Disunting oleh:
(EDISI REVISI)
i
KATA PENGANTAR
Revisi
ii
KONTRAK PERKULIAHAN
2. DESKRIPSI MATERI
Pendidikan Agama Katolik merupakan bagian atau cabang ilmu yang terkait dengan
keyakinan yang melandasi manusia dalam bertindak dan bersikap. Penekanannya adalah
pada penerapan nilai-nilai kehidupan beragama yang diterapkan dalam melaksanakan
profesi mahasiswa, termasuk bersikap dalam kehidupan sosial dan dalam berbagai lini
kehidupan.
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mampu menguasai konsep tentang manusia dan martabatnya, hidup beragama, hidup
dan karya Yesus Kristus, Gereja dan karya perutusannya (Penguasaan Materi/
Kognitif).
a. Mempertanyakan tentang manusia dan martabatnya.
iv
4. ORGANISASI MATERI
GEREJA
MANUSIA
TAMBAHAN
v
5. STRATEGI PERKULIAHAN
a. Daring (virtual Aplikasi Zoom dan Non Virtual aplikasi Telegram) dan Luring
6. MATERI/BACAAN PERKULIAHAN
6.1. Bahan/Sumber bacaan Utama
1. Buku Pendidikan Agama Katolik untuk Perguruan Tinggi (Direktorat Jendral
Pembelajaran kemahasiswaan (Cetakan 1 2016: Akses pada laman:
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/5-PendidikanAgamaKatolik.pdf)
2. Diktat Kuliah Pendidikan Agama Katolik, sebuah Ringkasan Ulang. P. Stevanus Alo,
OSA (2020)
3. Alkitab Deutero-kanonika. Ende-Flores, NTT, 2001
6.2. Bahan/sumber Bacaarn lainnya
a. Franz Dahler, Pijar Peradaban Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2000
b. Josef Bouman SVD, Telaah Pastoral Tentang Manusia. Jakarta Celesty Hironika, 2000, hal
184-166
3. KWI, Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta, Obor, 1996
c. Alfra Siauwarjaya, Th. Huber SJ. Mengena Iman Katolik. Jakarta, Obor, 1987
d. KWI, Iman Katolik Buku informasi dan Referensi. Jakarta: Obor dan
Yogyakarta: Kanisius, 1996, hal 1-17
e. Tom Jacobs SJ, Imanuel: Perubahan dan Perumusan Iman akan Yesus Kristus.
Yogyakarta: Kanisius, 2000
f. Yos Lalu ,Pr. Yesus Mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah. Jakarta: Komisi ateketik
KWI, 2000
g. Leonardo Boff, Allah Persekutuan: Ajaran Tentang Allah Tritunggal. Ende:
LPBAJ, Arnoldus, 1999
h. David Amfostis, SVD, Merenungkan Allah Tritunggal. Jakarta: Celesty Hieronika, 2000
i. Tom Jacobs, SJ. Gereja Menurut Konsili Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius, 1987
j. Franz Magnis Suseno, SJ. Gereja Katolik Indonesia Menjelang Tahun 2000.
Tantangan dan Harapan, dalam Spektrum XXVIII: 2 (2000)) 75
k. Al. Andang. Agama Yang Berpijak dan Berpihak. Yogyakarta: Kanisius, 1998
l. Nota Pastoral KWI 2004: “Keadaban Publik Menuju Habitus Baru Bangsa”
m. www.vatican.va. Tentang Ajaran Sosial Gereja.
n. B. Kieser, SJ. Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 1992
vi
2. TUGAS MATA KULIAH
Diskusi, laporan hasil diskusi, paper/makalah, presentasi, argumentasi, pengamalan iman
Katolik.
UTS :
25%
UAS : 30%
Keaktifan : 15%
Keterlibatan dalam kehidupan menggereja: 10 %
vii
mendapatkan akan memperoleh nilai D pada mata kuliah Sistem Operasi
sesuai kesepakatan bersama diawal perkuliahan.
vii
i
f. Mahasiswa diharuskan mengikuti tatatertib perkuliahan seshai dengan
peraturan yang telah ditetapkan oleh universitas berpakaian rapi, sopan,
bersepatu, disiplin dan datang tepat waktu.
Bab I
MANUSIA
Pengantar
Setiap orang baik yang beriman maupun yang tidak beriman sepakat bahwa segala
sesuatu di dunia ini diarahkan kepada manusia sebagai pusat dan puncak ciptaan. Apakah
manusia itu? Dahulu dan sekarang terdapat banyak pandangan dan pendapat yang sama
maupun bertentangan. Manusia seringkali menyanjung dirinya sebagai tolak ukur yang mutlak,
atau merendahkan dirinya hingga sampai pada ambang keputusasaan; dan s ebagai akibatnya
ia merasa bimbang dan gelisah. Berbagai kesulitan yang dialami manusia turut pula dirasakan
oleh Gereja. Berkat karya Allah yang mewahyukan diri, Gereja diterangi sehingga mampu
menjawab persoalan-persoalan seputar manusia, melukiskan keadaan manusia yang
sesungguhnya, menjelaskan kelemahan serta martabat dan panggilannya.
Kitab Suci mengajarkan bahwa manusia diciptakan menurut “gambar dan rupa Allah”
artinya manusia secitra dengan Allah. Karena itu ia mampu mengenal dan mengasihi
penciptanya. Sejak diciptakan, manusia telah ditetapkan sebagai “tuan” atas ciptaan lain (Kej
1:26; Keb 2:33), untuk menguasai dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah (Sir 17:3-
10). Penulis Kitab Mazmur melukiskan dengan indahnya tentang manusia: “Apakah manusia,
sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia sehingga Engkau mengindahkannya?
Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan memahkotainya dengan
kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-
galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7)
a. Teori Evolusi
b. Pandangan filosofis
Tuhan menciptakan
SIKLUS ALAM
Alam semesta selalu ada dalam lingkungan tertutup. Semua akan terulang lagi. Takada evolusi, tak ada ciptaan.
Tidak ada perbedaan tajamantara Tuhan dan manusia
2
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
TUHAN
Sumber kebaikan
JIWA
Tubuh dengan
ROH nafsu-nafsu
Bagaimana pandangan Gereja mengenai hal evolusi? Berikut ini adalah beberapa
penjelasan yang dirumuskan dalam beberapa point:
a. Kita percaya bahwa jiwa manusia diciptakan secara langsung oleh Allah, dari yang
tadinya tidak ada jadi ada. Jiwa manusia bukan berasal dari produk evolusi. Dalam
surat ensiklik Humani Generis (1950), Paus Pius XII menolak ide evolusi total (yang
menyangkut tubuh dan jiwa) manusia dari kera (primate). Dalam Humani Generis
36, Paus Pius XII mengajarkan bahwa meskipun dalam hal asal usul tubuh manusia,
masih dapat diselidiki apakah terjadi dari proses evolusi, namun yang harus dipegang
adalah: semua jiwa manusia adalah diciptakan langsung oleh Tuhan. Namun
demikian mengenai evolusi tubuh manusia itu sendiri, masih harus diadakan
penyelidikan yang cermat, dan tidak begitu saja disimpulkan bahwa manusia yang
terbentuk dari 'pre-existing matter' tersebut sebagai sesuatu yang definitif.
3
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
b. Mengenai penciptaan tubuh manusia dari materi yang sudah ada sebenarnya tidak
bertentangan dengan sabda Tuhan yang menciptakan tubuh Adam dari tanah/debu,
yang kemudian dihembusi oleh kehidupan, yang menjadi jiwa manusia (Kejadian
2:7). Namun hal ini tidak bertentangan dengan penciptaan manusia seturut gambaran
Allah, sebab yang dimaksudkan di sini adalah manusia sebagai mahluk rohani yang
berakal dan memiliki kehendak bebas.
c. Jadi diperbolehkan jika orang berpikir bahwa kemungkinan tubuh kera dapat
berkembang mendekati tubuh manusia dan pada titik tertentu (di tengah jalan),
Tuhan menghembusi jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu yang kemudian terus
berevolusi (evolusi mikro) sampai menjadi manusia yang kita ketahui sekarang. St.
Thomas Aquinas I, q.76, a.5, menyebutkan bahwa teori yang menyebutkan bahwa
manusia adalah hasil evolusi dari kera (evolusi makro), harus kita tolak. Tubuh
Adam haruslah merupakan hasil dari campur tangan Tuhan untuk mengubah materi
apapun yang sudah ada (pre-existing matter) dan menjadikannya layak sebagai tubuh
yang dapat menerima jiwa manusia. Campur tangan ini mungkin saja luput dari
pengamatan ilmiah, seperti yang diakui sendiri oleh Monod, saat mengatakan bahwa
asal usul hidup manusia adalah suatu teka- teki. Tidak mungkin bahwa dalam satu
tubuh dapat terdapat dua macam jiwa, yang satu adalah rational (manusia) dan yang
kedua, irrational (kera), sebab terdapat perbedaan yang teramat besar, yang tidak
terjembatani antara jiwa kera dan jiwa manusia. Lagipula tubuh kera bersifat spesifik
yang diadaptasikan dengan lingkungan hidup yang tertentu. Jadi tidak mungkin
bahwa tubuh manusia merupakan hasil dari perubahan-perubahan ‘kebetulan’ dari
tubuh kera. Kemungkinan yang lebih masuk akal adalah, jika manusia diciptakan
melalui ‘pre- existing matter’ seperti dari tubuh kera sekalipun, terdapat campur
tangan Tuhan untuk mengubah tubuh tersebut menjadi tubuh manusia, yang tidak
merupakan kelanjutan dari tubuh kera tersebut, seperti halnya terdapat campur tangan
Tuhan untuk menghembuskan jiwa manusia ke dalam tubuh manusia itu, yang bukan
merupakan kelanjutan dari jiwa kera. Inilah yang secara ilmiah dikenal sebagai
‘lompatan genetik’, namun bedanya, ilmuwan mengatakan itu disebabkan karena
kebetulan semata, sedangkan oleh Gereja dikatakan sebagai sesuatu yang
disebabkan oleh campur tangan Tuhan.
d. Cardinal Schonborn dalam artikel di New York Times tgl 7 Juli 2005 menjelaskan
bahwa pengamatan pada mahluk hidup yang telah menunjukkan ciri-ciri yang final
menyebabkan kita terkagum dan mengarahkan pandangan kepada Sang Pencipta.
Membicarakan bahwa alam semesta yang kompleks dan terdiri dari mahluk-mahluk
yang ciri-cirinya sudah final ini, sebagai suatu hasil ‘kebetulan’, sama saja dengan
‘menyerah’ untuk menyelidiki dunia lebih lanjut. Ini sama saja dengan mengatakan
bahwa akibat terjadi tanpa sebab. Ini tentu saja seperti membuang pemikiran akal
manusia yang selalu mencari solusi dari masalah."
e. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa, akal sehat manusia pasti dapat
memperoleh jawaban untuk pertanyaan yang menyangkut asal usul manusia.
Keberadaan Tuhan Pencipta dapat diketahui secara pasti melalui karya-karya
ciptaan-Nya, dengan terang akal budi manusia… KGK no 295 mengatakan, "Kita
percaya bahwa Allah menciptakan dunia menurut kebijaksanaan-Nya. Dunia bukan
merupakan hasil dari kebutuhan apapun juga, ataupun takdir yang buta atau
kebetulan."
4
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
5
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
a. Dunia
Dalam diri manusia muncul pertanyaan ketika melihat dunia dengan segala isinya
yang begitu menakjubkan. Manusia bertanya tentang asal-usul dunia dan keteraturan yang
terjadi di alam semesta juga tentang siapa yang berada dibalik semuanya itu. Melalui
berbagai pertanyaan tersebut, manusia dihantar untuk mengenal Allah melalui dunia ini.
Dengan melihat gerak dan perkembangan, tatanan dan keindahan dunia ini, manusia
dituntun untuk mengenal Allah sebagai sumber dan tujuan alam semesta (KGK, 32).
Dunia dapat mengenalkan manusia pada Allah yang adalah sang “Arsitek Agung”.
Dialah yang merancang dunia dan segala isinya sedemikian rupa sehingga manusia dapat
mengagumi keindahannya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak manusi
bermuara pada satu jawaban yang pasti, yakni adanya “Sang Pencipta” yang menciptakan
dunia. Dialah yang disebut Allah.
b. Manusia
Dengan keterbukaannya kepada keindahan dunia dan kenyataan akan adanya alam
semesta dengan segala isinya; dengan pengertiannya akan kebaikan moral, kebebasan,
suara hati; serta dengan kerinduannya akan ketidakterbatasan dan akan kebahagiaan,
manusia terus bertanya-tanya akan adanya Allah. Dalam semuanya itu manusia
menemukan dalam dirinya adanya tanda-tanda jiwa rohani. Karena benih keabadian yang
ia bawa dalam dirinya tidak dapat dijelaskan hanya dengan asal dalam materi saja (GS
18,1),maka jiwanya hanya dapat mempunyai Tuhan sebagai sumber. Manusia dapat
sampai kepada realitas yang merupakan Causa Prima (Sebab Pertama) dan Causa Finita
(Tujuan Akhir) dari segala sesuatu. Realitas itulah yang dinamakan Allah. Manusia
dengan keberadaannya mampu menghantarnya untuk mencari dan menemukan Allah
dalam hidupnya.
6
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
c. Hidup Manusia Sangat Bernilai, Indah, namun Terbatas dan Penuh Misteri
7
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
banyak orang yang menjalani hidupnya dengan pesimis, sehingga pada akhirnya
mautlah yang berkuasa. Beberapa penyair seperti Chairil Anwar pernah menuliskan
bahwa: “Hidup hanya menunda kekalahan!”Begitu pula dengan WS Rendra yang
mengungkapkan, “Kelahiran dan kematian adalah keniscayaan. Namun bagi yang
hidup, wafat kerabat adalah kehilangan. Selalu menimbulkan kesedihan.” Dalam
Kitab Ayub 14:1-2, Ayub menuturkan bahwa: “Manusia lahir dari perempuan,
singkat umurnya. Ia hilang, lenyap, dan tidak dapat bertahan”. Serta dalam
Mazmur 90:5-6,10, dikatakan:“Hidup manusia hilang lenyap seperti mimpi, seperti
rumput yang disabit. Pagi-pagi berkembang dan berbunga, waktu sore layu dan
kering. Batas umur manusia tujuh puluh tahun, atau delapan puluh jika kuat.”
Sebagai orang beriman, kita dapat belajar dari Yesus yang tidak lari dari
penderitaan yang menghadang-Nya. Bagi Yesus seberat apapun penderitaan yang
akan Ia tanggung, Ia harus berani menghadapi-Nya sampai akhir. Yesus tidak
menjelaskan secara gamblang arti dan makna penderitaan dan maut, tetapi dari Salib
dan kebangkitan kita dapat melihat dan menemukan tawaran yang memberi arti pada
penderitaan dan maut tersebut. Bagi orang lain, salib adalah kebodohan, namun bagi
kita orang Kristen, salib adalah kekutan Allah (bdk. 1Kor 1:18). Bagi kebanyakan
orang, Yesus “mati konyol disalib”. Tetapi ternyata tidak! Terbukti bahwa Allah
membangkitkan Dia dari alam maut. Kebangkitan inilah yang memberi arti dari
penderitaan dan kematian itu sendiri. Juga menjelaskan bahwa Allah hadir didalam
setiap penderitaan yang dialami manusia.
Melalui penderitaan dan wafat Yesus, kita diajar untuk menemukan
keselamatan dalam penderitaan dan kematiaan yang kita alami. Karena itu kita boleh
berharap dan percaya bahwa:
Dalam setiap penderitaan, kegagalan, kekecewaan, dan keputusasaan, kita dapat
bertemu dengan Allah karena ia senantiasa ada didekat kita
Allah ikut menderita bersama dengan kita. Ia solider dengan kita. Setiap
keberhasilan dan kesuksesan yang kita capai belum tentu memiliki makna bagi
Allah, namun sebaliknya justru dalam penderitaan, kegagalan, kehinaan,
ketidakberdayaan dan kematianlah kita dirangkul oleh kasih setia Allah.
Dengan demikian, kita tidak dibebaskan dari penderitaan dan maut. Derita
dan maut adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita dan pasti akan kita lalui.
Namun kita dapat menerima bahwa derita dan maut bukanlah akhir dari segala-
galanya; bukan juga malapetaka yang harus dihindari. Melalui penderitaan kita boleh
berharap Allah selalu bersama kita. “Allah sendiri akan hidup dengan mereka dan
akan menjadi Allah mereka. Ia akan menyeka air mata dari pipi mereka.
Kematianpun tidak ada lagi. Sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu” (Why
21:4)
8
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
tuntas oleh ilmu pengetahuan. Misteri tetap ada didalamnya dan bahkan semakin
lama semakin “besar” untuk disadari. Seorang filsuf dan orang kudus jaman ini
yakni Edith Stein pernah mengatakan:
“Manusia selalu ingin mengerti dirinya. Sejarah peradaban manusia merupakan
sejarah ide-ide tentang dirinya. Betapa banyak pengetahuan manusia tentang dirinya
dalam kurun sejarah. Namun sampai kini tetap merupakan misteri, rahasia
terselubung yang mahabesar. Ia menjadi teka-teki bagi dirinya sendiri. Karena dalam
diri manusia memang terkandung banyak keajaiban.”
B. MARTABAT MANUSIA
Manusia dapat hidup sebagai pribadi terhormat dan mandiri apabila ia mampu
menghayati otonominya, membangun dan memelihara kehidupan yang manusiawi dengan
penuh tanggung jawab. Sepanjang perjalanan hidupnya, manusia terus bertanya tentang
tuntutan-tuntutan pokok yang harus dilakukan agar hidup benar-benar menjadi manusiawi.
Jawaban yang diperolehpun beraneka ragam. Kendati demikian, ada satu keyakinan dasar
yang diyakini manusia di mana keputusan moral yang mandiri harus berkiblat pada sejumlah
tuntutan dasar yakni sejumlah tuntutan yang sesuai dengan ciri khas hidup manusia yang
dikehendaki oleh Sang Pencipta.
Dalam tradisi Kristen terdapat nilai-nilai yang dipandang sebagai yang utama, yakni
hormat terhadap pribadi manusia, daya cipta manusia dan solidaritas dalam membangun
paguyuban manusia. Namun nilai-nilai tersebut terkadang tidak sama artinya, karena itu dapat
diurutkan berdasarkan tuntutan. Dalam perkembangan zaman, tatanan nilai tidak sama karena
mengikuti kebudayaan yang berbeda-beda, maka nilai yang diutamakan juga berbeda-beda.
Dewasa ini Gereja berusaha untuk mempermaklumkan dengan resmi hak- hak manusia, demi
injil yang dipercayakan kepadanya seperti hak-hak perorangan khususnya kaum buruh, hak-
hak keluarga dan pendidikan, hormat terhadap kehidupan dan sebagainya(GS art 41).
9
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Manusia yang telah diciptakan tidak dibiarkan begitu saja. Oleh Allah, manusia diberi
suatu tugas (bdk. Kej. 1:28, 2:15) untuk beranak-cucu, memenuhi bumi, mengolah,
memanfaatkan dan memelihara alam semesta; juga dipanggil untuk hidup bersama Allah
dalam kebahagiaan (bdk. Kej. 2: 8, 15-17). Gambaran yang paling tepat mengenai siapakah
manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat dalam Kitab Mazmur 8:1-10.
Demikian juga gambaran siapakah manusia di hadapan Allah secara iman Kristiani terdapat
dalam Kitab Yesus Bin Sirakh 17:1-11.
Adapun Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya.
Sebagai citra Allah, ia mampu mengenal dan mengasihi Penciptanya; oleh Allah manusia
ditetapkan sebagai tuan atas semua mahluk di dunia ini (Kej 1:26; Keb 2:23), untuk
menguasainya dan menggunakannya sambil meluhurkan Allah (Sir 17:3-10). “Apakah
manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan
memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau menjadikannya berkuasa atas buatan
tangan-Mu; segala-galanya telah Kau letakkan di bawah kakinya” (Mzm 8:5-7)
Selanjutnya Kitab Suci menuliskan bahwa: “menurut citra-Nya diciptakan-Nya dia: laki-
laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kej 1:27). Allah tidak menciptakan manusia
seorang diri: sebab sejak awal mula Allah mencipatakan pria dan wanita. Rukun hidup mereka
merupakan bentuk pertama persekutuan antar pribadi. Sebab dari kodratnya yang terdalam
manusia bersifat sosial dan tanpa berhubungan dengan sesama ia tidak dapat hidup atau
mengembangkan bakat-pembawaannya. Maka, seperti kita baca pula dalam Kitab Suci, Allah
melihat “segala sesuatu yang telah dibuat-Nya, dan itu semua amat baiklah adanya” (Kej
1:31)
Karena secitra dengan Allah, manusia menduduki tempat yang paling istimewa dalam
tata penciptaan. Dalam kodratya bersatulah dunia rohani dan jasmani. “Manusia memiliki
martabat sebagai pribadi; ia bukan sesuatu melainkan seseorang. Ia mampu mengenal diri
sendiri, menjadi tuan atas dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam
kebersamaan dengan orang lain, karena rahmat ia sudah dipanggil kedalam perjanjian dengan
Penciptanya, untuk memberi kepada-Nya jawaban iman dan cinta yang tidak dapat diberikan
suatu makhluk lain sebagai penggantinya” (KGK 357). Satu-satunya makhluk yang memiliki
martabat adalah manusia. Pribadi manusia yang diciptakan menurut citra Allah dan berwujud
jasmani dan rohani.
“TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas
hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej 2:7).
Dari teks ini kita bisa mengetahui bahwa kehadiran manusia seutuhnya dikehendaki dan
direncanakan oleh Allah sendiri. Dan manusia inilah yang dipanggil sebagai “wakil” yang
ditentukan Allah untuk “menaklukkan dunia”. Manusia bertanggung jawab atas tugas yang
diberikan Allah kepadanya yakni memelihara dunia dan segala isinya. Martabat luhur yang
diberikan Allah ini bertujuan agar manusia berkuasa atas segala ciptaan lain; agar manusia
mampu merasakan dan mengabdikan dirinya kepada Allah. Karena kekuasaaan yang dimiliki
manusia berasal dari Allah, maka yang dituntut dari manusia adalah berpartisipasi dalam
kemahakuasaan Allah. Martabat luhur yang dimiliki manusia semata-mata berasal dari
kemahakuasaan Allah sendiri.
Penilaian martabat manusia tidak bisa terpisah dari kenyataan bahwa ia diciptakan oleh
Allah. Hal itu berarti luhurnya martabat manusia diakui, dihormati dan dijunjung tinggi karena
iman akan Allah, maka kepercayaan bahwa Allah itu Sang Pencipta sekaligus mengandung
kepercayaan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai mahluk yang mulia dan
10
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
bermartabat luhur. Dalam iman kristiani, martabat manusia baru dikenal sebenarnya di dalam
Yesus, putra sulung di antara banyak saudara. Kebenaran tentang manusia hanya dikenal di
dalam Yesus Kristus. Karena martabat luhur manusia hanya diakui dalam iman akan Allah
sebagai Sang Pencipta dan dalam diri Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal.
Tujuan hidup manusia sangat mempengaruhi martabat manusia. Tujuan hidup manusia
itu pada dasarnya di luar segala daya pemikiran manusia, di luar segala perhitungan manusia
bahkan di luar pengertian manusia itu sendiri. Tujuan hidup manusia pada dasarnya bersifat
transcendental (bersifat ilahi dan mengatasi segala-galanya), yaitu memenuhi kerinduan
manusia mencapai kesempurnaan dalam segala-galanya, yaitu suatu kebahagiaan abadi berupa
kehidupan kekal. Lihat Yoh 17:1-3; 1 Yoh 3:2; 1 Kor 2:9 Tujuan hidup manusia masing-
masing adalah persatuan dengan hidup Allah Tritunggal untuk selama-lamanya. Pandangan
Katolik berbeda dengan Yahudi dan Islam yaitu bahwa martabat luhur manusia dilihat dari
segi tujuan hidup menjadi jelas (mendapatkan makna definitive) dalam diri Yesus Kristus. (lih.
GS. 22)
Tujuan hidup manusia mengandaikan juga tugas-tugas hidup yang mesti dijalankan oleh
manusia, yaitu “memperkembangkan martabatnya”. Tugas hidup itu adalah mencapai
kesempurnaan dalam panggilan hidup sebagai anak-anak Allah. Hal ini berarti berkembang
dalam Yesus Kristus, mengejar persamaan dengan martabat Yesus Kristus.
Satu hal yang menjadikan manusia sebagai makhluk bermartabat dan otonom adalah akal
budinya. Akal budi adalah ciri khas manusia yang unik dan sekaligus membedakannya dengan
makhluk ciptaan lain, khususnya binatang. Akal budi menjadi bentuk keunggulan manusia.
Maka hidup dan tindakannya harus didasarkan pada akal budinya. Dengan akal budi yang
dimilikinya, manusia mampu mencapai kemajuan dalam ilmu pengetahuan empiris, dalam
ketrampilan teknis dan dalam ilmu-ilmu kerohanian. Bahkan pada zaman sekarang manusia
telah mencapai taraf pengetahuan yang paling tinggi dengan menyelidiki alam bendawi dan
menaklukkannyakepada dirinya. Namun demikian ia masih terus mencari dan menemukan
kebenaran yang semakin mendalam (GS art 15). Akal budi memperkaya manusia dengan
pelbagai kemampuan, seperti:
1) Mengerti dan menyadari dirinya sendiri dan dunia sekitarnya.
11
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Ini berarti bahwa manusia sadar akan keberadaannya, tindakannya, sikapnya, dsbnya.
Seorang filsuf Perancis (Rene Descartes), pernah berkata: “Cogito ergo sum” (saya
berpikir maka saya ada).Maka dengan kesadarannya, manusia merefleksikan diri dan
tindakannya. Namun ia tidak hanya mengerti dirinya sendiri saja, tetapi juga mengerti
akan dunia luar. Artinya, manusia menyadari keberadaan segala sesuatu dalam dunia ini
dan hubungan-hubungannya. Dengan akal budinya ia dapat mencari hubungan antara
segala sesuatu yang terjadi disekitarnya.
3) Bekerja
Manusia adalah makhluk pekerja. Kerja yang dilakukan manusia memerlukan pemikiran.
Maka kegiatan harus diarahkan kepada satu tujuan tertentu. Pekerjaan merupakan
kekhasan makhluk berakal budi. Dan hanya manusialah yang dapat merencanakan,
mengatur dan menguasai ciptaan lain. Kerja juga merupakan kegiatan insani. Kerja
menjadi sarana seorang manusia untuk dapat mengaktualisasikan dirinya. Melalui kerja
manusia dapat menuangkan segala ide-ide kreatifnya, gagasannya yang cemerlang, dan
segala daya upayanya. Kerja bukan hanya sekedar sarana untuk mencari nafkah, tetapi
lebih dari itu merupakan wadah bagi aktualisasi diri.
Namun tidak dapat disangkal bahwa akal budi telah kabur dan lemah akibat dosa. Maka
pada akhirnya, kodrat nalariah manusia disempurnakan oleh kebijaksanaan yang dapat
menarik budi manusia untuk mencari dan mencintai yang benar dan baik. Manusia
membutuhkan kebijaksanaan untuk memahami hidupnya di dunia, sehingga diharapkan akan
semakin dekat dengan Sang Penciptanya.
12
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
sapaannya menggema dalam batinnya” (GS art 16). Kepekaan untuk mendengarkan suara hati
membawa manusia untuk mencari kebenaran. Dalam kebenaran itulah manusia memecahkan
berbagai persoalan yang ada dalam hidupnya. Untuk dapat memahami hati nurani secara baik,
maka kita perlu melihat beberapa hal berikut:
1) Kesadaran etis.
Ketika kita berbicara tentang manusia sebagai makhluk berakal budi, kita sudah
menyinggung bahwa dengan akal budinya manusia dapat menyadari dirinya dan
tindakannya. Ia dapat menyadari dan menilai kalau tindakannya baik dan benar atau salah
dan buruk. Dengan akal budinya manusia dapat memiliki kesadaran etis dan moral.
Kesadaran etis adalah kesadaran untuk menilai suatu tindakan itu baik atau buruk.
Kesadaran etis ini terdiri atas tiga taraf yang berbeda-beda, yakni: Pertama,taraf naluri.
Pada taraf ini segala tindak tanduk manusia didasarkan pada tekanan dan peraturan dari
luar, misalnya adat istiadat atau hukum dan bukan oleh kesadaran diri dan hati nurani.
Kedua, taraf kesadaran moral. Pada taraf ini tingkah laku etis lebih didasarkan atas
kesadaran dan kebebasan. Artinya, sebagai realisasi pribadi manusia yang berakal budi
dan berkehendak bebas. Manusia yang otonom. Sifat moralnya adalah khas manusiawi.
Ketiga, tingkat kesadaran kristiani. Pada taraf ini kesadaran moral dilakukan dalam
rangka mewujudkn diri sebagai manusia yang berakal budi dan otonom. Dalam
bertingkah laku, manusia tidak hanya sekedar melakukannya karena tindakan itu baik,
tetapi terutama karena didorong oleh cinta kasih kepada kepada Tuhan dan sesama. Maka
yang menjadi hukum pokok dalam taraf ini adalah cinta kasih.
2) Tindakan moral
Jawaban atas undangan Allah dilaksanakan manusia dalam tindakan-tindakan moralnya.
Tindakan-tindakan moral baru dapat disebut tindakan moral apabila dilaksanakan secara
sadar dan bebas, sesuatu yang khas manusia. Penilaian obyektif dan benar tentang suatu
tindakan hendaknya mempertimbangkan seluruh tingkah laku manusia. Tingkah laku ini
seringkali dipengaruhi oleh motivasi dasarnya dan juga oleh sikap dasarnya. Tindakan
lahiriah manusia harus diukur pula dari disposisi batinnya. Jadi, selain kesadaran dan
kebebasan, tujuan dan motivasi sangat menetukan tindakan moral seseorang.
3) Hati nurani
Dalam arti luas, hati nurani dapat diartikan sebagai keinsafan akan adanya kewajiban.
Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan bertumbuh dari hati manusia.
Kesadaran moral tidak berarti bahwa manusia sudah dibekali dengan aturan yang serba
jelas, sehingga ia tahu pasti yang harus ia lakukan. Manusialah yang harus berusaha untuk
membuatnya menjadi jelas. Kebiasaan, adat, tradisi serta aturan moral merupakan sarana
yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan kesadaran moral. Hati nurani yang terdidik
tidak buta terhadap kekayaan tradisi serta norma-norma yang berlaku umum. Sedangkan
dalam arti sempit, hati nurani dimaksudkan sebagai kesadaran moral dalam situasi
konkret, antara lain menilai suatu tindakan baik atau buruk lalu mendorong kita untuk
mengambil keputusan untuk bertindak. Suara hati/hati nurani ini berfungsi untuk
mengingatkan manusia untuk melakukan yang baik dan menolak yang jahat, atau
mengingatkan kita jika menyimpang dari yang baik. Akan tetapi tidak jaranglah terjadi
bahwa hati nurani tersesat karena ketidakpedulian dan ketidaktahuan yang tak teratasi
tanpa kehilangan martabatnya. Karena ketidakpedulian
13
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
dan kebiasaaan berdosa itulah hati nurani seseorang lambat laun akan menjadi tumpul dan
buta. Agar tidak terjadi demikian maka hati nurani dan kesadaran moral harus selalu
diasah atau dibina. Pembinaan hati nurani dapat dilakukan dengan selalu mengikuti hati
nurani dalam segala hal; mencari keterangan pada sumber yang baik (Kitab Suci,
dokumen-dokumen Gereja, buku-buku yang bermutu atau ikut dalam berbagai kegiatan
kerohanian yang ada); koreksi atau introspeksi.
14
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Hakekat dan syarat-syarat bagi manusia yang mulia itu adalah bahwa ia merdeka atau
memiliki kebebasan dan bertanggungjawab dalam hal mencari atau mengupayakan
tujuan hidupnya. Kemerdekaan manusia pada dasarnya bersifat jasmani dan rohani.
Adanya kemerdekaan pada dirinya dikarenakan manusia memiliki akal-budi atau pikiran
sehingga ia memiliki kemampuan untuk memilih. Kebebasan bersifat jasmani yaitu bila
tubuh manusia tidak terbelenggu untuk melakukan aktifitas yang dimaui, sejauh sesuai
dengan kodratnya. Adapun kebebasan yang bersifat rohani mencakup dua hal yaitu
kebebasan dalam arti pikiran dan dalam arti moral.
15
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
kebersamaan, yang mau tidak mau, yang suka atau tidak suka, adalah fakta. Kesadaran
itu hendaknya dihayati dengan sikap-sikap yang menunjang tercapainya kerjasama dan
saling pengertian di antara manusia.
16
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
3) Menghargai personalitas manusia
17
Bab II
AGAMA SEBAGAI JALAN HIDUP MANUSIA MENUJU KEBAHAGIAAN
Pengantar
Keinginan terdalam setiap manusia adalah mengalami kebahagiaan dan keselamatan.
Sebagai makhluk religious, manusia mengusahakan kebahagiaan dan keselamatan ini dengan
menempuh jalan hidup yang berdasar dan terarah pada ‘Yang Ilahi’. Jalan hidup inilah yang
dikenal sebagai agama. Maka seharusnya agama menjadi jalan hidup bagi manusia. Dalam
sejarah hidupnya, terdapat berbagai macam agama yang dianut oleh manusia. Dalam berbagai
agama itu, manusia dihantar pada sebuah pengalaman yang menyadarkannya akan tiga hal,
yakni: pertama, bagaimana manusia menghidupi nilai-nilai agama sebagai jalan hidup yang
baik dan benar; kedua, bagaimana manusia menjaga kemurnian agama terhadap pengaruh hal-
hal duniawi; ketiga, bagaimana semua manusia dalam kebebasannya menganut agama yang
diyakini dapat hidup rukun dan baik sesuai ajaran agama tersebut. Menarik dicermati bahwa
pengenalan yang memadai terhadap agama Katolik sebagai suatu jalan hidup penuh rahmat
menuju kebahagiaan, membawa kita untuk menghidupi ketiga hal di atas sebagai pengalaman
beragama yang membahagiakan dan menyelamatkan.
18
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Wahyu
. Iman Agama
Hubungan antara wahyu, iman dan agama
Agama adalah suatu bentuk hubungan manusia dengan “Yang Suci”. Manusia sadar
akan adanya kekuasaan gaib yang mengatasi dirinya dan segala sesuatu yang ada di muka
bumi ini. Kekuasaan itu dirasakan sebagai sesuatu yang ‘mistis’. Terhadap “Yang Suci” itu
manusia memiliki rasa takut dan merasa tidak pantas. Namun ia juga merasa tertarik karena
sifat-sifat-Nya yang mempesonakan. Meskipun merasa takut, manusia merasa harus
mendekati dan menghubungi-Nya. Hal ini disebabkan oleh karena manusia merasa bahwa
hidup dan keselamatannya tergantung pada-Nya. “Yang Suci” itu mendapat sebutan yang
berbeda-beda, antara lain: Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa, “zat” yang mutlak, Roh
Tertinggi, dsbnya.
Dari segi moral agama dilihat sebagai kebajikan moral yang mendorong setiap
manusia untuk menghormati Tuhan sebagai pencipta dan penguasa tertinggi. Sedangkan
dalam agama Kristen, agama adalah jawaban manusia atas kasih Allah menurut ajaran dan
teladan Yesus sendiri.
Agama sebagai wujud sosial manusia, mengungkapkan bahwa hidup pribadi dan hidup
bersama mendapat dasar yang mutlak. Maka agama mencakup banyak hal antara lain:
Mengumpulkan orang dengan kepercayaan yang sama
Menyediakan guru untuk menasihati dan memimpin
Menyediakan sejumlah pokok ajaran untuk dianut, aturan-aturan untuk hidup bersama dan
untuk beribadat serta upacara-upacara yang dilakukan bersama dan doa-doa yang
diungkapkan sendiri-sendiri.
Dengan ajaran dan upacara serta aturan-aturan moral yang disediakan, agama
memberikan kerangka acuan bagi hidup dan tindakan manusia khususnya bagi situasi hidup
yang tidak stabil atau pada saat-saat yang menentukan atau menakutkan; saat kelahiran dan
kematian, perkawinan, pesta-pesta masyarakat, dsbnya.
19
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
mana asal hidup manusia, apa maknanya, apa tujuan hidup manusia, apa arti hidup
sesudah kematian, dsbnya. Dengan menghayati pandangan hidup menurut agamanya,
manusia akan selamat dan bahagia.
3. Mengajarkan cara hidup
Semua agama mengajarkan cara hidup yang baik dan benar kepada para penganutnya
untuk hidup beretika, bermoral, dan hidup yang baik yang akan membahagiakan dan
menyelamatkan
C. MACAM-MACAM AGAMA
20
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
2. Agama wahyu
Pendiri dan pencipta dari agama ini adalah Allah sendiri, yang memperkenalkan diri dan
kehendak-Nya kepada manusia. Allah membeberkan kehendak-Nya secara positif, dan
memberitahukan cara bagaimana Ia mau di abdi. Jika dalam agama alamiah manusia mencari
Tuhan, maka dalam agama wahyu Allah yang mencari manusia, sehingga isi ajaran yang
diterima dan dipercayai manusia juga berbeda. Kecuali sejumlah ajaran yang berbobot
manusiawi, masih terdapat sejumlah kebenaran yang bersifat adikodrati (supranatural).
Artinya kebenaran-kebenaran tersebut tidak diperoleh dari dunia ini karena ajaran tersebut
mengatasi kemampuan daya tangkap manusia dan tak dapat terkejar oleh kemajuan ilmu
pengetahuan.
Manusia mau menganut suatu agama karena didorong oleh kehendak yang kuat untuk
hidup baik dan benar didunia ini sesuai kehendak Tuhan. Oleh karena itu, manusia yang
beragama akan menjalin relasi personal dengan Tuhan yang memberi tuntunan untuk hidup
suci lewat sabda-Nya. Motivasi lain yang juga mendorong manusia bergama adalah dorongan
untuk menjalani hidup dengn teratur dan bernilai yang ditunjukkan dalam perbuatan hidup
sehari-hari. Terdorong oleh hal ini, maka manusia yang beragama akan sangat memperhatikan
pemuliaan Tuhan dan praksis hidup yang menunjukkan akhlak yang baik dan suci. Motivasi
beragama yang dimiliki hanya karena takut dicap tidak ber-Tuhan atau karena ikut orang tua,
atau karena sebab yang lain, bukanlah hal yang memadai untuk disebut sebagai manusia
beragama.
Bila kita meneliti lebih jauh, masalah hidup beragama bukan hanya sebatas
menyangkut aspek lahiriah saja, melainkan lebih dari itu menyangkut aspek iman dan social.
Dalam dimensi iman, ajaran yang berbeda (sehingga melahirkan cara hidup dan cara pandang
yang berbeda dalam menghayati agama yang dianut) berpeluang untuk menimbulkan bukan
hanya diskusi, tetapi juga perbandingan. Maka apabila tidak diantisipasi, umat beragama
dapat jatuh pada klaim sebagai pihak yang paling benar dalam beragama. Dalam dimensi
sosial, penghargaan terhadap perbedaan agama dan penerimaan terhadap keanekaragaman
sikap dalam menunjukkan dan menghidupi keyakinan, dapat juga dipandang sebagai masalah
beragama. Maka pada titik motivasi dan permasalahan inilah kita dapat menata kembali
kehidupan bersama khususnya dalam masyarakat kita yang majemuk. Apa yang menjadi dasar
untuk itu, tetaplah bahwa agama harus dipandang dan dihidupi sebagai jalan hidup menuju
kebahagiaan dan keselamatan karena terarah pada Tuhan.
21
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
maupun kelompok-kelompok sosial dan kuasa manusiawi manapun juga untuk memeluk suatu
agama. Dalam hal beragama, seseorang tidak boleh dipaksa untuk melawan suara hatinya atau
dihalangi kebebasannya. Kebebasan menganut agama ini harus didasarkan pada martabat
manusia itu sendiri. Kebebasan menganut agama ini harus diakui dalam tata hukum
masyarakat sedemikian rupa, sehingga menjadi hak sipil. Semua orang sebagai pribadi yang
berkehendak bebas, dan oleh kodratnya sendiri terdorong untuk mencari kebenaran terutama
yang menyangkut agama. Manusia hanya dapat memenuhi kewajiban moral dan terikat untuk
mencari kebenaran terutama menyangkut agama bila mereka memiliki kebebasan psikologis
sekaligus bebas dari paksaan (DH 2). Jadi, kebebasan untuk menganut agama tertentu
merupakan hak setiap pribadi manusia
Adapun kebenaran harus dicari dengan cara yang sesui dengan martabat manusia serta
kodrat sosialnya yakni melalui penyelidikan yang bebas, melalui pengajaran atau pendidikan,
komunikasi dan dialog (DH 3). Manusia bebas mendengarkan suara hatinya untuk mencapai
atau menemukan Allah terutama dalam hal keagamaan. Menurut sifatnya sendiri, pengalaman
agama pertama-tama terdiri dari tindakan-tindakan batin yang dikehendaki orang secara
pribadi serta bersifat bebas. Dan melalui tindakan-tindakan tersebut seseorang mengarahkan
dirinya kepada Allah. Tindakan seperti ini tidak dapat dihalangi oleh kuasa manusiawi semata-
mata, sedangkan dari kodrat sosialnya manusia dituntut untuk mengungkapkan tindakan-
tindakan batin keagamaannya secara lahiriah, berkomunikasi dengan sesama dalam hal
keagamaan dan menyatakan keagamaannya secara bersama-sama (DH 3). Apabila tidak
diberi kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan seseorang serta
mengamalkannya secara bebas dalam masyarakat, maka hal ini dapat dikatakan sebagai
tindakan ketidakadilan terhadap pribadi manusia.
22
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Yesus menolong hamba perwira Romawi yang sakit, sedangkan bangsa Romawi
adalah penyembah berhala (lih. Mat 8:5-13).
