Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PAK MASYARAKAT MAJEMUK

DASAR TEOLOGIS PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

OLEH :

NAMA : 1. SINTA PATRICIA SINAGA

2. MARTINA LABORA NAINGGOLAN

GRUP / SEM : F / IV

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

MATA KULIAH : PAK MASYARAKAT MAJEMUK

DOSEN : Dr. WILSON SIMANJUNTAK

JURUSAN PENDIDKAN AGAMA KRISTEN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI TARUTUNG

SUMATERA UTARA

TAHUN AJARAN 2020 / 2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
pertolongan-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan seusai waktu yang di
tentukan.Penulisan makalah ini dibuat sebagai media pembelajaran di Institut Agama Kristen
Negeri Tarutung (IAKN) dalam rangka memenuhi tugas di perguruan tinggi yang berkaitan
dengan bahan pembelajaran.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan kata atau kalimat dan tata letak dalam
makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kekhilafan, baik kata atau kalimat dan
tata letak.
Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat
di harapkan dan akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, penyusun, dan mahasiswa.

Tarutung, 03 Maret 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...…………………………...…………………………..………i

DAFTAR ISI….…………………………………………………………………………….... ii

BAB. I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH……......……………………………...……….4

B. RUMUSAN MASALAH ………...….……………………………………..……...4

C. TUJUAN …………………………………….......………………………..………..4

BAB.II PEMBAHASAN

1. DASAR TEOLOGIS PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK……………..5

2. HETEROGENITAS BANGSA INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA….6

3. PLURALISME AGAMA SEBAGAI PERSOALAN TEOLOGIS……………….8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………..………………………….10

B. SARAN……………………………………………………………………………10

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………...............................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan soal yang amat penting dalam kehidupan
gereja dan umat-Nya. Sejak gereja yang paling tua hingga gereja di abad modern ini gereja
terus menggumuli peranan PAK dalam kehidupan Kristen Pertama tama bahwa PAK adalah
merupakan tugas utama gereja kemudian berkembang ke luar gereja, lingkungan keluarga
masyarakat hingga lingkungan pendidikan.

Kehadiran PAK di tengah tengah masyarakat majemuk menjadi amat penting agar orang
orang percaya dapat hidup dan mengaplikasikan imannya dalam hidup sehari-hari. Oleh
karena itu, PAK menjadi sarana penting dalam pembentukan spiritualitas peserta didik, agar
mampu menghadirkan dirinya serta berperan aktif di dunia sekitarnya yang majemuk.

B. Rumusan Masalah

1. Apa dasar teologis PAK dalam Masyarakat Majemuk ?


2. Apa heterogenitas bangsa Indonesia dan permasalahannya ?
3. Bagaimana pluralisme agama sebagai persoalan teologis ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dasar teologis PAK dalam Masyarakat Majemuk


2. Untuk mengetahui heterogenitas bangsa Indonesia dan permasalahannya
3. Untuk mengetahui pluralisme agama sebagai persoalan teologis
BAB II

PEMBAHASAN

1. Dasar Teologis PAK dalam Masyarakat Majemuk

Dasar Teologis merupakan salah satu bagian dari sub topik pembahasan dari Mata
Kuliah Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat Majemuk atau sering disingkat PAK
dalam Masyarakat Majemuk. Dasar teologi yang saya maksud dalam sub topic ini dapat
dipaparkan sebagai berikut:

Dasar teologis tentang masyarakat majemuk dalam uraian ini tidak bersifat biblika yaitu
mencari refrensi ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan masyakat majemuk, kemudian
dicari makna aslinya (eksegesis). Usaha eksegesis itu sangat penting. Akan tetapi dalam
usaha memahami dasar teologis tentang masyarakat Pluralisme Indonesia, saya menggunakan
pendekatan teologis-filosofis. Yang saya maksudkan dengan pendekatan filosofis-teologis
yaitu pembicaraan topik-topik tertentu secara lintas teks Alkitab, usaha memahami lintas teks
ini bermaksud merangkum pemahaman tentang masyarakat majemuk.

