Anda di halaman 1dari 100

DIKTAT KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


Untuk Mahasiswa

Disunting oleh:

P. StevanUS Alo, OSA


(Materi ini diambil dari beberapa SUmber pembelajaran kemUdian dipadUkan menjadi SebUah diktat
perkUliahan yang digUnakan Secara intern di UniverSitaS Negeri PapUa-UNIPA)

(EDISI REVISI)

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA


2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Perguruan Tinggi Umum menyelengarakan Pendidikan Agama Katolik untuk membentuk


mahasiswa menjadi Sarjana yang beriman kepada Allah menurut pola Yesus Kristus dengan
senantiasa mempertanggungjawabkan imannya dalam hidup menggereja dan bermasyarakat.
Sebagai seorang sarjana yang beragama Katolik, seorang mahasiswa diharapkan mampu memiliki
kualifikasi yang dibutuhkan. Ia harus unggul secara intelektual, anggun secara moral, berkompeten
dibidangnya, menguasai IPTEK, memiliki komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi aktif dalam
berbagai peran sosial yang ada di masyarakat.
Dalam buku ajar ini disajikan materi-materi pokok yang berisi tentang berbagai persoalan
dasar yang dihadapi manusia dan berusaha untuk memecahkannya dalam rangka membangun
hidup yang bermartabat, makna agama dan persoalannya dalam kehidupan, hidup dan karya Yesus
Kristus yang dituliskan dalam Kitab Suci dan diwartakan oleh Gereja, wajah Gereja Indonesia
sejarah, hakikat dan sifat-sifat Gereja serta situasi kehidupan masyarakat masa kini dengan
berbagai persoalannya dan tanggungjawabnya sebagai umat beriman.
Materi-materi dalam buku ajar ini diambil dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai
bahan ajar dalam Pendidikan Agama Katolik di Universitas Negeri Papua (UNIPA). Besar harapan
kami semoga bahan ajar ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam menggumuli berbagai persoalan
yang berkaitan dengan hidup dan imannya, dan pada akhirnya mampu mewujudkan imannya
dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat.

Revisi

P. Stevanus Alo, OSA

ii
KONTRAK PERKULIAHAN

1. MANFAAT MATA KULIAH


Dengan menerima pendidikan Agama Katolik, mahasiswa memperoleh bekal
pengetahuan dan pengalaman belajar tentang menjadi orang katolik yang memahami
nilai-nilai luhur martabat manusia, membangun hubungan dan dialog antar agama,
mengenal hidup dan karya Yesus dan dapat mewujukan dalam kehidupan sehari-hari di
tengah-tengah masyarakat sebagai bentuk tugas dan tanggung jawab umat beriman
sebagai anggota Gereja

2. DESKRIPSI MATERI
Pendidikan Agama Katolik merupakan bagian atau cabang ilmu yang terkait dengan
keyakinan yang melandasi manusia dalam bertindak dan bersikap. Penekanannya adalah
pada penerapan nilai-nilai kehidupan beragama yang diterapkan dalam melaksanakan
profesi mahasiswa, termasuk bersikap dalam kehidupan sosial dan dalam berbagai lini
kehidupan.

3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menguasai konsep tentang manusia dan martabatnya, hidup beragama, hidup
dan karya Yesus Kristus, Gereja dan karya perutusannya (Penguasaan Materi/
Kognitif).
a. Mempertanyakan tentang manusia dan martabatnya.

b. Menganalisis makna hidup beragama, membangun kerjasama dengan


umat beragama lain dan menanggapi masalah-masalah aktual dewasa ini.
c. Mengenal dan memahami hidup dan karya Yesus Kristus
d. Menganalisis gambaran hidup Gereja, Sakramen dan karya perutusannya.
5. Mampu menerapkan tujuan dari Pendidikan Agama Katolik (Kemampuan
kerja/ Psikomotor).
f. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai
dengan hati nurani.
g. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan
serta cara-cara pemecahannya.
h. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
i. Memiliki kemampuan untuk memaknai setiap peristiwa dan pengalaman religious
iii
untuk membangun hidup yang lebih baik.
j. Memiliki kemampuan untuk mewujudkan iman di tengah masyarakat/dunia
6. Mampu mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung-jawab (Kemampuan
Manajerial).
c. Menjadikan nilai-nilai kekatolikan sebagai dasar perilaku dalam kehidupan
sehari- hari.
d. Bertanggung-jawab dalam mewujudkan iman di masyarakat.
7. Bersikap dengan berlandaskan pada ajaran-ajaran Yesus Kristus (religius, etis,
humanis, toleransi, kreatif, komunikatif, kerjasama, dll) (sikap dan tata nilai/ afektif).
j. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious
k. Menjunjung tinggi nilkai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan
agama, moral danetika.
l. Berjiwa toleransi/ menghargai keberagaman dan menjunjung tinggi keadilan.
m. Disiplin dalam menganalisis dan menyajikan tugas terkait Pendidikan
Agama Katolik.
n. Bekerjasama dalam melakukan analisis terkait kehidupan/ pembangunan di
Indonesia.

o. Bekrjasama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap


masyarakat dan lingkungan.
p. Komunitatif dalam penyajian hasil analisis terkait masalah-masalah sosial.
q. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan dibidang keahliannya
secara mandiri.
r. Menerapkan ajaran iman dan moral Katolik dalam kehidupan sehari-hari (di
keluarga, kampus dan masyarakat luas).

iv
4. ORGANISASI MATERI

Gereja dan Karya Perutusannya Iman Yang Memasyarakat

GEREJA

Hidup dan Karya Yesus Allah Tri Tunggal

YESUS KRISTUS DAN KARYA


PENYELAMATANNYA

Pluralitas Agama Kerukunan Antar Umat Beragama

AGAMA SEBAGAI JALAN HIDUP


MANUSIA MENUJU KEBAHAGIAAN

Pandangan Tentang Martabat Manusia


Asal-usul Manusia

MANUSIA

MENJADI ORANG KATOLIK

TAMBAHAN

IMAN DAN WAHYU, SAKRAMEN-


SAKRAMEN GEREJA
DAN LITURGI GEREJA

v
5. STRATEGI PERKULIAHAN
a. Daring (virtual Aplikasi Zoom dan Non Virtual aplikasi Telegram) dan Luring

b. Metode: SCL (Penjelasan, sharing, Discovery Learning, Cooperaative Learning,


Small Group Discussion, Contextual Instruction, Problem Based Learning)
c. Media: During and Luring

6. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN
6.1. Bahan/Sumber bacaan Utama
1. Buku Pendidikan Agama Katolik untuk Perguruan Tinggi (Direktorat Jendral
Pembelajaran kemahasiswaan (Cetakan 1 2016: Akses pada laman:
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/5-PendidikanAgamaKatolik.pdf)
2. Diktat Kuliah Pendidikan Agama Katolik, sebuah Ringkasan Ulang. P. Stevanus Alo,
OSA (2020)
3. Alkitab Deutero-kanonika. Ende-Flores, NTT, 2001
6.2. Bahan/sumber Bacaarn lainnya
a. Franz Dahler, Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2000
b. Josef Bouman SVD, Telaah Pastoral Tentang Manusia. Jakarta Celesty Hironika, 2000, hal
184-166
3. KWI, Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta, Obor, 1996
c. Alfra Siauwarjaya, Th. Huber SJ. Mengena Iman Katolik. Jakarta, Obor, 1987
d. KWI, Iman Katolik Buku informasi dan Referensi. Jakarta: Obor dan
Yogyakarta: Kanisius, 1996, hal 1-17
e. Tom Jacobs SJ, Imanuel: Perubahan dan Perumusan Iman akan Yesus Kristus.
Yogyakarta: Kanisius, 2000
f. Yos Lalu ,Pr. Yesus Mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah. Jakarta: Komisi ateketik
KWI, 2000
g. Leonardo Boff, Allah Persekutuan: Ajaran Tentang Allah Tritunggal. Ende:
LPBAJ, Arnoldus, 1999
h. David Amfostis, SVD, Merenungkan Allah Tritunggal. Jakarta: Celesty Hieronika, 2000
i. Tom Jacobs, SJ. Gereja Menurut Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius, 1987
j. Franz Magnis Suseno, SJ. Gereja Katolik Indonesia Menjelang Tahun 2000.
Tantangan dan Harapan, dalam Spektrum XXVIII: 2 (2000)) 75
k. Al. Andang. Agama Yang Berpijak dan Berpihak. Yogyakarta: Kanisius, 1998
l. Nota Pastoral KWI 2004: “Keadaban Publik Menuju Habitus Baru Bangsa”
m. www.vatican.va. Tentang Ajaran Sosial Gereja.
n. B. Kieser, SJ. Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1992
vi
2. TUGAS MATA KULIAH
Diskusi, laporan hasil diskusi, paper/makalah, presentasi, argumentasi, pengamalan iman
Katolik.

3. KRITERIA PENILAIAN MATA KULIAH


a. Evaluasi perkuliahan diperoleh dari evaluasi proses perkuliahan dan evaluasi akhir
perkuliahan berdasarkan penugasan individual dan/atau berkelompok, ujian tengah
semester, ujian akhir semester, dan observasi kinerja mahasiswa melalui performance
lisan dan tertulis. Adapun aspek lain yang akan di nilai ialah tentang keterlibatan
Mahasiswa dalam kehidupan menggereja, terlibat dalam satu bentuk organisasi/kegiatan
grejawi seperti, OMK, Pembimbing atau pendamping dan Aktif dalam mengikuti Ibadah
dan Ekaristi pada Hari Minggu
b. Penilaian akan dilakukan oleh pengajar dengan menggunakan kriteria yang telah
ditentukan oleh pihak Universitas Papua sebagai berikut:
Nilai Point Rentang
dalam skor
Huru
f
A 4,0 85-100
B 3,0 73-84
C 2,0 65-72
D 1,0 53-64
E 0 00-52

c. Pembobotan nilai adalah sebagai berikut:


Nilai Tugas : 20%

UTS :

25%

UAS : 30%

Keaktifan : 15%
Keterlibatan dalam kehidupan menggereja: 10 %

d. Keterlambatan dalam pengumpulan tugas akan mengurangi point penilaian


sesuai dengsn kesepakatan bersama
e. Apabila mahasiswa menunjukkan gerak-gerik mencurigakan selama UTS dan
UAS tersebut, atau ditemukan mencontek/memberikan contekan, akan

vii
mendapatkan akan memperoleh nilai D pada mata kuliah Sistem Operasi
sesuai kesepakatan bersama diawal perkuliahan.

vii
i
f. Mahasiswa diharuskan mengikuti tatatertib perkuliahan seshai dengan
peraturan yang telah ditetapkan oleh universitas berpakaian rapi, sopan,
bersepatu, disiplin dan datang tepat waktu.
Bab I
MANUSIA
Pengantar

Setiap orang baik yang beriman maupun yang tidak beriman sepakat bahwa segala
sesuatu di dunia ini diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncak ciptaan. Apakah
manusia itu? Dahulu dan sekarang terdapat banyak pandangan dan pendapat yang sama
maupun bertentangan. Manusia seringkali menyanjung dirinya sebagai tolak ukur yang mutlak,
atau merendahkan dirinya hingga sampai pada ambang keputusasaan; dan s ebagai akibatnya
ia merasa bimbang dan gelisah. Berbagai kesulitan yang dialami manusia turut pula dirasakan
oleh Gereja. Berkat karya Allah yang mewahyukan diri, Gereja diterangi sehingga mampu
menjawab persoalan-persoalan seputar manusia, melukiskan keadaan manusia yang
sesungguhnya, menjelaskan kelemahan serta martabat dan panggilannya.
Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut “gambar dan rupa Allah”
artinya manusia secitra dengan Allah. Karena itu ia mampu mengenal dan mengasihi
penciptanya. Sejak diciptakan, manusia telah ditetapkan sebagai “tuan” atas ciptaan lain (Kej
1:26; Keb 2:33), untuk menguasai dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah (Sir 17:3-
10). Penulis Kitab Mazmur melukiskan dengan indahnya tentang manusia: “Apakah manusia,
sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?
Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan
kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-
galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7)

A. PANDANGAN TENTANG ASAL USUL MANUSIA

1. Pandangan Sains Tentang Asal-Usul Manusia.

a. Teori Evolusi

Berbagai pandangan tentang asal-usul manusia di jaman modern ini dikalahkan


oleh TEORI EVOLUSI yang muncul pada abad 19. Teori ini mengulas tentang
bagaimana asal-usul manusia yang terus berevolusi dari tingkatan yang paling rendah
sampai pada tingkatan yang paling tinggi. Melalui pembuktian-pembuktian dilakukan,
para ahli penganut teori evolusi agama bersikap kompromi. Kompromi tersebut dikenal
dengan “teori evolusi terbatas” yang bersifat moderat. Pandangan pokoknya adalah
bahwa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia selama ribuan tahun benar-benar
mengalami mutasi (perubahan) yang tidak sedikit. Namun mereka menolak mengakui
adanya penyeberangan antara tingkatan mahluk yang satu menuju tingkatan mahluk yang
lain. Jadi mutasi benda tak berhayat menuju tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan
menuju binatang, dan dari binatang menuju manusia tetaplah disangkal dengan kerasnya.
Yang terutama ditolak adalah gagasan bahwa manusia seluruhnya, jiwa dan badan,
berasal dari binatang. Hal ini karena pihak ilmu pengetahuan pun belum bisa
membuktikan secara meyakinkan dengan teori “missing link”nya.
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

b. Pandangan filosofis

Menghadapi permasalahan hidup seperti tersebut di atas, manusia berusaha


dengan berbagai kemampuannya untuk mengatasinya. Pertanyaan besar yang selalu
mengganggu pikiran manusia adalah mengenai asal-usulnya. Menurut Frans Dahler
usaha untuk menjawab hal ini menjadi pangkal lahirnya mitos-mitos, dongeng-dongeng
kuno, berbagai macam filsafat dan agama-agama. Sejak ribuan tahun lamanya, manusia
menciptakan gambaran akan asal-usulnya sendiri. Dengan segala kemampuannya, ia
berusaha memuaskan nafsu dan kehausan untuk mengetahui asal-usulnya sendiri. Dari
manakah manusia berasal? Bagaimana ia diciptakan? Bagaimanakah manusia
berkembang sehingga memiliki daya rohani yang agung sekaligus yang membedakannya
dengan binatang?
Bangsa-bangsa primitif di Afrika, Asia dan Australia bicara tentang semacam
“Tuhan purba” yang menciptakan manusia. Sedangkan agama-agama polytheis dari
jaman kuno maupun jaman modern membayangkan adanya “Tuhan jamak”, dewa-dewi
yang menciptakan dunia dan manusia. Sebaliknya ada aliran filsafat yang pengaruhnya
terasa pada agama Hindu dan Buddha yang justru menyangkal adanya “ciptaan”. Manusia
dalam pandangan itu dikatakan merupakan unsur dalam “Dunia Ilahi” yang sudah selalu
ada. Alam semesta bersama manusia di dalamnya merupakan kenyataan ilahi, dan alam
ini berputar tanpa henti-hentinya dalam lingkaran reinkarnasi, lingkaran tertutup, dari
kekal sampai kekal.
Demikian pula berdasarkan pengalaman eksistensi manusia yang selalu berhadapan
dengan “baik” dan “buruk” maka berkembanglah aliran filsafat dualisme yang
menyatakan bahwa asal dunia ini dari dua prinsip, dua sumber yaitu sumber kebaikan
(Allah) dan sumber kejahatan (Iblis, setan dsb).

1) Pandangan filosofis Kristen, Islam, Yahudi tentang manusia

Tuhan menciptakan

Manusia berkembang, berjalan


menuju tujuan akhir, yaitu Akhirat.

2) Pandangan filosofis timur yang mempengaruhi agama Hindu dan Budha.

SIKLUS ALAM
Alam semesta selalu ada dalam lingkungan tertutup. Semua akan terulang lagi. Takada evolusi, tak ada ciptaan.
Tidak ada perbedaan tajamantara Tuhan dan manusia

2
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

3) Pandangan filosofis Dualisme tentang manusia.

TUHAN
Sumber kebaikan

JIWA
Tubuh dengan
ROH nafsu-nafsu

Iblis, setan, benda:


sumber kegelapan & kejahatan

2. Sains dan Iman


Apakah teori evolusi ini bertentangan dengan iman? Pertama-tama kita harus
memegang bahwa karena iman dan akal itu sama-sama berasal dari Allah, maka kita
percaya bahwa seharusnya tidak ada pertentangan antara iman dan akal ( reason) dan
science yang menjadi hasil dari akal tersebut untuk mencapai kebenaran, asalkan
pencarian kebenaran tersebut dilakukan dengan tulus tanpa memasukkan ide-ide pribadi
yang kemudian dianggap sebagai kebenaran.
Teori Evolusi yang kita kenal sebenarnya merupakan suatu hipotesa, yang masih
memerlukan pembuktian lebih lanjut, agar dapat dikatakan sebagai kebenaran.
Sementara ini, bukti ilmiah belum dapat dikatakan mendukung hipotesa tersebut. Ada
dua inti besar teori Evolusi- yang dikenal sebagai "Macroevolution/ evolusi makro" yang
dipelopori oleh Darwin:
a. Semua mahluk hidup berasal dari mahluk sederhana yang terdiri dari satu sel atau
lebih, yang terbentuk secara kebetulan.
b. Species baru terbentuk dari species lain melalui seleksi alam, dengan melibatkan
kemungkinan variasi, di mana variasi tersebut dapat bertahan dan berkembang biak.
Dalam abad ke-20, hal ini diperjelas dengan memberi penekanan pada kemungkinan
mutasi sebagai cara pembentukan variasi. Posisi ini dikenal sebagai Neo-
Darwinism.

Bagaimana pandangan Gereja mengenai hal evolusi? Berikut ini adalah beberapa
penjelasan yang dirumuskan dalam beberapa point:
a. Kita percaya bahwa jiwa manusia diciptakan secara langsung oleh Allah, dari yang
tadinya tidak ada jadi ada. Jiwa manusia bukan berasal dari produk evolusi. Dalam
surat ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII menolak ide evolusi total (yang
menyangkut tubuh dan jiwa) manusia dari kera (primate). Dalam Humani Generis
36, Paus Pius XII mengajarkan bahwa meskipun dalam hal asal usul tubuh manusia,
masih dapat diselidiki apakah terjadi dari proses evolusi, namun yang harus dipegang
adalah: semua jiwa manusia adalah diciptakan langsung oleh Tuhan. Namun
demikian mengenai evolusi tubuh manusia itu sendiri, masih harus diadakan
penyelidikan yang cermat, dan tidak begitu saja disimpulkan bahwa manusia yang
terbentuk dari 'pre-existing matter' tersebut sebagai sesuatu yang definitif.

3
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

b. Mengenai penciptaan tubuh manusia dari materi yang sudah ada sebenarnya tidak
bertentangan dengan sabda Tuhan yang menciptakan tubuh Adam dari tanah/debu,
yang kemudian dihembusi oleh kehidupan, yang menjadi jiwa manusia (Kejadian
2:7). Namun hal ini tidak bertentangan dengan penciptaan manusia seturut gambaran
Allah, sebab yang dimaksudkan di sini adalah manusia sebagai mahluk rohani yang
berakal dan memiliki kehendak bebas.
c. Jadi diperbolehkan jika orang berpikir bahwa kemungkinan tubuh kera dapat
berkembang mendekati tubuh manusia dan pada titik tertentu (di tengah jalan),
Tuhan menghembusi jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu yang kemudian terus
berevolusi (evolusi mikro) sampai menjadi manusia yang kita ketahui sekarang. St.
Thomas Aquinas I, q.76, a.5, menyebutkan bahwa teori yang menyebutkan bahwa
manusia adalah hasil evolusi dari kera (evolusi makro), harus kita tolak. Tubuh
Adam haruslah merupakan hasil dari campur tangan Tuhan untuk mengubah materi
apapun yang sudah ada (pre-existing matter) dan menjadikannya layak sebagai tubuh
yang dapat menerima jiwa manusia. Campur tangan ini mungkin saja luput dari
pengamatan ilmiah, seperti yang diakui sendiri oleh Monod, saat mengatakan bahwa
asal usul hidup manusia adalah suatu teka- teki. Tidak mungkin bahwa dalam satu
tubuh dapat terdapat dua macam jiwa, yang satu adalah rational (manusia) dan yang
kedua, irrational (kera), sebab terdapat perbedaan yang teramat besar, yang tidak
terjembatani antara jiwa kera dan jiwa manusia. Lagipula tubuh kera bersifat spesifik
yang diadaptasikan dengan lingkungan hidup yang tertentu. Jadi tidak mungkin
bahwa tubuh manusia merupakan hasil dari perubahan-perubahan ‘kebetulan’ dari
tubuh kera. Kemungkinan yang lebih masuk akal adalah, jika manusia diciptakan
melalui ‘pre- existing matter’ seperti dari tubuh kera sekalipun, terdapat campur
tangan Tuhan untuk mengubah tubuh tersebut menjadi tubuh manusia, yang tidak
merupakan kelanjutan dari tubuh kera tersebut, seperti halnya terdapat campur tangan
Tuhan untuk menghembuskan jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu, yang bukan
merupakan kelanjutan dari jiwa kera. Inilah yang secara ilmiah dikenal sebagai
‘lompatan genetik’, namun bedanya, ilmuwan mengatakan itu disebabkan karena
kebetulan semata, sedangkan oleh Gereja dikatakan sebagai sesuatu yang
disebabkan oleh campur tangan Tuhan.
d. Cardinal Schonborn dalam artikel di New York Times tgl 7 Juli 2005 menjelaskan
bahwa pengamatan pada mahluk hidup yang telah menunjukkan ciri-ciri yang final
menyebabkan kita terkagum dan mengarahkan pandangan kepada Sang Pencipta.
Membicarakan bahwa alam semesta yang kompleks dan terdiri dari mahluk-mahluk
yang ciri-cirinya sudah final ini, sebagai suatu hasil ‘kebetulan’, sama saja dengan
‘menyerah’ untuk menyelidiki dunia lebih lanjut. Ini sama saja dengan mengatakan
bahwa akibat terjadi tanpa sebab. Ini tentu saja seperti membuang pemikiran akal
manusia yang selalu mencari solusi dari masalah."
e. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa, akal sehat manusia pasti dapat
memperoleh jawaban untuk pertanyaan yang menyangkut asal usul manusia.
Keberadaan Tuhan Pencipta dapat diketahui secara pasti melalui karya-karya
ciptaan-Nya, dengan terang akal budi manusia… KGK no 295 mengatakan, "Kita
percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-Nya. Dunia bukan
merupakan hasil dari kebutuhan apapun juga, ataupun takdir yang buta atau
kebetulan."

4
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

3. Pandangan Kitab Suci Tentang Asal-Usul Manusia


Berawal dari kisah penciptaan seperti terungkap dalam Kitab Suci, manusia
menemukan bahwa ia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri (Kej 1:27). Ia
dipanggil untuk mewujudnyatakan kepenuhan citra Allah tersebut. “Secitra dengan Allah”
berarti pribadi manusia diciptakan dalam wujud jasmani dan rohani yang tidak terpisahdan
merupakan satu kesatuan yang utuh. Dalam kisah penciptaan manusia, dikisahkan tentang
Allah yang menciptakan manusia dari debu tanah lalu menghembuskan nafas kehidupan (Roh)
dalam dirinya, sehingga manusia menjadi utuh (bdk. Kej 2:7). Beberapa ungkapan yang
dipakai untuk menyatakan nafas hidup antara lain: Nefes atau Nous yang berarti nyawa,
nafas, pernapasan (dalam arti: nafas yang keluar dari tenggorokan sebagai tanda kehidupan).
Ada juga ungkapan lain yaitu Ruah (roh) yang berarti nafas kehidupan yang menunjukkan
keutuhan makhluk. Bahkan Kitab Kejadian menceritakan bahwa manusia pertama yang
ciptakan Allah adalah Adam dan Hawa. Adam berarti tanah (manusia yang dibentuk dari debu
tanah). Sedangkan Hawa berarti kehidupan (Kej 2:20). Apa yang diberikan Tuhan Allah
bukanlah suatu bagian yang dimasukkan kedalam tubuh tetapi merupakan daya kekuatan
yang menciptakan dan memberi hidup.
Dari semua ciptaan yang ada, manusialah satu-satunya yang “mampu mengenal dan
mencintai penciptaNya” (GS art. 12). Hanya manusialah yang dipanggil supaya dalam
pengertin dan kehendaknya mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri. Untuk tujuan
inilah manusia diciptakan dan inilah yang menjadi dasar dari martabanya yang sungguh luhur
dan mulia. Mengapa Allah memberikan keistimewaan kepada manusia dengan mengangkatnya
ke dalam martabat yang begitu mulia? Apa maksudnya? Keluhuran dan keagungan manusia
sebagai ciptaan tertinggi merupakan cinta yang tak ternilai dari Sang Penciptanya. Karena
cinta-Nya, Allah menganugerahkan keinginan dalam kodrat kemanusiaan kita suatu keinginan
dan kerinduan terdalam untuk berelasi dengan Allah. Kitapun turut mengambil bagian dalam
kehidupan Allah sendiri. Kita diciptakan oleh Allah dengan tujuan agar kita tetap berada dalam
hubungan dengan Allah. Inilh yang menjadi kunci kebahagiaan manusia itu sendiri.

4. Usaha Manusia dalam Menjawab Persoalan Dasar Kehidupannya.


Berbagai persoalan dasar yang muncul dalam kehidupan manusia menimbulkan
pertanyaan serius tentang dirinya. Manusia mulai memikirkan dan merefleksikan
pengalamannya dalam dinamika perjalanan hidupnya. Dalam keterbatasan, manusia berusaha
mengetahui asal, tujuan dan makna hidupnya. Refleksi terhadap pengalaman hidupnya
membawa manusia pada sebuah kesadaran bahwa ia diciptakan oleh Allah dan terarah kepada-
Nya. Manusia makin menyadari bahwa Allah terus menariknya ke dalam pelukan-Nya, karena
itu muncul kesadaran dalam diri manusia bahwa hanya dalam Allahlah manusia dapat
menemukan kebenaran dan kebahagiaan yang secara terus menerus dicarinya ( KGK art 28).
Allah adalah sumber kehidupan dan hanya pada Allah saja manusia dapat menemukan
identitas dirinya. Hal ini ditegaskan dalam pernyataan berikut:
“Makna paling luhur martabat manusia terletak pada panggilannya untuk
memasuki persekutuan dengan Allah. Sudah sejak awal mula manusia diundang untuk
berwawancara dengan Allah. Sebab manusia hanyalah hidup, karena ia diciptakan Allah
dalam cinta kasih-Nya. Dan manusia tidak sepenuhnya hidup menurut kebenaran, bila
tidak dengan sukarela mengakui cinta kasih itu, serta menyerahkan diri kepada
pencipta-Nya.” (GS art 19)

5
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Untuk bisa menjawab persoalan-persoalan dasar yang dihadapinya, manusia berusaha


menemukan Allah dalam kehidupannya. Beberapa usaha yang dilakukan misalnya: doa,
kurban, upacara, meditasi, dll. Hal ini mau menunjukkan bahwa inti kebahagiaan manusia
terletak dalam persatuannya dengan Allah dalam relasi yang mesra. Namun dalam
kenyataannya, manusia seringkali mengingkari bahkan menolak hal tersebut karena berbagai
sebab. Beberapa penolakan yang dilakukan manusia misalnya: protes terhadap kejahatan yang
ada di dunia ini, ketidakpahaman atau ketidakpedulian religious, kesusahan hidup, godaan
harta, hawa nafsu, teladan hidup yang kurang baik dari orang beriman, kesombongan manusia
yang berdosa sehingga menyembunyikan diri dari Allah karena rasa takut, dsbnya. Walau
demikian Tuhan senantiasa memanggil manusia untuk kembali kepadaNya; Tuhan berharap
agar manusia tidak pernah berhenti mencari-Nya sehingga dapat mengalami kebahagiaan
bersama Dia.
Tuhan selalu membuka jalan bagi manusia untuk mengenal-Nya secara lebih dekat.
Manusia dapat menempuh berbagai jalan untuk dapat mencapai pengenalannya akan Allah.
Jalan-jalan itu disebut juga sebagai “pembuktian Allah”. Jalan-jalan pengenalan menuju
Allah bertitik tolak dari adanya dunia dan segala isinya serta keberadaan manusia itu sendiri.
Melalui jalan-jalan itulah manusia dapat menemukan Allah.

a. Dunia
Dalam diri manusia muncul pertanyaan ketika melihat dunia dengan segala isinya
yang begitu menakjubkan. Manusia bertanya tentang asal-usul dunia dan keteraturan yang
terjadi di alam semesta juga tentang siapa yang berada dibalik semuanya itu. Melalui
berbagai pertanyaan tersebut, manusia dihantar untuk mengenal Allah melalui dunia ini.
Dengan melihat gerak dan perkembangan, tatanan dan keindahan dunia ini, manusia
dituntun untuk mengenal Allah sebagai sumber dan tujuan alam semesta (KGK, 32).
Dunia dapat mengenalkan manusia pada Allah yang adalah sang “Arsitek Agung”.
Dialah yang merancang dunia dan segala isinya sedemikian rupa sehingga manusia dapat
mengagumi keindahannya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak manusi
bermuara pada satu jawaban yang pasti, yakni adanya “Sang Pencipta” yang menciptakan
dunia. Dialah yang disebut Allah.

b. Manusia
Dengan keterbukaannya kepada keindahan dunia dan kenyataan akan adanya alam
semesta dengan segala isinya; dengan pengertiannya akan kebaikan moral, kebebasan,
suara hati; serta dengan kerinduannya akan ketidakterbatasan dan akan kebahagiaan,
manusia terus bertanya-tanya akan adanya Allah. Dalam semuanya itu manusia
menemukan dalam dirinya adanya tanda-tanda jiwa rohani. Karena benih keabadian yang
ia bawa dalam dirinya tidak dapat dijelaskan hanya dengan asal dalam materi saja (GS
18,1),maka jiwanya hanya dapat mempunyai Tuhan sebagai sumber. Manusia dapat
sampai kepada realitas yang merupakan Causa Prima (Sebab Pertama) dan Causa Finita
(Tujuan Akhir) dari segala sesuatu. Realitas itulah yang dinamakan Allah. Manusia
dengan keberadaannya mampu menghantarnya untuk mencari dan menemukan Allah
dalam hidupnya.

6
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

c. Hidup Manusia Sangat Bernilai, Indah, namun Terbatas dan Penuh Misteri

1) Hidup Manusia Sangat Berharga


Sepanjang hidupnya manusia terus berusaha untuk menggapai kebadian. Ia
ingin terus hidup karena bagi manusia hidup itu sangat berarti dan bernilai.
Bagaimanapun juga manusia senantiasa berusaha untuk mempertahankan hidupnya.
Berbagai cara akan dilakukannya, misalnya: apabila sakit manusia akan berobat atau
dengan perawatan; ketika nyawanya teracam karena berbagai sebab ia akan
mempertahankannya, jika perlu dengan senjata. Karena hidup itu sangat berharga,
masyarakat kita sangat menjunjug tinggi kehidupan. Mereka berusaha mengamankan
hidupnya dengan menjaga hubungan yang selaras dengan sesama, alam/lingkungan
dan dengan dunia adikodrati. Manusia juga melanggengkan hidupnya melalui
keturunan.
Kehidupan itu sungguh sangat bernilai. Manusia tidak akan menukarkannya
dengan apapun atau menyia-nyiakan hidupnya. Kitab Suci mengatakan, “apa
gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia kehilangan nyawanya?” (Mrk
8:36). Apapun yang ada di dunia ini tidak sebanding dengan hidup. Maka Ayub
mengatakan: “orang akan memberikan segala yang dipunyainya sebagai ganti
nyawanya” (Ayb 2:4). Hidup memang sangat bernilai, dan karena itu harus
diselamatkan.

2) Hidup Manusia Indah Dan Mengagumkan


Hidup tidak hanya bernilai tetapi juga indah. Manusia bisa saja mengatakan
bahwa hidup ini terasa pahit karena penderitaan dan tantangan yang dialami. Namun
hal ini tidak akan mengaburkan kenyataan yang sesungguhnya bahwa hidup kita
indah dan sungguh mengagumkan. Pada saat manusia berada dalam kondisi normal,
ia cenderung tidak menyadari keindahan hidup itu. Baru pada saat saat mengalami
cobaan, penderitaan, sakit dan mendapat vonis bahwa hidupnya tidak akan lama lagi,
manusia mulai berpikir tentang mutu hidupnya. Pada saat ini segala sesuatu yang
dilakukan manusia mempunyai sisi yang lebih tajam dan mereka seakan melihat
makna hidup.
Bila kita cermati, kita akan menemukan bahwa ternyata sebagian orang
tidak pernah menjadi manusia yang sungguh-sungguh utuh sebelum mengetahui
bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Berhadapan dengan kematian, manusiabaru
menyadari betapai indah dan bernilainya hidup ini. Hidup manusia memang sungguh
mengagumkan!

3) Hidup Manusia Terbatas


Sekalipun hidup manusia itu berharga dan indah, namun manusia tidak
berkuasa atasnya. Manusia akan selalu dihadang oleh berbagai tantangan dan
penderitaan, bahkan berakhir dengan kematian. Betapapun kerasnya usaha manusia
untuk mencapai keabadian, ia harus menerima kenyataan kalau pada akhirnya ia akan
menghadapi maut. Mengapa harus ada penderitaan dan kematian? Apa maknanya?
Dari dirinya sendiri, manusia tidak dapat memberi jawaban atas pertanyaan yang
sangat mendasar itu. Mungkin karena itu pula,

7
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

banyak orang yang menjalani hidupnya dengan pesimis, sehingga pada akhirnya
mautlah yang berkuasa. Beberapa penyair seperti Chairil Anwar pernah menuliskan
bahwa: “Hidup hanya menunda kekalahan!”Begitu pula dengan WS Rendra yang
mengungkapkan, “Kelahiran dan kematian adalah keniscayaan. Namun bagi yang
hidup, wafat kerabat adalah kehilangan. Selalu menimbulkan kesedihan.” Dalam
Kitab Ayub 14:1-2, Ayub menuturkan bahwa: “Manusia lahir dari perempuan,
singkat umurnya. Ia hilang, lenyap, dan tidak dapat bertahan”. Serta dalam
Mazmur 90:5-6,10, dikatakan:“Hidup manusia hilang lenyap seperti mimpi, seperti
rumput yang disabit. Pagi-pagi berkembang dan berbunga, waktu sore layu dan
kering. Batas umur manusia tujuh puluh tahun, atau delapan puluh jika kuat.”
Sebagai orang beriman, kita dapat belajar dari Yesus yang tidak lari dari
penderitaan yang menghadang-Nya. Bagi Yesus seberat apapun penderitaan yang
akan Ia tanggung, Ia harus berani menghadapi-Nya sampai akhir. Yesus tidak
menjelaskan secara gamblang arti dan makna penderitaan dan maut, tetapi dari Salib
dan kebangkitan kita dapat melihat dan menemukan tawaran yang memberi arti pada
penderitaan dan maut tersebut. Bagi orang lain, salib adalah kebodohan, namun bagi
kita orang Kristen, salib adalah kekutan Allah (bdk. 1Kor 1:18). Bagi kebanyakan
orang, Yesus “mati konyol disalib”. Tetapi ternyata tidak! Terbukti bahwa Allah
membangkitkan Dia dari alam maut. Kebangkitan inilah yang memberi arti dari
penderitaan dan kematian itu sendiri. Juga menjelaskan bahwa Allah hadir didalam
setiap penderitaan yang dialami manusia.
Melalui penderitaan dan wafat Yesus, kita diajar untuk menemukan
keselamatan dalam penderitaan dan kematiaan yang kita alami. Karena itu kita boleh
berharap dan percaya bahwa:
 Dalam setiap penderitaan, kegagalan, kekecewaan, dan keputusasaan, kita dapat
bertemu dengan Allah karena ia senantiasa ada didekat kita
 Allah ikut menderita bersama dengan kita. Ia solider dengan kita. Setiap
keberhasilan dan kesuksesan yang kita capai belum tentu memiliki makna bagi
Allah, namun sebaliknya justru dalam penderitaan, kegagalan, kehinaan,
ketidakberdayaan dan kematianlah kita dirangkul oleh kasih setia Allah.
Dengan demikian, kita tidak dibebaskan dari penderitaan dan maut. Derita
dan maut adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita dan pasti akan kita lalui.
Namun kita dapat menerima bahwa derita dan maut bukanlah akhir dari segala-
galanya; bukan juga malapetaka yang harus dihindari. Melalui penderitaan kita boleh
berharap Allah selalu bersama kita. “Allah sendiri akan hidup dengan mereka dan
akan menjadi Allah mereka. Ia akan menyeka air mata dari pipi mereka.
Kematianpun tidak ada lagi. Sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu” (Why
21:4)

4) Hidup Manusia Penuh Misteri


Kita telah melihat bahwa hidup manusia itu sangat bernilai, indah namun
terbatas. Ketika kita membicarakannya, kita merasakan bahwa masih banyak hal
yang tersembunyi dan tidak bisa dimengerti secara tuntas. Hidup manusia memang
penuh dengan misteri dan akan tetap menjadi misteri yang tidak bisa dijangkau oleh
pikiran manusia. Akal pikiran dapat merumuskan banyak pengetahuan tentang
manusia, tetapi “keseluruhan” manusia tidak pernah bisa diselesaikan dengan

8
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

tuntas oleh ilmu pengetahuan. Misteri tetap ada didalamnya dan bahkan semakin
lama semakin “besar” untuk disadari. Seorang filsuf dan orang kudus jaman ini
yakni Edith Stein pernah mengatakan:
“Manusia selalu ingin mengerti dirinya. Sejarah peradaban manusia merupakan
sejarah ide-ide tentang dirinya. Betapa banyak pengetahuan manusia tentang dirinya
dalam kurun sejarah. Namun sampai kini tetap merupakan misteri, rahasia
terselubung yang mahabesar. Ia menjadi teka-teki bagi dirinya sendiri. Karena dalam
diri manusia memang terkandung banyak keajaiban.”

Bahwa manusia dapat hidup, bernafas, bergerak, melihat dan merasakan,


mendengar, berbicara dan berkomunikasi, berteman, mencintai….dsbnya,
merupakan hal-hal yang sangat mengagumkan dan sangat ajaib. Maka hidup
manusia sunguh-sungguh penuh dengan misteri.

B. MARTABAT MANUSIA
Manusia dapat hidup sebagai pribadi terhormat dan mandiri apabila ia mampu
menghayati otonominya, membangun dan memelihara kehidupan yang manusiawi dengan
penuh tanggung jawab. Sepanjang perjalanan hidupnya, manusia terus bertanya tentang
tuntutan-tuntutan pokok yang harus dilakukan agar hidup benar-benar menjadi manusiawi.
Jawaban yang diperolehpun beraneka ragam. Kendati demikian, ada satu keyakinan dasar
yang diyakini manusia di mana keputusan moral yang mandiri harus berkiblat pada sejumlah
tuntutan dasar yakni sejumlah tuntutan yang sesuai dengan ciri khas hidup manusia yang
dikehendaki oleh Sang Pencipta.
Dalam tradisi Kristen terdapat nilai-nilai yang dipandang sebagai yang utama, yakni
hormat terhadap pribadi manusia, daya cipta manusia dan solidaritas dalam membangun
paguyuban manusia. Namun nilai-nilai tersebut terkadang tidak sama artinya, karena itu dapat
diurutkan berdasarkan tuntutan. Dalam perkembangan zaman, tatanan nilai tidak sama karena
mengikuti kebudayaan yang berbeda-beda, maka nilai yang diutamakan juga berbeda-beda.
Dewasa ini Gereja berusaha untuk mempermaklumkan dengan resmi hak- hak manusia, demi
injil yang dipercayakan kepadanya seperti hak-hak perorangan khususnya kaum buruh, hak-
hak keluarga dan pendidikan, hormat terhadap kehidupan dan sebagainya(GS art 41).