Yesus mendengarkan permintaan perempuan Siro-Fenesia (orang asing dari suku
penyembah berhala) yang anak kerasukan roh jahat (lih. Mrk 7:24-34)
Yesus menceritakan kisah tentang orang Samaria yang baik hati untuk menegaskan
sikap-Nya yang tidak mempersoalkan agama tetapi lebih mengutamakan belas kasih
dan persaudaraan. (lih. Luk 10:25-37). Orang Samaria itu sanggup menjadi sesama
bagi orang lain yang sungguh membutuhkan pertolongan tanpa memandang asal- usul
dan latar belakang hidupnya. Orang yang berbeda suku, agama, cara beribadah dan
kebudayaan dikasihi dengan sepenuh hati, sepenuh jiwa, dan akal budi. Itulah yang
disebut persaudaraan sejati. Dalam persaudaraan sejati tidak ada sekat berupa
perbedaan suku, bahasa, budaya, agama, ras, dsbnya. Yang ada hanyalah kasih sebagai
saudara dan sesama.
2) Dialog karya
Dalam hidup bersama dengan orang lain kita didorong untuk bekerja sama demi
kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Berbagai kegiatan
dapat kita lakukan secara bersama-sama seperti kegitan-kegiatan sosial
23
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
3) Dialog iman
Dalam hidup beriman kita dituntut untuk saling memperkaya. Walaupun kita berbeda
agama. Banyak ajaran iman juga visi dan misi agama yang sama. Dialog iman ini
muncul dalam bentuk forum antar umat beragama, gerakan ekumene dan kerukunan
umat. Lebih dari itu, semua orang mempunyai perjuangan yang sama dalam
menghayati ajaran imannya. Dalam hal inilah kita saling belajar, saling meneguhkan
dan saling memperkaya, misalnya:
Dari kita umat Katolik, kita dapat memberi kesaksian iman tentang bagaimana kita
menghayati nilai-nilai Injil seperti cinta kasih, solidaritas, pengampunan,
kebenaran, kejujuran, perdamaian, dsbnya.
Dari agama Islam, kita dapat belajar tentang sikap pasrah, kepercayaan yang teguh
pada Allah Yang Maha Esa, ketekunan utuk berdoa secara teratur dan sikap tegas
dalam menolak kemaksiatan.
Dari agama Hindu dan Budha (juga aliran kepercayaan), kita dapat belajar tentang
penekanan pada doa bathin, meditasi dan kontemplasi, yoga dan berbagai seni
bermeditasi lainnya yang sangat disukai dan dipraktekkan di seluruh dunia.
Dari agama Konghucu (juga Budha), kita dapat belajar tentang penekanan dan
penghayatan umatnya pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan
praktek hidup yang baik. Maka agama Konghucu dan Budha seringkali disebut
sebagai agama moral
Dari agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan mereka pada alam dan
lingkungan hidup. Agama asli sangat menekankan kepercayaan pada keharmonisan
seluruh kosmis. Ada mata rantai kehidupn yang melingkupi seluruh alam raya
yang tidak boleh dirusak. Maka umat agama asli selalu membuat upacara sebelum
mereka mengolah tanah, menebang pohon, dsbnya. Hal ini dilakukan sebagai
semacam tindakan penghormatan dan minta ijin kepada sesama saudara kehidupan.
Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini, kita perlu menimba inspirasi dari
agama asli ini.
Dialog yang sehat tidak hanya melihat kesamaan, tetapi juga mampu melihat
perbedaan sebagai kekayaan. Maka sekalipun Gereja memiliki sikap hormat yang tulus
terhadap agama-agama lain, Gereja tiada hentinya mewartakan keyakinan imannya bahwa
Kristus adalah jalan kebenaran dan hidup (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan
kepenuhan hidup keagamaan; dalam Dia juga Allah mendamaikan segala sesuatu dengan
diri-Nya (2 Kor 5:18-19).
c. Akar masalah yang dihadapi berkaitan dengan dialog dan kerukunan hidup
beragama
Setiap orang memiliki cita-cita yang luhur untuk menggalakkan persaudaraan sejati
antar pemeluk agama. Dan tidak ada agama yang mengajarkan keburukan dan kejahatan
kepada umatnya. Yang diajarkan agama adalah nilai-nilai luhur yang mentor keharmonisan
hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungannya serta dengan diri sendiri.
Namun dalam upaya membangun dialog dengan sesama yang
24
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
berbeda agama selalu terjadi kesulitan. Beberapa hambatan yang dianalisis berkaitan
dengan usaha membangun dialog antar umat beragama adalah:
Kurangnya wawasan (pengetahuan) tentang agama lain yang menimbulkan sikap
kecurigaan terhadap agama dan umat beragama lain.
Keengganan untuk secara aktif menjalin kontak dengan penganut agama lain
Para penganut agama sangat tergantung dengan sikap atau gerakan yang diakukan oleh
pemimpin masing-masing
Kurang digalakkannya kegiatan antar agama (ekstern)
25
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Bab III
YESUS KRISTUS
Pengantar
Yesus menjadi tokoh yang hidup sepanjang masa. Pembicaraan mengenai hidup, karya
dan ajaran Yesus tidak pernah tuntas terpahami oleh manusia. Pengenalan akan Yesus bertitik
tolak dari fakta sejarah tentang Yesus sebagaimana diabadikan dalam Kitab Suci. Sejarah
mencatat bahwa Yesus benar-benar hidup. Bukti sejarah menunjukkan bahwa Dia lahir pada
zaman pemerintahan Kaisar Agustus (27 SM-14 M), ketika Kirenius menjadi wali negeri
(gubernur) Syria dan wafat pada zaman Pontius Pilatus. Bukti ini mau menunjukkan bahwa
Dia benar-benar hidup pada suatu tempat dan masa tertentu seperti pelaku sejarah lainnya.
Persoalan yang muncul berkaitan dengan Yesus adalah di mana letak perbedan antara Yesus
yang hidup dalam sejarah (di tempat dan budaya Yahudi) dengan Yesus yang diwartakan
Gereja.
Yesus dikenal sebagai sosok yang datang dari Nasaret, bahkan di atas salib-Nya dipasang
tulisan “Iesu Nazarenus Rex Iudeorum” (INRI) atau “Jesus dari Nasaret, Raja orang Jahudi”.
Sementara itu keraguan atas keaslian kesaksian Yesus sebagai Putera Allah, Raja Israel
muncul karena Dia lebih dikenal sebagai orang Nasaret. Selanjutnya dalam hidup
bermasyarakat, Yesus harus berhadapan dengan orang-orang Israel yang mengharapkan
kemerdekaan politis karena mereka hidup dalam penjajahan Romawi dengan segala kesulitan
ekonomi yang dialaminya. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana kita sampai pada pengenalan
akan Yesus? Dengan cara bagaimana kita dapat sampai pada pengalaman akan Yesus yang
membawa keselamatan dalam hidup kita? Pengalaman akan Yesus Kristus merupakan sebuah
pengalaman pribadi. Pengalaman ini terjadi melalui berbagai cara seperti: jemaat pertama
yang langsung mengalami Yesus ketika masih hidup, lalu kisahnya ditulis oleh penulis Kitab
Suci; juga melalui pewartaan Gereja. Disini tanggapan manusia bermacam-macam: ada yang
langsung menerima Yesus, tetapi ada yang juga terlebih dahulu menolak dan setelah itu baru
menerimanya.
26
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Kitab Suci Perjanjian lama dan Perjanjian Baru memiliki keterkaitan yang sangat erat,
seperti di bawah ini:
No Perjanjian Lama Perjajian Baru
1. Kisah mengenai hubungan khusus yang Kisah mengenai hubungan Allah dan
terjalin antara Allah dengan para Bapa manusia di dalam Yesus Kristus
Bangsa (Abraham, Ishak dan Yakub) dan
umat Israel
2. meletakan dasar dan untuk Melanjutkan dan menyempurnakan KSPL
mempersiapkan bangsa Israel untuk
kedatangan Mesias yang akan
mengorbankan diriNya bagi dosa-dosa
mereka
3. Tata keselamatan dalam Perjanjian Lama KSPB berisi tentang “Perjanjian
dimaksudkan untuk menyiapkan Baru”
kedatangan Kristus penebus seluruh dunia (bdk. Luk 22:20) yang diikat dengan umat
manusia melalui Yesus Kristus. Artinya,
perjanjian itu bersifat kekal. Disebut
perjanjian karena hubungan Allah dan
manusia terjalin secara khusus dan
personal dalam bentuk perjanjian. Allah
bersatu dengan manusia demi
keselamatannya.
4. Mencantumkan ajaran-ajaran luhur Tema sentral PB: Yesus Kristus Putera
mengenai Allah serta kebijaksanaan-Nya Allah yang menjadi manusia, karya-karya
yang menyelamatkan, tentang peri hidup dan ajaran-Nya serta pemuliaan-Nya.
manusia, dan memuat perbendaharaan juga awal mula Gereja di bawah
doa-doa yang menakjubkan. bimbingan Roh Kudus.
5. Menggambarkan sistem persembahan Memperjelas bahwa sistem ini hanyalah
yang diberikan Allah kepada orang-orang kiasan dari pengorbanan Kristus yang
Israel untuk secara sementara waktu melaluinya keselamatan dapat diperoleh
menutupi dosa-dosa mereka. (Kisah 4:12, Ibrani 10:4-10).
6. Memperlihatkan firdaus yang hilang Memperlihatkan firdaus yang diperoleh
kembali melalui Adam yang kedua
(Kristus) dan bagaimana suatu hari itu
akan dipulihkan kembali.
7. Menyatakan bahwa manusia terpisah Menyatakan bahwa manusia sekarang
dari Allah karena dosa (Kejadian 3) dapat dipulihkan kembali hubungannya
dengan Allah (Roma 3-6).
8. Menubuatkan kehidupan Mesias. Kitab-kitab Injil pada umumnya mencatat
kehidupan Yesus dan Surat-Surat
menafsirkan kehidupan-Nya dan
bagaimana kita harus menanggapi segala
yang telah dan akan dilakukan-Nya.
Kitab Suci umat Kristiani terbagi menjadi 2 bagian besar, yakni Perjanjian Lama
(PL) dan Perjanjian Baru (PB). PL adalah persiapan untuk kedatangan Yesus, sedangkan
PB adalah “Peristiwa Yesus”. Berikut ini adalah isi PL dan PB:
27
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
1. Bagian-bagian PL
KSPL yang sekarang kita miliki, pada mulanya berupa kumpulan cerita-cerita
tentang pengalaman bangsa Israel dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan.
Bangsa Israel mengalami Tuhan yang menyertai, melindungi dan menyelamatkan
umat-Nya. Mereka sungguh mengalami kasih Allah yang besar dalam perjalanan hidup
mereka. Pengalaman-pengalaman tentang Allah yang menyelamatkan itu secara turun-
temurun diceritakan kepada anak cucu mereka. Akhirnya cerita-cerita yang ditulis para
pengarang Kitab Suci atas dasar ilham Roh Kudus itu dikumpulkan dan disusun
menjadi sebuah buku yang utuh seperti yang kita miliki sekarang ini. Adapun bagian-
bagian KSPL adalah sebagai berikut:
28
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Bagian akhir dari Alkitab menyimpulkan hal-hal yang belum selesai yang
dimulai di bagian awal dari Alkitab, bagaimana Allah akan memulihkan dunia ini
menjadi firdaus sebagaimana yang direncanakan-Nya, dan bagaimana kita akan
menikmati hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi sebagaimana yang
terjadi di taman Eden.
PL mengandung berbagai pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan banyak
tokoh yang jatuh dalam dosa. Dengan mengamati kehidupan mereka kita didorong
untuk percaya kepada Allah apapun yang terjadi (Daniel 3) dan tidak berkompromi
dalam hal-hal yang sepele (Daniel 1) sehingga pada akhirnya kita dapat setia dalam
hal-hal yang besar (Daniel 6). Kita belajar bahwa paling baik mengaku dosa
secepatnya dan dengan sungguh-sungguh serta bukannya melemparkan kesalahan (1
Samuel 15). Kita dapat belajar untuk tidak bermain-main dengan dosa karena dosa
akan menerkam kita dan gigitannya mematikan (lih. Hakim-Hakim 13- 16).
Kita dapat pula belajar bahwa kita perlu bersandar (dan taat) kepada Allah jika
kita mau mengalami kehidupan tanah-perjanjian Allah dalam hidup ini dan firdaus di
kemudian waktu (Bilangan 13). Kita belajar bahwa jika kita membayangkan hal-hal
berdosa, kita sementara mempersiapkan diri untuk berdosa (Kejadian 3, Yosua 6-7).
Kita belajar bahwa dosa memiliki konsekwensi bukan hanya untuk diri kita sendiri,
namun juga untuk orang-orang sekitar kita yang kita kasihi, dan sebaliknya. Perbuatan
baik kita bukan hanya berpahala untuk diri sendiri, namun juga untuk orang-orang yang
ada di sekitar kita (Kejadian 3; Keluaran 20:5-6).
2. Bagian-bagian KSPB
KSPB berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari umat Kristen
perdana mengenai Yesus Kristus. Inti pewartaan yang disampaikan adalah bahwa
Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan penyelamat. Beberapa orang dipilih Tuhan
sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke dalam bentuk tulisan.
Bentuk tulisan inilah yang disebut PB Karena berisi perjanjian antara Allah dan
manusia yang terjadi dalam diri Yesus Kristus dan ditulis setelah kebangkitan Yesus.
Berikut ini pengelompokan KSPB:
29
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
dalam tulisan mereka adalah apa yang mereka saksikan sendiri. Sedangkan Markus
adalah murid rasul Petrus yang untuk sementara waktu pernah mengikuti Paulus, dan
Lukas adalah murid Paulus.
Keempat Injil yang terdapat dalam KSPB memiliki ciri khas dan bentuk
pewartaan yang berbeda-beda dalam penyusunan kisahnya. Injil Mateus ditujukan
kepada orang-orang Kristen Yahudi di Palestina. Mereka ini adalah umat yang telah
matang dalam pengetahuan KSPL, karena itu dalam injil Mateus kita menemukan
banyak kutipan atau petunjuk-petunuk kepada Taurat dan kejadian-kejadian dalam
sejarah bangsa Israel di masa lalu. Yesus sendiri dikisahkan selalu menguti perkataan
para nabi PL. selain itu Mateus sangat senang menandaskan bahwa Yesus adalah
pemenuhan nubuat para nabi.
Markus menulis untuk kepentingan orang-orang Kristen bukan Yahudi. Kepada
mereka yang belum mendengar tentang Yesus dari Nazaret, Markus menuliskan kisah-
kisah mujizat untuk melukiskan kuasa ilahi-Nya. Yesus adalah Mesias. Ia ditolak oleh
kebanyakan orang Yahusi, namun dalam kebangkitan-Nya Allah mensahkan Dia
sebagai Kristus, Mesias yang diurapi, utusan Allah.
Lukas menuliskan Injilnya untuk orang-orang yang pada awalanya hidup dalam
kekafiran dan yang telah belajar mengenal Allah. Lukas menuliskan kisah masa
Kanak-kanak Yesus dan banyak perumpamaan yang tidak ada dalam Injil-injil
lainnya. Dalam Injilnya, Lukas pandai bercerita. Ia menghadapkan kita kepada Yesus
seakan- akan pribadi Yesus sungguh-sungguh hadir sekarang ini, di sini dengan
kepribadian dan cara mengajar-Nya yang mempesona. Ketiga Injil pertama: Mateus,
Markus dan Lukas disebut Injil Sinoptik. Ketiganya terbentuk sekitar 30-40 tahun
sesudah Yesus wafat. Sedangkan Injil Yohanes ditulis menjelang akhir abad pertama.
Injil Yohanes tidak menuliskan peristiwa hidup Yesus secara kronologis. Hal itu
memang tidak menjadi perhatian utama Yohanes. Keistimewaan injil keempat ini
adalah dalam hal cara menggali, mengolah, merenungkan dan menyajikannya dalam
semangat kontemplatif. Yohanes merenungkan hubungan manusia Yesus dengan Bapa
dalam satu Roh sebagaimana intimnya hubungan Yesus dengan manusia. Yohanes
menuliskan Yesus yang mengutus Roh Kudus bagi umat-Nya sebagai hasil karya
penebusan-Nya: hidup, sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga. Juga
amanat-amanat Yesus yang secara panjang lebar disajikan dalam Injilnya, seperti
amanat dan doa Yesus pada malam Perjamuan Terakhir yang mengungkapkan sikap
penuh hormat kepada Bapa-Nya dan cinta sehabis-habisnya kepada para murid-Nya.
Keempat Injil sangat akrab dengan kita orang Kristen. Pembacaan dan renungan
Injil merupakan sarana yang paling tepat untuk dapat mengenal Yesus secara lebih
dekat. Membaca Injil berarti kita menghayati kata demi kata, ayat demi ayat secara
perlahan-lahan. Setiap kata atau kalimat bisa menyentuh hati karena dengan kata-kata
yang tertulis itu Roh Kudus mengilhami budi dan hati kita sesuai dengan situasi
konkret hidup kita. Membaca Injil dengan semangat doa dan kehendak yang kuat untuk
berjumpa dengan Tuhan menjadi sumber rahmat bagi kita dalam menghayati hidup
Kristen kita dengan kebahagiaan rohani.
Dalam Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Lukas, kita dapat melihat pimpinan
dan pengaruh Roh Kudus dalam Gereja muda, penyebaran Injil oleh para Rasul,
hidup persauudaraan dan semangat missioner Gereja muda itu. Karena itu kitab ini
dapat disebut sebagai kisah para rasul dan umat/Gereja muda.
30
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Dalam surat-surat para Rasul kepada jemat-jemaat tertentu, para penulis suci
mewartakan dan meneangkan ajaran Yesus lebih lanjut untuk membina dan
membangkitkan iman umat yang telah menerima Yesus Kristus sebagai penebus
mereka. Selain itu juga untuk membina hubungan yang tetap antara para rasul dengan
jemaat yang telah mereka dirikan agar iman umat dapat tetap terpelihara. Umat
beriman sendiri tampak berusaha menerapkan ajaran-ajaran Yesus yang diwartakan
para rasul dengan penuh semangat dalam hidup mereka setiap hari. Dipihak lain para
rasul berusaha menggairahkan harapan mereka akan kedatangan Yesus kembali yang
sekarang hidup di antara mereka dalam Roh yang telah dicurahkan-Nya ke atas mereka.
Kasih persaudaraan, khususnya kepada mereka yang miskin dan kekurangan
mendapat tekanan istimewa dalam surat-surat mereka. Renungan dan ajaran para Rasul
dalam surat-surat itu masih tetap aktual bagi hidup orang beriman. Itulah yang
diajarkan oleh Gereja dan harus menjadi tuntunan bagi hidup beriman kita setiap hari.
Wahyu Yohanes merupakan buku terakhir dalam Kitab Suci. Wahyu ini
disampaikan dengan perantaraan seorang Malaikat kepada penulis yang menamakan
dirinya Yohanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dari Allah dan Malaikat
memberikan penjelasan-penjelasan mengenai arti dan maksudnya. Judul aslinya
adalah “Apokaliptis Yohanes” yang artinya ‘penyingkapan’ atau ‘wahyu’. Dalam
pewahyuan itu disingkapkan hal-hal yang tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah
saja. Hal- hal tersembunyi itu terutama mengenai masa depan, akhir zaman dan hidup
di akhirat. Wahyu Yohanes ini sangat mirip dengan nubuat-nubuat para nabi Perjanjian
Lama. Sangat sukar menafsirkan dengan jelas dan tepat, sebab segala sesuatu dalam
sebuah apokalipsis merupakan lambang: pengliha ta-penglihatan itu melambangkan
sesuatu yang lain. Pembaca memerlukan pimpinan dari seorang ahli Kitab Suci.
B. YESUS KRISTUS
1. Situasi Masyarakat Yahudi yang Merindukan Mesias
Enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel dijajah oleh bangsa lain yakni
bangsa Persia, Yunani, dan Romawi. Selain ditindas oleh penjajah, bangsa Israel juga
ditindas oleh para pemimpin mereka sendiri yang diangkat oleh penjajah. Dalam
situasi seperti itulah mereka merindukan datangnya seorang Mesias dari Kerajaan
Allah yang dapat membebaskan mereka.
a. Situasi sosial politik
Setelah masa pembuangan di Babilonia (± 6 abad sebelum Yesus), Palestina
tunduk kepada kerajaan Persia, Yunani dan Romawi. Selain para penjajah, ada
juga para tuan tanah, kaum aristokrat dan rohaniwan kelas tinggi yang menindas
rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering
memihak penjajah supaya tidak kehilangan hak istimewa dan kedudukannya serta
nama baik merekadidepan penjajah yang sewaktu-waktu bisa mencabut jabatan
dan kekuasaan tersebut.
Pada masa itu, puncak kekuasaan politik berada ditangan seorang prokurator
(wali negri/gubernur) Yudea dan orang itu haruslah orang Romawi.Ia
berwewenang menunjuk raja dan imam agung. Sedangkan di Yudea, imam agung
tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga di bidang politik
sebagai raja. Di Galilea, kekuasaan dipegang oleh seorang raja yang bernama
31
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Herodes. Dominasi militer terlihat dengan kehadiran para tentara Romawi dimana-
mana. Mereka diambil dari Siria atau Palestina, tetapi bukan dari kalangan Yahudi.
Situasi yang menekan kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga muncul
pemberontakan yang umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di
Galilea. Namun pemberontakan kaum Zelot ini selalu dapat ditumpas.