Ketika kita membicarakan masyarakat majemuk, kita perlu meletakkan percakapan


masyarakat majemuk dalam dasar yang disebut dengan dasar teologis dan paedagogis. Jika
demikian apa dasar teologis dan Paedagogis dalam masyarakat majemuk. Upaya membahas
dasar teologis dan Paedagogis dalam masyarakat majemuk utama dan pertama kita dasarkan
pada Alkitab dan sumber-sumber teologi (hasil pemikiran para teolog). Sumber teologi kedua
ini tentulah didasarkan pada Alkitab. Artinya pemahaman para teolog tentang sikap Kristen
terhadap penganut agama-agama lain tentunya didasarkan pada Alkitab. Sedangkan akan
sumber pertama yaitu Alkitab yang diyakini gereja sebagai kanon patut dijadikan sebagai
sumber utama berteologi tentang sikap Gereja/Kristen/guru agama Kristen/pendidik Kristen
terhadap pluralisme agama. Akan maksud demikian mungkin terbersit pertanyaan: Apakah
Alkitab menyaksikan tentang masyarakat majemuk/pluralisme?. Bila kita katakan ya, maka
segera muncul pertanyaan, apakah Alkitab adalah kitab masyakat majemuk? Jawabannya
tentu tidak. Alkitab bukan kitab masyarakat majemuk tetapi kitab yang menyaksikan salah
satu realitas yaitu masyakat majemuk. Alkitab memulai kesaksiannya tentang masyarakat
dengan dua manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa (bnd. Kej. 2), manusia itu beranak cucu
dan berkembang dari masa ke masa sampai terbentuknya suatu kelompok masyarakat yang
agamis, yaitu umat Israel dengan kelompok masyarakat yang menyembah dewa-dewa.
Berbeda secara agamawi, selain itu perkembangan manusia melahirkan perbedaan-perbedaan
dalam sosial, budaya, kekuasaan (politik), ekonomi dan lain-lain. Tegasnya Alkitab
menyaksikan tentang masyarakat majemuk yang dimulai dengan Adam dan Hawa, Kain,
Habel, Zet, Nuh, Abraham dan seterusnya sampai umat Israel. Tuhanlah yang menciptakan
manusia, entah itu manusia yang saleh maupun manusia berdosa termasuk manusia yang
kafir adalah ciptaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan manusia kafir, Tuhan menciptakan
manusia, dan dalam perkembangannya ada manusia yang percaya kepada TUHAN dan ada
pula yang tidak percaya. Bagian ini menyangkut doktrin pilihan yang dapat dipercakapkan
dalam Dogmatika (Soteriologi).Tegasnya secara teologis anggota dari masyarakat majemuk
yaitu manusia adalah ciptaan Tuhan. Kitab Kejadian dan kitab-kitab dalam Alkitab
membenarkan hal itu. Manusia dari suku, budaya, tingkat social, agama manapun, tetap
manusia adalah ciptaan TUHAN.

2. Heterogenitas Bangsa Indonesia dan Permasalahannya

Ada beberapa sikap masyarakat dalam kaitannya dengan kerukunan antar umat
beragama. Sikap ini dipengaruhi oleh pola pikir pengalaman keagamaan dalam kemampuan
memahami sesama manusia.

A. Eksklusivisme

Eksklusivisme merupakan sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai agama yang
paling benar dan baik. Sikap fanatisme sempit seperti ini akan melahirkan berbagai konflik
seperti perpecahan, atau perseteruan antar umat beragama Eksklusivisme merupakan pola
umum yang ada sejak abad pertengahan dan makin menipis seiring dengan perkembangan
paradigma berpikir masyarakat Hingga saat ini, sikap tersebut masih men. dominasi beberapa
kelompok kecil pemeluk agama agama di dunia maupun di Indonesia.

B. Inklusivisme

Inklusivisme adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama lain dengan
eksistensinya, tetapi tetap memandang agamanya sebagai satu-satunya jalan menuju
keselamatan. Misalnya agama Kristen dapat mengakui keberadaan agama lain tetapi
keselamatan hanya terjadi melalui Yesus Kristus.
C. Pluralisme

Pluralisme adalah sikap dapat menerima menghargai, dan memandang agama lain
sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif pandangan
seperti ini maka tiap umat beragama ter panggil untuk membina hubungan solidaritas dialog
dan kerja sama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih
berpengharapan dengan penganut agama lain.

Situasi global masa kini menyebabkan mobilitas manusia antai negara dan bangsa
sangatlah tinggi. Tidak ada manusia yang mampu mengisolir diri dari pengaruh global Oleh
karena itu sangatlah penting bagi kita untuk membuka din dan bergaul dengan orang yang
tidak hanya berbeda agama tetapi juga suku dan budaya Pluralisme antar agama bukanlah
merupakan sesuatu yang asing bug gereja gereja di Indonesia Ada berbagai kendala yang
muncul dalam upaya mewujudkan pluralisme Indonesia antara lain:

Sikap fanatisme yang sempit masih banyak pe nganut agama di indonesia yang belum
memiliki pemahaman pluralisme karena memandang agama sebagai satu satunya agama yang
paling benar. Pemahaman seperti ini melahirkan sikap saling curiga di antara pemuluk
agama. Pada akhirnya muncul konflik agama yang diserta kekerasan dan dendam. Agama
dipolitisir agama dapat dijadikan kendaraan politik dalam rangka mencapai tujuan tertentu
Agama diprovokasi untuk saling bermusuhan.

Agama-agama haruslah menjadi sumber motivasi untuk bagi para penganutnya masing-
masing menjadi warga negara yang bertanggung jawab Dengan demikian maka setiap agama
di Indonesia dapat memberikan dasar etik dan moral yang kuat kepada kehidupan berbangsa
dan bernegara

Pluralitas agama mendapatkan perhatian pemerintah Ikut sertanya pemerintah dalam


berbagai urusan agama didukung oleh tiga motivasi yakni :

1. Motif histons, Pemerintah Indonesia selalu ikut dalam urusan hidup keagamaan
masyarakat Indonesia dengan alasan kerukunan hidup beragama
2. Pandangan teologis agama Islam melihat bahwa agama tidak terpisahkan dengan
pemerintah
3. Motif politik, pemerintah mempunyai jaminan yang kuat bahwa dengan ikut sertanya
pemerintah mengatur masalah-masalah keagamaan akan dapat diciptakan kerukunan
dan keamanan nasional yang merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan pem:
bangunan bangsa dan negara

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam perannya di tengah-tengah bangsa dan negara
di antaranya adalah

a) Agama harus menjauhi sikap-sikap totaliter dan terus menerus mengadakan kritik diri
Eksistensi agama mendasarkan din pada iman kepada Tuhan. Terhadap Sang Pencipta
manusia selalu masih dalam per Intaran maka harus menyempumakan din ton
manerus
b) Tokoh-tokoh agama harus memiliki pengetahuan empiris yang tangguh khususnya
dalam masalah masalah kemasyarakatan. Para agamawan dapat bekerja sama untuk
membangun masyarakat
c) Agama tidak cukup hanya membatasi diri pada upacara upacara keagamaan
melainkan agama Dars turut mengumuti masalah-masalah yang ber kakan dengan
pergumulan pergumulan bersama dalam masyarakat
d) Harus ada keberanian atas dasar kejujuran iman dengan komitmen yang kuat
sekaligus kritis untuk menghadap bidang-bidang yang mengandung red besar bagi
tembaga agama tapi bertujuan untuk ke ahteraan masyarakat

Pluralitas bangsa Indonesia merupakan keunikan semua kekayaan yang harus disyukuri
Hidup dalam Diuraitas menuntut tingkar oleransi serta solidaritas yang tinggi Terutama
dengan globalisasi telah menghasilkan suatu dunia baru di mana masyarakat menjadi sangat
heterogen dalam satu witayah tempat tinggal maka so gantas dan tolerans menjadi syarat
utama dalam membangun kehidupan bersama.
Bangsa Indonesia tengan menghadapi krisis d berbagai bidang kehidupan serta
menghadapi tan menuju kehidupan demokrasi sedang menghadapi un dan kekerasan yang
beruansa agama suku dan budaya Menghadapi kenyataan tersebut maka toleransi da
solidantas haruslah dibangun secara terus menerul dalam rangka memperkuat sendi sendi
kehidupan bangsa.