1. Martabat Manusia Menurut Kitab Suci (Kej 1:1-2:7)


Berdasarkan Kej 1:26-28; dan Kej 2:7-8, 15-18, 21-25 dapat dikatakan bahwa manusia
diciptakan oleh Allah Sang Pencipta pada hari ke-6 dengan bersabda dan bertindak. Dalam
kisah penciptaan itu manusia diciptakan dalam proses yang terakhir setelah semua yang ada di
alam semesta di ciptakan. Hal itu dapat pula berarti bahwa manusia diciptakan sebagai puncak
ciptaan Allah. Sebagai puncak ciptaan. manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa
Allah, dengan karunia istimewa yaitu: akal-budi, hati/perasaan, dan kehendak bebas (bdk.
Kejadian 1:26). Adanya karunia akal-budi menjadikan manusia bisa atau memiliki
kemampuan untuk memilih, karunia hati/perasaan menjadikan manusia bisa merasakan dan
mencintai, dan karunia kehendak bebas menjadikan manusia mampu membangun niat-niat.
Karunia-karunia itulah yang menjadikan manusia sebagai mahluk hidup yang memiliki
kesadaran dan kebebasan.

9
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Manusia yang telah diciptakan tidak dibiarkan begitu saja. Oleh Allah, manusia diberi
suatu tugas (bdk. Kej. 1:28, 2:15) untuk beranak-cucu, memenuhi bumi, mengolah,
memanfaatkan dan memelihara alam semesta; juga dipanggil untuk hidup bersama Allah
dalam kebahagiaan (bdk. Kej. 2: 8, 15-17). Gambaran yang paling tepat mengenai siapakah
manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat dalam Kitab Mazmur 8:1-10.
Demikian juga gambaran siapakah manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat
dalam Kitab Yesus Bin Sirakh 17:1-11.
Adapun Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya.
Sebagai citra Allah, ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya; oleh Allah manusia
ditetapkan sebagai tuan atas semua mahluk di dunia ini (Kej 1:26; Keb 2:23), untuk
menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah (Sir 17:3-10). “Apakah
manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan
tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7)
Selanjutnya Kitab Suci menuliskan bahwa: “menurut citra-Nya diciptakan-Nya dia: laki-
laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Allah tidak menciptakan manusia
seorang diri: sebab sejak awal mula Allah mencipatakan pria dan wanita. Rukun hidup mereka
merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam
manusia bersifat sosial dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau
mengembangkan bakat-pembawaannya. Maka, seperti kita baca pula dalam Kitab Suci, Allah
melihat “segala sesuatu yang telah dibuat-Nya, dan itu semua amat baiklah adanya” (Kej
1:31)
Karena secitra dengan Allah, manusia menduduki tempat yang paling istimewa dalam
tata penciptaan. Dalam kodratya bersatulah dunia rohani dan jasmani. “Manusia memiliki
martabat sebagai pribadi; ia bukan sesuatu melainkan seseorang. Ia mampu mengenal diri
sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam
kebersamaan dengan orang lain, karena rahmat ia sudah dipanggil kedalam perjanjian dengan
Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta yang tidak dapat diberikan
suatu makhluk lain sebagai penggantinya” (KGK 357). Satu-satunya makhluk yang memiliki
martabat adalah manusia. Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah dan berwujud
jasmani dan rohani.
“TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas
hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7).
Dari teks ini kita bisa mengetahui bahwa kehadiran manusia seutuhnya dikehendaki dan
direncanakan oleh Allah sendiri. Dan manusia inilah yang dipanggil sebagai “wakil” yang
ditentukan Allah untuk “menaklukkan dunia”. Manusia bertanggung jawab atas tugas yang
diberikan Allah kepadanya yakni memelihara dunia dan segala isinya. Martabat luhur yang
diberikan Allah ini bertujuan agar manusia berkuasa atas segala ciptaan lain; agar manusia
mampu merasakan dan mengabdikan dirinya kepada Allah. Karena kekuasaaan yang dimiliki
manusia berasal dari Allah, maka yang dituntut dari manusia adalah berpartisipasi dalam
kemahakuasaan Allah. Martabat luhur yang dimiliki manusia semata-mata berasal dari
kemahakuasaan Allah sendiri.
Penilaian martabat manusia tidak bisa terpisah dari kenyataan bahwa ia diciptakan oleh
Allah. Hal itu berarti luhurnya martabat manusia diakui, dihormati dan dijunjung tinggi karena
iman akan Allah, maka kepercayaan bahwa Allah itu Sang Pencipta sekaligus mengandung
kepercayaan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai mahluk yang mulia dan

10
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

bermartabat luhur. Dalam iman kristiani, martabat manusia baru dikenal sebenarnya di dalam
Yesus, putra sulung di antara banyak saudara. Kebenaran tentang manusia hanya dikenal di
dalam Yesus Kristus. Karena martabat luhur manusia hanya diakui dalam iman akan Allah
sebagai Sang Pencipta dan dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal.
Tujuan hidup manusia sangat mempengaruhi martabat manusia. Tujuan hidup manusia
itu pada dasarnya di luar segala daya pemikiran manusia, di luar segala perhitungan manusia
bahkan di luar pengertian manusia itu sendiri. Tujuan hidup manusia pada dasarnya bersifat
transcendental (bersifat ilahi dan mengatasi segala-galanya), yaitu memenuhi kerinduan
manusia mencapai kesempurnaan dalam segala-galanya, yaitu suatu kebahagiaan abadi berupa
kehidupan kekal. Lihat Yoh 17:1-3; 1 Yoh 3:2; 1 Kor 2:9 Tujuan hidup manusia masing-
masing adalah persatuan dengan hidup Allah Tritunggal untuk selama-lamanya. Pandangan
Katolik berbeda dengan Yahudi dan Islam yaitu bahwa martabat luhur manusia dilihat dari
segi tujuan hidup menjadi jelas (mendapatkan makna definitive) dalam diri Yesus Kristus. (lih.
GS. 22)
Tujuan hidup manusia mengandaikan juga tugas-tugas hidup yang mesti dijalankan oleh
manusia, yaitu “memperkembangkan martabatnya”. Tugas hidup itu adalah mencapai
kesempurnaan dalam panggilan hidup sebagai anak-anak Allah. Hal ini berarti berkembang
dalam Yesus Kristus, mengejar persamaan dengan martabat Yesus Kristus.

2. Martabat Manusia dalam Pandangan Konsili Vatikan II


Pandangan mengenai martabat manusia secara jelas dikemukakan dalam Gaudium et
Spes art. 12. Acapkali manusia melihat dirinya sebagai tolok ukur yang mutlak atau
merendahkan dirinya hingga sampai pada ambang keputusasaan. Hal ini menyebabkan
manusia menjadi bimbang dan gelisah. Gereja menyadari kegelisahan dan ikut merasakan
berbagai kesulitan manusia yang dialami secara mendalam. Dengan diterangi oleh Allah yang
mewahyukan diri, Gereja berusaha untuk menjawab kesukaran-kesukaran tersebut untuk
melukiskan keadaan manusia yang sebenarnya, menjelaskan kelemahan- kelemahannya, agar
dapat mengenali dirinya, martabat dan penggilannya (GS art 12).
Dari kodratnya manusia adalah makhluk sosial yang harus hidup dengan sesamanya.
Tanpa orang lain manusia tidak dapat hidup dan mengembangkan dirinya dengan segala bakat
dan kemampuannya. Manusia yang diciptakan Allah ditempatkan lebih tinggi dari ciptaan
lain. Ia dianugerahi keistimewaan berupa akal budi, hati nurani dan kehendak bebas.

a. Manusia sebagai makhluk berakal budi

Satu hal yang menjadikan manusia sebagai makhluk bermartabat dan otonom adalah akal
budinya. Akal budi adalah ciri khas manusia yang unik dan sekaligus membedakannya dengan
makhluk ciptaan lain, khususnya binatang. Akal budi menjadi bentuk keunggulan manusia.
Maka hidup dan tindakannya harus didasarkan pada akal budinya. Dengan akal budi yang
dimilikinya, manusia mampu mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan empiris, dalam
ketrampilan teknis dan dalam ilmu-ilmu kerohanian. Bahkan pada zaman sekarang manusia
telah mencapai taraf pengetahuan yang paling tinggi dengan menyelidiki alam bendawi dan
menaklukkannyakepada dirinya. Namun demikian ia masih terus mencari dan menemukan
kebenaran yang semakin mendalam (GS art 15). Akal budi memperkaya manusia dengan
pelbagai kemampuan, seperti:
1) Mengerti dan menyadari dirinya sendiri dan dunia sekitarnya.

11
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Ini berarti bahwa manusia sadar akan keberadaannya, tindakannya, sikapnya, dsbnya.
Seorang filsuf Perancis (Rene Descartes), pernah berkata: “Cogito ergo sum” (saya
berpikir maka saya ada).Maka dengan kesadarannya, manusia merefleksikan diri dan
tindakannya. Namun ia tidak hanya mengerti dirinya sendiri saja, tetapi juga mengerti
akan dunia luar. Artinya, manusia menyadari keberadaan segala sesuatu dalam dunia ini
dan hubungan-hubungannya. Dengan akal budinya ia dapat mencari hubungan antara
segala sesuatu yang terjadi disekitarnya.

2) Berkembang, membangun kebudayaan dan menciptakan sejarah.


Dengan akal budinya manusia bertanya, lalu mencari jawabannya. Berkat akal budi itu
pula manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hasilnya dapat
dinikmati saat ini. Manusia juga membangun kebudayaan terutama yang berhubungan
dengan kesenian, seperti: seni musik, lukis, bangunan, sastra, suara, tari, dsbnya. Semua
itu berasal dari budi dan hati manusia. Selain itu manusia masih dapat menciptakan
sejarah. Bukan saja sejarah dunia atau sejarah nasional, tetapi juga “sejarah” pribadi kita
masing-masing. Setiap orang pasti pernah menorehkan sejarah dalam perjalanan hidupnya
sendiri.

3) Bekerja
Manusia adalah makhluk pekerja. Kerja yang dilakukan manusia memerlukan pemikiran.
Maka kegiatan harus diarahkan kepada satu tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan
kekhasan makhluk berakal budi. Dan hanya manusialah yang dapat merencanakan,
mengatur dan menguasai ciptaan lain. Kerja juga merupakan kegiatan insani. Kerja
menjadi sarana seorang manusia untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Melalui kerja
manusia dapat menuangkan segala ide-ide kreatifnya, gagasannya yang cemerlang, dan
segala daya upayanya. Kerja bukan hanya sekedar sarana untuk mencari nafkah, tetapi
lebih dari itu merupakan wadah bagi aktualisasi diri.

4) Mengembangkan hubungan yang khas dengan manusia lain


Dengan akal budinya manusia dapat “bertemu” dan “bersama” dengan sesamanya. Karena
itu manusia mampu menciptakan bahasa, membangun cinta, perhatian, harapan, relasi,
dsbnya. Manusia dapat hidup bersama dan berkomunikasi; ia mampu menjalin
persahabatan dan cinta dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan itulah yang membuat
manusia semakin bermutu dan sungguh-sungguh menjadi manusia.

Namun tidak dapat disangkal bahwa akal budi telah kabur dan lemah akibat dosa. Maka
pada akhirnya, kodrat nalariah manusia disempurnakan oleh kebijaksanaan yang dapat
menarik budi manusia untuk mencari dan mencintai yang benar dan baik. Manusia
membutuhkan kebijaksanaan untuk memahami hidupnya di dunia, sehingga diharapkan akan
semakin dekat dengan Sang Penciptanya.

b. Manusia sebagai makhluk berhati nurani.


Manusia adalah makhluk yang dikaruniai suara hati. Suara hati/hati nurani inilah yang
menjadi hukum yang harus ditaati. Manusia yang anugerahi martabat luhur harus mematuhi
hukum tersebut, karena dengan hukum itu pulalah ia akan diadili. “Hati nurani adalah inti
manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; disitulah ia seorang diri bersama Allah yang

12
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

sapaannya menggema dalam batinnya” (GS art 16). Kepekaan untuk mendengarkan suara hati
membawa manusia untuk mencari kebenaran. Dalam kebenaran itulah manusia memecahkan
berbagai persoalan yang ada dalam hidupnya. Untuk dapat memahami hati nurani secara baik,
maka kita perlu melihat beberapa hal berikut:
1) Kesadaran etis.
Ketika kita berbicara tentang manusia sebagai makhluk berakal budi, kita sudah
menyinggung bahwa dengan akal budinya manusia dapat menyadari dirinya dan
tindakannya. Ia dapat menyadari dan menilai kalau tindakannya baik dan benar atau salah
dan buruk. Dengan akal budinya manusia dapat memiliki kesadaran etis dan moral.
Kesadaran etis adalah kesadaran untuk menilai suatu tindakan itu baik atau buruk.
Kesadaran etis ini terdiri atas tiga taraf yang berbeda-beda, yakni: Pertama,taraf naluri.
Pada taraf ini segala tindak tanduk manusia didasarkan pada tekanan dan peraturan dari
luar, misalnya adat istiadat atau hukum dan bukan oleh kesadaran diri dan hati nurani.
Kedua, taraf kesadaran moral. Pada taraf ini tingkah laku etis lebih didasarkan atas
kesadaran dan kebebasan. Artinya, sebagai realisasi pribadi manusia yang berakal budi
dan berkehendak bebas. Manusia yang otonom. Sifat moralnya adalah khas manusiawi.
Ketiga, tingkat kesadaran kristiani. Pada taraf ini kesadaran moral dilakukan dalam
rangka mewujudkn diri sebagai manusia yang berakal budi dan otonom. Dalam
bertingkah laku, manusia tidak hanya sekedar melakukannya karena tindakan itu baik,
tetapi terutama karena didorong oleh cinta kasih kepada kepada Tuhan dan sesama. Maka
yang menjadi hukum pokok dalam taraf ini adalah cinta kasih.

2) Tindakan moral
Jawaban atas undangan Allah dilaksanakan manusia dalam tindakan-tindakan moralnya.
Tindakan-tindakan moral baru dapat disebut tindakan moral apabila dilaksanakan secara
sadar dan bebas, sesuatu yang khas manusia. Penilaian obyektif dan benar tentang suatu
tindakan hendaknya mempertimbangkan seluruh tingkah laku manusia. Tingkah laku ini
seringkali dipengaruhi oleh motivasi dasarnya dan juga oleh sikap dasarnya. Tindakan
lahiriah manusia harus diukur pula dari disposisi batinnya. Jadi, selain kesadaran dan
kebebasan, tujuan dan motivasi sangat menetukan tindakan moral seseorang.

3) Hati nurani
Dalam arti luas, hati nurani dapat diartikan sebagai keinsafan akan adanya kewajiban.
Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan bertumbuh dari hati manusia.
Kesadaran moral tidak berarti bahwa manusia sudah dibekali dengan aturan yang serba
jelas, sehingga ia tahu pasti yang harus ia lakukan. Manusialah yang harus berusaha untuk
membuatnya menjadi jelas. Kebiasaan, adat, tradisi serta aturan moral merupakan sarana
yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan kesadaran moral. Hati nurani yang terdidik
tidak buta terhadap kekayaan tradisi serta norma-norma yang berlaku umum. Sedangkan
dalam arti sempit, hati nurani dimaksudkan sebagai kesadaran moral dalam situasi
konkret, antara lain menilai suatu tindakan baik atau buruk lalu mendorong kita untuk
mengambil keputusan untuk bertindak. Suara hati/hati nurani ini berfungsi untuk
mengingatkan manusia untuk melakukan yang baik dan menolak yang jahat, atau
mengingatkan kita jika menyimpang dari yang baik. Akan tetapi tidak jaranglah terjadi
bahwa hati nurani tersesat karena ketidakpedulian dan ketidaktahuan yang tak teratasi
tanpa kehilangan martabatnya. Karena ketidakpedulian

13
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

dan kebiasaaan berdosa itulah hati nurani seseorang lambat laun akan menjadi tumpul dan
buta. Agar tidak terjadi demikian maka hati nurani dan kesadaran moral harus selalu
diasah atau dibina. Pembinaan hati nurani dapat dilakukan dengan selalu mengikuti hati
nurani dalam segala hal; mencari keterangan pada sumber yang baik (Kitab Suci,
dokumen-dokumen Gereja, buku-buku yang bermutu atau ikut dalam berbagai kegiatan
kerohanian yang ada); koreksi atau introspeksi.

c. Manusia sebagai makluk berkehendak bebas.


Sebagai citra Allah, manusia dianugerahi pula rahmat kekebasan. Manusia hanya akan
berpaling kepada kebaikan apabila ia bebas. Karena itu oleh orang-orang zaman sekarang
kebebasan sangat dihargai dan dicari dengan penuh semangat. Namun seringkali terjadi bahwa
kebebasan selalu disalah-artikan dengan cara yang salah, juga diartikan sebagai kesewenang-
wenangan untuk melakukan apa yang dikehendaki manusia. Sesungguhnya yang harus
diusahakan manusia adalah kebebasan yang sejati. “Kebebasan sejati merupakan tanda yang
mulia gambar Allah dalam diri manusia. Sebab Allah bermaksud menyerahkan manusia
kepada keputusannya sendiri” (GS art 17). Dengan pilihan bebasnya, manusia diharapkan
mengabdi kepada Allah dalam kebebasan yang sempurna. Allah menghendaki bahwa dengan
pilihan bebasnya manusia dengan sadar dan bebas digerakkan oleh hatinya yang paling dalam
untuk mencari penciptanya dan mengabdi kepada-Nya secara bebas.

3. Implikasi Manusia Sebagai Citra Allah Bagi Kehidupan Sesama

a. Manusia sebagai Makhluk Pribadi


Berdasarkan penjelasan dari Kitab Suci dan Gaudiem et Spes, Gereja mengajarkan
bahwa manusia adalah citra Allah. Sebagai citra Allah manusia adalah mahluk pribadi yang
memiliki kodrat sosial. Manusia sebagai pribadi adalah bersifat unik dan menyejarah
sekaligus bersifat kekal. Ia memiliki kesadaran akan keberadaan dirinya dihadapan sesama
dan lingkungannya. Ia adalah makluk monodualisme:1 bersifat jasmani dan rohani.
Manusia itu bernilai dalam dirinya sendiri. Karena itu dalam segala tingkah-laku
perbuatannya pada akhirnya berupaya untuk mendapatkan manfaat bagi dirinya sendiri. Ini
bukan berarti manusia hendaknya bersikap pragmatis2 ataupun egois. Dalam hal ini yang
menjadi tujuan akhir manusia adalah memuliakan Allah dan melaksanakan hukum cintakasih.
Tuhanlah tujuan akhir hidup manusia, karena di dalam Tuhan terdapat yang didambakan
manusia yaitu keselamatan hidup dan kebahagiaan abadi. Dengan demikian tercapailah
kemuliaan manusia karena kemuliaan manusia hanya ada pada Tuhan. Oleh karena itu hakekat
tujuan hidup manusia terdapat dalam Tuhan, tidak di dunia sekelilingnya.

1) Manusia memiliki kemerdekaan atau kebebasan


1
Monodualisme adalah Satu kenyataan yang berdimensi dua; manusia adalah mahluk yang berbadan dan
berjiwa. Pada abad pertengahan banyak filsuf yang cenderung menilai negatif badan manusia sehingga
mengatakan bahwa manusia pada hakekatnya adalah jiwa yang bersifat kekal tetapi terpenjara dalam badan
yang bersifat jasmani (sumber segala dosa).
2
Pragmatis adalah sifat dari sikap manusia yang hanya mementingkan manfaat yang langsung dapat dira sakan
dan dilihat, yang menguntungkan diri sendiri (bersifat egois). Sikap ini begitu kuat dijaman sekarang sebagai
perwujudan dari arus sekluarisme (Hal ini dapat dilihat pada Nota Pastoral Keuskupan Agung Semarang Tahun
2002). Oleh karena itu sikap pragmatis cenderung mengabaikan hal -hal yang berbau rohani dan religius, karena
manfaatnya tidak bisa dirasakan langsung, tidak bisa diukur dan sebagainya.

14
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Hakekat dan syarat-syarat bagi manusia yang mulia itu adalah bahwa ia merdeka atau
memiliki kebebasan dan bertanggungjawab dalam hal mencari atau mengupayakan
tujuan hidupnya. Kemerdekaan manusia pada dasarnya bersifat jasmani dan rohani.
Adanya kemerdekaan pada dirinya dikarenakan manusia memiliki akal-budi atau pikiran
sehingga ia memiliki kemampuan untuk memilih. Kebebasan bersifat jasmani yaitu bila
tubuh manusia tidak terbelenggu untuk melakukan aktifitas yang dimaui, sejauh sesuai
dengan kodratnya. Adapun kebebasan yang bersifat rohani mencakup dua hal yaitu
kebebasan dalam arti pikiran dan dalam arti moral.

2) Manusia menjadi subyek dari segala perbuatannya


Hakekatnya Tuhan menjadikan manusia itu sebagai subyek dan bukan obyek. Sebagai
subyek berarti manusia adalah pelaku dan penanggung-jawab segala perbuatannya. Ada
ungkapan latin yang mengatakan “cogito ergo sum dan cogito ergo passum”. Itu berarti
manusia itu aktif dan kreatif karena harus memikirkan, merencanakan, yang melakukan
dan yang mempertanggung-jawabkan segala apa yang diperbuatnya. Manusia bukan
obyek atau yang dikenai tindakan (bersifat pasif). Maka sangatlah keliru besar apabila
kita mengobyektivasi sesama kita, karena di sana pasti muncul penindasan martabat
manusia dan ketidakadilan.

3) Manusia dituntut untuk bertanggung-jawab dalam hidupnya


Oleh karena kesadaran akan keberadaan dirinya termasuk apa yang dipikirkan dan
diperbuatnya, dalam kebebasannya, maka dari manusia selalu dituntut untuk
mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya. Pertanggungan jawab itu pada dirinya-
sendiri (suara hatinya), pada sesamanya (dalam sebuah sistem dan komunitas) dan kepada
Tuhan Allah yang menjadi tujuan akhir dari hidupnya (seperti yang diajarkan oleh
semua agama). Dalam hal ini manusia diajarkan ajaran moral yaitu bahwa manusia
hendaknya bertindak sesala sesuatu dengan kesadaran, kemauan (tidak dipaksa) dan
bermotivasi luhur. Bila tidak demikian maka menurut ajaran moralitas, hal itu disebut
dosa.

b. Manusia Sebagai Mahluk Sosial


Manusia hidupnya tergantung satu sama lain. De facto bahwa manusia tidak bisa hidup
sendirian dalam arti yang sebenarnya “No man is island”, manusia adalah mahluk sosial. Dari
bayi hingga dewasa bahkan ketika akan menghadapi kematian, manusia selalu membutuhkan
sesamanya. Hidup ditengah-tengah manusia lain adalah fakta yang tidak terbantahkan.
Dengan hidup ditengah-tengah sesamanya, manusia memiliki sifat personal yang unik dan
menyejarah. Tak terbayangkan kita hidup tanpa hubungan dengan manusia lain.

1) Kenyataan Hidup dalam kebersamaan


Ketergantungan hidup pada orang lain sangat jelas pada masa balita. Prosentase
ketergantungan pada orang lain itu semakin mengecil dengan bertambahnya usia seturut
“hukum proses pendewasaan pribadi”. Oleh karena itu sebagai citra Allah manusia
adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, yang disatu sisi dipandang sebagai
anugerah yang layak disyukuri” dan dilain pihak mengandung tugas panggilan/perutusan
yaitu “membangun” dan bukan untuk bermalas-malasan. Karenanya kita perlu
membangun kesadaran bahwa kita hidup dalam suatu komunitas

15
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

kebersamaan, yang mau tidak mau, yang suka atau tidak suka, adalah fakta. Kesadaran
itu hendaknya dihayati dengan sikap-sikap yang menunjang tercapainya kerjasama dan
saling pengertian di antara manusia.

2) Sikap-Sikap sebagai Makhluk Sosial.


Sebagai makhluk social, hidup dalam kebersamaan tidaklah mudah. Seringkali terjadi
konflik kepentingan antara satu dengan yang lain karena masing-masing saling berupaya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu dibutuhkan sikap saling pengertian,
saling menghormati, dan saling kerjasama menuju suatu tatanan hidup bersama yang baik.
Ciri utama sikap yang menekankan semangat sebagai makhluk sosial adalah solidaritas
dan subsidiaritas. Dalam hal ini kita perlu waspada pada mentalitas egosentrisme yang
mengutamakan bertindak dan mengukur segalanya dengan ke-AKU- an yang kelewat
batas kewajaran (egois). Manusia bukanlah “homo homini lupus” (manusia menjadi
serigala bagi yang lain) yang mementingkan diri sendiri tanpa mengingat nasib dan
penderitaan orang lain (individual). Ia adalah “homo homini socius” (manusia menjadi
sesama bagi manusia lainnya). Agar tidak menjadi serigala bagi yang lain maka sikap
dasar yang ideal dalam kehidupan bersama adalah “cinta” yang hakekatnya merangkum
segala-galanya dan mendasari sikap solidaritas dan subsidiaritas antar sesama manusia.

c. Sikap dalam Memperjungkan Keluhuran Martabat Manusia


Sebagai citra Allah yang memiliki martabat luhur, kita dituntut untuk menentukan sikap
dalam mewujudkan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain atas martabat baik kita.
Beberapa sikap yang perlu dikembangkan untuk menghormati martabat manusia antara lain:
1) Mencintai kehidupan
Gambaran Allah dalam diri manusia bukan hanya bersifat spiritual saja seperti
rasionalitas, afeksi atau daya refleksi, melainkan juga dalam wujud jasmani dan rohani.
Allah mengendaki agar manusia memiliki martabat yang istimewa melebihi ciptaan lain.
Karena secitra dengan Allah maka manusia memiliki martabat sebagai pribadi. Kesatuan
pribadi manusia sebagai jiwa dan raga inilah yang menjadi bait kudus bagi Allah (bdk.
1Kor 3:16-17). Sebagaimana Allah mencintai dan menghargai ciptaan-Nya, demikian
pulalah manusia harus mencintai dan menghormati ciptaan yang lain.

2) Hormat pada kehidupan


Hidup manusia tidak terjadi dan berakhir begitu saja. Karenanya tidak seorangpun boleh
merekayasa dan mengakhiri hidupnya sekehendak hatinya. Manusia tidak boleh bertindak
sewenang-wenang terhadap kehidupan. Sering kali manusia disebut sebagai makhluk
religious (animal religiosum). Ciri ini nampak jelas dalam pola penghayatan religiusnya
yang dapat ditemukan disetiap kebudayaan yang ada. Manusia selalu mengusahakan
relasi dengan sesuatu yang bersifat adikodrati yang bagi orang Kristen dinamai Allah.
Relasi Allah-manusia ini bersifat unik karena sangat personal dan menyangkut dirinya
dengan Allah. Berkat anugerah Allah manusia sanggup mengatasi segala sesuatu dan
segala peristiwa dalam hidup sehari-hari hingga sampai kepada Allah.

16
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
3) Menghargai personalitas manusia

Manusia bukanlah ‘sesuatu’ melainkan ‘seseorang’. Ia adalah makhluk personal. Unsur


personalitas ini nampak jelas dalam keadaan dirinya sebagai individu yang unik. Tingkat
keunikan manusia berbeda dengan makhluk yang lain. Manusia dapat memutuskan dan
memilih sendiri apa yang penting bagi hidupnya. Dengan demikian manusia menjadi
makhluk yang otonom. Personalitas manusia ini juga terlihat dari ketergantungannya pada
Allah menyangkut kebenaran dan kebaikan. Personalitas dan kebebasan manusia terarah
pada tujuan, sasaran dan nilai-nilai tertentu. Personalitas manusia dimengerti dalam
kesatuan antara tubuh dan roh. Kesatuan inilah yang memampukan manusia agar dalam
setiap pilihannya mampu bertanggung jawab. Akan tetapi pengertian ini tetap
menimbulkan kesulitan tersendiri, terutama pengertian personalitas dan kebebasan bila
dikaitkan dengan orang-orang yang tidak dapat menunjukkan fungsi rohnyaseperti: janin,
orang idiot, atau yang menderita penyakit. Maka salah satu sikap yang perlu dipupuk
adalah menghargai manusia sebagai person karena hal ini sudah mulai memudar ditengah
arus zaman dengan segala kompleksitasnya.

4) Memelihara hidup yang adalah suci dan berkualitas


Manusia adalah ciptaan Allah. Setiap manusia dipanggil untuk merealisasikan kepenuhan
citra Allah tersebut. Manusia bukanlah tuan atas hidupnya. Karena itu setiap individu
mempunyai kewajiban etis untuk menghormati kehidupan tanpa syarat. Hidup manusia
adalah baik karena berasal dari Allah dan pada hakikatnya hidup manusia itu suci. Dengan
menyadari harkat hidup manusia yang agung karena Penciptanya yang Maha Agung,
manusiapun tidak boleh semena-mena terhadap kehidupan.

5) Mempertahankan kemurnian hidup.


Cinta Allah kepada manusia melebihi ciptaan lain. Karena cinta-Nya inilah maka ia
mengutus Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Melalui Kristus,
Allah mau tinggal dan hidup dengan manusia. Kehadiran Kristus ini memberi makna baru
pada tubuh manusia sebagai tempat yang kudus bagi Roh Kudus, sehingga disebut juga
sebagai Bait Roh Kudus (1Kor 3:16). Dalam arti ini, tubuh tidak lagi dipahami sebagai
alat yang dapat diobyekkan, tetapi dipahami sebagai tempat tinggal Allah. Melalui
kebangkitan Kristus, hidup manusia diselamatkan dan semakin disucikan. Hidup manusia
tidak berakhir didunia, melainkan terarah kepada tujuan tertentu yakni hidup kekal.
Dengan kebangkitan Kristus pula, hidup manusia selalu terarah kepada Allah dan
semakin dekat dengan penciptanya, “sehingga bukan aku lagi yang hidup melainkan
Kristuslah yang hidup di dalam diriku.” (Gal 2:20). Demikianlah ungkapan St. Paulus
untuk mengatakan bahwa hidup manusia harus selalu terarah kepada Allah.

17
Bab II
AGAMA SEBAGAI JALAN HIDUP MANUSIA MENUJU KEBAHAGIAAN

Pengantar
Keinginan terdalam setiap manusia adalah mengalami kebahagiaan dan keselamatan.
Sebagai makhluk religious, manusia mengusahakan kebahagiaan dan keselamatan ini dengan
menempuh jalan hidup yang berdasar dan terarah pada ‘Yang Ilahi’. Jalan hidup inilah yang
dikenal sebagai agama. Maka seharusnya agama menjadi jalan hidup bagi manusia. Dalam
sejarah hidupnya, terdapat berbagai macam agama yang dianut oleh manusia. Dalam berbagai
agama itu, manusia dihantar pada sebuah pengalaman yang menyadarkannya akan tiga hal,
yakni: pertama, bagaimana manusia menghidupi nilai-nilai agama sebagai jalan hidup yang
baik dan benar; kedua, bagaimana manusia menjaga kemurnian agama terhadap pengaruh hal-
hal duniawi; ketiga, bagaimana semua manusia dalam kebebasannya menganut agama yang
diyakini dapat hidup rukun dan baik sesuai ajaran agama tersebut. Menarik dicermati bahwa
pengenalan yang memadai terhadap agama Katolik sebagai suatu jalan hidup penuh rahmat
menuju kebahagiaan, membawa kita untuk menghidupi ketiga hal di atas sebagai pengalaman
beragama yang membahagiakan dan menyelamatkan.

A. WAHYU, IMAN DAN AGAMA


Secara umum kita tahu bahwa wahyu merupakan pernyataan diri Allah kepada manusia.
Wahyu adalah inisiatif dari Allah untuk mendekati manusia sedemikian rupa sehingga Allah
menganugerahkan diri-Nya kepada manusia. Hakekat terdalam dari wahyu Allah adalah Allah
yang berkenan menyatakan diri-Nya (Revelatio Dei). Pernyataan diri Allah terjadi dalam
peristiwa-peristiwa sejarah, baik sejarah manusia secara umum maupun sejarah bagsa Israel
secara khusus.
Iman merupakan jawaban manusia terhadapa pernyataan diri Allah tersebut. Karena
Allah sudah menyingkap rahasia kehendak-Nya dan menyatakannya kepada manusia, maka
manusia menanggapinya dengan penyerahan diri yang total kepada Allah. Tanggapan ini
dilakukan dengan mengakui Allah dan berserah diri kepada-Nya agar mengalami keselamatan
dan kebahagiaan sesuai dengan maksud pewahyuan Allah tersebut. Singkatnya, kita dapat
menyipulkan bahwa iman merupakan tindakan percaya manusia kepada Allah. Wahyu dan
iman sama-sama merupakan komunikasi pribadi dan persatuan personal antara Allah dan
manusia.
Agama adalah bentuk konkret dari keyakinan manusia terhadap Allah yang telah
mewahyukan diri. Dengan demikian, agama dicirikan dengan pedoman dan tata ibadat untuk
memuliakan Allah, bersyukur kepada Allah dan memohonkan rahmat dari-Nya, serta kerangka
acuan untuk hidup sesuai dengan iman kepada Allah. Manusia merupakan subyek agama,
karena itu kita dapat berkata bahwa manusia merupakan makhluk beragama (a religious
being). Melalui gambar dibawah ini, kita bisa melihat hubungan antara wahyu, iman dan
agama. Ketiganya berkaitan satu sama lain dan tak dapat di pisahkan. Allah secara nyata
mewahyukan dirinya kepada manusia, dan manusia menanggapinya dengan iman. Iman
tersebut dinyatakan dalam agama.

18
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Wahyu

. Iman Agama
Hubungan antara wahyu, iman dan agama

B. PENGERTIAN, FUNGSI DAN MAKNAAGAMA

Agama adalah suatu bentuk hubungan manusia dengan “Yang Suci”. Manusia sadar
akan adanya kekuasaan gaib yang mengatasi dirinya dan segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini. Kekuasaan itu dirasakan sebagai sesuatu yang ‘mistis’. Terhadap “Yang Suci” itu
manusia memiliki rasa takut dan merasa tidak pantas. Namun ia juga merasa tertarik karena
sifat-sifat-Nya yang mempesonakan. Meskipun merasa takut, manusia merasa harus
mendekati dan menghubungi-Nya. Hal ini disebabkan oleh karena manusia merasa bahwa
hidup dan keselamatannya tergantung pada-Nya. “Yang Suci” itu mendapat sebutan yang
berbeda-beda, antara lain: Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa, “zat” yang mutlak, Roh
Tertinggi, dsbnya.
Dari segi moral agama dilihat sebagai kebajikan moral yang mendorong setiap
manusia untuk menghormati Tuhan sebagai pencipta dan penguasa tertinggi. Sedangkan
dalam agama Kristen, agama adalah jawaban manusia atas kasih Allah menurut ajaran dan
teladan Yesus sendiri.
Agama sebagai wujud sosial manusia, mengungkapkan bahwa hidup pribadi dan hidup
bersama mendapat dasar yang mutlak. Maka agama mencakup banyak hal antara lain:
 Mengumpulkan orang dengan kepercayaan yang sama
 Menyediakan guru untuk menasihati dan memimpin
 Menyediakan sejumlah pokok ajaran untuk dianut, aturan-aturan untuk hidup bersama dan
untuk beribadat serta upacara-upacara yang dilakukan bersama dan doa-doa yang
diungkapkan sendiri-sendiri.
Dengan ajaran dan upacara serta aturan-aturan moral yang disediakan, agama
memberikan kerangka acuan bagi hidup dan tindakan manusia khususnya bagi situasi hidup
yang tidak stabil atau pada saat-saat yang menentukan atau menakutkan; saat kelahiran dan
kematian, perkawinan, pesta-pesta masyarakat, dsbnya.

Fungsi Hakiki Agama


Pada dasarnya agama berfungsi untuk mewartakan keselamatan, menawarkan arti hidup
dan mengajarkan cara hidup.
1. Mewartakan keselamatan
Semua agama mewartakan dan menjanjikan keselamatan dan bukan malapetaka. Karena
itulah manusia memeluk suatu agama dalam hidupnya.
2. Mewartakan arti hidup
Setiap agama memiliki pandangan hidup yang diberikan kepada para penganutnya untuk
dihayati. Agama memberikan jawaban atas pertnyaan hidup manusia seperti: dari

19
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

mana asal hidup manusia, apa maknanya, apa tujuan hidup manusia, apa arti hidup
sesudah kematian, dsbnya. Dengan menghayati pandangan hidup menurut agamanya,
manusia akan selamat dan bahagia.
3. Mengajarkan cara hidup
Semua agama mengajarkan cara hidup yang baik dan benar kepada para penganutnya
untuk hidup beretika, bermoral, dan hidup yang baik yang akan membahagiakan dan
menyelamatkan

Makna Agama dalam Kehidupan

Setiap masyarakat Indonesia mendambakan kehidupan yang rukun, damai dan


harmonis di tengah kehidupan masyarakatnya yang plural. Namun harapan ini masih jauh dari
kenyataan karena dibeberapa tempat masih terjadi berbagai kekacauan yang
mengatasnamakan agama ataupun pertikaian yang bernuansa agama (Poso dan Ambon).
Konflik ini sangat mungkin terjadi karena banyak orang yang menyalahgunakan agama
untuk kepentingan tertentu (misalnya kekuasaan). Juga ada banyak orang yang kurang
memahami agamanya sehingga mudah diadu domba. Menyaksikan berbagai kekacauan dan
kerusuhan yang bernuansa agama, banyak orang mulai mempertanyakan kembali fungsi
agama yang sesungguhnya. Bukankah semua agama mengajarkan cinta kasih, kerukunan,
persaudaraan sejati, dan kebaikan? Mengapa justru kerusuhan bernuansa agama dapat terjadi
dan sering berlangsung sangat lama dan kejam?
Melihat kenyataan di atas, kita perlu melihat bagaimana pandangan manusia tentang
makna agama dalam hidupnya. Bagi manusia, agama memberi kerangka yang bisa
dipergunakan manusia untuk menyatukan pemahamannya tentang diri sendiri, masyarakat,
dunia, bahkan alam semesta. Karena itu agama bisa menjadi pemersatu, jalan menuju
keselamatan, pegangan hidup dan norma-norma dalam hidup bersama. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa agama dengan segala ajarannya dapat membina kehidupan yang rukun di
antara para pemeluknya. Dalam hal ini, kerukunan bukan hanya sebatas tidak saling
bertengkar, tetapi lebih dari itu memiliki makna yang sangat mendalam yakni bahwa setiap
orang saling menghargai dan mengormati perbedaan keyakinan yang ada. Juga berarti dengan
kerukunan setiap orang dapat hidup berdampingan dengan damai, saling membantu dalam
kesulitan, saling berbagi dalam kebahagiaan dan kegembiraan. Dalam masyarakat yang rukun
terdapat sikap saling empati, yakni rasa senasib dan sepenanggungan, ikut merasakan
penderitaan sesama. Dengan demikian akan terdapat rasa solidaritas yang tinggi.

C. MACAM-MACAM AGAMA

1. Agama kodrati (alamiah)


Pendiri agama kodrati (alamiah) adalah seorang manusia biasa. Dalam agama kodrati
manusia berusaha mencari penciptanya (Tuhan) karena ingin membereskan hubungannya
dengan Dia. Isi ajarannya berbobot manusiawi. Walau demikian harus diakui pula bahwa di
dalammya terdapat bobot kebaikannya juga. Namun kebenaran-kebenaran yang diajarkan dan
yang harus dipercayai hanya bersifat kodrati, dapat dijangkau oleh otak manusia karena
kebenaran-kebenaran itu memang berasal dari hasil pemikiran manusia. Sudah barang tentu
bahwa pemeluk-pemeluknya dapat menjadi manusia yang baik, berbudi uhur, dapat

20
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

membantu datangnya ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat, contohnya adalah


kebatinan.

