Dosen Pembimbing :
Rahmatullah, S.IP.,M.Si
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
1. Inayah Faradillah (R011211001)
2. Nurul Annisa (R011211015)
3. Raden Bagus Bimo Oktavianto (R011211029)
4. Rezky Arfiani (R011211043)
5. Inaztasya P (R011211057)
6. Azzahra Marsya Syukur (R011211071)
7. Melti (R011211085)
8. Safira Mahrani (R011211099)
9. Sahla Septiana Fauziah (R011211113)
10. Fauziyyah (R011211127)
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNyalah
kami kelompok 1 PAN, dapat menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “Kehidupan
Beragama/ Kerukunan Antar Ummat Beragama”
Makalah ini merupakan salah satu bagian dasar dalam Pancasila terkususnya dalam sila
Ketiga yaitu “Persatuan Indonesia” dan sila keempat “ kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyarawatan perwakilan”. Didalam makalah ini akan dibahas
mengenaibagaimana Konsep, Realita, Masalah, dan Solusi dari judul makalah kami.
Adapun makalah ini kami buat bertujuan untuk menyelesaikan salah satu tugas kelompok
mata kuliah Pendidikan Pancasila. Kami menyadari makalah ini masih belum sempurna, tetapi
kami Kelompok 1 berharap makalah ini dapat berguna bagi orang lain terutama bagi teman
teman dari prodi Ilmu Keperawatan.
Penulis
Page | 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................5
1.3 Tujuan .........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Perwujudan Kesatuan Wilayah/ NKRI..........................................................6
2.2 Realita Perwujudan Kesatuan Wilayah/ NKRI...........................................................6
2.3 Masalah Perwujudan Kesatuan Wilayah/ NKRI.........................................................8
2.4 Solusi Perwujudan Kesatuan Wilayah/ NKRI……………………..……………......9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................11
3.2 Saran ..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….....12
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut pidato Presiden ke-6 Republik Indonesia yakni Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 17 Agustus 2007 dikatakan bahwa bentuk negara Indonesia
yang paling tepat adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Indonesia terdiri
atas wilayah yang luas dan tersebar dengan bermacam adat, suku, keyakinaan serta
budaya.Itu sebagai tujuan dasar menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulatan, adil,
dan makmur.NKRI adalah negara kesatuan yang dibagi atas daerah-daerah, provinsi,
kabupaten/kota.Itu sesuai dengan UUD 1945, Pasal 18 ayat (1).”Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah itu dibagi atas
kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”.Sehingga negara
diselenggarakan berdasarkan prinsip kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara
demokratis, yang dibentuk melalui pemilihan umum (Pemilu).Itu terkandung dalam UUD
1945 pasal 1 ayat (2).”Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-undang Dasar”.
Page | 4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Page | 5
BAB II
ISI
Masing-masing negara di dunia memiliki bentuk negara, tidak terkecuali Indonesia. Berangkat
dari sejarah yang panjang atas perebutan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan melalui perdebatan
panjang para the founding fathers republik ini, maka bersepakatlah Negara Kesatuan (unitaris)
adalah keputusan final dari bentuk Negara Indonesia.Walaupun di awal-awal menjelang
kemerdekaan, perdebatan yang begitu banyak menguras energi saat itu adalah perdebatan tentang
dasar negara Indonesia (philosofiche grondslag).Bentuk pemerintahan yang sudah disepakati
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan pilar yang terdiri dari
Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Pasal 25A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan
wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang”. Wawasan
nusantara sebagai konsep kesatuan wilayah, artinya wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-
ribu pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh lautan harus dijaga dan diusahakan tetap
menjadi satu kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya.
Adapun “Negara Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik”. NKRI
adalah negara kesatuan yang dibagi atas daerah-daerah, provinsi, kabupaten/kota. Itu sesuai
dengan UUD 1945, Pasal 18 ayat (1).artinya negara Indonesia terdiri dari beberapa provinsi,
kabupaten dan kota dengan pemerintah daerah sebagai Pengawasan atas pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah dan pemerintah pusat sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan.
Untuk mengetahui tipe atau model negara kesatuan yang dianut oleh NKRI di era
reformasi, kita harus melihat kepada ketentuan UUD 1945 hasil perubahan dan UU tentang
Pemerintahan Daerah yang (pernah) berlaku pada masa reformasi. Jika UUD 1945 hasil
perubahan dan UU tentang Pemerintah Daerah yang (pernah) berlaku pada masa reformasi
menghendaki adanya pemancaran urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dalam NKRI, maka NKRI dikategorikan sebagai negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi (unitary state by decentralization). Sebaliknya, jika UUD 1945 hasil perubahan dan
UU tentang Pemerintahan Daerah yang (pernah) berlaku pada masa reformasi tidak menghendaki
adanya pemancaran urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
NKRI, maka NKRI dikategorikan sebagai negara kesatuan dengan sistem sentralisasi.