Penumpasan kaum pemberontak ini biasanya membawa korban nyawa yang tidak
sedikit.
32
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
setiap aturan yang tertulis dalam Hukum Taurat. Orang Farisi gemar memperluas
tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para imam bagi seluruh masyarakat Israel.
Mereka menafsirkan dan kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan
mereka sendiri. Hal ini sering mendatangkan beban bagi masyarakat kecil. Pada
saat Yesus hidup, masyarakat Yahudi sangat ditindas secara politis, ekonomi dan
bahkan religious.
33
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
34
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Yesus menegur dengan pedas dan tajam orang-orang yang tegar hati dan menolak
pewartaan-Nya. Yesus adalah nabi yang benar yang membawa kebenaran. Karena
itu banyak orang yang percaya bahwa Dia adalah utusan Allah. Ia sering memuji
orang-orang yang melakukan kebenaran dan menjanjikan Kerajaan Allah kepada
mereka.
Inti sari ajaran Yesus adalah CINTA KASIH yaitu: kasih kepada Allah dan
kasih kepada sesama.”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang
terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu ialah:
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah
tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:36-40). Perintah
mengasihi Allah lebih besar daripada perintah mengasihi sesama. Allah
mengasihi semua manusia tanpa kecuali, karena itu kitapun diajak untuk
meneladani Allah Bapa dalam kasih-Nya itu. Cinta kasih harus merangkum semua
orang termasuk mereka yang memusihi kita (Mat 5:43-48). Pengajaran dan teguran
Yesus sehubungan dengan cinta persaudaraan ini memang banyak. Sebuah model
pengajaran cinta persaudaraan yang diungkapkan secara singkat dan dengan
bahasa yang memikat terdapat dalam “Khotbah di Bukit”” (Mat 5:1-
12 atau Luk 6:20-23). Khotbah yang amat terkenal ini diawali-Nya dengan
ungkapan “berbahagialah…”
35
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
menyembuhkan orang bisu, tuli, lumpuh, kusta dan orang-orang yang kerasukan
roh jahat dibebaskan-Nya. Selama berkarya Yesus banyak sekali melakukan
mujizat penyembuhan, dan Injil mencatatnya dengan sangat jelas. Penyembuhan-
penyembuhan yang dilakukan Yesus menunjukkan kepada kita belas kasih Yesus
yang sungguh luar biasa. Perhatian Yesus tidak hanya pada penderitaan jasmani
saja tetapi lebih dari itu Yesus menyembuhkan mereka secara jasmani dan rohani.
Orang sakit disembuhkan bukan untuk hidup sementara saja tetapi melepaskan
mereka dari pokok segala derita yakni dosa. Dalam melakukan mujizat
penyembuhan, Yesus membuktikan Keallahan-Nya. Dan itu dilakukan dengan
makna istimewa. Dengan membebaskan orang dari roh jahat dan penderitaan
penyakit menandakan awal perkembangan Kerajaan Allah di dunia ini. Kuasa
Allah meraja dan manusia memperoleh keselamatan.
Pertemuan dengan anak-anak sangat disukai oleh Yesus. Kemurahan hati,
kerendahan hati dan keramahtamahan Yesus ditunjukkan dalam pergaulannya
dengan anak-anak. Karena itu orang-orang membawa anak-anak mereka supaya Ia
meletakkan tangan-Nya atas mereka dan memberkati mereka. Kepada para murid
yang melarang anak-anak itu datang kepada-Nya, ia berkata: “Biarkanlah anak-
anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-
orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga; lalu Ia meletakkan tangan-Nya
atas mereka (Mat 19:13-15; Mrk 10:13-16;Luk 18: 15-17).
Sikap Yesus terhadap para pendosa juga sangat menarik perhatian kita. Ia
tidak mengucilkan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh para pemimpin
agama Yahudi. Ia justru bergaul dan bersahabat dengan mereka. Yesus
menunjukkan sikap yang penuh kasih dan merangkul mereka. Ia sendiri
menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk
menyelamatkan. Dosa telah menyebabkan manusia hidup terpisah dari Allah
Sumber keselamatan. Dosa dan penderitaan berasal dari setan yang menjadi
musuh utama Mesias yang datang untuk mendirikan Kerajaan Allah. Karena itu si
jahat harus dienyahkan dari hidup manusia agar manusia mencapai keselamatan.
Yesus , Yang Kudus dari Allah sangat membenci dosa dan bersikap penuh
cinta kepada orang berdosa. Ia memahami bahwa kedurhakaan dosa ialah menolak
dan melawan Allah. Karena itulah Yesus berikhtiar untuk membawa kambali
orang-orang yang telah jatuh dalam dosa ke dalam pelukan kasih Allah. Dengan
tobat dan iman mereka akan memasuki Kerajaan Allah. Untuk mencari dan
menemukan orang berdosa, Yesus bergaul dengan mereka, bahkan makan bersama
mereka. Namun orang-orang Farisi yang salah mengerti dengan sikap Yesus malah
mengecam-Nya (lih. Mat 9:9-13).
Terhadap para pemungut cukai, Yesus tidak menghakimi mereka karena
pekerjaan mereka mudah membawa mereka kepada penipuan dan korupsi. Ia
menyapa mereka dan bahkan memanggil untuk menjadi muridnya, seperti yang
terjadi pada Zakheus dan Matius. Dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan
pemungut cukai (Luk 18:19-14) Yesus mengatakan bahwa pemungut cukai yang
rendah hati dan mengakui diri orang berdosa dibenarkan oleh Tuhan dan orang
Farisi yang angkuh tidak.
Dalam Luk 7:36-50 diceritakan tentang seorang perempuan berdosa yang
datang menemui Yesus untuk bertobat. Ia membasahi kaki Yesus dengan air
matanya, menyekanya dengan rambutnya dan meminyakinya dengan minyak
36
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
wangi. Ketika orang Farisi yang melihat hal itu menghakimi Yesus dalam hati,
Yesus menceritakan suatu perumpamaan tentang “orang yang berhutang” dan
kepada perempuan itu Ia berkata: ”Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah
dengan selamat.” Belas kasih yang sama juga ditunjukkan Yesus kepada perempuan
yang kedapatan berbuat zinah. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi menghendaki
agar perempuan itu dihukum selain karena melanggar hukum Musa juga untuk
mencobai Yesus. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara
kalian yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama kali melemparkan batu
kepada perempuan ini.” Mendengar itu pergilah mereka satu persatu. Dan
Yesuspun berkata kepada perempuan itu: “Akupun tidak menghukum engkau,
pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Sungguh benar apa yang dikatakan Yesus,
“Anak Manusia datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk
menyelamatkan.
Yesus yang mengajarkan tentang hukum Cinta sungguh menerapkan dalam
hidup-Nya. Ia mencintai semua orang termasuk mereka yang memusuhi-Nya yakni
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia bergaul dengan mereka untuk
menyadarkan mereka akan keadaan mereka sendiri, juga dengan orang murtad dan
kafir supaya mereka menemukan Tuhan. Kasih sayang dan kebaikan merupakan
ciri khas Yesus dalam bergaul dengan mereka.
Begitu banyak kisah dalam Injil yang melukiskan kepribadian Yesus yang
menjadi Sahabat manusia, Penyelamat dunia dan Gembala yang baik. Dalam diri-
Nya terpancar kasih Allah. Ia adalah benar-benar gambar Allah yang tidak
kelihatan (lih. Kol 1:15). Belajar mengenal Yesus berarti belajar mengenal Allah.
Dalam kebaikan dan kemurahan hati Yesus kita melihat cinta kasih Allah.
37
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
38
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
menjadi satu-satunya pengantara kita kepada Bapa. Hanya melalui Dia kita
dapat sampai kepada Bapa di Surga.
39
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
manusia meminta penyelenggaraan ilahi bagi jiwa dan raganya. Sebagai orang
berdosa manusia membutuhkan pengampunan dosa. Permohonan ini
menunjukkan dia sebagai makhluk yang berdosa tahu juga mengampuni
sesamanya. Atas dasar ini, pastilah betapa lebih besar lagi kerelaan Bapa untuk
mengampuni dosanya sendiri.
Doa “Bapa kami” bila didoakan dengan penuh penghayatan, diucapkan
dengan sadar dan sungguh-sungguh, menyinggung hidup kita sedalam-
dalamnya. Doa ini secara langsung menghadapkan kita kepada Tuhan dari
muka ke muka, dengan doa ini kita melihat dunia ini, diri kita sendiri dan
sesame kita sebagai orang-orang yang dikehendaki dan dicintai oleh Allah.
Ajaran-ajaran Yesus mengenai doa masih banyak lagi. Namun yang
terutama, Yesus mengajarkan kepada kita agar kita berdoa kepercayaan yang
sungguh-sungguh kepada kemurahan Tuhan. Yesus mengajak kita untuk berdoa
dengan penuh iman dan harapan, dengan tekun dan tak henti- hentinya.
Sebagai contoh lihatlah dan injil Luk 11:5-13, sebuah perumapamaan tentang
seseorang yang kedatangan tamu pada tengah malam. Ia tidak mempunyai apa-
apa untuk disuguhkan kepada tamunya itu. Karena itu ia mengetuk pintu rumah
tetangganya dan meminta roti. Walaupun ia merasa sudah mengganggu
tetangganya itu, tapi yang jelas bahwa ia mendapatkan apa yang ia inginkan.
Demikian halnya dengan Bapa yang di surga. Dia akan memberikan Roh
Kudus kepada mereka yang memintanya.
Yesus juga selalu mengajarkan kepada kita agar kita meminta dengan
penuh harapan dan dengan perkataan yang sederhana saja, juga dengan rendah
hati dan ketekunan. Dalam Mat 7:7-8 dikatakan: “Mintalah maka akan
diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat, ketoklah maka pintu
akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima, setiap
orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu
dibukakan.” Karena itu ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan
berkaitan dengan doa:
a) Percayalah. Setiap doa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh akan
didengarkan oleh Tuhan. Itu berarti bahwa doa yang dilakukan dengan
penuh iman dan harapan dalam mencitai Tuhan berkenan kepada-Nya.
Setiap doa itu dikabulan Tuhan. Artinya, doa menurunkan berkat Tuhan
atas kita. Hanya saja tidak setiap doa yang menurut kita baik dikabulkan
sesuai dengan pikiran kita. Tuhan akan mengabulkan doa kita menurut
rencana-Nya, sejauh Dia memandang itu yang terbaik untuk kita. Tentu saja
doa dan berdoa tidak pernah percuma.
b) 1. Berdoa dan beribadat lebih daripada hanya sekedar memintaI bahkan
lebih daripada meminta berkat dan bantuan Allah dalam kesusahan kita.
Allah tahu apa yang paling kita butuhkan (lih. 12:30).
c) Berdoa dan beribadat, pertama-tama adalah berterima kasih dan bersyukur
kepada Tuhan. Hidup kita seluruhnya adalah kasih karunia Tuhan. Karena itu,
dengan bersyukur kita mengagungkan Tuhan dan kebaikan-Nya. Doa adalah
pujian atas kemuliaan dan keagungan Allah
40
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
d) Doa juga bermaksud memohon ampun kepada Allah, karena kita sadar akan
kelemahan dan doa-dosa kita.
Yesus dan para rasulnya, senantiasa menasihatkan kepada kita untuk terus dan
tetap berdoa kapan pun dan di mana pun. Banyak doa yang bisa kita gunakan
baik yang sudah ada dalam buku-buku doa maupun yang didoakan secara
spontan. Yang terpenting adalah bahwa kita berdoa dengan iman dan
kepercayaan yang sungguh-sungguh dengan mengarahkan seluruh diri dan hati
kita hanya kepada Allah Sang Penyelenggara kehidupan.
41
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
42
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
43
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
4) Menurut Yesus
Kerajaan Allah menurut Yesus bukan hanya merupakan sebuah suasana tetapi
juga merupakan kerajaan yang memiliki matra tempat dan sungguh nyata.
Pengertian ini diperoleh Yesus dari pengertian Kerajaan Allah dalam
Perjanjian Lama. Pengertian tersebut kemudian diperkembangkan lagi oleh
Yesus. Hal ini bisa dilihat dari beberapa ungkapan Yesus yang berbunyi:
“Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga” (Mat 5:3); “Berbahagialah, hai kamu yang miskin,
karena kamulah yang empunya Kerajaan Surga” (Luk 6:20). Dengan
mewartakan Kerajaan Allah (Matius: Kerajaan Sorga) Yesus memberitakan
tentang suatu daerah baru yang dikuasai oleh Allah sebagai Bapa. Menurut
Yesus, Kerajaan Allah terwujud apabila kemiskinan, cinta, damai, kerukunan
dan keutamaan-keutamaan lain seperti terdapat dalam Khotbah di Bukit
menjadi kenyataan; Kerajaan Allah datang apabila kehendak Bapa yang
sebenarnya terlaksana: “….datanglah karajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu
diatas bumi seperti didalam sorga” (Mat 6:10), roh jahat terusir (Mat 12:28),
manusia berbalik dari dosa (Mat 4:17)
Kerajaan Allah juga memiliki ruang, karena itu Yesus selalu berkata:
“Masuklah ke dalam Kerajaan Allah”. Dan untuk masuk dalam Kerajaan Allah
kita harus dilahirkan dari air dan roh (Yoh 3:3-5), menjadi seperti anak kecil
(Mat 18:3), menjalani hidup keagamaan dengan benar (Mat 5:20),
melaksanakan apa yang kita katakan (Mat 7:21), benar-benar mencintai
saudara-saudari kita (Mat 25:31-46).
44
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
sedemikian rupa, sehingga seluruh diri, hidup dan karya-Nya di satu pihak
merupakan sebuah kenyataan dan perayaan Pemerintahan Allah itu dan di lain
pihak suatu contoh bagaimana hukum-hukum Kerajaan Allah, misalnya cinta
kasih, keadilan dan perdamaian, terlaksana secara sempurna di dalam diri-Nya.
Cara hidup Yesus membuat Kerajaan Allah menjadi kelihatan/nyata. Yesus
memperlihatkan di mana ada cinta sejati, keadilan dan perdamaian, di situ Allah
meraja. Oleh sebab itu orang yang menerima warta tentang Kerajaan Allah
dituntut untuk hidup sesuai ajaran yang ditetapkan Yesus dalam hukum Cinta
Kasih dan Kedelapan Sabda Bahagia. Yesus sendiri menghayati dan memberi
contoh bagaimana harus hidup sebagai warga Kerajaan Allah. Ia berkeliling di
Palestina sambil berbuat baik. Ia memihak mereka yang dalam masyarakat tak
berdaya dan tak berhak serta orang-orang berdosa. Dalam cara hidup Yesus
Kerajaan Allah menjadi konkret, yaitu dalam keterlibatan Yesus demi
kesejahteraan manusia, dalam keprihatinan-Nya demi keutuhan manusia, termasuk
keutuhan jasmani. Ia menyembuhkan penyakit dan mengusir setan.
Dengan demikian pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah mempunyai dua
dimensi yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan. Pertama: dimensi ortodoksi,
yakni kepercayaan dan pengharapan akan keselamatan dari Allah yang sedang
berlangsung di tengah-tengah kita. Kedua: dimensi ortopraksis, yakni cara hidup
kita yang tepat untuk menyambut karya penyelamatan Allah itu.Menjadi jelaslah
bahwa Kerajaan Allah bukan sekedar konsep atau cita-cita, tetapi suatu kenyataan
yang sedang dibangun dan kita dituntut terlibat di dalamnya.
45
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
4) Kerajaan Allah adalah warta mengenai masa depan dunia ini yaitu yang
miskin tidak lagi miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan
menderita lagi, yang tertawan akan memperolah kelepasan (Mat 5:1-12).
Namun perlu diperhatikan bahwa untuk memperoleh masa depan yang
demikian dibutuhkan sebuah perjuangan. Untuk itulah selama hidup-Nya
Yesus berjuang agar kabar gembira itu benar-benar terwujud. Dengan seluruh
hidup-Nya Yesus menyatakan misi-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah
bahkan sampai mengurbankan diri-Nya di salib. Dengan perjuangan yang
demikian, diharapkan orang benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita,
keadilan dan kebenaran.
5) Agar Kerajaan Allah benar-benar meraja, kepada setiap orang Yesus memberi
tugas untuk meneruskan perjuangan-Nya itu, yakni dengan mengusahakan
damai sejahtera, sukacita, keadilan dan kebenaran ditengah-tengah dunia dan
masyarakat.
Beberapa hal mengenai Kerajaan Allah yang dapat kita ketahui dari uraian
Yesus adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan Kerajaan Allah terjadi secara diam-diam, tidak nampak dan
rahasia. Seperti benih yang ditaburkan lalu mengelurkan tunas, bertumbuh
berkembang dan berbuah sampai tiba waktunya untuk dipanen. Bagaimana
terjadinya, tidak ada yang tahu (Mrk 4:26-29).
Kegagalan dan keberhasilan Kerajaan Allah. Seperti benih yang ditabur
oleh penabur, ada yang jatuh di pinggir jalan, ditanah yang berbatu-batu,
ditengah semak berduri dan ditanah yang baik. (Mrk 4:1-9).
Permulaan Kerajaan Allah itu kecil, seperti biji sesawi atau ragi (Luk
13:18- 21)
Kerajaan Allah menuntut orang untuk meninggalkan hal-hal yang
sebelumnya dianggap penting, berharga dan mengisi hatinya. Kerajaan
Allah begitu menggembirakan sehingga orang yang memperolehnya akan
membuang apa saja yang sebelumnya dianggap penting (Mat13:44-46)
Kerajaan Allah itu terancam oleh kejahatan yang tidak nampak, seperti
ilalang diantara gandum, atau ikan yang buruk diantara ikan yang baik (Mat
13:24-20).
Melalui berbagai perumpamaan tentang Kerajaan Allah, Yesus berusaha untuk
menyadarkan para murid tentang Kerajaan Allah yang dinamis, tetapi memiliki
sifat tersembunyi. Yesus selalu menolak untuk ditarik oleh orang-orang Yahudi
yang memanfaatkan pengertian Kerajaan Allah untuk memperolah kemerdekaan
politik. Sesungguhnya yang ditawarkan Yesus jauh lebih radikal. Yesus melihat
kemungkinan dilahirkannya masyarakat baru yang didasarkan pada nilai-nilai yang
tinggi. Dari prinsip-prinsip kebenaran, cinta kasih, pelayanan tanpa pamrih dan
kerukunan yang disampaikan oleh-Nya, lahirlah strategi yang akan dan harus
memperbaharui tata susunan politik. Prioritas Yesus adalah bukan terletak pada
tata susunan politik itu sendiri, melainkan pada kesadaran akan nilai-nilai luhur itu
dalam diri masing-masing orang sebagai pribadi dan bersama-sama sebagai
masyarakat: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33)
46
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
47
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Mat 26:39; Mrk14:36). Ketakutan yang dialami Yesus membuat Dia berdoa
dengan sungguh-sungguh dan saat itu Allah memberikan kekuatan kepada-Nya
lewat kehadiran seorang malaikat. Doa menjadi bagian hidup dan sumber kekuatan
bagi Yesus. Selama hidup-Nya, Yesus sering berdoa. Ia bahkan selalu mencari
tempat yang sunyi untuk berbicara dengan Allah. Kebiasaan ini pula diketahui oleh
para murid-Nya karena Yesus juga selalu mengajak mereka. Pada sat Ia sedang
berdoa di taman Getsemani itulah Ia ditangkap. Hal ini terjadi karena
pengkhianatan yang dilakukan oleh salah satu Rasul dan sahabat-Nya sendiri. Ia
sudah dijual hanya dengan harga 30 keping perak. Seperti seorang penjahat besar,
Yesus ditangkap oleh sejumlah pasukan yang bersenjata lengkap dan didakwa
bertubi-tubi. Mula-mula, Yesus dibawa kerumah Imam Besar untuk diadili disana.
Yang menjabat sebagai Imam Besar pada saat itu adalah Kayafas. Bersama
mertuanya Hanas, Kayafas melakukan pemeriksaan terhadap Yesus dan
menanyakan tentang identitas dan ajaran-Nya. Yesus memberikan tanggapan yang
membuat mereka yang memeriksa-Nya dan mengikuti sidang tersebut menjadi
jengkel.
Sesungguhnya para pemukan agama ingin menjebak Yesus agar dapat
menemukan kesalahan yang dapat membawa Yesus pada vonis hukuman mati. Dan
jebakan tersebut berkaitan dengan Bait Allah, karena mereka tidak mau Yesus ikut
campur tangan. Yesus pernah membuat kegemparan dengan mengusir para
pedagang yang berada di Bait Allah (lih. Mat 21:12; Mrk 11:15; Luk 19:45). Bagi
orang Yahudi, Bait Allah adalah pusat keagamaan mereka, sedangkan bagi pemuka
agama, Bait Allah merupakan pusat kekuasaan, juga pusat penghasilan mereka.
Apabila Bait Allah dihancurkan maka mereka akan kehilangan tempat ibadah,
kedudukan, jabatan dan kekuasaan serta penghasilan. Karena itu dengan alasan
mempertahankan stabilitas sistem keamanan secara nasional, para pemuka agama
meletakkan titik kesalahan pada Yesus.
Pewartaan dan tindakan Yesus memang baru, dengan merombak ajaran-
ajaran agama Yahudi. Hal ini jelas menimbulkan ketidaksenangan dalam diri
pemimpin agama yang beranggapan bahwa hanya agamalah yang dapat menjamin
kelangsungan hidup bangsa. Barangsiapa yang merongrong agama berarti juga
merongrong bangsa. Perubahan terhadap ajaran agama dianggap akan
mendatangkan murka Allah sehingga riwayat bangsa Yahudi akan berkhir.
Di luar pengadilan itu, seorang rasul/sahabat kepercayaan-Nya dengan
bersumpah mengatakan secara terbuka bahwa ia tidak mengenal Yesus. Nasib sial
apa yang menimpa Yesus pada malam itu? Atas nama seluruh bangsa, para
rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah penjajah untuk diadili. Mereka
sudah mengatur skenarionya: Yesus harus mati digantung. Dan itu terjadi.
Pengadilan di depan Pilatus itu hanya untuk memenuhi formalitasnya saja. Semua
sudah diatur. Pemerintah penjajah pun tidak keberatan. Demi kepentingan politik
dan stabilitas, apa artinya satu nyawa dihilangkan. Jadilah Yesus dihukum mati
digantung. Pelaksanaan hukuman mati itupun berjalan mulus. Itulah akhir
perjalanan hidup Yesus.
b. Wafat Yesus
Pontius Pilatus menjatuhkan hukuman kepada Yesus walau Ia tidak bersalah.
Murid-murid dan teman-teman Yesus tidak mampu membela-
48
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
49
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Ia merupakan tebusan, seperti yang telah dialami oleh banyak nabi terdahulu.
Bukankah Ia telah berkata: “Biji gandum harus jatuh dan mati untuk menghasilkan
banyak buah?”
Karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, kematian Yesus justru
menyelamatkan banyak orang dan membawa orang semakin dekat dengan Allah.
Ia telah menyatukan antara surga dan dunia berkat wafat-Nya. Hal ini terbukti dari
cara wafat Yesus. Keempat Injil mencatat kematian Yesus justru disertai dengan
tanda-tanda alam yang sangat dasyat, seperti: kegelapan yang meliputi seluruh
daerah dan gempa bumi yang menyebabkan terbelahnya tabir Bait Allah menjadi
dua. (lih. Mat 27:45-56; Mrk 15:33-41; Luk 23:44-49; Yoh 19:28-30). Peristiwa
ini disaksikan oleh banyak orang termasuk kepala pasukan, sehingga ia
memuliakan Allah dan berkata: “Sungguh orang ini adalah orang benar.” Kuasa
kegelapan tampak seakan-akan menunjukkan kekusaannya atas seluruh dunia.
Namun pada saat Yesus wafat semua cahaya dipusatkan pada salib. Kegelapan
sering dihubungkan dengan rasa takut, kecemasan dan adanya bahaya. Kegelapan
menjadi lambang ketidak-berdayaan. Peristwa kegelapan yang terjadi saat
kematian Yesus mempunyai arti khusus yakni keterlibatan Allah atas kematian
Yesus. Melalui kegelapan yang diciptakan-Nya, Allah mau menyatakan terang
kehidupan baru yang akan muncul. Dari kegelapan lahirlah Mesias yang membuka
sejarah keselamatan baru bagi semua bangsa di dunia.
Tanda lain yang menyertai wafat Yesus adalah terbelahnya tabir Bait Allah
menjadi dua. Hal ini membawa perubahan yang radikal. Tabir Bait Allah yang
dimaksudkan untuk memisahkan ruang yang dikhususkan bagi para iman dan
orang-orang yang tidak percaya, kini dihancurkan. Hal ini menunjukkan bahwa
kematian Yesus membawa kedekatan Allah dengan manusia. Allah terbuka bagi
semua bangsa. Allah tidak lagi tinggal di tempat terasing, dalam ruang khusus dan
tertutup, melainkan berada diantara kita. Ia bahkan sangat dekat dengan kita. Maka
semua orang tanpa terkecuali boleh datang kepada Allah. Dipuncak Golgota di atas
kayu salib, penyertaan Allah semakin nyata, yakni penyertaan untuk merangkum
penderitaan manusia. Manusia tidak perlu takut akan penderitaan karena Allah
akan selalu beserta manusia dalam segala situasi.
Sengsara dan kematian-Nya harus merupakan pengabdian-Nya yang
terakhir. Pengabdian karena kasih demi Kerajaan Allah, demi manusia. Yesus
percaya bahwa kemudian akan bangkit orang-orang seperti Dia untuk membangun
Kerajaan Allah. Ia telah memberi jalan. Ia adalah contoh. Ia adalah teladan. Ia
adalah idola. Dalam Dia siapa saja dapat melihat bagaimana seorang manusia
sejati bertindak. Kiranya jelas bahwa penderitaan dan kematian Yesus adalah
kesaksian yang paling final dan paling utama tentang Kerajaan Allah.
c. Kebangkitan Yesus
Kebangkitan Yesus adalah dasar dari semua iman Kristen. Injil sebenarnya
tidak menceritakan kebangkitan Yesus, tetapi hanya menceritakan tentang kubur
kosong dan penampakan-penampakan.Apa yang diwartakan oleh makam kosong
adalah kebangkitan Kritus sebagai misteri penyelamatan. Makam terbuka berarti
duka cita dan kegelapan sudah diganti oleh suka cita dan terang kebangkitan.
Tanda lain akan kebangkitan Yesus adalah penampakan. Orang-orang
pertama yang bertemu dengan Yesus yang telah bangkit adalah Maria dari
50
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
51
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
C. ALLAH TRITUNGGAL
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui satu Allah
yang Esa, namun hadir dalam Tiga Pribadi: Alla Bapa dan Putera dan Roh Kudus, di
mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama
kemuliaannya. Istilah Tritunggal (Inggris: trinity, Latin: trinitas) mengandung arti tiga
Pribadi dalam satu kesatuan esensi Allah. Istilah "pribadi" dalam bahasa Yunani adalah
hupostasis, diterjemahkan ke Latin sebagai persona (Inggris: Person).
Sejak awal abad ketiga doktrin Tritunggal telah dinyatakan sebagai "Satu
keberadaan (Yunani: ousia, Inggris: beeing) Allah di dalam tiga Pribadi dan satu substansi
(natur), Bapa, Anak, dan Roh Kudus ". Kamus Oxford Gereja Kristen (The Oxford
Dictionary of the Christian Church) menjelaskan Trinitas sebagai "dogma sentral dari
Teologi Kristen". Doktrin ini diterima oleh mayoritas aliran-aliran Kristen,
seperti:Katolik, Protestan, dan Ortodoks.
Alkitab, baik dalam Perjanjian lama maupun Perjanjian Baru, tidak secara eksplisit
menuliskan istilah "Allah Tritunggal", tetapi keberadaan Bapa, Putra dan Roh Kudus
tersirat dalam banyak ayat, baik secara terpisah maupun bersama-sama. Berdasarkan
rumusan dalam perintah tentang pembaptisan diMatius 28:19: "Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus.". Doktrin Tritunggal mendapatkan bentuknya seperti sekarang, adalah
berdasarkan Firman Tuhan dalam Injil. Ucapan Yesus: "Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku", dapat digunakan untuk menjelaskan istilah "pribadi", "sifat", "esensi",
"subtansi", istilah-istilah yang belum pernah digunakan oleh para Rasul.
52
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Etimologi
Diagram "Scutum Fidei" atau "Perisai Trinitas" dari simbolisme Kristen Barat tradisional.
Kata Trinitas berasal dari Bahasa Latin: "trinus" dan "unitas" yang berarti "tiga
serangkai atau tritunggal". Kata benda abstrak ini terbentuk dari kata sifat trinus (tiga
masing-masing, tiga kali lipat), sebagai kata unitas yang merupakan kata benda abstrak
yang dibentuk dari unus (satu). Kata yang sesuai dalam bahasa Yunani adalah Τριάς,
yang berarti "satu set dari tiga" atau "berjumlah tiga". Penggunaan tercatat pertama dari
kata Yunani ini dalam teologi Kristen (meskipun bukan tentang Trinitas Ilahi) adalah oleh
teofilus dari Antiokhia pada sekitar 170.
Tertulianus, seorang teolog Latin yang menulis pada awalabad ke-3, yang dianggap
menggunakan kata-kata "Trinitas", "persona" dan "substansi" menjelaskan bahwa Bapa,
Anak dan Roh Kudus adalah "satu dalam esensi - bukan satu dalam Persona". Sekitar satu
abad kemudian, pada tahun 325, Konsili Nicea menetapkan doktrin Trinitas sebagai
Ortodoksi dan mengadopsi Pengakuan Iman Nicea, yang menggambarkan Kristus
sebagai "Allah dari allah, Terang dari terang, maha Allah dari maha Allah, diperanakkan,
bukan dibuat, satu substansi (homoousios) dengan Bapa".
53
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
awal penciptaan ketiga pribadi Allah telah bekerja sama untuk menciptakan alam semesta
ini. Kejadian 1:2 bahkan menegaskan peran Roh Allah dalam penciptaan bumi.
54
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
55
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Karya khas dari Allah Putra adalah menebus, memperbiki yang rusak, dan
menyembukan yang luka (lahir & batin). Setiap kita mengalami peristiwa
penyembuhan,pertobatan, kebangkitan sesudah kejatuhan dan
rekonsiliasi/perdamaian, sesungguhnya kita mengalami karya Allah Putra yang
menebus, yang memulihkan dan memperbaiki tidak hanya fisik kita, tetapi lebih dari
itu memulihkan dan memperbaiki hubungan kitan dengan Allah, sesama dan diri
sendiri.
56
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
bagi mereka yang menolak adanya pribadi lain di luar diri Allah (YHWH). Tetapi bagi
mereka yang menerima doktrin Allah Tritunggal, hal itu tidak masalah, karena Bapa
mengasihi Anak, Anak mengasihi Roh, dstnya. Pengenalan kepada self-sufficient and
self-dependent God membuat kita dapat memahami bahwa Allah cukup dengan diri-
Nya sendiri dan tidak bergantung kepada siapapun. Karena itu, Allah dapat
mengungkapkan kasih-Nya tanpa adanya satu eksistansi (keberadaan) di luar diri-
Nya. Demikian juga, pemahaman kepada Allah yang hidup dan yang bersabda “the
living and speaking God” membuat kita memikirkan perlu ada komunikasi yang di
dalamnya ada subjek dan objek, karena pribadi yang satu tidak dapat berkomunikasi
tanpa ada pribadi lain.
Pemahaman kepada Allah Tritunggal akan menolong mengatasi hal itu.
Alkitab menegaskan bahwa sebelum menciptakan manusia, Allah telah berkomunikasi
dengan diri-Nya: “Marilah kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
KITA” (Kej.1:26). Selain dari relasi tersebut di atas, kita akan mencatat hal-hal
berikut:
1. Relasi saling menghormati dan memuliakan di dalam pribadi Tritunggal:
Yoh.16:14-15; 17:1,4.
2. Adanya koordinasi dan kesatuan ketiga pribadi dalam Penciptaan (Kej.1:26);
karya keselamatan (1Pet.1:2); Baptisan (Mat.28:19); pembaharuan dan berkat
dalam diri orang percaya (Gal.4:6, 2 Kor.13:13).
3. Adanya peran khusus di dalam masing-masing pribadi: Bapa (Kis.2:23; Ro.11:33-
34; Ef.1:4,9,11; 3:11), Anak (Yoh.17:4; 1Kor.1:30; Ef.1:7; 1Tim.2:5); Roh
(Ro.8:2,14,15,16,26; Tit.3:5).
4. Dalam karya penyelamatan, apa yang ditetapkan oleh Bapa, digenapkan oleh Anak
di kayu salib dan diaplikasikan oleh Roh di dalam diri orang percaya. Dengan kata
lain, yang disalibkan adalah pribadi kedua, bukan pribadi pertama atau ketiga,
sedangkan yang mendiami orang percaya adalah pribadi ketiga, bukan pribadi
pertama dan kedua.
Dalam kehidupan praktis, ketika berdoa biasanya kita berdoa dan memohon kepada
Allah Bapa. Hal itu kita lakukan dalam pertolongan dan kekuatan Roh Kudus, dan
doa itu hanya layak karena jasa Yesus Kristus. Itu sebabnya seringkali doa diakhiri
dengan dengan rumusan trinatas
Maka pemahaman kepada Allah Tritunggal berarti:
1. Percaya kepada Allah yang memiliki tiga pribadi (Bapa, Anak dan Roh) dalam satu
keberadaan (substansi).
2. Percaya kepada Allah Bapa, Anak dan Roh yang setara, sehakekat dan memiliki
kekekalan yang sama.
3. Ketiga pribadi tersebut dapat dibedakan juga tidak dapat dipisahkan.
4. Dapat diimani, tapi tidak dapat dimengerti sepenuhnya. Doktrin Allah Tritunggal
bukan di wilayah logika, bukan irrasional tapi supra rasional (beyond logic). Hal
itu memang sesuai dengan hakekat Allah. Allah yang sejati pasti di luar jangkauan
logika manusia.
57
BAB IV
GEREJA
Pengantar
Menyadari situasi zaman yang dicirikan dengan memberi peluang untuk maju sekaligus
membawa tantangan yang semakin berat, Gereja perlu merenungkan kembali jati
dirinya.Gereja yang berada di dunia dan untuk dunia dituntut untuk menajamkan visinyadan
menjelaskan misinya untuk menghadirkan Gereja ditengah masyarakat.Pemahaman Gereja
sebagai pijakan dasar untuk melangkah adalahmutlak untuk diketahui dan dihayati.
58
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
59
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
60
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
misteri Allah itu justru menjadi tampak dalam Gereja.Oleh karena itu, misteri dan sakramen
saling terkait.Gereja itu misteri dan sakramen sekaligus.Misteri dan sakramen adalah dua
aspek dari satu kenyataan, yang sekaligus Ilahi dan Insani yang disebut “Gereja”.Gereja
adalah sakramen yang kelihatan yang menandakan kesatuan yang menyelamatkan itu (LG Art
9).Gereja tidak hanya menunjuk pada keselamatan Allah sebagai suatu kenyataan diluar
dirinya.Karya Allah oleh Roh, sudah terwujudkan di dalam Gereja.
e. Gereja: Communio
Para Uskup dalam sinode luar biasa pada tahun 1985 menegaskan kembali ajaran
Konsili Vatikan II tentang “communion” atau persekutuan. Kata itu merupakan terjemahan
Latin dari kata Yunani:“koinonia”, yang harus dimengerti dengan latar belakang Kitab Suci.
Sinode mengkhususkan artinya sebagai hubungan atau persekutuan dengan Allah melalui
Yesus Kristus dan sakramen-sakramen.
Pemahaman “communion” tidak dapat dimengerti secara organisasi saja. Dari pihak
lain, paham “communion” juga mendasari antara pihak Gereja sendiri. Oleh karena itu,
kesatuan “communion” ini berarti keanekaragaman para anggotnya dan keanekaragaman
dalam berkomunikasi.Sebab Roh Kudus yang tinggal dalam diri umat beriman, memenuhi
serta membimbing seluruh Gerejadan menciptakan persekutuan umat beriman yang
mengagumkan itu.
Dengan paham komunio, Gereja juga dilihat dalam hubungannya dengan orang Kristen
yang lain, bahkan dengan seluruh umat manusia. Gereja tidak tertutup dengan dirinya
sendiri.Gereja harus memperhatikan hubungannya dengan kelompok keagamaan lain. Oleh
karena itu, amat penting dengan komunio dan komunikasi dipertahankan.Keterbukaan Gereja
terhadap hal-hal baru, juga terhadap pemahaman diri yang baru harus selalu ditanamkan dan
dikembangkan terus menerus.
61
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
1. Asal Usul Gereja sebagai Anugerah Roh Allah yaitu Roh Kristus sendiri
a. Kelahiran Jemaat Kristen Perdana
Kelahiran Gerejadiawali dengan sejarah Gereja perdana.Gereja perdana diawali
dengan persekutuan para Rasul dan pengikut-pengikut yang lain, yang percaya akan
Yesus Kristus yang telah bangkit. Namun, mereka belum disebut Kristen ataupun
Katolik.Gerejasebagaimana yang kita tahu sekarang ini adalah umat beriman yang
bertumbuh dan berkembang melalui sejarah yang panjang.Awal mula Gereja dimulai
sejak persekutuan para rasul sekitar tahun 30-70 M.Seperti yang kita baca dari kutipan
Kitab Suci, kelahiran Gereja diawali dengan kedatangan Roh Kudus.Walaupun Yesus
yang bangkit telah menampakkan diri kepada para murid, namun kelahiran Gereja baru
terjadi setelah kedatangan Roh Kudus. Pada waktu Pentekosta, Roh kudus turun atas para
rasul dan dan memberi kuasa kepada mereka untuk mewartakan Kristus Yesus yang
bangkit.
“Ketika tiba hari pentekosta, semua orang percaya berkumpul disatu tempat.
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah dimana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti
nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Dan penuhlah
mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa lain, seperti
yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (Kis 2:1-4).
Dalam kuasa Roh Kudus, para rasul dengan berani dan lantang mewartakan
Kristus yang bangkit.Dengan berani mereka mewartakan kabar gembira kepada Yerusalem
dan orang-orang Yahudi yang sedang berziarah ke Yerusalem. Mereka tampil dan
berbicara di depan umum yang didengar oleh berbagai orang dari banyak bangsa, bahkan
orang banyak mendengar para rasul berbicara dalam bahasa mereka sendiri.
Mengapa kelompok itu disebut sebagai Gereja perdana? Ada beberapa pokok
penting yang dapat kita jadikan sebagai bahan pemikiran, yaitu:
Para rasul adalah saksi yang berhubungan, bergaul dan mengalami kehidupan secara
langsung bersama Yesus.
Iman dan kesetian mereka akan Yesus dan sabda-Nya.
Pewartaan mereka sampai menjadi martir.
Cara hidup dan spiritualitas mereka.
Penunjukan Petrus sebagai pemimpin diantara mereka.
Dikatakan dalam uraian diatas, bahwa tidak dari awal sebutan Kristen diberikan
kepada para pengikut-Nya.Pertama kali para pengikut Kristus disebut Kristen yaitu di
daerah Antiokia.Kemudian kata Katolik pertama sekali diungkapkan oleh Uskup Ignatius
dari Antiokia, yaitu dalam suratnya kepada umat di Smirna pada tahun 117.
b. Perkembangan Gereja
Setelah Roh Kudus berkarya dalam diri para rasul, mereka bersemangat untuk
mewartakan kabar gembira.Tidak dapat disangkal bahwa pewartaan pertama itu tidak
berjalan mulus.Sikap kaum Yahudi yang tidak menerima pengajaran para rasul dan sikap
melawan diri dari para pemimpinagama membuat banyak orang Kristen pertama
62
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
bersembunyi dan melarikan diri ke tempat lain. Tetapi karena peristiwa itu jugalah yang
membuat agama Kristen semakin menyebar.
Kendati banyak pertentangan dan penolakan dari kaum Yahudi, para rasul tidak
takut.Mereka justru semakin gencar mewartakan kebangkitan Kristus.Mereka menyebar
keberbagai tempat sampai ke kekaisaran Romawi.Bukan hanya para rasul lagi yang
mewartakan kebangkitan Kristus, tetapi orang-orang beriman pertama yang mendengar
pewartaan langsung dari para rasul itupun sudah ikut menyebarkan keyakinan ba ru itu.
Bahkan Paulus sendiripun setelah pertobatannya, dengan gigih mewartakan Kristus
ke tempat yang jauh.Kabar gembira itu akhirnya sampai juga ke Roma, pusat kekaisaran
Romawi. Menjadi tantangan tersendiri bagi para pewarta karena bukan hanya penolakan
yang mereka terima, tetapi juga permusuhan yang bahkan mengancam keselamatan jiwa
mereka. Paulus dan Petrus sendiripun sampai ke kota Roma. Di kota Romalah akhirnya
mereka menerima hukuman mati. Suatu bukti bahwa usaha mewartakan kabar gembira ini
sungguh menghadapi tantangan berat.Karena pengejaran dan penganiayaan yang mereka
hadapi maka banyak jemaat Kristen perdana yang menjadi martir, Mereka harus
bersembunyi dari pengejaran dan beribadat di tempat yang aman dibawah tanah atau yang
disebut katakombe.Banyak orang Kristen menjadi korban fitnah dan dihukum. Setelah
tahun 313, orang Kristen diberi kebebasan menganut, merayakan dan mewartakan
imannya yaitu pada pemerintahan Kaisar Konstantinus, dengan dikeluarkan surat “Edikta
milan”. Kaisar ini berpikir, bahwa dengan memberikan kebebasan bagi kaum Kristen, hal
itu juga akanmenjadi kekuatan bagi Kekaisaran. Dengan dikeluarkan edikta milan oleh
kaisar Konstantinus ini, Kekristenan berkembang pesat. Semua hambatan, pengejaran,
penolakan dan penganiayaan tidak ada lagi, karena misi Gereja ini sudah dilindungi oleh
pemerintah.Perkembangan kekristenan begitu pesat, hal ini terlihat dari diterjemahkannya
Kitab Suci bahasa Aram ke dalam bahasa Latin yang dikenal dengan istilah
“vulgate”.Gereja berkembang pesat dengan membawa kabar gembira keselamatan kepada
dunia.
63
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Roh membangun Gereja. Roh membimbing kita dalam kehidupanGereja. Roh juga
melengkapi Gerejadengan aneka kurnia hierarkis dan karismatis, serta menyemarakkan
dengan buah-buahnya.
Roh memimpin kepada kepenuhan. Meski Roh memberi kepenuhan Ilahi kepada kita,
namun kepenuhannya belum nyata. Keselamatan memang sudah dimulai, namun belum
mencapi kepenuhannya.Roh Kudus adalah jaminan untuk kita semua. Kesadaran bahwa
Gereja ini belum selesai juga dirumuskan dengan “kekuatan Injil”. Roh meremajakan
Gerejadan tiada hentinya memperbaharuinya.
Perkembangan Gereja pertama sering menghadapi masalah atau tantangan.Pada awalnya
tidak semua orang terbuka menerima pengajaran para rasul apalagi mempercayainya.Para
pemimpin agama Yahudi menolak bahkan melarang para rasul untuk mewartakan kabar
gembira tentang Yesus dari Nasaret.Mereka pun ditangkap dan dianiaya.Bukti dari
penganiayaan itu adalah kematian Stefanus.Iadirajam sampai mati karena mempertahankan
imannya kepada Kristus.Dialah martir yang pertama.Tetapi hal itu tidak menyurutkan
semangat para rasul.Mereka tetap teguh mewartakan kabar gembira.Kesulitan dan tantangan
yang menghadang tidak membuat mereka mundur.Dengan semangat membara Injil
keselamatan dikenal dan diimanioleh banyak orang.Semua ini berkat kegigihan para rasul
dalam mewartakannya.Maka sangat jelas bahwa perkembangan Gereja adalah hasil buah Roh
Kudus dan usaha manusia.
64
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
b. Dalam hidup meng-umat banyak karisma dan rupa-rupa karunia yang dapat dilihat,diterima
dan digunakan untuk kekayaan seluruh Gereja. Hidup Gereja yang terlalu menampilkan
segi organisatoris dan struktural dapat mematikan banyak karisma dan karunia yang
muncul dari bawah.
c. Dalam hidup meng-umat, semua orang merasa menghayati martabatyang sama dan
bertanggung jawab secara aktif dalam fungsinya masing -masing untuk membangun Gereja
serta memberi kesaksian kepada dunia.
Maka Gereja haruslah sungguh-sungguh umat Allah.Apa konsekwensi bagi Gereja itu
sendiri?
Konsekwensinya bagi hierarki adalah:
Menyadari fungsi kepemimpinan mereka sebagai fungsi pelayanan. Pemimpin bukan
diatas umat tapi ditengah umat.
Harus peka untuk melihat dan mendengar kharisma dan karunia-karunia yang tumbuh
dikalangan umat
65
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
dan dilain pihak rahmat yang dinyatakan dalam Gereja ialah karya Allah dalam seluruh
dunia.Dengan menyebut Gereja “sakramen dunia”, kita mengakui bahwa rahmat Allah tidak
terbatas pada Gereja saja. Dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja ditengah dunia modern,
Konsili Vatikan II menyatakan:
“Dalam hati semua orang yang berkemauan baik,rahmat berkarya secara tak
kelihatan. Justru karena Kristus mati bagi semua orang, dan karena sebenarnya pada
akhirnya manusia hanya punya satu panggilan saja yakni panggilan ilahi, maka kita
harus berpegang teguh bahwa Roh Kudus menawarkan kepada semua orang
kemungkinan untuk dihubungkan dengan misteri paskah ini dengan cara yang
diketahui Allah” (LG art 22).
Jadi kita yang bersatu dengan Kristus dalam Gereja, dan ditandai dengan Roh Kudus disebut
anak-anak Allah dan menjadi sakramen keselamatan bagi dunia melulu karena rahmat itu.
5. Tanggapan Iman Umat Perdana kepada Yesus Kristus, Tuhan yang Bangkit
Kebangkitan Yesus adalah dasar iman seluruh umat Kristen.Maka St. Paulus
mengatakan: “Jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah seluruh iman kita” (1Kor 15:14).
Orang-orang pertama yang bertemu dengan Yesus setelahkebangkitan-Nya adalah Maria
Magdalena dan wanita-wanita saleh yang datang ke makam untuk meminyaki jenasah Yesus
(Mrk 16:10).Sesudah itu, Yesus menampakkan diri kepada para Rasul lebih dahulu kepada
Petrus dan kemudian kepada dua belas murid-Nya.
Kebangkitan Yesus adalah permulaan hidup Gereja.Dengan kebangkitan-Nya, Yesus
masuk dalam kemuliaaan Ilahi.Yesus diimani dan diwartakan adalah sumber keselamatan
bagi manusia, karena itu peristiwawafat dan kebangkitan-Nya harus diwartakan.Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah
meninggal.
Kata“kebangkitan” atau “bangkit” adalah suatu kata kiasan yang dipinjam dari keadaan
orang yang tertidur lalu bangun, bangkit atau dibangunkan. Kata kiasan itu sudah dipakai oleh
orang Yahudi jauh sebelum Yesus bangkit sehubungan dengan paham akhir zaman, yaitu
orang mati akan menjadi hidup dan tidak mati lagi. Kemudian orang Kristen memakai kata
“keangkitan” atau “bangkit” untuk menunjukkan bahwa Yesus telah wafat dan dimakamkan
(1 Kor 15:4), sungguh-sungguh telah bangkit dan hadir di tengah-tengah para murid.
Kebangkitan Yesus berarti bahwa Yesus yang hadir di dunia ini benar-benar mati. Dan kini
Ia kini hidup dengan cara yanglain sekaligus barudan tetap berpengaruh aktif dalam
menyelamatkan manusia.Kebangkitan Yesus menunjukkan juga bahwa Allah tidak mau Yesus
mati konyol.Oleh sebab itu, Allah membangkitkan Yesus dari kematian dan memuliakan-Nya.
Dengan membangkitkan dan meninggikan Yesus, Allah mensahkan dan melegitimasi apa
yang telah yang telah dilakukan dan diajarkan-Nya. Semua kebenaran juga yang tidak dapat
dimengerti oleh pikiran manusia, mendapat pembenarannya oleh kebangkitan Yesus.Maka
kebangkitan Yesus adalah dasar kebangkitan kita.
Pemberitaan Injil yang disambut manusia dengan iman dan tobat menghasilkan Gereja
dan jemaat Kristen.Dalam hidup-Nya, Yesus mengumpulkan orang-orang disekitar-Nya yang
mau mendengarkan pemberitaan-Nya, lalu percaya dan bertobat.Banyak orang yang mau
mengikuti Dia, namun kematian Yesus di salib ini sangat mengecawakan pengikut-pengikut-
Nya, sehingga banyak di antara mereja yang lari meningglkan Yesus.Namun oleh
pengalaman paskah membangkitkan kembali iman kepercayaan mereka kepada Yesus
sehingga mereka kembali kepada-Nya.Iman kepercayaan ini semakin diteguhkan manakala
66
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
para rasul memperoleh pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari pentakosta.Dan
sesudah peristiwa ini lahirlah Gereja.Kelahiran Gerejaerat kaitannya dengan Yesus.
Peneguhan Allah berupa pengalamanakan Roh Yesus melahirkan Gereja.Mereka yang
mendapat pengalaman Paskah percaya dan bertobat serta terus dijiwai dan dibimbing Roh
Yesus memberitakan injil, sehingga Gereja Kristus berkembang pesat baik dalam jumlah
maupun dalam kualitas. Tanpa pemberitaan injil, orang yang percaya kepada Tuhan dan
menyadari karya penyelamatan Allah melalui Yesus tidak akan bertambah. Orang yang
menerima pewartaan dan percaya itulah yang disebut Gereja.Gereja Kristus adalah
persekutuan semua orang yang tersentuh oleh Tuhan dan percaya kepada-Nya.Gereja atau
jemaat Kristen bersatu secara batin dalam Roh Kristus.
6. Sifat-sifat Gereja
Sejak zaman Konsili Konstantinopel pada tahun 381, orang-orang Kristiani menyatakan
bahwa mereka percaya akan “Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. Empat sifat
ini menjadi ciri Gereja Kristus.Dalam Gereja kuno, sifat-sifat ini berguna untuk membedakan
Gereja yang benardari kumpulan-kumpulan Gereja palsu.
67
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
pengudusan manusia sebagai proses oleh Roh Kudus. Dikuduskan karena terpanggil. Dari
segi manusia kekudusan berarti tanggapan akan karya Allah itu, terutama sikap dengan
iman dan pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala perbuatan dan kegitan
kehidupan yang serba biasa. Kekudusan itu terungkap dalam berbagai cara oleh setiap
orang. Kehidupan Gereja bukanlah suatu sikap yang seragam, yang sama bentuknya untuk
semua, melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan yang berasal dari
Kristus. Kesucian ini adalah kekudusan yang harus diperjuangkan terus -menerus.
Singkatnya:
1) Sumber dari manaGereja berasal adalah Kudus. Gereja didirikan oleh Kristus. Gereja
menerima kekudusannya dari Kristus dan doa-Nya. “Ya Bapa yang kudus,…
kuduskanlan mereka dalam kebenaran…” (Yoh 17:11)
2) Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja bertujuan untuk memuliakan Allah dan
untuk penyelamatan umat manusia
3) Jiwa Gereja adalah kudus. Sebab jiwa Gereja adalah Roh Kudus sendiri.
4) Unsur-unsur Ilahi yang otentik yang berada dalam Gereja adalah kudus, misalnya
ajaran-ajaran dan sakramen-sakramennya,
5) Anggotanya adalah kudus karena ditandai oleh Kristus melalui pembabtisan dan
diserahkan kepada Kristus serta dipersatukan melalui iman, harapan dan cinta yang
kudus. Semua ini tidak berarti bahwa anggotanya selalu kudus(suci) namun ada juga
yang mencapai tingkat kekudusan yang heroik. Kita semua dipanggil untuk
kekudusan (kesucian)
68
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
dalamnya ajaran bagaikan dari tongkat rasul-rasul tertentu dateruskan sampai pada Uskup
sekarang.Yang disebut apostolik bukanlah para uskup melainkan Gereja.Hubungan
historis itu jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai kelangsungan iman
dan pengakuan.
Gereja yang apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku padaGereja
perdana.Gereja tetap berkembang di bawah bimbingan Roh Kudus dan tetap berpegang
pada Gereja para rasul sebagai norma imannya. Hidup Gereja tidak boleh bersifat rutin,
tetapi dinamis.Singkatnya Gereja disebut apostolik, karena Gereja berhubungan dengan
para rasul yang diutus Kristus. Hubungan itu tampak dalam:
1) Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul.
2) Ibadat dan struktur Gereja berasal dari para rasul.
3) Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang
mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul.
4) Legitimasi fungsi dan kuasa hierarki diwarisi dari para rasul.
C. TUGAS-TUGAS GEREJA
1. Pengertian dan Bentuk Konkret Tugas Gereja Menguduskan
Allah adalah kudus, bahkan disebut “Mahakudus”.Allah yang kudus memanggil
manusia supaya menjadi kudus.Kristus Tuhan, Imam Agung yang dipilih dari antara manusia
menjadikannya umat baru…kerajaan imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya” (Why
1:6).Mereka yang dibabtis dan diurapi dengan Roh Kudus disucikan menjadi kediaman Ilahi
dan imamat suci untuk mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya
kekuatan-Nya. Oleh sebab itu Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah dan
mempersembahkan diri sebagai kurban yang hidup suci, dan berkenan kepada Allah.
Jadi seluruh Gereja diberi imamat Kristus untuk melakukan suatu ibadat Rohani demi
kemuliaan Allah dan keselamatan manusia.Yang dimaksud dengan ibadat rohani adalah setiap
ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristen.Dalam urapan Roh s eluruh hidup
dapat dijadikan ibadat oleh satu rohani.“Persembahkan tubuhmu sebagai kurban hidup, suci
dan berkenan kepada Allah.Itulah ibadat rohani yang sejati (Rm 12:1). Konstitusi Lumen
Gentium menandaskan: “semua kegiatan mereka, doa dan kerasulan hidup suami istri dan
keluarga,kegitan sehari-hari dan rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam Roh, bahkan
kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar menjadi kurban rohani, yang dapat diterima Allah
dengan perantaraan Yesus Kristus” (Bdk. 1Ptr 2:5). Dalam perayaan Ekaristi, kurban ini
dipersembahkan dengan sangat hikmat kepada Bapa,bersama dengan persembahan Tubuh
Tuhan (LG art 34).Bentuk-bentuk kegiatan pengudusan yang sering dilakukan di dalam
Gereja adalah:
69
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Orang bisa saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan berdoa bersama
atasnama kelompok. Namun doa-doa itu tidak mewakili seluruh Gereja. Ada doa dimana
satu kelompok berdoa atas nama dan mewakili Gereja secara resmi. Doa kelompok yang
resmi itu disebut ibadat atau liturgi. Liturgi merupakan perayaan iman.Perayan iman
merupakan pengungkapan iman Gereja, dimana orang yang dalam perayaan iman
mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan
partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang
diungkapkan dalam doa. Kekhasan doaGereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru
karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa
menjadi doa seluruh Gereja yang adalah mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus sang
penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat. Liturgi sungguh-
sungguh menjadi doa dalam arti penuh, bila semua yang hadir secara pribadi dapat bertemu
dengan Tuhan dalam doa itu. Kalau demikian terjadi seperti yang tertulis dalam Kitab Suci
“Di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Ku, disitu Aku ada ditengah-
tengah mereka” (Mat 18:20). Hal ini pula digariskan dalam Konsili Vatikan II: “didalam
jemaat-jemaat, meskipun hanya kecil dan miskin dan tinggal tersebar, hiduplah Kristusdan
berkat kekuatan terhimpunlah Gereja yang satu, kudus, Katolik dan apostolik” (LG, art
26). Karena Kristus liturgi membuat jemaat setempat menjadi Gereja dalam arti yang
penuh, sebab dalamnya setiap orang didorong kearah kesatuan secara pribadi dengan
Kristus dan bersama-sama mereka membentuk Gereja Kristus.Dengan demikian,”setiap
paroki dalam arti tertentu menghadirkan Gereja semesta” (SC art 42). Ibadat resmi Gereja
tampak dalam ibadat pagi, ibadat siang, ibadat sore dan ibadat malam serta ibadat bacaan.
Liturgi sungguh-sungguh menjadi doa dalam arti penuh, jika semua yang hadir dapat
bertemu dengan Tuhan dalam doa bersama itu.
b. Perayaan Sakramen-sakramen
Doa atau ibadat liturgi sebagai sarana pengudusan umat dalam kesatuan dengan
Kristus berlaku secara istimewa untuk upacara-upacara liturgi yang disebut sakramen.
70
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
menyembuhkan dan merangkul kita. Meskipun yang tampak dimata kita, yang
bergaung di telinga kita hanya hal-hal atau tanda biasa, namun Kristuslah yang
berkarya lewat tanda itu.
2) Ketujuh Sakramen
a) Sakramen Baptis
Jika seorang secara resmi menyatakan tobat dan imannya kepada Yesus
Kristus dan bertekad untuk bersama umat ikut dalam panggilan Kristus, maka ia
diterima dalam umat yang sejak zaman para rasul disebut sakramen permandian.
Orang tersebut laksana baru lahir didalam Gereja. Peristiwa kelahiran baru menjadi
Putra Bapa dalam Roh Kudus. Berarti selanjutnya ia ikut menghayati hidup Kristus
sendiri yang ditandai oleh wafat dan kebangkitan-Nya. Dengan pemurnian,
mulailah babak baru dalam hidup seseorang. Kristus sendiri menjiwai dia melalui
Roh Kudus-Nya, maka segala pelanggaran dan dosa yang telah diperbuatnya
dihapus.
Sakraramen pembaptisan merupakan sakramen insiasi yang pertama.Disebut
pembaptisan karena ritual sentral yang dirayakan.Melalui sakramen ini, seseorang
yang dibaptis ditenggelamkan kedalam kematian Kristus dan bangkit bersamanya
sebagai “ciptaan baru” (2 Kor 5:17).Sakramen ini disebut juga “permandian
kelahiran kembali dan pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus” (Tit
3:5).Sakramen pembaptisan diini dimulai sejak hari pentekosta dan diberikan
kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus.Adapun ritus pokok dari
sakramen baptis adalah dengan membenamkan calon kedalam air atau
menuangkan air ke atas kepala sambil mengucapkan rumusan Trinitas dan “Dalam
Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus”. Dan setiap orang yang belum di baptis
berhak menerima sakramenini.
Buah yang diterima dari sakramen pembatisan adalah:
Penghapusan dosa asal, dosa pribadi dan hukuman karena dosa.
Mengambil bagian dalam kehidupan Allah Tritunggal dengan memperoleh
rahmat pengudusan, rahmat pembenaran yang mempersatukan seseorang
dengan Kristus dan Gereja-Nya
71
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
b) Sakramen Krisma
Bagi orang dewasa sakramen penguatan sebetulnya merupakan bagian dari
sakramen permandian.Orang yang telah dipermandikan ditandai dengan minyak
(krisma) artinya ditandai dengan kekuatan Roh Kudus, sebelum diutus untuk
memperjuangkan cita-cita Kristus dalam Gereja dan masyarakat. Sakramen
penguatan menjadi tanda kedewasaan, maka orang yang menerima sakramen
tersebut turut serta bertanggung jawab atas kehidupan umat Allah.Kepada setiap
orang Roh Kudus memberi karisma-karisma-Nya. Atas karisma Tuhan itu, orang
yang bersangkutan menyadari tanggung jawabnya terhadap sesama.
Disebut krisma karena ritus pokoknya ialah pengurapan dengan minyak suci
(krisma), atau penguatan karena bertujuan untuk menguatkan dan memperkokoh
rahmat sakramen baptis. Ritus pokok dari sakramen krisma adalahpengurapan
dengan minyak krisma dan penumpangan tangan (uskup) sambil mengucapkan
kata sakramental dari ritus tsersebut (semoga engkau dimeteraikan dengan karunia
Roh Kudus). Yang dapat menerima krisma adalah mereka yang sudah dibaptis dan
dapat menerimanya serta dalam keadaan berahmat. Sedangkan pelayan sakramen
ini adalah Uskup.
Buah dari sakramen krisma adalah:
Pencurahan Roh Kudus secara khusus
Memperoleh meterai kekal
Menumbuhkan rahmat sakramen pembatisan
Maasuk lebih dalam menjadi putera/i ilahi
Mempererat hubungan dengan Kristus dan Gereja
Memperkuat anugerah Roh Kudus dalam jiwanya
Memberikan kekuatan khusus dalam memberikan kesaksian imankristen.
c) Sakramen Ekaristi
Pada malam menjelang sengsara-Nya, Yesus mengajak para murid-Nya
untuk merayakan hari kemerdekaan bangsa-Nya (paskah). Dalam perjamuan
paskah itu Yesus mengambil roti, memecahkannya, membagi-bagikan roti itu
seraya berkata: “makanlah roti ini, karena inilah yang dikurbankan bagimu”,
kemudian Yesus mengambil sebuah cawan berisi air anggur lalu berkata:
“minumlah dari piala ini karena inilah Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal
yang diadakan dengan kalian dan semua manusia demi pengampunan dosa”. Jadi
kalau Yesus memberikan tubuh dan Darah-Nya, Ia menyerahkan diri-Nya
seluruhnya untuk kita.
Ekaristi adalah kurban Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri yang
ditetapkannya untuk mengabdikan kurban salib selama perjalanan waktu sampai
kedatangan-Nya kembali. Sakramen Ekaristi: tanda kesatuan, ikatan cinta kasih,
perjamuan paskah, saat Kristus diterima sehingga jiwa dipenuhi rahmat dan
jaminan kemuliaan.Yesus menetapkan Ekaristi pada hari Kamis Putih yakni pada
Malam Perjamuan Terakhir yang diadakan Yesus bersama para murid-Nya. Bagi
72
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
kita Ekaristi adalah sumber dan puncak semua kehidupan Kristen.Ekaristi terdiri
dari 2 bagian besar: Liturgi Sabda & Liturgi Ekaristi. Sedangkan unsur-unsur
pokok untuk merayakan Ekaristi adalah Roti gandum dan anggur murni.
Karena Ekaristi ini merupakan kurban Kristus, maka orang yang
merayakannya pun harus memiliki disposisi batin yang sesuai. Adapun Syarat
untuk menerima komuni adalah:
Sudah dibaptis secara katolik dalam keadaan rahmat
Setiap orang yang sadar melakukan dosa berat harus menerima sakramen tobat
lebih dahulu
Menciptakan suasana hening dan doa
Memperhatikan pantang yang diwajibkan Gereja dan sikap tubuh yang pantas
d) Sakramen Tobat
Selama hidup kita di dunia, kita tidak pernah luput dari kesalahan dan
dosa.Kita hidup dalam “situasi dosa”.Perjuangan untuk berdiri teguh, tidak berdosa
memang merupakan perjuangan yang tak kunjung selesai.Oleh karena itu, usaha
untuk bangun lagi sesudah jatuh, berbalik lagi kepada Tuhan dan sesama
merupakan unsur hakiki dan harus selalu ada dalam hidup kita.Tanda pertobatan di
hadapan Tuhan dan sesama ini diterima dalam sakramen tobat.
Kristus menerapkan sakramen ini untuk pertobatan orang yang dibaptis
yang terpisah dari Dia karena dosa.Unsur-unsur pokok dalam sakramen tobat
adalahtindakan orang yang datang dan bertobat melalui karya Roh Kudus dan
pengampunan dosa dari imam yang bertindak atas nama Kristus untuk
memberikan pengampunan, menentukan cara untukk berbuat silih atas dosa yang
diperbuatnya.Yang harus dilakukan peniten adalah pemeriksaan batin yang
seksama, melakukan pertobatan dan pengakuan.
Buah-buah sakramen tobat adalah:
Berdamai kembali dengan Allah dan gereja
Pemulihan keadaan rahmat, jika itu sudah hilang karena dosa.
Penghapusan hukuman kekal karena dosa-dosa berat dan penghapusan paling
sedikit utk sebagian hukuman sementara akibat dosa
Memberikan kedamaian, ketenangan suara hati, penghiburan rohani.
Bertambahnya kekuatan rohani utk berjuang dalam kehidupan Kristen.
73
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Kudus-Nya yang ditandai dengan minyak suci. Dengan demikian si sakit dibuat
siap dan tabah untuk menerima apa saja dari tangan Allah yang mencintai
manusia, baik dalam kesembuhan, maupun dalam maut. Dengan menderita seperti
Kristus, si sakit lebih serupa dengan Kristus.
Dalam Perjanjian Lama penyakit dipandang sebagai tanda kelemahan dan
akibat dosa. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, Yesus melakukan penyembuhan
terhadap orang sakit untuk menandakan bahwa Kerajaan Allah sudah datang
bersama-Nya.Maka sikap Gereja terhadap orang sakit adalah berusaha
menyembuhkannya dengan merawat dan menemani mereka dengan doa-doa
permohonan.
Adapun penerima SPOSadalah mereka yang dalam bahaya maut karena
penyakit atau usia lanjut, orang yang sakit berat, dan orang yang akan menghadapi
operasi.SPOS terdiri dari pengurapan dengan minyak pada dahi dan kedua tangan
diiringi doa Imam yang memohon rahmat khusus sakramen bagi si sakit.
Buah-buah sakramen ini adalah:
Memberikah rahmat khusus yang mempersatukan si sakit lebih erat dengan
pribadi Kristusutk kebaikannya dan kebaikan seluruh Gereja.
Memberikan penghiburan, kedamaian, keberanian dan bahkan
pengampunan dosa jika si sakit mampu mengakukan dosanya.
Jika dikehendaki Allah, Sakramen ini dapat menyembuhkan.
Mempersiapkan si sakit untuk perjalanan menuju rumah Bapa.
f) Sakramen imamat
Umat membutuhkan pelayan-pelayan yang bertugas menunaikan tugas
pelayanan di tengah umat demi kepentingan dan perkembangan umat dalam hidup
beriman dan bermasyarakat. Pelayan-pelayan itu juga berfungsi
untukmempersatukan umat,membimbing umat dengan berbagai cara demi
penghayatan iman pribadi dan bersama; membantu melancarkan komunikasi iman
demi tercapainya persekutuan umat, persekutuan iman. Pelantikan para pelayan itu
dirayakan, disahkan dan dinyatakan dalam tahbisan.
Tahbisan (ordo) menunjukkan tingkatan gerejawi yang dimasuki oleh
seseorang melalui upacara pengudusan khusus (ordinasi).Melalui rahmat khusus
Roh Kudus, sakramen ini membuat orang yang menerimanya mampu
melaksanakan kuasa suci atas nama dan wewenang Kristus untuk pelayanan umat
Allah.Sakramen ini dilaksanakan dengan penumpangan tangan oleh Uskup yang
mengucapkan doa agung penahbisan. Yang dapat menerima Sakramen ini: orang
yang sudah dibaptis secara katolik, belum dan tidak menikah, melewati penilaian
kelayakan utk pelayanan oleh otoritas Gereja.Dalam Gereja Katolik terdapat tiga
tingkatan tahbisan yakni Episkopat (Uskup), Prebisterat (Imam)dan Diakonat
(Diakon).
Buah-buah yang dihasilkan sakramen ini adalah:
Memberikan pencurahan khusus Roh Kudus yang menjadikan orang yang
menerimanya serupa dengan Kristus dalam tigajabatannya yakni sebagai Imam,
Nabi & Raja sesuai dengan tingkatan sakramen yang diterimanya.
Memberikan meterai kekal yang tidak terhapuskan.
74
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
g) Sakramen Perkawinan
Membangun keluarga merupakan kejadian yang sangat penting dalam
hidup seseorang.Tentu usaha sepenting ini tidak luput dari perhatian Kristus serta
umat-Nya.Maka Kristus sendiri hadir dalam cinta suami istri.Cinta mereka menjadi
tanda dari cinta Kristus kepada Gereja-Nya.Kristus menguduskan cinta insane
menjadi alat dan sarana keselamatan pribadi.Sakramen perkawinan berlangsung
sepanjang hidup dan mengandung panggilan luhur untuk membina keluarga
sebagai tanda kasih setia Allah bagi setiap insan.Suami istri yang hidup dalam
perkawinan Katolik dipanggil pula untuk memberi kesaksian kepada dunia tentang
cintaAllah kepada umat manusia melalui cinta suami istri.Hidup cinta mereka
menjadi tanda (sakramen) cinta Allah kepada manusia.
Allah adalah cinta dan yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan
untuk cinta dan mtelah memanggil mereka untuk mencinta. Maka tujuan
perkawinan adalah untuk persatuan dan kebaikan pasangan dan prokreasi
(menurunkan serta mendidik anak-anak).Unsur baru yang diberikan Kristus
kepada perkawinan tidak hanya memulihkan martabat perkawinan tetapi
mengangkatnya kedalam martabat Sakramen.Juga memberikan rahmat khusus
kepada kedua mempelai untuk menghayati perkawinan mereka sebagai simbol
cinta Kristus kepada Gereja-Nya.cirimonogam dan tak terceraikan merupakan ciri
perkawinan katolik.
Buah-buahnya yang dihasilkan sakramen ini adalah:
Menetapkan ikatan yang kekal dan eksklusif antar kedua mempelai
Allah memeteraikan perkawinan mereka.
Tidak pernah dapat diceraikan.
Memberikan rahmat yang dibutuhkan kedua mempelai untuk mencapai
kesucian dalam kehidupan perkawinan mereka,
jika dianugerahi anak-anak, menerima tanggung jawab untuk merawat dan
mendidik mereka.
75
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
berkata: kami adalah hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang harus kami
lakukan” (Lk 17:10).
Pelayanan Kristiani adalah sikap pokok para pengikut Kristus. Dengan kata lain,
melayani sesama adalah tanggung jawab setiap orang kristiani sebagai konsekuensi imannya.
Dengan demikian, orang kristen tidak hanya bertanggung jawab terhadap orang lain tetapi
menjadi sesamanya.Ciri-ciri pelayananGerejaantara lain:
a. Bersikap sebagai pelayan
Yesus menyuruh para murid-Nya untuk bersikap sebagai “yang paling rendah dari semua
dan sebagai pelayan dari semua” (Mrk 9:35) Yesus sendiri memberi teladan dan
menerangkan bahwa demikianlah kehendak Bapa.Menjadi pelayan adalah sikap yang
radikal.
b. Kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan dan Guru.
Sedangkan Ciri religious pelayanan Gereja adalah menimba kekuatan dari teladan
Yesus Kristus. Maka:
a. Orientasi pelayanan Gereja kepada kaum miskin. Janganlah mereka menjadi objek belas
kasihan. Pelayanan berarti kerja sama,di dalamnya semua orang merupakan subjek yang
ikut bertanggung jawab. Yang pokok adalah harkat,martabat, harga diri, bukan kemajuan
dan bantuan spiritual atau sosial yang hanyalah sarana. Tentu sarana juga penting, dan tak
dapat ditinggalkan begitu saja, namun yang paling pokok adalah sikap pelayanan itu
sendiri.
b. Kerendahan hati
Dalam pelayanan, Gereja harus tetap bersikap rendah hati.Gereja tidak boleh bangga diri
tetapi tetap melihat dirinya sebagai “hamba yang tak berguna”
Bentuk-bentuk pelayanan Gereja dewasa ini dapat bersifat ke dalam dan juga ke
luar.Pelayanan ke dalam adalah pelayanan untuk membangun jemaat.Pelayanan ini biasanya
dipercayakan kepada pejabat hierarki, namun awampun diharapkan dapat berpartisipasi di
dalamnya, misalnya melibatkan diri dalam kepengurusan dewan keuskupan, dewan paroki,
pengurus lingkungan, dsb.Pelayanan ke luar adalah pelayanan demi kepentingan masyarakat
luas. Bentuk-bentuk pelyanan Gereja Katolik di Indonesia untuk masyarakat luas adalah:
pelayanan di bidang pendidikan dan kebudayaan, kesejahteraan, politik dan hukum.
76
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
selanjutnya tergantung pada norma itu. Tugas pewartaan itu tidak lain adalah
mengaktualisasi apa yang disampaikan oleh Kristus sebagaimana diwartakan oleh para
rasul.
Dengan demikian sabda Allah sungguh datang kepada manusiadan menyelamatkan
mereka yang mendengarkan dan melaksanakan pewartaan Gereja.Pewartaan sabda Allah oleh
Gereja bukan hanya sekedar informasi mengeni Allah dan Yesus Kristus, melainkan
sungguh-sungguh menghadirkan Kristus yang mulia.Di dalamnya Kristus meyelamatkan,
menyembuhkan hati setiap orang yang membuka diri dan mendengarkan sabda yang
membebaskan itu.Kristus membebaskan kita dari dosa melalui sabda-Nya.
Ada dua pola dalam pewartaan Gereja, yaitu:
a. Pewartaan verbal
Pewartaan verbal pada dasarnya merupakan tugas hierarki, tetapi para awam diharapkan
dapat berpartisipasi dalam tugas ini, misalnya sebagai katekis, guru agama, fasilitator
pendalaman Kitab Suci, dsb. Bentuk-bentuk pewartaan masa sekarang:
1) Khotbah atau homili
Khotbah adalah pewartaan tematis.Homili adalah pewartaan berasarkan suatu perikop
Kitab Suci.Kedua-duanya merupakan pewartaan dari mimbar.Khotbah dan homili
yang baik harus menyapa manusia.Walaupun secara lahiriah terjadi komunikasi satu
arah, tetapi khotbah yang baik harus menciptakan komunikasi dua arah secara
batiniah.
2) Pelajaran Agama
Dalam pelajaran agama diharapkan para guru mendampingi peserta didik untuk
menemukan makna hidupnya dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. Pelajaran
agama adalah proses pergumulan hidup nyata dalam terang iman.
3) Katekese umat
Katekese umat adalah kegiatan suatu kelompok umat, dimana mereka aktif
berkomunikasi untuk menafsirkan hidup nyata dalam terang injil, yang diharapkan
berkelanjutan dengan aksi nyata sehingga dapat membawa perubahan dalam
masyarakat ke arah yang lebih baik.
4) Pendalaman Kitab Suci
Pendalaman Kitab Suci dapat dilakukan dalam keluarga, kelompok atau pada
kesempatan-kesempatan khusus seperti pada masa adven dan masa prapaskahdan pada
bulan kitab Suci (September)
b. Pewartaan dalam bentuk kesaksian
Pewartaan dalam bentuk kesaksian pada dasarnya lebih dipercayakan kepada para
awam.Setiap orang kristiani dalam hidupnya diharapkan dapat menjadi garam dan terang
di dalam masyarakat.Tugas pewartaan adalah mengaktualisasikan sabda Tuhan yang
disampaikan didalam Kristus sebagaimana diwartakan oleh para rasul.Usaha
mengaktualisasi sabda Tuhan itu mengandaikan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi.
Tuntutan-tuntutan itu antara lain:
1) Mendalami dan menghayati sabda Tuhan
Pengenalan dan penghayatan yang diwartakan adalah Sabda Allah. Orang tidak dapat
mewartakan sabda Allah dengan baik, jika ia sendiri tidak mengenal dan
menghayatinya. Oleh sebab itu, kita hendaknya cukup mengenal, mengetahui dan
menghayati isi Kitab Suci, ajaran-ajaran resmi Gereja, dan seluruh Gereja baik
universal maupun lokal.
2) Mengenal umat atau masyarakat konteksnya
Pengenalan latar belakang orang-orang yang kepadanya sabda Allah akan disampaikan
tentu sangat penting. Kita harus mengenal jiwa dan budaya mereka. Dengan kata lain,
pewartaan kita sungguh harus menyapa para pendengarnya, harus inkulturatif.
77
BAB V
IMAN YANG MEMASYARAKAT
Pengantar
Hidup dan kehidupan adalah anugerah terbesar dari Allah terhadap setiap manusia.
Dan setiap anugerah selalu mengandung suatu tugas yakni memelihara dan mengembangkan
apa yang telah kita terima. Pada hakekatnya manusia hidup untuk berkembang dengan sebaik-
baiknya, maka rasa syukur dan tanggung jawab terhadap Sang Pencipta diamalkan dan
diwujudkan dengan memelihara ciptaan-Nya dengan hormat dan bijaksana. Manusia harus
menyadari eksistensinya sebagai citra Allah yang bermartabat luhur. Untuk itu manusia harus
merenung secara mendalam, membangun kesadaran dan memiliki kemauan yang baik dan
kuat untuk mengemban tugas ini, memiliki rasa kagum dan hormat terhadap kehidupan yang
sudah dianugerahkan, terutama kehidupan manusia. Sebagai citra Allah, manusia dipanggil
untuk memelihara dan mengembangkan kehidupan didunia ini sehingga kelak menikmati
kebahagian abadi bersama Dia.
Dalam melaksanakan tugasnya memelihara kehidupan dituntut sikap tanggung jawab
dari manusia. Tanggung jawab ini sudah harus dibangun sejak dalam keluarga. Keluarga
menjadi tempat pertama dan utama dari perwujudan martabat manusia. Keluarga menjadi awal
pengembangan martabat manusia dan sekaligus pengembangan citra dirisebagai manusia.
Keluarga yang dimaksud tidak hanya kelurga inti, tetapi mencakup seluruh kelurga besar
karena merupakan kesatuan sosial, berdasarkan hubungan biologis, ekonomis, emosional dan
rohani yang bertujuan mendidik dan mendewasakan anak-anak sebagai anggota aneka
masyarakat luas dan terbatas.
a) Kehidupan ekonomi
Potret buram kehidupan bangsa kita ditandai dengan kesenjangan yang sangat tajam
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kemiskinan adalah kenyataan hidup begitu banyak
wargadi negara Indonesia. Upaya yang ditempuh melalui kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah sepertinya tidak membuahkan hasil menuju kemajuan. Yang terjadi bukan
mengangkat masyarakat dari kemiskinan yang menghimpit, melainkan menimbulkan
ketergantungan yang semakin besar pada sumberdaya yang bukan merupakan bagian dari
ekonomi rakyat biasa. Dalam arus dan gerak ekonomi globalisasi yang berlangsung
dewasa ini, kebijakan yang mengarah pada kesejahteraan bersama justru semakin tidak
memperdulikan potensi ekonomi rakyat biasa. Bidang pertanian yang menjadi usaha
produktif rakyat kebanyakan mengalami penurunan. Sumber kehidupan masyarakat itu
begitu mudah berubah menjadi pusat pembelanjaan-pembelanjaan besar dan perusahaan-
perusahaan komersial yang lebih memupuk budaya konsumeristis. Keadaan ini tidak
memberi tempat dan kesempatan untuk masyarakat kecil. Disamping itu masih diperparah
dengan musibah demi musibah, seperti: longsor, banjir, kebakaran hutan yang kebanyakan
disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
79
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
b) Kehidupan budaya
Kesatuan bangsa Indonesia dengan keanekaragaman yang ada bukanlah bahan jadi yang
kita terima begitu saja. Kesatuan itu adalah proses yang terus menerus harus dibangun.
Bangsa kita memiliki kebudayaan yang majemuk, terdiri dari beraneka ragam suku, bahasa
daerah dan adat istiadat. Kebudayaan bangsa yang beraneka ragam, hendaknya dibangun
untuk memupuk dan mengembangkan persatuan bangsa agar jangan sampai terjadi
pengkotak-kotakkan di dalam masyarakat karena suku, ras, kedaerahan dan agama atau
kepercayaan yang berbeda. Dengan kebudayaan itu maka persatuan sejati seluruh bangsa
menjamin hak dan kewajiban semua orang yang berperan serta di dalam pembangunn
kebudayaan nasional yang terbuka dan selaras dengan tuntutan dan perubahan
perkembangan zaman. Budaya menghargai kesepadanan antara pria dan wanita.
Pembangunan kebudayan nasional membutuhkan pengembangan setiap daerah secara
terbuka. Dengan demikian kesesatuan bangsa tetap terjaga dan memungkinkan
pembangunan bangsa yang lebih utuh.
80
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
b) Individualistis merupakan sifat tidak mau peduli dan mementingkan diri sendiri.
Individualisme adalah pengaruh dari gaya orang-orang yang tinggal di perkotaan,
terutama golongan menengah ke atas. Kesibukan yang melanda masyarakat membuat
dirinya menjadi individualistis. Masing-masing orang mengurus kepentingan pribadinya
tanpa mau terusik dengan orang lain. Sebagai contoh: seorang ayah yangbekerja seharian
di luar rumah meninggalkan keluarganya dan menyibukkan dirinya di kantor dan
kemungkinan besar lebih gampang terseret dalam sifat individualistis ini. Apabila malam
hari ia pulang ke rumah, masih lagi membawa pekerjaan kantor yang belum terselesaikan,
maka hampir tidak ada waktu lagi yang tersisa bagi keluarganya. Dengan demikian,
kehangatan dalam rumah tangga dan relasi dalam bertetangga perlahan mulai terkikis dan
berkembang menjadi individualistis.
a. Ketidakadilan
Situasi masyarakat kita dewasa ini mengalami berbagai gejala yang tidak
menghormati hak orang lain. Kita dapat melihat realitas yang mencerminkan ketidakadilan
dalam hidup bersama. Gejala itu antara lain: perampasan dan penggusuran hak milik
orang lain, perampokan, pemerasan, KKN (Korupsi, kolusi dan nepotisme), dsbnya.
Tindakan-tindakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kita, sadar atau tidak sadar
sering tidak menghormati hak milik orang lain termasuk hak milik masyarakat dan negara.
Berbagai tindakan ketidakadilan ini menimbulkan kesengsaraan dalam masyarakat.
Disamping itu, juga mengakibatkan kemiskinan bagi mayoritas bangsa.
81
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Tindakan ketidakadilan ini dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk sistem dan
struktur ekonomi, politik yang dibangun oleh penguasa seringkali hanya menguntungkan
golongannya saja dan sebaliknya sangat merugikan masyarakat lemah serta menciptakn
ketergantungan rakyat kecil. Pembangunan ekonomi dan sosial politikpun belum
menciptakan kesempatan yang luas bagi orang-orang kecil tetapi malah mempersempit
ruang gerak mereka untuk mengungkapkan jati dirinya secara penuh. Orang-orang kecil
tetap saja menjadi kelompok yang tersisih dan menderita.Ada berbagai bentuk
ketidakadilan antara lain diskriminasi dan tidak berperikemanusiaan terhadap kaum
perempuan, anak-anak, pendatang, suku, budaya, agama, dsb.
b. Ketidakjujuran
Kita hidup ditengah masyarakat yang penuh dengan kebohongan. Banyak orang
bersikap dan bertindak tidak jujur. Beberapa bentuk ketiakjujuran antara lain:
1) Dalam bidang politik
Penguasa dapat bersikap curang dan korup untuk kepentingan diri dan golongan,
memanipulasi undang-undang dan peraturan, menggunakan agama untuk kepentingan
politik, dsb. Sementara rakyat jelata yang menghadapi kekuasaan sewenang-wenang
bersikap munafik, formalistik, ABS (Asal Bapak Senang), dst.
2) Dalam bidang ekonomi
Penguasa dan pengusaha akan bersikap korup, menggelapkan uang negara, kredit
macet, dsb. Rakyat akan berusaha untuk menipu, menyogok dan ABS.
3) Dalam bidang pendidikan
Penguasa merekayasa pendidikan, termasuk undang-undangnya, mentolerir budaya
tertentu dan mendiskreditkan budaya daerah lain. Rakyat dan anak didik bersikap
formalistik, munafik, dsb.
Hal yang mendorong ketidakjujuran ini antara lain keserakahan pada kekuasaan
akan harta dan kedudukan. Manusia berusaha untuk mengumpulkan harta sebanyak
mungkin dengan berbagai cara, juga berusaha mempertahankan kedudukan tanpa mau
melepasnya. Dengan uang dan kekuasaan manusia dapat memiliki apa saja bahkan harus
berlaku tidak jujur. Akibatnya merugikan diri sendiri dan orang lain serta mendatangkan
penderitaan.
Jujur berarti tulus hati, tidak curang pada diri sendiri dan juga orang lain.