2. Agama wahyu
Pendiri dan pencipta dari agama ini adalah Allah sendiri, yang memperkenalkan diri dan
kehendak-Nya kepada manusia. Allah membeberkan kehendak-Nya secara positif, dan
memberitahukan cara bagaimana Ia mau di abdi. Jika dalam agama alamiah manusia mencari
Tuhan, maka dalam agama wahyu Allah yang mencari manusia, sehingga isi ajaran yang
diterima dan dipercayai manusia juga berbeda. Kecuali sejumlah ajaran yang berbobot
manusiawi, masih terdapat sejumlah kebenaran yang bersifat adikodrati (supranatural).
Artinya kebenaran-kebenaran tersebut tidak diperoleh dari dunia ini karena ajaran tersebut
mengatasi kemampuan daya tangkap manusia dan tak dapat terkejar oleh kemajuan ilmu
pengetahuan.

D. MOTIVASI DAN MASALAH BERAGAMA

Manusia mau menganut suatu agama karena didorong oleh kehendak yang kuat untuk
hidup baik dan benar didunia ini sesuai kehendak Tuhan. Oleh karena itu, manusia yang
beragama akan menjalin relasi personal dengan Tuhan yang memberi tuntunan untuk hidup
suci lewat sabda-Nya. Motivasi lain yang juga mendorong manusia bergama adalah dorongan
untuk menjalani hidup dengn teratur dan bernilai yang ditunjukkan dalam perbuatan hidup
sehari-hari. Terdorong oleh hal ini, maka manusia yang beragama akan sangat memperhatikan
pemuliaan Tuhan dan praksis hidup yang menunjukkan akhlak yang baik dan suci. Motivasi
beragama yang dimiliki hanya karena takut dicap tidak ber-Tuhan atau karena ikut orang tua,
atau karena sebab yang lain, bukanlah hal yang memadai untuk disebut sebagai manusia
beragama.
Bila kita meneliti lebih jauh, masalah hidup beragama bukan hanya sebatas
menyangkut aspek lahiriah saja, melainkan lebih dari itu menyangkut aspek iman dan social.
Dalam dimensi iman, ajaran yang berbeda (sehingga melahirkan cara hidup dan cara pandang
yang berbeda dalam menghayati agama yang dianut) berpeluang untuk menimbulkan bukan
hanya diskusi, tetapi juga perbandingan. Maka apabila tidak diantisipasi, umat beragama
dapat jatuh pada klaim sebagai pihak yang paling benar dalam beragama. Dalam dimensi
sosial, penghargaan terhadap perbedaan agama dan penerimaan terhadap keanekaragaman
sikap dalam menunjukkan dan menghidupi keyakinan, dapat juga dipandang sebagai masalah
beragama. Maka pada titik motivasi dan permasalahan inilah kita dapat menata kembali
kehidupan bersama khususnya dalam masyarakat kita yang majemuk. Apa yang menjadi dasar
untuk itu, tetaplah bahwa agama harus dipandang dan dihidupi sebagai jalan hidup menuju
kebahagiaan dan keselamatan karena terarah pada Tuhan.

E. KEBEBASAN BERAGAMA DAN HUBUNGAN ANTARA UMATBERAGAMA

1. Kebebasan Beragama menurut Dokumen Gereja (Dignitatis Humanae)


Dalam Konsili Vatikan II dikatakan bahwa setiap pribadi manusia berhak dan bebas
untuk memeluk suatu agama yang diyakininya. Kebebasan itu berarti bahwa semua orang
harus kebal terhadap setiap paksaan yang datang dari luar atau pihak orang perorangan

21
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

maupun kelompok-kelompok sosial dan kuasa manusiawi manapun juga untuk memeluk suatu
agama. Dalam hal beragama, seseorang tidak boleh dipaksa untuk melawan suara hatinya atau
dihalangi kebebasannya. Kebebasan menganut agama ini harus didasarkan pada martabat
manusia itu sendiri. Kebebasan menganut agama ini harus diakui dalam tata hukum
masyarakat sedemikian rupa, sehingga menjadi hak sipil. Semua orang sebagai pribadi yang
berkehendak bebas, dan oleh kodratnya sendiri terdorong untuk mencari kebenaran terutama
yang menyangkut agama. Manusia hanya dapat memenuhi kewajiban moral dan terikat untuk
mencari kebenaran terutama menyangkut agama bila mereka memiliki kebebasan psikologis
sekaligus bebas dari paksaan (DH 2). Jadi, kebebasan untuk menganut agama tertentu
merupakan hak setiap pribadi manusia
Adapun kebenaran harus dicari dengan cara yang sesui dengan martabat manusia serta
kodrat sosialnya yakni melalui penyelidikan yang bebas, melalui pengajaran atau pendidikan,
komunikasi dan dialog (DH 3). Manusia bebas mendengarkan suara hatinya untuk mencapai
atau menemukan Allah terutama dalam hal keagamaan. Menurut sifatnya sendiri, pengalaman
agama pertama-tama terdiri dari tindakan-tindakan batin yang dikehendaki orang secara
pribadi serta bersifat bebas. Dan melalui tindakan-tindakan tersebut seseorang mengarahkan
dirinya kepada Allah. Tindakan seperti ini tidak dapat dihalangi oleh kuasa manusiawi semata-
mata, sedangkan dari kodrat sosialnya manusia dituntut untuk mengungkapkan tindakan-
tindakan batin keagamaannya secara lahiriah, berkomunikasi dengan sesama dalam hal
keagamaan dan menyatakan keagamaannya secara bersama-sama (DH 3). Apabila tidak
diberi kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan seseorang serta
mengamalkannya secara bebas dalam masyarakat, maka hal ini dapat dikatakan sebagai
tindakan ketidakadilan terhadap pribadi manusia.

2. Hubungan Antar Umat Beragama


Kenyataan bahwa Negara Indonesia adalah negara plural tidak dapat dipungkiri.
Indonesia terdiri dari beraneka macam pulau, suku, budaya, bahasa, adat-istiadat dan juga
agama. Nostra Aetate artikel 1 dan 2 mengajarkan kepada kita agar hendaknya kita
menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebagaimana dalam agama-agama tersebut
terdapat pula kebenaran dan keselamatan. Kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam
persaudaraan sejati demi keselamatan manusia dan bumi tempat kita tinggal ini. Kerukunan
antar umat beragama menjadi tanggungjawab kita semua tanpa kecuali.
Di tengah situasi bangsa yang kurang stabil dalam berbagai bidang (politik, ekonomi,
social, keamanan dan juga hubungan antar agama) seperti yang terjadi akhir-akhir ini, sangat
riskan untuk mengarah kepada disintegrasi bangsa. Di tengah situasi seperti ini kita
diharapkan untuk mencari solusi yang terbaik. Di sinilah peranan para tokoh beragama sangat
penting, karena mereka bisa mengajak umatnya untuk membina hidup rukun dalam
kebersamaan baik dengan yang seiman maupun yang bergama lain.

a. Ajaran dan Pandangan Gereja Katolik


Pada prinsipnya Gereja Katolik sangat mencintai persaudaraan universal, yang
tidak membeda-bedakan suku bangsa, warna kulit, bahasa, agama, dsbnya. Gereja
berpedoman pada sikap Yesus sendiri yang semasa hidupnya yang selalu menyapa dan
bersahabat dengan siapapun tanpa melihat agama dan kayakinannya, misalnya:
 Yesus berdialog dengan perempuan Samaria di sumur Sikhar, padahal bagi orang
Yahudi, orang Samaria adalah orang-orang kafir (bdk. Yoh 4:1-24).

22
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

 Yesus menolong hamba perwira Romawi yang sakit, sedangkan bangsa Romawi
adalah penyembah berhala (lih. Mat 8:5-13).
 Yesus mendengarkan permintaan perempuan Siro-Fenesia (orang asing dari suku
penyembah berhala) yang anak kerasukan roh jahat (lih. Mrk 7:24-34)
 Yesus menceritakan kisah tentang orang Samaria yang baik hati untuk menegaskan
sikap-Nya yang tidak mempersoalkan agama tetapi lebih mengutamakan belas kasih
dan persaudaraan. (lih. Luk 10:25-37). Orang Samaria itu sanggup menjadi sesama
bagi orang lain yang sungguh membutuhkan pertolongan tanpa memandang asal- usul
dan latar belakang hidupnya. Orang yang berbeda suku, agama, cara beribadah dan
kebudayaan dikasihi dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, dan akal budi. Itulah yang
disebut persaudaraan sejati. Dalam persaudaraan sejati tidak ada sekat berupa
perbedaan suku, bahasa, budaya, agama, ras, dsbnya. Yang ada hanyalah kasih sebagai
saudara dan sesama.

b. Usaha-usaha membina Kerja Sama dan Dialog Antar Umat Beragama


Dunia ditandai dengan pluralisme agama dan budaya. Oleh karena itu perlu
dibangun dialog antar agama. Sikap yang penting untuk menanamkan semangat dialog
antar umat beragama adalah adanya keterbukaan dari pihak-pihak yang berdialog. Dialog
sejati memprasyaratkan pengetahuan agama lain, bahkan pembacaan Kitab Suci agama
lain. Dialog sejati tidak sama begitu saja dengan kerukunan. Gereja sendiri pada prinsipnya
menempatkan keberadaan umat Kristiani di tengah dunia yang masyarakatnya beraneka
ragam suku, bahasa, budaya, adat-istidat, aliran kepercayaan dan agama, sehingga sangat
membutuhkan dialog. Beberapa dokumen Konsili Vatikan II yang membahas tentang kerja
sama dan dialog antara agama antara lain: LG, GS, NA, AG, UR. Hal ini mau
menunjukkan bahwa dialog mendapat perhatian penting dari Gereja. Kata dialog berasal
dari bahasa Yunani: ‘dia-logos’ yang berarti berbicara, berfirmn dari dua arah. Maka
dialog berarti saling memberi diri (informasi) dan saling mendengarkan untuk saling
memahami (mengerti) secara bergantian. Di sini, perlu usaha untuk menciptakan
persaudaraan sejati antar pemeluk agama. Usaha yang dimaksud adalah dengan
mengadakan berbagai bentuk dialog dan kerja sama.
Beberapa bentuk dialog yang bisa diusahakan dan dikembangkan dengan saudara-
saudari umat Islam, Hindu, Budha, Konghucu, Aliran Kepercayaan dan Agama Asli
antara lain:
1) Dialog kehidupan
Dialog kehidupan ini dalap dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita
sering hidup berdampingan dengan sesama yang beragama lain. Dalam hidup bersama
kita selalu saling bertegur sapa, bergaul, saling mendukung dan saling membantu satu
sama lain. Hal ini dilakukan tentu saja bukan hanya karena tuntutan etika hidup
bersama, pergaulan dan sopan santun, melainkan juga tuntutan iman kita. Melalui hal-
hal sederhana semacam itulah kita membangun dialog kehidupan. Selain itu dialog
kehidupan tampak nyata antara lain: dalam komunitas buruh, petani, anak jalanan,
nelayan, pemberdayaan perempuan, dsbnya.

2) Dialog karya
Dalam hidup bersama dengan orang lain kita didorong untuk bekerja sama demi
kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Berbagai kegiatan
dapat kita lakukan secara bersama-sama seperti kegitan-kegiatan sosial

23
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dsbnya. Melalui kegiatan


itulah terjadi interaksi yang dapat menghantar kita untuk saling mengenal lebih dalam
dan saling menghargai.

3) Dialog iman
Dalam hidup beriman kita dituntut untuk saling memperkaya. Walaupun kita berbeda
agama. Banyak ajaran iman juga visi dan misi agama yang sama. Dialog iman ini
muncul dalam bentuk forum antar umat beragama, gerakan ekumene dan kerukunan
umat. Lebih dari itu, semua orang mempunyai perjuangan yang sama dalam
menghayati ajaran imannya. Dalam hal inilah kita saling belajar, saling meneguhkan
dan saling memperkaya, misalnya:
 Dari kita umat Katolik, kita dapat memberi kesaksian iman tentang bagaimana kita
menghayati nilai-nilai Injil seperti cinta kasih, solidaritas, pengampunan,
kebenaran, kejujuran, perdamaian, dsbnya.
 Dari agama Islam, kita dapat belajar tentang sikap pasrah, kepercayaan yang teguh
pada Allah Yang Maha Esa, ketekunan utuk berdoa secara teratur dan sikap tegas
dalam menolak kemaksiatan.
 Dari agama Hindu dan Budha (juga aliran kepercayaan), kita dapat belajar tentang
penekanan pada doa bathin, meditasi dan kontemplasi, yoga dan berbagai seni
bermeditasi lainnya yang sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia.
 Dari agama Konghucu (juga Budha), kita dapat belajar tentang penekanan dan
penghayatan umatnya pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan
praktek hidup yang baik. Maka agama Konghucu dan Budha seringkali disebut
sebagai agama moral
 Dari agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan mereka pada alam dan
lingkungan hidup. Agama asli sangat menekankan kepercayaan pada keharmonisan
seluruh kosmis. Ada mata rantai kehidupn yang melingkupi seluruh alam raya
yang tidak boleh dirusak. Maka umat agama asli selalu membuat upacara sebelum
mereka mengolah tanah, menebang pohon, dsbnya. Hal ini dilakukan sebagai
semacam tindakan penghormatan dan minta ijin kepada sesama saudara kehidupan.
Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini, kita perlu menimba inspirasi dari
agama asli ini.
Dialog yang sehat tidak hanya melihat kesamaan, tetapi juga mampu melihat
perbedaan sebagai kekayaan. Maka sekalipun Gereja memiliki sikap hormat yang tulus
terhadap agama-agama lain, Gereja tiada hentinya mewartakan keyakinan imannya bahwa
Kristus adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan
kepenuhan hidup keagamaan; dalam Dia juga Allah mendamaikan segala sesuatu dengan
diri-Nya (2 Kor 5:18-19).

c. Akar masalah yang dihadapi berkaitan dengan dialog dan kerukunan hidup
beragama
Setiap orang memiliki cita-cita yang luhur untuk menggalakkan persaudaraan sejati
antar pemeluk agama. Dan tidak ada agama yang mengajarkan keburukan dan kejahatan
kepada umatnya. Yang diajarkan agama adalah nilai-nilai luhur yang mentor keharmonisan
hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungannya serta dengan diri sendiri.
Namun dalam upaya membangun dialog dengan sesama yang

24
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

berbeda agama selalu terjadi kesulitan. Beberapa hambatan yang dianalisis berkaitan
dengan usaha membangun dialog antar umat beragama adalah:
 Kurangnya wawasan (pengetahuan) tentang agama lain yang menimbulkan sikap
kecurigaan terhadap agama dan umat beragama lain.
 Keengganan untuk secara aktif menjalin kontak dengan penganut agama lain
 Para penganut agama sangat tergantung dengan sikap atau gerakan yang diakukan oleh
pemimpin masing-masing
 Kurang digalakkannya kegiatan antar agama (ekstern)

25
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Bab III
YESUS KRISTUS

Pengantar
Yesus menjadi tokoh yang hidup sepanjang masa. Pembicaraan mengenai hidup, karya
dan ajaran Yesus tidak pernah tuntas terpahami oleh manusia. Pengenalan akan Yesus bertitik
tolak dari fakta sejarah tentang Yesus sebagaimana diabadikan dalam Kitab Suci. Sejarah
mencatat bahwa Yesus benar-benar hidup. Bukti sejarah menunjukkan bahwa Dia lahir pada
zaman pemerintahan Kaisar Agustus (27 SM-14 M), ketika Kirenius menjadi wali negeri
(gubernur) Syria dan wafat pada zaman Pontius Pilatus. Bukti ini mau menunjukkan bahwa
Dia benar-benar hidup pada suatu tempat dan masa tertentu seperti pelaku sejarah lainnya.
Persoalan yang muncul berkaitan dengan Yesus adalah di mana letak perbedan antara Yesus
yang hidup dalam sejarah (di tempat dan budaya Yahudi) dengan Yesus yang diwartakan
Gereja.
Yesus dikenal sebagai sosok yang datang dari Nasaret, bahkan di atas salib-Nya dipasang
tulisan “Iesu Nazarenus Rex Iudeorum” (INRI) atau “Jesus dari Nasaret, Raja orang Jahudi”.
Sementara itu keraguan atas keaslian kesaksian Yesus sebagai Putera Allah, Raja Israel
muncul karena Dia lebih dikenal sebagai orang Nasaret. Selanjutnya dalam hidup
bermasyarakat, Yesus harus berhadapan dengan orang-orang Israel yang mengharapkan
kemerdekaan politis karena mereka hidup dalam penjajahan Romawi dengan segala kesulitan
ekonomi yang dialaminya. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kita sampai pada pengenalan
akan Yesus? Dengan cara bagaimana kita dapat sampai pada pengalaman akan Yesus yang
membawa keselamatan dalam hidup kita? Pengalaman akan Yesus Kristus merupakan sebuah
pengalaman pribadi. Pengalaman ini terjadi melalui berbagai cara seperti: jemaat pertama
yang langsung mengalami Yesus ketika masih hidup, lalu kisahnya ditulis oleh penulis Kitab
Suci; juga melalui pewartaan Gereja. Disini tanggapan manusia bermacam-macam: ada yang
langsung menerima Yesus, tetapi ada yang juga terlebih dahulu menolak dan setelah itu baru
menerimanya.

A. KITAB SUCI: SUMBER UNTUK MENGENAL YESUS KRISTUS


Kitab Suci merupakan sebuah karya yang disusun oleh berbagai jemaat Kristen dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Budaya Palestina, Yahudi-Yunani dan Yunani
bukan Yahudi merupakan budaya yang secara kuat melatar-belakangi penulisan Perjanjian
Baru dengan penekanan yang berbeda-beda. Jemaat Palestina lebih menekankan tentang
kedatangan Yesus yang kedua kalinya untuk memenuhi tugasnya sebagai Messiah yakni
memenuhi harapan manusia untuk mendapatkan keselamatan di akhir jaman dalam rangka
Kerajaan Allah (tekanannya lebih pada masa depan). Jemaat Yahudi-Yunani melihat bahwa
tidak hanya masa depan saja yang penting tetapi Kristus juga berperan pada masa kini. Jemaat
ini memberi gelar “Tuhan” pada Yesus. Sedangkan budaya campuran Yunani-Bukan Yahudi
menekankan pada masa lampau-masa kini-masa depan. Mereka memperhatikan kehidupan
Yesus sebelum hadir ke dunia ini dengan teliti, saat Dia hidup didunia dan masa kemuliaan
setelah kebangkitanNya.
Kitab Suci adalah: 1) Sabda Allah; 2) Sumber segala ajaran agama; 3) Buku pedoman
umat Kristen; 4) Rencana karya penyelamatan Allah; 5) Ungkapan iman para pengarang dan
umat purba. Manfaat Kitab Suci adalah: mengajar umat, menyatakan kesalahan dan
memperbaiki kelakuan (bdk. ....

26
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Kitab Suci Perjanjian lama dan Perjanjian Baru memiliki keterkaitan yang sangat erat,
seperti di bawah ini:
No Perjanjian Lama Perjajian Baru
1. Kisah mengenai hubungan khusus yang Kisah mengenai hubungan Allah dan
terjalin antara Allah dengan para Bapa manusia di dalam Yesus Kristus
Bangsa (Abraham, Ishak dan Yakub) dan
umat Israel
2. meletakan dasar dan untuk Melanjutkan dan menyempurnakan KSPL
mempersiapkan bangsa Israel untuk
kedatangan Mesias yang akan
mengorbankan diriNya bagi dosa-dosa
mereka
3. Tata keselamatan dalam Perjanjian Lama KSPB berisi tentang “Perjanjian
dimaksudkan untuk menyiapkan Baru”
kedatangan Kristus penebus seluruh dunia (bdk. Luk 22:20) yang diikat dengan umat
manusia melalui Yesus Kristus. Artinya,
perjanjian itu bersifat kekal. Disebut
perjanjian karena hubungan Allah dan
manusia terjalin secara khusus dan
personal dalam bentuk perjanjian. Allah
bersatu dengan manusia demi
keselamatannya.
4. Mencantumkan ajaran-ajaran luhur Tema sentral PB: Yesus Kristus Putera
mengenai Allah serta kebijaksanaan-Nya Allah yang menjadi manusia, karya-karya
yang menyelamatkan, tentang peri hidup dan ajaran-Nya serta pemuliaan-Nya.
manusia, dan memuat perbendaharaan juga awal mula Gereja di bawah
doa-doa yang menakjubkan. bimbingan Roh Kudus.
5. Menggambarkan sistem persembahan Memperjelas bahwa sistem ini hanyalah
yang diberikan Allah kepada orang-orang kiasan dari pengorbanan Kristus yang
Israel untuk secara sementara waktu melaluinya keselamatan dapat diperoleh
menutupi dosa-dosa mereka. (Kisah 4:12, Ibrani 10:4-10).
6. Memperlihatkan firdaus yang hilang Memperlihatkan firdaus yang diperoleh
kembali melalui Adam yang kedua
(Kristus) dan bagaimana suatu hari itu
akan dipulihkan kembali.
7. Menyatakan bahwa manusia terpisah Menyatakan bahwa manusia sekarang
dari Allah karena dosa (Kejadian 3) dapat dipulihkan kembali hubungannya
dengan Allah (Roma 3-6).
8. Menubuatkan kehidupan Mesias. Kitab-kitab Injil pada umumnya mencatat
kehidupan Yesus dan Surat-Surat
menafsirkan kehidupan-Nya dan
bagaimana kita harus menanggapi segala
yang telah dan akan dilakukan-Nya.
Kitab Suci umat Kristiani terbagi menjadi 2 bagian besar, yakni Perjanjian Lama
(PL) dan Perjanjian Baru (PB). PL adalah persiapan untuk kedatangan Yesus, sedangkan
PB adalah “Peristiwa Yesus”. Berikut ini adalah isi PL dan PB:

27
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

1. Bagian-bagian PL
KSPL yang sekarang kita miliki, pada mulanya berupa kumpulan cerita-cerita
tentang pengalaman bangsa Israel dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan.
Bangsa Israel mengalami Tuhan yang menyertai, melindungi dan menyelamatkan
umat-Nya. Mereka sungguh mengalami kasih Allah yang besar dalam perjalanan hidup
mereka. Pengalaman-pengalaman tentang Allah yang menyelamatkan itu secara turun-
temurun diceritakan kepada anak cucu mereka. Akhirnya cerita-cerita yang ditulis para
pengarang Kitab Suci atas dasar ilham Roh Kudus itu dikumpulkan dan disusun
menjadi sebuah buku yang utuh seperti yang kita miliki sekarang ini. Adapun bagian-
bagian KSPL adalah sebagai berikut:

Pentateukh Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan.


Kitab Sejarah Yosua, Hakim-Hakim, Rut, 1 & 2 Samuel, 1 & 2 Raja-Raja, 1 &
2
Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester.
Kitab Ayub Mazmur Amsal Pengkhotbah Kidung Agung
Kebijksanaan
Kitab Nabi-nabi
a. Nabi Yesaya Yeremia Yehezkiel & Daniel
Besar
b. Nabi KecilHosea Yoel Amos Obaja Yunus Mikha Nahum Habakuk
Sefanya
Hagai Zakaria Maleakhi
Deuterokanonika Tobit Yudit Tambahan Ester Kebijaksanaan Salomo Putra
Sirakh Barukh Tambahan Daniel 1 & 2Makabe

Perjanjian Lama meletakkan dasar untuk pengajaran-pengajaran dan peristiwa-


peristiwa dalam Perjanjian Baru. Tanpa PL, kita tidak akan mengerti mengapa Mesias
datang (lihat Yesaya 53); kita tidak dapat mengenali Yesus, orang Nazaret itu, sebagai
Mesias melalui berbagai nubuat mendetail mengenai Dia (tempat kelahiranNya (Mikha
5:2); cara kematianNya (Mazmur 22, khusus ayat 1, 7-8, 14-18; Mazmur 69:21, dll),
kebangkitanNya (Mazmur 16:10), dan banyak lagi detil pelayananNya (Yesaya 52:13;
9:2, dll). Melalui PL kita dapat memahami dan mengerti banyak hal seperti:
 Adat istiadat orang-orang Yahudi yang disebutkan secara sambil lalu dalam PB.
 Pemutarbalikan yang dilakukan orang-orang Farisi terhadap hukum Allah saat
mereka menambahkan kebiasaan mereka sendiri pada hukum itu.
 Mengapa Yesus begitu marah ketika Dia menyucikan Bait Allah.
 Bahwa kita dapat menggunakan hikmat yang sama yang digunakan Kristus
ketika berulang kali Dia menanggapi para seterunya (baik manusia maupun
Iblis).
 Janji-janji yang masih akan digenapi Allah terhadap bangsa Yahudi. Akibatnya,
kita tidak dapat secara tepat melihat bahwa masa kesengsaraan besar adalah
masa tujuh tahun di mana Allah akan secara khusus berkarya dengan bangsa
Yahudi yang dulunya menolak kedatangan-Nya yang pertama namun akan
menerima Dia pada kedatangan-Nya yang kedua kali.
 Pemerintahan 1.000 tahun Yesus adalah sesuai dengan janji-janji-Nya kepada
orang-orang Yahudi dan juga bagaimana itu cocok dengan bangsa-bangsa bukan
Yahudi.

28
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

 Bagian akhir dari Alkitab menyimpulkan hal-hal yang belum selesai yang
dimulai di bagian awal dari Alkitab, bagaimana Allah akan memulihkan dunia ini
menjadi firdaus sebagaimana yang direncanakan-Nya, dan bagaimana kita akan
menikmati hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi sebagaimana yang
terjadi di taman Eden.
PL mengandung berbagai pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan banyak
tokoh yang jatuh dalam dosa. Dengan mengamati kehidupan mereka kita didorong
untuk percaya kepada Allah apapun yang terjadi (Daniel 3) dan tidak berkompromi
dalam hal-hal yang sepele (Daniel 1) sehingga pada akhirnya kita dapat setia dalam
hal-hal yang besar (Daniel 6). Kita belajar bahwa paling baik mengaku dosa
secepatnya dan dengan sungguh-sungguh serta bukannya melemparkan kesalahan (1
Samuel 15). Kita dapat belajar untuk tidak bermain-main dengan dosa karena dosa
akan menerkam kita dan gigitannya mematikan (lih. Hakim-Hakim 13- 16).
Kita dapat pula belajar bahwa kita perlu bersandar (dan taat) kepada Allah jika
kita mau mengalami kehidupan tanah-perjanjian Allah dalam hidup ini dan firdaus di
kemudian waktu (Bilangan 13). Kita belajar bahwa jika kita membayangkan hal-hal
berdosa, kita sementara mempersiapkan diri untuk berdosa (Kejadian 3, Yosua 6-7).
Kita belajar bahwa dosa memiliki konsekwensi bukan hanya untuk diri kita sendiri,
namun juga untuk orang-orang sekitar kita yang kita kasihi, dan sebaliknya. Perbuatan
baik kita bukan hanya berpahala untuk diri sendiri, namun juga untuk orang-orang yang
ada di sekitar kita (Kejadian 3; Keluaran 20:5-6).

2. Bagian-bagian KSPB
KSPB berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari umat Kristen
perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaan yang disampaikan adalah bahwa
Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan penyelamat. Beberapa orang dipilih Tuhan
sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan.
Bentuk tulisan inilah yang disebut PB Karena berisi perjanjian antara Allah dan
manusia yang terjadi dalam diri Yesus Kristus dan ditulis setelah kebangkitan Yesus.
Berikut ini pengelompokan KSPB:

Injil Matius Markus Lukas Yohanes


Kisah Para Rasul Kisah Para Rasul
Surat-surat Paulus Roma, 1 & 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi,
Kolose, 1& 2 Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus,
Filemon.
Surat kepada Orang Ibrani Ibrani
Surat-surat Katolik Yakobus, 1 & 2 Petrus, 1, 2 & 3 Yohanes, Yudas
Kitab Wahyu Wahyu

Garis Besar Pewartaan Perjanjian Baru


KSPB merangkum keempat Injil, Kisah Para Rasul, Surat-surat Para Rasul dan
Wahyu Yohanes. Dalam keempat Injil ini kita dapat melihat seluruh kisah hidup
Yesus, mulai dari kelahiran, karya-karya-Nya, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya
sampai kenaikannya ke surga. Dari keempat pengarang Injil, Mateus dan Yohaneslah
yang pernah mengikuti Yesus selama hidup-Nya, sehingga apa yang mereka kisahkan

29
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

dalam tulisan mereka adalah apa yang mereka saksikan sendiri. Sedangkan Markus
adalah murid rasul Petrus yang untuk sementara waktu pernah mengikuti Paulus, dan
Lukas adalah murid Paulus.
Keempat Injil yang terdapat dalam KSPB memiliki ciri khas dan bentuk
pewartaan yang berbeda-beda dalam penyusunan kisahnya. Injil Mateus ditujukan
kepada orang-orang Kristen Yahudi di Palestina. Mereka ini adalah umat yang telah
matang dalam pengetahuan KSPL, karena itu dalam injil Mateus kita menemukan
banyak kutipan atau petunjuk-petunuk kepada Taurat dan kejadian-kejadian dalam
sejarah bangsa Israel di masa lalu. Yesus sendiri dikisahkan selalu menguti perkataan
para nabi PL. selain itu Mateus sangat senang menandaskan bahwa Yesus adalah
pemenuhan nubuat para nabi.
Markus menulis untuk kepentingan orang-orang Kristen bukan Yahudi. Kepada
mereka yang belum mendengar tentang Yesus dari Nazaret, Markus menuliskan kisah-
kisah mujizat untuk melukiskan kuasa ilahi-Nya. Yesus adalah Mesias. Ia ditolak oleh
kebanyakan orang Yahusi, namun dalam kebangkitan-Nya Allah mensahkan Dia
sebagai Kristus, Mesias yang diurapi, utusan Allah.
Lukas menuliskan Injilnya untuk orang-orang yang pada awalanya hidup dalam
kekafiran dan yang telah belajar mengenal Allah. Lukas menuliskan kisah masa
Kanak-kanak Yesus dan banyak perumpamaan yang tidak ada dalam Injil-injil
lainnya. Dalam Injilnya, Lukas pandai bercerita. Ia menghadapkan kita kepada Yesus
seakan- akan pribadi Yesus sungguh-sungguh hadir sekarang ini, di sini dengan
kepribadian dan cara mengajar-Nya yang mempesona. Ketiga Injil pertama: Mateus,
Markus dan Lukas disebut Injil Sinoptik. Ketiganya terbentuk sekitar 30-40 tahun
sesudah Yesus wafat. Sedangkan Injil Yohanes ditulis menjelang akhir abad pertama.
Injil Yohanes tidak menuliskan peristiwa hidup Yesus secara kronologis. Hal itu
memang tidak menjadi perhatian utama Yohanes. Keistimewaan injil keempat ini
adalah dalam hal cara menggali, mengolah, merenungkan dan menyajikannya dalam
semangat kontemplatif. Yohanes merenungkan hubungan manusia Yesus dengan Bapa
dalam satu Roh sebagaimana intimnya hubungan Yesus dengan manusia. Yohanes
menuliskan Yesus yang mengutus Roh Kudus bagi umat-Nya sebagai hasil karya
penebusan-Nya: hidup, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Juga
amanat-amanat Yesus yang secara panjang lebar disajikan dalam Injilnya, seperti
amanat dan doa Yesus pada malam Perjamuan Terakhir yang mengungkapkan sikap
penuh hormat kepada Bapa-Nya dan cinta sehabis-habisnya kepada para murid-Nya.
Keempat Injil sangat akrab dengan kita orang Kristen. Pembacaan dan renungan
Injil merupakan sarana yang paling tepat untuk dapat mengenal Yesus secara lebih
dekat. Membaca Injil berarti kita menghayati kata demi kata, ayat demi ayat secara
perlahan-lahan. Setiap kata atau kalimat bisa menyentuh hati karena dengan kata-kata
yang tertulis itu Roh Kudus mengilhami budi dan hati kita sesuai dengan situasi
konkret hidup kita. Membaca Injil dengan semangat doa dan kehendak yang kuat untuk
berjumpa dengan Tuhan menjadi sumber rahmat bagi kita dalam menghayati hidup
Kristen kita dengan kebahagiaan rohani.
Dalam Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Lukas, kita dapat melihat pimpinan
dan pengaruh Roh Kudus dalam Gereja muda, penyebaran Injil oleh para Rasul,
hidup persauudaraan dan semangat missioner Gereja muda itu. Karena itu kitab ini
dapat disebut sebagai kisah para rasul dan umat/Gereja muda.

30
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Dalam surat-surat para Rasul kepada jemat-jemaat tertentu, para penulis suci
mewartakan dan meneangkan ajaran Yesus lebih lanjut untuk membina dan
membangkitkan iman umat yang telah menerima Yesus Kristus sebagai penebus
mereka. Selain itu juga untuk membina hubungan yang tetap antara para rasul dengan
jemaat yang telah mereka dirikan agar iman umat dapat tetap terpelihara. Umat
beriman sendiri tampak berusaha menerapkan ajaran-ajaran Yesus yang diwartakan
para rasul dengan penuh semangat dalam hidup mereka setiap hari. Dipihak lain para
rasul berusaha menggairahkan harapan mereka akan kedatangan Yesus kembali yang
sekarang hidup di antara mereka dalam Roh yang telah dicurahkan-Nya ke atas mereka.
Kasih persaudaraan, khususnya kepada mereka yang miskin dan kekurangan
mendapat tekanan istimewa dalam surat-surat mereka. Renungan dan ajaran para Rasul
dalam surat-surat itu masih tetap aktual bagi hidup orang beriman. Itulah yang
diajarkan oleh Gereja dan harus menjadi tuntunan bagi hidup beriman kita setiap hari.
Wahyu Yohanes merupakan buku terakhir dalam Kitab Suci. Wahyu ini
disampaikan dengan perantaraan seorang Malaikat kepada penulis yang menamakan
dirinya Yohanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dari Allah dan Malaikat
memberikan penjelasan-penjelasan mengenai arti dan maksudnya. Judul aslinya
adalah “Apokaliptis Yohanes” yang artinya ‘penyingkapan’ atau ‘wahyu’. Dalam
pewahyuan itu disingkapkan hal-hal yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah
saja. Hal- hal tersembunyi itu terutama mengenai masa depan, akhir zaman dan hidup
di akhirat. Wahyu Yohanes ini sangat mirip dengan nubuat-nubuat para nabi Perjanjian
Lama. Sangat sukar menafsirkan dengan jelas dan tepat, sebab segala sesuatu dalam
sebuah apokalipsis merupakan lambang: pengliha ta-penglihatan itu melambangkan
sesuatu yang lain. Pembaca memerlukan pimpinan dari seorang ahli Kitab Suci.

B. YESUS KRISTUS
1. Situasi Masyarakat Yahudi yang Merindukan Mesias
Enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel dijajah oleh bangsa lain yakni
bangsa Persia, Yunani, dan Romawi. Selain ditindas oleh penjajah, bangsa Israel juga
ditindas oleh para pemimpin mereka sendiri yang diangkat oleh penjajah. Dalam
situasi seperti itulah mereka merindukan datangnya seorang Mesias dari Kerajaan
Allah yang dapat membebaskan mereka.
a. Situasi sosial politik
Setelah masa pembuangan di Babilonia (± 6 abad sebelum Yesus), Palestina
tunduk kepada kerajaan Persia, Yunani dan Romawi. Selain para penjajah, ada
juga para tuan tanah, kaum aristokrat dan rohaniwan kelas tinggi yang menindas
rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering
memihak penjajah supaya tidak kehilangan hak istimewa dan kedudukannya serta
nama baik merekadidepan penjajah yang sewaktu-waktu bisa mencabut jabatan
dan kekuasaan tersebut.
Pada masa itu, puncak kekuasaan politik berada ditangan seorang prokurator
(wali negri/gubernur) Yudea dan orang itu haruslah orang Romawi.Ia
berwewenang menunjuk raja dan imam agung. Sedangkan di Yudea, imam agung
tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga di bidang politik
sebagai raja. Di Galilea, kekuasaan dipegang oleh seorang raja yang bernama

31
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Herodes. Dominasi militer terlihat dengan kehadiran para tentara Romawi dimana-
mana. Mereka diambil dari Siria atau Palestina, tetapi bukan dari kalangan Yahudi.
Situasi yang menekan kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga muncul
pemberontakan yang umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di
Galilea. Namun pemberontakan kaum Zelot ini selalu dapat ditumpas.
Penumpasan kaum pemberontak ini biasanya membawa korban nyawa yang tidak
sedikit.

b. Situasi sosio ekonomi


Penduduk desa masyarakat Yahudi biasanya hanya memiliki lahan-lahan
kecil untuk usaha pertanian karena sebagian besar tanah dikuasai oleh para tuan
tanah yang kaya. Mereka biasanya tinggal dikota-kota dan praktiss menjadi
pengemudi roda ekonomi kota dan perdagangan internasional. Lahan-lahan luas
yang dikuasai para tuan tanah itu digunakan untuk menanam jagung dan
peternakan besar. Rakyat kebanyakan biasanya hanya menjadi penggarap (buruh
tani) atau penggembala ternak milik tuan tanah. Masyarakat kecil yang tidak
mempunyai tanah biasanya mengalami tekanan hidup yang tidak sedikit karena
kondisi ekonomi penduduk yang pas-pasan bahkan kurang untuk mencukupi
kebutuhan hidup rumah tangga. Dalam kondisi yang seperti itu, masyarakat harus
membayar berbagai macam pajak dan pungutan untuk pemerintah dan bait Allah
yang dibebankan kepada mereka.

c. Situasi sosial kemasyarakatan


Masyarakat Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat
kelas-kelas atau kelompok sosial yakni tuan tanah besar, pemilik tanah kecil,
perajin, kaum buruh dan budak. Sedangkan didaerah perkotaan terdapat beberapa
lapisan kelas sosial. Lapisan kelas sosial tertinggi adalah kaum arstokrat
, imam-imam, pedagang-pedagang besar dan pejabat-pejabat tinggi. Lapisan kelas
sosial menengah kebawah adalah kelompok para perajin, pejabat-pejabat rendah,
awam dan kaum Lewi. Lapisan kelas sosial paling bawah adalah kaum buruh yang
pada umumnya bekerja disekitar Bait Allah.Disamping itu terdapat juga kaum
proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam kegiatan ekonomi, yang terdiri dari
orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat karena suatu hal. Misalnya, para
pendosa publik seperti pelacur dan pemungut cukai; orang-orang yang memiliki
penyakit tertentu seperti penderita kusta, buta, tuli yang menurut keyakinan Yahudi
disebabkan oleh dosa si penderita atau dosa orang tuanya.Selain adanya kelompok-
kelompok berdasarkan kelas sosial tersebut, juga terdapat berbagai bentuk
diskriminasi seperti rasial, seksual, pekerjaan, dsbnya. Pengelompokan tersebut
membawa dampak negatif yang sangat besar terutama bagi kelompok masyarakat
bawah.

d. Situasi sosio religious


Hidup religious masyarakat Yahudi sangat kental diwarnai oleh Hukum
Taurat. Kaum Farisi menjaga dengan sangat ketat wariasan dan jati diri orang
Yahudi berdasarkan Hukum Taurat. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal
dari hukum tersebut. Hukum Taurat diterapkan dalam semua sendi kehidupan.
Mereka meyakini bahwa menjadi rakyat Tuhan berarti taat pada

32
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

setiap aturan yang tertulis dalam Hukum Taurat. Orang Farisi gemar memperluas
tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para imam bagi seluruh masyarakat Israel.
Mereka menafsirkan dan kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan
mereka sendiri. Hal ini sering mendatangkan beban bagi masyarakat kecil. Pada
saat Yesus hidup, masyarakat Yahudi sangat ditindas secara politis, ekonomi dan
bahkan religious.

