Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TUGAS AKHIR SEMESTER OIKUMENIKA

DI SUSUN OLEH:

NAMA: SOLIDEO T. RUMONDOR

NIM: 201941044

YAYASAN GMIM DOMINEE ALBERTUS ZACHARIAS


RUNTURAMBI WENAS UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
TOMOHON

FAKULTAS TEOLOGI

2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha pengasih, maha penyayang dan
maha Kuasa di dalam Yesus Kristus, PutraNya yang adalah juru selamat kita. Oleh karena,
anugerahNya sehingga makalah mengenai Peranan GMIM dalam mempersatukan gereja-
gereja Indonesia dapat terselesaikan.
Sebagai tulang punggung Gereja kita mempunyai tanggung jawab untuk mengetahui
sejarah gereja kita. Tanggung jawab yang dimaksud agar kelangsungan hidup gereja dapat
berjalan seiring dengan apa yang menjadi tujuan nama gereja.
Makalah ini bertujuan agar kita sebagai jemaat mengetahui Peranan GMIM dalam
mempersatukan gereja-gereja Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yesus senantiasa
Memberkati segala usaha kita.
                                          

                                               
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II: PEMBAHASAN
BAB III: PENUTUP
A.   Kesimpulan
B.   Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Gereja Masehi injili di Minahasa di singkat GMIM adalah suatu gereja di Indonesia
yang beraliran Calvinisme di dirikan di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah di
pisahkan dari gereja induknya, Indische Kerk dan pada tanggal 30 September 1934 GMIM di
nyatakan sebagai gereja mandiri. Tanggal ini di peringati sebagai hari jadi GMIM.
GMIM adalah Gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-
gereja se-Duniadan Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia. Selain itu, GMIM juga
merupakan bagian dari Gereja Protestan di Indonesia dan anggota dari Sinode Am Gereja-
gereja di Suluttenggo (SAG), yang terdiri atas Gereja-gereja di Sulawesi Utara, tengah, dan
Gorontalo.
Gereja Masehi Injili di Minahasa (disingkat GMIM) adalah salah
satu gereja Protestan di Indonesia yang beraliran Calvinisme. GMIM didirikan
di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah dipisahkan dari gereja
induknya, Indische Kerk (yang sekarang menjadi Gereja Protestan di Indonesia/GPI) dan
pada tanggal 30 September 1934 GMIM dinyatakan sebagai Gereja mandiri dan pada tanggal
ini diperingati sebagai hari ulang tahun GMIM Bersinode.
Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris Jerman yang dididik
di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz, yang diutus
oleh Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), badan pekabaran Injil asal Belanda. Pada
tanggal 12 Juni 1831 mereka tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal ini
diperingati oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di
Tanah Minahasa.
GMIM adalah bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI). Diproklamasikan sebagai gereja
yang mandiri pada 30 September 1934, dan selama delapan tahun pertama dipimpin oleh para
pendeta Belanda, seperti: Pdt. Dr. E. A. A. de Vreede. Kemudian, sejak tahun 1945
kepemimpin diemban oleh pendeta pribumi dengan terpilihnya Ds. A. Z. R. Wenas sebagai
pimpinan gereja.

B.   Rumusan Masalah
1.    Menjelaskan Peranan GMIM dalam mempersatukan gereja-gereja Indonesia.

C.   Tujuan Penulisan
1.      Sebagai tugas semester mata kuliah oikumenika
3.      Untuk menamba wawasan.
BAB II
ISI

Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) adalah persekutuan orang-orang Minahasa


dan suku lain serta ras lain, yang ada di tanah Minahasa dan di luar tanah Minahasa, yang
percaya kepada Yesus Kristus untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar Tuhan
Allahdan menjadi berkat bagi orang banyak di manapun dan kapanpun.

Menurut tata gereja. Gmim berperan penting dalam mempersatukan gereja gereja di
Indonesia. Bisa dilihat dalam pengakuan gereja:
1. Tentang Pengakuan Gereja.

TG 1990 dan TG 1999 sangat terang benderang mencatat dalam 4 titik


Pengakuan GMIM, yaitu:

1. tentang ketaatan pada Firman Allah, pengakuan Allah yang Esa. 2.a. keterkaitan dengan
gereja di segala abad dan tempat melalui pengakuan-pengakuan iman ekumenis secara
internasional dan nasional.