Kejujuran berarti keselarasan antara kata dan perbuatan. Kejujuran adalah nilai yang paling
penting karena menimbulkan kepercayaan, juga merupakan dasar dari landasan
82
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
hidup. Tanpa kejujuran orang tidak dapat bergaul secara wajar. Kejujuran dapat menjadi
modal untuk perkembangan pribadi dan kemajuan kelompok. Orang yang jujur akan
sanggup menerima kenyataan pada diri sendiri, orang lain maupun kelompok. Sikap inilah
yang akan membawa perkembangan pada pribadi dan kelompok. Kejujuran dapat
memecahkan berbagai persoalan, baik persoalan pribadi maupun kelompok, masyarakat
maupun negara.
a. Ketidakadilan
Dalam teks Kitab Suci, kita bisa menemukan beberapa cerita tentang kasus-kasus
ketidakadilan. Kitab Suci menceritakan tentang tokoh-tokoh yang serakah dan tentu
mendatangkan kesengsaraan orang lain. Dalam Kitab Amos diceritakan bagaimana Nabi
Amos tampil di panggung sejarah pada saat bangsa Israel mencapai puncak
kemakmuransekitar tahun 750 SM. Sebagai seorang nabi, ia diutus untuk mengingatkan
bangsa Israel agar bertobat dari segala tingkahlaku mereka yang tidak berkenan di hati
Allah. Mereka harus membenci yang jahat dan mencintai yang baik serta menegakkan
keadilan (Am 1-6). Situasi bangsa Israel saat Amos tampil sebagai nabi adalah kekayaan
dikuasai oleh sekelompok orang yang merusak hidup mereka sendiri. Orang-orang yang
berkuasa dan kaya menipu dan memeras orang kecil. Upacara keagamaan yang meriah
hanya merupakan kedok untuk menutupi kejahatan. Ibadat bangsa Israel hanya
merupakan kepalsuan sehingga dibenci oleh Tuhan (Am 5:21-27).
Dalam situasi ini nabi Amos sebagai penyambung lidah Allah, selain mengecam
perilaku orang Israel yang tidak berkenan di mata Allah juga menunjuk jalan keluar yang
harus di tempuh untuk menghindari hukuman Allah, yaitu pertobatan yang mendalam (Am
9:11-15). Apa yang diserukan nabi Amos ini diserukan pula oleh Gereja sekarang ini.
Gereja tetap mewartakan perintah ke-7 dari Dekalog yaitu, “jangan mencuri”. Larangan
jangan mencuri, dipahami dalam maksud aslinya yaitu mencuri orang dan menjadikan
budak. Menculik sama dengan membunuh. Merampas kebebasan seseorang sama dengan
mengambil hidupnya. Perintah ke-7 ini kemudian diperluas oleh Gereja menjadi “jangan
mencuri milik orang lain”. Melanggar milik orang lain itu melanggar keadilan.
b. Ketidakjujuran
Dalam Kitab Suci, kita melihat bahwa Yesus sangat tidak suka dengan orang yang
melakukan ketidakjujuran. Karena itu Yesus tidak segan-segan mengkritik bahkan
mecemap perbuatan tersebut. Sebagai acuan kita memahami ketidakjujuran dalam sorotan
Kitab Suci, bisa kita baca dalam Mat 23:12-14; 27-28 dan Luk 11:42-43 tentang kecaman
Yesus terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahl Taurat. Hal ini dilakukan Yesus karena
kemunafikan dan ketidakjujuran yang mereka lakukan, sehingga merugikan orang lain.
Yang dikehendaki Yesus adalah bahwa manusia senantiasa hidup jujur.
Dalam hal kejujuran, Yesus sangat berbicara tegas. Yesus mengecam orang-orang
yang berlaku tidak jujur dan munafik. Orang-orang munafik sangat sulit untuk bertobat,
karena merasa menganggap dirinya suci. Mereka mengandalkan kesalehan, kekudusan
dan kekutannya sendiri. Mereka merasa tidak membutuhkan bantuan dan kasih karunia
Allah lagi. Mereka dapat merebut keselamatan dengan jasa-jasanya. Yesus merasa lebih
83
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Saat ini Gereja sangat prihatin terhadap masalah-masalah keadilan sosial. Untuk
menanggapi itu maka Gereja membuat acuan untuk mempertahankan dan memperjuangkan
keadilan, yakni dengan mengeluarkan ensikik “Rerum Novarum” (Paus Leo
XIII) dan “Quadragessimo Anno” (Paus Yohanes XXIII) yang berbicara tentang keadilan
terhadap para buruh. Ensiklik “Pacem in Terris” (Paus Yohanes XXIII) berbicara tentang
perdamaian antara bangsa-bangsa dalam kebenaran, keadilan dan kemerdekaan. Ensiklik
“Populorum Progressio” (Paus Paulus V) menyinggung tentang kesenjangan antara negara-
negera kaya dan miskin di dunia ini. Di dalam ajaran sosial Gereja secara garis besar dapat
dibedakan dalam empat tema yang berkembang. Keempat tema itu menunjuk pada pokok-
pokok keadilan yang dewasa ini kita hadapi.
Tugas memperjuangkan keadilan merupakan tugas semua orang karena panggilan
untuk itu diukir oleh Allah dalam hati nuranisetiap orang. Semua orang dipanggil untuk
memberikan teladan kepada dunia untuk mencintai dan menghargai sesama khususnya orang
kecil, miskin, tertekan, menderita, terabaikan, tersisihkan, dan tersingkir dalam masyarkat.
Inilah yang harus didengungkan oleh orang kristiani bagi terciptanya keadilan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kata dan perbuatan setip orang kristiani harus selalu memancarkan kasih
Kristus, baik dalam keluarga, masyarakat maupun negara.
84
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
menjual manusia. Seks juga bukan naluri alam yang harus dilepaskan, melainkan bagian
hidup yang pantas dibina, dididik dan dikembangkan, penuh nilai dan kasih. Seks pun bukan
urusan yang diberikan pada kehendak orang perorangan. Seks menuntut tanggung jawab
sosial. Oleh karenanya, dalam semua persoalan moral seks harus pertama-tama ditanya,
bagaimana dapat ditingkatkan kemampuan memberi dan menerima kasih?
Kelakuan seksual menyangkut hubungan antarmanusia. Maka nilai perilaku seksual
pertama-tama menyangkut hubungan hati. Hubungan seksual tidak dibenarkan hanya atas
dasar hak (suami atau isteri). Perilaku seksual pertama-tama harus sesuai dengan hubungan
personal. Hubungaan seksual antara laki-laki dan perempuan terungkap dalam banyak cara,
dengan tanda-tanda afeksi yang intim dan secara khusus dalam perbuatan senggama. Menurut
ajaran moral Katolik, perbuatan senggama mendapat tempatnya yang tepat dan wajar dalam
perkawinan, sebab hanya dalam hubungan mantap dan pribadi antara suami dan isteri,
hubungan senggama dapat menjadi sarana bagi kasih dan penyerahan. Hubungan intim dan
pribadi inilah yang menjadi nilai utama dalam seksualitas dan dalam perbuatan seksual.
Beberapa masalah seksual yang dipandng oleh ajaran moral gerejawi berlawanan
dengan nilai-nilai pokok dalam seksualitas antara lain:
1. Homoseksualitas yakin hubungan seksual antara pria dengan pria atau wanita dengan
wanita. Namun diperdebatkan, apakah homoseksual harus dipandang sebagai kelainan
yang pantas ditolong, entah dengan bantuan pengobatan atau dengan pengertian dan
dukungan hidup.
2. Masturbasi yakni usaha untuk mendapat kenikmatan seksual pada diri sendiri. Hal ini
dipandang tidak sesuai dengan nilai-nilai pokok seksual, sebab seksualitas mengarahkan
orang pada sesama. Namun, penilaian hanya tepat jika diperhatikan pada konteks hidup
yang konkret. Sebab sehubungan dengan masturbasi, secara khusus kentara ciri dasar
seksualitas: seksualitas bukan semacam keadaan alamiah melainkan sebagian dari hidup
yang pribadi, sosial dan bersejarah.
85
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
Dalam kehidupan sehari-hari, berbeda pendapat adalah hal yang lumrah dan biasa terjadi.
Dalam hal itu yang penting adalah sikap menghargai dan menghormati pendapat pasangan
hidup. Berbagai masalah perbedaan pandangan akan muncul dalam keluarga (pendidikan
anak, ekonomi keluarga, KB) sehingga perlu mencari solusi yang terbaik dengan kepala
dingin. Kemungkinan besar akan dihadapkan pada perbedaan prinsip. Persoalan akan
menjadi besar bila ada salahsatu pihak suami atau isteri yang memaksakan kehendak.
Apabila hal ini tidak disikapi dengan baik atau ada pihak yang merasa disepelekan maka
percekcokan dalam rumah tangga bisa pecah. Setiap saat bisa terjadi bentrokan dalam
keluarga.
86
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
e. Kemandulan
Banyak masalah yang terjadi dalam hidup perkawinan. Salah satunya adalah kemandulan.
Hal ini serigkali menimbulkan krisis bagi pasangan suami isteri, karena seringkali saling
menyalahkan pasangannya. Apabila pasangan tersebut tidak bijaksana dalam menghadapi
masalah ini, makan akan menyebabkan hancurnya perkawinan tersebut. Karena itu, bila
salah satu dari pasangan suami isteri mengalami kemandulan, diharapkan mereka tidak
berhenti untuk saling mencintai dan menerima kekurangan pasangannya. Setiap pasangan
suami isteri katolik harus tetap menyadari bahwa meskipun perkawinan tersebut tidak
menghasilkan keturunan, namun hakekat perkawinan tersebut tidaklah berkurang.
Perkawinan tersebut tetap memiliki arti yang dalam.
a. Kitab Suci
Kesetiaan dalam perkawinan bertujuan untuk melindungi perkawinan yang sah
(bdk. Kel 20:14; Ul 5: 18; Mat 5:27. 31-32). Dan dalam sepuluh perintah Allah ditegaskan
dengan ajaran ”jangan berzinah”. Pandangan Israel kuno tentang berzinah adalah ”apabila
seorang kedapatan tidur dengan seorang perempuan yang bersuami, maka keduanya harus
dibunuh: laki-laki yang tidur dengan perempuan itu dan juga perempuan itu”. Larangan
perzinahan itu melindungi tata sosial. Pandangan Israel tentang seksualitas sangat duniawi.
Dalam Perjanjian Baru, kesetiaan dalam perkawinan menjadi pokok perhatian
Yesus. Wejangan Yesus mengenai perkawinan menegaskan kembali akan sifat dan ciri
perkawinan yang tidak terceraikan. Yesus mengingatkan soal menjaga kesetiaan
perkawinan dan menganjurkan untuk membina hidup bersama sedemikian satu sama lain
dan tidak merongong perkawinan orang lain. Dalam Mrk 10:1-12, Yesus ditanya murid-
murid-Nya mengenai perceraian. Dan Yesus mengatakan bahwa cerai sama dengan zinah.
Setiap orang yang menceraikan isterinya membuatnya berzinah dan setiap orang yang
kawin dengan perempuan yang diceraikan, berbuat zinah. Ketika bersoal jawab dengan
orang Farisi mengenai kehendak Allah sendiri yang menginginkan perkawinan yang
setia,Yesus mengatakan bahwa apa yang disatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Dalam hal ini Yesus mau menegaskan kembali maksud tradisi bangsa Israel mengenai
perceraian, yaitu bukan Musa yang menyuruh untuk memberi surat cerai namun karena
ketegaran hati bangsa Israel yang menginginkan demikian. Pokok ajaran dalam Perjanjian
Lama adalah kesatuan yang diinginkan Allah sebagaimana Allah setia dengan umat-Nya.
Kesetiaan Allah yang merupakan terwujudnya kerajaan Allah hadir dalam diri Yesus, dan
kesetiaan Allah itu menjadi efekif dalam kesetiaan suami isteri. Paulus dalam
suratnyajuga menegaskan kembali ajaran Yesus mengenai perkawinan. Tuntutan untuk
tidak bercerai dalam perrkawinan merupakan perintah Tuhan (1 Kor 7:10-11). Hal ini
menunjukkan betapa luhurnya perkawinan itu. Paulus mengajak umat untuk membangun
hidup bersama sehingga mereka yang menikah dibantu untuk setia dalam perkawinannya.
Seksualitas menunjuk pada fakta bahwa manusia selalu ada sebagai pria dan
wanita. Seks berarti segala sesuatu yang mengkhususkan manusia serta membedakannya
sebagai pria dan wanita. Maka seksualitas adalah sesuatu yang manusiawi, bukan biologi
semata-mata. Seksualitas adalah daya naluri yang
87
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
memungkinkan adanya hidup manusia. Oleh sebab itu mesti dipertanggugjawabkan pula.
Iman Kristiani mengakui manusia seperti itu sebagai ciptaan Tuhan, maka seksualitas yang
dipertanggungjawabkan itu dipandang sesuai dengan rencana Allah. Manusia menjadi diri
sebagai pria dan wanita, maka seks amat erat berkaitan dengan penampilan individu dan
dengan hidup pribadi. Seksulitas merupakan nilai sangat tinggi, karena hubungan erat
dengan manusia. Segala tindakan yang menyangkut seksualitas juga menyangkut hormat
terhadap manusia sebagai pribadi, yang tidak boleh dijadikan sarana untuk tujuan apapun
juga.
Sebagai sesuatu yang amat pribadi, seksualitas tidak dibiarkan tumbuh begitu saja,
tetapi mesti dibina oleh setiap orang agar berkembang dan menjadi dewasa. Seksualitas
mesti diatur dalam lingkungan untuk mencapai pengertian dalam kebersamaan, sebab
perbedaan antara pria dan wanita tidak hanya menyangkut pribadi melainkan penting juga
untuk susunan hidup bersama, maka penting untuk mengindahkan kaidah berikut ini: laku
seks mesti menjadi tanggung jawab pribadi, laku seks mesti menghormati pribadi orang
lain dan mengindahkan kepentingan bersama.
Kelurga adalah tempat normal bagi laku seks, karena kelurga dapat memberi
perlindungan, persekutuan pribadi dan bebas serta sekaligus lembaga tetap dalam
masyarakat. Persekutuan pribadi dan bebas dalam wujud lembaga dan tetap dalam
menciptakan rasa aman yang perlu sehingga partner laku seks tidak dipandang sebagai
objek. Perekutuan pribadi dan lembaga yang tetap dapat merupakan lingkngan dan sarana
unuk mebesarkan an mendidik anak-anak menjadi manusia mandiri. Melalui lembaga
yang dibentuk secara bebas dan diakui oleh masyarakat, laku seks diakui dan sekaligus
dibatasi; seks tidak dikutuk sebagai sesuatu yang jahat dalam masyarakat. Jika
ditempatkan dalam hidup dan perkembangan kelurga pengertian dan pelaksanaan seks
berkembng menurut perkembangan pengertian dan gaya hidup keluarga. Penghayatan
seks mengikuti irama keluarga.
Hubungan seks adalah komunikasi yang paling intim dan paling menyeluruh
dalam hubugan suami isteri sebagai perwujutan nyata dari bersatu padunya dua pribadi jiwa
dan raga. Akan tetapi hubungan seks juga dapat menjadi sumber kekecewaan, frustrasi dan
percekcokan yang pling menekan. Seks bukan pertama-tama suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mencari kepuasan biologis melainkan merupakan sebuah komunikasi yang
dimaksudkan untuk mempererat hubungan suami dan isteri dalam kasih mesra. Hubungan
seks pada dasarnya hanya ”meragakan” relasi yang ada. Bila hati dekat, hubungan seks
juga memuaskan. Akan tetapi bila hati tidak merasa dekat maka segala teknik seks yang
paling canggih sekalipun tidak akan membuat perkawinan menjadi sukses. Sebaliknya
relasi yang baik membuat seks menjadi sebuah pengalaman yang indah dan
membahagiakan. Dapat dikatakan bahwa hubungn seks bukan sekedar masalah ”tempat
tidur” melainkan masalah seluruh hubungan sepanjang hari.
b. Ajaran Gereja
Dalam dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Konstitusi Pastoral Gudium Et Spes,
perkawinan dimengerti sebagai kesatuan mesra dalam hidup dan kasih antara pria dan
wanita yang merupakan lembaga tetap yang berhadapan dengan masyarakat. Dalam hal
ini perkawinan menurut bentuknya merupakan suatu lembaga dalam kehidupan
masyarakat. Tanpa pengakuan lembaga perkawinan menjadi semacam hidup perkawinan
yang liar. Menurut maksud dan intinya perkawinan merupakan kesatuan hidup dari dua
pribadi. Maka perkawinan akan terwujud dengan persetujuan antara
88
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
seorang pria dan seorang wanita yang diungkap secarakan secara bebas untuk membagi
hidup satu sama lain, persetujuan itu dinyatakan secara publik dihadapan saksi-saksi dan
menurut aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
Perkawinan itu mempunyai pelbagai tujuan sosial. Kedua partner saling membantu
dan bukan hanya meringankan hidup melainkan membentuk kesatuan sosial yang kecil,
yang kendati terbatas namun paling kodrati sehingga tidak boleh diabdikan pada tujuan
manapun juga. Suami isteri saling membantu satu sama lain, dengan saling memberikan
dan mendapat pengertian dan mengalami berkat perkembangan satu sama lain. Dalam
perkawinan anak-anak yang lahir dididik dan dibesarkan dan sehingga kelangsungan hidup
mereka dapat terjamin. Dalam kebanyakan lingkungan kebudayaan, lembaga perkawinan
pandang sebagai tempat yang sah untuk melakukan hubungan suami isteri. Dalam
perkawinan yang sah, laku seks menjadi wajar. Jadi tujuan hidup bersama suami isteri
adalah membantu satu sama lain dan membiarkan diri dibantu oleh pasangan dalam
perjalan hidup menuju kebahagiaan didunia ini dan diakhirat.
Dalam pandangan Gereja Katolik, perkawinan adalah sakramen, di mana Allah
bertemu dengan suami isteri tersebut. Perkawinan katolik adalah sakramen karena Allah
sendirilah yang menguduskan hubungan suami isteri. Sakramen berarti tanda. Karena itu
yang ditandakan dalam sakramen perkawinan adalah:
1) Cinta Allah
Dalam sakramen perkawinan, suami adalah tanda kehadiran Allah untuk mencintai
sang isteri dan isteri menjadi tanda cinta dan kebaikan Allah kepada sang suami. Bukan
hanya sekedar tanda, tetapi dipilih menjadi utusan atautangan Tuhan. Melalui suami
atau isteri Tuhan hadir menolong, menguatkan, dan membahagiakan pasangannya.
Tuhan memilih suami dan isteri kristen supaya menjadi tanda dan sarana kasih setia-
Nya bagi satu sama lain dalam hidup bersama. Dalam kitab Kejadian pasangan
manusia dicita-citaka oleh Tuhan menurut hakikat-Nya sendiri: ”baiklah kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita supaya mereka berkuasa... maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya laki-laki dan perempuan...(Kej
1:26-28). Hakikat Tuhan adalah cinta yang maha sempurna yang menyatukan Allah
Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah juga menghendaki supaya manusia menjadi seperti
hakikat-Nyayaitu, satudalam cinta mesra. Manusia yang menjadi dua ketika Allah
menciptakan Hawa dari tulang usuk Adam dan langsung disatukan kembali secara
lebih sempurna dalam cinta. Allah membimbing Hawa kepada Adam dan Adam
menyambut dengan ucapan ”inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku”
sejak saat itu laki-laki meninggalkan bapa dan ibunya untuk bersatu jiwa dan raga
dengan isterinya. Mereka bukan lagi dua melainkan satu. Persatuan cinta antara pria
dan wanita menjadi tanda cinta-Nya.
89
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik-UniversitasJember |
90
DAFTAR PUSTAKA
Brownlee, M. (2000). Pengambilan Keputusan etis dan Faktor-Faktor di Dalamnya. Jakarta: BPK.
Gunung Mulia.
Gultom, R. (2007). Kulian Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Medan: Bina Media Perintis.
Hardowirjana, R. (2000). Zimat Kristiani: Awam Masa Kini Berevangelisasi Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Ismartono, I. (1993). Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Obor.
Jacobs, T. (2000). Imanuel: Perubahan dan Perumusan Iman Akan Yesus Kristus. Yoyakarta: Kanisius.
Kieser, B. (1992). Solidaritas 100 Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta: Kanisius.
Kircberger, G. (1999). Allah: Pengalaman dan Refleksi dalam Tradisi Kristen. Ende:
KWI. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan Referensi. Jakaarta, Yogyakarta: Obor,
Lalu, Y. (2000). Yesus Mewartakan Kabar Baik Kerajaan Allah. Jakarta: Obor.
91
MateriKuliahPendidikanAgamaKatolik -UniversitasJember|
Mangunhardjana, A. (1983). Penghayatan Agama: Yang otentik dan Tidak Otentik. Yogyakarta:
Kanisius.
Riyanto, F. E. (1995). Dialog Agama Dalam Pandangan Gereja Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Siauwarjaya, A., & Huber, T. (1987). Mengenal Iman Katolik. Jakarta: Obor.
Simon, & Dances, C. (1999). Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman Kristen. Yogyakarta:
92