2. Mengenal Pribadi dan Karya Yesus


a. Pengalaman Murid-Murid yang Pertama
Ketika melihat Yesus lewat, Yohanes berkata: “Lihatlah Anak Domba
Allah.” Dua orang murid yang mendengar perkataan itu, segera mengikuti Yesus
dan tingga bersama Dia. Mereka itu adalah Yohanes dan Andreas. Keduanya yakin
bahwa Yesus dari Nazaret adalah Mesias. Kemudian ketika Andreas bertemu
dengan Simon, ia pun diajak untuk mengikuti Yesus. Yesus memandang Simon
dan berkata: “Engkau Simon. Engkau akan dinamakan Kefas.” Kefas artinya batu
karang. Kelak Petrus akan menjadi kepala para rasul. Ketika bertemu Filipus,
Yesus berkata: “Ikutlah AKu!” Filipus segera mengikutinya. Ketika Filipus
bertemu dengan Natanael, ia bercerita kalau mereka telah menemukan Mesias yang
disebutkan dalam kitab para Nabi, yaitu Yesus anak Yusuf dari Nasaret.
Dalam kisah murid-murid yang pertama Yohanes banyak menggunakan
istilah “melihat”. Hal ini dimaksudkan agar kita melihat Yesus dengan mata iman
dan terang hati. Dengan memandang Dia kita memikirkan, mengamati bahwa Dia
adalah Anak Domba Allah. Dia yang kita pandang dengan berhadapan muka
adalah Penebus, Sang Penyelamat dunia.
Kabar Injil tetap aktual. Pengalaman para murid yang pertama juga menjadi
pengalaman kita saat membaca tentang kisah perjumpaan para murid dengan Yesus.
Belajar mengenal Yesus bukan pertama-tama usaha akal budi untuk mencari
pengetahuan, tetapi usaha membiarkan hati kita tertarik kepada Dia, melihat dan
merenungkan keistimewaan-Nya yang mempesona. Mengenal Yesus semakin
mendalam adalah buah hasil doa di bawah bimbingan Roh.
Pertemuan pertama para murid dengan Yesus merupakan pengalaman yang
berkesan dan menjadi momen penting di mana mereka menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Sang Penyelamat itu. Ungkapan “mengikuti Yesus”
mempunyai arti rohani tinggal bersama dengan Dia, terikat dan terpikat pada- Nya
dengan memelihara dan menyempurnakan relasi cinta dan persahabatan. Kita
mencari dan mengenal Yesus secara mendalam dengan mendengarkan ajaran-
ajaran dan karya-karya-Nya di Palestina. Membaca dan merenungkn Kitab Suci
adalah cara terbaik untuk mengenal Yesus secara sungguh-sungguh. Persahabatan
dan persatuan dengan Yesus akan terpelihara, diperdalam dan dimurnikan lewat
ibadat dan doa-doa gerejani, terutama lewat Ekaristi Kudus.

b. Yesus Guru dan Nabi


Yesus memulai karya-Nya di depan umum pada usia 30 tahun. Ia berkarya
di Palestina sebagai Guru dan Nabi. Ia berkeliling ke seluruh daerah Galilea,
mengajar di rumah-rumah ibadat, di serambi Bait Allah di Yerusalem, di atas
bukit, di lembah, di dalam perahu, di tepi danau, di rumah-rumah keluarga dan
bahkan di jalan. Ia memberitakan Injil Kerajaan Allah, mengusir setan dan

33
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

menyembuhkan banyak penyakit. Yesus berkeliling dengan para murid-Nya. Ini


merupakan kebiasaan Guru pada jaman itu yang memiliki banyak murid. Para
murid tersebut tinggal bersama dengan gurunya, mengikuti ke manapun ia pergi,
melihat cara hidupnya, mengambil bagian dalam hidup gurunya. Mereka melihat
dari dekat sikap hidup sang guru dan ‘menghirup’ semangatnya yang sakti. Itu pula
yang terjadi dengan para murid Yesus.
Sebagai Guru, ia mengajar dengan sederhana sehingga mudah dimengerti
oleh pendengar-Nya. Dalam pengajaran-Nya, Yesus menggunakan perumpamaan-
perumpamaan. Ia mengumpamakan Kerajaan Allah dengan aneka hal yang telah
menjadi pengalaman sehari-hari. Perumpamaan-perumpamaan yang digunakan
untuk menggambarkan keajaiban dan kemuliaan Kerajaan Allah diambil dari
kehidupan para petani, nelayan, gembala, ibu rumah tangga, alam dan margasatwa.
Dengan cara mengajar yang sederhana, orang tertarik dan terpikat untuk
mendengarkan ajaran-Nya. Kita para murid-Nya hendaknya mempelajari cara
Yesus mengajar kepada kita karena pengajaran-Nya juga ditujukan untuk kita
sehingga kita bisa menemukan makna dan pesan yang mau disampaikan kepada
kita. Sebagai utusan Allah, Yesus Putera Bapa berwewenang mengajar tentang
Kerajaan Allah. Hal ini menandakan bahwa Ia sungguh berasal dari Allah. Ia
memberi kesaksian tentang apa yang Ia lihat dan dengar dari Bapa- Nya. Sabda
Yesus penuh kuasa ilahi. Ia menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang
mati hanya dengan bersabda. Sabda yang keluar dari mulut-Nya penuh kuasa dan
berwibawa. Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Nya akan terpesona oleh
cara mengajarnya yang penuh kewibawaan.
Mendengar apa yang diwartakan Yesus dalam pengajaran-Nya tentang
Kerajaan Allah, orang banyak berkata: “Sungguh, Yesus dari Nasaret ini nabi.”
Yesus memang seorang Nabi. Ia adalah Nabi Perjanjian Baru yang berbicara atas
kuasa-Nya sendiri. Kalau nabi-nabi Perjanjian Lama selalu berbicara atas nama
Tuhan: “Inilah firman Tuhan, demikianlah firman Tuhan atau Tuhan berfirman
kepadaku,” lalu mereka menyampaikan apa yang difirmankan Tuhan. Namun
Yesus tidak demikian. Ia selalu berkata: “Aku berkata kepadamu” (bdk. Mat 5: 14-
47; 19:9). Hal ini menunjukkan bahwa Ia memiliki kuasa. Sebagai nabi Yesus
memiliki kewibawaan penuh sebagai Anak Allah. Atas kuasa-Nya sendiri Ia
memulihkan peraturan-peraturan yang ada dalam Hukum Taurat. Sebagai Nabi
Perjanjian baru, Yesus tidak menghapus Hukum Musa, melainkan
menyempurnakannya. Yesus adalah Nabi yang esa sepanjang zaman Perjanjian
Baru, yang berlangsung sampai kiamat.
Yesus bukan hanya sekedar nabi. Ia adalah sungguh-sungguh nabi. Hal ini
terlihat pada saat kemunculannya yang pertama di depan umum. Ia mulai
memberitakan Injil Kerajaan Allah dengan berkata: “Waktunya telah genap,
Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mrk 1:15).
Seruan ini merupakan seruan dasar seluruh pewartaan-Nya. Kadang seruan
kenabian-Nya terasa keras dan tuntutan menjadi murid bersifat mutlak. Syarat-
syarat untuk masuk ke Kerajaan Allah bersifat menyeluruh. Seperti halnya nabi-
nabi Perjanjian Lama, Yesus pun dalam hati-Nya bisa marah: dengan gusar Ia
mengusir setan, membenci kemunafikan, bertengkar dan marah kepada orang-
orang Farisi. Para murid yang mendengar-Nya menjadi terkejut dan takut
mendengar peringatan dan teguran Yesus yang keras dan tak kenal kompromi.

34
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Yesus menegur dengan pedas dan tajam orang-orang yang tegar hati dan menolak
pewartaan-Nya. Yesus adalah nabi yang benar yang membawa kebenaran. Karena
itu banyak orang yang percaya bahwa Dia adalah utusan Allah. Ia sering memuji
orang-orang yang melakukan kebenaran dan menjanjikan Kerajaan Allah kepada
mereka.
Inti sari ajaran Yesus adalah CINTA KASIH yaitu: kasih kepada Allah dan
kasih kepada sesama.”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang
terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah:
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah
tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:36-40). Perintah
mengasihi Allah lebih besar daripada perintah mengasihi sesama. Allah
mengasihi semua manusia tanpa kecuali, karena itu kitapun diajak untuk
meneladani Allah Bapa dalam kasih-Nya itu. Cinta kasih harus merangkum semua
orang termasuk mereka yang memusihi kita (Mat 5:43-48). Pengajaran dan teguran
Yesus sehubungan dengan cinta persaudaraan ini memang banyak. Sebuah model
pengajaran cinta persaudaraan yang diungkapkan secara singkat dan dengan
bahasa yang memikat terdapat dalam “Khotbah di Bukit”” (Mat 5:1-
12 atau Luk 6:20-23). Khotbah yang amat terkenal ini diawali-Nya dengan
ungkapan “berbahagialah…”

c. Yesus Bergaul dengan Semua Orang


Tampilnya Yesus di Galilea menggemparkan banyak orang yang
menyebabkan pergerakan massa yang begitu besar. Hal ini dilukiskan dalam Injil
dengan sangat jelas. “Banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea,
dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan dan dari daerah Tirus dan
Sidon datang banyak orang kepada-Nya (Mrk 3:7-10). Orang berbondong-
bondong datang mengikuti Yesus karena terpesona oleh kepribadian, watak, dan
hati-Nya yang memancarkan baikan dan kebenaran. Kepribadian Yesus itulah
yang menyatakan kepada mereka bahwa Dia itu Orang yang berkuasa dari Allah.
Pergaulan Yesus tidak terbatas pada kalangan tertentu saja. Ia bergaul dengan
siapa saja. Belas kasih-Nya terhadap rakyat jelata terutama orang-orang kecil yang
miskin dan bersahaja sangatlah besar. Dalam pergaulan, orang-orang ini dipandang
rendah dan disingkirkan. Mereka dianggap berdosa. Kemiskinan mereka dianggap
sebagai hukuman dari Allah. Tetapi Yesus mendekati mereka dengan penuh
perhatian, penghargaan dan cinta kasih yang murni. Tidak mengherankan bahwa
orang-orang kecil ini menaruh harapan yang besar kepada Yesus dan kata-kata-
Nya. Mereka melihat Dia sebagai sahabat, pemimpin dan penyelamat. Sikap ramah
tama Yesus membuka hati mereka untuk mendengarkan ajaran-ajaran-Nya. Banyak
kisah dalam Injil yang menceritakan tentang perhatian Yesus terhadap rakyat
jelata, misalnya: kisah penyembuhan seorang perempuan yang sudah 12 tahun
mengalami pendarahan (Luk 8:43); Perempuan Siro-Fenesia yang percaya (Mrk
7:24-30); ajakan Juruselamat (Mat 11:28), dst.
Perhatian dan cinta Yesus juga ditujukan kepada orang-orang yang sakit dan
menderita. Belas kasih itu sangat nyata dari tindakan yang dilakukannya dengan
menyembuhkan banyak orang dan melenyapkan segala penyakit. Ia

35
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

menyembuhkan orang bisu, tuli, lumpuh, kusta dan orang-orang yang kerasukan
roh jahat dibebaskan-Nya. Selama berkarya Yesus banyak sekali melakukan
mujizat penyembuhan, dan Injil mencatatnya dengan sangat jelas. Penyembuhan-
penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan kepada kita belas kasih Yesus
yang sungguh luar biasa. Perhatian Yesus tidak hanya pada penderitaan jasmani
saja tetapi lebih dari itu Yesus menyembuhkan mereka secara jasmani dan rohani.
Orang sakit disembuhkan bukan untuk hidup sementara saja tetapi melepaskan
mereka dari pokok segala derita yakni dosa. Dalam melakukan mujizat
penyembuhan, Yesus membuktikan Keallahan-Nya. Dan itu dilakukan dengan
makna istimewa. Dengan membebaskan orang dari roh jahat dan penderitaan
penyakit menandakan awal perkembangan Kerajaan Allah di dunia ini. Kuasa
Allah meraja dan manusia memperoleh keselamatan.
Pertemuan dengan anak-anak sangat disukai oleh Yesus. Kemurahan hati,
kerendahan hati dan keramahtamahan Yesus ditunjukkan dalam pergaulannya
dengan anak-anak. Karena itu orang-orang membawa anak-anak mereka supaya Ia
meletakkan tangan-Nya atas mereka dan memberkati mereka. Kepada para murid
yang melarang anak-anak itu datang kepada-Nya, ia berkata: “Biarkanlah anak-
anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-
orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga; lalu Ia meletakkan tangan-Nya
atas mereka (Mat 19:13-15; Mrk 10:13-16;Luk 18: 15-17).
Sikap Yesus terhadap para pendosa juga sangat menarik perhatian kita. Ia
tidak mengucilkan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh para pemimpin
agama Yahudi. Ia justru bergaul dan bersahabat dengan mereka. Yesus
menunjukkan sikap yang penuh kasih dan merangkul mereka. Ia sendiri
menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk
menyelamatkan. Dosa telah menyebabkan manusia hidup terpisah dari Allah
Sumber keselamatan. Dosa dan penderitaan berasal dari setan yang menjadi
musuh utama Mesias yang datang untuk mendirikan Kerajaan Allah. Karena itu si
jahat harus dienyahkan dari hidup manusia agar manusia mencapai keselamatan.
Yesus , Yang Kudus dari Allah sangat membenci dosa dan bersikap penuh
cinta kepada orang berdosa. Ia memahami bahwa kedurhakaan dosa ialah menolak
dan melawan Allah. Karena itulah Yesus berikhtiar untuk membawa kambali
orang-orang yang telah jatuh dalam dosa ke dalam pelukan kasih Allah. Dengan
tobat dan iman mereka akan memasuki Kerajaan Allah. Untuk mencari dan
menemukan orang berdosa, Yesus bergaul dengan mereka, bahkan makan bersama
mereka. Namun orang-orang Farisi yang salah mengerti dengan sikap Yesus malah
mengecam-Nya (lih. Mat 9:9-13).
Terhadap para pemungut cukai, Yesus tidak menghakimi mereka karena
pekerjaan mereka mudah membawa mereka kepada penipuan dan korupsi. Ia
menyapa mereka dan bahkan memanggil untuk menjadi muridnya, seperti yang
terjadi pada Zakheus dan Matius. Dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan
pemungut cukai (Luk 18:19-14) Yesus mengatakan bahwa pemungut cukai yang
rendah hati dan mengakui diri orang berdosa dibenarkan oleh Tuhan dan orang
Farisi yang angkuh tidak.
Dalam Luk 7:36-50 diceritakan tentang seorang perempuan berdosa yang
datang menemui Yesus untuk bertobat. Ia membasahi kaki Yesus dengan air
matanya, menyekanya dengan rambutnya dan meminyakinya dengan minyak

36
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

wangi. Ketika orang Farisi yang melihat hal itu menghakimi Yesus dalam hati,
Yesus menceritakan suatu perumpamaan tentang “orang yang berhutang” dan
kepada perempuan itu Ia berkata: ”Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah
dengan selamat.” Belas kasih yang sama juga ditunjukkan Yesus kepada perempuan
yang kedapatan berbuat zinah. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi menghendaki
agar perempuan itu dihukum selain karena melanggar hukum Musa juga untuk
mencobai Yesus. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara
kalian yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama kali melemparkan batu
kepada perempuan ini.” Mendengar itu pergilah mereka satu persatu. Dan
Yesuspun berkata kepada perempuan itu: “Akupun tidak menghukum engkau,
pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Sungguh benar apa yang dikatakan Yesus,
“Anak Manusia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk
menyelamatkan.
Yesus yang mengajarkan tentang hukum Cinta sungguh menerapkan dalam
hidup-Nya. Ia mencintai semua orang termasuk mereka yang memusuhi-Nya yakni
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia bergaul dengan mereka untuk
menyadarkan mereka akan keadaan mereka sendiri, juga dengan orang murtad dan
kafir supaya mereka menemukan Tuhan. Kasih sayang dan kebaikan merupakan
ciri khas Yesus dalam bergaul dengan mereka.
Begitu banyak kisah dalam Injil yang melukiskan kepribadian Yesus yang
menjadi Sahabat manusia, Penyelamat dunia dan Gembala yang baik. Dalam diri-
Nya terpancar kasih Allah. Ia adalah benar-benar gambar Allah yang tidak
kelihatan (lih. Kol 1:15). Belajar mengenal Yesus berarti belajar mengenal Allah.
Dalam kebaikan dan kemurahan hati Yesus kita melihat cinta kasih Allah.

d. Yesus dan Doa


1) Yesus sebagai Pendoa
Kehidupan Yesus tidak pernah lepas dari doa, selain mengajar dan
berbuat baik. Doa merupakan inti sari hidup Yesus, sumber kekuatan-Nya, dan
sumber segala perbuatan-Nya. Injil banyak mengisahkan tentang doa dalam
hidup Yesus. Yesus memiliki semangat doa yang tinggi, setiap saat dan waktu
ia selalu menyediakan waktu untuk berdoa. Di tengah kesibukan-Nya berkarya,
Ia sejenak mengundurkan diri ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Bahkan
sebelum memulai sebuah karya penting Yesus terlebih dahulu berdoa.
Sebagai seorang Yahudi, salah satu dari “Sisa Kecil Israel”, Yesus
memiliki semangat keagamaan yang kuat. Lebih dari itu Yesus adalah “Abdi
Allah” sejati yang senantiasa hidup di hadirat Allah dan berhubungan erat
dengan Allah. Dalam pendidikan anak-anak Yahudi, bacaan dan renungan
Kitab Suci mmempunyai tempat dan fungsi yang istimewa. Demikian juga
dalam hidup sehari-hari Keluarga Kudus. Tidak heran apabila Yesus
bertumbuh dan berkembang dalam kesalehan. Sebagai orang Yahudi yang
saleh, Yesus mengambil bagian dalam ibadat-ibadat Yahudi, seperti:
 Setiap hari sabat Yesus pergi ke rumah ibadat/Sinagoga untuk sembahyang.
Di sana bersama orang Yahudi lainnya Ia mendengarkan pembacaan Kitab
Suci dan bahkan sebagai Nabi, Ia sendiri membacakan Kitab Suci;

37
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

 Setiap tahun Yesus pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah.


 Yesus senantiasa hidup di hadirat Allah. Budi dan hati-Nya terarah
sepenuhnya kepada Allah dan kehendak-Nya yang kudus.
Injil senantiasa mengisahkan bahwa untuk berdoa Yesus mengundurkan
diri ke tempat yang sunyi pada waktu-waktu tertentu. Seringkali Yesus berdoa
sendirian. Pada kesempatan lain Ia mengajar para murid-Nya untuk bersama
Dia pergi berdoa ke suatu bukit (Luk 9:38). Ia berdoa dengan berkanjang, ada
banyak waktu dan kesempatan dan bahkan sepanjang malam. Karya-karya
Yesus dijiwai oleh semangat doa-Nya. Ketika Ia mengajar dan menyembuhkan,
ketika menjelajah seluruh palestina, ketika melaksanakan suatu pekerjaan berat
dengan menderita lapar dan haus. Seluruh hidup Yesus diresapi oleh doa.
Dalam hidupnya Yesus mengalami banyak hal yang luar biasa dan
kejadian penting yang terjadi dalam hidupnya. Injil menceritakan bahwa hal-
hal itu terjadi dalam hidup Yesus. Kisah-kisah tersebut selalu menekankan
bahwa dalam suasana yang demikian Yesus mencari kekuatan dalam
hubungan mesra dengan Bapa-Nya. Ada kejadian menyenangkan, ada pula
kejadian menyedihkan, misalnya:
 Pada waktu di baptis di sungai Yordan dan pada masa puasa di padang
gurun;
 Pemilihan rasul-rasul-Nya;
 Ketika ketujuh puluh murid diutus ke desa-desa untuk mewartakan kabar
gembira itu kembali dan mereka menceritakan kepada-Nya bagaimana
mereka dapat mengusir setan dan menyembuhkan penyakit serta
mentobatkan orang, Yesus sangat terharu, lalu mengucapkan doa syukur;
 Doa syukur dan penyerahan diri-Nya sesudah orang Yunani datang kepada-
Nya (Yoh 12:20);
 Kabar pembunuhan Yohanes Pembaptis oleh Herodes yang disampaikan
oleh para murid Yohanes.
 Lazarus dibangkitkan.
Doa-doa yang diucapkan Yesus membuka bagi kita rahasia hati-Nya
dan cinta-Nya kepada Allah. Perhatian dan hasrat-Nya akan keselamatan kita
diperlihatkan dalam doa-doa-Nya. Menjelang akhir hidup-Nya Yesus berdoa
dengan tidak jemu-jemunya. Yohanes menuliskan bagaimana Yesus Sang
Pendoa menyampaikan permohanan-permohonan-Nya kepada Bapa di Surga.
Doa-Nya yang terkenal ialah “Doa Yesus Imam Agung” (lih. Yoh 17). Dalam
doa tersebut kita mengenal jiwa religiusitas Yesus. Dalam bagian pertama dari
doa-Nya, Yesus berdoa unttuk diri-Nya sendiri. Mulai ayat 6, Ia berdoa untuk
murid-murid-Nya; lalu mulai ayat 20, Yesus mendoakan semua orang yang
akan percaya kepada-Nya.
Setelah perjamuan berakhir, pergilah Yesus bersama murid-murid-Nya
ke bukit Zaitun. Biasanya Yesus selalu pergi ke sana untuk be rdoa. Dan sesaat
sebelum di tangkap Yesus berdoa di taman itu dengan sangat khusuknya.
Dalam jam kematian-Nya, Yesus berdoa untuk orang-orang yang membawanya
sampai pada saat itu. Dan sesudah kebangkitan-Nya, Yesus meneruskan doa-
doa-Nya untuk orang-orang-Nya kepada Bapa-Nya. Yesus

38
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

menjadi satu-satunya pengantara kita kepada Bapa. Hanya melalui Dia kita
dapat sampai kepada Bapa di Surga.

2) Ajaran Yesus Tentang Doa


Yesus adalah teladan dalam hal doa. Ia yang adalah Guru Ilahi
mengajarkan agar kita membangun relasi yang intim dengan Allah. Kita harus
berdoa. Yesus mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya kita berdoa.
Yesus berkata: “Apabila kamu berdoa, katakanlah:
Bapa dikuduskanlah nama-MU, Datanglah kerajaan-Mu.
Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
Dan ampunilah kami akan dosa kami,
sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami;
dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” (Luk 11:1 dst).
Dalam Mat 6:9-13, doa ini dimulai dengan memanggil “Bapa kami yang
ada di surga” ditambah dengan ucapan “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti
di surga” dan diakhiri permohonan “dan janganlah membawa kami ke dalam
pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Sebelum permohonan
terakhir doa ini didahului dengan catatan “berilah kami, setiap hari makanan
kami yang secukupnya.” Ungkapan “secukupnya” diterjemahkan juga dengan
“rejeki hari ini”. Maksudnya adalah memohon kepada Allah apa yang perlu
untuk hidup jasmani dan bukan suatu kekayaan atau kemewahan.
Matius menulis “lepaskanlah kami dari yang jahat”. Ungkan “yang jahat
dapat dimengerti baik sebagai “orang yang jahat”, iblis maupun segala yang
jahat atau kejahatan. Kata “pencobaan” di sini tidak berarti perbuatan seseorang
yang membawa kepada dosa, karena Tuhan tidak membawa manusia kepada
dosa. Itu adalah perbuatan iblis dan keinginan-keinginan jahat manusia. Dalam
doa “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”, kata “pencobaan”
mengandung maksud suasana hidup kita. Ini berarti bahwa kita diajar untuk
meminta kepada Tuhan agar suasana hidup kita di dunia ini jangan membawa
kita kepada dosa. Kita memohon agar dalam segala suasana hidup, kita
melihat penyelenggaran Tuhan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Juga di
dalam segala suasana Tuhan menyertai dan membantu kita dengan kasih dan
rahmat-Nya.
Secara keseluruhan, doa “Bapa Kami” merupakan inti sari ajaran
mengenai hubungan kita dengan Bapa. Doa ini adalah doa yang termulia dari
segala doa yang ada. Doa ini juga merupakan “hati” dari Injil. Doa “Bapa Kami
ini terdiri dari dari dua bagian. Pertama, manusia mengarahkan seluruh
perhatian kepada Allah. Kedua, manusia membawa segala kebutuhannya
sebagai makhluk ciptaan kepada Allah Sang Pencipta. Pada bagian yang
pertama, kita berda bukan untuk Tuhan, melainkan meminta kepada Tuhan agar
semua makhluk memuliakan nama Tuhan dan melaksanakan kehendak- Nya
yang kudus. Kita meminta agar semua manusia membuka hatinya kepada
kebaikan dan kehendak-Nya untuk membahagiakan manusia. Jika manusia
membukan hatinya kepada Tuhan Sang Penyelamat, ia akan diselamatkan.
Sedangkan bagian yang kedua dari doa “Bapa Kami” mengungkapkan keadaan
manusia sebagai makhluk dan anak Allah. Manusia memiliki ketergantungan
yang penuh kepada Allah. Dalam situasi itu,

39
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

manusia meminta penyelenggaraan ilahi bagi jiwa dan raganya. Sebagai orang
berdosa manusia membutuhkan pengampunan dosa. Permohonan ini
menunjukkan dia sebagai makhluk yang berdosa tahu juga mengampuni
sesamanya. Atas dasar ini, pastilah betapa lebih besar lagi kerelaan Bapa untuk
mengampuni dosanya sendiri.
Doa “Bapa kami” bila didoakan dengan penuh penghayatan, diucapkan
dengan sadar dan sungguh-sungguh, menyinggung hidup kita sedalam-
dalamnya. Doa ini secara langsung menghadapkan kita kepada Tuhan dari
muka ke muka, dengan doa ini kita melihat dunia ini, diri kita sendiri dan
sesame kita sebagai orang-orang yang dikehendaki dan dicintai oleh Allah.
Ajaran-ajaran Yesus mengenai doa masih banyak lagi. Namun yang
terutama, Yesus mengajarkan kepada kita agar kita berdoa kepercayaan yang
sungguh-sungguh kepada kemurahan Tuhan. Yesus mengajak kita untuk berdoa
dengan penuh iman dan harapan, dengan tekun dan tak henti- hentinya.
Sebagai contoh lihatlah dan injil Luk 11:5-13, sebuah perumapamaan tentang
seseorang yang kedatangan tamu pada tengah malam. Ia tidak mempunyai apa-
apa untuk disuguhkan kepada tamunya itu. Karena itu ia mengetuk pintu rumah
tetangganya dan meminta roti. Walaupun ia merasa sudah mengganggu
tetangganya itu, tapi yang jelas bahwa ia mendapatkan apa yang ia inginkan.
Demikian halnya dengan Bapa yang di surga. Dia akan memberikan Roh
Kudus kepada mereka yang memintanya.
Yesus juga selalu mengajarkan kepada kita agar kita meminta dengan
penuh harapan dan dengan perkataan yang sederhana saja, juga dengan rendah
hati dan ketekunan. Dalam Mat 7:7-8 dikatakan: “Mintalah maka akan
diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu
akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima, setiap
orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu
dibukakan.” Karena itu ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan
berkaitan dengan doa:
a) Percayalah. Setiap doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan
didengarkan oleh Tuhan. Itu berarti bahwa doa yang dilakukan dengan
penuh iman dan harapan dalam mencitai Tuhan berkenan kepada-Nya.
Setiap doa itu dikabulan Tuhan. Artinya, doa menurunkan berkat Tuhan
atas kita. Hanya saja tidak setiap doa yang menurut kita baik dikabulkan
sesuai dengan pikiran kita. Tuhan akan mengabulkan doa kita menurut
rencana-Nya, sejauh Dia memandang itu yang terbaik untuk kita. Tentu saja
doa dan berdoa tidak pernah percuma.
b) 1. Berdoa dan beribadat lebih daripada hanya sekedar memintaI bahkan
lebih daripada meminta berkat dan bantuan Allah dalam kesusahan kita.
Allah tahu apa yang paling kita butuhkan (lih. 12:30).
c) Berdoa dan beribadat, pertama-tama adalah berterima kasih dan bersyukur
kepada Tuhan. Hidup kita seluruhnya adalah kasih karunia Tuhan. Karena itu,
dengan bersyukur kita mengagungkan Tuhan dan kebaikan-Nya. Doa adalah
pujian atas kemuliaan dan keagungan Allah

40
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

d) Doa juga bermaksud memohon ampun kepada Allah, karena kita sadar akan
kelemahan dan doa-dosa kita.
Yesus dan para rasulnya, senantiasa menasihatkan kepada kita untuk terus dan
tetap berdoa kapan pun dan di mana pun. Banyak doa yang bisa kita gunakan
baik yang sudah ada dalam buku-buku doa maupun yang didoakan secara
spontan. Yang terpenting adalah bahwa kita berdoa dengan iman dan
kepercayaan yang sungguh-sungguh dengan mengarahkan seluruh diri dan hati
kita hanya kepada Allah Sang Penyelenggara kehidupan.

e. Makna Pribadi Yesus Kristus dalam Hidup Manusia


1) Yesus adalah Juru Selamat
Yesus datang untuk menanggapi dambaan manusia yang paling
mendalam, yakni keselamatannya sebagai manusia paripurna. Karena itulah
Yesus diberi gelar “Juru Selamat” atau penyelamat. Dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru Yesus diakui sebagai “Juru Selamat” karena Ia membebaskan
dan menyelamatkan manusia dari dosa serta mendekatkan manusia kepada
Allah. Tidak ada nama lain yang begitu erat dihubungkan dengan keselamatan.
Siapa yang menyerukan nama-Nya, akan selamat (bdk. Kis 2:21). Keselamatan
yang dibawa Yesus berhubungan dengan kasih karunia Allah. Melalui Yesus,
Allah menyelamatkan manusia bukan karena manusia berhak diselamatkan
melainkan semata-mata karena kasih karunia Allah. Walau keselamatan adalah
kasih karunia, namun manusia harus menjawab dan memperjuangkan
keselamatan itu. Keselamatan Kristen dihubungkan dengan hidup dan
perjuangan Yesus yakni mendekatkan hubungan manusia dengan Allah. Yesus
sebagai Juru Selamat datang untuk menolong manusia karena manusia tidak
dapat menolong diri-Nya sendiri dihadirat Allah.
Jika kita mengakui Yesus sebagai Juru Selamat, ini berarti bahwa kita
bersedia mengikutiNya dan bersedia dibaptis sebagai tanda iman akan tawaran
keselamatan dari Yesus. Kita menjadikan Yesus sebagai penolong untuk
sampai kepada Allah. Kita percaya bahwa Yesus membebaskan kita dari dosa
dan maut dan sungguh-sungguh percaya bahwa kita adalah orang- orang yang
diselamatkan. Maka untuk hidup sebagai orang-orang yang sungguh-sungguh
diselamatkan, kita harus hidup sesuai dengan firman-Nya.

2) Yesus adalah Kristus dan Tuhan


Gelar Yesus sebagai Kristus dan Tuhan dibandingkan dengan yang
lainnya merupakan gelar yang paling terkenal. Kata Kristus berasal dari bahasa
Yunani: Khristos, atau Mesias dalam bahasa Ibrani: MASYIAKH, atau dalam
bahasa Aram: MeSHIHA yang berarti: “Orang Yang Diurapi”. Sedangkan
Tuhan (dalam bahasa Yunani: Kyrios) berarti: orang yang mempunyai kuasa
untuk mengatur atau memimpin; atau juga orang terkemuka dan terhormat.
Gelar “Kristus” dan “Tuhan” menunjukkan kedudukan dan peranan
Yesus sebagai tokoh yang diurapi oleh Allah (bdk. Luk. 2:11) yang memiliki
wibawa mulia dan memiliki kuasa untuk memimpin. Gelar “Tuhan juga
dikaitkan dengan peranan Yesus sebagai Penyelamat manusia. Yesus memiliki
kuasa untuk menyelamatkan. Seruan “Yesus Tuhan” adalah seruan iman.

41
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Kepercayaan khas orang Kristen adalah kepercayaan akan Yesus, Kristus


Tuhan.
Dengan mengakui Yesus sebagai Tuhan, kita menjadikan Yesus sebagai
pemimpin dan junjungan kita yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Kita
menjadikan kata-kata Yesus sebagai Sabda Tuhan. Kata-kata Yesus adalah
ukuran terakhir dan tertinggi. Maka pengakuan kita terhadap Yesus adalah
pengakuan iman yang menjadi semboyan perjuangan kita sampai akhir hayat.
Pengakuan terhadap Yesus sebagai Tuhan dan Kristus merupakan suatu sikap
penyerahan diri kepada-Nya dengan segala resiko.

3) Yesus adalah Anak Allah


Menurut Kitab Suci, Yesus adalah Anak Allah. Ini mau menunjukkan
hubungan yang khas antara Yesus dan Allah. Tidak ada hubungan yang begitu
erat dan mesra seperti hubungan Yesus dengan Allah. Gelar Anak Allah juga
menunjukkan antara Yesus dengan Bapa berbeda. Meskipun hubungan Yesus
dengan Bapa erat dan mesra, namun Yesus tidak pernah sama dengan Allah
Bapa karena mereka memiliki peran yang berbeda pula. Gelar Anak Allah juga
mau menunjukkan hubungan antara Anak dan Bapa sebagai hubungan yang
istimewa terutama dalam segi ketaatan. Anak taat sempurna kepada Bapa- Nya
(bdk. Yoh. 4:34). Yesus datang untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya.
Seluruh hidup-Nya hanya diperuntukkan bagi Bapa-Nya. Ia taat sampai mati,
bahkan mati di kayu salib. Yesus sebagai Anak Allah sungguh
memperlihatkan wibawa-Nya.
Umat Kristiani mengakui dan menghayati Yesus sebagai Anak Allah
dalam hidupnya. Ini berarti bahwa Yesus menjadi teladan bagi kita dalam hal
ketaatan kepada kehendak Allah dari pada ketaatan pada kehendak sendiri.
Yesus adalah pribadi yang menampilkan wibawa dan pesona ilahi. Orang
berhadapan dengan Yesus berarti berhadapan dengan wibawa dan pesona ilahi
itu. Yesus dekat dengan Allah yang tersuci dan pantas dihormati. Sebutan itu
menumbuhkan rasa devosi dan penyerahan diri.

3. Yesus Kristus Mewartakan Kerajaan Allah


Yesus memulai pewartaan dan karya-Nya di Galilea, suatu daerah terpencil, udik
dan sering dicemoohkan. Galilealah daerah pertama yang mendengar “Kabar Baik”
yang diwartakan Yesus. Isinya adalahKerajaan Allah sudah dekat! Inilah pokok
pewartaan Yesus.
Pada saat Yesus mulai mewartakan Kerajaan Allah, banyak orang mengira
bahwa suatu kebangkitan nasional dan kemenangan bangsa Israel untuk membebaskan
diri dari kuasa politik orang kafir. Ada pula yang berpikir bahwa Kerajaan Allah
merupakan suatu campur tangan Allah yang menggoncangkan kekuatan-kekuatan
langit dan akan membangkitkan suatu dunia baru pada akhir zaman.
Namun, bukan Kerajaan Allah yang macam itu yang diwartakan Yesus! Ia
mewartakan tentang Kerajaan Allah yang sama sekali lain. Karenanya banyak orang
mempertanyakan existensinya: Siapakah Dia sebenarnya? Memang Yesus

42
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

menggebrak dengan dahyat! Ia mengawali pewartaan-Nya dengan suara lantang:


“Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat!”
Tetapi apa itu Kerajaan Allah? Suatu konsep? Suatu cita-cita, yang akan
diwujudkan pada akhirat nanti? Tidak! Kerajaan Allah bukan sekedar konsep dan cita-
cita yang baru kemudian dapat diwujudkan. Kerajaan Allah itu sesuatu yang aktual
dan praktis.
Sejak awal karya-Nya Yesus sudah mewartakan tentang Kerajaan Allah.Bagi
masyarakat Yahudi, kerajaan Allah bukanlah istilah yang baru karena istilah tersebut
berakar dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama Yahweh adalah Raja dan
Israel adalah rakyat-Nya. (Kel 19:6). Kerajaan Allah bukanlah sebuah gagasan atau
cita-cita tetapi memiliki wujud yang nyata yang diwujudkan dalam tindakan Yahweh
yang memberikan tanah yang subur (Ul 8:7-9). Kerajaan Allah merupakan negeri
yang benar-benar ada, nyata, dapat disentuh dan dialami oleh orang-orang Yahudi.
Selama hidup di negeri itu mereka bahagia. Dan ketika Tuhan membuang mereka ke
luar negeri sebagai hukuman karena tidak setia, mereka mengalami kesengsaraan.
(Mzm 37:11, 22).

a. Paham Kerajaan Allah


Dalam perkembangan selanjutnya beberapa kelompok seperti kaum Zelot, kaum
Apokaliptik, para Rabbi, bahkan Yesus sendiri menjelaskan tentang paham
kerajaan Allah.
1) Menurut kaum Zelot
Paham Kerajaan Allah yang dihayati oleh kaum Zelot bersifat nasionalis.
Kegiatan mereka bertujuan untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan.
Kelompok ini berjuang untuk mengusir para penjajah yang dipandang sebagai
orang kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, kemenangan
bangsa Israel dapat tercapai dan Kerajaan Allah dapat terwujud.

2) Menurut kaum Apokaliptik


Bagi para Apokaliptik, penghakiman Allah akan datang karena dunia ini sudah
jahat, sehingga harus digantikan dengan dunia yang baru. Dalam dunia yang
baru, yang baik akan dianugerahi kebakaan dan yang jahat akan dihukum.
Menurut aliran ini, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan pada akhir zaman.
Dunia atau zaman ini sudah terlalu jahat/jelek. Setelah zaman ini
hilang/lenyap, akan datang dunia yang baru. Pada saat itulah Kerajaan Allah
menjadi nyata dan akanada langit dan bumi yang baru.
3) Menurut para Rabi
Para Rabi berpandangan bahwa Kerajaan Allah sudah ada dan sedang meraja
secara hukum. Pada akhir zaman Allah akan menyatakan kekuasaan-Nya
sebagai Raja atas semesta alam dengan menghakimi sekalian bangsa. Bangsa
Israel dikuasai oleh orang-orang kafir (Romawi) karena dosa-dosa mereka.
Apabila Israel taat melakukan hukum Taurat maka penjajah dapat diusir dan
dikalahkan; mereka juga akan menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi jika tidak
taat dan setia, mereka akan dikuasai oleh bangsa lain yang tidak mengenal
Allah. Maka menurut para Rabi, hadirnya Kerajaan Allah merupakan tanda
kesetiaan bangsa Israel terhadap hukum Taurat.

43
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

4) Menurut Yesus
Kerajaan Allah menurut Yesus bukan hanya merupakan sebuah suasana tetapi
juga merupakan kerajaan yang memiliki matra tempat dan sungguh nyata.
Pengertian ini diperoleh Yesus dari pengertian Kerajaan Allah dalam
Perjanjian Lama. Pengertian tersebut kemudian diperkembangkan lagi oleh
Yesus. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ungkapan Yesus yang berbunyi:
“Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3); “Berbahagialah, hai kamu yang miskin,
karena kamulah yang empunya Kerajaan Surga” (Luk 6:20). Dengan
mewartakan Kerajaan Allah (Matius: Kerajaan Sorga) Yesus memberitakan
tentang suatu daerah baru yang dikuasai oleh Allah sebagai Bapa. Menurut
Yesus, Kerajaan Allah terwujud apabila kemiskinan, cinta, damai, kerukunan
dan keutamaan-keutamaan lain seperti terdapat dalam Khotbah di Bukit
menjadi kenyataan; Kerajaan Allah datang apabila kehendak Bapa yang
sebenarnya terlaksana: “….datanglah karajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu
diatas bumi seperti didalam sorga” (Mat 6:10), roh jahat terusir (Mat 12:28),
manusia berbalik dari dosa (Mat 4:17)
Kerajaan Allah juga memiliki ruang, karena itu Yesus selalu berkata:
“Masuklah ke dalam Kerajaan Allah”. Dan untuk masuk dalam Kerajaan Allah
kita harus dilahirkan dari air dan roh (Yoh 3:3-5), menjadi seperti anak kecil
(Mat 18:3), menjalani hidup keagamaan dengan benar (Mat 5:20),
melaksanakan apa yang kita katakan (Mat 7:21), benar-benar mencintai
saudara-saudari kita (Mat 25:31-46).

Apa itu sebenarnya Kerajaan Allah itu?


Kerajaan Allah merupakan suatu kenyataan bahwa Allah secara radikal
menyatakan cinta-Nya kepada manusia dan manusia secara radikal pula beriman
dan berpasrah kepada Allah yang mencintai itu.Kerajaan yang diberitakan Yesus,
bukanlah Kerajaan yang belum ada. Kerajaan itu sedang datang. Fajarnya telah
merupakan suatu kenyataan di bumi. “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda
lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana,
sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Luk 17:20-
21).Walaupun tidak terjadi sesuatupun yang kelihatannya menggoncangkan bumi,
namun waktu yang ditetapkan Allah (seperti yang kitabaca dalam nubuat para
nabi: Yes 24:21-23; 52:7; Ob 21; Za 14:19) telah genap, telah penuh. Allah sedang
bertindak. Allah sedang memperhatikan, mengindahkan dan mencintai manusia.
Allah sedang menyelamatkan manusia. Kerajaan Allah yang diwartakan oleh
Yesus menyatakan sesuatu tentang Allah dalam relasi-Nya dengan manusia dan
sekaligus juga tentang manusia dalam hubungannya dengan Allah.
Kerajaan Allah itu sudah ada di tengah-tengah manusia. Secara konkret ada
dalam diri Yesus sendiri. Dalam pewartaan Yesus selama tiga tahun berkeliling di
Palestina, kentaralah bahwa Kerajaan Allah itu sudah ada karena kehadiran Yesus
itu sendiri. Di dalam penampilan Yesus, di dalam apa yang dikatakan dan
dikerjakan-Nya, menyingsinglah fajar Kerajaan Allah itu. Kerajaan Allah
merupakan suatu kenyataan, sebab bagi Yesus Pemerintahan Allah bukan sekedar
suatu konsep atau ajaran, melainkan terutama suatu kenyataan yang dialami-Nya.
Yesus tertangkap dan terpikat hati-Nya oleh Kerajaan Allah itu

44
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

sedemikian rupa, sehingga seluruh diri, hidup dan karya-Nya di satu pihak
merupakan sebuah kenyataan dan perayaan Pemerintahan Allah itu dan di lain
pihak suatu contoh bagaimana hukum-hukum Kerajaan Allah, misalnya cinta
kasih, keadilan dan perdamaian, terlaksana secara sempurna di dalam diri-Nya.
Cara hidup Yesus membuat Kerajaan Allah menjadi kelihatan/nyata. Yesus
memperlihatkan di mana ada cinta sejati, keadilan dan perdamaian, di situ Allah
meraja. Oleh sebab itu orang yang menerima warta tentang Kerajaan Allah
dituntut untuk hidup sesuai ajaran yang ditetapkan Yesus dalam hukum Cinta
Kasih dan Kedelapan Sabda Bahagia. Yesus sendiri menghayati dan memberi
contoh bagaimana harus hidup sebagai warga Kerajaan Allah. Ia berkeliling di
Palestina sambil berbuat baik. Ia memihak mereka yang dalam masyarakat tak
berdaya dan tak berhak serta orang-orang berdosa. Dalam cara hidup Yesus
Kerajaan Allah menjadi konkret, yaitu dalam keterlibatan Yesus demi
kesejahteraan manusia, dalam keprihatinan-Nya demi keutuhan manusia, termasuk
keutuhan jasmani. Ia menyembuhkan penyakit dan mengusir setan.
Dengan demikian pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah mempunyai dua
dimensi yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Pertama: dimensi ortodoksi,
yakni kepercayaan dan pengharapan akan keselamatan dari Allah yang sedang
berlangsung di tengah-tengah kita. Kedua: dimensi ortopraksis, yakni cara hidup
kita yang tepat untuk menyambut karya penyelamatan Allah itu.Menjadi jelaslah
bahwa Kerajaan Allah bukan sekedar konsep atau cita-cita, tetapi suatu kenyataan
yang sedang dibangun dan kita dituntut terlibat di dalamnya.

b. Pokok Warta Yesus mengenai Kerajaan Allah


Dalam pewartaan-Nya tentang Kerajaan Allah, Yesus mau menyatakan
bahwa Allah telah meraja terutama dalam diri Yesus sendiri dan mencapai
kepenuhannya pada akhir zaman. Ketika Yesus berkeliling di Palestina dan
berkarya dengan segala perbuatan baik, mengajar dan membuat mukjizat, itu semua
merupakan bukti bahwa Kerjaan Allah sebenarnya sudah mulai dibangun ditengah
umat yang percaya. Maka beberapa pokok warta Yesus tentang Kerajaan Allah
adalah sebagai berikut:
1) Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu,
manusia harus mengakui kekusaan Allah dan menyerahkan diri (percaya)
kepada-Nya, sehingga terciptalah kebenaran, keadilan, kedamaian dan
kesejahteraan.
2) Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus akan mencapai kepenuhannya pada
akhir zaman. Saat itulah Allah benar-benar meraja. Dalam rangka ini,
Kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan tindakan cinta kasih.
Mereka yang melakukan tindakan cinta kasih akan masuk kedalam Kerajaan
Allah dan berbahagia, sedangkan mereka yang tidak melakukan tindakan
tersebut tidak akan diperkenankan untuk masuk kedalam Kerjaan Allah (Mat
25:31-46).
3) Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu sudah
dekat. Dapat dikatakan sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Maka
orang harus menanggapinya dengan bertobat dan percaya kepada kabar baik
(Injil) yang disampaikan Yesus.

45
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

4) Kerajaan Allah adalah warta mengenai masa depan dunia ini yaitu yang
miskin tidak lagi miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan
menderita lagi, yang tertawan akan memperolah kelepasan (Mat 5:1-12).
Namun perlu diperhatikan bahwa untuk memperoleh masa depan yang
demikian dibutuhkan sebuah perjuangan. Untuk itulah selama hidup-Nya
Yesus berjuang agar kabar gembira itu benar-benar terwujud. Dengan seluruh
hidup-Nya Yesus menyatakan misi-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah
bahkan sampai mengurbankan diri-Nya di salib. Dengan perjuangan yang
demikian, diharapkan orang benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita,
keadilan dan kebenaran.
5) Agar Kerajaan Allah benar-benar meraja, kepada setiap orang Yesus memberi
tugas untuk meneruskan perjuangan-Nya itu, yakni dengan mengusahakan
damai sejahtera, sukacita, keadilan dan kebenaran ditengah-tengah dunia dan
masyarakat.
Beberapa hal mengenai Kerajaan Allah yang dapat kita ketahui dari uraian
Yesus adalah sebagai berikut:
 Pertumbuhan Kerajaan Allah terjadi secara diam-diam, tidak nampak dan
rahasia. Seperti benih yang ditaburkan lalu mengelurkan tunas, bertumbuh
berkembang dan berbuah sampai tiba waktunya untuk dipanen. Bagaimana
terjadinya, tidak ada yang tahu (Mrk 4:26-29).
 Kegagalan dan keberhasilan Kerajaan Allah. Seperti benih yang ditabur
oleh penabur, ada yang jatuh di pinggir jalan, ditanah yang berbatu-batu,
ditengah semak berduri dan ditanah yang baik. (Mrk 4:1-9).
 Permulaan Kerajaan Allah itu kecil, seperti biji sesawi atau ragi (Luk
13:18- 21)
 Kerajaan Allah menuntut orang untuk meninggalkan hal-hal yang
sebelumnya dianggap penting, berharga dan mengisi hatinya. Kerajaan
Allah begitu menggembirakan sehingga orang yang memperolehnya akan
membuang apa saja yang sebelumnya dianggap penting (Mat13:44-46)
 Kerajaan Allah itu terancam oleh kejahatan yang tidak nampak, seperti
ilalang diantara gandum, atau ikan yang buruk diantara ikan yang baik (Mat
13:24-20).
Melalui berbagai perumpamaan tentang Kerajaan Allah, Yesus berusaha untuk
menyadarkan para murid tentang Kerajaan Allah yang dinamis, tetapi memiliki
sifat tersembunyi. Yesus selalu menolak untuk ditarik oleh orang-orang Yahudi
yang memanfaatkan pengertian Kerajaan Allah untuk memperolah kemerdekaan
politik. Sesungguhnya yang ditawarkan Yesus jauh lebih radikal. Yesus melihat
kemungkinan dilahirkannya masyarakat baru yang didasarkan pada nilai-nilai yang
tinggi. Dari prinsip-prinsip kebenaran, cinta kasih, pelayanan tanpa pamrih dan
kerukunan yang disampaikan oleh-Nya, lahirlah strategi yang akan dan harus
memperbaharui tata susunan politik. Prioritas Yesus adalah bukan terletak pada
tata susunan politik itu sendiri, melainkan pada kesadaran akan nilai-nilai luhur itu
dalam diri masing-masing orang sebagai pribadi dan bersama-sama sebagai
masyarakat: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33)

46
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

c. Makna Kerajaan Allah Bagi Orang Kristiani


Seluruh hidup Yesus merupakan pernyataan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah
nyata terutama dalam diri Yesus. Kerajaan Allah merupakan inti pewartaan Yesus
tentang kabar baik yang disampaikan-Nya kepada manusia. Bagi orang Kristen,
Kerajaan Allah tidak berarti kerajaan yang terletak disuatu tempat didunia baka ini
dimana Allah menjadi raja. Tetapi yang dimaksudkan adalah kuasa Allah sebagai
raja serta martabat kerajaan-Nya. Kerajaan Allah berarti Allah sebagai Raja yang
berkuasa atas alam semesta (dunia dan manusia). Karena Allah sebagai Raja, maka
Ia memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga manusia mengalami
kebahagiaan dan keselamatan. Segalanya aman sentosa, damai sejahtera karena
semua yang menekan manusia hilang; penderitaan dan sengsara tidak ada lagi.
Kerajaan Allah juga berarti Allah memerintah sebagai raja yang dilukiskan
oleh Yesus sebagai Bapa. Allah itu adalah Bapa yang sungguh baik hati dan suka
mengampuni. Allah meraja dengan kasih, maka manusia dituntut untuk bersikap
pasrah dan penuh iman kepada-Nya. Allah menjadi sandaran, harapan dan andalan
bagi manusia, karena itu manusia tidak boleh mengandalkan harta, kekuasaan,
jabatan/pangkat, kedudukan, nama besar bahkan dirinya sendiri.

4. Sengsara, Wafat Dan Kebangkitan Yesus


a. Sengsara Yesus.
Yesus mengetahui bahwa ia akan menghadapi sengsara dan penderitaan
sebagai konsekwensi dari hidup dan pewartaan-Nya yang dianggap menggugat
kemapanan banyak pihak. Sebelum Yesus mengadakan Perjamuan Malam Terakhir
bersama para murid-Nya. Dalam perjamuan itu, Yesus banyak memberikan
wejangan dan nasihat serta amanat untuk para murid-Nya. Dalam Perjamuan
Terakhir itu pula Yesus mendirikan Ekaristi. Dikisahkan dalam Injil bahwa
sebelum menderita sengsara Ia berkumpul dengan para murid untuk mengadakan
perjamuan. Ia mengambil roti mengucap syukur dan memberikan kepada para
murid-Nya, seraya berkata: “Ambillah dan makanlah. Inilah Tubuh- Ku yang
diserahkan bagi kamu.” Demikian juga dilakukan-Nya dengan piala. Ia mengambil
piala dan menyerahkan-Nya kepada para murid sambil berkata: “Terimalah dan
minumlah. Inilah piala darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal yang
ditumpahkan bagi kamu dan bagi semua orang. Lakukanlah ini sebagai peringatan
akan Daku.” Tubuh dan darah Yesus adalah Yesus sendiri yang dikorbankan bagi
kita manusia. Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya agar kita selamat. Korban
inilah yang selalu kita kenangkan setiap kali kita merayakan ekaristi.
Yesus menyadari bahwa waktunya sudah dekat. Karena itu sesudah
perjamuan, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke taman Getsemani. Di taman
Getsemani Yesus mempersiapkan diri secara khusus untuk menerima penderitaan-
Nya. Ia menyadari bahwa ia harus menghadapi penderitaan-Nya dan tidak mungkin
untuk menghindar, karena itu ia berdoa kepada Bapa-Nya. Sebagai manusia biasa,
Yesus merasakan ketakutan yang luar biasa sehingga keringat dingin-Nya
mengucur bercampur darah. Dalam situasi seperti ini Ia berseru: “Ya Bapa-Ku,
jika Engkau mau ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” (Luk 22:42;

47
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Mat 26:39; Mrk14:36). Ketakutan yang dialami Yesus membuat Dia berdoa
dengan sungguh-sungguh dan saat itu Allah memberikan kekuatan kepada-Nya
lewat kehadiran seorang malaikat. Doa menjadi bagian hidup dan sumber kekuatan
bagi Yesus. Selama hidup-Nya, Yesus sering berdoa. Ia bahkan selalu mencari
tempat yang sunyi untuk berbicara dengan Allah. Kebiasaan ini pula diketahui oleh
para murid-Nya karena Yesus juga selalu mengajak mereka. Pada sat Ia sedang
berdoa di taman Getsemani itulah Ia ditangkap. Hal ini terjadi karena
pengkhianatan yang dilakukan oleh salah satu Rasul dan sahabat-Nya sendiri. Ia
sudah dijual hanya dengan harga 30 keping perak. Seperti seorang penjahat besar,
Yesus ditangkap oleh sejumlah pasukan yang bersenjata lengkap dan didakwa
bertubi-tubi. Mula-mula, Yesus dibawa kerumah Imam Besar untuk diadili disana.
Yang menjabat sebagai Imam Besar pada saat itu adalah Kayafas. Bersama
mertuanya Hanas, Kayafas melakukan pemeriksaan terhadap Yesus dan
menanyakan tentang identitas dan ajaran-Nya. Yesus memberikan tanggapan yang
membuat mereka yang memeriksa-Nya dan mengikuti sidang tersebut menjadi
jengkel.
Sesungguhnya para pemukan agama ingin menjebak Yesus agar dapat
menemukan kesalahan yang dapat membawa Yesus pada vonis hukuman mati. Dan
jebakan tersebut berkaitan dengan Bait Allah, karena mereka tidak mau Yesus ikut
campur tangan. Yesus pernah membuat kegemparan dengan mengusir para
pedagang yang berada di Bait Allah (lih. Mat 21:12; Mrk 11:15; Luk 19:45). Bagi
orang Yahudi, Bait Allah adalah pusat keagamaan mereka, sedangkan bagi pemuka
agama, Bait Allah merupakan pusat kekuasaan, juga pusat penghasilan mereka.
Apabila Bait Allah dihancurkan maka mereka akan kehilangan tempat ibadah,
kedudukan, jabatan dan kekuasaan serta penghasilan. Karena itu dengan alasan
mempertahankan stabilitas sistem keamanan secara nasional, para pemuka agama
meletakkan titik kesalahan pada Yesus.
Pewartaan dan tindakan Yesus memang baru, dengan merombak ajaran-
ajaran agama Yahudi. Hal ini jelas menimbulkan ketidaksenangan dalam diri
pemimpin agama yang beranggapan bahwa hanya agamalah yang dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa. Barangsiapa yang merongrong agama berarti juga
merongrong bangsa. Perubahan terhadap ajaran agama dianggap akan
mendatangkan murka Allah sehingga riwayat bangsa Yahudi akan berkhir.
Di luar pengadilan itu, seorang rasul/sahabat kepercayaan-Nya dengan
bersumpah mengatakan secara terbuka bahwa ia tidak mengenal Yesus. Nasib sial
apa yang menimpa Yesus pada malam itu? Atas nama seluruh bangsa, para
rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah penjajah untuk diadili. Mereka
sudah mengatur skenarionya: Yesus harus mati digantung. Dan itu terjadi.
Pengadilan di depan Pilatus itu hanya untuk memenuhi formalitasnya saja. Semua
sudah diatur. Pemerintah penjajah pun tidak keberatan. Demi kepentingan politik
dan stabilitas, apa artinya satu nyawa dihilangkan. Jadilah Yesus dihukum mati
digantung. Pelaksanaan hukuman mati itupun berjalan mulus. Itulah akhir
perjalanan hidup Yesus.

b. Wafat Yesus
Pontius Pilatus menjatuhkan hukuman kepada Yesus walau Ia tidak bersalah.
Murid-murid dan teman-teman Yesus tidak mampu membela-

48
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Nya.Justru mereka semua meninggalkan Yesus dan membiarkan Dia dihukum


mati (disalib). Menurut keyakinan orang Yahudi, mati dikayu salib merupakan
tanda bukti bahwa seseorang dibuang oleh Allah sendiri. Mati disalib berarti
dibuang oleh bangsanya dan dikutukoleh Allah.
Selama tiga tahun Ia telah mengabdikan seluruh hidup-Nya bagi Allah dan
bangsa-Nya. Hampir tidak mempunyai tempat tinggal, sering tidur di bawah langit
dan berbantalkan batu, Ia telah menjelajahi seluruh negeri, masuk keluar kota dan
dusun, menyusuri pantai dan melayari tasik, mendaki gunung dan menjalani lereng-
lereng bukit hanya untuk mewartakan Kabar Gembira dan berbuat baik untuk
bangsa-Nya. Apakah adil hidup-Nya harus berakhir pada sebuah salib? Di
manakah orang-orang lumpuh, bisu tuli, para penderita kusta yang telah
disembuhkan? Di manakah ribuan orang yang telah memakan roti sampai tersisa
itu? Di manakah mereka semua yang telah dihibur-Nya, diteguhkan hatinya dan
diselamatkan dari gangguan setan-setan? Di manakah murid-murid, yang telah
digembleng-Nya secara khusus selama tiga tahun? Apakah semua telah menjadi
sia-sia? Dan di mana Allah Bapa, yang kehendak- Nya telah ditaati-Nya sepatuh-
patuhnya? Bukankah hukuman mati di salib merupakan penghinaan yang paling
kejam, hukuman yang hanya boleh dikenakan pada para budak dan pemberontak?
Bukankah bagi bangsa Yahudi hukuman mati di salib merupakan kenyataan bahwa
seseorang telah dibuang oleh bangsanya dan dikutuk oleh Allah? “Ya Allah, Ya
AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27:46). Bukankah ini suatu
seruan putus asa dari Yesus di akhir hidup-Nya? Apakah Ia telah kalah? Apakah
akhirnya musuh-musuhlah yang benar dan menang? Bukankah kematian-Nya
merupakan suatu bukti bahwa Allah tidak di pihak Yesus? Apakah Yesus telah
gagal? Ternyata tidak!
Yesus tahu, apa yang Dia katakan dan apa yang Dia buat. Dia tahu pula,
bahwa apa yang Dia buat dan Dia katakan tidak menyenangkan banyak pihak.
Bahkan mengancam kepentingan pihak-pihak itu. Dan pihak-pihak inilah yang
berpengaruh dan mempunyai kuasa dalam masyarakat, khususnya dalam bidang
keagamaan. Ia tahu pula risikonya kalau menentang golongan yang berkuasa.
Tetapi apakah dengan itu Yesus harus mundur atau mengambil sikap
kompromistis? Bukankah bijaksana mengelakkan bahaya yang lebih besar?
Tetapi tidak dengan Yesus. Ia tidak mundur! Ia konsekuen dengan apa yang
dikatakan-Nya dan apa yang telah mulai dikerjakan-Nya. Ini menyangkut nilai-
nilai fundamental Kerajaan Allah. Ia harus konsekuen. Ia harus maju, apapun
risikonya, walau sebagai manusia Ia takut dan gemetar. Ia berusaha maju dengan
kepala tegak. Ia berjuang untuk menjadi tuan atas penderitaan-Nya. (Kalau kita
membaca keempat Injil kesan ini muncul dengan kuat sekali). Yesus rupanya
menyadari bahwa penderitaan dan kematian-Nya adalah bagian dari misi dan
tugas-Nya. Kalau Dia mundur, bagaimana dengan nasib Kerajaan Allah yang telah
mulai diwartakan dan dibangun-Nya itu? Bukankah Kerajaan Allah itu telah mulai
direalisir justru dalam diri-Nya? Nilai-nilai Kerajaan Allah seperti: cinta kasih,
keadilan dan perdamaian mulai menguncup. Apakah semua itu harus mati lagi oleh
kekuatan kejahatan? Dan kalau Dia mundur, bagaimana dengan pengikut-
pengikut-Nya kelak? Bukankah Dia ada untuk menolong, mendukung,
memajukan, memerdekakan dan membahagiakan orang lain? Tidak!! Yesus sadar
bahwa sengsara dan kematian-Nya merupakan bagian dari karya penyelamatan.

49
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Ia merupakan tebusan, seperti yang telah dialami oleh banyak nabi terdahulu.
Bukankah Ia telah berkata: “Biji gandum harus jatuh dan mati untuk menghasilkan
banyak buah?”
Karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, kematian Yesus justru
menyelamatkan banyak orang dan membawa orang semakin dekat dengan Allah.
Ia telah menyatukan antara surga dan dunia berkat wafat-Nya. Hal ini terbukti dari
cara wafat Yesus. Keempat Injil mencatat kematian Yesus justru disertai dengan
tanda-tanda alam yang sangat dasyat, seperti: kegelapan yang meliputi seluruh
daerah dan gempa bumi yang menyebabkan terbelahnya tabir Bait Allah menjadi
dua. (lih. Mat 27:45-56; Mrk 15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Peristiwa
ini disaksikan oleh banyak orang termasuk kepala pasukan, sehingga ia
memuliakan Allah dan berkata: “Sungguh orang ini adalah orang benar.” Kuasa
kegelapan tampak seakan-akan menunjukkan kekusaannya atas seluruh dunia.
Namun pada saat Yesus wafat semua cahaya dipusatkan pada salib. Kegelapan
sering dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan dan adanya bahaya. Kegelapan
menjadi lambang ketidak-berdayaan. Peristwa kegelapan yang terjadi saat
kematian Yesus mempunyai arti khusus yakni keterlibatan Allah atas kematian
Yesus. Melalui kegelapan yang diciptakan-Nya, Allah mau menyatakan terang
kehidupan baru yang akan muncul. Dari kegelapan lahirlah Mesias yang membuka
sejarah keselamatan baru bagi semua bangsa di dunia.
Tanda lain yang menyertai wafat Yesus adalah terbelahnya tabir Bait Allah
menjadi dua. Hal ini membawa perubahan yang radikal. Tabir Bait Allah yang
dimaksudkan untuk memisahkan ruang yang dikhususkan bagi para iman dan
orang-orang yang tidak percaya, kini dihancurkan. Hal ini menunjukkan bahwa
kematian Yesus membawa kedekatan Allah dengan manusia. Allah terbuka bagi
semua bangsa. Allah tidak lagi tinggal di tempat terasing, dalam ruang khusus dan
tertutup, melainkan berada diantara kita. Ia bahkan sangat dekat dengan kita. Maka
semua orang tanpa terkecuali boleh datang kepada Allah. Dipuncak Golgota di atas
kayu salib, penyertaan Allah semakin nyata, yakni penyertaan untuk merangkum
penderitaan manusia. Manusia tidak perlu takut akan penderitaan karena Allah
akan selalu beserta manusia dalam segala situasi.
Sengsara dan kematian-Nya harus merupakan pengabdian-Nya yang
terakhir. Pengabdian karena kasih demi Kerajaan Allah, demi manusia. Yesus
percaya bahwa kemudian akan bangkit orang-orang seperti Dia untuk membangun
Kerajaan Allah. Ia telah memberi jalan. Ia adalah contoh. Ia adalah teladan. Ia
adalah idola. Dalam Dia siapa saja dapat melihat bagaimana seorang manusia
sejati bertindak. Kiranya jelas bahwa penderitaan dan kematian Yesus adalah
kesaksian yang paling final dan paling utama tentang Kerajaan Allah.

c. Kebangkitan Yesus
Kebangkitan Yesus adalah dasar dari semua iman Kristen. Injil sebenarnya
tidak menceritakan kebangkitan Yesus, tetapi hanya menceritakan tentang kubur
kosong dan penampakan-penampakan.Apa yang diwartakan oleh makam kosong
adalah kebangkitan Kritus sebagai misteri penyelamatan. Makam terbuka berarti
duka cita dan kegelapan sudah diganti oleh suka cita dan terang kebangkitan.
Tanda lain akan kebangkitan Yesus adalah penampakan. Orang-orang
pertama yang bertemu dengan Yesus yang telah bangkit adalah Maria dari

50
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Magdala dan wanita-wanita saleh yang datang ke pemakaman untuk meminyaki


jenasah Yesus (lih. Mrk 16:1) yang dengan tergesa-gesa dimakamkan pada hari
jumat karena hari sabat segera tiba. Dengan demikian, para wanita itu merupakan
orang pertama yang membawa berita tentang kebangkitan Yesus. Sesudah itu,
Yesus menampakan diri kepada para rasul lebih dahulu kepada Petrus, kemudian
kepada keduabelas murid-Nya.
Penampakan Yesus ini sungguh membawa makna, yaitu Yesus
memperkenalkan kepada para murid dan gereja-Nya suatu cara kehadiran yang
baru.Untuk tujuan itu penampakan yang terjadi selama 40 hari merupakan masa
peralihan. Dengan menampakkan diri kepada para murid, Yesus menunjukkan
bahwa ia selalu hadir, juga kalau mereka tidak melihat-Nya. Yesus yang telah
bangkit merupakan “alam ciptaan baru” di tengah-tengah kita. Penampakan-Nya
menunjukkan kehadiran yang parmanen, yakni:
 Melalui Sabda-Nya
Sejak bangkit dari alam maut Yesus hadir ditengah-tengah kita melalui
sabda-Nya, misalnya dalam cerita tentang dua orang murid dalam perjalanan
ke Emaus (lih. Luk 24:13-35).Waktu mereka sedang berjalan bersama Yesus,
hati mereka belum tersentuh oleh rupa Yesus. Tetap hati mereka mulai
berkobar-kobar ketika ia mulai berbicara dan menerangkan Kitab Suci kepada
mereka (lih. Luk 24:32). Dalam sabda mereka berjumpa dengan Yesus.
 Melalui tanda
Yesus membuat para murid mengenal-Nya melalui tanda yakni ”memecah-
mecahkan roti”. Tanda ini oleh gereja diwujudkan dalam Sakramen Ekaristi.
Untuk seterusnya, Yesus akan memberikan diri-Nya dalam Perayaan Ekaristi
 Melalui Roh Kudus-Nya
Yesus hadir ditengah para murid-Nya melalui Roh-Nya.Sebagai tanda
kehadiran “Roh”, Yesus telah menghembusi dan memberikan Roh kepada
mereka. Untuk seterusnya mereka akan terus menjumpai Yesus melalu Roh-
Nya.
 Melalui jabatan kegembalaan Petrus dan melalui kuasa apostolik untuk
mengampuni dosa Tuhan yang telah bangkit itu tetap hadir ditengah- tengah
umat-Nya.
Tidak setiap orang dapat mengalami kehadiran Yesus, sebab untuk mengenal
dan mengetahui kehadiran Yesus diperlukan adanya iman. Para murid yang menuju
Emaus mengenal Yesus ketika mereka mulai membuka hati bagi sabda-Nya. Bukan
mata kepala, tetapi mata iman yang menyebabkan pengenalan yang sebenarnya.
Bahkan Thomas yang “tak percaya” sebetulnya orang yang bersedia menyerahkan
diri kepada Kristus (Bdk. Yoh 11:16). Maksud cerita penampakan kepada Thomas
adalah setiap orang yang menyerahkan diri kepada Yesus boleh merasa pasti dan
yakin akan kehadiran-Nya, meskipun ia tidak melihat Yesus.

Makna kebangkitan Yesus bagi kita:


1. Kebangkitan Yesus mensahkan dan melegitimasi apa yang telah dilakukan
dan diajarkan-Nya. Semua kebenaran juga yang tidak dapat dimengerti oleh
pikiran manusia, mendapat kebenaran oleh kebangkitan Yesus.

51
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

2. Dalam kebangkitan Yesus, terpenuhilah janji-janji Perjanjian Lama (Bdk.


Luk 24:26-27) dan janji Yesus selama hidup-Nya di dunia. Dengan
kebangkitan Yesus terpenuhilah nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
3. Kebangkitan menegaskan ke-Allah-an Yesus. Ia telah mengatakan “Apabila
kamu meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa Akulah Dia”
(Yoh. 8:28). Kebangkitan Yesus menerangkan bahwa Ia sungguh-sungguh
Putra Allah. Kebangkitan Yesus berhubungan erat dengan penjelmaan Putra
Allah menjadi manusia.
4. Rahasia paskah mempunyai dua sisi, yakni: dengan kematian-Nya Yesus
membebaskan kita dari dosa, dan dengan kebangkitan-Nya Yesus membuka
pintu menuju kehidupan baru. Hidup baru menempatkan kita kembali ke
dalam rahmat Allah (Bdk. Rm 4:25), supaya seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati demikian juga kita hidup dalam hidup
yang baru.
5. Kebangkitan Yesus adalah dasar kebangkitan kita yang akan datang.
“Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung (I
Kor 15:20). Dengan kebangkitan-Nya Yesus masuk ke dalam kemuliaan
Ilahi. Kebangkitan Yesus adalah kepenuhan hidup-Nya. Namun kebangkitan
Yesus dimulai dan diwartakan tidak hanya sebagai kepenuhan hidup Yesus,
tetapi terutama sebagai sumber keselamatan manusia. Karena itu wafat dan
kebangkitan Yesus harus diwartakan.

C. ALLAH TRITUNGGAL
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui satu Allah
yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi: Alla Bapa dan Putera dan Roh Kudus, di
mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama
kemuliaannya. Istilah Tritunggal (Inggris: trinity, Latin: trinitas) mengandung arti tiga
Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah. Istilah "pribadi" dalam bahasa Yunani adalah
hupostasis, diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person).
Sejak awal abad ketiga doktrin Tritunggal telah dinyatakan sebagai "Satu
keberadaan (Yunani: ousia, Inggris: beeing) Allah di dalam tiga Pribadi dan satu substansi
(natur), Bapa, Anak, dan Roh Kudus ". Kamus Oxford Gereja Kristen (The Oxford
Dictionary of the Christian Church) menjelaskan Trinitas sebagai "dogma sentral dari
Teologi Kristen". Doktrin ini diterima oleh mayoritas aliran-aliran Kristen,
seperti:Katolik, Protestan, dan Ortodoks.
Alkitab, baik dalam Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru, tidak secara eksplisit
menuliskan istilah "Allah Tritunggal", tetapi keberadaan Bapa, Putra dan Roh Kudus
tersirat dalam banyak ayat, baik secara terpisah maupun bersama-sama. Berdasarkan
rumusan dalam perintah tentang pembaptisan diMatius 28:19: "Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus.". Doktrin Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang, adalah
berdasarkan Firman Tuhan dalam Injil. Ucapan Yesus: "Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku", dapat digunakan untuk menjelaskan istilah "pribadi", "sifat", "esensi",
"subtansi", istilah-istilah yang belum pernah digunakan oleh para Rasul.

52
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Etimologi

Diagram "Scutum Fidei" atau "Perisai Trinitas" dari simbolisme Kristen Barat tradisional.
Kata Trinitas berasal dari Bahasa Latin: "trinus" dan "unitas" yang berarti "tiga
serangkai atau tritunggal". Kata benda abstrak ini terbentuk dari kata sifat trinus (tiga
masing-masing, tiga kali lipat), sebagai kata unitas yang merupakan kata benda abstrak
yang dibentuk dari unus (satu). Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς,
yang berarti "satu set dari tiga" atau "berjumlah tiga". Penggunaan tercatat pertama dari
kata Yunani ini dalam teologi Kristen (meskipun bukan tentang Trinitas Ilahi) adalah oleh
teofilus dari Antiokhia pada sekitar 170.
Tertulianus, seorang teolog Latin yang menulis pada awalabad ke-3, yang dianggap
menggunakan kata-kata "Trinitas", "persona" dan "substansi" menjelaskan bahwa Bapa,
Anak dan Roh Kudus adalah "satu dalam esensi - bukan satu dalam Persona". Sekitar satu
abad kemudian, pada tahun 325, Konsili Nicea menetapkan doktrin Trinitas sebagai
Ortodoksi dan mengadopsi Pengakuan Iman Nicea, yang menggambarkan Kristus
sebagai "Allah dari allah, Terang dari terang, maha Allah dari maha Allah, diperanakkan,
bukan dibuat, satu substansi (homoousios) dengan Bapa".

Pewahyuan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Lama


Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Allah itu Esa. “Dengarlah, hai orang Israel:
TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4).
Kata “TUHAN” berasal dari kata bhs Ibrani
“YHWH”. Kata “Allah” berasal dari kata Ibrani
“Elohim”.
Kata “esa” berasal dari kata Ibrani “Echad” yang artinya adalah “Satu”. Maksud
satu di sini adalah”Unified One”, sama dengan kata “satu” dari dua menjadi “satu”
daging di dalam Kejadian 2:24. Kata “satu” di sini mengandung arti satu kesatuan
(compound unity). Keesaan dari Allah dinyatakan sebagai esensi-Nya atau
keberadaan-Nya (YHWH Yg Esa), sedangkan keragaman-Nya diekspresikan
dalam gelar Elohim (yg merupakan bentuk kata Jamak).
Di dalam Perjanjian Lama, ayat yang pertama kali menyiratkan mengenai
ketritunggalan adalah dalam Kejadian 1:26: “Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-
ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas
segala binatang melata yang merayap di bumi.” Selain itu, terdapat juga dalam Kejadian
3:22 dan Kejadian 11:7. Kata “Kita” merupakan bentuk jamak. Terlihat jelas bahwa sejak

53
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

awal penciptaan ketiga pribadi Allah telah bekerja sama untuk menciptakan alam semesta
ini. Kejadian 1:2 bahkan menegaskan peran Roh Allah dalam penciptaan bumi.

Pewahyuan Allah Tritunggal dalam Perjanjian Baru


 Matius 3:16-17: “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu
juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-
Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan’.”
 Matius 28:19: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,”
 2 Korintus 13:13: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”
 1 Petrus 1:2: “yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa
kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan
menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin
melimpah atas kamu.”
Ayat-ayat tersebut dengan baik menjelaskan bahwa Allah Tritunggal adalah tiga pribadi
yang Esa. Yaitu Allah Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh Kudus. Istilah pribadi sama
sekali tidak berarti adanya perbedaan di dalam esensi. Semua pribadi pada diri Allah
memiliki atribut ilahi. Bapa adalah Allah, Yesus adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.
Setiap pribadi di dalam Trinitas memiliki peran yang berbeda. Karya keselamatan
dalam pengertian tertentu merupakan pekerjaan dari ketiga Pribadi Allah Tritunggal.
Namun, di dalam pelaksanaannya ada peran yang berbeda yang dikerjakan oleh Bapa,
Anak, dan Roh Kudus. Bapa memprakarsai penciptaan dan penebusan; Anak menebus
ciptaan; dan Roh Kudus melahirbarukan dan menguduskan, dalam rangka
mengaplikasikan penebusan kepada orang-orang percaya.

a. Allah Bapa (Pencipta)


Allah Bapa adalah Sumber utama atau Penyebab utama dari:
 Alam semesta (1 Korintus 8:6)
 Keselamatan (Yohanes 3:16-17)
 Pekerjaan Yesus sebagai manusia (Yohanes 5:17; 14:10).
Bapa adalah Allah. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa ayat di bawah ini:
 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk
makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan
Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah,
dengan meterai-Nya.” (Yohanes 6:27).
 Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang
dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan
damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus (Roma
1:7).
 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang
di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan
damai sejahtera menyertai kamu (1 Tesalonika 1:1).
 Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan
yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima
percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah
atas kamu (1 Petrus 1:2).

54
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

 Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari


Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya suara dari Yang Mahamulia, yang
mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” (2
Petrus 1:17; bandingkan Matius 3:16-17).
 Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa, dan dari Yesus
Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih (2 Yohanes
1:3).
Bapa (Kepribadian Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan
Roh Kudus. Kedudukan Bapa, Anak dan Roh Kudus sama.
Yang selalu diimani sebagai karya khas dari Allah Bapa adalah menciptakan.
Tentu karya menciptakan ini juga karya Putra dan Roh kudus, tetapi secara manusiawi
lebih dipahami sebagai karya Bapa. Kita mengalami karya penciptaan ini dalam
peristiwa kelahiran, pertumbuhan dan sebagainya. Dalam kehidupan harian kita,
apabila melihat matahari terbit, bintang-bintang di langit, deburan ombak di pantai, dan
seluruh alam semesta maka kita mengalami karya Bapa yang menciptakan. Kita
mengalami kehadiran dan karya Allah melalui alam semesta tempat kita bernaung.

b. Allah Putera (Penebus)


Allah Anak merupakan pribadi kedua dalam Tritunggal. Ia adalah firman (
logos) Allah yang menjadi manusia dan memakai nama Yesus (Ibrani: Yehoshua;
Yunani: Iesous; Inggris: Jesus) (bdk. Yohanes 1:1-14). Kasih-Nya yang besar akan
dunia ini membuat-Nya rela datang ke dalam dunia, melakukan karya penyelamatan,
merendahkan diri sampai mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang
ketiga, naik ke sorga dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang
hidup dan mati.
Ia adalah teladan iman sejati dan sumber kehidupan bagi orang percaya. Firman
Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar dengan menjadi Anak yang mati di
kayu salib. Yesus memberikan hidup-Nya agar semua yang percaya kepada- Nya bisa
menjadi anak Allah (Yohanes 1:12). Tanpa syarat dan aturan yang susah, cukup
dengan percaya akan berita Injil dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat
pribadi (Roma 10:9-10).
Anak adalah Allah. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa ayat di bawah ini:
 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara
kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan
kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran
(Yohanes 1:1, 14).
 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam
keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah
Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin! (Roma 9:5).
 Tetapi tentang Anak Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya
dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran (Ibrani 1:8).
 Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan
(Kolose 2:9).

55
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

 Pengakuan Tomas, “Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!”


(Yohanes 20:28).
Anak (Kepribadian Anak) tidaklah lebih tinggi/rendah daripada Bapa dan Roh Kudus.

