Islam 212.
Jadi jelasnya, agama di sini terlihat sebagai pemicu atau sumber dari
konflik tersebut. Sangatlah ironis konfik yang terjadi tersebut padahal suatu
agama pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam
kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling menghormati. Untuk itu
marilah kita jaga tali persaudaraan antar sesama umat beragama.

2.3 Masalah Kehidupan Beragama/ Kerukunan Antar Ummat Beragama

Ada berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan beragama/


kerukunan antar umat agama, contohnya yaitu Klaim Kebenaran (Truth
Claim).
Kecenderungan umat beragama berupaya membenarkan ajaran
agamnya masingmasing, meskipun ada yang tidak paham terhadap nilai-nilai
luhur yang terkandung dalam agama yang dia bela tersebut. Namun semangat
yang menggelora kadang kala telah merendahkan orang lain yang tidak
sepaham dengannya meskipun berasal dari satu agama.
Harus diakui keyakinan tentang yang benar itu didasarkan pada Tuhan
sebagai satusatunya sumber kebenaran. Pluralitas manusia menyebabkan
wajah kebenaran itu tampil beda ketika akan dimaknakan. Sebab perbedaan ini
tidak dapat dilepaskan begitu saja dari berbagai referensi dan latar belakang
orang yang meyakininya.
Mereka mengklaim telah memahami, memiliki, bahkan menjalankan
secara murni terhadap nilai-nilai suci itu. Keyakinan tersebut akan berubah
menjadi suatu pemaksaan konsep-konsep gerakannya kepada orang lain yang
berbeda keyakinan dan sepemahaman dengan mereka.
Contoh masalah lainnya adalah doktrin jihad, yang keberadaannya juga
terlihat ditengan tengah masyarakat. Ajaran agama memang doktrin, tetapi
agama memberikan kebebasan kepada pemeluknya untuk menafsirkan teks-
teks kitab suci dalam agama. Belakangan yang terjadi di negara Indonesia
banyak pihak melegitimasi kekerasan atas nama Tuhan, padahal kekerasan
dari perspektif manapun tidak dibenarkan terlebih lagi dari sudut pandang

5
agama, terutama Islam, yang mendeklarasikan kedamaian sebagai inti
ajarannya. Jihad dalam Islam dimulai ketika Nabi saw hijrah dari Mekkah ke
Madinah. Dalam hal ini, harus dimengerti bahwa Madinah adalah semacam
“negara muslim” yang harus mempertahankan eksistensinya melawan orang-
orang Arab dari klan Quraisy ketika itu.
Dari sinilah ajaran Islam tentang jihad itu berkembang. Sebenarnya
tafsiran paling mutakhir tentang jihad selalu bersifat defensif. Dengan
demikian, pada periode modern, pengertian jihad sama sekali tak bermakna
ofensif. Konteks jihad pada fase Madinah saat itu Nabi saw harus
mempertahankan eksistensi komunitas muslim yang dirongrong oleh suku
Quraisy yang berdomisili di Mekkah, beberapa suku Yahudi di Madinah, dan
beberapa suku Badui.

2.4 Solusi Kehidupan Beragama/ Kerukunan Antar Ummat Beragama

Adapun yang menjadi strategi dalam pembinaan kerukunan umat


beragama dapat dirumuskan bahwa salah satu pilar utama untuk
memperkokoh kerukunan nasional adalah mewujudkan kerukunan antar umat
beragama. Dalam tatanan konseptual kita semua mengetahui bahwa agama
memiliki nilai-nilai universal yang dapat mengikat dan merekatkan berbagai
komunitas sosial walaupun berbeda dalam hal suku bangsa, letak geografis,
tradisi dan perbedaan kelas sosial.
Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan
suatu upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup umat
beragama secara mantap dalam bentuk:
• Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama,
serta antar umat beragama dengan pemerintah.
• Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya
mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun
dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan
dan sikap toleransi.
• Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka
memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan

6
agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar
umat beragama.
• Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai
kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya
dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip
berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan
memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
• Dari sisi ini maka kita dapat mengambil hikmahnya bahwa nilai-nilai
kemanusiaan itu selalu tidak formal akan mengantarkan nilai pluralitas
kearah upaya selektifitas kualitas moral seseorang dalam komunitas
masyarakat mulya (Makromah), yakni komunitas warganya memiliki
kualitas ketaqwaan dan nilai-nilai solidaritas sosial.
• Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi
kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan
maupun sosial keagamaan.
• Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan
cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain,
sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
• Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan
bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang
dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Atas semua pemaparan materi yang sudah dijelaskan di atas maka dengan ini
garis kesimpulan yang dapat kami Tarik adalah bahwa kerukunan ialah hidup damai
dan tentram dengan saling toleransi antara masyarakat yang beragama sama
maupun berbeda, kesediaan mereka untuk menerima adanya perbedaan keyakinan
dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang lain untuk mengamalkan
ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat, dan kemampuan untuk
menerima perbedaan. Namun, pada kenyataannya di era reformasi ini terjadi
perbedaan agama dalam kehidupan beragama/kerukunan antar umat beragama yang
kemudian memicu atau sumber dari konflik antaragama seperti Klaim Kebenaran
(Truth Claim) dan Doktrin Jihad.

Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama di era reformasi ini,


maka kita harus bisa memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat
beragama, membangun harmoni sosial dan persatuan nasional, melakukan
eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh
keyakinan plural umat manusia serta menempatkan cinta dan kasih dalam
kehidupan umat beragama.

3.2 SARAN
Adapun saran yang bisa penulis berikan yakni diharapkan kepada masyarakat
khususnya generasi muda dapat memaksimalkan potensi dan menggali pengetahuan
terkait konsep toleransi dalam mengatasi konflik dalam kehidupan
beragama/kerukunan antar umat beragama di era reformasi ini serta dapat
mengimplementasikan atau berperan aktif demi kemajuan bangsa. Pengetahuan dan
konsep itu terdapat dalam filsafah Pancasila yang harus kita pelajari. Masyarakat
harus lebih menyadari bahwa negara Indonesia adalah negara multicultural, sehingga
masyarakat juga harus saling menghargai perbedaan yang ada, agar dapat tercipta
kehidupan yang rukun, sehingga berbagai konflik yang mungkin terjadi, bisa
minimalizirkan bahkan dihilangkan

8
DAFTAR ISI

Bakhtiar, N. (2020). STRATEGI DALAM MEMBANGUN KERUKUNAN


ANTARUMAT. 12.

Mayasaroh, K. (2020). STRATEGI DALAM MEMBANGUN KERUKUNAN


ANTARUMAT. 12.

Nazmudin. (2017). Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalamMembangun


Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI). Journal of Government and Civil
Society Vol. 1.

Armstrong, Karen. “Berperang Demi Tuhan (The Bettle for God)”, Terjemahan, Satrio
Wahono, Muhammad Helmi, dan Abdullah Ali. Bandung: Serambi Ilmu Semesta bersama
Mizan, 2001.

Amal, Taufik Adnan. “Doktrin Jihad Banyak Disalahartikan”,


Kesbangpollinmas. 2018. “Strategi dan Kebijakan Untuk Mewujudkan dan Memelihara
Kerukunan Umat Beragama”,

Anda mungkin juga menyukai