Kalau diperhatikan ketentuan Bab VI UUD 1945 yang mengatur tentang Pemerintahan
Daerah, khususnya Pasal 18 dan Pasal 18B maka tampaklah bahwa dalam rangka untuk
menjalankan urusan pemerintahan secara efektif dan efisian dalam NKRI, wilayah NKRI dibagi
atas daerah-daerah propinsi dan daerah-daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
mana setiap daerah propinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur
dengan UU. Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Urusan pemerintahan yang dapat diatur oleh pemerintah daerah propinsi, kabupaten
dan kota adalah semua urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh UU
ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Bahkan lebih jauh lagi, NKRI mengakui dan
menghormati daerah yang bersifat khusus atau yang bersifat istimewa 40 dan juga satuan-satuan
masyarakat hukum adat besert ahak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI. Dengan demikian terlihat bahwa UUD 1945 hasil
perubahan menghendaki adanya pemancaran urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam NKRI. Oleh karena itu NKRI disebut negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi.Beberapa UU tentang Pemerintahan Daerah yang (pernah) berlaku pada masa
reformasi yang di dalamnya mengatur tentang desentralisasi dan otonomi daerah di antaranya
yakni; UU No. 22 Tahun 1999, UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Page | 7
2.3 Masalah Perwujudan Kesatuan Wilayah/ NKRI
Untuk melaksanakan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab, wilayah NKRI dibagi
ke dalam daerah propinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bersifat otonom. Di samping
sebagai daerah otonom, daerah propinsi juga sebagai wilayah administrasi dengan pertimbangan
untuk memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam kerangka NKRI. Daerah
otonom provinsi dan daerah otonom kabupaten/kota di atas, tidak mempunyai hubungan hirarki
satu sama lain, tidak saling membawahi. Ketentuan ini menimbulkan banyak persoalan,
khususnya mengenai hubungan vertikal antara pemerintah darah kabupaten/kota dengan daerah
propinsi.
Kalau diperhatikan ketentuan Bab VI UUD 1945 yang mengatur tentang Pemerintahan
Daerah, khususnya Pasal 18 dan Pasal 18B maka tampaklah bahwa dalam rangka untuk
menjalankan urusan pemerintahan secara efektif dan efisian dalam NKRI, wilayah NKRI dibagi
atas daerah-daerah propinsi dan daerah-daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
mana setiap daerah propinsi, kabupaten dan kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur
dengan UU.37 Pemerintah daerah propinsi, kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.38 Urusan pemerintahan yang dapat diatur oleh pemerintah daerah propinsi,
kabupaten dan kota adalah semua urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh
UU ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.39 Bahkan lebih jauh lagi, NKRI mengakui dan
menghormati daerah yang bersifat khusus atau yang bersifat istimewa 40 dan juga satuan-satuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI 41.
Dengan demikian terlihat bahwa UUD 1945 hasil perubahan menghendaki adanya
pemancaran urusan pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam
Page | 9
NKRI.Oleh karena itu NKRI disebut negara kesatuan dengansistem desentralisasi (unitarystate
by decentralization).
Page | 10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Wawasan nusantara sebagai konsep kesatuan wilayah, artinya wilayah Indonesia yang
terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh lautan harus dijaga dan
diusahakan tetap menjadi satu kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan
kekayaannya. Realita NKRI di Era Reformasi merupakan negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi. NKRI dapat disebut dengan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang
federalistik karena kedua UU tersebut menekankan penggunaan asas dekonsentrasi sangat
terbatas dan penggunaan asas desentralisasi (murni) dengan penekanan titik berat pada
otonomi daerah, sehingga titik pangkal urusan pemerintahan menjadi kewenangan daerah
otonom, sisanya baru menjadi kewenangan pemerintah pusat seperti yang lazim pada negara
federal.
3.2 SARAN
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnya makalah ini. Penulis juga berharap kepada
pembaca dapat mengambil pelajaran atau pengetahuan setelah membaca dan memahami
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas.com. NKRI: Latar Belakang, Makna dan Tujuan.11 februari2020.Pukul 18:00
WIB.Diakses pada 12 September 2021. Tersedia dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/11/180000169/nkri-latar-belakang-
makna-dan-tujuan?page=all.
Page | 12