Karya khas dari Allah Putra adalah menebus, memperbiki yang rusak, dan
menyembukan yang luka (lahir & batin). Setiap kita mengalami peristiwa
penyembuhan,pertobatan, kebangkitan sesudah kejatuhan dan
rekonsiliasi/perdamaian, sesungguhnya kita mengalami karya Allah Putra yang
menebus, yang memulihkan dan memperbaiki tidak hanya fisik kita, tetapi lebih dari
itu memulihkan dan memperbaiki hubungan kitan dengan Allah, sesama dan diri
sendiri.

c. Allah Roh Kudus (Karya Cinta Kasih)


Roh Allah sebagai Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta, dan
Penghibur tidak terlihat, namun berdiam di dalam hati setiap manusia yang mengaku
bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan hidup di dalam-Nya (1 Korintus 3:16). Roh
Kudus bukanlah tenaga aktif. Roh Kudus bukanlah kebijaksanaan (pikiran) tertinggi
dari seluruh alam jagad kosmik. Roh Kudus bukanlah manusia tokoh pendiri suatu
agama baru. Roh Kudus tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa
Allah itu maha kuasa, tetapi Roh Kudus itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan.
Roh Kudus adalah Allah, sebab Allah itu Roh. Dengan demikian Roh Kudus
adalah Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Allah. Kepribadian Roh Kudus tidak pernah lebih rendah daripada Bapa maupun
Anak.
Roh Kudus adalah Allah: Hal ini dapat kita lihat dari beberapa ayat di bawah ini:
 Berdusta kepada Roh Kudus = berdusta kepada Allah (KPR 5:3-4;
bandingkan dgn 1 Kor 6:19-20).
 Roh Kudus digambarkan sebagai memiliki sifat dan melakukan pekerjaan Allah
(Yohanes 16:8-11).
 Roh Kudus dinyatakan sederajat dengan Allah (Matius 28:19; 2 Korintus 13:13;
1 Petrus 1:2).
 Roh Kudus disebut juga sebagai Roh Allah, Roh Kristus (Roma 8:9).
 Roh Kudus terlibat di dalam penciptaan alam semesta (Kej 1:2).
Karya khas dari Allah Roh Kudus adalah memperbaharui, meneguhkan, dan
mempersatukan. Setiap kali kita mengalami kekuatan dan keikhlasan cinta,
terpulihnya pengharapan dan cita-cita, menguatnya rasa persaudaraan dan persatuan,
kita mengalami karya Roh Kudus yang penuh daya untuk memperbaharui dan
memperindah bumi ini. Karya Allah Trinitas memang selalu kita alami dalam
kehidupan kita. Tritunggal bukan teori, bukan rumusan tetapi kenyataan yang
melingkupi hidup kita, yang harus kita kagumi dan kita syukuri.

d. Relasi Dalam Pribadi Allah Tritunggal


Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah Kasih. Karena itu untuk memahami Allah
yang adalah Kasih kita perlu mengerti sifat kejamakan dalam diri Allah. Kasih
memerlukan subjek dan objek. Sebelum Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk
malaikat-malaikat dan manusia, Allah mengasihi siapa/apa? Hal ini menjadi kesulitan

56
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

bagi mereka yang menolak adanya pribadi lain di luar diri Allah (YHWH). Tetapi bagi
mereka yang menerima doktrin Allah Tritunggal, hal itu tidak masalah, karena Bapa
mengasihi Anak, Anak mengasihi Roh, dstnya. Pengenalan kepada self-sufficient and
self-dependent God membuat kita dapat memahami bahwa Allah cukup dengan diri-
Nya sendiri dan tidak bergantung kepada siapapun. Karena itu, Allah dapat
mengungkapkan kasih-Nya tanpa adanya satu eksistansi (keberadaan) di luar diri-
Nya. Demikian juga, pemahaman kepada Allah yang hidup dan yang bersabda “the
living and speaking God” membuat kita memikirkan perlu ada komunikasi yang di
dalamnya ada subjek dan objek, karena pribadi yang satu tidak dapat berkomunikasi
tanpa ada pribadi lain.
Pemahaman kepada Allah Tritunggal akan menolong mengatasi hal itu.
Alkitab menegaskan bahwa sebelum menciptakan manusia, Allah telah berkomunikasi
dengan diri-Nya: “Marilah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
KITA” (Kej.1:26). Selain dari relasi tersebut di atas, kita akan mencatat hal-hal
berikut:
1. Relasi saling menghormati dan memuliakan di dalam pribadi Tritunggal:
Yoh.16:14-15; 17:1,4.
2. Adanya koordinasi dan kesatuan ketiga pribadi dalam Penciptaan (Kej.1:26);
karya keselamatan (1Pet.1:2); Baptisan (Mat.28:19); pembaharuan dan berkat
dalam diri orang percaya (Gal.4:6, 2 Kor.13:13).
3. Adanya peran khusus di dalam masing-masing pribadi: Bapa (Kis.2:23; Ro.11:33-
34; Ef.1:4,9,11; 3:11), Anak (Yoh.17:4; 1Kor.1:30; Ef.1:7; 1Tim.2:5); Roh
(Ro.8:2,14,15,16,26; Tit.3:5).
4. Dalam karya penyelamatan, apa yang ditetapkan oleh Bapa, digenapkan oleh Anak
di kayu salib dan diaplikasikan oleh Roh di dalam diri orang percaya. Dengan kata
lain, yang disalibkan adalah pribadi kedua, bukan pribadi pertama atau ketiga,
sedangkan yang mendiami orang percaya adalah pribadi ketiga, bukan pribadi
pertama dan kedua.
Dalam kehidupan praktis, ketika berdoa biasanya kita berdoa dan memohon kepada
Allah Bapa. Hal itu kita lakukan dalam pertolongan dan kekuatan Roh Kudus, dan
doa itu hanya layak karena jasa Yesus Kristus. Itu sebabnya seringkali doa diakhiri
dengan dengan rumusan trinatas
Maka pemahaman kepada Allah Tritunggal berarti:
1. Percaya kepada Allah yang memiliki tiga pribadi (Bapa, Anak dan Roh) dalam satu
keberadaan (substansi).
2. Percaya kepada Allah Bapa, Anak dan Roh yang setara, sehakekat dan memiliki
kekekalan yang sama.
3. Ketiga pribadi tersebut dapat dibedakan juga tidak dapat dipisahkan.
4. Dapat diimani, tapi tidak dapat dimengerti sepenuhnya. Doktrin Allah Tritunggal
bukan di wilayah logika, bukan irrasional tapi supra rasional (beyond logic). Hal
itu memang sesuai dengan hakekat Allah. Allah yang sejati pasti di luar jangkauan
logika manusia.

57
BAB IV
GEREJA

Pengantar
Menyadari situasi zaman yang dicirikan dengan memberi peluang untuk maju sekaligus
membawa tantangan yang semakin berat, Gereja perlu merenungkan kembali jati
dirinya.Gereja yang berada di dunia dan untuk dunia dituntut untuk menajamkan visinyadan
menjelaskan misinya untuk menghadirkan Gereja ditengah masyarakat.Pemahaman Gereja
sebagai pijakan dasar untuk melangkah adalahmutlak untuk diketahui dan dihayati.

A. WAJAH GEREJA DEWASA INI

Dengan sifat-sifatnya, Gereja membawa beberapa masalah aktual dalam kehidupannya


sekarang, misalnya hubungan antara Gereja lokal (setempat) dan universal
(semesta).Persoalan ini secara khusus berkaitan dengan kesatuan Gereja; ekumenisme yang
berkaitan dengan kekatolikan Gereja dan misinya. Dibawah ini akan diuraikan tentang Gereja
lokal dan universal.

1. Potret Gereja Lokal


Masalah Gerejalocal dan Gereja universal secara khusus dibahas oleh Konsili Vatikan II
dalam LG. Masing-masing Uskup merupakan asas dan dasar yang kelihatan dari kesatuan
dalam Gerejanya sendiri, yang terbentuk menurut mitra semesta Gereja (universal).Gereja
Katolik yang satu dan tunggal berada dalam Gereja-Gerejasetempat itu dan terhimpun dari
padanya.Disini terungkap sifat Katolik Gereja.Gereja Katolik yang satu dan tunggal berada
dimana-mana tetapi dalam bentuk yang berbeda-beda.Maka Gereja lokal (setempat) terbentuk
menurut citra Gereja universal (semesta). Ini berarti Gereja universal sudah ada sebelumnya
dan menjadi model Gereja setempat. Hal ini menunjukkan sifat kesatuan Gereja.Secara
manusiwi Gereja universal adalah persekutuan Gereja-Gereja setempat.Tetapi secara Ilahi,
sebagai Gereja Kristus, Gereja universal berada dalam Gereja- Gereja setempat itu.Gereja
universal bukan hanya perkumpulan Gereja-Gereja setempat.Karena sifat misterinya Gereja
universal sudah hadir dan terlaksana dalam setiap umat setempat. Oleh kerena itu jika semua
Gereja Katolik ber-communio, tidak terjadi banyak Gereja Kristus melainkan “Gereja Katolik
yang satu dan tunggal terhimpun dari padanya”.Dalam hal ini janganlah melihat Gereja
semesta sebagai Gereja yang sesungguhnya, sedangkan Gereja setempat dilihat sebagai
cabang saja.Sifat universal terjamin antara persekutuan Gereja-Gereja.Dalam hal ini yang
dimaksud oleh Gereja lokal adalah lingkungan, paroki dan keuskupan.Bagaimana umat di
lingkungan, paroki dan keuskupan kita dalam menghayati kehidupan meng-Gereja?Bagaimana
keterlibatan dan penghayatan dalam doa-doa, kepemimpinan, pewartaan, liturgi serta
pelayanan Gereja kedalam dan ke luar?Keberadan lingkungan kita dalam tugas dan
keterlibatan di atas merupakan gambaran Gereja universal.

58
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

2. Arti dan Makna Gereja


Gereja berasal dari kata Igreja (Portugis), Ecclesia (Latin), Ekklesia (Yunani) yang
berarti: Kumpulan/kelompok orang yang sangat khusus, jemaat, umat. Kata Yunani itu
berasal dari kata yang berarti “memanggil”. Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan, itulah
arti sesungguhnya kata Gereja.
Eklesia adalah kata yang biasa saja pada jaman Para Rasul. Dari cara
memakainya,kelihatan bagaimana jemaat perdana memahami diri dan merumuskan karya
keselamatan Tuhan diantara mereka. Kadang-kadang mereka berkata “Gereja Allah” atau juga
“Jemaat Allah”(lih. 1 Kor 10:32, 11:22; 15:9) Maksud sebutan itu menjadi jelas dengan
penegasan Paulus mengenai Jemaat yang berkumpul untuk perayaan Ekaristi. Maka ada tiga
“nama” yang dipakai untuk Gerejadalam Perjanjian Baru: ‘Umat Allah” Tubuh Kristus” dan
Bait Roh Kudus”.Sedangkan dalamnama yang dipakai dalam Ajaraan Gereja juga ada tiga
yakni: “misteri dan sakramen”, “communion”, dan “persekutuan para kudus”. Semuanya
berkaitan satu sama lain.
Adapun pengertian Gereja menurut Kitab Suci dan Ajaran Gereja adalah sbagai berikut:

a. Gereja: Umat Allah


Kata umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian lama.Yang paling menonjol dalam
sebutan ini adalah bahwaGereja itu umat terpilih Allah. (1 Ptr 2:9) Oleh Konsili Vatikan II
(LG Art 9) sebutan Umat Allah amat dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa
Gereja bukan pertama-tama organisasi manusiawi melainkan perwujutan karya Allah yang
konkret.Tekanannya ada pada pilihan dan kasih Allah.Gereja adalah kelompok dinamis, yang
keluar dari sejarah Allah dengan manusia.Kata Umat Allah dipakai agar Gereja tidak dilihat
secara yuridis dan organisatoris melulu.Gereja muncul dan tumbuh dari sejarah keselamatan
yang sudah dimulai dengan panggilan Abraham.Dalam perjanjian lama Tuhan bersabda “jika
kamu bersungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang teguh pada perjanjian-
Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku dari antara segala bangsa” (Kel 19:5).Dan
kata itu diulangi lagi dalam Perjanjian Baru “Kita adalah bait Allah yang hidup, menurut
Firman Allah ini: Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup ditengah-tengah
mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka umat-Ku” ( 2 Kor 6:16; Ibr 8:10;
Why 21:3).
Dari pengalaman Roh kita mengetahui bahwa Allah ada dalam diri kita.Sejarah
keselamatan yang dimulai dengan panggilan Abraham berjalan terus dan mencapai
puncaknya dalam wafat dan kebangkitan Kristus serta pengutusan Roh Kudus. Maka Gereja
bukan hanya lanjutan umat Allah yang lama, tetapi terutama kepenuhannya,karena sejarah
keselamatan Allah berjalan terus dan Allah memberikan diri semakin sempurna (bdk. 1 Kor
15:28). Oleh karena itu dengan sebutan “umat Allah” belum terungkap seluruh kekayaan
hidup rohani Gereja.

b. Gereja: Tubuh Kristus


Sebutan yang lebih khas Kristiani adalah Tubuh Kristus. Paulus menjelaskan maksud
kiasan tersebut: “Sama seperti tubuh itu dan anggota-angotanya banyak, dan segala anggota
itu meskipun banyak, merupakan satu tubuh, demikin pula Kristus. Sebab dalam satu Roh kita
semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak maupun orang merdeka telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh” (1

59
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Kor 12:12-13).Dengan gambaran “Tubuh” Paulus mau mengungkapkan kesatuan jemaat,


kendatipun ada aneka karunia pelayanan, Gereja tetaplah satu.
Dalam arti sesungguhnya, proses pembentukan Tubuh baru mulai dari peninggian
Yesus, yakni dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Namun itu tidak berarti bahwa sabda dan
karya Yesus sebelumnya tidak ada sangkut pautnya dengan pembentukan Gereja.Memang
tidak ada hari dan tanggal pembentukan Gereja atau hari proklamasi Gereja, karena Gereja
berakar dalam seluruh sejarah keselamatan.
Dalam proses pembentukan itu, wafat dan kebangkitan Kristus, serta pengutusan Roh
Kudus, merupakan peristiwa yang paling menentukan. Gereja berkembang dalam
keselamatan Allah. Oleh karena itu Gereja sekarang masih tetap berada dalam perjalanan
menuju kepenuhan rencana Allah.Gereja bukan tujuan, melainkan sarana dan jalan menuju
pada tujuan itu.

c. Gereja: Bait Roh Kudus


Gambaran Gereja yang paling penting barangkali adalah Gereja sebagai Bait Roh
Kudus.Paulus berkata “tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh
Allah diam didalam kamu?(1 Kor 3:16, lih. 2 Kor 6:16). Bait Allah berarti tempat pertemuan
antara manusia dengan Allah, dan menurut ajaran Perjanjian Baru, itu adalah Kristus (Yoh
2:21). Di dalam Gereja orang diajak mengambil bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal
sendiri.
Gereja itu Bait Allah bukan secara statis, melainkan berpartisipasi dengan dinamika
kehidupan Allah sendiri. Maka Konsili Vatikan II mendorong umat beriman agar dengan
perayaan liturgi setiap hari membangun diri menjadi “Bait suci dalam Tuhan, menjadi
kediaman Allah dalam Roh Kudus sampai mencapai kedewasaan penuh sesuai dengan
kepenuhan Kristus (SC Art 2).
Gerejaitu Bait Allah yang hidup dan berkembang.Gerejadibangun di atas dasar para
rasul dan nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.Di dalam Dia tumbuh seluruh
bangunan, rapi tersusun menjadi Bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.Jelas sekali bahwa
semua gambaran tidak cukup untuk merumuskan jati diri Gereja dengan tepat.Na mun,
melalui pelbagai gambaran kita berusaha menangkap makna Gereja yang mendalam (LG art
6).

d. Gereja: Misteri dan Sakramen


Dalam masa Konsili Vatikan I, pandangan tentang Gereja dilihat sebagai organisasi dan
lembaga yang didirikan oleh Kristus.Didalam pandangan itu diberikan tempat yang amat
penting kepada hierarki sebagai pengganti Kristus yang harus meneruskan tugas -Nya di dunia
ini.Sedangkan Konsili Vatikan II, tidak menonjolkan segi institusional Gereja walaupun tidak
menyangkalnya. Dalam konstitusi Lumen Gentium, Konsili Vatikan II lebih menonjolkan
misteri Gerejasebagai tempat pertemuan antara Allah dan manusia.Kata “misteri” ini tidak
dapat dilepaskan dari kata “sakramen”, kedua kata ini secara bersama-sama menunjukkan inti
pokok kehidupan Gereja.
Kata Yunani:“mysterion”sama dengan kata Latin:“sacramentum”. Dalam Kitab Suci,
keduanya dipakai untuk menyatakan rencana keselamatan Allah yang disingkapkan kepada
manusia. Tetapi dalam perkembangan teologi kata “misteri” terutama dipakai untuk menunjuk
segi Ilahi (tersembunyi) rencana dan karya Allah, sedangkan kata “sakramen” lebih menunjuk
pada segi insani (tampak).Gereja disebut misteri karena hidup Ilahinya masih tersembunyi
dan hanya dimengerti dalam iman; dan juga disebut sakramen, karena

60
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

misteri Allah itu justru menjadi tampak dalam Gereja.Oleh karena itu, misteri dan sakramen
saling terkait.Gereja itu misteri dan sakramen sekaligus.Misteri dan sakramen adalah dua
aspek dari satu kenyataan, yang sekaligus Ilahi dan Insani yang disebut “Gereja”.Gereja
adalah sakramen yang kelihatan yang menandakan kesatuan yang menyelamatkan itu (LG Art
9).Gereja tidak hanya menunjuk pada keselamatan Allah sebagai suatu kenyataan diluar
dirinya.Karya Allah oleh Roh, sudah terwujudkan di dalam Gereja.

e. Gereja: Communio
Para Uskup dalam sinode luar biasa pada tahun 1985 menegaskan kembali ajaran
Konsili Vatikan II tentang “communion” atau persekutuan. Kata itu merupakan terjemahan
Latin dari kata Yunani:“koinonia”, yang harus dimengerti dengan latar belakang Kitab Suci.
Sinode mengkhususkan artinya sebagai hubungan atau persekutuan dengan Allah melalui
Yesus Kristus dan sakramen-sakramen.
Pemahaman “communion” tidak dapat dimengerti secara organisasi saja. Dari pihak
lain, paham “communion” juga mendasari antara pihak Gereja sendiri. Oleh karena itu,
kesatuan “communion” ini berarti keanekaragaman para anggotnya dan keanekaragaman
dalam berkomunikasi.Sebab Roh Kudus yang tinggal dalam diri umat beriman, memenuhi
serta membimbing seluruh Gerejadan menciptakan persekutuan umat beriman yang
mengagumkan itu.
Dengan paham komunio, Gereja juga dilihat dalam hubungannya dengan orang Kristen
yang lain, bahkan dengan seluruh umat manusia. Gereja tidak tertutup dengan dirinya
sendiri.Gereja harus memperhatikan hubungannya dengan kelompok keagamaan lain. Oleh
karena itu, amat penting dengan komunio dan komunikasi dipertahankan.Keterbukaan Gereja
terhadap hal-hal baru, juga terhadap pemahaman diri yang baru harus selalu ditanamkan dan
dikembangkan terus menerus.

f. Gereja: Persekutun Para Kudus


Dalam Syahadat pendekGereja juga disebut “persekutuan para kudus”, atau“communio
sanctorum”. Sebutan ini dimasukkan dalam syahadat pendek di Gereja Barat pada akhir abad
ke IV. Maksud dan artinya tidak sepenuhnya jelas, sebab kata Latin “communio sanctorum”
tidak hanya dapat berarti “persekutuan para kudus”tetapi juga dalam “partisipasi dalam hal-hal
yang kudus”. Namun kedua arti ini tidaklah bertentangan.
Gereja pertama-tama persekutuan dalam iman (Flm 1:6), persekutuaan dengan Yesus
Kristus (1 Kor 1:9), dan persekutuan Roh (Flp2:1). Komunikasi manusia mengakibatkan
suatu persekutuan iman antara orang beriman sebagai anggota tubuh Kristus dan membuat
mereka sehati sejiwa (1 Yoh 1:7). Dengan demikian “persekutuan para kudus” dapat berarti
Gereja dari segala zaman.
Sumber kesatuan Gereja dari yang sesungguhnya ialah Roh Kudus, yang
mempersatukan semua manusia oleh rahmat-Nya. Selalu ditekankan bahwa kesatuan lahiriah
menampakkan dan mewujudkan persekutuan dalam Roh itu.Kesatuan organisatoris bukanlah
penjamin kehidupan Gereja, sebaliknya segala kesatuan dan komunikasi Gereja berasal dari
Roh yang menggerakkan dari dalam. Maka “Persekutuan para kudus” akhirnya tidak lain
rumusan lain bagi Gereja sebaga umat Allah, Tubuh Kristus dan Bait Roh Kudus. Dengan
berpegang teguh didalam kebenaran dan didalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal
ke arah Dia, yakni Kristus yang adalah kepala (Ef 4:15).

61
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

B. SEJARAH HAKIKAT DAN SIFAT-SIFAT GEREJA

1. Asal Usul Gereja sebagai Anugerah Roh Allah yaitu Roh Kristus sendiri
a. Kelahiran Jemaat Kristen Perdana
Kelahiran Gerejadiawali dengan sejarah Gereja perdana.Gereja perdana diawali
dengan persekutuan para Rasul dan pengikut-pengikut yang lain, yang percaya akan
Yesus Kristus yang telah bangkit. Namun, mereka belum disebut Kristen ataupun
Katolik.Gerejasebagaimana yang kita tahu sekarang ini adalah umat beriman yang
bertumbuh dan berkembang melalui sejarah yang panjang.Awal mula Gereja dimulai
sejak persekutuan para rasul sekitar tahun 30-70 M.Seperti yang kita baca dari kutipan
Kitab Suci, kelahiran Gereja diawali dengan kedatangan Roh Kudus.Walaupun Yesus
yang bangkit telah menampakkan diri kepada para murid, namun kelahiran Gereja baru
terjadi setelah kedatangan Roh Kudus. Pada waktu Pentekosta, Roh kudus turun atas para
rasul dan dan memberi kuasa kepada mereka untuk mewartakan Kristus Yesus yang
bangkit.
“Ketika tiba hari pentekosta, semua orang percaya berkumpul disatu tempat.
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah dimana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti
nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Dan penuhlah
mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa lain, seperti
yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kis 2:1-4).

Dalam kuasa Roh Kudus, para rasul dengan berani dan lantang mewartakan
Kristus yang bangkit.Dengan berani mereka mewartakan kabar gembira kepada Yerusalem
dan orang-orang Yahudi yang sedang berziarah ke Yerusalem. Mereka tampil dan
berbicara di depan umum yang didengar oleh berbagai orang dari banyak bangsa, bahkan
orang banyak mendengar para rasul berbicara dalam bahasa mereka sendiri.
Mengapa kelompok itu disebut sebagai Gereja perdana? Ada beberapa pokok
penting yang dapat kita jadikan sebagai bahan pemikiran, yaitu:
 Para rasul adalah saksi yang berhubungan, bergaul dan mengalami kehidupan secara
langsung bersama Yesus.
 Iman dan kesetian mereka akan Yesus dan sabda-Nya.
 Pewartaan mereka sampai menjadi martir.
 Cara hidup dan spiritualitas mereka.
 Penunjukan Petrus sebagai pemimpin diantara mereka.
Dikatakan dalam uraian diatas, bahwa tidak dari awal sebutan Kristen diberikan
kepada para pengikut-Nya.Pertama kali para pengikut Kristus disebut Kristen yaitu di
daerah Antiokia.Kemudian kata Katolik pertama sekali diungkapkan oleh Uskup Ignatius
dari Antiokia, yaitu dalam suratnya kepada umat di Smirna pada tahun 117.

b. Perkembangan Gereja
Setelah Roh Kudus berkarya dalam diri para rasul, mereka bersemangat untuk
mewartakan kabar gembira.Tidak dapat disangkal bahwa pewartaan pertama itu tidak
berjalan mulus.Sikap kaum Yahudi yang tidak menerima pengajaran para rasul dan sikap
melawan diri dari para pemimpinagama membuat banyak orang Kristen pertama

62
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

bersembunyi dan melarikan diri ke tempat lain. Tetapi karena peristiwa itu jugalah yang
membuat agama Kristen semakin menyebar.
Kendati banyak pertentangan dan penolakan dari kaum Yahudi, para rasul tidak
takut.Mereka justru semakin gencar mewartakan kebangkitan Kristus.Mereka menyebar
keberbagai tempat sampai ke kekaisaran Romawi.Bukan hanya para rasul lagi yang
mewartakan kebangkitan Kristus, tetapi orang-orang beriman pertama yang mendengar
pewartaan langsung dari para rasul itupun sudah ikut menyebarkan keyakinan ba ru itu.
Bahkan Paulus sendiripun setelah pertobatannya, dengan gigih mewartakan Kristus
ke tempat yang jauh.Kabar gembira itu akhirnya sampai juga ke Roma, pusat kekaisaran
Romawi. Menjadi tantangan tersendiri bagi para pewarta karena bukan hanya penolakan
yang mereka terima, tetapi juga permusuhan yang bahkan mengancam keselamatan jiwa
mereka. Paulus dan Petrus sendiripun sampai ke kota Roma. Di kota Romalah akhirnya
mereka menerima hukuman mati. Suatu bukti bahwa usaha mewartakan kabar gembira ini
sungguh menghadapi tantangan berat.Karena pengejaran dan penganiayaan yang mereka
hadapi maka banyak jemaat Kristen perdana yang menjadi martir, Mereka harus
bersembunyi dari pengejaran dan beribadat di tempat yang aman dibawah tanah atau yang
disebut katakombe.Banyak orang Kristen menjadi korban fitnah dan dihukum. Setelah
tahun 313, orang Kristen diberi kebebasan menganut, merayakan dan mewartakan
imannya yaitu pada pemerintahan Kaisar Konstantinus, dengan dikeluarkan surat “Edikta
milan”. Kaisar ini berpikir, bahwa dengan memberikan kebebasan bagi kaum Kristen, hal
itu juga akanmenjadi kekuatan bagi Kekaisaran. Dengan dikeluarkan edikta milan oleh
kaisar Konstantinus ini, Kekristenan berkembang pesat. Semua hambatan, pengejaran,
penolakan dan penganiayaan tidak ada lagi, karena misi Gereja ini sudah dilindungi oleh
pemerintah.Perkembangan kekristenan begitu pesat, hal ini terlihat dari diterjemahkannya
Kitab Suci bahasa Aram ke dalam bahasa Latin yang dikenal dengan istilah
“vulgate”.Gereja berkembang pesat dengan membawa kabar gembira keselamatan kepada
dunia.

2. Dinamika Gereja sebagai Karya Roh dan Usaha Manusia


Akar-akar Gereja terletak dalam sejarah umat Israel.Pada awalGerejaberdiri, yakni pada
hari pentekosta, murid-murid ini mulai menyadari bahwa dalam peristiwa Yesus, Allah
memenuhi janji yang dahulu diberikan-Nya kepada nenek moyang mereka.Tuhan mengawali
Gereja-Nya dengan mengawali kabar bahagia, yakni kedatangan kerajaan Allah yang sudah
berabad-abad lamanya dinanti.Dari permulaan lahirnya Gereja ada hubungan yang sangat
jelas dan dalam antara Gereja dan Roh Kudus.Gereja disebut sebagai buah Roh Kudus.Orang
Kristen tidak hanya beriman dalam Gereja, tetapi percaya akanGereja.Artinya, bagi seorang
Kristen, Gereja menjadi isi iman karena orang Kristen percaya bahwa melalui Gereja, Allah
hadir dan berkarya pada manusia.Dan ini tidak dapat dilepaskan dari karya Allah dalam diri
Yesus Kristus dan Roh Kudus dalam Gereja. Peranan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Roh Kudus diutus untuk menguduskan Gereja dan membawanya kepada Bapa. Ini berarti
bahwa Roh Kudus mempersatukan Gereja dengan Yesus Kristus dan menjiwai Gereja
dengan semangat Kristus sendiri. Hanya dalam persatuan dengan Kristus dan dengan Roh
Kudus itulah, kita bisa bersatu dengan Bapa.
 Roh Kudus itu sumber kehidupan karenaIa mempersatukan kita dengan Kristus. Karena
bersatu dengan Kristus, kita memperoleh hidup Ilahi, karenanya juga disebut sebagai
“jiwa Gereja”. Artinya,Ia yang menjiwai Gereja dan membuat kita hidup. Roh berkarya
dalamGereja meski Gereja tetap tinggal lemah dan manusiawi.

63
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

 Roh membangun Gereja. Roh membimbing kita dalam kehidupanGereja. Roh juga
melengkapi Gerejadengan aneka kurnia hierarkis dan karismatis, serta menyemarakkan
dengan buah-buahnya.
 Roh memimpin kepada kepenuhan. Meski Roh memberi kepenuhan Ilahi kepada kita,
namun kepenuhannya belum nyata. Keselamatan memang sudah dimulai, namun belum
mencapi kepenuhannya.Roh Kudus adalah jaminan untuk kita semua. Kesadaran bahwa
Gereja ini belum selesai juga dirumuskan dengan “kekuatan Injil”. Roh meremajakan
Gerejadan tiada hentinya memperbaharuinya.
Perkembangan Gereja pertama sering menghadapi masalah atau tantangan.Pada awalnya
tidak semua orang terbuka menerima pengajaran para rasul apalagi mempercayainya.Para
pemimpin agama Yahudi menolak bahkan melarang para rasul untuk mewartakan kabar
gembira tentang Yesus dari Nasaret.Mereka pun ditangkap dan dianiaya.Bukti dari
penganiayaan itu adalah kematian Stefanus.Iadirajam sampai mati karena mempertahankan
imannya kepada Kristus.Dialah martir yang pertama.Tetapi hal itu tidak menyurutkan
semangat para rasul.Mereka tetap teguh mewartakan kabar gembira.Kesulitan dan tantangan
yang menghadang tidak membuat mereka mundur.Dengan semangat membara Injil
keselamatan dikenal dan diimanioleh banyak orang.Semua ini berkat kegigihan para rasul
dalam mewartakannya.Maka sangat jelas bahwa perkembangan Gereja adalah hasil buah Roh
Kudus dan usaha manusia.

3. Hakikat Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah


Istilah umat Allah sudah digunakan dalam Perjanjian Lama dan dihidupkan kembali
oleh Konsili Vatikan II. Pengertian eklesiologis “umat Allah” sebagai titik tolak teologi
mengungkapkan segi sosial Gereja.Dengan segi sosial dimaksudkan bahwa sarana
keselamatan Allah dan partner perjanjian-Nya ialah umat seluruhnya dan setiap pribadi
sebagai anggota umat dan bukan secara individu itu sendiri. Tiap-tiap orang beriman tidak
berdiri sendiri, tetapi ikut serta dalam iman bersama yang dihayati melalui komunikasi. Ciri
khas yang terdapat dalam pengertian umat Allah antara lain:
a. Umat Allah merupakan suatu pilihan dan panggilan dari Allah sendiri. Umat Allah adalah
bangsa terpilih, bangsa terpanggil.
b. Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk Allah untuk misi tertentu, yaitu menyelamatkan
dunia.
c. Hubungan antara Allah dan umat Allah dimateraikan oleh suatu perjanjian. Umat
menaati setiap perintah-perintah Allah dan Allah akan selalu menepati janji-janji-Nya.
d. Umat Allah selalu dalam perjalanan, melewati padang pasir, menuju tanah terjanji.
Pengertian Gereja sebagai umat Allah sungguh dimunculkan pada waktu yang tepat,
karena pada abad-abad terakhir Gereja sudah menjadi sangat organisatoris dan struktural-
hierarkis. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, Gereja merupakan satu kumpulan umat Allah
yang sehati sejiwa seperti yang ditunjukkan Gereja perdana yang imannya kita anut sampai
sekarang. Gereja harus merupakan seluruh umat bukan hanya hierarki saja dan awam hanya
seolah-olah merupakan tambahan,pendengar dan pelaksana.Singkatnya Gereja harus
mengumat.
Kita masing-masing secara pribadi dipanggil untuk melibatkan diri secara penuh dalam
kehidupan umat Allah atau mengumat karena alasan berikut ini:
a. Hidup meng-umat pada dasarnya merupakan hakikat Gereja itu sendiri. Sebab
sesungguhnya hakikat Gereja adalah persaudaraan cinta kasih seperti yang dicerminkan
oleh hidup umat perdana (Kis 2:41-47)

64
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

b. Dalam hidup meng-umat banyak karisma dan rupa-rupa karunia yang dapat dilihat,diterima
dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan
segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang
muncul dari bawah.
c. Dalam hidup meng-umat, semua orang merasa menghayati martabatyang sama dan
bertanggung jawab secara aktif dalam fungsinya masing -masing untuk membangun Gereja
serta memberi kesaksian kepada dunia.
Maka Gereja haruslah sungguh-sungguh umat Allah.Apa konsekwensi bagi Gereja itu
sendiri?
Konsekwensinya bagi hierarki adalah:
 Menyadari fungsi kepemimpinan mereka sebagai fungsi pelayanan. Pemimpin bukan
diatas umat tapi ditengah umat.
 Harus peka untuk melihat dan mendengar kharisma dan karunia-karunia yang tumbuh
dikalangan umat

Konsekwensi bagi setiap anggota umat:


 Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tidak dapat
menghayati kehidupan iman secara individu saja
 Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala kharisma, karunia dan fungsi
yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat.
Semua bertanggung jawab terhadap misi Gereja.

4. Gereja sebagai Sakramen Keselamatan bagi Dunia


Dalam diri Yesus Kristus semua dipersatukan di dalam Gereja dan disitu kita
memperoleh kesucian berkat Rahmat Allah.Yesus Kristus yang ditinggikan di bumi, menarik
semua orang kepada diri-Nya. Sesudah bangkit dari kematian, Ia mengutus Roh-Nya dan
menghidupkan ke dalam hati para murid-Nya, dan melalui Roh itu Ia menjadikan tubuh-Nya
yakni Gereja, sakramen keselamatan bagi semua orang. Gereja itu misteri sejauh Gereja itu
bersatu dengan Kristus dan dijiwai oleh Roh Kudus yang menjiwai umat Allah dengan Tubuh
Kristus.Gereja disebut “misteri keselamatan” maka sebutan ini mengungkapkan pandangan
bahwa di satu pihak Gereja memang realitas manusiawi dan tampak yaitu sutu kumpulan atau
perhimpunan orang-orang yang menjadi anggotanya.Akan tetapi dilain pihak dalam
perkumpulan itu juga dipertandakan dan dihadirkan suatu kenyataan Ilahi yang tampak, yakni
karya Allah yang menyelamatkan.Kenyataan Ilahi ini disebut “rahmat Allah” (gratia)dan bila
ada realitas manusiawi yang menjadi tandanya (signum) begitu rupa sehingga sekaligus
mengerjakan (efficax) rahmat itu, maka keseluruhan disebut “sakramen”, “tanda dan
rahmat”.Dalam arti ini, Gereja merupakan misteri atau sakramen keselamatan.Kata misteri dan
sakramen keduanya menunjukkan karya Allah yang mewahyukan diri dalam bentuk
manusiawi sehingga memang searti, namun ada perbedaan tekanan antara keduanya.Kata
misteri menekankan segi tersembunyi, Ilahi dan tak tampak, sedangkan kata sakramen
menekankan segi nyata, insani dan tampak.
Selain misteri dan sakramen keselamatan, Gereja disebut pula “sakramen dunia”, yaitu
menjadi tanda dan sarana kesatuan mesra dengan Allah maupun kesatuan bangsa manusia satu
sama lain.Dengan sebutan ini diungkapkan bahwa di dalam Gerejadipertandakan dan
sekaligus diwujudkan rahmat Allah dan Allah itu juga yang telah berkarya di seluruh dunia
sejak dunia dijadikan.Maka, Gereja tak pernah lepas dari dunia.Sebab karya keselamatan yang
dilakukan Allah di dunia ini dinyatakan dalam Gereja,

65
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

dan dilain pihak rahmat yang dinyatakan dalam Gereja ialah karya Allah dalam seluruh
dunia.Dengan menyebut Gereja “sakramen dunia”, kita mengakui bahwa rahmat Allah tidak
terbatas pada Gereja saja. Dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja ditengah dunia modern,
Konsili Vatikan II menyatakan:
“Dalam hati semua orang yang berkemauan baik,rahmat berkarya secara tak
kelihatan. Justru karena Kristus mati bagi semua orang, dan karena sebenarnya pada
akhirnya manusia hanya punya satu panggilan saja yakni panggilan ilahi, maka kita
harus berpegang teguh bahwa Roh Kudus menawarkan kepada semua orang
kemungkinan untuk dihubungkan dengan misteri paskah ini dengan cara yang
diketahui Allah” (LG art 22).
Jadi kita yang bersatu dengan Kristus dalam Gereja, dan ditandai dengan Roh Kudus disebut
anak-anak Allah dan menjadi sakramen keselamatan bagi dunia melulu karena rahmat itu.

5. Tanggapan Iman Umat Perdana kepada Yesus Kristus, Tuhan yang Bangkit
Kebangkitan Yesus adalah dasar iman seluruh umat Kristen.Maka St. Paulus
mengatakan: “Jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah seluruh iman kita” (1Kor 15:14).
Orang-orang pertama yang bertemu dengan Yesus setelahkebangkitan-Nya adalah Maria
Magdalena dan wanita-wanita saleh yang datang ke makam untuk meminyaki jenasah Yesus
(Mrk 16:10).Sesudah itu, Yesus menampakkan diri kepada para Rasul lebih dahulu kepada
Petrus dan kemudian kepada dua belas murid-Nya.
Kebangkitan Yesus adalah permulaan hidup Gereja.Dengan kebangkitan-Nya, Yesus
masuk dalam kemuliaaan Ilahi.Yesus diimani dan diwartakan adalah sumber keselamatan
bagi manusia, karena itu peristiwawafat dan kebangkitan-Nya harus diwartakan.Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah
meninggal.
Kata“kebangkitan” atau “bangkit” adalah suatu kata kiasan yang dipinjam dari keadaan
orang yang tertidur lalu bangun, bangkit atau dibangunkan. Kata kiasan itu sudah dipakai oleh
orang Yahudi jauh sebelum Yesus bangkit sehubungan dengan paham akhir zaman, yaitu
orang mati akan menjadi hidup dan tidak mati lagi. Kemudian orang Kristen memakai kata
“keangkitan” atau “bangkit” untuk menunjukkan bahwa Yesus telah wafat dan dimakamkan
(1 Kor 15:4), sungguh-sungguh telah bangkit dan hadir di tengah-tengah para murid.
Kebangkitan Yesus berarti bahwa Yesus yang hadir di dunia ini benar-benar mati. Dan kini
Ia kini hidup dengan cara yanglain sekaligus barudan tetap berpengaruh aktif dalam
menyelamatkan manusia.Kebangkitan Yesus menunjukkan juga bahwa Allah tidak mau Yesus
mati konyol.Oleh sebab itu, Allah membangkitkan Yesus dari kematian dan memuliakan-Nya.
Dengan membangkitkan dan meninggikan Yesus, Allah mensahkan dan melegitimasi apa
yang telah yang telah dilakukan dan diajarkan-Nya. Semua kebenaran juga yang tidak dapat
dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat pembenarannya oleh kebangkitan Yesus.Maka
kebangkitan Yesus adalah dasar kebangkitan kita.
Pemberitaan Injil yang disambut manusia dengan iman dan tobat menghasilkan Gereja
dan jemaat Kristen.Dalam hidup-Nya, Yesus mengumpulkan orang-orang disekitar-Nya yang
mau mendengarkan pemberitaan-Nya, lalu percaya dan bertobat.Banyak orang yang mau
mengikuti Dia, namun kematian Yesus di salib ini sangat mengecawakan pengikut-pengikut-
Nya, sehingga banyak di antara mereja yang lari meningglkan Yesus.Namun oleh
pengalaman paskah membangkitkan kembali iman kepercayaan mereka kepada Yesus
sehingga mereka kembali kepada-Nya.Iman kepercayaan ini semakin diteguhkan manakala

66
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

para rasul memperoleh pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari pentakosta.Dan
sesudah peristiwa ini lahirlah Gereja.Kelahiran Gerejaerat kaitannya dengan Yesus.
Peneguhan Allah berupa pengalamanakan Roh Yesus melahirkan Gereja.Mereka yang
mendapat pengalaman Paskah percaya dan bertobat serta terus dijiwai dan dibimbing Roh
Yesus memberitakan injil, sehingga Gereja Kristus berkembang pesat baik dalam jumlah
maupun dalam kualitas. Tanpa pemberitaan injil, orang yang percaya kepada Tuhan dan
menyadari karya penyelamatan Allah melalui Yesus tidak akan bertambah. Orang yang
menerima pewartaan dan percaya itulah yang disebut Gereja.Gereja Kristus adalah
persekutuan semua orang yang tersentuh oleh Tuhan dan percaya kepada-Nya.Gereja atau
jemaat Kristen bersatu secara batin dalam Roh Kristus.