2.b.bersama dengan PGI mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, Juruselamat dunia
serta Kepala Gereja, sumber kebenaran dan hidup, yang menghimpun dan menumbuhkan
Gereja sesuai dengan Firman Allah dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Ul
7:6; Mat 16:18; Ef 4:15; I Korintus 3:11 “Karena tidak ada seorangpun yang dapat
meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan yaitu Yesus Kristus”).

3.GMIM mengakui dua sakramen yaitu Baptisan Kudus yang berlaku sekali untuk selama-
lamanya dan Perjamuan Kudus dengan inti pengajarannya seperti diuraikan dalam Tata
Ibadah dan Pokok-Pokok Ajaran yang diterbitkan oleh Sinode GMIM. 4. menolak (TG 1990
‘menentang’) segala yang berlawanan dengan pengakuannya.

Ayat 1 diberikan penjelasan sbb : “Firman Allah yang disaksikan dalam Alkitab Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru” hendak menegaskan bahwa yang disebut Firman Allah itu hanya
bersumber dari Alkitab. 
Sekaligus hal ini hendak menegaskan tentang kewibawaan Alkitab Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Dalam TG 1999 ditambahkan Rumusan ini akan menjadi pedoman untuk
menyusun Pengakuan Iman GMIM.
Kata dan kalimat yang dibold ini sama sekali tidak ada dalam TG 2007.

2. Tentang Tugas/ Panggilan Gereja.

TG 1990 Bagian I Bab I Pasal 5 dan Penjelasannya sama dengan TG 1999 Peraturan Dasar
Bab I Pasal 7 dan Penjelasannya. Berikut ini kutipan dari TG 1999 :

1. Panggilan GMIM pada hakikatnya adalah panggilan seluruh anggota GMIM yang


dijabarkan dalam ayat 2-4 Pasal ini.

2. Warga GMIM dipanggil dalam rangka menampakkan keesaan dengan membaharui,


membangun dan mempersatukan Gereja untuk:

a. selalu menguji keadaan GMIM, termasuk bentuk-bentuk pengungkapan ibadahnya, dan


seluruh anggota GMIM, di bawah bimbingan Roh Kudus, untuk melihat sampai di mana
keadaan GMIM, sesuai atau tidak dengan kehendak TUHAN, 
seperti diungkapkan dalam Firman Allah serta sepadan atau tidak lagi dengan tugas panggilan
di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan hidup;

b. secara realistis, terencana dan konsekuen, berusaha untuk melaksanakan pertobatan dan
perubahan baik secara pribadi maupun persekutuan agar GMIM menjadi lebih sepadan
dengan tugas panggilan di masyarakat dan lingkungan hidup.

3. Warga GMIM dipanggil dalam rangka menyaksikan dan memberitakan Injil kepada segala
makhluk dengan :

a. mengabarkan Berita Kesukaan yang utuh dan menyeluruh, menyangkut keseluruhan


kehidupan makhluk, tidak hanya kelak di sorga tetapi juga di sini dan kini; meliputi jiwa, roh,
tubuh, sosial dan lingkungan hidup;

b. cara memberitakan baik secara pribadi dan bersama kepada orang lain, dialog dengan
pemeluk agama dan kepercayaan lain, tidak semata-mata dalam perkataan, melainkan dengan
perbuatan, kerja dan sebagainya, termasuk pelayanan diakonia.

4. Warga GMIM baik secara prbadi maupun bersama-sama sebagai persekutuan dipanggil
untuk melayani demi keadilan, pergamaian dan keutuhan ciptaan TUHAN Allah, sesuai
kehendak TUHAN Allah bagu dunia, guna mendirikan tanda-tanda Kerajaan-Nya bersama-
sama dengan semua golongan dan masyarakat Indonesia dengan cara :

a. melayani sesama manusia dan masyarakat demi kesejahteraan, keadilan, kebebasan,


persaudaraan dan perdamaian;

b. mengusahakan dan memelihara lingkungan hidup agar tetap berlaku keseimbangan antara
pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup.
5. Untuk memenuhi tugas panggilan GMIM tersebut di ayat I, maka GMIM terpanggil untuk
memeperlengkapi anggota-anggotanya, serta bertanggung-jawab atas pendidikan dan
pelengkapan Pelayan-Pelayan Khusus, baik secara formal maupun non formal.

6. Untuk memenuhi amanat panggilan GEREJA di dalam dunia, maka GMIM dipanggil
untuk mengolah anugerah dan karunia TUHAN Allah dalam segala bentuk sumber daya
yakni pikiran, tenaga, waktu, harta dan alam.