3. Pluralisme Agama sebagai Persoalan Teologis

Apa kata Alkitab mengenai pluralisme? Yesus adalah tokoh pluralisme sejati la
memerintahkan pengikut Nya untuk mengasihi sesama manusia tanpa kecuali dengan tidak
memandang suku agama kebudayaan dan kelas sosial Melalui perumpamaan "Orang Samana
yang Murah Hati menjadi jelas bahwa sikap Yesus tidak meman dang perbedaan suku, ras,
dan agama sebagai kendala untuk menyampaikan cinta kasih dan damai sejahtera.

Dan ketiga sikap (eksklusivisme. inklusivisme, dan pluralisme) yang telah dipaparkan
sebelumnya pluralisme merupakan tuntutan yang harus ditindaklanjuti oleh tiap orang Kristen
dalam rangka melakukan misi sebagai pembawa kabar damai sejahtera dan pembawa damai
sejahtera dalam kehidupannya.

Kitab Taurat Yahudi mencatat bagaimana Israel di- pisahkan dari banyak sekali agama
berbeda di zaman Timur kuno Orang-orang Yahudi menemukan asal usulnya pada Abraham
yang meninggalkan Meso potamia dan berpindah ke Kanaan Perjalanan Abraham itu
mempunyai arti penting keagamaan yaitu selain meninggalkan Mesopotamia juga
meninggalkan dewa dewi duniawi berhala berhala dan dewa-dewi alam dengan maksud
untuk berbakti kepada Allah yang adalah pencipta langit dan bumi Menurut pemikiran
Yahudi kejadian mana dai munculnya bukan saja sebuah bangsa baru melainkan juga sebuah
gagasan keagamaan baru satu Allah, pencipta, yang terpisah dari dan mengatasi semua
ciptaan.

Di dalam perkembangannya selama abad pertengahan komunitas Yahudi terpencar-


pencar namun sebetul nya agama Yahudi merupakan sebuah masyarakat yang tertutup.
Orang-orang Yahudi hidup sebagai satu kelompok yang kaku dalam sebuah masyarakat
Akibat dan modernitas sekarang orang-orang Yahudi bebas berhubungan dengan orang-orang
bukan Yahudi Ke- nyataan ini telah memberikan profil yang baru pada hubungan antara
agama Yahudi dan agama-agama lain.

Perbedaan-perbedaan keagamaan menjadi tantang. an untuk membuat agama tetap hidup


dan segar Namun keanekaragaman hanya mungkin apabila agama-agama ikut serta terlihat
dalam diskusi demi kebutuhan akan perspektif ekumenis Pluralisme keagamaan yang dilihat
dengan kacamata ini, dinilai baik bagi semua agama Namun pandangan pluralisme seperti ini
mendapat tantangan keras dan kelompok Kristen Injili dan pada umumnya gereja-gereja di
Indonesia Kita bisa berdamai dan rukun dengan penganut agama lain tetapi kita tidak
menerima ada keselamatan dalam agama lain ko bersamaan kita hanyalah sebatas insani
bukan imani.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan Agama Kristen di tengah-tengah heterogenitas di Indonesia memanglah


sangat diperlukan agar orang-orang percaya sebagai pengikut Kristus tidak boleh tertutup
atau menghindarkan diri dari dunia sekitarnya, melainkan dengan penuh keberanian dan
berlandaskan kasih mendemonstrasikan kasih Allah di tengah-tengah dunia. Kehadiran orang
percaya haruslah dapat menjadi berkat dan garam dunia di tengah-tengah lingkungan
sekitarnya.

Dalam Arah PAK di tengah-tengah kemajemukan haruslah berfokus pada kehidupan


Yesus Kristus sebagai sang Kepala Gereja, dengan cara yaitu Belajar Hidup dalam
Perbedaan, Membangun Saling Percaya, Memelihara Saling Pengertian, Adanya Sikap Saling
Menghargai, Perjumpaan Lintas Agama.

B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya mengalami banyak
kekeliruan. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, dikarenakan kami masih
dalam tahap pembelajaran. Maka dari itu kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun sehingga kami lebih baik di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

John M. Nainggolan, S.Th., MA., M.Th. 2009. PAK (Pendidikan Agama Kristen)
Dalam Masyarakat Majemuk Pedoman Bagi Guru Agama Kristen Dalam Mengajar.
Bandung : Bina Media Informasi.

JURNAL.

Anda mungkin juga menyukai