6. Sifat-sifat Gereja
Sejak zaman Konsili Konstantinopel pada tahun 381, orang-orang Kristiani menyatakan
bahwa mereka percaya akan “Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Empat sifat
ini menjadi ciri Gereja Kristus.Dalam Gereja kuno, sifat-sifat ini berguna untuk membedakan
Gereja yang benardari kumpulan-kumpulan Gereja palsu.

a. Gereja yang Satu


Sejak awal Gereja adalah satu.Dasar kesatuan itu pertama-tama bersifat spiritual;
kesatuan itu muncul dari keikutsertaan ambil bagian dalam hidup bersama dalam Roh
yang diberikan dalam baptis (1 Kor 12:13).Kesatuan Gereja pertama-tama adalah
kesatuan iman. Kesatuan itu tidak sama dengan keseragaman
Kristus akan tetap mempersatukan Gereja, tetapi dari pihak lain disadari pula
bahwa perwujudan konkret harus diperjuangkan dan dikembangkan serta disempurnakan
terus-menerus. Oleh karena itu, kesatuan iman mendorong semua orang Kristen supaya
mencari “persekutuan’dengan semua saudara seiman.
Kesatuan Gereja pertama-tama harus diwujudkan dalam persekutuan konkret
orang beriman yang hidup bersama dalam satu negara atau daerah yang sama. Tuntutan
zaman dan tantangan masyarakat merupakan dorongan kuat untuk menggalang kesatuan
iman dalam menghadapi tugas bersama. Kesatuan Gereja terarah pada kesatuan yang jauh
melampaui batas-batas Gereja dan terarah pada kesatuan semua orang yang berseru kepada
Tuhan dengan hati yang murni (2Tim 2:22). Singkatnya Gereja yang satu itu terungkap
dalam:
1) Kesatuan iman para anggotanya. Kesatuan iman ini bukan kesatuan yang statis, tetapi
kesatuan dinamis. Iman adalah prinsip kesatuan Gereja.
2) Kesatuan dalam pimpinannya, yaitu hierarki. Hierarki mempunyai tugas untuk
mempersatukan umat. Hierarki sering dilihat sebagai kesatuan lahiriah dari
Gereja.
3) Kesatuan dalam kebaktian dan kehidupan sakramenal. Kebaktian dan
sakramen- sakramen merupakan ekspresi simbolis dan kesatuan Gereja.

b. Gereja yang Kudus


Gagasan tentang kekudusan (yang akar kata Hibraninya qds berarti “terpisah”)
menggambarkan sifat hakiki Allah.Gereja adalah kudus karena tempat kehadiran Allah
yang tetap. Dalam Kristus, Allah telah menguduskan para murid. Mereka telah menjadi
satu dalam “Tubuh Kristus” (1 Kor 12:27)
Dalam hal kekudusan yang pokok bukan bentuk pelaksanaanya melainkan sikap
dasarnya.Kudus berarti dikhususkan bagi Tuhan. Perjanjian Baru melihat proses

67
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

pengudusan manusia sebagai proses oleh Roh Kudus. Dikuduskan karena terpanggil. Dari
segi manusia kekudusan berarti tanggapan akan karya Allah itu, terutama sikap dengan
iman dan pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala perbuatan dan kegitan
kehidupan yang serba biasa. Kekudusan itu terungkap dalam berbagai cara oleh setiap
orang. Kehidupan Gereja bukanlah suatu sikap yang seragam, yang sama bentuknya untuk
semua, melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan yang berasal dari
Kristus. Kesucian ini adalah kekudusan yang harus diperjuangkan terus -menerus.
Singkatnya:
1) Sumber dari manaGereja berasal adalah Kudus. Gereja didirikan oleh Kristus. Gereja
menerima kekudusannya dari Kristus dan doa-Nya. “Ya Bapa yang kudus,…
kuduskanlan mereka dalam kebenaran…” (Yoh 17:11)
2) Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja bertujuan untuk memuliakan Allah dan
untuk penyelamatan umat manusia
3) Jiwa Gereja adalah kudus. Sebab jiwa Gereja adalah Roh Kudus sendiri.
4) Unsur-unsur Ilahi yang otentik yang berada dalam Gereja adalah kudus, misalnya
ajaran-ajaran dan sakramen-sakramennya,
5) Anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh Kristus melalui pembabtisan dan
diserahkan kepada Kristus serta dipersatukan melalui iman, harapan dan cinta yang
kudus. Semua ini tidak berarti bahwa anggotanya selalu kudus(suci) namun ada juga
yang mencapai tingkat kekudusan yang heroik. Kita semua dipanggil untuk
kekudusan (kesucian)

c. Gereja yang Katolik


Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan
kepada harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampungnya sejauh itu baik dan
luhur.Gereja terbuka terhadap semua kemampuan, adat istiadat yang luhur tanpa
kehilangan jati dirinya. Sebenarnya Gereja bukan hanya dapat menerim dan menerangkan
segala Sesuatu tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh dunia dengan semangatnya.Oleh
karena itu yang Katolik bukan saja Gereja universal, melainkan juga anggotanya, sebab
dalam setiap jemaat hadirlah seluruh Gereja.Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap
bukan sekedar “cabang” Gereja universal.
Gereja bersifat Katolik berarti terbuka bagi seluruh dunia tak terbatas paa tempat
tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu,waktu atau golongan masyarakat
tertentu.Kekatolikan Gereja tampak dalam:
 Rahmat dan keselamatan yang ditawarkan.
 Iman dan ajaranGereja bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapapun juga.

d. Gereja yang Apostolik


Dalam uraian singkat Lukas tentang Gereja Kristiani awal, Ia mengatakan bahwa
“semua bertekun dalam pengajaran rasul-rasul” (Kis 2:24). Dewasa ini semua orang
kristiani sepakat mengenai peranan para rasul yang khas dan tak tergantikan dalam
pendirian Gereja.Gereja yang apostolik berarti Gereja yang berasal dari para rasul dan
tetap berpegang teguh pada iman dan kesaksian mereka, yang mengalami peristiwa secara
dekat tentang Yesus.Kesadaran bahwa Gereja dibangun oleh para rasul dengan Yesus
sebagai batu penjuru sudah ada sejak Gereja perdana.Hubungan historis antara Gerejadan
para rasul dan Gereja sekarang tidak boleh dilihat semacam estafet, yang di

68
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

dalamnya ajaran bagaikan dari tongkat rasul-rasul tertentu dateruskan sampai pada Uskup
sekarang.Yang disebut apostolik bukanlah para uskup melainkan Gereja.Hubungan
historis itu jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai kelangsungan iman
dan pengakuan.
Gereja yang apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku padaGereja
perdana.Gereja tetap berkembang di bawah bimbingan Roh Kudus dan tetap berpegang
pada Gereja para rasul sebagai norma imannya. Hidup Gereja tidak boleh bersifat rutin,
tetapi dinamis.Singkatnya Gereja disebut apostolik, karena Gereja berhubungan dengan
para rasul yang diutus Kristus. Hubungan itu tampak dalam:
1) Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul.
2) Ibadat dan struktur Gereja berasal dari para rasul.
3) Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang
mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul.
4) Legitimasi fungsi dan kuasa hierarki diwarisi dari para rasul.

C. TUGAS-TUGAS GEREJA
1. Pengertian dan Bentuk Konkret Tugas Gereja Menguduskan
Allah adalah kudus, bahkan disebut “Mahakudus”.Allah yang kudus memanggil
manusia supaya menjadi kudus.Kristus Tuhan, Imam Agung yang dipilih dari antara manusia
menjadikannya umat baru…kerajaan imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why
1:6).Mereka yang dibabtis dan diurapi dengan Roh Kudus disucikan menjadi kediaman Ilahi
dan imamat suci untuk mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya
kekuatan-Nya. Oleh sebab itu Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah dan
mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup suci, dan berkenan kepada Allah.
Jadi seluruh Gereja diberi imamat Kristus untuk melakukan suatu ibadat Rohani demi
kemuliaan Allah dan keselamatan manusia.Yang dimaksud dengan ibadat rohani adalah setiap
ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristen.Dalam urapan Roh s eluruh hidup
dapat dijadikan ibadat oleh satu rohani.“Persembahkan tubuhmu sebagai kurban hidup, suci
dan berkenan kepada Allah.Itulah ibadat rohani yang sejati (Rm 12:1). Konstitusi Lumen
Gentium menandaskan: “semua kegiatan mereka, doa dan kerasulan hidup suami istri dan
keluarga,kegitan sehari-hari dan rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam Roh, bahkan
kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar menjadi kurban rohani, yang dapat diterima Allah
dengan perantaraan Yesus Kristus” (Bdk. 1Ptr 2:5). Dalam perayaan Ekaristi, kurban ini
dipersembahkan dengan sangat hikmat kepada Bapa,bersama dengan persembahan Tubuh
Tuhan (LG art 34).Bentuk-bentuk kegiatan pengudusan yang sering dilakukan di dalam
Gereja adalah:

a. Doa dan Doa Resmi Gereja (Liturgi)


Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya
dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja.Maksudnya adalah Kristus
Tuhan imam agung, yang dipilih dari antara umat manusia menjadikannya umat baru,
“kerajaan imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why 1:6).Mereka yang dibabtis dan
diurapi Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk
mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya kekuatannya.Oleh sebab
itu, Gereja bertekun dalam doa memuji Allah.

69
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Orang bisa saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan berdoa bersama
atasnama kelompok. Namun doa-doa itu tidak mewakili seluruh Gereja. Ada doa dimana
satu kelompok berdoa atas nama dan mewakili Gereja secara resmi. Doa kelompok yang
resmi itu disebut ibadat atau liturgi. Liturgi merupakan perayaan iman.Perayan iman
merupakan pengungkapan iman Gereja, dimana orang yang dalam perayaan iman
mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan
partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang
diungkapkan dalam doa. Kekhasan doaGereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru
karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa
menjadi doa seluruh Gereja yang adalah mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus sang
penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat. Liturgi sungguh-
sungguh menjadi doa dalam arti penuh, bila semua yang hadir secara pribadi dapat bertemu
dengan Tuhan dalam doa itu. Kalau demikian terjadi seperti yang tertulis dalam Kitab Suci
“Di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Ku, disitu Aku ada ditengah-
tengah mereka” (Mat 18:20). Hal ini pula digariskan dalam Konsili Vatikan II: “didalam
jemaat-jemaat, meskipun hanya kecil dan miskin dan tinggal tersebar, hiduplah Kristusdan
berkat kekuatan terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, Katolik dan apostolik” (LG, art
26). Karena Kristus liturgi membuat jemaat setempat menjadi Gereja dalam arti yang
penuh, sebab dalamnya setiap orang didorong kearah kesatuan secara pribadi dengan
Kristus dan bersama-sama mereka membentuk Gereja Kristus.Dengan demikian,”setiap
paroki dalam arti tertentu menghadirkan Gereja semesta” (SC art 42). Ibadat resmi Gereja
tampak dalam ibadat pagi, ibadat siang, ibadat sore dan ibadat malam serta ibadat bacaan.
Liturgi sungguh-sungguh menjadi doa dalam arti penuh, jika semua yang hadir dapat
bertemu dengan Tuhan dalam doa bersama itu.

b. Perayaan Sakramen-sakramen
Doa atau ibadat liturgi sebagai sarana pengudusan umat dalam kesatuan dengan
Kristus berlaku secara istimewa untuk upacara-upacara liturgi yang disebut sakramen.

1) Arti dan Makna Sakramen


 Sakramen adalah lambang atau simbol
Dalam hidup sehari-hari kita mengenal banyak benda atau perbuatan yang pada
hakikatnya punya arti dan makna jauh lebih dalam dari pada benda atau perbuatan
itu sendiri.Sakramen-sakramen Gereja Katolik melambangkan atau
mengungkapkan karya penyelamatan Allah dan pengalaman dasariah manusia
yang terselamatkan.
 Sakramen-sakramen yang mengungkapkan karya Tuhan yang menyelamatkan
Jika kita memperhatikan karya Allah dalam sejarah penyelamatan dan tampak
bahwa Allah yang tidak kelihatan menjadi kelihatan dalam diri Yesus.Dalam diri
Yesus Kristus, orang dapat mengenal, mengalami siapa sebenarnya Allah
itu.Namun, Yesus sekarang sudah dimuliakan.Ia tak dapat kelihatan lagi.Ia hadir
secara rohani di tengah kita. Melalui Gereja-Nya, Ia menjadi kelihatan.Maka
Gereja adalah alat dan sarana penyelamatan, dimana Kristus tampak untuk
menyelamatkan manusia.Gereja menjadi alat dan sarana penyelamatan, justru
dalam
kejadian-kejadian, tindakan dan kata-kata yang disebut
sakramen.Sakramen-sakramen adalah “Tangan Kristus” yang menjamah kita,

70
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

menyembuhkan dan merangkul kita. Meskipun yang tampak dimata kita, yang
bergaung di telinga kita hanya hal-hal atau tanda biasa, namun Kristuslah yang
berkarya lewat tanda itu.

 Sakramen–sakramen meningkatkan dan menjamin mutu hidup kita sebagai orang


Kristiani
Perlu disadari bahwa sakramen-sakramen itu sangat erat hubungannya dengan
kenyataan hidup sehari-hari.Dalam hidup sehari-hari orang membutuhkan bantuan.
Sementara kualitas dan mutu hidup manusia semakin melemah, banyak orang yang
jatuh ke dalam dosa, di samping itu banyak orang membutuhkan kekuatan dan
peneguhan.Saat itulah kita dapat mendengarkan suara Kristus yang bergaung
ditelinga kita. Sakramen-sakramen adalah cara dan sarana bagi Kristus untuk
menjadi “tampak” dengan demikian dapat dialami secara otomatis. Sakramen-
sakramen sebagai “tanda” kehadiran Kristus menantikan sikap pribadi (sikap
batin) dari manusia.Sikap batin adalah kehendak baik manusia. Walaupun Kristus
mahakuasa, Ia tidak dapat menyelamatkan orang yang memang tidak mau
diselamatkan atau yang tidak percaya. Perayaan sakramen adalah suatu
“pertemuan” antara Kristus dan manusia

2) Ketujuh Sakramen

a) Sakramen Baptis
Jika seorang secara resmi menyatakan tobat dan imannya kepada Yesus
Kristus dan bertekad untuk bersama umat ikut dalam panggilan Kristus, maka ia
diterima dalam umat yang sejak zaman para rasul disebut sakramen permandian.
Orang tersebut laksana baru lahir didalam Gereja. Peristiwa kelahiran baru menjadi
Putra Bapa dalam Roh Kudus. Berarti selanjutnya ia ikut menghayati hidup Kristus
sendiri yang ditandai oleh wafat dan kebangkitan-Nya. Dengan pemurnian,
mulailah babak baru dalam hidup seseorang. Kristus sendiri menjiwai dia melalui
Roh Kudus-Nya, maka segala pelanggaran dan dosa yang telah diperbuatnya
dihapus.
Sakraramen pembaptisan merupakan sakramen insiasi yang pertama.Disebut
pembaptisan karena ritual sentral yang dirayakan.Melalui sakramen ini, seseorang
yang dibaptis ditenggelamkan kedalam kematian Kristus dan bangkit bersamanya
sebagai “ciptaan baru” (2 Kor 5:17).Sakramen ini disebut juga “permandian
kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit
3:5).Sakramen pembaptisan diini dimulai sejak hari pentekosta dan diberikan
kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus.Adapun ritus pokok dari
sakramen baptis adalah dengan membenamkan calon kedalam air atau
menuangkan air ke atas kepala sambil mengucapkan rumusan Trinitas dan “Dalam
Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Dan setiap orang yang belum di baptis
berhak menerima sakramenini.
Buah yang diterima dari sakramen pembatisan adalah:
 Penghapusan dosa asal, dosa pribadi dan hukuman karena dosa.
 Mengambil bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal dengan memperoleh
rahmat pengudusan, rahmat pembenaran yang mempersatukan seseorang
dengan Kristus dan Gereja-Nya

71
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

 Mengambil bagian dalam Imamat Kristus


 Menerima keutamaan teologal dan anugerah-anugerah Roh Kudus
 Menjadi milik Kristus selamanya
 Memperoleh meterai kekal.

b) Sakramen Krisma
Bagi orang dewasa sakramen penguatan sebetulnya merupakan bagian dari
sakramen permandian.Orang yang telah dipermandikan ditandai dengan minyak
(krisma) artinya ditandai dengan kekuatan Roh Kudus, sebelum diutus untuk
memperjuangkan cita-cita Kristus dalam Gereja dan masyarakat. Sakramen
penguatan menjadi tanda kedewasaan, maka orang yang menerima sakramen
tersebut turut serta bertanggung jawab atas kehidupan umat Allah.Kepada setiap
orang Roh Kudus memberi karisma-karisma-Nya. Atas karisma Tuhan itu, orang
yang bersangkutan menyadari tanggung jawabnya terhadap sesama.
Disebut krisma karena ritus pokoknya ialah pengurapan dengan minyak suci
(krisma), atau penguatan karena bertujuan untuk menguatkan dan memperkokoh
rahmat sakramen baptis. Ritus pokok dari sakramen krisma adalahpengurapan
dengan minyak krisma dan penumpangan tangan (uskup) sambil mengucapkan
kata sakramental dari ritus tsersebut (semoga engkau dimeteraikan dengan karunia
Roh Kudus). Yang dapat menerima krisma adalah mereka yang sudah dibaptis dan
dapat menerimanya serta dalam keadaan berahmat. Sedangkan pelayan sakramen
ini adalah Uskup.
Buah dari sakramen krisma adalah:
 Pencurahan Roh Kudus secara khusus
 Memperoleh meterai kekal
 Menumbuhkan rahmat sakramen pembatisan
 Maasuk lebih dalam menjadi putera/i ilahi
 Mempererat hubungan dengan Kristus dan Gereja
 Memperkuat anugerah Roh Kudus dalam jiwanya
 Memberikan kekuatan khusus dalam memberikan kesaksian imankristen.

c) Sakramen Ekaristi
Pada malam menjelang sengsara-Nya, Yesus mengajak para murid-Nya
untuk merayakan hari kemerdekaan bangsa-Nya (paskah). Dalam perjamuan
paskah itu Yesus mengambil roti, memecahkannya, membagi-bagikan roti itu
seraya berkata: “makanlah roti ini, karena inilah yang dikurbankan bagimu”,
kemudian Yesus mengambil sebuah cawan berisi air anggur lalu berkata:
“minumlah dari piala ini karena inilah Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal
yang diadakan dengan kalian dan semua manusia demi pengampunan dosa”. Jadi
kalau Yesus memberikan tubuh dan Darah-Nya, Ia menyerahkan diri-Nya
seluruhnya untuk kita.
Ekaristi adalah kurban Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri yang
ditetapkannya untuk mengabdikan kurban salib selama perjalanan waktu sampai
kedatangan-Nya kembali. Sakramen Ekaristi: tanda kesatuan, ikatan cinta kasih,
perjamuan paskah, saat Kristus diterima sehingga jiwa dipenuhi rahmat dan
jaminan kemuliaan.Yesus menetapkan Ekaristi pada hari Kamis Putih yakni pada
Malam Perjamuan Terakhir yang diadakan Yesus bersama para murid-Nya. Bagi

72
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

kita Ekaristi adalah sumber dan puncak semua kehidupan Kristen.Ekaristi terdiri
dari 2 bagian besar: Liturgi Sabda & Liturgi Ekaristi. Sedangkan unsur-unsur
pokok untuk merayakan Ekaristi adalah Roti gandum dan anggur murni.
Karena Ekaristi ini merupakan kurban Kristus, maka orang yang
merayakannya pun harus memiliki disposisi batin yang sesuai. Adapun Syarat
untuk menerima komuni adalah:
 Sudah dibaptis secara katolik dalam keadaan rahmat
 Setiap orang yang sadar melakukan dosa berat harus menerima sakramen tobat
lebih dahulu
 Menciptakan suasana hening dan doa
 Memperhatikan pantang yang diwajibkan Gereja dan sikap tubuh yang pantas

Buah-buah sakramen Ekaristi adalah:


 Mempererat kesatuan kita dengan kristus dan Gereja
 Menjaga dan memperbaharui hidup rahmat yang diterima saat pembatisan dan
krisma
 Berkembang dalam cinta kepada sesama
 Memperkuat kita dlm cinta kasih
 Menghapus dosa-dosa ringan
 Menjaga kita dari bahaya dosa berat di masa depan

d) Sakramen Tobat
Selama hidup kita di dunia, kita tidak pernah luput dari kesalahan dan
dosa.Kita hidup dalam “situasi dosa”.Perjuangan untuk berdiri teguh, tidak berdosa
memang merupakan perjuangan yang tak kunjung selesai.Oleh karena itu, usaha
untuk bangun lagi sesudah jatuh, berbalik lagi kepada Tuhan dan sesama
merupakan unsur hakiki dan harus selalu ada dalam hidup kita.Tanda pertobatan di
hadapan Tuhan dan sesama ini diterima dalam sakramen tobat.
Kristus menerapkan sakramen ini untuk pertobatan orang yang dibaptis
yang terpisah dari Dia karena dosa.Unsur-unsur pokok dalam sakramen tobat
adalahtindakan orang yang datang dan bertobat melalui karya Roh Kudus dan
pengampunan dosa dari imam yang bertindak atas nama Kristus untuk
memberikan pengampunan, menentukan cara untukk berbuat silih atas dosa yang
diperbuatnya.Yang harus dilakukan peniten adalah pemeriksaan batin yang
seksama, melakukan pertobatan dan pengakuan.
Buah-buah sakramen tobat adalah:
 Berdamai kembali dengan Allah dan gereja
 Pemulihan keadaan rahmat, jika itu sudah hilang karena dosa.
 Penghapusan hukuman kekal karena dosa-dosa berat dan penghapusan paling
sedikit utk sebagian hukuman sementara akibat dosa
 Memberikan kedamaian, ketenangan suara hati, penghiburan rohani.
 Bertambahnya kekuatan rohani utk berjuang dalam kehidupan Kristen.

e) Sakramen Pengurapan Orang Sakit (SPOS)


Jika seorang anggota umat sakit,keprihatinan Tuhan diungkapkan melalui
sakramen pengurapan orang sakit.Kristus menguatkan s i sakit dengan Roh

73
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Kudus-Nya yang ditandai dengan minyak suci. Dengan demikian si sakit dibuat
siap dan tabah untuk menerima apa saja dari tangan Allah yang mencintai
manusia, baik dalam kesembuhan, maupun dalam maut. Dengan menderita seperti
Kristus, si sakit lebih serupa dengan Kristus.
Dalam Perjanjian Lama penyakit dipandang sebagai tanda kelemahan dan
akibat dosa. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Yesus melakukan penyembuhan
terhadap orang sakit untuk menandakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang
bersama-Nya.Maka sikap Gereja terhadap orang sakit adalah berusaha
menyembuhkannya dengan merawat dan menemani mereka dengan doa-doa
permohonan.
Adapun penerima SPOSadalah mereka yang dalam bahaya maut karena
penyakit atau usia lanjut, orang yang sakit berat, dan orang yang akan menghadapi
operasi.SPOS terdiri dari pengurapan dengan minyak pada dahi dan kedua tangan
diiringi doa Imam yang memohon rahmat khusus sakramen bagi si sakit.
Buah-buah sakramen ini adalah:
 Memberikah rahmat khusus yang mempersatukan si sakit lebih erat dengan
pribadi Kristusutk kebaikannya dan kebaikan seluruh Gereja.
 Memberikan penghiburan, kedamaian, keberanian dan bahkan
pengampunan dosa jika si sakit mampu mengakukan dosanya.
 Jika dikehendaki Allah, Sakramen ini dapat menyembuhkan.
 Mempersiapkan si sakit untuk perjalanan menuju rumah Bapa.

f) Sakramen imamat
Umat membutuhkan pelayan-pelayan yang bertugas menunaikan tugas
pelayanan di tengah umat demi kepentingan dan perkembangan umat dalam hidup
beriman dan bermasyarakat. Pelayan-pelayan itu juga berfungsi
untukmempersatukan umat,membimbing umat dengan berbagai cara demi
penghayatan iman pribadi dan bersama; membantu melancarkan komunikasi iman
demi tercapainya persekutuan umat, persekutuan iman. Pelantikan para pelayan itu
dirayakan, disahkan dan dinyatakan dalam tahbisan.
Tahbisan (ordo) menunjukkan tingkatan gerejawi yang dimasuki oleh
seseorang melalui upacara pengudusan khusus (ordinasi).Melalui rahmat khusus
Roh Kudus, sakramen ini membuat orang yang menerimanya mampu
melaksanakan kuasa suci atas nama dan wewenang Kristus untuk pelayanan umat
Allah.Sakramen ini dilaksanakan dengan penumpangan tangan oleh Uskup yang
mengucapkan doa agung penahbisan. Yang dapat menerima Sakramen ini: orang
yang sudah dibaptis secara katolik, belum dan tidak menikah, melewati penilaian
kelayakan utk pelayanan oleh otoritas Gereja.Dalam Gereja Katolik terdapat tiga
tingkatan tahbisan yakni Episkopat (Uskup), Prebisterat (Imam)dan Diakonat
(Diakon).
Buah-buah yang dihasilkan sakramen ini adalah:
 Memberikan pencurahan khusus Roh Kudus yang menjadikan orang yang
menerimanya serupa dengan Kristus dalam tigajabatannya yakni sebagai Imam,
Nabi & Raja sesuai dengan tingkatan sakramen yang diterimanya.
 Memberikan meterai kekal yang tidak terhapuskan.

74
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

g) Sakramen Perkawinan
Membangun keluarga merupakan kejadian yang sangat penting dalam
hidup seseorang.Tentu usaha sepenting ini tidak luput dari perhatian Kristus serta
umat-Nya.Maka Kristus sendiri hadir dalam cinta suami istri.Cinta mereka menjadi
tanda dari cinta Kristus kepada Gereja-Nya.Kristus menguduskan cinta insane
menjadi alat dan sarana keselamatan pribadi.Sakramen perkawinan berlangsung
sepanjang hidup dan mengandung panggilan luhur untuk membina keluarga
sebagai tanda kasih setia Allah bagi setiap insan.Suami istri yang hidup dalam
perkawinan Katolik dipanggil pula untuk memberi kesaksian kepada dunia tentang
cintaAllah kepada umat manusia melalui cinta suami istri.Hidup cinta mereka
menjadi tanda (sakramen) cinta Allah kepada manusia.
Allah adalah cinta dan yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan
untuk cinta dan mtelah memanggil mereka untuk mencinta. Maka tujuan
perkawinan adalah untuk persatuan dan kebaikan pasangan dan prokreasi
(menurunkan serta mendidik anak-anak).Unsur baru yang diberikan Kristus
kepada perkawinan tidak hanya memulihkan martabat perkawinan tetapi
mengangkatnya kedalam martabat Sakramen.Juga memberikan rahmat khusus
kepada kedua mempelai untuk menghayati perkawinan mereka sebagai simbol
cinta Kristus kepada Gereja-Nya.cirimonogam dan tak terceraikan merupakan ciri
perkawinan katolik.
Buah-buahnya yang dihasilkan sakramen ini adalah:
 Menetapkan ikatan yang kekal dan eksklusif antar kedua mempelai
 Allah memeteraikan perkawinan mereka.
 Tidak pernah dapat diceraikan.
 Memberikan rahmat yang dibutuhkan kedua mempelai untuk mencapai
kesucian dalam kehidupan perkawinan mereka,
 jika dianugerahi anak-anak, menerima tanggung jawab untuk merawat dan
mendidik mereka.

c. Perayaan Sakramentali dan Devosi


Sakramentali dan devosi merupakan bentuk dan kegiatan lain dari bentuk dan
kegiatan pengudusan Gereja.Selain ketujuh sakramen,Gereja juga mengadakan tanda-
tanda suci (berupa ibadat/upacara/pemberkatan) yang mirip dengan saramen-sakramen
yang disebut sakramentali.Berkat tanda-tanda suci ini berbagai buah rohani ditandai dan
diperoleh melalui doa-doa permohonan dengan perantaraan Gereja. Aneka ragam
sakramentali: pemberkatan orang, benda atau barang rohani, tempat, makanan, dsbnya.
Devosi (Latin: Devotio adalah penghormatan) adalah bentuk-bentuk penghormatan
atau kebaktian khusus umat beriman kepada rahasia kehidupan Yesus yang tertentu
misalnya, kesengsaraan-Nya, hati-Nya yang Mahakudus, Sakramen Mahakudus atau
devosi kepada orang-orang kudus seperti, devosi kepada santo pelindung, Bunda Maria
dengan berdoa Rosario atau berziarah. Segala bentuk devosi ini bersifat sukarela dan
bertujuan untuk semakin menguatkan iman kita kepada Allah dalam diri Yesus Kristus.
2. Pengertian dan Bentuk Konkret Tugas Gereja Melayani
Dasar pelayanan dalam Gereja adalah semangat pelayanan Kristus sendiri. Barang siapa
menyatakan diri murid, ia wajib hidup seperti Kristus (1Yoh 2:6). Pelayan berarti mengikuti
jejak seperti Kristus.Perwujudan iman Kristiani adalah pelayanan. Yesus bersabda: “apabila
kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu

75
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

berkata: kami adalah hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami
lakukan” (Lk 17:10).
Pelayanan Kristiani adalah sikap pokok para pengikut Kristus. Dengan kata lain,
melayani sesama adalah tanggung jawab setiap orang kristiani sebagai konsekuensi imannya.
Dengan demikian, orang kristen tidak hanya bertanggung jawab terhadap orang lain tetapi
menjadi sesamanya.Ciri-ciri pelayananGerejaantara lain:
a. Bersikap sebagai pelayan
Yesus menyuruh para murid-Nya untuk bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua
dan sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9:35) Yesus sendiri memberi teladan dan
menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa.Menjadi pelayan adalah sikap yang
radikal.
b. Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru.
Sedangkan Ciri religious pelayanan Gereja adalah menimba kekuatan dari teladan
Yesus Kristus. Maka:
a. Orientasi pelayanan Gereja kepada kaum miskin. Janganlah mereka menjadi objek belas
kasihan. Pelayanan berarti kerja sama,di dalamnya semua orang merupakan subjek yang
ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat,martabat, harga diri, bukan kemajuan
dan bantuan spiritual atau sosial yang hanyalah sarana. Tentu sarana juga penting, dan tak
dapat ditinggalkan begitu saja, namun yang paling pokok adalah sikap pelayanan itu
sendiri.
b. Kerendahan hati
Dalam pelayanan, Gereja harus tetap bersikap rendah hati.Gereja tidak boleh bangga diri
tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna”
Bentuk-bentuk pelayanan Gereja dewasa ini dapat bersifat ke dalam dan juga ke
luar.Pelayanan ke dalam adalah pelayanan untuk membangun jemaat.Pelayanan ini biasanya
dipercayakan kepada pejabat hierarki, namun awampun diharapkan dapat berpartisipasi di
dalamnya, misalnya melibatkan diri dalam kepengurusan dewan keuskupan, dewan paroki,
pengurus lingkungan, dsb.Pelayanan ke luar adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat
luas. Bentuk-bentuk pelyanan Gereja Katolik di Indonesia untuk masyarakat luas adalah:
pelayanan di bidang pendidikan dan kebudayaan, kesejahteraan, politik dan hukum.

3. Pengertian dan Bentuk Konkret Tugas Gereja Mewartakan


Dalam diri Yesus dari Nazaret, sabda Allah tampak secara konkret
manusiawi.Penampakan ini merupakan puncak seluruh sejarah pehwayuan sabda
Allah.Tetapi oleh karena Sabda sudah menjelmakan diri dalam sejarah dan tidak dapat tinggal
lagi bagi semua orang, Sabda itu harus menciptakan bentuk-bentuk lain yang di dalamnya
Sabda itu dapat hadir dan berbicara. Ada tiga bentuk sabda Allah di dalam Gereja, yaitu:
a. Sabda atau pewartaan para rasul sebagai daya yang membangun Gereja
b. Sabda Allah dalam Kitab Suci sebagai kesaksian normative
c. Sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja sepanjan zaman
Tiga bentuk pewartaan tersebut saling berhubungan satu sama lain. Pewartaan aktual
Gereja masa kini berdasarkan dan kesinambungan dari pewartaan para rasul dan Kitab Suci
yang diwariskan kepada kita.Ada perbedaan antara sabda Allah dan Alkitab dan ajaran para
rasul dan sabda Allah dalam pewartaan aktual Gereja.Oleh karena Wahyu selesai dengan
kematian para rasul maka dasar normative juga sudah diletakkan. Segala pewartaan

76
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

selanjutnya tergantung pada norma itu. Tugas pewartaan itu tidak lain adalah
mengaktualisasi apa yang disampaikan oleh Kristus sebagaimana diwartakan oleh para
rasul.
Dengan demikian sabda Allah sungguh datang kepada manusiadan menyelamatkan
mereka yang mendengarkan dan melaksanakan pewartaan Gereja.Pewartaan sabda Allah oleh
Gereja bukan hanya sekedar informasi mengeni Allah dan Yesus Kristus, melainkan
sungguh-sungguh menghadirkan Kristus yang mulia.Di dalamnya Kristus meyelamatkan,
menyembuhkan hati setiap orang yang membuka diri dan mendengarkan sabda yang
membebaskan itu.Kristus membebaskan kita dari dosa melalui sabda-Nya.
Ada dua pola dalam pewartaan Gereja, yaitu:
a. Pewartaan verbal
Pewartaan verbal pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan
dapat berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama, fasilitator
pendalaman Kitab Suci, dsb. Bentuk-bentuk pewartaan masa sekarang:
1) Khotbah atau homili
Khotbah adalah pewartaan tematis.Homili adalah pewartaan berasarkan suatu perikop
Kitab Suci.Kedua-duanya merupakan pewartaan dari mimbar.Khotbah dan homili
yang baik harus menyapa manusia.Walaupun secara lahiriah terjadi komunikasi satu
arah, tetapi khotbah yang baik harus menciptakan komunikasi dua arah secara
batiniah.
2) Pelajaran Agama
Dalam pelajaran agama diharapkan para guru mendampingi peserta didik untuk
menemukan makna hidupnya dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. Pelajaran
agama adalah proses pergumulan hidup nyata dalam terang iman.
3) Katekese umat
Katekese umat adalah kegiatan suatu kelompok umat, dimana mereka aktif
berkomunikasi untuk menafsirkan hidup nyata dalam terang injil, yang diharapkan
berkelanjutan dengan aksi nyata sehingga dapat membawa perubahan dalam
masyarakat ke arah yang lebih baik.
4) Pendalaman Kitab Suci
Pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok atau pada
kesempatan-kesempatan khusus seperti pada masa adven dan masa prapaskahdan pada
bulan kitab Suci (September)
b. Pewartaan dalam bentuk kesaksian
Pewartaan dalam bentuk kesaksian pada dasarnya lebih dipercayakan kepada para
awam.Setiap orang kristiani dalam hidupnya diharapkan dapat menjadi garam dan terang
di dalam masyarakat.Tugas pewartaan adalah mengaktualisasikan sabda Tuhan yang
disampaikan didalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul.Usaha
mengaktualisasi sabda Tuhan itu mengandaikan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi.
Tuntutan-tuntutan itu antara lain:
1) Mendalami dan menghayati sabda Tuhan
Pengenalan dan penghayatan yang diwartakan adalah Sabda Allah. Orang tidak dapat
mewartakan sabda Allah dengan baik, jika ia sendiri tidak mengenal dan
menghayatinya. Oleh sebab itu, kita hendaknya cukup mengenal, mengetahui dan
menghayati isi Kitab Suci, ajaran-ajaran resmi Gereja, dan seluruh Gereja baik
universal maupun lokal.
2) Mengenal umat atau masyarakat konteksnya
Pengenalan latar belakang orang-orang yang kepadanya sabda Allah akan disampaikan
tentu sangat penting. Kita harus mengenal jiwa dan budaya mereka. Dengan kata lain,
pewartaan kita sungguh harus menyapa para pendengarnya, harus inkulturatif.
77
BAB V
IMAN YANG MEMASYARAKAT

Pengantar
Hidup dan kehidupan adalah anugerah terbesar dari Allah terhadap setiap manusia.
Dan setiap anugerah selalu mengandung suatu tugas yakni memelihara dan mengembangkan
apa yang telah kita terima. Pada hakekatnya manusia hidup untuk berkembang dengan sebaik-
baiknya, maka rasa syukur dan tanggung jawab terhadap Sang Pencipta diamalkan dan
diwujudkan dengan memelihara ciptaan-Nya dengan hormat dan bijaksana. Manusia harus
menyadari eksistensinya sebagai citra Allah yang bermartabat luhur. Untuk itu manusia harus
merenung secara mendalam, membangun kesadaran dan memiliki kemauan yang baik dan
kuat untuk mengemban tugas ini, memiliki rasa kagum dan hormat terhadap kehidupan yang
sudah dianugerahkan, terutama kehidupan manusia. Sebagai citra Allah, manusia dipanggil
untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan didunia ini sehingga kelak menikmati
kebahagian abadi bersama Dia.
Dalam melaksanakan tugasnya memelihara kehidupan dituntut sikap tanggung jawab
dari manusia. Tanggung jawab ini sudah harus dibangun sejak dalam keluarga. Keluarga
menjadi tempat pertama dan utama dari perwujudan martabat manusia. Keluarga menjadi awal
pengembangan martabat manusia dan sekaligus pengembangan citra dirisebagai manusia.
Keluarga yang dimaksud tidak hanya kelurga inti, tetapi mencakup seluruh kelurga besar
karena merupakan kesatuan sosial, berdasarkan hubungan biologis, ekonomis, emosional dan
rohani yang bertujuan mendidik dan mendewasakan anak-anak sebagai anggota aneka
masyarakat luas dan terbatas.

A. SITUASI MASYARAKAT MASA KINI

1. Analisa Terhadap Situasi Sosial Masyarakat

a) Kehidupan ekonomi
Potret buram kehidupan bangsa kita ditandai dengan kesenjangan yang sangat tajam
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kemiskinan adalah kenyataan hidup begitu banyak
wargadi negara Indonesia. Upaya yang ditempuh melalui kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah sepertinya tidak membuahkan hasil menuju kemajuan. Yang terjadi bukan
mengangkat masyarakat dari kemiskinan yang menghimpit, melainkan menimbulkan
ketergantungan yang semakin besar pada sumberdaya yang bukan merupakan bagian dari
ekonomi rakyat biasa. Dalam arus dan gerak ekonomi globalisasi yang berlangsung
dewasa ini, kebijakan yang mengarah pada kesejahteraan bersama justru semakin tidak
memperdulikan potensi ekonomi rakyat biasa. Bidang pertanian yang menjadi usaha
produktif rakyat kebanyakan mengalami penurunan. Sumber kehidupan masyarakat itu
begitu mudah berubah menjadi pusat pembelanjaan-pembelanjaan besar dan perusahaan-
perusahaan komersial yang lebih memupuk budaya konsumeristis. Keadaan ini tidak
memberi tempat dan kesempatan untuk masyarakat kecil. Disamping itu masih diperparah
dengan musibah demi musibah, seperti: longsor, banjir, kebakaran hutan yang kebanyakan
disebabkan oleh ulah manusia sendiri.

79
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

b) Kehidupan budaya
Kesatuan bangsa Indonesia dengan keanekaragaman yang ada bukanlah bahan jadi yang
kita terima begitu saja. Kesatuan itu adalah proses yang terus menerus harus dibangun.
Bangsa kita memiliki kebudayaan yang majemuk, terdiri dari beraneka ragam suku, bahasa
daerah dan adat istiadat. Kebudayaan bangsa yang beraneka ragam, hendaknya dibangun
untuk memupuk dan mengembangkan persatuan bangsa agar jangan sampai terjadi
pengkotak-kotakkan di dalam masyarakat karena suku, ras, kedaerahan dan agama atau
kepercayaan yang berbeda. Dengan kebudayaan itu maka persatuan sejati seluruh bangsa
menjamin hak dan kewajiban semua orang yang berperan serta di dalam pembangunn
kebudayaan nasional yang terbuka dan selaras dengan tuntutan dan perubahan
perkembangan zaman. Budaya menghargai kesepadanan antara pria dan wanita.
Pembangunan kebudayan nasional membutuhkan pengembangan setiap daerah secara
terbuka. Dengan demikian kesesatuan bangsa tetap terjaga dan memungkinkan
pembangunan bangsa yang lebih utuh.

c) Ilmu pengetahuan dan teknologi


Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah bagian dari peradaban baru yang
berkembang sebagai buah dari pikiran dan perasaan manusia. Isi dari iptek adalah hasil
pemikiran kreatif manusia yang mulia. Oleh sebab itu, kita harus menjaga, agar iptek
senantiasa mengabdi pada kesejahteraan manusia sedalam-dalamnya dan tidak
dipergunakan untuk menjadikan martabat manusia merosot. Pembangunan dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi memang diperlukan dalam membangun dan memajukan
bangsa. Namun, perlu dipikirkan dan dijaga agar kelestarian lingkungan hidup tidak
dirusak dan dijadikan tumbal dari pembangunan tersebut. Kita perlu menciptakan hidup
keilmuan dan kebutuhan yang mengabdi pada kebutuhan dan kesejahteraan serta tidak
tinggal di lapisan dangkal yang terlalu pragmatis dan oportunitis.
Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dihayati sebagai anugerah Tuhan untuk
memelihara, mengembangkan dan menjaga alam secara manusiawi. Maka kita harus sadar
pula bahwa iptek dapat disalahgunakan untuk kepentingan sekelompok orang atau
seseorang sehingga merugikan kesejahteraan bersama. Generasi muda perlu dipersiapkan
dan dibekali untuk ambil bagian dalam pembangunan dan penguasaan IPTEK sampai
memiliki jiwa keilmuan yang tangguh dengan dasar etika ilmu yang bertanggung jawab
sehingga dapat meminimalisir penyalahgunaan IPTEK.

2. Pengaruh Destruktif Akibat Globalisasi


Banyak fenomena yang merupakan tantangan besar yang dialami oleh manusia modern
sekarang ini.Arus globalisasi menerjang seluruh sendi kehidupan. Berbagai tantangan dan
pengaruh negatif yang muncul akibat globalisasi termasuk didalamnya kemerosotan moral.
Globalisasi memunculkan harapan baru tetapi sekaligus melahirkan hambatan baru bagi
pencapaian kesejahteraan bersama; menghadirkan banyak kemudahan, tetapi juga
menimbulkan berbagai kesulitan. Secara khusus dari ekonomi masyarakat, dengan mudah
kaum miskin menjadi kelompok yang paling rentan, sebab yang disebut kaum miskin adalah
mereka yang mempunyai daya beli rendah. Selain itu, gejala kemudahan pemutusan
hubungan kerja (PHK) kaum buruh juga sangat terkait dengan kebebasan keluar masuknya
para investor yang tidak terbatas.Selain itu, pengaruh globalisasi terhadap dimensi kehidupan
yang dapat dirasakan dalam gejala hidup masyarakat antara lain:

80
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

a) Budaya materialistik dan hedonistik sebagai budaya hidup yang menomorsatukan


materi dan kenikmatan hidup. Manusia diukur dari apa yang dimiliki. Pengorbanan,
menanggung penderitaan, askese dan tapa,kesederhanaan dan kerelaan untuk melepaskan
nikmat demi cita-cita luhur tidak mendapat tempat dalam budaya itu. Nilai kehidupan
diukur pada rasa senangdan kenikmatn belaka. Hidup semakin bernilai diukur dari
kenikmatan yang dirasakan.Budaya materialistik dan hedonistik itu melahirkan sikap
konsumerisme. Konsumerisme adalah budaya untuk terus menerusmenambah tingkat
konsumsi, bukan karena dibutuhkan melainkan demi status. Budaya inilah yang perlahan-
lahan telah merambah ke dalam masyarakat kita.

b) Individualistis merupakan sifat tidak mau peduli dan mementingkan diri sendiri.
Individualisme adalah pengaruh dari gaya orang-orang yang tinggal di perkotaan,
terutama golongan menengah ke atas. Kesibukan yang melanda masyarakat membuat
dirinya menjadi individualistis. Masing-masing orang mengurus kepentingan pribadinya
tanpa mau terusik dengan orang lain. Sebagai contoh: seorang ayah yangbekerja seharian
di luar rumah meninggalkan keluarganya dan menyibukkan dirinya di kantor dan
kemungkinan besar lebih gampang terseret dalam sifat individualistis ini. Apabila malam
hari ia pulang ke rumah, masih lagi membawa pekerjaan kantor yang belum terselesaikan,
maka hampir tidak ada waktu lagi yang tersisa bagi keluarganya. Dengan demikian,
kehangatan dalam rumah tangga dan relasi dalam bertetangga perlahan mulai terkikis dan
berkembang menjadi individualistis.

c) Fundamentalistis sebagai sikap pelarian ke segala sikap fundamentalisme. Gejalaini


bisa kita amati di berbagai negara-negara yang berasaskan agama maupun negara industri
Barat. Ada fundamentalisme Islam, fundamentalisme Kristen. Celakanya
fundamentalisme ini sering ditunggang untuk kepentingan tertentu, seperti yang kita
alami dan terjadi di beberapa daerah di negara kita ini. Selain fundamentalisme agama,
juga ada fundamentalisme suku, kebangsaan, kebatinan, dsb. Banyak orang yang
mengejar yang duniawi dan melupakan hal-hal rohani. Orang tertarik pada kekuatan-
kekuatan gaib bukan pada Allah sendiri sebagai sumber keselamatan.

B. TANGGUNG JAWAB SOSIAL

1. Analisa Khusus ketidakadilan dan ketidakjujuran Dalam Hidup Masyarakat

a. Ketidakadilan
Situasi masyarakat kita dewasa ini mengalami berbagai gejala yang tidak
menghormati hak orang lain. Kita dapat melihat realitas yang mencerminkan ketidakadilan
dalam hidup bersama. Gejala itu antara lain: perampasan dan penggusuran hak milik
orang lain, perampokan, pemerasan, KKN (Korupsi, kolusi dan nepotisme), dsbnya.
Tindakan-tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar
sering tidak menghormati hak milik orang lain termasuk hak milik masyarakat dan negara.
Berbagai tindakan ketidakadilan ini menimbulkan kesengsaraan dalam masyarakat.
Disamping itu, juga mengakibatkan kemiskinan bagi mayoritas bangsa.

81
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Tindakan ketidakadilan ini dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk sistem dan
struktur ekonomi, politik yang dibangun oleh penguasa seringkali hanya menguntungkan
golongannya saja dan sebaliknya sangat merugikan masyarakat lemah serta menciptakn
ketergantungan rakyat kecil. Pembangunan ekonomi dan sosial politikpun belum
menciptakan kesempatan yang luas bagi orang-orang kecil tetapi malah mempersempit
ruang gerak mereka untuk mengungkapkan jati dirinya secara penuh. Orang-orang kecil
tetap saja menjadi kelompok yang tersisih dan menderita.Ada berbagai bentuk
ketidakadilan antara lain diskriminasi dan tidak berperikemanusiaan terhadap kaum
perempuan, anak-anak, pendatang, suku, budaya, agama, dsb.

Arti dan makna keadilan


Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.
Keadilan mencakup hak untuk hidup yang wajar, hak untuk memilih agama, hak untuk
bekerja, hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk berserikat,dsb. Keadilan menunjuk
pada sebuah keadaan, tuntutan dan keutamaan. Keadilan sebagaikenyataan menyatakan
bahwa semua pihak memperoleh apa yang menjadi hak mereka dan mendapat perlakuan
yang sama. Misalnya, di negara atau lembaga tertentu pasti ada keadilan, maka semua
orang harus pula diperlakukan secara adil (tidak pandang suku,agama, rasa atau aliran
tertentu). Keadilan sebagai tuntutan, menuntut agar keadaan adil diciptakan baik dengan
mengambil tindakan yang diperlukan maupun menjauhkan diri dari tindakan yang tidak
adil. Keadilan sebagai keutamaan hidup adalah sikap dan tekad untuk melakukan yang
adil.

b. Ketidakjujuran
Kita hidup ditengah masyarakat yang penuh dengan kebohongan. Banyak orang
bersikap dan bertindak tidak jujur. Beberapa bentuk ketiakjujuran antara lain:
1) Dalam bidang politik
Penguasa dapat bersikap curang dan korup untuk kepentingan diri dan golongan,
memanipulasi undang-undang dan peraturan, menggunakan agama untuk kepentingan
politik, dsb. Sementara rakyat jelata yang menghadapi kekuasaan sewenang-wenang
bersikap munafik, formalistik, ABS (Asal Bapak Senang), dst.
2) Dalam bidang ekonomi
Penguasa dan pengusaha akan bersikap korup, menggelapkan uang negara, kredit
macet, dsb. Rakyat akan berusaha untuk menipu, menyogok dan ABS.
3) Dalam bidang pendidikan
Penguasa merekayasa pendidikan, termasuk undang-undangnya, mentolerir budaya
tertentu dan mendiskreditkan budaya daerah lain. Rakyat dan anak didik bersikap
formalistik, munafik, dsb.
Hal yang mendorong ketidakjujuran ini antara lain keserakahan pada kekuasaan
akan harta dan kedudukan. Manusia berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak
mungkin dengan berbagai cara, juga berusaha mempertahankan kedudukan tanpa mau
melepasnya. Dengan uang dan kekuasaan manusia dapat memiliki apa saja bahkan harus
berlaku tidak jujur. Akibatnya merugikan diri sendiri dan orang lain serta mendatangkan
penderitaan.
Jujur berarti tulus hati, tidak curang pada diri sendiri dan juga orang lain.
Kejujuran berarti keselarasan antara kata dan perbuatan. Kejujuran adalah nilai yang paling
penting karena menimbulkan kepercayaan, juga merupakan dasar dari landasan

82
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

hidup. Tanpa kejujuran orang tidak dapat bergaul secara wajar. Kejujuran dapat menjadi
modal untuk perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok. Orang yang jujur akan
sanggup menerima kenyataan pada diri sendiri, orang lain maupun kelompok. Sikap inilah
yang akan membawa perkembangan pada pribadi dan kelompok. Kejujuran dapat
memecahkan berbagai persoalan, baik persoalan pribadi maupun kelompok, masyarakat
maupun negara.

2. Pandangan Kitab Suci tentang Ketidakadilan dan Ketidakjujuran dalam


Hidup bermasyarakat

a. Ketidakadilan
Dalam teks Kitab Suci, kita bisa menemukan beberapa cerita tentang kasus-kasus
ketidakadilan. Kitab Suci menceritakan tentang tokoh-tokoh yang serakah dan tentu
mendatangkan kesengsaraan orang lain. Dalam Kitab Amos diceritakan bagaimana Nabi
Amos tampil di panggung sejarah pada saat bangsa Israel mencapai puncak
kemakmuransekitar tahun 750 SM. Sebagai seorang nabi, ia diutus untuk mengingatkan
bangsa Israel agar bertobat dari segala tingkahlaku mereka yang tidak berkenan di hati
Allah. Mereka harus membenci yang jahat dan mencintai yang baik serta menegakkan
keadilan (Am 1-6). Situasi bangsa Israel saat Amos tampil sebagai nabi adalah kekayaan
dikuasai oleh sekelompok orang yang merusak hidup mereka sendiri. Orang-orang yang
berkuasa dan kaya menipu dan memeras orang kecil. Upacara keagamaan yang meriah
hanya merupakan kedok untuk menutupi kejahatan. Ibadat bangsa Israel hanya
merupakan kepalsuan sehingga dibenci oleh Tuhan (Am 5:21-27).
Dalam situasi ini nabi Amos sebagai penyambung lidah Allah, selain mengecam
perilaku orang Israel yang tidak berkenan di mata Allah juga menunjuk jalan keluar yang
harus di tempuh untuk menghindari hukuman Allah, yaitu pertobatan yang mendalam (Am
9:11-15). Apa yang diserukan nabi Amos ini diserukan pula oleh Gereja sekarang ini.
Gereja tetap mewartakan perintah ke-7 dari Dekalog yaitu, “jangan mencuri”. Larangan
jangan mencuri, dipahami dalam maksud aslinya yaitu mencuri orang dan menjadikan
budak. Menculik sama dengan membunuh. Merampas kebebasan seseorang sama dengan
mengambil hidupnya. Perintah ke-7 ini kemudian diperluas oleh Gereja menjadi “jangan
mencuri milik orang lain”. Melanggar milik orang lain itu melanggar keadilan.

b. Ketidakjujuran
Dalam Kitab Suci, kita melihat bahwa Yesus sangat tidak suka dengan orang yang
melakukan ketidakjujuran. Karena itu Yesus tidak segan-segan mengkritik bahkan
mecemap perbuatan tersebut. Sebagai acuan kita memahami ketidakjujuran dalam sorotan
Kitab Suci, bisa kita baca dalam Mat 23:12-14; 27-28 dan Luk 11:42-43 tentang kecaman
Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahl Taurat. Hal ini dilakukan Yesus karena
kemunafikan dan ketidakjujuran yang mereka lakukan, sehingga merugikan orang lain.
Yang dikehendaki Yesus adalah bahwa manusia senantiasa hidup jujur.
Dalam hal kejujuran, Yesus sangat berbicara tegas. Yesus mengecam orang-orang
yang berlaku tidak jujur dan munafik. Orang-orang munafik sangat sulit untuk bertobat,
karena merasa menganggap dirinya suci. Mereka mengandalkan kesalehan, kekudusan
dan kekutannya sendiri. Mereka merasa tidak membutuhkan bantuan dan kasih karunia
Allah lagi. Mereka dapat merebut keselamatan dengan jasa-jasanya. Yesus merasa lebih

83
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

gampang menpertobatkan seorang berdosa daripada seorang yang menganggap dirinya


suci.
Yesus juga menuntut kita untuk bersikap jujur. Jika “ya” hendaklah katakan “ya”,
jika “tidak” hendaklah katakan “tidak”. Apa yang lebih dari itu berasal dari si jahat (bdk.
Mat 5:37). Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran,
sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas
kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yoh 8:44). Juga
secara khusus Yesus menasihatkan supaya kita tidak bersumpah palsu:
“Kamu telah mendengar pula yang telah dikatakan nenek moyang kita: jangan
bersumpah palsu,peganglah sumpahmu dihadapan Tuhan. Tetapi aku berkata
kepadamu,hendaklah kamu jangan sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena
langit adalah tahta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-
Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota raja besar. Janganlah
engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa untuk memutihkan
ataupun menghitamkan sehelai rambutmu”.
Inilah acuan kita untuk selalu berkata, bersikap dan bertindak jujur dalam hidup kita
sebagai orang Kristiani sesuai dengan teladan Sang Guru, yakni Yesus Kristus sendiri.

3. Ajaran Sosial Gereja tentang Ketidakadilan dan Ketidakjujuran dalam Hidup


Bermasyarakat

Saat ini Gereja sangat prihatin terhadap masalah-masalah keadilan sosial. Untuk
menanggapi itu maka Gereja membuat acuan untuk mempertahankan dan memperjuangkan
keadilan, yakni dengan mengeluarkan ensikik “Rerum Novarum” (Paus Leo
XIII) dan “Quadragessimo Anno” (Paus Yohanes XXIII) yang berbicara tentang keadilan
terhadap para buruh. Ensiklik “Pacem in Terris” (Paus Yohanes XXIII) berbicara tentang
perdamaian antara bangsa-bangsa dalam kebenaran, keadilan dan kemerdekaan. Ensiklik
“Populorum Progressio” (Paus Paulus V) menyinggung tentang kesenjangan antara negara-
negera kaya dan miskin di dunia ini. Di dalam ajaran sosial Gereja secara garis besar dapat
dibedakan dalam empat tema yang berkembang. Keempat tema itu menunjuk pada pokok-
pokok keadilan yang dewasa ini kita hadapi.
Tugas memperjuangkan keadilan merupakan tugas semua orang karena panggilan
untuk itu diukir oleh Allah dalam hati nuranisetiap orang. Semua orang dipanggil untuk
memberikan teladan kepada dunia untuk mencintai dan menghargai sesama khususnya orang
kecil, miskin, tertekan, menderita, terabaikan, tersisihkan, dan tersingkir dalam masyarkat.
Inilah yang harus didengungkan oleh orang kristiani bagi terciptanya keadilan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kata dan perbuatan setip orang kristiani harus selalu memancarkan kasih
Kristus, baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara.

4. Masalah Seks dan Seksualitas yang ada di Masyarakat


Bagaimana menempatkan seksualitas dalam kerangka tanggung jawab hidup, agar
seksualitas dihayati secara manusiawi tanpa ketakutan dan keterpaksaan, juga bukan bersikap
secara liar, masa bodoh dan tidak mau tahu? Dalam hal ini perlu dipancarkan keyakinan
bahwa seks harus dihormati sebagai sesuatu yang manusiawi. Seks bukan barang yang dapat
diperjualbelikan. Menjual seks dengan pornografi atau pelacuran sama dengan

84
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

menjual manusia. Seks juga bukan naluri alam yang harus dilepaskan, melainkan bagian
hidup yang pantas dibina, dididik dan dikembangkan, penuh nilai dan kasih. Seks pun bukan
urusan yang diberikan pada kehendak orang perorangan. Seks menuntut tanggung jawab
sosial. Oleh karenanya, dalam semua persoalan moral seks harus pertama-tama ditanya,
bagaimana dapat ditingkatkan kemampuan memberi dan menerima kasih?
Kelakuan seksual menyangkut hubungan antarmanusia. Maka nilai perilaku seksual
pertama-tama menyangkut hubungan hati. Hubungan seksual tidak dibenarkan hanya atas
dasar hak (suami atau isteri). Perilaku seksual pertama-tama harus sesuai dengan hubungan
personal. Hubungaan seksual antara laki-laki dan perempuan terungkap dalam banyak cara,
dengan tanda-tanda afeksi yang intim dan secara khusus dalam perbuatan senggama. Menurut
ajaran moral Katolik, perbuatan senggama mendapat tempatnya yang tepat dan wajar dalam
perkawinan, sebab hanya dalam hubungan mantap dan pribadi antara suami dan isteri,
hubungan senggama dapat menjadi sarana bagi kasih dan penyerahan. Hubungan intim dan
pribadi inilah yang menjadi nilai utama dalam seksualitas dan dalam perbuatan seksual.
Beberapa masalah seksual yang dipandng oleh ajaran moral gerejawi berlawanan
dengan nilai-nilai pokok dalam seksualitas antara lain:
1. Homoseksualitas yakin hubungan seksual antara pria dengan pria atau wanita dengan
wanita. Namun diperdebatkan, apakah homoseksual harus dipandang sebagai kelainan
yang pantas ditolong, entah dengan bantuan pengobatan atau dengan pengertian dan
dukungan hidup.
2. Masturbasi yakni usaha untuk mendapat kenikmatan seksual pada diri sendiri. Hal ini
dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai pokok seksual, sebab seksualitas mengarahkan
orang pada sesama. Namun, penilaian hanya tepat jika diperhatikan pada konteks hidup
yang konkret. Sebab sehubungan dengan masturbasi, secara khusus kentara ciri dasar
seksualitas: seksualitas bukan semacam keadaan alamiah melainkan sebagian dari hidup
yang pribadi, sosial dan bersejarah.

5. Tantangan Hidup Perkawinan


Rakyat Indonesia menjunjung tinggi hidup berkeluarga. Namun kini hidup
berkeluarga perlu diperkokoh lagi. Sekarang ini banyak suami isteri bekerja mati-matian dari
pagi sampai malam sehingga kesempatan berkomunikasi makin jarang. Bahkan waktu untuk
bercengkerama dengan anak-anak juga kurang. Perbedaan cara menghargai pasangan hidup,
cara menilai hubungan batin, serta kebiasaan religious sering muncul dalam keluarga dan
menciptakan gesekan-gesekan yang dapat meretakkan perkawinan (Pedoman Gereja Katolik
6). Mengalami realitas ini, maka semakin diperlukan persiapan dan pemeliharaan perkawinan
yang baik. Sering orang hanya mempersiapkan perkawinan hanya dengan menabung, membeli
rumah atau peralatan rumah tangga. Pengetahuan mengenai keluarga berencana sering
dianggap sebagai persiapan utama dalam berkeluarga. Keluarga pertama- tama membutuhkan
kesejateraan lahir dan batin. Lebih jauh dibutuhkan suara hati yang jujur, jernih, dan benar
guna kemungkinan pasangan suami isteri berkomunikasi secara terbuka. Kehidupan
perkawinan dewasa ini mengalami berbagai tantangan. Tantangan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Kemajuan zaman dan teknologi dewasa ini memberi warna tantangan
tersendiri dalam mahligai rumah tangga. Beberapa contoh dibawah ini adalah sbb:
a. Perbedaan pandangan atau pendapat

85
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

Dalam kehidupan sehari-hari, berbeda pendapat adalah hal yang lumrah dan biasa terjadi.
Dalam hal itu yang penting adalah sikap menghargai dan menghormati pendapat pasangan
hidup. Berbagai masalah perbedaan pandangan akan muncul dalam keluarga (pendidikan
anak, ekonomi keluarga, KB) sehingga perlu mencari solusi yang terbaik dengan kepala
dingin. Kemungkinan besar akan dihadapkan pada perbedaan prinsip. Persoalan akan
menjadi besar bila ada salahsatu pihak suami atau isteri yang memaksakan kehendak.
Apabila hal ini tidak disikapi dengan baik atau ada pihak yang merasa disepelekan maka
percekcokan dalam rumah tangga bisa pecah. Setiap saat bisa terjadi bentrokan dalam
keluarga.

b. Kebosanan atau kejenuhan


Biasanya pada tahap masa pacaran, relasi antara dua sejoli yang saling mencintai masih
sangat hangat. Pada permulaan perkawinanpun masih berupa cinta yang emosional dan
romantik. Pada masa-masa itu tentu hidup perkawinan terasa sangat indah. Sebagai
ungkapan cinta, seringkali dengan rela dan melaksanakan segala sesuatu yang
membahagiakan pasangan, rela berkorban untuk membuktikan keseriusan cinta itu. Seiring
dengan berjalannya waktu, mulailah terlihat kekurangan dan cacat cela dalam diri
pasangan. Dari waku ke waktu cacat kecil bisa timbun-menimbun, dan mulai muncul rasa
kecewa, bosan dan jenuh. Terkadang keinginan untuk cinta diri mulai muncul. Hal ini
adalah batu penghambat untuk tenggang rasa, saling mengerti dan memaafkan. Apabila
tidak disikapi, hal ini menjadi pemicu bencana dalam kelurga. Dalam s ituasi ini, cinta
romantik sebaiknya digantidengan cinta rasional yang menuntut dimensi tanggung jawab
yang lebih kuat kepada pasangan hidup dan anak-anak.

c. Ketidakserasian dalam hubungan seksual


Bentuk komonikasi yang paling intim dalam hubungan suami dan isteri adalah hubungan
seksual. Hal ini merupakan hal yang peka. Apabila tidak memupuk tenggang rasa bisa
mengakibatkan ketegangan dan kerenggangan relasi antara suami dan isteri. Apabila suami
terlalu menuntut, baik mengenai tempat, cara dan aktual untuk berhubungan seksual, maka
pihak isteri akan merasadirinya hanyalah pemuas nafsu suami saja. Hal ini akan
menimbulkan rasa sakit hati kepada suami. Sebaliknya, jika isteri menolak untuk melayani
suami atau melayani hanya dengan setengah hati, maka suami akan tersinggung. Hal ini
akan memicu suami untuk berpaling kepada wanita lain yang lebih memuaskan hastar
seksualnya dari pada isterinya.

d. Peselingkuhan atau perzinahan


Ada berbagai faktor yang menyebabkn suami isteri tidak bisa melakukan hubungan seksual
dalam jangka waktu tertentu. Barangkali karena urusan tugas, urusan persalinan, minggu-
minggu pertama sesudah persalinan, dll. Dalam situasi ini, salah satu dari pasangan dapat
tergoda dan menyeleweng dari perkawinannya dan segala kewajibannya. Ia akan mencari
kepuasan hubungan seks dengan wanita atau laki-laki lain. Terjadinya perselingkuhan ini
akan merongrong atau melanggar kesucian perkawinan dan juga mendatangkan penderitaan
bagi suami atau isteri, anggota keluarga dan termasuk pihak yang melakukan
perselingkuhan itu. Gereja sangat tegas menilai perzinahan itu, tetapi Gereja tak pernah
menginginkan perceraian. Solusi yang wajar untuk pasangan suami isteri itu adalah
bertobat, saling mengampuni, memperbaharui lagi cinta yang ikhlas demi kebahagian
seluruhkeluarga.

86
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

e. Kemandulan
Banyak masalah yang terjadi dalam hidup perkawinan. Salah satunya adalah kemandulan.
Hal ini serigkali menimbulkan krisis bagi pasangan suami isteri, karena seringkali saling
menyalahkan pasangannya. Apabila pasangan tersebut tidak bijaksana dalam menghadapi
masalah ini, makan akan menyebabkan hancurnya perkawinan tersebut. Karena itu, bila
salah satu dari pasangan suami isteri mengalami kemandulan, diharapkan mereka tidak
berhenti untuk saling mencintai dan menerima kekurangan pasangannya. Setiap pasangan
suami isteri katolik harus tetap menyadari bahwa meskipun perkawinan tersebut tidak
menghasilkan keturunan, namun hakekat perkawinan tersebut tidaklah berkurang.
Perkawinan tersebut tetap memiliki arti yang dalam.

6. Keluhuran Seks, Seksualitas,Perkawinan, Hidup Berkeluarga Menurut Kitab


Suci dan Ajaran Gereja

a. Kitab Suci
Kesetiaan dalam perkawinan bertujuan untuk melindungi perkawinan yang sah
(bdk. Kel 20:14; Ul 5: 18; Mat 5:27. 31-32). Dan dalam sepuluh perintah Allah ditegaskan
dengan ajaran ”jangan berzinah”. Pandangan Israel kuno tentang berzinah adalah ”apabila
seorang kedapatan tidur dengan seorang perempuan yang bersuami, maka keduanya harus
dibunuh: laki-laki yang tidur dengan perempuan itu dan juga perempuan itu”. Larangan
perzinahan itu melindungi tata sosial. Pandangan Israel tentang seksualitas sangat duniawi.
Dalam Perjanjian Baru, kesetiaan dalam perkawinan menjadi pokok perhatian
Yesus. Wejangan Yesus mengenai perkawinan menegaskan kembali akan sifat dan ciri
perkawinan yang tidak terceraikan. Yesus mengingatkan soal menjaga kesetiaan
perkawinan dan menganjurkan untuk membina hidup bersama sedemikian satu sama lain
dan tidak merongong perkawinan orang lain. Dalam Mrk 10:1-12, Yesus ditanya murid-
murid-Nya mengenai perceraian. Dan Yesus mengatakan bahwa cerai sama dengan zinah.
Setiap orang yang menceraikan isterinya membuatnya berzinah dan setiap orang yang
kawin dengan perempuan yang diceraikan, berbuat zinah. Ketika bersoal jawab dengan
orang Farisi mengenai kehendak Allah sendiri yang menginginkan perkawinan yang
setia,Yesus mengatakan bahwa apa yang disatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Dalam hal ini Yesus mau menegaskan kembali maksud tradisi bangsa Israel mengenai
perceraian, yaitu bukan Musa yang menyuruh untuk memberi surat cerai namun karena
ketegaran hati bangsa Israel yang menginginkan demikian. Pokok ajaran dalam Perjanjian
Lama adalah kesatuan yang diinginkan Allah sebagaimana Allah setia dengan umat-Nya.
Kesetiaan Allah yang merupakan terwujudnya kerajaan Allah hadir dalam diri Yesus, dan
kesetiaan Allah itu menjadi efekif dalam kesetiaan suami isteri. Paulus dalam
suratnyajuga menegaskan kembali ajaran Yesus mengenai perkawinan. Tuntutan untuk
tidak bercerai dalam perrkawinan merupakan perintah Tuhan (1 Kor 7:10-11). Hal ini
menunjukkan betapa luhurnya perkawinan itu. Paulus mengajak umat untuk membangun
hidup bersama sehingga mereka yang menikah dibantu untuk setia dalam perkawinannya.
Seksualitas menunjuk pada fakta bahwa manusia selalu ada sebagai pria dan
wanita. Seks berarti segala sesuatu yang mengkhususkan manusia serta membedakannya
sebagai pria dan wanita. Maka seksualitas adalah sesuatu yang manusiawi, bukan biologi
semata-mata. Seksualitas adalah daya naluri yang

87
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

memungkinkan adanya hidup manusia. Oleh sebab itu mesti dipertanggugjawabkan pula.
Iman Kristiani mengakui manusia seperti itu sebagai ciptaan Tuhan, maka seksualitas yang
dipertanggungjawabkan itu dipandang sesuai dengan rencana Allah. Manusia menjadi diri
sebagai pria dan wanita, maka seks amat erat berkaitan dengan penampilan individu dan
dengan hidup pribadi. Seksulitas merupakan nilai sangat tinggi, karena hubungan erat
dengan manusia. Segala tindakan yang menyangkut seksualitas juga menyangkut hormat
terhadap manusia sebagai pribadi, yang tidak boleh dijadikan sarana untuk tujuan apapun
juga.
Sebagai sesuatu yang amat pribadi, seksualitas tidak dibiarkan tumbuh begitu saja,
tetapi mesti dibina oleh setiap orang agar berkembang dan menjadi dewasa. Seksualitas
mesti diatur dalam lingkungan untuk mencapai pengertian dalam kebersamaan, sebab
perbedaan antara pria dan wanita tidak hanya menyangkut pribadi melainkan penting juga
untuk susunan hidup bersama, maka penting untuk mengindahkan kaidah berikut ini: laku
seks mesti menjadi tanggung jawab pribadi, laku seks mesti menghormati pribadi orang
lain dan mengindahkan kepentingan bersama.
Kelurga adalah tempat normal bagi laku seks, karena kelurga dapat memberi
perlindungan, persekutuan pribadi dan bebas serta sekaligus lembaga tetap dalam
masyarakat. Persekutuan pribadi dan bebas dalam wujud lembaga dan tetap dalam
menciptakan rasa aman yang perlu sehingga partner laku seks tidak dipandang sebagai
objek. Perekutuan pribadi dan lembaga yang tetap dapat merupakan lingkngan dan sarana
unuk mebesarkan an mendidik anak-anak menjadi manusia mandiri. Melalui lembaga
yang dibentuk secara bebas dan diakui oleh masyarakat, laku seks diakui dan sekaligus
dibatasi; seks tidak dikutuk sebagai sesuatu yang jahat dalam masyarakat. Jika
ditempatkan dalam hidup dan perkembangan kelurga pengertian dan pelaksanaan seks
berkembng menurut perkembangan pengertian dan gaya hidup keluarga. Penghayatan
seks mengikuti irama keluarga.
Hubungan seks adalah komunikasi yang paling intim dan paling menyeluruh
dalam hubugan suami isteri sebagai perwujutan nyata dari bersatu padunya dua pribadi jiwa
dan raga. Akan tetapi hubungan seks juga dapat menjadi sumber kekecewaan, frustrasi dan
percekcokan yang pling menekan. Seks bukan pertama-tama suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mencari kepuasan biologis melainkan merupakan sebuah komunikasi yang
dimaksudkan untuk mempererat hubungan suami dan isteri dalam kasih mesra. Hubungan
seks pada dasarnya hanya ”meragakan” relasi yang ada. Bila hati dekat, hubungan seks
juga memuaskan. Akan tetapi bila hati tidak merasa dekat maka segala teknik seks yang
paling canggih sekalipun tidak akan membuat perkawinan menjadi sukses. Sebaliknya
relasi yang baik membuat seks menjadi sebuah pengalaman yang indah dan
membahagiakan. Dapat dikatakan bahwa hubungn seks bukan sekedar masalah ”tempat
tidur” melainkan masalah seluruh hubungan sepanjang hari.

b. Ajaran Gereja
Dalam dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Konstitusi Pastoral Gudium Et Spes,
perkawinan dimengerti sebagai kesatuan mesra dalam hidup dan kasih antara pria dan
wanita yang merupakan lembaga tetap yang berhadapan dengan masyarakat. Dalam hal
ini perkawinan menurut bentuknya merupakan suatu lembaga dalam kehidupan
masyarakat. Tanpa pengakuan lembaga perkawinan menjadi semacam hidup perkawinan
yang liar. Menurut maksud dan intinya perkawinan merupakan kesatuan hidup dari dua
pribadi. Maka perkawinan akan terwujud dengan persetujuan antara

88
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

seorang pria dan seorang wanita yang diungkap secarakan secara bebas untuk membagi
hidup satu sama lain, persetujuan itu dinyatakan secara publik dihadapan saksi-saksi dan
menurut aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
Perkawinan itu mempunyai pelbagai tujuan sosial. Kedua partner saling membantu
dan bukan hanya meringankan hidup melainkan membentuk kesatuan sosial yang kecil,
yang kendati terbatas namun paling kodrati sehingga tidak boleh diabdikan pada tujuan
manapun juga. Suami isteri saling membantu satu sama lain, dengan saling memberikan
dan mendapat pengertian dan mengalami berkat perkembangan satu sama lain. Dalam
perkawinan anak-anak yang lahir dididik dan dibesarkan dan sehingga kelangsungan hidup
mereka dapat terjamin. Dalam kebanyakan lingkungan kebudayaan, lembaga perkawinan
pandang sebagai tempat yang sah untuk melakukan hubungan suami isteri. Dalam
perkawinan yang sah, laku seks menjadi wajar. Jadi tujuan hidup bersama suami isteri
adalah membantu satu sama lain dan membiarkan diri dibantu oleh pasangan dalam
perjalan hidup menuju kebahagiaan didunia ini dan diakhirat.
Dalam pandangan Gereja Katolik, perkawinan adalah sakramen, di mana Allah
bertemu dengan suami isteri tersebut. Perkawinan katolik adalah sakramen karena Allah
sendirilah yang menguduskan hubungan suami isteri. Sakramen berarti tanda. Karena itu
yang ditandakan dalam sakramen perkawinan adalah:

1) Cinta Allah
Dalam sakramen perkawinan, suami adalah tanda kehadiran Allah untuk mencintai
sang isteri dan isteri menjadi tanda cinta dan kebaikan Allah kepada sang suami. Bukan
hanya sekedar tanda, tetapi dipilih menjadi utusan atautangan Tuhan. Melalui suami
atau isteri Tuhan hadir menolong, menguatkan, dan membahagiakan pasangannya.
Tuhan memilih suami dan isteri kristen supaya menjadi tanda dan sarana kasih setia-
Nya bagi satu sama lain dalam hidup bersama. Dalam kitab Kejadian pasangan
manusia dicita-citaka oleh Tuhan menurut hakikat-Nya sendiri: ”baiklah kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita supaya mereka berkuasa... maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya laki-laki dan perempuan...(Kej
1:26-28). Hakikat Tuhan adalah cinta yang maha sempurna yang menyatukan Allah
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah juga menghendaki supaya manusia menjadi seperti
hakikat-Nyayaitu, satudalam cinta mesra. Manusia yang menjadi dua ketika Allah
menciptakan Hawa dari tulang usuk Adam dan langsung disatukan kembali secara
lebih sempurna dalam cinta. Allah membimbing Hawa kepada Adam dan Adam
menyambut dengan ucapan ”inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”
sejak saat itu laki-laki meninggalkan bapa dan ibunya untuk bersatu jiwa dan raga
dengan isterinya. Mereka bukan lagi dua melainkan satu. Persatuan cinta antara pria
dan wanita menjadi tanda cinta-Nya.

2) Cinta Kristus kepada Gereja-Nya


Perkawinan Kristen merupakan gambaran dari hubungan yang lebih mulia, yaitu
persatuan Kristus dengan umat-Nya. Adanya suami disamping isteri atausebaliknya
adalah ikatan cinta, tanda bahwa Kristus selalu menyertai kita, dan mereka sebagai
suami isteri selalu semakin dipersatukan dalam Dia. Santo Paulus menegaskan hal ini
dengan mengatakan: ”hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.
Karena suami adalah kepala isteri sama seperi Kristus adalah kepala jemaat...hai
suami kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah

89
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |

menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya...demikian juga suami harus


mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri...sebab tidak ada orang yang membenci
diriya, tetapi mengasihinya dan merawatnya seperti Kristus terhadap jemaat karena kita
adalah anggota tubuh-Nya” (Ef. 5:22-33). Dalam hal ini kasih Kristuslah yang harus
menjadi dasar hidup suami isteri. Suami dan isteri dipilih Tuhan untuk menjadi suatu
sakramen. Mereka diangkat untuk menjadi tanda kehadiran Kristus yang selalu
menguduskan, menguatkan dan menghibur tanpa syarat apapun. Karena Kristus
dengan setia menyertai dan menolong suami isteri, maka merekapun sanggup untuk
setia satu sama lain, karena itu perkawinan tersebut sifat monogam dan tak terceraikan.

90
DAFTAR PUSTAKA

Adeney, B. T. (2000). Etika Sosial Linta Budaya. Yogyakarta: Kanisius.

Alkitab Deuterokanonika. (2001). Ende: Arnoldus.

Andang, A. (1998). Agama Yang Berpijak dan Berpihak. Yogyakarta: Kanisius.

Antonich, R. (1991). Iman dan Keadilan. Yogyakarta: Kanisius.

Bakker, A. (1988). Ajaran Iman Katolik 1 Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Kanisius.

Brownlee, M. (2000). Pengambilan Keputusan etis dan Faktor-Faktor di Dalamnya. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia.

Coward, H. (1998). Pluralisme Tantangan Bagi Agama-Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Dahler, F. (1990). Masalah Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Dahler, F. (2000). Pijar Peradaban Manusia. Yogyakarta: Kanisius.

Dister, N. S. (1987). Kristologi Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius.

Dister, N. S. (1988). Pengalaman dan Motivasi Beragama. Yogyakarta: Kanisius.

Dokumen Konsili Vatikan II. (1996). Jakarta: Obor.

Gultom, R. (2007). Kulian Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Medan: Bina Media Perintis.

Hardowirjana, R. (2000). Zimat Kristiani: Awam Masa Kini Berevangelisasi Baru. Yogyakarta: Kanisius.

Hendro, D. (1983). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Ismartono, I. (1993). Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Obor.

Jacobs, T. (1987). Gereja Menurut Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius.

Jacobs, T. (2000). Imanuel: Perubahan dan Perumusan Iman Akan Yesus Kristus. Yoyakarta: Kanisius.

Katekismus Gereja Katolik. (2007). Ende: Arnoldus.

Kieser, B. (1992). Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius.

Kircberger, G. (1999). Allah: Pengalaman dan Refleksi dalam Tradisi Kristen. Ende:

Arnoldus. KWI. (1999). Hidup Beriman (Moral). Jakarta: Komisi Kateketik.

KWI. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi. Jakaarta, Yogyakarta: Obor,

Kanisius. KWI. (2000). Kuliah Agama Katolik, UT. Jakarta: Obor.

Lalu, Y. (2000). Yesus Mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah. Jakarta: Obor.

91
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik -UniversitasJember|

Mangunhardjana, A. (1983). Penghayatan Agama: Yang otentik dan Tidak Otentik. Yogyakarta:
Kanisius.

Panikar, R. (1998). Dialog Interreligius. Yogyakarta:

Kanisius. Paulus II, Y. Familiaris Consotio, Ensiklik.

Paulus IV, P. (1968). Humanae Vitae, Ensiklik.

Riyanto, F. E. (1995). Dialog Agama Dalam Pandangan Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius.

Siauwarjaya, A., & Huber, T. (1987). Mengenal Iman Katolik. Jakarta: Obor.

Simon, & Dances, C. (1999). Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman Kristen. Yogyakarta:

Kanisius. Smith, H. (1985). Agama-Agama Manusia. Jakarata: Obor.

Teichman, J. (1998). Etika Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

92

Anda mungkin juga menyukai