7. Bentuk-bentiuk tugas panggilan, pelengkapan dan penatalayan tersebut diatur dalam


Peraturan-peraturan khusus.

Penjelasan

1. Tugas-tugas tersebut dalam Pasal ini pada hakikatnya adalah satu kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan meskipun dapat dibeda-bedakan.

2. Istilah ‘menguji’ dalam Alkitab dibicarakan dalam rangka memeriksa diri sendiri, apakah
masih tetap tegak dalam iman dan apakah ada keyakinan bahwa Kristus ada di dalam diri,
baik sebagai pribadi, maupun sebagai persekutuan (band. antara lain 2 Kor 13:5; Yoh 6:6; Ibr
11:17; I Tes 3:5; Yak 1:13,14)

3. Bandingkan dengan Mrk 16:15 dan Rm 8:19-25.

Bagian yang sangat penting ini (dibold) tidak terdapat dalam TG 2007. TG 2007 Tata Dasar
Bab II Pasal 4 mencatat secara singkat yaitu “Panggilan GMIM bersumber dari kesaksian
Alkitab : Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 
Penjelasannya : Lihat Kej 12:1-3; Kel 23:6-8; Im 16:18-20; Mat 5:13-16; 22:34-40; Mrk
3:13-19; Kis 1:8; 2 Kor 4: 1-6; 2 Tim 4:1-5. 
Kemudian Pasal 5 yang secara khusus diberi judul Bentuk-Bentuk Panggilan GMIM (yang
tidak terdapat dalam TG-TG sebelumnya) yaitu :

1. Anggota GMIM dipanggil untuk bersekutu, bersaksi, melayani dan membaharui

2. GMM terpanggil untuk memperlengkapi anggota-anggotanya, serta bertanggungjawab


aatas pendidikan dan pelengkapan Pelayan Khusus, baik secara formal, non formal maupun
informal.

3. Anggota GMIM terpanggil untuk mengelola segenap anugerah dan karunia Tuhan Allah
dalam segala bentuk.

Penjelasannya

1. Panggilan dalam pasal ini pada hakikatnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan sekalipun dapat dibeda-bedakan.

2. Dalam rangka pelengkapan anggota-anggotanya, GMIM perlu selalu menguji ajaran dan
ibadahnya, apakah tetap berdasar pada iman kepada Yesus Kristus, baik sebagai
perseorangan maupun sebagai persekutuan.

3. Yang dimaksud dengan anugerah dan karunia Tuhan Allah , antara lain : pikiran, tenaga,
waktu, harta dan alam sekitar.

 
BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan

·            Gereja merupakan Salah satu lembaga yang di lindungi oleh undang-undang, tetapi tidak
seperti lembaga lainnya karena Allah memanggil umat-umatnya, untuk datang
kepadaNya. Gereja menerapkan suatu Pelajaran sikap kepada kita para siswa sebelum
menjadi pemimpin di masa depan nanti. Gereja GMIM salah satunya, dengan mengajarkan
umatnya dalam hidup bersama-sama memiliki sikap kekeluargaan, serta saling membantu
satu sama lannya, seperti sejarah singkat yang sudah di paparkan dalam makalah ini. Keadaan
dan strukturisasi, serta data umat yang jelas terlihat bahwa Gereja GMIM Pinaemunganta di
tompaso merupakan gereja yang bersatu dan tidak akan terpecah belah karena ada di bawah
lindungan dan pengawasan. Oleh karena itu kita patut mengambil makna dari makalah
tentang Gereja GMIM Pinaemunganta tompaso.
·            GMIM adalah Gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Dewan Gereja-
gereja se-Dunia dan Aliansi Gereja-gereja Reformasi se-Dunia.
Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah di pisahkan dari gereja induknya, Indische Kerk dan
pada tanggal 30 September 1934, GMIM di nyatakan sebagai gereja mandiri, tanggal ini di
peringati sebagai hari jadi GMIM.

B.       Saran
Dalam makalah ini penulis menyarankan, kita sebagai tulang punggung Gereja, kita
mempunyai tanggung jawab untuk mengetahui sejarah gereja kita. Tanggung jawab yang
dimaksud agar kelangsungan hidup gereja dapat berjalan seiring dengan apa yang menjadi
tujuan nama gereja. Untuk itu Kita harus mengetahui Sejarah Gereja Khususnya Peranan
GMIM dalam mempersatukan gereja-gereja Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai