Anda di halaman 1dari 157

NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

TATA DASAR
PEMBUKAAN

Segala puji dan syukur bagi Allah Trinitas: Bapa, Anak dan Roh
Kudus yang adalah pembentuk dan pemilik Gereja. Gereja adalah orang-
orang yang dipanggil dari kegelapan kepada terang Yesus Kristus. Allah
memanggil dan mengutus gereja ke dalam dunia untuk mewujudkan misi
Allah.
Gereja adalah orang-orang percaya dari segala bangsa dan segala
zaman yang dipersatukan dengan Allah melalui iman kepada Yesus
Kristus. Gereja dipanggil Allah untuk mengekspresikan persatuan dan
persaudaraan di antara manusia melalui iman dan kasih. Gereja dipanggil
untuk menjadi persekutuan yang ramah dan terbuka di tengah
keanekaragaman agama, denominasi, tradisi, suku, dan budaya.
Gereja yang adalah milik Allah dipanggil dan diutus untuk
memberitakan kebaikan Tuhan dengan menyatakan keadilan, kebenaran
dan mendukung perdamaian dunia serta berpartisipasi memelihara
keutuhan ciptaan Tuhan.
Jejak Injil di tanah Gorontalo diawali dengan kehadiran orang-
orang Kristen bangsa Eropa pada tahun 1583. Pada masa penginjilan NZG
tahun 1861 dilakukan pembaptisan pertama oleh Zendeling J.H Lineman
(1861-1882), pada 13 Oktober 1861 ia membaptis 35 orang menjadi
anggota Persekutuan Gereja Protestan. Sejak tahun 1937-1964 pelayanan
dilakukan oleh GMIM. Tahun 1957 GMIM mengutus Pdt. Markus Sondakh
sebagai Ketua Djumat Gorontalo. Dalam Sidang Am GPI pada tanggal 30
April 1964 di Jakarta diusulkan menjadi Gereja Bagian Mandiri dari GPI
berdasarkan Staatsblad van Nederlandsch-Indie tahun 1927 Nomor 155
dan Nomor 156. Pada tanggal 18 Desember 1964 diresmikan
pendewasaannya dalam Sidang Sinode GMIM di Gereja Sentrum Manado
oleh Ba Pe Am GPI. Pada tanggal 18 Juli 1965 dilakukan peresmian di
Gorontalo dan tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Ulang Tahun Gereja
Protestan Indonesia di Gorontalo disingkat GPIG Bersinode.
GPIG dalam arak-arakan dengan gereja-gereja di dunia adalah
gereja yang inklusif yang berperan serta menyatakan misi Allah untuk
mewujudkan kehidupan yang adil dan damai bagi semua ciptaan Tuhan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 1


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

GPIG berakar dalam Kristus dan bertumbuh dalam nilai-nilai


budaya masyarakat Gorontalo diantaranya huu’yula yang artinya gotong
royong. Berdasarkan nilai luhur tersebut, GPIG menjunjung tinggi bekerja
sama dan saling membantu dalam bergereja dan bermasyarakat.
GPIG peka terhadap tantangan zaman diantaranya perubahan
sosial budaya, ideologi, globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan, arus
informasi dan komunikasi serta tehnologi sebagai anugerah Allah. GPIG
terbuka secara aktif dan kritis melakukan pembaharuan diri dalam terang
Firman Tuhan.
GPIG membangun relasi dan bersinergi dengan pihak-pihak luar
baik itu negara, lembaga gerejawi, lembaga sosial dan lembaga
kemanusiaan. Dalam melaksanakan panggilan ini GPIG mengembangkan
sikap saling menerima, saling mendukung, saling menghormati dan
bersikap kritis dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran Firman
Tuhan.
GPIG terbuka terhadap transformasi secara terus menerus dalam
terang Firman Allah secara kreatif agar misinya relevan menjawab
tantangan zaman.
Anggota-anggota GPIG memiliki kedudukan dan peran yang
utama, karena itu GPIG mendorong anggota-anggota untuk
memberdayakan setiap karunia yang Tuhan anugerahkan demi
pertumbuhan iman bersama. Di antara mereka Allah memanggil orang-
orang tertentu untuk menjadi pelayan khusus. Dalam hal ini, relasi yang
terbangun antara anggota dan pelayan khusus adalah relasi setara dan
saling melengkapi.
Penataan GPIG menganut sistem Presbiterial Sinodal. Dalam
menata organisasi dan pelayanan gereja yang tertib dan teratur maka
dimuat dalam Tata Dasar GPIG.

BAB I
HAKIKAT, WUJUD DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Hakikat
GPIG adalah persekutuan anggota jemaat sebagai Tubuh Kristus yang

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 2


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

dipanggil untuk menyatakan perbuatan-perbuatan Allah di tengah-tengah


dunia dan menjadi berkat, secara khusus dalam konteks masyarakat di
Provinsi Gorontalo.

Penjelasan :
Mat. 5:7, 10:32-33; Rm. 12:4-5; Gal. 5:24; Yoh. 17:21; Rm. 10:12; Ef. 2:19-22;Kol.3:5-17

Pasal 2
Wujud
1. GPIG adalah persekutuan anggota dalam wujud Jemaat yang
meliputi wilayah pelayanan Provinsi Gorontalo dan melembaga
dalam sistem Presbiterial Sinodal.
2. Jemaat adalah persekutuan dari anggota jemaat yang karena tempat
dan fungsinya merupakan satu kesatuan pelayanan dalam
lingkungan GPIG yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan
panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani dalam
kasih. Jemaat dilayani oleh Majelis Jemaat.
3. Wilayah adalah wujud nyata persekutuan Jemaat-Jemaat GPIG yang
secara teritorial berada di Wilayah tertentu yang bertanggung jawab
atas penyelenggaraan panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi
dan melayani dalam kasih. Wilayah dilayani oleh Majelis Wilayah.
4. Sinode adalah wujud nyata persekutuan dan keesaan seluruh Jemaat
GPIG yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan panggilan
gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani dalam kasih. Sinode
dilayani oleh Majelis Sinode.

BAB II
KEDUDUKAN DAN BADAN HUKUM

Pasal 3
Kedudukan
1. GPIG berkedudukan di Provinsi Gorontalo.
2. Kantor Sinode GPIG berkedudukan di ibukota Provinsi Gorontalo.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 3


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 4
Badan Hukum
Kelembagaan GPIG diakui oleh Negara disamakan sebagai Badan Hukum
dan diatur berdasarkan :
1. Staadsblad Hindia Belanda S 1927 Nomor 156 Tanggal 29 Juni 1925.
Gereja menurut hukum memiliki sifat sebagai Badan Hukum.
2. Staatsblad Hindia Belanda S 1927 nomor 155. Diterbitkan 10 Mei
1927 Gereja Protestan di Hindia Belanda beserta Jemaat-jemaat
Eropa maupun Bumiputera akan dipandang sebagai gereja atau
bagian yang berdiri sendiri daripadanya.
3. GPIG adalah Gereja Bagian Mandiri dari Gereja Protestan di
Indonesia (GPI) sesuai pernyataan BaPeAm GPI No. Bap.8/ Sek/69.
4. Surat Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen
RI No 28 Tahun 1974 tentang Perubahan Nama Gereja “De
Protestantsche Kerk Nederlandsch-Indie” menjadi Gereja
Protestan di Indonesia yang menjadi bagian dari Badan/Gereja
yang berdiri Sendiri (Zeltstandige Onderdelen)
5. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Protestan Departemen Agama RI No 108 tahun 1990 tentang
pernyataan Gereja Prostestan Indonesia di Gorontalo (GPIG)
sebagai lembaga keagamaan yang bersifat Gereja.

BAB III
PENGAKUAN

Pasal 5
Pengakuan GPIG
1. GPIG mengaku sebagai bagian dari Gereja Kristen yang Esa, Kudus,
Am dan Rasuli yang Kepalanya adalah Yesus Kristus, Tuhan dan
Juruselamat dunia.
2. GPIG mengaku dan beriman kepada Allah, yaitu Bapa, Anak dan Roh
Kudus yang menjadikan langit dan bumi serta segala isinya.
3. GPIG mengaku bahwa Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru sebagai satu-satunya sumber kesaksian yang benar yang

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 4


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

mengarahkan gereja kepada pengenalan akan Allah dan kehendak


serta kebenaran-Nya.
4. GPIG menerima dan mengakui Pengakuan Iman: Pengakuan Nicea-
Konstantinopel, Pengakuan Atanasius dan Pengakuan Iman Rasuli.
5. GPIG menerima Pemahaman Bersama Iman Keesaan Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia (PBIK-PGI).
6. Pengakuan GPIG
Penjelasan
Diuraikan lebih lanjut pada buku Pengakuan Iman GPIG

BAB IV
SAKRAMEN

Pasal 6
Sakramen
1. Sakramen adalah tanda dan meterai yang ditetapkan oleh Allah untuk
menandai dan memeteraikan janji-janjiNya melalui kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus.
2. GPIG mengakui dan melaksanakan dua sakramen yaitu Sakramen
Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan Kudus.
3. Baptisan Kudus adalah tanda dan meterai yang tampak dari anugerah
Allah dalam ikatan perjanjian dengan Yesus Kristus dan sekaligus
sebagai ekspresi iman dari orang-orang percaya serta tanda kesetiaan
kepada Tuhan. Pelayanan sakramen Baptisan Kudus diberikan kepada
anak-anak dan orang dewasa secara percik, dan dilaksanakan hanya
satu kali untuk selamanya.
4. Sakramen Perjamuan Kudus adalah tanda peringatan dan
persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus. Pelayanan sakramen
Perjamuan Kudus dilaksanakan bagi Sidi Jemaat.
Penjelasan :
Mat. 28:19-20, Mrk. 16:16, Kis 2:39, Rm. 6 dan 1 Kor. 11:23-29.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 5


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BAB V
LITURGI

Pasal 7
1. Liturgi adalah ungkapan syukur gereja atas perjumpaan Allah dengan
manusia, yang dirayakan dalam persekutuan dengan sesama manusia
dan segenap ciptaan Allah.
2. Tata cara Ibadah GPIG adalah bagian dari liturgi dalam pengertian
khusus, bersumber dari Alkitab: Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru.
3. Atribut Pelayanan GPIG adalah berupa lambang, stempel, atribut
ibadah, papan nama, pakaian liturgis dan lain-lain.

Penjelasan:
1 Tata cara Ibadah GPIG disusun dalam BUKU Tata cara Ibadah GPIG
2 Atribut GPIG selengkapnya ditetapkan dalam peraturan GPIG tentang atribut.

BAB VI
MISI

Pasal 8
Misi
“GPIG menyatakan kehadiran Kerajaan Allah dan nilai-nilai-Nya secara
inklusif dan mandiri di tengah dunia dalam seluruh aspek kehidupan untuk
menggenapi misi Allah yang holistik”.

Penjabaran Misi :
1. Membangun kerohanian dan karakter jemaat dalam segala segi
kehidupan untuk bertumbuh didalam segala hal ke arah Kristus yang
adalah Kepala, sehingga mampu hadir dan berkarya sesuai dengan
dasar Firman Tuhan di tengah pergumulan dunia sesuai dengan
konteks zamannya.
2. Memberitakan Injil Kerajaan Allah dan nilai-nilainya, melalui
pelayanan dan kehadiran gereja di tengah masyarakat untuk
mewujudkan kehidupan yang adil dan damai bagi semua ciptaan
Tuhan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 6


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. Menjadi saluran kasih Tuhan bagi jemaat baik di lingkungan GPIG di


dalam aspek spiritual, moral dan material maupun bagi masyarakat
secara umum dan inklusif untuk menggenapi misi Allah yang holistik.

Pasal 9
Panggilan
Panggilan GPIG adalah menerima, menghidupi dan memberitakan Injil
Yesus Kristus yang bersumber dari Alkitab; Perjanjian Lama Dan
Perjanjian Baru. GPIG terpanggil untuk mengabarkan suara kenabian
yaitu untuk memberitakan Injil kepada segala ciptaan tentang penebusan
dan pengudusan Allah serta mewujudkan kasih, kebenaran, keadilan,
kerukunan, damai sejahtera dan sukacita dalam kehidupan bergereja dan
bermasyarakat.

Pasal 10
Bentuk panggilan GPIG
1. GPIG dipanggil untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani.
2. GPIG terpanggil untuk membangun, mempersatukan dan memelihara
keutuhan Gereja dan masyarakat.
3. Memberitakan Injil kepada segala ciptaan.
4. Memperjuangkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
5. Menghapuskan kekerasan di dalam Gereja dan masyarakat.
6. Membina warga Gereja.
7. Melakukan penatalayanan sumber daya Gereja.

Pasal 11
Pelayanan Gereja
1. Pelayanan Gereja terdiri atas pelayanan pastoral dan pelayanan
diakonia, mengikuti teladan pelayanan Yesus Kristus :
a. Pelayanan pastoral Gereja adalah tindakan-tindakan nyata dalam
pikiran, kata dan perbuatan untuk membantu warga Jemaat
bertumbuh dalam iman dan hidup dalam kekudusan serta setia
menjalankan panggilan Gereja.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 7


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

b. Pelayanan diakonia adalah upaya-upaya Gereja membantu warga


Jemaat dan masyarakat yang mengalami kesusahan atau
memerlukan bantuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pelayanan diakonia dilakukan dalam bentuk diakonia karitatif
(belas-kasih), transformatif (pemberdayaan), maupun reformatif
(pendampingan).
2. GPIG melakukan pelayanan peribadatan sebagai berikut :
pelayanan Firman Tuhan, pelayanan doa, pelayanan Ibadah
Minggu, Ibadah Tahun Gerejawi, Ibadah Keluarga/Kolom, Ibadah
Kategorial BIPRA, pelayanan ibadah syukur, pelayanan ibadah
pernikahan, pelayanan ibadah lansia, pelayanan ibadah
peresmian/pentahbisan, pelayanan sakramen yaitu Baptisan
Kudus dan Perjamuan Kudus, pelayanan katekisasi sidi, PWG, KPI,
pelayanan pemakaman dan penghiburan, ibadah emiritasi
(Pelepasan Pendeta) pelayanan dalam pendampingan
pengucapan janji jabatan.
Penjelasan :
⚫ Pelayanan pastoral Gereja melalui penggembalaan secara langsung melalui
percakapan pribadi, dan di tengah-tengah keluarga Jemaat serta ibadah-ibadah.
⚫ Pelayanan diakonia bersifat menolong, menyadarkan akan kemampuan serta
mengerakkan warga Gereja untuk berbuat, demi kelangsungan hidup manusia.
⚫ Pelayanan peribadahan lainnya, mengikuti bentuk-bentuk dalam Tatacara Ibadat
GPIG dan sesuai kebutuhan.

Pasal 12
Prinsip Imamat Am
Berdasarkan prinsip Imamat Am orang-orang percaya maka semua
anggota sidi GPIG adalah pelayan Gereja yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan GPIG.
Penjelasan :
Pelayan Gereja berarti peran serta warga Gereja dan atau anggota sidi Jemaat dalam
kegiatan Gereja sangat penting.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 8


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 13
Dasar Gereja
GPIG berdasar pada Yesus Kristus, sebagaimana Firman Allah dalam 1 Kor.
3:11, “karena tidak seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari
pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”.

Pasal 14
Keesaan gereja
1. GPIG menjalin hubungan ekumenis dengan Gereja-Gereja dan
lembaga-lembaga Kristen lainnya, baik di dalam maupun di luar
negeri.
2. GPIG adalah anggota dari :
a. Sinode Am Gereja-gereja di Sulawesi bagian Utara dan Tengah.
b. GPI : Gereja Protestan di Indonesia ;
c. PGI : Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia ;
d. WCRC : World Communion of Reform Churches.
Penjelasan :
Hubungan yang dilakukan oleh persekutuan Jemaat harus melalui dan disetujui oleh BPMS.

Pasal 15
Hubungan Gereja, Negara dan Politik
1. GPIG menerima Pancasila sebagai azas dalam kehidupan bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat serta mengakui bahwa bangsa
Indonesia yang bersatu dalam kemajemukannya adalah karunia Allah.
2. GPIG adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, bangsa
dan negara, sebab itu GPIG membangun hubungan kerjasama
dengan pemerintah pada semua lingkup dan berbagai bidang, untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
3. Pemimpin Gereja dan Negara adalah hamba Allah yang harus
melaksanakan amanat Allah untuk menghadirkan keadilan,
kebenaran, damai dan kesejahteraan bagi dunia.
4. Gereja dipanggil mempersiapkan warganya untuk berperan dalam
politik, agar berpikir, dan bertindak menyampaikan suara kenabian,

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 9


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

serta hadir sebagai garam dan terang, mengkritisi dan memberikan


pertimbangan dalam pengambilan keputusan politik.
Pasal 16
Hubungan Antar – Agama
1. GPIG melaksanakan panggilan Gereja dengan menjalin hubungan
kerjasama dengan penganut dan lembaga agama-agama lain.
2. GPIG mengembangkan kerukunan dan kebebasan beragama serta
terbuka membangun dialog dalam prinsip saling hormat dan saling
menghargai serta bertanggungjawab di dalam mewujudkan keadilan,
perdamaian, kesejahteraan sosial serta kelestarian ekologis.
Pasal 17
Hubungan Kemitraan Lainnya
GPIG menjalin kemitraan dengan Yayasan atau Lembaga lain di dalam
atau di luar negeri, sepanjang tidak bertentangan dengan panggilan dan
pengakuan GPIG.
Penjelasan :
Hubungan yang dilakukan harus melalui dan disetujui oleh BPMS.
BAB VII
ANGGOTA

Pasal 18
Anggota
1. Anggota GPIG adalah orang percaya yang melaksanakan
misi Allah;
2. Anggota GPIG adalah seorang yang terdaftar di Jemaat
GPIG, dengan ketentuan :
a. Lahir dari keluarga GPIG ;
b. Menerima Baptisan di GPIG ;
c. Mengaku percaya dan diteguhkan sebagai warga sidi
GPIG ;
d. Dibaptis di Gereja-gereja lain dan mendaftarkan diri
menjadi warga GPIG dengan surat atestasi/surat
pernyataan; dan atau

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 10


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

e. Belum dibaptis dan diteguhkan maka wajib mengikuti


katekisasi untuk dibaptis dan diteguhkan sebagai Warga
Sidi GPIG.
Penjelasan :
Cukup jelas
BAB VIII
PELAYAN KHUSUS

Pasal 19
Pelayan Khusus
1. Pelayan Khusus berfungsi untuk membina, melengkapi warga
Jemaat untuk kuat dalam iman dan setia dalam kehidupan
sebagai umat kristiani. Setiap anggota Sidi GPIG adalah pelayan
Gereja yang bertanggung jawab penyelenggaraan pelayanan
GPIG.
2. Pelayan khusus adalah Anggota Sidi GPIG yang menerima
panggilan Yesus Kristus dan terpilih serta memberi diri untuk
melaksanakan pelayanan Gereja-Nya.
3. Pelayan Khusus adalah jabatan gerejawi terdiri dari Diaken,
Penatua, Guru Agama dan Pendeta.
4. Penerimaan panggilan menjadi Diaken dan Penatua adalah
mereka yang dipilih, ditetapkan, diteguhkan serta pemberian
diri dari dan oleh warga sidi Jemaat
Penjelasan :
1. 1 Ptr. 2:9 Berdasarkan prinsip Imamat Am orang-orang percaya maka semua
anggota sidi GPIG adalah pelayan Gereja yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan GPIG. Peran serta warga Gereja dan atau
anggota sidi Jemaat dalam kegiatan Gereja sangat penting.
2. Diaken dan Penatua dipilih oleh Jemaat lewat proses pencalonan dan
pemilihan dalam ibadah Kolom/Rayon, dan atau secara langsung bersama-
sama dalam ibadah Jemaat. Pendeta dan Guru Agama diangkat melalui proses
dan ketentuan yang berlaku tentang Pekerja Tetap GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 11


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 20
Pekerja GPIG
1. Pekerja GPIG adalah seseorang yang menjalankan tugasnya
dengan keyakinan bahwa dia dipanggil untuk melaksanakan
pekerjaan kesaksian GPIG dan menerima biaya hidup
berdasarkan surat keputusan di aras Jemaat/Wilayah/Sinode;
2. Pekerja GPIG terdiri atas pekerja tetap dan pekerja tidak tetap.
3. Pekerja tetap adalah Pendeta dan Pegawai yang menerima
biaya hidup berdasarkan Surat Keputusan di aras
Jemaat/Wilayah/Sinode. Pekerja tidak tetap adalah Pendeta
dan Pegawai yang belum terangkat sebagai pekerja tetap
GPIG.
Penjelasan:
Syarat-syarat dan mekanisme terkait Pekerja GPIG (Pendeta dan pekerja lainnya)
diatur lebih lanjut dalam peraturan tentang pekerja GPIG.
Pasal 21
Pemilihan
1. Pemilihan adalah upaya Gereja mewujudkan pola pelayanan
dan pemerintahan Kristus dengan memilih orang-orang
tertentu.
2. Proses pemilihan dilaksanakan sebagai ibadah yang
dilaksanakan di aras Jemaat, Wilayah dan Sinode.
Penjelasan:
Syarat-syarat dan mekanisme pemilihan diatur lebih lanjut dalam peraturan
tentang pemilihan.

BAB IX
TRANSFORMASI JEMAAT

Pasal 22
Transformasi GPIG
1. GPIG hidup dalam dunia yang terus berubah, karena itu
kepekaan terhadap perubahan membuat GPIG terbuka untuk

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 12


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

terus-menerus memperbaharui diri (transformasi) dalam terang


Firman Allah mendorong manusia untuk memelihara keutuhan
ciptaan Tuhan.
2. Transformasi GPIG diatur dalam penatalayanan dan program
GPIG yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) GPIG
dan kurikulum pelayanan yang berkesinambungan.
Penjelasan:
Penjabaran lebih lanjut dalam renstra dan program GPIG yang
ditetapkan dalam Sidang Sinode dan atau Sidang Tahunan Sinode

Penjelasan :
Cukup jelas

BAB X
KEPEMIMPINAN

PASAL 22
STRUKTUR GPIG
Struktur GPIG ditata dalam tiga aras yakni Jemaat, Wilayah dan
Sinode

Penjelasan :
Cukup jelas

PASAL 23
JEMAAT
1. Majelis Jemaat
a. Majelis Jemaat adalah persekutuan pelayanan yang
bertanggungjawab menggembalakan, mengatur dan
mengarahkan tugas panggilan dan fungsi gereja
dalam satu Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 13


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

b. Majelis Jemaat adalah Pelayan Khusus, Penatua dan


Diaken dipilih oleh Sidi-sidi Jemaat dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Badan Pekerja Majelis
Sinode.
c. Pendeta di tempatkan dengan Surat Keputusan
Badan Pekerja Majelis Sinode.
d. Periode Majelis Jemaat adalah 5 (lima) tahun.
2. Sidang Majelis Jemaat
a. Sidang Majelis Jemaat adalah wadah pengambilan
keputusan tertinggi Majelis Jemaat. Yang berwenang
mengatur dan menetapkan pokok-pokok tugas
panggilan dan fungsi Gereja serta program pelayanan
serta mengimplementasikan keputusan Sidang
Sinode dan Sidang Majelis Wilayah dalam program
kerja Jemaat.
b. Sidang Majelis Jemaat dilaksanakan minimal satu kali
dalam setahun yang dihadiri oleh seluruh Mejelis
Jemaat dan undangan BPMJ.
3. Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ)
a. BPMJ adalah pelaksana tugas Majelis Jemaat,
ditetapkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja
Majelis Sinode.
b. BPMJ merupakan mandataris Sidang Majelis Jemaat
dan mengimplementasikan Program pelayanan
Wilayah dan Sinode.
c. BPMJ mewakili Jemaat ke dalam dan ke luar di
lingkup Jemaat GPIG dan bertanggung jawab kepada
Sidang Majelis Jemaat.
d. Periode BPMJ adalah 5 Tahun.
4. Majelis Pertimbangan Jemaat (MPJ)
a. MPJ adalah anggota Jemaat yang dipilih dalam
Sidang Majelis Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 14


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

b. MPJ bertugas memberikan pokok pikiran dan


pertimbangan kritis, konseptual, dan strategis baik
diminta maupun tidak diminta memberikan
pertimbangan terhadap tugas dan fungsi panggilan
pelayanan gereja di Jemaat.
c. MPJ di tetapkan dengan Surat Keputusan Badan
Pekerja Majelis Sinode dengan masa periode selama
5 tahun.
5. Majelis Pengembalaan Perbendaharaan Jemaat (MPPJ)
a. MPPJ adalah anggota Jemaat yang dipilih dalam
Sidang Majelis Jemaat.
b. MPPJ bertugas untuk melakukan penataan
(pembinaan dan pemeriksaan), pengawasan serta
penggembalaan perbendaharaan Jemaat.
c. MPPJ di tetapkan melalui Surat Keputusan Badan
Pekerja Majelis Sinode dengan masa periode selama
5 tahun.
Penjelasan :
Uraian lebih lanjut diatur dalam Peraturan tentang Jemaat.

PASAL 24
Wilayah
1. Sidang Majelis Wilayah
a. Sidang Majelis Wilayah adalah wadah pengambilan
keputusan tertinggi di Wilayah yang bertugas untuk
membahas, menggumuli, menjabarkan keputusan
Sidang Sinode untuk diimplementasikan dalam
pengembangan tugas, fungsi dan panggilan Gereja di
satu wilayah GPIG.
b. Sidang Majelis Wilayah dilaksanakan minimal satu
tahun sekali dan dihadiri oleh utusan Majelis Jemaat

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 15


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

yakni BPMJ (Ketua, Sekretaris, Bendahara) dan


undangan BPMW.
2. Badan Pekerja Majelis Wilayah (BPMW)
a. BPMW merupakan mandataris Sidang Majelis
Wilayah dan bertugas mengimplementasikan
program pelayanan yang ditetapkan dalam Sidang
Majelis Wilayah dan Sidang Sinode.
b. BPMW mewakili Wilayah ke dalam dan ke luar
lingkup Wilayah tertentu di GPIG dan bertanggung
jawab kepada Sidang Majelis Wilayah.
c. BPMW dipilih dalam Sidang Majelis Wilayah dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja
Majelis Sinode.
d. Periode pelayanan BPMW adalah 5 Tahun.
Penjelasan :
Uraian lebih lanjut diatur dalam peraturan tentang Wilayah.

PASAL 25
Sinode
1. Sidang Sinode/Sidang Sinode Istimewa
a. Sidang Sinode adalah perwujudnyataan keesaan
GPIG sebagai lembaga pengambilan keputusan
tertinggi dalam kepemimpinan GPIG dan bertugas
menggumuli, membahas, menetapkan pokok-pokok
tugas, fungsi dan panggilan pelayanan dalam
program GPIG.
b. Sidang Sinode merupakan wadah pengambilan
keputusan tertinggi dan bertugas membahas,
memutuskan mengenai ajaran Gereja, liturgi dan
dokumen-dokumen Gerejawi lainnya.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 16


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Sidang Sinode bertugas untuk memilih BPMS, MPS


dan MPPS GPIG.
d. Sidang Sinode dilaksanakan sekali dalam lima Tahun.
e. Sidang Sinode Istimewa adalah wadah pengambilan
keputusan yang sama dengan Sidang Sinode yang
bertugas untuk memutuskan hal-hal yang bersifat
darurat dan mendesak, yang tidak dapat
ditangguhkan sampai pada Sidang Sinode
berikutnya.
f. Sidang Sinode Istimewa dapat dilakukan
berdasarkan usulan dari dua per tiga Jemaat melalui
Sidang Tahunan Sinode atau Sidang Sinode.
g. Prosedur persidangan pada dasarnya sama dengan
Sidang Sinode, menyangkut tugas dan wewenang
persidangan disesuaikan dengan pokok materi
sidang.
2. Sidang Tahunan Majelis Sinode
a. Sidang Tahunan Majelis Sinode adalah wadah
pengambilan keputusan operasional dalam struktur
GPIG dengan tugas untuk mengumuli, membahas
dan menetapkan program spesifik dan anggaran
tahunan sebagai penjabaran dari keputusan sidang
sinode.
b. Sidang Tahunan Sinode adalah persidangan yang
dilaksanakan setiap tahun
3. Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS)
a. BPMS adalah mandataris Sidang Sinode dan Sidang
Tahunan Sinode yang bertugas untuk memimpin
pelaksana tugas GPIG dalam menggembalakan,
mengatur dan mengarahkan tugas panggilan dan
fungsi gereja.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 17


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

b. BPMS dalam pengambilan keputusan bersifat


kolektif kolegial.
c. BPMS mewakili GPIG di dalam dan di luar lingkungan
GPIG.
d. Periode pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode
adalah lima Tahun
4. Majelis Pertimbangan Sinode (MPS)
a. MPS adalah anggota Jemaat yang dipilih dan
ditetapkan dalam Sidang Sinode.
b. MPS bertugas memberikan pokok pikiran dan
pertimbangan kritis, konseptual, dan strategis baik
diminta maupun tidak diminta memberikan
pertimbangan terhadap tugas dan fungsi panggilan
pelayanan gereja di Sinode.
c. Masa periode MPS adalah selama 5 tahun.
5. Majelis Pengembalaan Perbendaharaan Sinode
a. MPPS adalah anggota Jemaat yang dipilih dan
ditetapkan dalam Sidang Sinode.
b. MPPS bertugas untuk melakukan penataan
(pembinaan dan pemeriksaan), pengawasan serta
penggembalaan perbendaharaan Sinode.
c. Masa periode MPPS adalah selama 5 tahun
Penjelasan :
Cukup jelas

PASAL 26
PERANGKAT PELAYANAN
Perangkat Pelayanan terdiri dari pelayanan kategorial BIPRA
(Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja dan Anak), Badan Usaha/Yayasan,
Komisi Kerja, Panitia dan Kelompok/Tim Kerja di aras Jemaat,

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 18


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Wilayah dan Sinode serta Komisi Fungsional Usia Lanjut (khusus


aras Jemaat).

Penjelasan :
Cukup jelas
BAB XI
DISIPLIN GEREJAWI

Pasal 27
1. Disiplin Gerejawi terdiri atas penggembalaan, penilikan dan
disiplin GPIG.
2. Disiplin Gerejawi berfungsi untuk memelihara panggilan dan
pengakuan serta kehidupan bergereja, agar tetap dalam
kesetiaan iman, kekudusan hidup dan ketaatan pada
panggilan dan pengakuan Gereja yang berlandaskan kasih
dan pelayanan Yesus Kristus.
Penjelasan :
1-2 Mzm. 23, Yeh. 34, Yoh. 10:1-24; 21:15-19, 1 Tim. 3:1-13, Tit. 1:5-16

BAB XII
HARTA MILIK

PASAL 28
1. Harta Milik adalah semua harta milik GPIG baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak yang pada
hakekatnya adalah milik Tuhan.
2. Harta milik GPIG yang bergerak adalah uang, surat
berharga, kendaraan dan barang berharga lainnya. Harta
yang tidak bergerak adalah berupa tanah dan bangunan
yang dikelola oleh Jemaat, Wilayah dan Sinode untuk
memenuhi tugas panggilannya.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 19


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. Semua harta milik GPIG adalah milik GPIG dan dicatat


dalam buku inventaris perbendaharaan secara tertib.
4. Pengelolaan harta milik GPIG meliputi penerimaan,
pengadaan, penyimpanan, pemanfaatan, dan
pertanggungjawaban.
5. Pengawasan harta milik GPIG dilakukan oleh MPPJ dan
MPPS.

BAB XV
URUTAN KEPUTUSAN

PASAL 29
Urutan Keputusan
1. Ketetapan dan Keputusan Sidang Sinode/Sidang
Sinode Istimewa.
2. Ketetapan dan Keputusan Sidang Tahunan Sinode.
3. Keputusan Badan Pekerja Majelis Sinode.
4. Keputusan Sidang Majelis Wilayah.
5. Keputusan Badan Pekerja Majelis Wilayah.
6. Keputusan Sidang Majelis Jemaat.
7. Keputusan Badan Pekerja Majelis Jemaat.
Penjelasan :
Cukup jelas
BAB XIII
PERUBAHAN TATA DASAR

Pasal 30
Perubahan

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 20


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

1. Perubahan Tata Dasar ini hanya dapat dilakukan dan


ditetapkan dalam Sidang Sinode dan Sidang Sinode
Istimewa.
2. Perubahan Tata Dasar dilakukan dalam bentuk amendemen.
Penjelasan :
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan amendemen ialah proses perubahan
terhadap ketentuan dalam sebuah peraturan.

BAB XIV
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31
Peraturan-peraturan GPIG

Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Dasar ini yang perlu diatur
lebih lanjut akan diatur kemudian dalam peraturan-peraturan GPIG,
yang merupakan penjabaran yang tidak boleh bertentangan
dengan Tata Dasar ini.

Penjelasan :
Cukup jelas

Pasal 32
Pemberlakuan dan Penetapan

Dengan ditetapkannya Tata Dasar ini, maka Tata Gereja GPIG


tahun 2017 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Tata Dasar ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 21


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Penjelasan :
Cukup jelas

Ditetapkan di :

Pada tanggal :

PERATURAN
TENTANG
TUGAS PANGGILAN DAN FUNGSI GEREJA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian
1. Tugas panggilan GPIG adalah menerima, menghidupi dan
memberitakan Injil Yesus Kristus yang bersumber dari Alkitab;
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, untuk mengabarkan suara
kenabian yaitu memberitakan Injil kepada segala ciptaan tentang
penebusan dan pengudusan Allah serta mewujudkan kasih,
kebenaran, keadilan, kerukunan, damai sejahtera dan sukacita dalam
kehidupan bergereja dan bermasyarakat.

2. Bentuk Panggilan GPIG adalah :


a. GPIG dipanggil untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani.
b. GPIG terpanggil untuk membangun, mempersatukan dan
memelihara keutuhan Gereja dan masyarakat.
c. Memberitakan Injil kepada segala ciptaan.
d. Memperjuangkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
e. Menghapuskan kekerasan di dalam Gereja dan masyarakat.
f. Membina warga Gereja.
g. Melakukan penatalayanan sumber daya Gereja.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 22


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. GPIG terpanggil untuk melaksanakan Tritugas gereja, yaitu :


a. Bersekutu (koinonia) yaitu mewujudkan persekutuan baik
seluruh anggota GPIG maupun dengan gereja-gereja di
Indonesia bahkan seluruh dunia atas dasar Yesus Kristus.
b. Bersaksi (marturia) yaitu memberitakan dan mengajarkan Injil
Kerajaan Allah kepada segala ciptaan.
c. Melayani (diakonia) yaitu melaksanakan pelayanan kasih
kepada semua orang sebagai bentuk ucapan syukur telah
menerima berkat dan belas kasihan Allah.

Pasal 2
Fungsi Gereja
Fungsi gereja sebagai penatalaksanaan tugas panggilan GPIG adalah :
1. Melaksanakan Ibadah dan pelayanan Firman Tuhan untuk
membangun anggota-anggota Jemaat agar berakar, bertumbuh dan
berbuah sebagai murid Kristus.
2. Melaksanakan Sakramen Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan
Kudus.
3. Melaksanakan Peneguhan dan Pemberkatan Nikah.
4. Melaksanakan Pendidikan dan Pembinaan Warga Gereja.
5. Melaksanakan Katekisasi bagi anggota-anggota Jemaat.
6. Melaksanakan Pelayanan penggembalaan.`
7. Melaksanakan Pelayanan diakonia.
8. Melaksanakan Transformasi Jemaat
9. Menjalin hubungan kerjasama dengan pemerintah, Gereja-gereja dan
lembaga Kristen serta agama-agama lain.

BAB II
IBADAH

Pasal 3
Ibadah Jemaat
1. Ibadah Jemaat dilaksanakan pada :
a. Hari-hari Minggu
b. Hari-hari Raya Gerejawi sesuai Tahun Gereja : Masa Advent, Hari
Raya Natal, Masa Sengsara, Hari Raya Jumat Agung, Hari Raya

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 23


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Paskah, Hari Kenaikan Tuhan Yesus, Hari Pentakosta, Hari Raya


lain yang ditetapkan oleh Sidang baik Sinode, maupun Jemaat
yang tidak bertentangan dengan pengakuan GPIG.
c. Ibadah Baptisan Kudus
d. Ibadah Peneguhan Sidi
e. Ibadah Perjamuan Kudus
f. Ibadah Pelantikan
g. Ibadah Peletakan batu pertama
h. Ibadah Pentahbisan gedung baru
i. Ibadah Penempatan Vikaris
j. Ibadah Peneguhan Pendeta
k. Ibadah Pengutusan Pelayan Khusus
l. Ibadah Penerimaan Pelayan Khusus
m. Ibadah Pelepasan Pendeta (Emeritus)
n. Ibadah Peneguhan Penatua dan Diaken
o. Ibadah Pengucapan Syukur
p. Ibadah Pertunangan
q. Ibadah Pernikahan
r. Ibadah Pelepasan dan Pemakaman
s. Ibadah Keluarga/Kolom/Rayon
t. Ibadah Pelayanan Kategorial
u. Ibadah Tanam/Panen
v. Ibadah Tahun Baru
w. Ibadah Akhir Tahun/Perjamuan Kasih
x. Ibadah HUT Kemerdekaan RI
y. Ibadah HUT GPIG Bersinode, HUT Jemaat, dan HUT Pelka.
z. Ibadah Penghiburan
aa. Ibadah lainnya yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat atau Majelis
Sinode; penetapan ini tidak boleh bertentangan dengan
Pengakuan GPIG.
2. Ibadah jemaat dilaksanakan di gedung gereja atau di tempat lain
yang diatur oleh Majelis Jemaat atau Majelis Sinode, yang tidak
bertentangan dengan Pengakuan GPIG.
3. Pelaksanaan ibadah mengikuti Buku Tata Ibadah dan atau Tata
Ibadah Pelengkap (Liturgi Kreatif) yang ditetapkan di Sidang Sinode,
Sidang Sinode Istimewa dan Sidang Tahunan Sinode.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 24


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

4. Waktu pelaksanaan ibadah ditetapkan oleh Majelis Jemaat atau


Majelis Sinode.

Pasal 4
Pelayan Ibadah
1. Ibadah dilayani oleh Pendeta, Penatua, Diaken, Guru Agama, dan
Vikaris atau anggota Sidi Jemaat atau pengkhotbah lainnya yang
ditetapkan oleh Majelis Jemaat.
2. Pelayan Ibadah sudah mengikuti pelatihan penyampaian Firman
Tuhan, tidak sedang menjalankan disiplin gerejawi, tidak sedang
dalam permasalahan etika dan tidak sedang bermasalah dengan
hukum atas dirinya atau keluarga intinya.
3. Ibadah Perjamuan Kudus, Baptisan, Pernikahan dan Peneguhan Sidi
dilayani oleh Pendeta.
4. Pelayanan di gedung gereja dilaksanakan oleh Pendeta, Penatua,
Diaken atau pelayan lainnya yang ditugaskan atau disetujui oleh
Majelis Jemaat atau Majelis Sinode.

Pasal 5
Penumpangan tangan dan salam
1. Penumpangan tangan dilakukan oleh Pelayan Khusus pada waktu
menutup ibadah, sebagai tanda penganugerahan berkat.
2. Penumpangan tangan yang khusus dilakukan oleh Pendeta adalah
Baptisan, Pemberkatan nikah, Peneguhan Pendeta, Peneguhan Sidi
Jemaat, Peneguhan jabatan gereja, Pelantikan Panitia.
3. Penumpangan tangan yang dapat dilakukan oleh Penatua dan Diaken
adalah Peneguhan Sidi Jemaat.
4. Pada Pembukaan ibadah, Pelayan Khusus mengangkat tangan kanan
sebagai tanda salam.
5. Pada penutupan ibadah, Pelayan Khusus mengangkat tangan ke
depan memberikan berkat, tangan diturunkan sesudah nyanyian
Amin.
Pasal 6
Penempatan Vikaris
1. Penempatan Vikaris dilaksanakan dalam rangka menetapkan dan
memperkokoh keberadaan seseorang sebagai Vikaris.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 25


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Penempatan Vikaris dilaksanakan dalam suatu ibadah jemaat.


3. Peneguhan Vikaris dilaksanakan oleh Majelis Sinode.
4. Hal-hal lain berkaitan tentang Vikariatan diatur dalam Peraturan
Pelayan Khusus dan Pekerja GPIG.

Pasal 7
Peneguhan Pendeta
1. Peneguhan Pendeta dilaksanakan dalam rangka menyalurkan
wibawa kerasulan dan penganugerahan Roh serta penetapan
seseorang menjadi Pendeta.
2. Peneguhan pendeta dilaksanakan dalam suatu ibadah jemaat.
3. Penumpangan tangan dilakukan oleh para Pendeta.
4. Hal-hal lain berkaitan kependetaan diatur dalam peraturan Pelayan
Khusus dan Pekerja GPIG.

Pasal 8
Pelepasan Pendeta (Emeritus)
1. Pelepasan Pendeta dilaksanakan dalam rangka menetapkan seorang
Pendeta memasuki masa emeritus dan atau masa pensiun sebagai
pekerja tetap.
2. Pelepasan Pendeta dilaksanakan dalam suatu ibadah jemaat.
3. Pelepasan Pendeta dilaksanakan oleh Majelis Sinode.
4. Pendeta yang memasuki masa emeritus dan atau pensiun diberikan
dana pensiun.
5. Hal-hal lain berkaitan tentang pelepasan Pendeta diatur dalam
peraturan Pelayan Khusus dan Pekerja GPIG.

Pasal 9
Pelayanan Peneguhan dan Pemberkatan Nikah
1. Persekutuan hidup antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan (dan sebaliknya) yang meliputi segala bidang dan berlaku
seumur hidup atas dasar kasih dan kesetiaan.
2. Pasangan Nikah wajib mengikuti Katekisasi Pra Nikah sesuai dengan
materi buku Katekisasi Pra Nikah yang ditetapkan Majelis Sinode.
3. Secara prinsipil GPIG menganut keyakinan dan mempraktekkan pola
keluarga monogami dan menolak poligami.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 26


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

4. Pelayanan pemberkatan nikah adalah meterai dari pada perintah


Tuhan Yesus: “Karena apa yang dipersatukan Allah tidak boleh
diceraikan oleh manusia” (Mat. 19:6).
5. Pengurusan pernikahan dalam Gereja sebagai institusi menjadi tugas
dan tanggung jawab Majelis Jemaat.
6. Pelayanan Pemberkatan Nikah dilaksanakan di dalam Gedung Gereja.
7. Pelayanan Pemberkatan Nikah dilaksanakan dan dilayankan dengan
memperhatikan Undang-undang Republik Indonesia yang mengatur
tentang perkawinan.
8. Ketentuan lainnya diatur lebih lanjut dalam peraturan tentang
pernikahan.

Pasal 10
Pelayanan Ibadah Pemakaman
1. Pelayanan pemakaman dilaksanakan untuk :
a. Pemberitaan Firman Allah.
b. Meneguhkan, menguatkan dan menghibur keluarga yang
berduka cita.
c. Menyatakan kasih dan kuasa Yesus Kristus pada keluarga yang
ditinggalkan.

2. Ibadah Pemakaman dilaksanakan :


a. Di rumah.
b. Di gedung Gereja.
(1) Hanya untuk anggota jemaat sebagai Pelayan Khusus yang
masih aktif dan yang pernah menjadi Pelayan Khusus.
(2) Pelayanan Firman (khotbah) cukup 1 (satu) kali di rumah
atau di gedung gereja.
c. Di Pekuburan
1) Ibadah pemakaman dipimpin oleh Pelayan Khusus, dalam
keadaan luar biasa dapat dilayani oleh anggota Sidi
Jemaat.
2) Bagi seorang musafir, yang dimintakan pelayanan
pemakaman kepada GPIG, Ibadah pemakaman dapat
dilaksanakan menurut Tata Ibadah GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 27


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 11
Ibadah-ibadah lain
1. Ibadah-ibadah yang tidak tercantum dalam peraturan ini mengikuti
Buku Tata Ibadah yang ditetapkan oleh Majelis Sinode atau diatur
oleh Majelis Jemaat, dan atau Majelis Sinode, dengan tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GPIG.
2. Ibadah dalam Pelayanan Kategorial dilaksanakan sesuai ketetapan
masing-masing kategorial, dapat menggunakan Liturgi Kreatif
dengan memperhatikan elemen ibadah/unsur liturgikal dan tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GPIG.

BAB III
LITURGI
Pasal 12
Liturgi
Liturgi adalah ungkapan syukur gereja atas perjumpaan Allah dengan
manusia, yang dirayakan dalam persekutuan dengan sesama manusia dan
segenap ciptaan Allah.

Pasal 13
Tata Ibadah
1. Tata Ibadah GPIG disusun dalam buku Tata Ibadah GPIG dan Tata
Ibadah Pelengkap (Liturgi Kreatif) ditetapkan di Sidang
Sinode/Sidang Sinode Istimewa/Sidang Tahunan Sinode.
2. Tata ibadah adalah urutan elemen dalam ibadah (liturgical action)
yang mengekspresikan empat karakteristik ibadah yang baik, yaitu :
a. Menampilkan karakter dan karya Allah Tritunggal,
b. Mewujudkan natur ibadah yang dialogis antara gerakan dari
Tuhan kepada Jemaat dan gerakan dari Jemaat kepada Tuhan,
c. Merefleksikan kekayaan bahasa relasi kita dengan Tuhan,
d. Seimbang antara keteraturan (esensi) dan kebebasan (ekspresi
dan eksekusi).
3. Unsur-unsur Liturgikal (elemen) Tata Ibadah Minggu dan hari-hari
raya gerejawi meliputi Lima segmen, yaitu

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 28


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

a. Persiapan (saat teduh, panggilan beribadah, votum dan salam,


nyanyian jemaat),
b. Pembaharuan Anugerah (doa pengakuan dosa, berita
anugerah Allah, petunjuk hidup baru, nyanyian jemaat),
c. Pemberitaan Firman Tuhan dan Perjamuan Kudus (doa
persiapan, pembacaan Firman Tuhan, penyampaian Firman
Tuhan, doa penutup dan perjamuan kudus, nyanyian jemaat),
d. Pembaharuan Komitmen (pengakuan Iman Rasuli,
persembahan syukur, doa syafaat, nyanyian jemaat),
e. Pengutusan (ayat pengutusan, doxology, doa berkat, nyanyian
jemaat).
4. Unsur-unsur Liturgikal (elemen) Tata Ibadah Pelengkap (Liturgi
kreatif) meliputi : saat teduh, doa pembukaan, nyanyian jemaat,
pemberitaan Firman Tuhan, persembahan syukur, doa syafaat,
pengutusan dan doa berkat.
5. Ibadah kategorial dan Ibadah rumah tangga Kolom/Rayon dapat
menggunakan Liturgi kreatif.

Pasal 14
Atribut Gereja
Atribut Gereja adalah tanda kebersamaan dalam persekutuan, kesaksian,
pengajaran dan pelayanan.
Pasal 15
Jenis-jenis atribut
1. Atribut ibadah adalah perlengkapan yang dipakai pada saat-saat
ibadah, yang terdiri dari pakaian (jubah) liturgis bagi Pelayan Khusus,
stola Pelayan Firman, stola Pelayan Khusus, tatacara ibadah, mimbar,
alat sakramen, lambang-lambang tahun gerejawi dan simbol-simbol
yang digunakan dalam penataan ruang ibadah.
2. Atribut organisasi adalah tanda kehadiran dan keabsahan organisasi
GPIG, yang terdiri dari bendera, logo, stempel, papan nama, surat
baptis, surat sidi dan surat nikah.
3. Atribut-atribut lainnya adalah atribut umum yang dipakai di tempat
terbuka dan tidak terbatas pada kegiatan atau tempat tertentu saja.
Atribut-atribut yang tidak diatur dalam atribut ibadah dan atribut

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 29


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

organisasi yakni pakaian pelayanan lainnya serta logo yang


diciptakan untuk suatu kegiatan atau perayaan gerejawi tertentu.

Pasal 16
Pakaian liturgis, stola dan kain penutup mimbar
1. Pakaian liturgis Pendeta adalah toga berwarna hitam, toga berwarna
putih dan pakaian sipil resmi memakai colar.
2. Pakaian liturgis Penatua dan Diaken adalah toga berwarna ungu.
3. Stola dan kain penutup mimbar :
a. Stola dan kain penutup mimbar adalah tanda warna liturgis
yang terdiri beberapa warna (putih, merah, hijau, ungu, biru
muda dan hitam).
b. Stola dipakai oleh Pelayan Khusus pada saat melayani ibadah-
ibadah.
c. Kain penutup mimbar dipasang di depan mimbar.
4. Bentuk, warna dan cara penggunaan disesuaikan dengan
tahun gerejawi.
5. Bentuk, warna dan penggunaan pakaian liturgis pendeta, stola
dan kain penutup mimbar diatur lebih lanjut dalam Tata
Laksana tentang Atribut Gereja.

BAB IV
SAKRAMEN
Pasal 17
Sakramen
1. Sakramen adalah tanda dan materai yang ditetapkan oleh Allah
untuk menandai dan memateraikan janji-janji-Nya melalui kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus.
2. GPIG mengakui dan melaksanakan dua sakramen yaitu sakramen
baptisan kudus dan sakramen perjamuan kudus.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 30


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 18
Baptisan Kudus
1. Sakramen baptisan kudus adalah tanda dan meterai yang tampak
dari anugerah Allah dalam ikatan perjanjian dengan Yesus Kristus dan
sekaligus sebagai ekspresi iman dari orang-orang percaya serta tanda
kesetiaan kepada Tuhan. Pelayanan sakramen baptisan kudus
diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa secara percik, dan
dilaksanakan hanya satu kali untuk selamanya.
2. Pelayanan baptisan kudus diperuntukkan kepada :
a. Anak-anak dari keluarga anggota Jemaat
b. Orang-orang dewasa yang belum dibaptis atau yang baru
percaya kepada Yesus Kristus.
3. Pelaksanaan baptisan kudus ditetapkan oleh Majelis Jemaat sesuai
kebutuhan.
4. Pelayanan baptisan kudus dilaksanakan dengan cara :
a. Memercikkan air di atas kepala.
b. Memercikan air pada kepala disertai ucapan dalam nama Bapa,
Anak dan Roh Kudus.
5. Baptisan pada dasarnya dilaksanakan di gedung gereja, dalam situasi
darurat baptisan dapat dilaksanakan di luar gedung gereja.
6. Saksi baptisan adalah anggota sidi jemaat GPIG dan atau anggota sidi
jemaat dari gereja seazas maksimal 12 orang.

Pasal 19
Perjamuan Kudus
1. Sakramen perjamuan kudus adalah tanda peringatan dan
persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus. Pelayanan perjamuan
kudus dilaksanakan bagi sidi jemaat.
2. Sakramen perjamuan kudus dilaksanakan 4 (empat) kali dalam
setahun, yaitu:
a. Jumat Agung.
b. HUT GPIG Bersinode.
c. Hari Perjamuan Kudus sedunia/Hari Pekabaran Injil
Indonesia.
d. Akhir tahun.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 31


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. Perjamuan kudus dilaksanakan dengan memakai roti dan anggur


sebagai tanda tubuh dan darah Kristus.
4. Kelengkapan perjamuan kudus dilaksanakan sebelum pelaksanaan,
kelengkapan berisi pengajaran memahami makna perjamuan kudus.
5. Perjamuan kudus dilaksanakan di gereja atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Majelis Jemaat.

BAB V
PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN

Pasal 20
Pengertian dan tujuan
1. Pengertian Pendidikan dan Pembinaan:
Pendidikan dan Pembinaan adalah tugas Gereja yang dipercayakan
oleh Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja untuk mendidik dan
membina anggota-anggota jemaat agar berakar, bertumbuh dan
berbuah sebagai murid Kristus.
2. Tujuan Pelayanan Pendidikan dan Pembinaan:
Pendidikan dan Pembinaan bertujuan untuk memperlengkapi
orang-orang Kudus bagi pembangunan Tubuh Kristus (band. Efesus
4:12), agar mampu menjadi saksi- saksi Kristus dalam pembangunan
manusia dan segala ciptaan.

Pasal 21
Wujud
1. Pelayanan Pendidikan dan Pembinaan dilaksanakan dalam wujud :
a. Pembinaan warga gereja dan Pelayan-pelayan khusus melalui
seminar, lokakarya, kemah kerja, kelompok pendalaman
Alkitab dan konsultasi.
b. Pengajaran agama di sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi
berkoordinasi dengan pemerintah dan instansi terkait.
c. Pengajaran katekisasi.
d. Kurikulum pelayanan kategorial (BIPRA), mimbar gereja (roti
hidup, dll).
e. Penataran-penataran dan kursus-kursus serta latihan-latihan,
sekolah-sekolah gereja.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 32


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

f. Pendidikan umum dan Perguruan tinggi dalam koordinasi


dengan instansi terkait.

Pasal 22
Pengajaran Agama di Sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi
1. Pengajaran agama di sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi adalah
Pelayanan Gereja untuk lebih meningkatkan dan memantapkan
pengetahuan peserta didik tentang Firman Allah dan kebenaran-Nya.
2. Pengajaran Agama di sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi adalah wujud
nyata daripada tanggung jawab gereja terhadap bangsa, negara dan
masyarakat untuk membangun manusia seutuhnya, melalui
kehidupan peserta didik.
3. Mempersiapkan peserta didik di sekolah/Perguruan Tinggi agar
mereka mampu menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah
pengalaman hidupnya sehari-hari.

Pasal 23
Katekisasi
1. Katekisasi adalah pemberitaan Injil oleh Gereja kepada anggota-
anggotanya dalam bentuk pengajaran untuk mendidik dan membina
anggota-anggota Jemaat agar bertumbuh dalam iman dan tanggung
jawabnya menuju kedewasaan penuh sebagai anggota gereja.
2. Katekisasi dilaksanakan untuk :
a. Baptisan
b. Peneguhan Sidi.
c. Nikah
d. Peneguhan Pendeta, Penatua dan Diaken
e. Pelantikan jabatan dalam Pelayanan (Majelis, Pengurus
Komisi/Kategorial).
3. Katekisasi sidi dan katekisasi pra nikah menggunakan Buku Katekisasi
yang diterbitkan Sinode GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 33


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 24
Pembinaan Warga Gereja
1. Penataran, Kursus dan Pelatihan dilaksanakan dengan tujuan untuk
memperlengkapi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
warga gereja dan pelayan-pelayan gereja.
2. Penataran, Kursus dan Pelatihan dilaksanakan dalam lingkungan
Jemaat, Wilayah, Sinode, Nasional dan Internasional.
3. Penataran, kursus dan pelatihan diadakan dan dilaksanakan menurut
kebutuhan Jemaat, Wilayah dan Sinode.
4. Peserta penataran, kursus, pelatihan diadakan dan ditetapkan oleh :
Majelis Jemaat, Majelis Wilayah, Majelis Sinode dan Komisi Pelayanan
Kategorial.

Pasal 25
Penggembalaan
1. Melaksanakan pelayanan penggembalaan.`
a. Pelayanan Penggembalaan Gerejawi dilaksanakan atas dasar
perintah dan teladan Yesus Kristus sebagai Gembala yang baik.
b. Pelayanan penggembalaan Gerejawi dilaksanakan oleh dan
untuk semua warga gereja, khususnya dilaksanakan oleh
pelayan-pelayan khusus.
c. Pelayanan penggembalaan gerejawi dilaksanakan dalam kasih
persaudaraan.
d. Penggembalaan dilakukan baik lisan/online maupun tulisan
melalui pelayanan ibadah, perkunjungan, percakapan khusus,
dll.
2. Metode Pengembalaan yaitu
a. Penggembalaan umum dilaksanakan kepada anggota GPIG
sebagai satu persekutuan Jemaat untuk pertumbuhan dan
pendewasaan iman serta keutuhan GPIG.
b. Penggembalaan khusus dilaksanakan kepada anggota GPIG
yang bermasalah, bersifat pribadi dan merahasiakan
percakapan yang dilakukan. Penggembalaan khusus dengan
persekutuan atau badan dilaksanakan secara tertutup yang
hanya dihadiri oleh mereka yang berkepentingan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 34


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 26
Pelayanan Diakonia
1. Pelayanan diakonia adalah upaya-upaya Gereja membantu warga
gereja dan warga masyarakat secara holistik baik spiritual, moril dan
material dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Pelayanan diakonia dilakukan dalam bentuk diakonia karitatif (belas-
kasih), transformatif (pemberdayaan), maupun reformatif
(pendampingan).
3. Pelayanan diakonia dijabarkan dalam bentuk program dan ditetapkan
dalam Sidang Tahunan Sinode.

BAB VI
TRANSFORMASI JEMAAT
Pasal 27
1. Semua anggota Jemaat, Pelayan Khusus dan Perangkat Pelayanan
GPIG di semua aras, hidup dalam dunia yang terus berubah, karena
itu, kepekaan terhadap perubahan, membuat GPIG terbuka untuk
terus-menerus memperbaharui diri (transformasi) dalam terang
Firman Allah, mendorong manusia untuk memelihara keutuhan
ciptaan Tuhan.
2. Transformasi GPIG diatur dalam penatalayanan dan program GPIG
yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) GPIG dan
kurikulum pelayanan yang berkesinambungan.
3. Bentuk-bentuk transformasi gereja
a. Digitalisasi penatalayanan gereja, seperti : Database Gereja,
Website, Multimedia, Media Sosial, dan kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan secara daring.
b. Pelayanan yang relevan dan kontekstual menjawab tantangan
zaman dengan tidak bertentangan dengan pengakuan GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 35


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BAB VII
Hubungan Kerjasama dengan Pemerintah dan Lembaga lain

Pasal 28
1. GPIG menjalin kemitraan dengan Yayasan atau Lembaga lain di dalam
atau di luar negeri, sepanjang tidak bertentangan dengan panggilan
dan pengakuan GPIG.
2. GPIG melaksanakan panggilan Gereja dengan menjalin hubungan
kerjasama dengan penganut dan lembaga agama-agama lain.
3. Gereja dipanggil mempersiapkan warganya untuk berperan dalam
politik, agar berpikir, dan bertindak menyampaikan suara kenabian,
serta hadir sebagai garam dan terang, mengkritisi dan memberikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan politik.

PERATURAN
TENTANG JEMAAT

BAB I
PENGERTIAN JEMAAT
Pasal 1
Pengertian Jemaat
Jemaat adalah persekutuan orang-orang percaya karena tempat dan
fungsinya merupakan satu kesatuan pelayanan dalam lingkungan GPIG
yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan panggilan gereja untuk
bersekutu, bersaksi dan melayani dalam kasih. Jemaat dilayani oleh
Majelis Jemaat. :
BAB II
PANGGILAN DAN TUGAS PELAYANAN JEMAAT
Pasal 2
Panggilan Jemaat
1. GPIG dipanggil untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani.
2. GPIG terpanggil untuk membangun, mempersatukan dan
memelihara keutuhan Gereja dan masyarakat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 36


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. Memberitakan Injil kepada segala ciptaan.


4. Membina warga gereja.
5. Melakukan penatalayanan sumber daya gereja.

Pasal 3
Tugas Jemaat
Tugas Jemaat adalah untuk membaharui, membangun dan
mempersatukan kehidupan iman Jemaat sampai mereka mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Yesus Kristus,
kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus, melalui :
1. Melaksanakan pelayanan pekabaran Injil ke dalam maupun ke luar.
2. Melaksanakan sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus
sebagai pewujudnyataan karya penyelamatan Allah dalam Yesus
Kristus.
Ayat 3 Aturan Lama Dihapus:

3. Melaksanakan semua bentuk ibadah dengan berpedoman pada


Tatacara Ibadat GPIG yang diterbitkan khusus untuk itu.
4. Melaksanakan penggembalaan dengan segala bentuknya kepada
anggota-anggota GPIG.
5. Melaksanakan katekisasi bagi anggota-anggota GPIG, yaitu :
a. Katekisasi kepada anggota Jemaat yang berusia menjelang 17
tahun tetapi peneguhan sidi untuk yang telah berusia 17 tahun ke
atas.
b. Kepada anggota Jemaat GPIG atau dari gereja se-asas yang akan
menjadi orang tua, atau wali, dan orang tua baptis.
c. Kepada anggota Jemaat yang akan melangsungkan pernikahan.
6. Melaksanakan dan membentuk kelompok-kelompok Penelaahan
Alkitab dan pelayanan doa.
7. Melaksanakan Pendidikan Agama Kristen di sekolah-sekolah.
8. Melaksanakan Pembinaan Warga Gereja sebagai wadah pembinaan
Jemaat.
9. Melaksanakan pelayanan diakonia.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 37


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

10. Melaksanakan hubungan kerjasama dengan pemerintah, agama-


agama lain dan Gereja-Gereja serta lembaga-lembaga Kristen yang
ada.

BAB III
PERANGKAT PELAYANAN JEMAAT
Pasal 4
Majelis Jemaat
1. Majelis Jemaat adalah wadah berhimpun Pelayan Khusus yang terdiri
dari Pendeta, Penatua, Diaken, dan Guru Agama.
2. Periode Majelis Jemaat adalah lima tahun.

Penjelasan :
1 Majelis Jemaat terdiri dari Diaken & Penatua, yang dipilih dari oleh sidi-sidi Jemaat
dan Pendeta Pekerja Tetap GPIG yang diteguhkan dan ditetapkan dengan Surat
Keputusan BPMS GPIG serta ditempatkan pada suatu Jemaat.
2 Organisatoris menyangkut kepemimpinan, penataan, dan keteraturan dalam
pelayanan Jemaat.
3 Sesudahnya dapat dipilih kembali.
4 Pendeta dan Guru Agama yang non ASN/P3K.

Pasal 5
Perangkat Pelayanan Jemaat
Perangkat Pelayanan Jemaat terdiri dari :
1. Sidang Majelis Jemaat.
2. Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ).
3. Majelis Pertimbangan Jemaat (MPJ).
4. Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat (MP3J)
5. Kelompok Pelayanan Rumah Tangga atau Kolom/Rayon
6. Kelompok Pelayanan Usia Lanjut
7. Majelis Kolom/Rayon.
8. Pengurus Pelayanan Kategorial (PELKA) Bapak, Ibu, Pemuda,
Remaja, Anak (BIPRA) Jemaat.
9. Komisi yang dibentuk di Jemaat.
10. Panitia dan tim kerja yang dibentuk di Jemaat.

Penjelasan :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 38


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

6 Bersifat situasional, bisa dibentuk di Jemaat jika dibutuhkan.

BAB IV
SIDANG MAJELIS JEMAAT
Pasal 6
1. Sidang Majelis Jemaat adalah wadah pengambilan keputusan Majelis
Jemaat untuk memutuskan dan menetapkan pokok-pokok tugas
panggilan, fungsi Gereja dan program kerja Jemaat berdasarkan
kebutuhan Jemaat serta keputusan Sidang Sinode, Sidang Tahunan
Sinode dan Sidang Majelis Wilayah.
2. Sidang Majelis Jemaat dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun
yang dihadiri oleh seluruh Mejelis Jemaat dan undangan BPMJ.

Pasal 7
Tugas Sidang Majelis Jemaat
1. Sidang Majelis Jemaat berwenang mengatur dan menetapkan pokok-
pokok tugas panggilan dan fungsi Gereja, program pelayanan serta
mengimplementasikan keputusan Sidang Sinode dan Sidang Majelis
Wilayah dalam program kerja Jemaat.
2. Membahas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan panggilan
dan tugas Jemaat sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini.
3. Membahas pelaksanaan panggilan dan tugas Pelayan Khusus.
4. Membahas dan menetapkan serta memutuskan program dan
anggaran Jemaat baik tahunan maupun periodik.
5. Membahas, menggumuli, menetapkan keputusan yang bertalian
dengan pelaksanaan tugas Jemaat berdasarkan keputusan Sidang
Sinode dan Sidang Tahunan Sinode dan keputusan-keputusan lainnya
yang diputuskan dalam berbagai keputusan GPIG.
6. Membahas dan menetapkan program tahunan pelayanan Jemaat
yang disusun oleh BPMJ termasuk program pelayanan MPJ dan
MP3J, program pelayanan Pelka dan Komisi aras Jemaat yang
disusun oleh masing-masing Perangkat Pelayanan.
7. Membahas dan menetapkan serta memutuskan laporan BPMJ,
laporan MP3J dan pokok-pokok pikiran MPJ.
8. Memilih dan menetapkan BPMJ, MPJ dan MP3J.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 39


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

9. Memberhentikan komisi-komisi, panitia, pegawai Gereja, MPJ dan


MP3J atas usul BPMJ.
10. Menetapkan rapat sidi-sidi Jemaat dan membahas dan memutuskan
pokok-pokok pikiran Jemaat.

Pasal 8
Peserta Sidang Majelis Jemaat
1. Peserta Sidang Majelis Jemaat ialah Pelayan Khusus GPIG dengan hak
suara memutuskan yaitu :
a. Para Diaken
b. Para Penatua
c. Pendeta Pekerja Tetap GPIG yang ditempatkan oleh BPMS di
Jemaat tersebut.
2. Sidang Majelis Jemaat dihadiri oleh undangan yang dapat berbicara
tetapi tidak memiliki hak suara memutuskan yaitu :
a. Semua anggota MPJ dan MP3J.
b. Sekretaris dan bendahara pengurus PELKA BIPRA.
c. Ketua, Sekretaris dan bendahara komisi dan panitia yang
dibentuk oleh BPMJ.
d. Pendeta emiritus
e. BPMS dan BPMW sebagai ex-offisio.
f. Undangan lainnya.
Pasal 9
Pimpinan Sidang Majelis Jemaat
Sidang Majelis Jemaat dipimpin oleh Ketua BPMJ sebagai pimpinan
persidangan dan Sekretaris persidangan adalah Sekretaris atau wakil
Sekretaris BPMJ.
Pasal 10
Tata Tertib Sidang Majelis Jemaat
1. K o r u m :
a. Sidang Majelis Jemaat menjadi sah jika dihadiri oleh lebih dari
setengah jumlah peserta yang berhak suara memutuskan.
b. Apabila tidak korum, maka sidang ditunda selambat-lambatnya
tujuh hari. Sidang yang ditunda ini dapat mengambil keputusan
tanpa memperhatikan jumlah yang hadir.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 40


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Dalam mengambil setiap keputusan senantiasa diupayakan


pemahaman bersama melalui musyawarah mufakat.
3. Setiap peserta memberikan suara, pendapat, saran atau usul secara
perorangan dengan memperhatikan tata tertib dalam persidangan.
4. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini diatur dan ditetapkan
dalam Sidang Majelis Jemaat.

Penjelasan :
2 Pemungutan suara hanya dapat ditempuh dalam keadaan yang luar biasa dan harus
disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang berhak suara memutuskan
yang hadir. Pemungutan suara mengenai seseorang harus dilakukan secara rahasia
dan tertulis.

Pasal 11
Pertemuan Sidi – Sidi Jemaat
1. Pertemuan sidi-sidi Jemaat berfungsi membicarakan pelaksanaan
pelayanan dan tugas panggilan sidi Jemaat sebagai evaluasi dan
usulan kepada Majelis Jemaat.
2. Pertemuan sidi-sidi Jemaat bersifat konsultatif dan keputusan
diambil melalui Sidang Majelis Jemaat.
3. Pertemuan sidi-sidi jemaat bisa juga sebagai wadah untuk pemilihan
Diaken dan Penatua.

BAB V
BADAN PEKERJA MAJELIS JEMAAT
Pasal 12
Badan Pekerja Majelis Jemaat
Badan Pekerja Majelis Jemaat adalah mandataris Sidang Majelis Jemaat
untuk memimpin pelaksanaan tugas sehari-hari serta mewakili Jemaat ke
dalam dan ke luar di lingkup Jemaat GPIG dan bertanggung jawab kepada
Sidang Majelis Jemaat.
Pasal 13
Komposisi Badan Pekerja Majelis Jemaat
Komposisi BPMJ adalah sebagai berikut :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 41


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

1. Jumlah anggota BPMJ disesuaikan pada kebutuhan Jemaat dengan


pedoman minimal 3 orang dan maksimal 11 orang yang terdiri dari
Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota.
2. Komposisi BPMJ terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Bila
lebih dari tiga orang dapat ditambahkan dengan Wakil Ketua, Wakil
Sekretaris, Wakil Bendahara dan Anggota.

Pasal 14
Kriteria
Kriteria pemilihan BPMJ dilakukan berdasarkan ketentuan seperti yang
dimaksud dalam Peraturan Tentang Pemilihan.

Pasal 15
Tugas Badan Pekerja Majelis Jemaat
1. BPMJ merupakan mandataris Sidang Majelis Jemaat dan
mengimplementasikan Program pelayanan Wilayah dan Sinode.
2. BPMJ mewakili Jemaat ke dalam dan ke luar di lingkup Jemaat GPIG
dan bertanggung jawab kepada Sidang Majelis Jemaat.
3. Mempersiapkan, menyusun dan memimpin Sidang Majelis Jemaat
serta pertemuan Sidi Jemaat.
4. Mempersiapkan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
kerja dan keuangan pada Sidang Majelis Jemaat untuk dibahas dan
ditetapkan.
5. Menyampaikan konsep program dan anggaran Jemaat untuk satu
tahun pelayanan kepada Sidang Majelis Jemaat.
6. Melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Majelis Jemaat.
7. Mengambil keputusan/kebijakan pada saat-saat mendesak yang
belum sempat ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat dan
melaporkannya untuk disahkan pada Sidang Majelis Jemaat
berikutnya.
8. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas semua bidang
pelayanan di Jemaat dan menyelenggarakan administrasi Jemaat.
9. Mengangkat dan menetapkan Komisi, Panitia, Tim Kerja, Pegawai
Gereja dan Pengurus PELKA BIPRA Jemaat dengan Surat Keputusan.
10. Membuat laporan keuangan setiap bulan dan di wartakan kepada
jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 42


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

11. Menjadwalkan pemeriksaan perbendaharaan oleh MP3J kepada


BPMJ, Pelka dan Kolom/Rayon setiap 6 (enam) bulan sekali.

Pasal 16
Pembagian Tugas Badan Pekerja Majelis Jemaat
BPMJ melaksanakan tugasnya secara kolektif kolegial, namun untuk
efektifitas dan efesiensi pelaksanaannya, perlu adanya pembagian tugas
sebagai berikut :
1. K e t u a :
a. Memimpin pembukaan dan penutupan Sidang Majelis Jemaat dan
memimpin rapat BPMJ serta pertemuan sidi-sidi Jemaat.
b. Bersama-sama dengan BPMJ lainnya menangani masalah
kemajelisan dan keJemaatan.
c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas Jemaat baik program
dan anggarannya agar tetap berpedoman pada Tata Gereja yang
berlaku dan sesuai dengan penetapan Sidang Sinode dan Sidang
Tahunan Sinode.
d. Bersama-sama dengan Sekretaris melakukan penatalayanan surat
umum dan surat keputusan serta mewakili Jemaat ke dalam dan
ke luar.
e. Bersama-sama dengan Bendahara mengatur keuangan Jemaat
dan penatalayanan surat surat yg menyangkut
perbendaharaan Jemaat.
2. S e k r e t a r i s :
a. Memimpin sekretariat Jemaat .
b. Menyelenggarakan buku Daftar Anggota Jemaat, Data Statistik,
Buku Notulen, Buku Keputusan, Buku Agenda, Buku Inventaris
dan Peraturan-Peraturan Gereja.
c. Memelihara serta mendokumentasikan semua dokumen serta
surat-surat berharga lainnya.
d. Bersama dengan Ketua mengkoordinasikan serta menjadwalkan
kegiatan pelayanan.
e. Bersama dengan Ketua menandatangani surat umum dan surat
keputusan.
3. B e n d a h a r a :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 43


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

a. Bersama dengan Ketua memimpin dan mengkoordinasikan upaya


pengelolaan sumber daya dan dana untuk pelaksanaan tugas
Jemaat serta menandatangani surat-surat yang menyangkut
perbendaharaan.
b. Bertanggungjawab atas penyelenggaraan administrasi keuangan,
sesuai peraturan tentang perbendaharaan serta mengurus dan
mendokumentasikan surat-surat berharga yang bertalian dengan
perbendaharaan.
c. Bertanggung jawab menyimpan dan mengeluarkan keuangan
Jemaat sesuai rapat Majelis Jemaat dan rapat BPMJ serta atas
sepengetahuan/persetujuan Ketua BPMJ.
d. Membuat laporan mutasi keuangan setiap bulan dan diwartakan
ke Jemaat.
e. Bersama-sama dengan Ketua mempersiapkan dan menyampaikan
laporan pertanggung jawaban keuangan untuk diperiksa oleh
MP3J setiap 6 (enam) bulan
f. Bersama-sama dengan ketua menyiapkan rencana anggaran
pendapatan belanja untuk dibahas dan ditetapkan dalam rapat
Majelis Jemaat.

4. A n g g o t a :
Disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan penetapan Sidang
Majelis Jemaat.
5. Jika posisi Ketua, Sekretaris dan Bendahara didampingi oleh seorang
wakil, maka tugas wakil adalah :
a. Membantu tugas dari yang diwakilinya.
b. Menggantikan tugas yang diwakilinya, jika berhalangan.
c. Atau dapat ditambah dengan tugas lain sesuai penetapan Sidang
Majelis Jemaat.
Penjelasan :
Kolektif Kolegial adalah Kepemimpinan yang dalam pengambilan keputusan secara
bersama-sama dan dilakukan secara setara tanpa ada pendapat yang bobotnya lebih
tinggi dari yang lain.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 44


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 17
Pelaksanaan Tugas BPMJ
1. BPMJ melaksanakan tugas secara bersama-sama sebagai
perwujudan kepemimpinan secara kolektif kolegial.
2. Mengadakan rapat secara teratur sekali setiap bulan atau sesuai
kebutuhan.

Pasal 18
Periode Pelayanan BPMJ
1. Periode pelayanan Badan Pekerja Majelis Jemaat adalah lima tahun.
2. Pengisian lowong dilakukan berdasarkan peraturan tentang
pemilihan.

BAB VI
MAJELIS PERTIMBANGAN JEMAAT
Pasal 19
Pengertian
Majelis Pertimbangan Jemaat adalah wadah kepemimpinan Jemaat yang
dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat dan merupakan
lembaga yang independen.
Pasal 20
Komposisi Majelis Pertimbangan Jemaat
Majelis Pertimbangan Jemaat terdiri dari :
1. Ketua merangkap anggota.
2. Sekretaris merangkap anggota.
3. A n g g o t a .

Pasal 21
Kriteria dan Masa Pelayanan Majelis Pertimbangan Jemaat
1. Kriteria MPJ adalah berdasarkan Peraturan tentang Pemilihan.
2. Periode pelayanan MPJ adalah lima tahun.

Pasal 22
Tugas Majelis Pertimbangan Jemaat
Majelis Pertimbangan Jemaat melaksanakan tugasnya sebagai berikut :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 45


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

1. Memberikan pertimbangan kritis, konseptual, strategis, sehubungan


dengan permasalahan yang dihadapi oleh Jemaat, diminta atau tidak
diminta.
2. Memberikan pokok-pokok pikiran sehubungan dengan kehidupan
persekutuan Gereja/Jemaat dan pengembangannya pada Sidang
Majelis Jemaat.

BAB VII
MAJELIS PEMERIKSA & PEMBINA PERBENDAHARAAN
JEMAAT

Pasal 23
Pengertian
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat adalah wadah
kepemimpinan Jemaat yang dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Majelis
Jemaat dan merupakan wadah yang independen untuk menata
perbendaharaan Jemaat.

Pasal 24
Komposisi
Komposisi Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan sebagai
berikut:
1. Ketua merangkap anggota.
2. Sekretaris merangkap anggota.
3. A n g g o t a .

Pasal 25
Kriteria dan Masa Pelayanan
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat
1. Kriteria MP3J adalah berdasarkan Peraturan Tentang Pemilihan
MP3J.
2. Periode pelayanan MP3J adalah lima tahun.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 46


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 26
Tugas Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat melakukan
tugas sebagai berikut :
1. Pembinaan : Memberi petunjuk, bimbingan dan saran agar
pengelolaan perbendaharaan di lingkungan Jemaat dapat
berlangsung secara tertib, terbuka sehingga berhasil guna dan
berdaya guna bagi pelayanan.
2. Pemeriksaan : Meneliti keabsahan buku-buku keuangan dan bukti-
bukti pendukung realisasi anggaran belanja dan pendapatan,
inventaris dan surat-surat berharga lainnya agar sesuai peraturan
yang berlaku.
3. Pengawasan : Meneliti dan mencegah kemungkinan terjadinya
kebijakan dalam pengelolaan yang tidak sesuai dengan Tata Gereja.
4. Penggembalaan : Menolong memberikan jalan keluar kepada
pengelola perbendaharaan dalam setiap permasalahan yang
berdasarkan temuan yang dapat menghambat pengelolaan
perbendaharaan Jemaat. Berkaitan dengan masalah etika, MP3J
memberikan rekomendasi kepada Pelayan Khusus untuk melakukan
penggembalaan.
Pasal 27
Sasaran dan Tujuan
1. Sasaran :
a. Kepada para pengelola perbendaharaan yakni BPMJ,
Kolom/Rayon, Pengurus PELKA BIPRA, Komisi-Komisi, Panitia dan
Tim Kerja di lingkup Jemaat yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan BPMJ.
b. Pengelolaan perbendaharaan, yakni cara-cara pengurusan
perbendaharaan Jemaat yang meliputi : pembukuan,
penganggaran tata laksana penyetoran keuangan, penggunaan
dan pertanggungjawaban serta realisasi anggaran.
2. Tujuan :
Untuk menciptakan pengelola dan pengelolaan perbendaharaan
yang sesuai dan berdasarkan Tata Gereja.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 47


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 28
Pertanggung Jawaban MP3J
MP3J mempertanggung-jawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Jemaat.

Pasal 29
Kewajiban dan hak MP3J
Kewajiban MP3J adalah :
1. Menjadwalkan pelaksanaan tugas sebagai realitas program yang
telah ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat dengan
memperhatikan urutan prioritas pada sasaran yang sangat
membutuhkan.
2. Setiap kali mengadakan pemeriksaan, membuat berita acara
pemeriksaan kas dan laporan hasil pemeriksaan disertai catatan
pembinaan dan menyampaikannya kepada yang diperiksa dan
selanjutnya dilaporkan kepada Sidang Majelis Jemaat.
3. Bertanggung-jawab atas laporan-laporan yang dibuatnya sambil
memegang rahasia jabatan dari temuannya pada pihak-pihak yang
tidak berkepentingan.
Hak MP3J adalah :
1. Meminta keterangan secara lisan maupun tertulis dari pengelola
perbendaharaan atau siapa saja yang terkait dalam rangka tugas
penggembalaan dan pengawasan.
2. Memeriksa buku-buku keuangan yang ada serta catatan-catatan lain
yang bertalian dengan data keuangan.
3. Melalui Ketua BPMJ mengundang anggota-anggota BPMJ untuk
mengadakan rapat bersama sambil membicarakan temuan-temuan
yang ada, serta memberikan saran, pendapat dan usul mengenai
upaya sebagai tindak lanjut penyelesaian temuan yang dimaksud.
4. Program kegiatan MP3J dianggarkan dalam program Jemaat.

BAB VIII
PEKERJA GEREJA

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 48


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 30
Pengertian dan Tugas
Pekerja Gereja adalah warga Gereja atau anggota Sidi Jemaat yang
bekerja untuk menata administrasi Gereja dan atau pelayanan lainnya di
lingkup Jemaat, masing-masing ditetapkan dengan Surat Keputusan
BPMJ.
Penjelasan :
Yang dimaksud Pekerja gereja antara lain yang menata administrasi Gereja atau
pekerja kantor dan kostor. Tugas-tugas dan biaya hidup Pekerja Gereja diatur oleh
BPMJ melalui persetujuan Sidang Majelis Jemaat. Masa tugas kostor mengikuti
periode pelayanan dan atau sesuai Keputusan Sidang Majelis Jemaat.

BAB IX
KELOMPOK PELAYANAN JEMAAT
Pasal 31
Pengertian
Kelompok pelayanan Jemaat yang dimaksud dalam bab ini adalah Kolom
atau Rayon dan PELKA BIPRA, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Kolom adalah pembagian kelompok persekutuan anggota Jemaat
dari satu Jemaat dalam satu lingkungan desa/kelurahan, atau
beberapa desa/kelurahan dalam satu kecamatan.
2. Rayon adalah pembagian kelompok persekutuan anggota Jemaat
dari satu Jemaat dalam lingkungan beberapa kecamatan dalam satu
kota/kabupaten, atau beberapa kota/kabupaten dalam satu provinsi.
3. PELKA BIPRA adalah pembagian pelayanan berdasarkan kelompok
kategorial, yang terdiri dari Pelayanan Kategorial Pria/Kaum Bapak,
Pelayanan Kategorial Wanita/Kaum Ibu, Pelayanan Kategorial
Pemuda, Pelayanan Kategorial Remaja dan Pelayanan Kategorial
Anak Sekolah Minggu.

Pasal 32
Syarat-syarat pembentukan Kolom atau Rayon
Pembentukan Kolom atau Rayon dalam Jemaat dapat dilakukan dengan
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pembentukan Kolom atau Rayon didasari atas jumlah kepala
keluarga dan lokasi tempat tinggal anggota Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 49


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Satu Kolom berjumlah minimal 10 KK maksimal 25 KK.


3. Bagi Jemaat yang tempat tinggal anggota-anggotanya tersebar luas
sehingga sulit memenuhi ketentuan seperti yang dimaksud pada ayat
1 dan 2 atau pun Jemaat yang belum membutuhkan pelayanan Kolom
atau Rayon, tidak diharuskan membentuk Kolom atau Rayon.

BAB X
KOMISI KERJA, PANITIA DAN TIM KERJA
Pasal 33
Komisi Kerja
Untuk kepentingan pelayanan di Jemaat, dapat dibentuk Komisi Kerja
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Komisi kerja adalah badan atau kelompok yang dibentuk di Jemaat
untuk mengatur, melaksanakan, mengembangkan suatu bidang atau
program yang ditetapkan di Sidang Majelis Jemaat.
2. Komisi Kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ sesuai
kebutuhan.
3. Keanggotaan Komisi Kerja diangkat dari para anggota Sidi Jemaat di
Jemaat tersebut.
4. Tugas Komisi Kerja ditetapkan bersama dengan BPMJ.
5. Dalam melaksanakan tugas Komisi Kerja mempertanggungjawabkan
tugas kepada BPMJ.
6. Komisi Kerja yang dibentuk sebelum melaksanakan tugasnya dilantik
dalam suatu ibadah Jemaat.
7. Masa pelayanan Komisi Kerja sama dengan masa pelayanan BPMJ.

Penjelasan :
2.Yang dimaksud anggota Sidi Jemaat dalam hal ini, termasuk Majelis Jemaat

Pasal 34
Panitia Dan Tim Kerja
Untuk kepentingan pelaksanaan program pelayanan di Jemaat, dapat
dibentuk panitia pelaksana dan tim kerja dengan ketentuan sebagai
berikut :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 50


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

1. Panitia pelaksana Jemaat adalah kelompok tugas yang terdiri dari


unsur KSB (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) dilengkapi perangkat
pelayanan bidang-bidang, dibentuk untuk melaksanakan suatu
kegiatan atau acara tertentu di Jemaat, seperti panitia perayaan
natal, panitia pembangunan, dll.
2. Tim kerja Jemaat adalah kelompok tugas yang terdiri dari
Ketua/Koordinator, sekretaris dan anggota, dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan atau proyek tertentu di Jemaat, seperti tim
kerja perumusan visi misi gereja, tim kerja peduli kasih, dll.
3. Panitia pelaksana dan tim kerja dibentuk dan ditetapkan dengan
dengan Surat Keputusan BPMJ.
2. Keanggotaan panitia pelaksana dan tim kerja diangkat dari Pelayan
Khusus dan para anggota Sidi Jemaat di Jemaat tersebut.
3. Tugas panitia pelaksana dan tim kerja ditetapkan oleh BPMJ.
4. Panitia pelaksana dan tim kerja yang dibentuk sebelum
melaksanakan tugasnya dilantik dalam suatu ibadah Jemaat.
5. Masa pelayanan panitia pelaksana dan tim kerja ditetapkan sesuai
dengan Surat Keputusan BPMJ.

BAB XI
PENATALAYANAN
Pasal 35
Pelaksanaan Tugas
Pelaksanaan tugas Jemaat hendaklah ditata secara terpadu, berdaya
guna dan berhasil guna melalui rangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan dalam Sidang
Majelis Jemaat, rapat BPMJ atau rapat masing–masing Perangkat
pelayanan Jemaat.

Pasal 36
Administrasi Jemaat
Administrasi Jemaat adalah suatu kegiatan yang mengatur tentang
administrasi Gereja dan diatur lebih lanjut dalam Tata Laksana
Administrasi Gereja

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 51


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 37
Harta Milik
1. Semua harta milik yang bergerak dan tidak bergerak adalah milik
GPIG yang pengurusannya dilaksanakan oleh BPMS dan
didokumentasikan di kantor Sinode.
2. Semua harta milik seperti yang dimaksud pada butir satu di atas
didaftarkan dalam buku inventaris GPIG.
3. Harta milik GPIG yang tidak bergerak di Jemaat diatur berdasarkan
persyaratan hukum.
4. Pengalihan hak atas harta benda yang tidak bergerak yang ada di
Jemaat harus dengan keputusan Sidang Sinode atau Sidang Tahunan
Sinode dalam keabsahan Surat Keputusan BPMS GPIG.
5. Peralihan harta milik yang tidak bergerak sehubungan dengan jual–
beli maka harus dibentuk panitia berdasarkan Surat Keputusan
BPMS GPIG.
6. Pengelolaan harta milik Gereja bergerak dan tidak bergerak yang
berada di Jemaat dikelola oleh BPMJ, tidak dapat dipinjamkan
kepada siapapun.
7. Apabila terjadi pembubaran Jemaat karena kondisional, maka segala
harta milik yang bergerak dan tidak bergerak yang ada di Jemaat
diambil alih oleh BPMS sebagai mandataris Sidang Sinode.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai harta milik bergerak dan tidak
bergerak di atur dalam peraturan tentang perbendaharaan.

BAB XII
PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN
DAN BERAKHIR STATUS SATU JEMAAT
Pasal 38
Pembentukan Suatu Jemaat
Pembentukan suatu Jemaat GPIG dilakukan dalam Sidang Sinode atau
Sidang Tahunan Sinode berdasarkan syarat-syarat dan penetapannya
melalui Surat Keputusan BPMS.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 52


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 39
Status Jemaat
1. Jemaat Mandiri
2. Jemaat Persiapan

Penjelasan :
1 Jemaat Mandiri adalah Jemaat yang sudah mampu menata pelayanan dan organisasi.
Kemandiriannya tidak terlepas dari kebersamaan secara sinodal.
2 Jemaat Persiapan adalah Jemaat yang dalam proses menuju Jemaat Mandiri .

Pasal 40
Syarat–Syarat Berdirinya Jemaat
Syarat berdirinya suatu Jemaat adalah :
1. Minimal dua belas Kepala Keluarga atau dua puluh empat jiwa.
2. Memiliki tempat beribadah.
3. Memiliki daftar keanggotaan Jemaat.
4. Persiapan ke Jemaat mandiri selama tiga tahun.

Pasal 41
Pembentukan Jemaat Baru
1. Pembentukan Jemaat Baru dilakukan karena :
a. Terjadinya pemukiman baru.
b. Pemekaran Jemaat.
c. Penggabungan Jemaat.
2. Persyaratan :
a. Lingkungan pelayanannya tidak berada dalam lingkungan dari
Jemaat GPIG yang sudah ada.
b. Jumlah Kepala Keluarga minimal dua belas KK.
c. Memenuhi proses tahapan pelembagaan.
d. Pertimbangan dan penilaian BPMS.
e. Bukan didasarkan pada masalah atau konflik.
3. Berdasarkan pertimbangan BPMS selanjutnya dilaporkan dalam
Sidang Tahunan Sinode atau Sidang Sinode untuk pengambilan
keputusan.
4. Apabila persyaratan tersebut di atas tidak dapat dipenuhi oleh salah
satu Jemaat, maka ada kebijaksanaan oleh BPMS berdasarkan
penugasan Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 53


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 42
Pembentukan Karena Pemukiman Baru
Pelembagaannya dilakukan melalui proses sebagai berikut :
1. BPMJ mengumpulkan data mengenai jumlah KK, jumlah anggota,
asal usul, kebutuhan dan lain-lain yang dianggap perlu.
2. Data tersebut disampaikan oleh BPMJ yang diketahui oleh BPMW
kepada BPMS dengan mencantumkan pertimbangan kelayakan atau
saran dan usul jika terdapat pertimbangan lain.
3. BPMS setelah meneliti secara langsung tentang kemungkinan
dibentuknya satu Jemaat, menugaskan BPMW untuk melakukan
upaya-upaya persiapan dan selanjutnya melayani Jemaat persiapan
tersebut.
4. Setelah seluruh persiapan selesai, BPMW melaporkan serta
menyampaikan usul tentang pembentukan Jemaat kepada BPMS
yang selanjutnya mengagendakannya untuk dibahas dan ditetapkan
dalam Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
5. Penetapan menjadi Jemaat dilakukan dengan Surat Keputusan BPMS
dan peresmiannya dilakukan dalam suatu ibadah Jemaat.
6. Jika persyaratan pembentukan Jemaat tidak dipenuhi dan atau
terdapat pertimbangan ketidaklayakan maka anggota-anggota
Jemaat di tempat itu dilayani oleh Majelis Jemaat yang terdekat
sebagai Jemaat Persiapan.

Pasal 43
Pembentukan Karena Pemekaran
Pemekaran hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan pada
kepentingan peningkatan pelayanan dan proses pelembagaannya
dilakukan sebagai berikut :
1. Usul pemekaran dilakukan oleh sidi-sidi Jemaat Kepada BPMJ,
kemudian di bahas dan diputuskan dalam Sidang Majelis Jemaat
dengan mengikutsertakan pertimbangan dan tujuan pemekaran,
jumlah KK, daftar anggota dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
2. Data tersebut disampaikan oleh BPMJ dan diketahui oleh BPMW
kepada BPMS dengan mencantumkan pertimbangan kelayakan atau
saran dan usul jika terdapat pertimbangan lain.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 54


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. BPMS setelah meneliti secara langsung tentang kemungkinan


dibentuknya satu Jemaat, menugaskan BPMW untuk melakukan
upaya-upaya persiapan dan selanjutnya melayani Jemaat persiapan
tersebut.
4. Setelah seluruh persiapan selesai, BPMW melaporkan serta
menyampaikan usul tentang pembentukan Jemaat kepada BPMS
yang selanjutnya melaporkannya untuk dibahas dan ditetapkan
dalam Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
5. Penetapan menjadi Jemaat dilakukan dengan Surat Keputusan BPMS
dan peresmiannya dilakukan dalam suatu ibadat Jemaat.

Pasal 44
Pembentukan Jemaat di Lingkungan Tertentu
1. Jemaat dalam lingkungan tertentu adalah persekutuan orang-orang
yang menyatakan diri sebagai anggota GPIG karena diikat oleh
kesamaan misi, fungsi dan atau profesi tertentu seperti GPIG Bait’El
Kota Gorontalo, GPIG Satya Wacana Liluwo dan lain-lain.
2. Pembentukan Jemaat sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini diatur
dalam Keputusan BPMS tentang Pembentukan Jemaat dalam
Lingkungan Tertentu.

Pasal 45
Penggabungan Jemaat
Penggabungan dilakukan jika Jemaat atau Jemaat-jemaat yang
bersangkutan tidak lagi dapat melakukan tugas panggilannya. Proses
pelembagaan sebagai berikut :
1. Usul penggabungan dilakukan oleh Majelis Jemaat yang
berkepentingan setelah melalui pembahasan dalam pertemuan sidi-
sidi Jemaat masing-masing atau oleh BPMW setelah melalui proses
oleh Majelis Jemaat dan pertemuan sidi-sidi Jemaat masing-masing.
2. Jika mufakat telah dicapai, usul penggabungan disampaikan kepada
BPMS dengan melampirkan berita acara kesepakatan, data statistik
selengkapnya baik mengenai keanggotaan, kemajelisan dan harta
milik masing-masing Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 55


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. BPMS setelah meneliti secara langsung tentang kemungkinan


penggabungan, menugaskan BPMW untuk melakukan upaya-upaya
persiapan penggabungan dengan Jemaat terdekat.
4. Jika ada dua penggabungan Jemaat yang sudah tidak dapat
melakukan tugas panggilannya, maka BPMS setelah meneliti secara
langsung tentang kemungkinan dibentuknya satu Jemaat,
menugaskan BPMW untuk melakukan upaya-upaya persiapan dan
selanjutnya melayani Jemaat tersebut.
5. Setelah seluruh persiapan selesai BPMW melaporkan serta
menyampaikan usul tentang pembentukan Jemaat kepada BPMS
yang selanjutnya melaporkan untuk dibahas dan ditetapkan dalam
Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
6. Penetapan menjadi satu Jemaat dilakukan dengan Surat Keputusan
BPMS dan peresmiannya dilakukan dalam suatu ibadah Jemaat.

Pasal 46
Berakhirnya Status Satu Jemaat
1. Berakhirnya status satu Jemaat terjadi jika :
a. Terjadi penggabungan.
b. Terjadi perpindahan ke tempat lain sehingga kelayakan sebagai
satu Jemaat tidak terpenuhi lagi.
c. Setelah diteliti dengan cermat ternyata tidak lagi memenuhi
tugas-tugas panggilannya sebagai Jemaat GPIG seperti yang
dimaksud dalam Tata Dasar dan dalam peraturan ini, walaupun
telah diupayakan penggembalaan dan penilikan seperti yang
dimaksud dalam peraturan tentang penggembalaan dan disiplin.
2. Berakhirnya status satu Jemaat secara adminitratif diputuskan dalam
Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode dengan Surat Keputusan
BPMS.
3. Semua harta milik GPIG dalam hal pembubaran dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam pengaturan ini dan pengurusannya
diambil alih oleh BPMS berdasarkan ketentuan seperti yang
dimaksud dalam peraturan ini.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 56


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BAB XIII
PENYELESAIAN PERMASALAHAN
Pasal 47
Motivasi
Bila terjadi permasalahan dalam tubuh Majelis Jemaat ataupun anggota-
anggota Jemaat, maka semua pihak wajib melaksanakan penyelesaian
secara Gerejawi.

Pasal 48
Cara Penyelesaian
1. Permasalahan dalam tubuh Majelis Jemaat diselesaikan dengan cara :
a. Mengadakan penggembalaan kepada yang bersangkutan
dan menggumulinya secara bersama dalam Sidang Majelis
Jemaat .
b. Jika cara tersebut pada butir a belum berhasil, maka Sidang
Majelis Jemaat menunjuk beberapa anggota Majelis Jemaat
menjadi Tim Penggembalaan untuk membatasi
berkembangnya masalah tersebut dan memanggil mereka
yang bermasalah baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama untuk meyelesaikan permasalah tersebut dan
hasilnya dilaporkan kepada Sidang Majelis Jemaat dalam
suatu berita acara.
c. Jika penyelesaian pada butir b belum berhasil maka Majelis
Jemaat menyerahkan penyelesaiannya kepada BPMW dan
jika perlu melanjutkannya kepada BPMS.
d. Penyelesaian yang diupayakan oleh BPMS adalah
penyelesaian akhir yang wajib ditaati oleh pihak yang
bermasalah.
2. Permasalahan di antara anggota Jemaat diselesaikan dengan cara :
a. Oleh Majelis Jemaat yang secepatnya mengatasi
permasalahan tersebut dan menempuh upaya-upaya
penyelesaiannya.
b. Jika upaya Majelis Jemaat belum berhasil maka dilanjutkan
kepada BPMW dan jika perlu diteruskan untuk diselesaikan
oleh BPMS.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 57


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Penyelesaian yang diupayakan oleh BPMS adalah


penyelesaian akhir yang wajib ditaati oleh pihak bermasalah.
3. Apabila penyelesaian yang dilakukan oleh BPMS tidak ditaati maka
dikenakan disiplin gerejawi sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Tentang Penggembalaan, Penilikan dan Disiplin Gerejawi.

PERATURAN
TENTANG WILAYAH

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Wilayah adalah perwujudan nyata persekutuan Jemaat-jemaat GPIG yang
secara teritorial berada di Wilayah tertentu, yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi dan
melayani dalam kasih. Wilayah dilayani oleh Majelis Wilayah.

BAB II
MAJELIS WILAYAH DAN PERANGKAT PELAYANAN
WILAYAH
Pasal 2
Majelis Wilayah
Yang dimaksudkan dengan Majelis Wilayah adalah :
1. Wadah berhimpun Pelayan Khusus Jemaat yang ada di Wilayah
sebagai wujud keesaan GPIG.
2. Kelengkapan pelayanan di lingkup wilayah yang melaksanakan
kepemimpinan GPIG di Wilayah tersebut.

Pasal 3
Perangkat Pelayanan Wilayah
Perangkat Pelayanan di lingkungan Wilayah terdiri dari :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 58


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

1. Sidang Majelis Wilayah.


2. Badan Pekerja Majelis Wilayah (BPMW).
3. Pengurus PELKA BIPRA Wilayah.
4. Komisi yang dibentuk di Wilayah.
5. Panitia dan Tim Kerja yang dibentuk di Wilayah.

Pasal 4
Sidang Majelis Wilayah
Sidang Majelis Wilayah adalah wadah pengambilan keputusan di Wilayah
dalam pengembangan tugas panggilan gereja yang dihadiri oleh seluruh
perwakilan Majelis Jemaat yang berada di Wilayah dan undangan BPMW.
Pasal 5
Tugas Sidang Majelis Wilayah
Tugas Sidang Majelis Wilayah :
1. Membahas, menggumuli, menjabarkan keputusan Sidang Sinode
dan keputusan Sidang Tahunan Sinode.
2. Membahas, menggumuli, menetapkan program dan anggaran
secara strategis dan spesifik yang mengacu pada keputusan Sidang
Sinode dan Sidang Tahunan Sinode untuk dilaksanakan secara
bersama-sama persekutuan Jemaat yang ada di wilayah tersebut
termasuk memperhatikan kebutuhan jemaat di wilayah masing-
masing.
3. Memilih Badan Pekerja Majelis Wilayah, sesuai dengan peraturan
tentang pemilihan.
4. Membahas dan menggumuli permasalahan yang timbul di antara
dua persidangan di dalam Jemaat yang ada di lingkup Wilayah
tersebut.
5. Membahas dan menetapkan program tahunan pelayanan jemaat
yang disusun oleh BPMW termasuk program pelayanan PELKA dan
Komisi aras wilayah yang disusun oleh masing-masing Perangkat
Pelayanan.
6. Membahas dan mensahkan laporan pertanggungjawaban program
kerja dan anggaran tahunan BPMW selama kurun waktu 1 tahun dan
1 Periode.

Pasal 6

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 59


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Penyelenggaraan Sidang Majelis Wilayah


1. Diselenggarakan oleh BPMW dan seluruh Jemaat yang ada di
Wilayah.
2. Dapat dilaksanakan satu kali dalam setahun atau sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan di Wilayah.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan ditetapkan dalam Sidang Majelis
Wilayah.

Pasal 7
Peserta Sidang Majelis Wilayah
Peserta Sidang Majelis Wilayah terdiri dari :
1. Peserta berhak untuk berbicara dan memutuskan yaitu :
a. Badan Pekerja Majelis Jemaat.
b. Badan Pekerja Majelis Wilayah.
c. Ketua PELKA BIPRA Wilayah.
2. Peserta berhak untuk berbicara tanpa hak suara memutuskan yaitu :
a. Sekretaris dan Bendahara Pelayanan Kategorial BIPRA lingkup
Wilayah.
b. Komisi, Panitia dan Tim Kerja Wilayah.
c. BPMS & MP3S sebagai ex-offisio (pendamping karena
jabatannya).
d. Undangan BPMW.

Pasal 8
Pimpinan Sidang Majelis Wilayah
1. Pimpinan Sidang Majelis Wilayah adalah BPMW.
2. Sekretaris Sidang Majelis Wilayah adalah Sekretaris/Wakil Sekretaris
BPMW.

Pasal 9
Tata Tertib Sidang Majelis Wilayah
1. Korum:
a. Sidang Majelis Wilayah dinyatakan sah jika dihadiri oleh lebih
dari setengah jumlah peserta yang berhak memutuskan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 60


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

b. Apabila tidak korum, maka sidang ditunda selambat-lambatnya


tujuh hari. Sidang yang ditunda ini dapat mengambil keputusan
tanpa memperhatikan jumlah yang hadir.
2. Pengambilan keputusan :
a. Dalam mengambil setiap keputusan senantiasa diupayakan
pemahaman bersama melalui musyawarah mufakat.
b. Pemungutan suara hanya dapat ditempuh dalam keadaan luar
biasa dan harus disetujui oleh lebih dari setengah jumlah
peserta yang hadir, yang berhak suara memutuskan.
c. Pemungutuan suara mengenai seseorang harus dilakukan
secara tertulis dan rahasia.
3. Setiap peserta memberikan suara, pendapat, saran atau usul secara
perorangan dengan memperhatikan peraturan tentang hal ini.
4. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini dapat diatur
melalui keputusan Sidang Majelis Wilayah sepanjang tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GPIG.

Pasal 10
Masa Pelayanan Majelis Wilayah
1. Masa pelayanan Majelis Wilayah adalah lima tahun.
2. Pengisian lowong dilakukan berdasarkan Peraturan Tentang
Pemilihan.

BAB III
BADAN PEKERJA MAJELIS WILAYAH
Pasal 11
Pengertian
Badan Pekerja Majelis Wilayah adalah kepemimpinan kolektif kolegial
yang adalah mandataris Majelis Wilayah untuk melaksanaan tugas sehari-
hari di wilayah tersebut dan mewakili BPMS di wilayah serta berfungsi
sebagai koordinator dan dinamisator bagi Jemaat yang ada di wilayah
tersebut.
Penjelasan :
Kolektif Kolegial adalah Kepemimpinan yang dalam pengambilan keputusan secara
bersama-sama dan dilakukan secara setara tanpa ada pendapat yang bobotnya
lebih tinggi dari yang lain.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 61


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 12
Komposisi
Komposisi BPMW terdiri dari :
1. Ketua adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap yang ditetapkan dan
ditempatkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja Majelis Sinode.
2. Wakil Ketua adalah seorang Penatua.
3. Sekretaris dan Wakil Sekretaris adalah seorang Penatua.
4. Bendahara adalah seorang Diaken atau Penatua.
5. Jumlah BPMW minimal tiga orang dan maksimal tujuh orang
berdasarkan kebutuhan Wilayah tersebut.

Pasal 13
Kriteria
Kriteria pemilihan BPMW dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Tentang Pemilihan.

Pasal 14
Tugas Badan Pekerja Majelis Wilayah
1. Melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Sinode dan keputusan
Sidang Tahunan Sinode.
2. Melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Majelis Wilayah.
3. Mempersiapkan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
kerja dan keuangan pada Sidang Majelis Wilayah untuk dibahas dan
ditetapkan.
4. Mempersiapkan dan menyampaikan program kerja dan rencana
anggaran belanja dan pendapatan untuk tahun pelayanan
mendatang kepada Sidang Majelis Wilayah untuk dibahas dan
ditetapkan.
5. Membuat laporan keuangan setiap 3 (tiga) bulan dan disampaikan di
Sidang Majelis Wilayah atau Rapat Wilayah
6. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas
pelayanan Jemaat dalam Wilayah.
7. Menyelenggarakan administrasi pelayanan di Wilayah.
8. Bersama BPMS bertanggung jawab atas persekutuan Jemaat di
Wilayahnya.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 62


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

9. Mempersiapkan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban


keuangan kepada MP3S sebelum Sidang Tahunan Sinode.
10. Mempersiapkan dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
pelayanan, permasalahan-permasalahan yang belum terselesaikan di
Wilayahnya, data statistik Jemaat-jemaat dan garis besar program
persekutuan, pelayanan dan kesaksian di wilayahnya serta pokok-
pokok pikiran dalam rangka menjawab pergumulan GPIG pada Sidang
Tahunan Sinode.
11. Melaksanakan tugas-tugas khusus berdasarkan penugasan BPMS
sambil memelihara dan menjaga rahasia jabatan.

Pasal 15
Pembagian Tugas Badan Pekerja Majelis Wilayah
BPMW melaksanakan tugasnya secara kolektif namun untuk efektifitas
dan efesiensi pelaksanaannya, perlu adanya pembagian tugas sebagai
berikut:
1. K e t u a :
a. Memimpin pembukaan dan penutupan Sidang Majelis Wilayah,
dan memimpin rapat BPMW.
b. Melaksanakan tugas penggembalaan untuk hal-hal khusus
kemajelisan dan Jemaat.
c. Mengatur agar semua keputusan dan pelaksanaannya
berpedoman pada Tata Gereja yang sesuai dengan penetapan
Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
d. Bersama dengan Sekretaris menandatangani surat umum serta
mewakili wilayahnya ke dalam dan ke luar.
e. Bersama dengan bendahara mengatur keuangan wilayah dan
penatalayanan surat-surat yang menyangkut perbendaharaan.
2. S e k r e t a r i s :
a. Bersama dengan Ketua memimpin sekretariat Wilayah .
b. Menyelenggarakan buku keputusan, buku notulen, buku
statistik.
c. Memelihara, mengurus serta mendokumentasikan semua
naskah dan dokumen serta surat-surat berharga lainnya.
d. Bersama dengan Ketua mengkoordinasikan serta
menjadwalkan kegiatan pelayanan bagi Jemaat-Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 63


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

e. Bersama dengan Ketua mewakili GPIG dalam Wilayah


pelayanannya.
3. Bendahara :
a. Bersama dengan Ketua memimpin, mengkoordinasikan dan
mengupayakan pengelolaan sumber daya dan dana di
lingkungan wilayahnya untuk pelaksanaan panggilan di
Jemaat, Wilayah dan Sinode.
b. Memelihara, mengurus dan mendokumentasikan semua
naskah dan surat-surat berharga di bidang perbendaharaan.
c. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi
keuangan di wilayahnya.
d. Bersama-sama dengan Ketua mempersiapkan dan
menyampaikan laporan pertanggung jawaban keuangan
untuk diperiksa oleh MP3S sebelum Sidang Tahunan Sinode
e. Bersama-sama dengan Ketua mempersiapkan laporan
pertanggung-jawaban keuangan dan rencana anggaran
pendapatan belanja untuk dibahas dan ditetapkan dalam
Sidang Majelis Wilayah.
4. Anggota:
Disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan penetapan
Majelis Wilayah.
5. Jika untuk jabatan Ketua, Sekretaris dan Bendahara dibutuhkan
seorang wakil, maka tugas Wakil adalah :
a. Membantu tugas dari yang diwakilinya.
b. Menggantikan tugas yang diwakilinya, jika berhalangan atau
dapat ditambah dengan tugas lain sesuai penetapan Sidang
Majelis Wilayah.

Pasal 16
Rapat Badan Pekerja Majelis Wilayah
1. Rapat BPMW adalah wujud kepemimpinan secara kolektif kolegial.
2. Pelaksanaan rapat BPMW dilaksanakan sekali secara teratur setiap
bulan atau berdasarkan kebutuhan.
Penjelasan :
1 Kolektif Kolegial adalah kepemimpinan yang dalam pengambilan keputusan secara
bersama-sama dan dilakukan secara setara tanpa ada pendapat yang bobotnya lebih
tinggi dari yang lain.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 64


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 17
Masa Pelayanan Badan Pekerja Majelis Wilayah
1. Masa pelayanan Badan Pekerja Majelis Wilayah adalah lima Tahun.
2. Pengisian lowong dilakukan berdasarkan Peraturan Tentang
Pemilihan.

BAB IV
PENATALAYANAN & PEDOMAN PELAYANAN
Pasal 18
Penatalayanan
Untuk dapat melaksanakan tugas panggilan GPIG di wilayah, Badan
Pekerja Majelis Wilayah melaksanakan penatalayan organisasi,
administrasi, personalia dan perbendaharaan.

Pasal 19
Pedoman Pelayanan
Setiap pelaksanaan tugas perlu ditata secara terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna melalui rangkaian perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan dalam sidang
maupun rapat kerja.

Pasal 20
Administrasi Wilayah
Setiap wilayah mempunyai kantor dengan segala perlengkapannya untuk
:
1. Mengurus, menyelesaikan dan menyimpan administrasi pelayanan
Jemaat-Jemaat di semua bidang kegiatan.
2. Menata dan menyimpan segala arsip Wilayah.
3. Menyimpan semua harta milik yang layak disimpan di kantor Wilayah.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 65


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 21
Harta Milik
1. Harta milik GPIG yang bergerak/tidak bergerak yang ada di
Jemaat/Wilayah harus didaftarkan dalam daftar inventaris GPIG,
tidak dapat dipinjamkan kepada siapapun.
2. Pemilikan harta benda GPIG yang tidak bergerak yang ada di
Jemaat/Wilayah harus diurus/ditetapkan berdasarkan persyaratan
hukum dan pelaksanaannya oleh BPMW bersama dengan BPMJ yang
ada di Wilayah tersebut.
3. Pengalihan hak atas harta milik, baik bergerak maupun tidak
bergerak harus dengan keputusan Sidang Sinode atau Sidang
Tahunan Sinode yang pengabsahannya berdasarkan Surat
Keputusan BPMS.
4. Pengendalian pengelolaan harta milik GPIG yang berada di Wilayah
dilakukan oleh BPMW berdasarkan Surat Keputusan BPMS.

BAB V
KOMISI KERJA, PANITIA DAN TIM KERJA
Pasal 22
Komisi Kerja
Untuk kepentingan pelayanan di Wilayah, dapat dibentuk komisi kerja
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Komisi kerja Wilayah adalah badan atau kelompok tugas yang
dibentuk Wilayah untuk mengatur, melaksanakan dan
mengembangkan suatu bidang atau program yang ditetapkan di
Sidang Majelis Wilayah.
2. Komisi kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja
Majelis Wilayah yang diangkat dari para Pelayan Khusus dan sidi
Jemaat di Wilayah.
3. Rencana pelayanan Komisi kerja yang dibentuk dibahas dan
diputuskan dalam pertemuan bersama BPMW.
4. Komisi kerja harus dilantik dalam suatu ibadat Jemaat.
5. Komisi kerja yang dibentuk oleh BPMW mempertanggung-jawabkan
tugas kepada BPMW.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 66


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

6. Masa pelayanan Komisi kerja sama dengan periode pelayanan


BPMW.

Pasal 23
Panitia Dan Tim Kerja
Untuk kepentingan program pelayanan di Wilayah, dapat dibentuk panitia
pelaksana dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Panitia pelaksana Wilayah adalah kelompok tugas yang terdiri dari
unsur KSB (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) dilengkapi perangkat
pelayanan bidang-bidang, dibentuk untuk melaksanakan suatu
kegiatan atau acara tertentu di Wilayah, seperti panitia
penggalangan dana, panitia perayaan Paskah Wilayah, dll.
2. Tim kerja Wilayah adalah kelompok tugas yang terdiri dari
Ketua/Koordinator, Sekretaris dan Anggota, di bentuk untuk suatu
kegiatan atau proyek di Wilayah, seperti tim kerja musik gereja, tim
kerja rekonsiliasi, dll.
3. Panitia pelaksana dan tim kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan
BPMW yang diangkat dari para Pelayan Khusus dan sidi Jemaat di
Wilayah.
4. Rencana kerja panitia pelaksana dan tim kerja yang dibentuk dibahas
dan ditetapkan dalam pertemuan dengan BPMW.
5. Panitia pelaksana dan tim kerja harus dilantik dalam suatu ibadah
Jemaat.
6. Panitia pelaksana dan tim kerja yang dibentuk oleh BPMW
mempertanggung jawabkan tugas kepada BPMW.
7. Masa pelayanan panitia pelaksana dan tim kerja ditetapkan sesuai
Surat Keputusan.

BAB VI
PEMBENTUKAN DAN PEMEKARAN WILAYAH
Pasal 24
Pembentukan
Pembentukan satu Wilayah baru bila terjadi pemukiman baru dalam satu
Wilayah tertentu, yang memungkinkan untuk dibentuk satu Wilayah, yang
minimal terdiri dari tiga Jemaat Mandiri.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 67


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 25
Pemekaran
1. Pemekaran wilayah dilakukan demi pengembangan, peningkatan
pelaksanaan tugas-tugas pelayanan, baik di Jemaat maupun di
wilayah itu sendiri.
2. Pemekaran dapat dilakukan atas usul BPMW atau Badan Pekerja
Majelis Sinode yaitu :
a. Badan Pekerja Majelis Wilayah setelah mendapat persetujuan
Majelis Wilayah, mendatakan semua yang dibutuhkan untuk
pemekaran tersebut, menyangkut jumlah Jemaat, jumlah
anggota/sidi/kepala keluarga masing-masing Jemaat, kemajelisan
dan lingkungan pelayanan.
b. Menjelang Sidang Tahunan Sinode, BPMW menyampaikan
pengusulan pembentukan wilayah baru tersebut disertai alasan,
pertimbangan data statistik serta kelayakan untuk selanjutnya di
bahas dalam Sidang Tahunan Sinode dan oleh BPMS diagendakan
menjadi pokok bahasan dan ditetapkan dalam Sidang Sinode.
c. Sementara proses pelembagaan berjalan maka tugas pelaksanaan
pelayanan masih tetap di tangani oleh BPMW yang dimekarkan.
d. Setelah Wilayah baru mendapat pengesahan Sidang Sinode,
BPMS menerbitkan Surat Keputusan dan peresmian berdirinya
wilayah tersebut dilakukan dalam suatu ibadat Jemaat di salah
satu Jemaat dalam wilayah yang baru itu.

BAB VII
PERMASALAHAN
Pasal 26
Penyelesaian Permasalahan
Bila terjadi permasalahan di lingkup Wilayah, maka penyelesaiannya
dengan memperhatikan Peraturan Tentang Disiplin Gerejawi.

Pasal 27
Cara Penyelesaian Permasalahan
1. Apabila upaya penyelesaian permasalahan belum berhasil, maka
BPMS setelah menerima masukan dari BPMW dan mendengarkan

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 68


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

pertimbangan dan saran Majelis Pertimbangan Sinode, wajib


menempuh kebijaksanaan untuk langsung menyelesaikannya dengan
memperhatikan upaya-upaya yang telah dilakukan terdahulu dan
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan
Tentang Disiplin Gerejawi.
2. Upaya kebijakan BPMS pada ayat satu di atas dilakukan sebagai hasil
kesepakatan yang dicapai dalam rapat BPMS yang diadakan khusus
untuk membahas permasalahan itu.
3. Tentang penetapan tersebut pada ayat satu yang merupakan
penyelesaian akhir, wajib diterima dan ditaati oleh pihak-pihak yang
bersangkutan, karena itu setelah penyelesaian oleh BPMS maka
dianggap semua permasalahan sudah berakhir.

PERATURAN
TENTANG
SINODE

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Sinode adalah perwujudan nyata persekutuan dan keesaan seluruh
Jemaat GPIG yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan panggilan
gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani dalam kasih. Sinode
dilayani oleh Majelis Sinode.

BAB II
MAJELIS SINODE DAN PERANGKAT PELAYANAN SINODE
Pasal 2
Majelis Sinode
Majelis Sinode adalah wadah berhimpun semua Pelayan Khusus/Presbiter
Jemaat-Jemaat GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 69


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 3
Majelis Sinode dan Perangkat Pelayanan Sinode
Di lingkungan sinode terdiri dari :
1. Sidang Sinode.
2. Sidang Sinode Istimewa.
3. Sidang Tahunan Sinode.
4. Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS).
5. Majelis Pertimbangan Sinode (MPS).
6. Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode (MP3S)
7. Pengurus PELKA BIPRA Sinode.
8. Komisi yang dibentuk oleh BPMS.
9. Pengurus yayasan yang dibentuk dan ditetapkan oleh BPMS.
10. Panitia dan Tim Kerja yang dibentuk oleh BPMS.

BAB III
SIDANG SINODE
Pasal 4
Pengertian
1. Sidang Sinode adalah pesta iman bagi GPIG dan sebagai
perwujudnyataan keesaan GPIG serta sebagai lembaga pengambilan
keputusan dalam ruang lingkup aras Sinode dan bertugas
menggumuli, membahas, menetapkan pokok-pokok program GPIG.
2. Sidang Sinode membahas dan memutuskan mengenai ajaran Gereja,
liturgi dan dokumen-dokumen Gerejawi lainnya.
3. Sidang Sinode bertugas untuk memilih BPMS, MPS, dan MP3S GPIG.
4. Sidang Sinode dilaksanakan sekali dalam lima Tahun.
5. Jika dibutuhkan dapat dilaksanakan pra sidang sebelum pelaksanaan
Sidang Sinode yang dihadiri oleh perwakilan yang diundang oleh
BPMS untuk membahas rancangan keputusan Sidang Sinode

Pasal 5
Peserta Sidang Sinode
Peserta Sidang Sinode terdiri dari :
1. Utusan Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 70


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Pendeta dan Guru Agama Pekerja Tetap dan Pekerja Tidak Tetap
GPIG.
3. BPMS, MPS, MP3S.
4. Utusan wilayah yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara
BPMW atau anggota BPMW yang diberi mandat oleh BPMW.
5. Ketua, Sekretaris, Bendahara PELKA BIPRA lingkup Sinode.
6. Pengurus dan pengawas yayasan yang dibentuk oleh Sinode GPIG.
7. Komisi yang dibentuk oleh Sinode GPIG.
8. Vikaris GPIG
9. BPMS Am GPI sebagai ex-officio.
10. Undangan BPMS.
Penjelasan :
1 Utusan Jemaat berdasarkan perbandingan jumlah jiwa anggota Jemaat; yakni < 50
jiwa, 1 utusan. 51 – 200 jiwa, 2 utusan. Di atas 201 jiwa, 3 utusan. Dan punya hak suara
memutuskan.

Pasal 6
Hak Suara Memutuskan
1. Hak suara memutuskan pada Sidang Sinode adalah utusan Jemaat.
2. Peserta pada poin 2 s/d 10 seperti yang dimaksud dalam peraturan ini
mempunyai hak untuk berbicara tetapi tidak berhak memutuskan.

Pasal 7
Tugas dan Wewenang Sidang Sinode
1. Membahas dan menetapkan pokok-pokok ajaran GPIG, yang di
dalamnya adalah tata Gereja dan tata Ibadah GPIG.
2. Membahas dan mensahkan laporan pertanggung-jawaban BPMS.
3. Membahas dan mensahkan laporan pertanggung-jawaban dan
pokok-pokok pikiran MP3S.
4. Membahas dan menggumuli pokok-pokok pikiran MPS.
5. Menggumuli, membahas, menyusun dan menetapkan program
umum, program anggaran belanja dan pendapatan GPIG untuk kurun
waktu lima tahun.
6. Menyelesaikan masalah yang timbul di antara dua Sidang Sinode.
7. Memilih dan menetapkan BPMS.
8. Memilih dan menetapkan MPS.
9. Memilih dan menetapkan MP3S.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 71


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

10. Menetapkan tempat pelaksanaan Sidang Sinode berikutnya dan


Sidang Tahunan Sinode pertama.

Pasal 8
Pimpinan Sidang Sinode
1. Sidang Sinode di buka oleh Ketua BPMS dan ditutup oleh Ketua
BPMS terpilih.
2. Sekretaris persidangan adalah Sekretaris/Wakil Sekretaris BPMS.
3. Sidang Sinode dipimpin oleh majelis pesidangan yang terdiri dari tiga
orang yang diusulkan oleh BPMS dari peserta yang berhak suara
memutuskan dan ditetapkan dalam Sidang Sinode.
4. Majelis persidangan didampingi oleh BPMS.

Pasal 9
Tata Tertib Sidang Sinode
Peserta Sidang Sinode seperti yang dimaksud dalam peraturan ini :
1. Utusan Jemaat wajib menunjukkan surat
kredensi/rekomendasi/mandat dari BPMJ.
2. BPMS, MPS, MP3S, Pendeta dan Vikaris, Ketua, Sekretaris dan
Bendahara PELKA lingkup Sinode, Yayasan dan Komisi yang dibentuk
oleh GPIG dan utusan wilayah, wajib menghadiri dan mengikuti
setiap agenda Sidang Sinode.
3. Setiap peserta hanya dapat berbicara setelah diijinkan oleh pimpinan
sidang.
4. Peserta wajib membatasi diri hanya pada pokok yang sedang
dibicarakan dan hanya diperkenankan berbicara sebanyak dua kali
untuk satu pokok bahasan.
5. Pimpinan sidang berhak menegur dan mengarahkan pembicaraan
apabila dipandang menyimpang dari pokok pembicaraan.
6. Dalam setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah
mufakat.
7. Peserta dengan hak suara memutuskan, menggunakan satu suara
dalam pengambilan ketetapan dan keputusan serta pemilihan.
8. Sidang Sinode dapat dilaksanakan dan dapat mengambil keputusan
jika dihadiri oleh setengah ditambah satu jumlah peserta pengambil
keputusan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 72


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

9. Jika kehadiran peserta pengambil keputusan kurang dari jumlah


utusan Jemaat, maka sidang ditunda satu hari. Dan sehari kemudian
sidang yang ditunda tersebut dapat dilaksanakan dan dapat
mengambil keputusan yang sah dan mengikat.
10. Pengambilan keputusan mengenai seseorang dilakukan secara
tertulis dan rahasia didasarkan hak suara yang memutuskan.
11. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini dapat diatur dalam
persidangan ini.

Pasal 10
Bentuk-bentuk Sidang Sinode
1. Sidang Paripurna
2. Sidang Seksi
3. Sidang Panitia Nominasi.

Pasal 11
Penyelenggaraan Sidang Sinode
1. Sidang Sinode diselenggarakan sekali dalam lima tahun.
2. Sidang Sinode diselenggarakan oleh BPMS, BPMW, seluruh Jemaat
se-GPIG dan panitia yang dibentuk oleh BPMS.

BAB IV
SIDANG SINODE ISTIMEWA
Pasal 12
Pengertian
1. Sidang Sinode Istimewa adalah wadah pengambilan keputusan yang
sama dengan Sidang Sinode yang bertugas untuk memutuskan hal-
hal yang bersifat darurat dan mendesak, yang tidak dapat
ditangguhkan sampai pada Sidang Sinode berikut.
2. Sidang Sinode Istimewa dapat dilakukan berdasarkan usulan dari
minimal dua per tiga Jemaat yang tersebar di setengah tambah satu
wilayah GPIG melalui Sidang Tahunan Sinode atau Sidang Sinode.
3. Prosedur persidangan pada dasarnya sama dengan Sidang Sinode.
4. Menyangkut tugas dan wewenang persidangan disesuaikan dengan
pokok materi sidang.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 73


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

5. Jika dibutuhkan dapat dilaksanakan pra sidang sebelum pelaksanaan


Sidang Sinode Istimewa yang dihadiri oleh perwakilan yang diundang
oleh BPMS untuk membahas rancangan keputusan Sidang Sinode
Istimewa

BAB V
SIDANG TAHUNAN SINODE
Pasal 13
Pengertian
1. Sidang Tahunan Sinode adalah wadah pengambilan keputusan
operasional dalam struktur GPIG dengan tugas untuk mengumuli,
membahas dan menetapkan program spesifik dan anggaran tahunan
sebagai penjabaran dari keputusan sidang sinode.
2. Sidang Tahunan Sinode adalah persidangan yang dilaksanakan setiap
tahun.
6. Jika dibutuhkan dapat dilaksanakan pra sidang sebelum pelaksanaan
Sidang Tahunan Sinode yang dihadiri oleh perwakilan yang diundang
oleh BPMS untuk membahas rancangan keputusan Sidang Sinode

Pasal 14
Peserta Sidang Tahunan Sinode
Peserta Sidang Tahunan Sinode terdiri dari :
1. BPMS, MPS, MP3S dan PELKA BIPRA lingkup Sinode.
2. Utusan wilayah yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara
BPMW atau anggota BPMW yang diberi mandat oleh BPMW.
3. Komisi dan yayasan yang dibentuk oleh GPIG.
4. Pendeta dan Guru Agama Pekerta Tetap & Tidak Tetap
5. Vikaris
6. Undangan BPMS.

Pasal 15
Tugas dan Wewenang Sidang Tahunan Sinode
1. Memahami, menggumuli dan membahas serta menetapkan laporan
pertanggung-jawaban BPMS dalam satu tahun.
2. Membahas laporan Wilayah-wilayah.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 74


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. Menyelesaikan persoalan yang muncul antar waktu Sidang Sinode.


4. Mengevaluasi pelaksanaan program dan anggaran tahunan.
5. Membahas dan menetapkan prioritas program anggaran belanja dan
pendapatan GPIG untuk tahun berikutnya berdasarkan keputusan
Sidang Sinode.
6. Melakukan pengisian lowong yang terjadi dalam tubuh BPMS, MPS
dan MP3S.
7. Mempersiapkan konsep-konsep materi Sidang Sinode.
8. Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan Sidang Tahunan Sinode
berikutnya.
Pasal 16
Hak Suara Memutuskan
Peserta seperti yang dimaksud dalam pasal 14, ayat 1 dan 2 adalah peserta
yang memiliki hak suara memutuskan dan peserta dalam ayat 3, 4 dan 5
adalah peserta yang mempunyai hak berbicara tapi tidak berhak suara
memutuskan.

Pasal 17
Pimpinan Sidang Tahunan Sinode
1. Sidang Tahunan Sinode dibuka dan ditutup oleh Ketua BPMS.
2. Sidang Tahunan Sinode dipimpin oleh BPMS.
3. Sekretaris persidangan adalah Sekretaris BPMS.
4. Pimpinan komisi dan panitia ditetapkan oleh sidang.

Pasal 18
Tata Tertib Sidang Tahunan Sinode
1. Dalam setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawara
mufakat.
2. Sidang Tahunan Sinode dapat dilaksanakan dan dapat mengambil
keputusan jika dihadiri oleh setengah ditambah satu jumlah peserta
pengambil keputusan.
3. Jika kehadiran peserta pengambil keputusan kurang dari pada jumlah
peserta, maka Sidang ditunda satu hari. Setelah ditunda, maka sidang
dapat dilaksanakan dan dapat mengambil keputusan yang sah dan
mengikat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 75


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

4. Pengambilan keputusan mengenai seseorang dilakukan secara


tertulis dan rahasia didasarkan hak suara yang memutuskan.
5. Setiap peserta hanya dapat berbicara setelah diijinkan oleh pimpinan
sidang.
6. Pimpinan sidang berhak menegur dan mengarahkan pembicaraan
apabila dipandang menyimpang dari pokok pembicaraan.
7. Peserta wajib membatasi diri hanya pada pokok yang sedang
dibicarakan dan hanya diperkenankan berbicara sebanyak 2 kali
untuk satu pokok bahasan.
8. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini dapat diatur dalam
persidangan ini.

Pasal 19
Bentuk – Bentuk Sidang Tahunan Sinode
Sidangan Tahunan Sinode dilaksanakan dalam bentuk :
1. Sidang Paripurna.
2. Sidang Seksi.
3. Sidang Panitia.
Penjelasan :
3 Sidang Panitia dilaksanakan jika terjadi pengisian lowong dalam BPMS, untuk jabatan
selain Ketua BPMS.

Pasal 20
Penyelenggaraan Sidang Tahunan Sinode
Sidang Tahunan Sinode diselenggarakan oleh BPMS, Jemaat, Wilayah dan
panitia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS.

BAB VI
BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE
Pasal 21
Pengertian
Badan Pekerja Majelis Sinode adalah mandataris Sidang Sinode yang
bertugas untuk memimpin pelaksanaan tugas sehari-hari GPIG dan
mewakili GPIG di dalam dan di luar lingkungan GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 76


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 22
Komposisi Badan Pekerja Majelis Sinode
Komposisi Badan Pekerja Majelis Sinode terdiri dari :
1. K e t u a
2. Wakil Ketua I
3. Wakil Ketua II
4. Wakil Ketua III
5. S e k r e t a r i s
6. Wakil Sekretaris
7. Bendahara

Pasal 23
Tugas dan Wewenang Badan Pekerja Majelis Sinode
1. Mewujudkan Tri tugas panggilan gereja dengan berpedoman pada
Tata Gereja GPIG.
2. Membina dan membimbing semua perangkat pelayanan GPIG.
3. Melaksanakan dan menjabarkan keputusan Sidang Sinode dan
Sidang Tahunan Sinode.
4. Mengkoordinir tugas dan pengurusan semua perangkat pelayanan
GPIG.
5. Membina dan memelihara hubungan yang harmonis dan serasi di
semua lingkup pelayanan.
6. Menyampaikan semua keputusan Sidang Sinode dan Sidang Tahunan
Sinode kepada Jemaat melalui BPMW.
7. Meningkatkan ketatalayanan Gereja di dalam kehidupan Jemaat dan
Wilayah.
8. Mewakili GPIG dalam hubungan permasalahan hukum dengan pihak
lain.
9. Menyelesaikan semua permasalahan dan perselisihan yang tidak
terselesaikan oleh BPMJ dan BPMW.
10. Mengangkat, menetapkan, meneguhkan, memutasikan,
mempensiunkan, memberikan disiplin Gereja dan memberhentikan,
kepada Pelayan Khusus dan Pendeta, Guru Agama Pekerja Tetap
serta mempersiapkan calon Pendeta melalui masa Vikariat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 77


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

11. Menyusun dan menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kerja


dan perbendaharaan/keuangan setelah diperiksa oleh MP3S pada
setiap Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
12. Mengurus dan mengawasi segala perbendaharaan GPIG.
13. Wajib menindaklanjuti laporan dan hasil temuan MP3S.
14. Mengadakan hubungan kerjasama dengan pemerintah, agama-
agama lain, Gereja-gereja, lembaga-lembaga Kristen dan organisasi
kemasyarakatan lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan Tata
Gereja dan peraturan-peraturan GPIG.

Pasal 24
Pembagian Tugas Badan Pekerja Majelis Sinode
1. Pembagian tugas BPMS adalah sebagai berikut:
1.1. K e t u a yang adalah seorang Pendeta bertugas :
a. Penanggungjawab umum kepemimpinan GPIG.
b. Memimpin rapat-rapat BPMS.
c. Bersama dengan BPMS lainnya mewakili GPIG ke dalam dan
ke luar sepanjang hal itu bertalian dengan bidang masing-
masing.
d. Melaksanakan tugas penggembalaan umum
e. Bersama-sama dengan Bendahara mengatur keuangan
Sinode dan menandatangani surat surat yg menyangkut
perbendaharaan
1.2. Wakil Ketua I, yang adalah seorang Pendeta membidangi
persekutuan (Koinonia). Bertugas menggembalakan,
mengendalikan dan mengawasi bidang yang menyangkut ajaran,
ibadah dan Tata Gereja, urusan Jemaat, Wilayah dan Pendeta
Pekerja Tetap GPIG.
1.3. Wakil Ketua II, yang adalah seorang Penatua membidangi
kesaksian (Marturia). Bertugas menggembalakan,
mengendalikan dan mengawasi bidang yang menyangkut
urusan pelayanan PELKA BIPRA, Pekabaran Injil dan Oikumene
serta pendidikan.
1.4. Wakil Ketua III, yang adalah seorang Diaken membidangi
pelayanan (Diakonia). Bertugas menggembalakan,
mengendalikan dan mengawasi bidang yang menyangkut

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 78


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

urusan diakonia, kemasyarakatan dan pengelolaan sumber daya


dan dana.
1.5. Sekretaris yang adalah seorang Pendeta bertugas :
a. Penanggung-jawab administrasi umum dan program umum.
b. Memimpin kesekretariatan pelayanan GPIG.
c. Bersama Ketua mewakili GPIG ke dalam dan ke luar.
1.6. Wakil Sekretaris yang adalah seorang Pelayan Khusus bertugas
:
a. Bersama Sekretaris bertanggung jawab atas administrasi
umum dan urusan personalia.
b. Bersama Sekretaris bertanggung-jawab atas penerapan
program umum.
1.7. Bendahara yang adalah seorang Pelayan Khusus bertugas :
a. Bertanggung jawab menyangkut perbendaharaan dan
keuangan GPIG.
b. Bersama dengan Ketua mewakili GPIG ke dalam dan ke luar
dalam hal perbedaharaan dan keuangan.
c. Bersama-sama dengan Ketua mempersiapkan dan
menyampaikan laporan pertanggung jawaban keuangan
untuk diperiksa oleh MP3S sebelum Sidang Tahunan Sinode
d. Bersama dengan Wakil Ketua III mengelola sumber daya
dan dana serta menangani program-program di bidang
sumber daya dan dana.
2. Pembagian tugas yang belum diatur dalam peraturan ini, akan diatur
dalam rapat BPMS.

Pasal 25
Pelaksanaan Tugas Badan Pekerja Majelis Sinode
Pelaksanaan tugas BPMS :
1. Melaksanakan tugas secara kolektif kolegial dan diwujudkan
berdasarkan pembagian tugas BPMS.
2. Setiap pelaksanaan tugas BPMS, dipertanggung-jawabkan pada
Sidang Tahunan Sinode dan Sidang Sinode.
3. Dilaksanakan dalam fungsi gembala, nabi, pengajar dan fungsi
organisatoris berdasarkan jabatan struktur yang dipercayakan
kepadanya.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 79


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

4. Mengadakan rapat BPMS sebulan sekali atau sesuai kebutuhan.


5. Dapat mengadakan rapat jika lebih dari setengah jumlah anggota
BPMS.
6. Mengadakan rapat bersama dengan Perangkat Pelayanan Sinode
secara berkala atau sesuai kebutuhan.

Pasal 26
Periode Pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode
1. Satu periode pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode adalah lima
Tahun.
2. Jika terjadi kelowongan dalam tubuh BPMS maka pengisiannya
dilakukan melalui Sidang Tahunan Sinode. Secara khusus bagi : Wakil
Ketua I, II, III Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Bendahara. Dan untuk
Ketua, melalui Sidang Sinode Istimewa.
Penjelasan :
2 Jika kekosongan jabatan BPMS, di tahun terakhir periode pelayanan maka pengisian
jabatan dapat ditetapkan dalam Sidang Tahunan Sinode dan atau dalam rapat
lengkap BPMS, MPS dan MP3S.

BAB VII
MAJELIS PERTIMBANGAN SINODE
Pasal 27
Pengertian
Majelis Pertimbangan Sinode adalah wadah kepemimpinan GPIG yang
dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Sinode dan merupakan lembaga yang
independen yang bertugas memberi pertimbangan kepada persekutuan
GPIG.
Pasal 28
Komposisi Majelis Pertimbangan Sinode
Majelis Pertimbangan Sinode terdiri dari :
1. Ketua merangkap Anggota.
2. Sekretaris merangkap Anggota.
3. A n g g o t a.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 80


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 29
Kriteria dan Masa Pelayanan Majelis Pertimbangan Sinode
1. Kriteria MPS adalah berdasarkan pada Peraturan Tentang Pemilihan.
2. Periode pelayanan MPS adalah lima tahun.

Pasal 30
Tugas Majelis Pertimbangan Sinode
Majelis Pertimbangan Sinode memberikan pertimbangan,
penggembalaan dan pokok-pokok pikiran secara kritis, konseptual, dan
strategis, sehubungan dengan permasalahan dan pengembangan
pelayanan GPIG, diminta atau tidak diminta.

BAB VIII
MAJELIS PEMERIKSA DAN PEMBINA PERBENDAHARAAN
SINODE

Pasal 31
Pengertian
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode adalah wadah
kepemimpinan GPIG yang dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Sinode
adalah wadah independen yang bertugas untuk membina, memeriksa
mengawasi dan menggembalakan dalam rangka menata perbendaharaan
GPIG.

Pasal 32
Tugas Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan Sinode
Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan Sinode melakukan tugas
sebagai berikut :
1. Pembinaan : Memberi petunjuk, bimbingan dan saran agar
pengelolaan perbendaraan GPIG di masing-masing lingkungan dapat
berlangsung secara tertib, terbuka sehingga berhasil guna dan
berdaya guna bagi pengurusan pelayanan.
2. Pemeriksaan : Memeriksa keabsaan buku-buku keuangan dan bukti-
bukti pendukung realisasi anggaran belanja dan pendapatan,

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 81


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

inventaris dan surat-surat berharga lainnya agar sesuai peraturan


yang berlaku.
3. Pengawasan : Meneliti dan mencegah kemungkinan terjadinya
kebijakan dalam pengelolaan yang tidak sesuai dengan Tata Gereja.
5. Penggembalaan : Menolong memberikan jalan keluar kepada
pengelola perbendaharaan dalam setiap permasalahan yang dapat
menghambat pengelolaan perbendaharaan GPIG. Berkaitan dengan
masalah etika MP3S memberikan rekomendasikan kepada Pelayan
Khusus untuk melakukan penggembalaan.

Pasal 33
Ruang Lingkup Kerja MP3S
1. Para pengelola perbendaharaan yakni BPMS dan BPMW, PELKA
BIPRA, yayasan dan badan lainnya aras Sinode dan Wilayah ataupun
perorangan yang ditunjuk dengan Surat Keputusan BPMS dan
BPMW.
2. Pengelolaan perbendaharaan yakni cara-cara pengurusan
perbendaharaan GPIG yang meliputi : pembukuan, penganggaran
tata laksana penyetoran keuangan, penggunaan dan pertanggung-
jawaban serta realisasi anggaran.
3. Tujuan kerja untuk menciptakan pengelola dan pengelolaan
perbendaharaan yang sesuai dan berdasarkan Tata Gereja.
4. Untuk mendukung kegiatan dan tugas MP3S, maka dapat diangkat
seorang tenaga staf yang melakukan tugas administrasi MP3S.
5. MP3S mempertanggung-jawabkan tugasnya kepada Sidang Tahunan
Sinode dan Sidang Sinode pada setiap akhir periode.
6. Program kerja dan anggaran belanja MP3S ditetapkan dalam Sidang
Tahunan Sinode berdasarkan rencana yang diajukan oleh MP3S
melalui BPMS.

Pasal 34
Kewajiban dan Hak MP3S
Kewajiban MP3S adalah :
1. Menjadwalkan pelaksanaan tugas sebagai realitas program yang
telah ditetapkan dalam Sidang Tahunan Sinode atau Sidang Majelis

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 82


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Wilayah dengan memperhatikan urutan prioritas pada sasaran yang


sangat membutuhkan.
2. Setiap kali mengadakan pemeriksaan, membuat berita acara
pemeriksaan kas dan laporan hasil pemeriksaan disertai catatan
pembinaan dan menyampaikannya kepada yang diperiksa dan
selanjutnya dilaporkan kepada Sidang Tahuan Sinode atau Sidang
Sinode.
3. Melakukan tugas setiap akan diselengarakannya Sidang Majelis
Wilayah maupun menjelang Sidang Tahunan Sinode dan Sidang
Sinode.
4. Bertanggung jawab atas laporan-laporan yang dibuatnya sambil
memegang rahasia jabatan dari temuannya pada pihak-pihak yang
tidak berkepentingan.

Hak MP3S adalah :


1. Meminta keterangan secara lisan maupun tertulis dari pengelola
perbendaharaan atau siapa saja yang terkait dalam rangka tugas
penggembalaan dan pengawasan.
2. Memeriksa buku-buku keuangan yang ada serta catatan-catatan lain
yang bertalian dengan data keuangan.
3. Melalui Ketua BPMS dan Ketua BPMW, mengundang anggota-
anggota BPMS atau BPMW untuk mengadakan rapat bersama sambil
membicarakan temuan-temuan yang ada, serta memberikan saran,
pendapat dan usul mengenai upaya sebagai tindak lanjut
penyelesaian temuan yang dimaksud.
4. Mengajukan untuk memperoleh biaya sehubungan dengan tugasnya
berdasarkan anggaran yang sudah ditetapkan.

BAB IX
PENATALAYANAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN

Pasal 35
Penatalayanan
Untuk dapat melaksanakan tugas panggilan GPIG, BPMS melaksanakan
penatalayanan organisasi, administrasi, personalia dan perbendaharaan

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 83


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

di seluruh Wilayah pelayanan, yang ditata secara terpusat di kantor


Sinode.
Pasal 36
Pedoman Pelaksanaan
Setiap pelaksanaan tugas perlu ditata secara terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna melalui rangkaian perencenaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan dalam Sidang
Sinode, Sidang Sinode Istimewa, Sidang Tahunan Sinode, rapat Perangkat
Pelayanan Sinode dan rapat BPMS GPIG.

Pasal 37
Kantor Sinode, Rumah Dinas Sinode dan Tata Usaha
1. Demi kelancaran pelayanan BPMS dan perangkat pelayanan sinode
GPIG dibangun kantor Sinode GPIG dan fasilitas perkantoran di
dalamnya :
a. Tempat kerja BPMS dan perangkat pelayanan sinode.
b. Mengurus, menyelesaikan serta menyimpan administrasi
pelayanan Jemaat dan Wilayah se GPIG.
c. Mengurus, menyelesaikan serta menyimpan arsip surat harta
milik dan surat-surat berharga Jemaat, wilayah dan sinode.
d. Menjadi pusat pelayanan dalam hubungan kerja dengan
Jemaat, masyarakat, pemerintah, Gereja mitra dan gerakan
Oikumene.
2. Rumah dinas sinode adalah pastori sebagai tempat tinggal para
Pendeta yang ditetapkan sebagai BPMS dan BPMS non Pendeta yang
ditetapkan dengan keputusan rapat BPMS.
3. Dalam rangka kelancaran kerja pelayanan di kantor sinode, di angkat
pegawai pekerja tetap sinode dengan Surat Keputusan BPMS. Biaya
hidup pegawai pekerja tetap sinode diatur mengikuti aturan tentang
Pendeta Pekerja Tetap.

Pasal 38
Harta Milik
1. Harta milik GPIG yang bergerak maupun tidak bergerak yang berada
di Jemaat, Wilayah dan Sinode harus di daftarkan dalam daftar
Inventaris GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 84


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Keabsahan hak atas harta milik GPIG yang bergerak maupun tidak
bergerak, yang berada di Jemaat, Wilayah dan Sinode harus diurus
serta ditetapkan berdasarkan persyaratan hukum yang berlaku dan
pelaksanaannya oleh BPMS GPIG.
3. Harta milik GPIG yang bergerak maupun tidak bergerak tidak dapat
dipinjamkan kepada siapapun.
4. Pengalihan hak atas harta milik GPIG, baik bergerak maupun tidak
bergerak harus dengan keputusan Sidang Sinode atau Sidang
Tahunan Sinode yang pengabsahannya berdasarkan Surat Keputusan
BPMS GPIG.
5. Pengendalian pengelolaan harta milik GPIG yang berada di Jemaat,
Wilayah dan Sinode dilakukan oleh BPMS, dalam pengawasan MP3S.
6. Pengurusan harta milik GPIG dapat dilaksanakan oleh Komisi Kerja
atau Tim Kerja di lingkup Jemaat, Wilayah dan Sinode yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan di masing-masing lingkup.
7. Segala pengurusan harta milik GPIG dengan pemerintah atau
lembaga lainnya di luar GPIG, harus disertai rekomendasi dan atau
surat kuasa BPMS.
8. Pangaturan selanjutnya tentang harta milik diatur dalam Peraturan
Tentang Perbendaharaan.

BAB X
YAYASAN, BADAN USAHA, KOMISI KERJA, PANITIA DAN TIM KERJA

Pasal 39
Yayasan, Badan Usaha dan Komisi Kerja
1. Dalam rangka pelaksanaan dan perwujudan dari Tri Tugas Panggilan
Gereja, maka BPMS GPIG dapat mendirikan yayasan dan badan usaha
untuk melayani Jemaat dan masyarakat.
2. Yayasan dan badan usaha yang didirikan harus mengikuti undang-
undang yang berlaku.
3. Pengurus dan pengawas yayasan dipilih dari antara Pelayan Khusus
dan anggota sidi Jemaat, yang memiliki kemampuan untuk
mengelola yayasan, ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS GPIG.
4. Masa tugas pengurus yayasan disesuaikan dengan periode pelayanan
BPMS.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 85


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 40
Komisi Kerja
Untuk kepentingan pelayanan Gereja, dapat dibentuk komisi kerja Sinode
GPIG dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Komisi kerja Sinode adalah badan atau kelompok yang dibentuk
Sinode untuk mengatur, melaksanakan dan mengembangkan suatu
bidang atau program yang ditetapkan Majelis Sinode.
2. Komisi kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS GPIG, yang
diangkat dari antara pelayan khusus dan atau anggota sidi Jemaat
GPIG.
3. Program komisi kerja sinode dibahas bersama dengan BPMS .
4. Komisi kerja sinode dilantik dalam suatu ibadah Jemaat.
5. Komisi kerja mempertanggungjawabkan kerja pelayanannya kepada
BPMS.
6. Masa tugas komisi kerja sinode sama dengan periode pelayanan
BPMS.

Pasal 41
Panitia dan Tim Kerja
Untuk kepentingan pelaksanaan program sinode GPIG, dapat dibentuk
panitia dan atau tim kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Panitia pelaksana Sinode adalah kelompok tugas yang terdiri dari
unsur Ketua, Sekretaris, Bendahara dan bidang-bidang, dibentuk
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau acara tertentu di aras
Sinode, seperti panitia HUT GPIG Bersinode, panitia pemilihan, dll.
2. Tim kerja Sinode adalah kelompok tugas yang terdiri dari
Ketua/Koordinator, Sekretaris dan anggota, dibentuk untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau proyek tertentu di aras Sinode,
seperti tim kerja revisi tata gereja, tim kerja kurikulum, dll.
3. Panitia dan atau tim kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS,
yang diangkat dari antara pelayan khusus dan anggota sidi Jemaat
GPIG.
4. Program kerja panitia dan atau tim kerja yang dibentuk, dibahas dan
ditetapkan dalam pertemuan dengan BPMS.
5. Panitia dan atau tim kerja dilantik dalam suatu ibadah Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 86


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

6. Panitia dan atau tim kerja mempertanggung-jawabkan tugas


pelayanan kepada BPMS.
7. Masa tugas panitia dan tim kerja ditetapkan sesuai Surat Keputusan.

PERATURAN
TENTANG
PELAYANAN KATEGORIAL

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Dalam melaksanakan hakikat dan wujud Gereja, seperti yang
dimaksud dalam Tata Dasar, maka dibentuk wadah pelayanan
kategorial.
2. Pelayanan Kategorial adalah perangkat pelayanan menurut ketegori
di aras Jemaat, Wilayah dan Sinode.

Pasal 2
Jenis Pelayanan Kategorial
Pelayanan Kategorial terdiri dari :
1. Pria/Kaum Bapak, yaitu warga Jemaat laki-laki yang telah berusia 35
tahun ke atas atau warga Jemaat laki-laki yang telah
berkeluarga/sudah menikah disebut PELKA Pria Kaum Bapak.
2. Wanita/Kaum Ibu, yaitu warga Jemaat perempuan yang telah berusia
35 tahun ke atas atau warga Jemaat perempuan yang telah
berkeluarga/sudah menikah disebut PELKA Wanita Kaum Ibu.
3. Pemuda, yaitu warga Jemaat laki-laki dan perempuan yang berusia 18
sampai 35 tahun dan belum berkeluarga/belum menikah disebut
PELKA Pemuda
4. Remaja, yaitu warga Jemaat laki-laki dan perempuan yang berusia 13
sampai 17 tahun disebut PELKA Remaja
5. Anak/Sekolah Minggu, yaitu warga Jemaat anak-anak yang berusia di
bawah 13 tahun disebut PELKA Anak Sekolah Minggu.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 87


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Penjelasan
1. Pelayanan Kategorial di singkat PELKA.
2. Jika dibutuhkan dapat dibentuk kelompok pelayanan Usia Lanjut di tingkat jemaat
dibawah koordinasi oleh BPMJ.

BAB II
TUGAS PELAYANAN KATEGORIAL
Pasal 3
Penyelenggaraan Panggilan Pelayanan Kategorial
Panggilan Pelayanan Kategorial adalah :
1. Membaharui, membangun dan mempersatukan keutuhan ciptaan.
2. Memberitakan Injil kepada semua makhluk.
3. Memperlengkapi dan melayani anggota–anggota PELKA
berdasarkan kesaksian Alkitab.

Pasal 4
Pengelolaan dan Harta Milik PELKA
Yang dimaksud dengan harta milik PELKA adalah :
1. Mengelola segala sumber daya yang adalah anugerah dan kasih
karunia Allah.
2. Program dan anggaran disampaikan dalam rapat dan
pelaksanaannya di masing-masing lingkup PELKA Jemaat, Wilayah
dan Sinode.
3. Sumber dana PELKA terdiri dari semua persembahan dan usaha-
usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan Tata Gereja.
4. Segala harta milik PELKA secara administratif didaftarkan dalam
inventaris di Jemaat/Wilayah/Sinode.

BAB III
KURIKULUM PELAYANAN KATEGORIAL

Pasal 5
Pengertian
Kurikulum pelayanan kategorial adalah rencana materi pembinaan
terstruktur dan berjenjang yang digunakan oleh PELKA untuk memandu

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 88


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

dan mengarahkan pembinaan dan pelayanan anggota PELKA. Kurikulum


ini dirancang untuk membantu anggota PELKA bertumbuh dalam iman
mereka secara berkelanjutan, memahami ajaran-ajaran gereja, dan
mengembangkan keterampilan serta kepemimpinan dalam pelayanan
gereja.

Pasal 6
Penyusunan Kurikulum
1. Kurikulum disusun secara berjenjang dan terintegrasi mulai dari
pembinaan Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda sampai dengan
pembinaan Bapa dan Ibu termasuk Usia Lanjut.
2. Kurikulum diatur lebih lanjut dalam Tata Laksana Kurikulum Pelayanan
Kategorial dan ditetapkan melalui Sidang Sinode, Sidang Sinode
Istimewa atau Sidang Tahunan Sinode.

BAB IV
KEPENGURUSAN PELKA
Pasal 7
Komposisi
Komposisi kepengurusan PELKA hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan berpedoman minimal tiga orang dan maksimal tujuh
orang, terdiri dari :
1. K e t u a .
2. S e k r e t a r i s.
3. B e n d a h a r a.
4. Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris.
5. Dua orang anggota.

Pasal 8
Peneguhan Dan Pelantikan
Komposisi kepengurusan PELKA, diteguhkan dan dilantik dalam suatu
ibadah Jemaat dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Ketua PELKA diteguhkan sebagai Pelayan Khusus yaitu Penatua.
2. Komposisi kepengurusan PELKA dilantik berdasarkan Surat
Keputusan di lingkup masing-masing.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 89


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Penjelasan
2 Peneguhan dan pelantikan dilaksanakan dalam ibadah Jemaat.
Pasal 9
Kriteria
Kriteria kepengurusan PELKA berdasarkan Peraturan Tentang Pemilihan.

BAB V
MASA PELAYANAN
Pasal 10
1. Masa pelayanan kepengurusan PELKA lima tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya.
2. Apabila terjadi kelowongan, maka pengisiannya dilakukan
berdasarkan Peraturan Tentang Pemilihan.

Pasal 11
Tugas Kepengurusan PELKA
1. Pengurus PELKA di lingkup masing-masing melaksanakan dengan
penuh tanggung jawab semua keputusan yang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja.
2. Mengembangkan semua potensi yang ada di lingkup masing-masing
PELKA.

Pasal 12
Pembagian Tugas Pengurus PELKA
1. Ketua :
a. Penanggung-jawab umum pelayanan PELKA.
b. Memimpin rapat.
c. Bersama-sama Sekretaris bertanggung-jawab atas tugas
kesekretariatan.
d. Bersama-sama dengan Bendahara mengatur keuangan PELKA dan
menandatangani surat surat yg menyangkut perbendaharaan
e. Mempertanggung-jawabkan semua tugas pelayanan PELKA di
aras masing-masing di Sidang Majelis Jemaat, Majelis Wilayah dan
kepada Sidang Tahunan Sinode dan Sidang Sinode.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 90


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Sekretaris :
a. Memimpin sekretariat PELKA.
b. Bertanggung-jawab atas administrasi umum.
c. Bersama Ketua bertanggung jawab ke dalam dan ke luar.
3. Bendahara :
a. Mengelola serta menyimpan keuangan PELKA berdasarkan
Peraturan Tentang Perbendaharaan.
b. Bersama-sama dengan Ketua mempersiapkan dan menyampaikan
laporan pertanggung jawaban keuangan. Untuk Pelka aras jemaat
diperiksa oleh MP3J setiap 6 (enam) bulan dan untuk Pelka aras
Wilayah dan Sinode diperiksa oleh MP3S setiap tahun sebelum
Sidang Tahunan Sinode
4. Wakil Ketua, wakil Sekretaris dan anggota lainnya menangani
bidang khusus berdasarkan keputusan rapat pengurus.
5. Jika untuk jabatan Ketua, Sekretaris dan Bendahara didampingi oleh
seorang Wakil, maka tugas Wakil menggantikan tugas yang
diwakilinya jika berhalangan.
6. Apabila komposisi pengurus PELKA berjumlah tiga orang, jika ada
yang berhalangan maka tugas-tugasnya dilaksanakan oleh pengurus
yang lain.
Penjelasan :
1e Pelaporan pertanggung jawaban kepada Sidang Tahunan Sinode dan Sidang Sinode
melalui BPMS.
2.a-c Untuk surat menyurat ke dalam memberikan surat tembusan BPMJ/BPMW/BPMS dan
untuk surat ke luar ditanda-tangani oleh BPMJ/BPMW/BPMS.

Pasal 13
Pedoman Pelayanan
1. Pengurus PELKA mengadakan rapat rutin sekurang-kurangnya
sebulan sekali atau sesuai kebutuhan.
2. Pengurus dengan seluruh anggota PELKA mengadakan rapat sesuai
kebutuhan.
3. Rapat pengurus sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah tambah satu jumlah PELKA.
4. Apabila jumlah kehadiran tidak memenuhi ketentuan, maka rapat
ditunda sekurang-kurangnya satu minggu atau sesuai kesepakatan
pengurus.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 91


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

5. Pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah mufakat.


6. Penyetoran persembahan PELKA mengikuti sesuai aturan
perbendaharaan.
7. Program dan anggaran PELKA masuk dalam program dan anggaran
di lingkup Jemaat/Wilayah/Sinode.
8. Pengurus bersama-sama dengan anggota PELKA bertanggung-jawab
atas semua keputusan yang tidak bertentangan dengan Tata Gereja.
9. PELKA di lingkup masing-masing dapat melaksanakan hubungan
pelayanan keluar berdasarkan :
a. Aras Jemaat dalam Wilayah dengan rekomendasi Jemaat dengan
tembusan Wilayah.
b. Aras Wilayah dengan rekomendasi Wilayah tembusan Sinode.
c. Aras Sinode dengan rekomendasi BPMS dengan tembusan Sinode
Gereja yang bersangkutan.

PERATURAN
TENTANG
PEMILIHAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Pemilihan adalah wadah pewujudan pemerintahan Allah (Teokrasi)
dalam Yesus Kristus yang dijabarkan dalam sistem presbyterial
sinodal.
2. Pemilihan adalah perwujudan persekutuan dalam menjawab,
memenuhi kehendak dan panggilan Yesus Kristus sebagai kepala
Gereja untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan GPIG.
Penjelasan :
1 Sistem Prebiterial Sinodal adalah sistem di mana Gereja dipimpin oleh para presbiter.
Keputusan ada pada persidangan presbiter (Majelis Jemaat/Wilayah/Sinode) dan
dipimpin oleh pejabat Gerejawi secara kolektif.
2 Markus 3:13-19, Yohanes 15:16, Kisah Para Rasul 6:1-7.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 92


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 2
Jenis-Jenis Pemilihan
Pemilihan yang dimaksud adalah :
a. Pemilihan Majelis Jemaat.
b. Pemilihan Pelayanan Kategorial BIPRA Jemaat.
c. Pemilihan Badan Pekerja Majelis Jemaat.
d. Pemilihan Majelis Pertimbangan Jemaat.
e. Pemilihan Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan
Jemaat.
f. Pemilihan Badan Pekerja Majelis Wilayah.
g. Pemilihan PELKA BIPRA Aras Wilayah.
h. Pemilihan Badan Pekerja Majelis Sinode.
i. Pemilihan Majelis Pertimbangan Sinode.
j. Pemilihan Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan
Sinode .
k. Pemilihan PELKA BIPRA Aras Sinode

Pasal 3
Pelaksana Pemilihan
1. Di lingkup Jemaat adalah panitia pemilihan yang dibentuk dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ yang ditunjuk dari antara
anggota sidi Jemaat dengan komposisi Ketua, Sekretaris dan
maksimal ditambah tiga orang anggota, dilantik dalam suatu ibadah
Jemaat.
2. Di lingkup Wilayah untuk pemilihan BPMW dan PELKA BIPRA Wilayah
adalah panitia nominasi yang ditetapkan dalam Sidang Majelis
Wilayah dengan komposisi Ketua, Sekretaris dan satu orang anggota.
3. Di lingkup sinode untuk pemilihan BPMS, MPS, MPPS adalah panitia
nominasi yang ditetapkan dalam Sidang Sinode dengan komposisi
Ketua, Sekretaris dan satu orang anggota.
4. PELKA BIPRA sinode adalah panitia nominasi yang ditetapkan dalam
pertemuan raya PELKA BIPRA yang didampingi oleh BPMS.

BAB II
PEMILIHAN LINGKUP JEMAAT

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 93


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 4
Pemilihan Penatua dan Diaken
Pemilihan Penatua dan Diaken dipilih oleh anggota Kolom/Rayon atau
PELKA masing-masing dan dapat dilaksanakan di pertemuaan sidi-sidi
jemaat atau di Kolom/Rayon dan PELKA masing-masing.

Pasal 5
Pemilih
Yang berhak memilih adalah anggota Sidi Jemaat yang sudah terdaftar
dalam buku keanggotaan Jemaat GPIG.
Pasal 6
Kriteria Calon Penatua dan Diaken
Bakal calon Penatua dan Diaken ialah anggota sidi Jemaat GPIG yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Perilakunya sesuai kesaksian Alkitab.
2. Bagi yang sudah kawin, sudah nikah Gereja dan dicatat pada catatan
sipil.
3. Memiliki wawasan bergereja, semangat pengabdian yang tinggi
dalam pelayanan serta punya loyalitas kepada GPIG.
4. Sehat dan mampu melaksanakan tugas-tugas kemajelisan.
5. Berusia minimal dua puluh empat tahun maksimal enam puluh tahun
pada saat pemilihan.
6. Bersedia menandatangani surat pernyataan kesediaan untuk dipilih
dan melaksanakan tugas sebagai Majelis jika terpilih.
7. Tidak sedang dikenakan disiplin Gerejawi.
8. Tidak sedang menjalani hukuman pidana.
9. Telah terdaftar dan aktif di Jemaat tersebut sekurang-kurangnya dua
tahun.
10. Tidak mengundurkan diri atau non aktif dari pelayanan yang sedang
berjalan, tetapi dapat dicalonkan kembali pada periode berikutnya
atau jeda satu periode.

Pasal 7
Biaya Pemilihan
Segala konsekuensi pembiayaan yang timbul sebagai akibat proses
pemilihan dibebankan pada kas Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 94


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 8
Waktu Pemilihan
Pemilihan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh BPMS.

Pasal 9
Tempat pemilihan
Tempat pemilihan sebaiknya dilakukan di aula atau gedung Gereja atau
yang ditentukan oleh panitia dengan persetujuan BPMJ.

Pasal 10
Cara Pemilihan
1. Pemilihan diselenggarakan oleh panitia pemilihan sesuai petunjuk
pelaksanaan yang dikeluarkan oleh BPMS.
2. Untuk menjamin kemurnian pelaksanaan dan hasil pemilihan, maka
pemilihan dilakukan dalam pertemuan sidi-sidi Jemaat secara
langsung, bebas, rahasia dan tertulis.

Pasal 11
Persiapan Pemilihan
BPMJ menjelang berakhirnya tahun periode pelayanan, dalam Sidang
Majelis Jemaat ditetapkan persiapan-persiapan untuk pelaksanaan
pemilihan mengenai :
1. Menyusun daftar sidi Jemaat menurut urutan KK (Kepala Keluarga).
2. Membentuk panitia pemilihan dan mengumumkannya kepada
Jemaat.
3. Panitia pemilihan ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ dan
memulai tugasnya setelah dilantik dalam suatu ibadat Jemaat.
4. Melalui materi Khotbah yang dibuat oleh BPMS untuk mengarahkan
anggota-anggota sidi Jemaat agar dapat memahami dan menghayati
tugas panggilannya sebagai pemilih dan sebagai bakal calon terpilih.
5. Menetapkan anggota-anggota sidi Jemaat yang berhak memilih.
6. Penentuan jumlah Majelis Jemaat yang akan dipilih, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi Jemaat yang terdiri dari beberapa Kolom atau Rayon, setiap
Kolom atau Rayon dilayani sesuai kebutuhan majelis dengan

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 95


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

perimbangan jumlah antara Penatua dan Diaken disesuaikan


dengan kondisi dan kebutuhan setempat.
b. Bagi Jemaat yang tidak terdiri dari Kolom atau Rayon dilayani oleh
Penatua dan Diaken berdasarkan kebutuhan setempat.
c. Dalam penentuan Penatua dan Diaken dapat menggunakan
ukuran perbandingan lima KK dilayani oleh seorang pelayan
khusus.
d. Apabila Jemaat memiliki Kolom/Rayon maka jumlah KK setiap
Kolom adalah lima belas sampai tiga puluh KK.
e. Penetapan jumlah bakal calon hendaknya lebih besar dari jumlah
Penatua dan Diaken yang akan dipilih.

Pasal 12
Tugas Panitia Dan Pelaksanaan Pemilihan
Panitia pelaksana pemilihan melaksanakan tugas :
1. Sosialisasi proses pemilihan kepada sidi-sidi Jemaat.
2. Menjaring bakal calon dari sidi-sidi Jemaat.
Proses penjaringan tersebut adalah :
a. Dilaksanakan secara tertulis sesuai format yang telah disiapkan.
b. Meneliti dan menyeleksi bakal calon sesuai dengan kriteria calon
Penatua dan Diaken.
c. Penetapan bakal calon majelis Jemaat.
3. Nama-nama calon diumumkan kepada Jemaat selama dua kali hari
minggu. Kemudian ditetapkan sebagai calon Pelayan Khusus.
4. Meneliti keabsahan daftar pemilih yang diterima dari BPMJ.
5. Melaksanakan pemilihan dengan proses :
a. Mempersiapkan semua keperluan untuk penyelenggaraan
pemilihan seperti kartu suara, daftar hadir, kotak suara, tempat
dan ruangan pemilihan.
b. Menyampaikan undangan kepada para pemilih tiga hari sebelum
saat pemilihan.
c. Pada hari/jam pelaksanaan, panitia mengedarkan daftar hadir dan
jika kehadiran belum mencapai lebih dari setengah jumlah pemilih
yang terdaftar, maka waktu pelaksanaan ditunda 30 menit dan
apabila tetap tidak korum maka pemilhan saat itu ditunda tujuh
hari kemudian.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 96


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

d. Pada pertemuan berikutnya, pemilihan sudah harus dilaksanakan


tanpa melihat jumlah kehadiran dan hasil pemilihan dinyatakan
sah.
6. Pelaksanaan pemilihan didahului dengan ibadah.
7. Panitia pemilihan menjelaskan tentang tata cara pemilihan.
8. Urutan pemilihan dimulai dengan Pemilihan Penatua, kemudian
Diaken.
9. Proses pemilihan :
a. Panitia pemilihan memanggil para pemilih menurut urutan daftar
hadir.
b. Pemilih menyatakan pilihannya melalui kartu suara dan
memasukannya ke dalam kotak suara.
c. Apabila yang dipilih dalam kartu suara tidak termasuk dalam
daftar calon pelayan khusus dinyatakan tidak sah.
10. Bagi para pemilih yang tidak dapat menyatakan pilihannya secara
tertulis, Ketua panitia dapat membantu mereka dengan disaksikan
oleh anggota panitia lainnya.
11. Setelah semua pemilih memberikan suaranya, panitia membuka
kotak dan menghitung jumlah kartu suara sesuai dengan jumlah
pemilih yang telah menandatangani daftar hadir.
12. Panitia mencatat hasil pemilihan dengan disaksikan oleh para
pemilih, kemudian menghitung jumlah suara setiap calon.
13. Panitia mengumumkan hasil pemilihan menurut suara terbanyak.
14. Hasil pemilihan dituangkan dalam berita acara dan ditanda-tangani
oleh panitia pemilihan bersama tiga orang saksi yang mewakili
pemilih.
15. Berita acara tersebut dibuat rangkap tiga sebagai pertanggung
jawaban tugas panitia kepada BPMJ.
Penjelasan :
5.a Kertas suara harus ditandai dengan cap panitia atau cap Jemaat.
8 Pemilihan Penatua dan Diaken dapat dilaksanakan dalam ibadah Kolom/Rayon dan
ataupun di ibadah Jemaat.
Pasal 13
Hasil Pemilihan
1. Hasil pemilihan Penatua dan Diaken diumumkan dua kali berturut-
turut dalam ibadat minggu, kemudian BPMJ melaporkannya kepada

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 97


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BPMS dengan tembusan BPMW dengan melampirkan berita acara


hasil pemilihan.
2. Penatua dan Diaken terpilih baik dilaksanakan secara umum di
Jemaat ataupun Kolom/Rayon adalah pelayan khusus dari Jemaat
tersebut.
3. Berdasarkan ketentuan, maka anggota sidi Jemaat yang terpilih wajib
mengikuti katekisasi persiapan peneguhan pelayan khusus.
4. Peneguhan Penatua dan Diaken untuk menjadi majelis Jemaat hasil
pemilihan ini dilakukan dalam suatu ibadat Jemaat berdasarkan Surat
Keputusan BPMS.
5. Panitia pemilihan wajib merahasiakan pilihan para pemilih.
Penjelasan :
2 Untuk Penatua dan Diaken, jika pindah domisili tempat tinggal ke Kolom/Rayon
lain dalam Jemaat itu, harus menyelesaikan masa pelayanan di Kolom/Rayon
dimana ia terpilih. Jika Penatua dan Diaken pindah domisili ke Jemaat lain dan tidak
dapat menjalankan tugasnya di Jemaat ia terpilih 6 (enam) bulan, maka secara
otomatis statusnya sebagai Penatua atau Diaken menjadi hilang dan dilakukan
penggantian termasuk penggantian status sebagai kepengurusannya di aras
wilayah atau sinode. Hal ini juga berlaku bagi pelayan khusus dari luar GPIG.
Pasal 14
Pengisian Lowong
1. Jika terjadi kelowongan majelis Jemaat maka diadakan pemilihan
kembali oleh sidi-sidi Jemaat.
2. Pelaksana pemilihan untuk pengisian lowong adalah BPMJ.
3. Periode pelayanan untuk pengisian lowong, mengikuti periode yang
sementara berjalan.
Penjelasan :
1 Pengisian lowong dapat dilakukan jika yang bersangkutan mengundurkan diri,
pindah Jemaat, dan meninggalkan tugas selama 6 (enam) bulan.

BAB III
PEMILIHAN PELAYANAN KATEGORIAL BIPRA JEMAAT
Pasal 15
Kriteria
1. Ketua PELKA Pria/Kaum Bapak dan Wanita/Kaum Ibu adalah anggota
sidi Jemaat usia minimal dua puluh empat tahun.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 98


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Bagi Ketua PELKA Pemuda adalah anggota sidi Jemaat, usia minimal
delapan belas tahun maksimal tiga puluh tahun saat pemilihan.
3. Bagi Ketua PELKA Remaja adalah Pembina atau anggota sidi Jemaat
dengan usia minimal delapan belas tahun saat pemilihan serta dinilai
mempunyai kemampuan, minat bakat untuk mengajar dan
menggembalakan remaja.
4. Untuk Ketua PELKA Anak Sekolah Minggu adalah Pembina atau
anggota sidi Jemaat, usia minimal dua puluh empat tahun dan sudah
serta dinilai mempunyai kemampuan, minat bakat untuk mengajar
dan menggembalakan anak-anak sekolah minggu.
5. Untuk Ketua PELKA aktif dalam persekutuan Jemaat dan pernah
menjadi pengurus PELKA.
Penjelasan :
2-3 Dalam keadaan tertentu, usia maksimal Ketua PELKA Pemuda dan Ketua PELKA
Remaja dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi Jemaat. Tetapi usia minimal, 18
tahun.
Pasal 16
Cara Pemilihan
1. Pelayanan Kategorial Pria Kaum Bapak, Wanita Kaum Ibu dan
Pemuda :
a. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia pemilihan dan dilakukan di
Pelayanan Kategorial masing-masing oleh anggota sidi Jemaat di
Pelayanan Kategorial tersebut.
b. Anggota PELKA mengusulkan calon yang memenuhi kriteria.
c. Berdasarkan penetapan hari, tanggal, jam dan tempat yang
disampaikan oleh panitia pemilihan Majelis Jemaat, melalui
undangan dan dalam koordinasi BPMJ.
d. Pemilihan dilakukan secara rahasia, langsung, bebas dan tertulis.
e. Calon yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan menjadi
Ketua dan untuk komposisi pengurus lainnya ditetapkan dengan
suara terbanyak berdasarkan urutan sesudah Ketua.
f. Hasil pemilihan dilaporkan kepada BPMJ melalui suatu berita
acara dalam rangkap tiga untuk diumumkan kepada Jemaat dua
kali berturut-turut dalam ibadat minggu.
2. PELKA Remaja.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 99


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

a. Pemilihan pengurus PELKA Remaja dilaksanakan oleh panita


pemilihan, dipilih oleh sidi-sidi Jemaat yang telah menjadi pembina
remaja bersama dengan majelis Jemaat.
b. BPMJ dan Pembina Remaja mengusulkan calon yang memenuhi
kriteria.
c. Berdasarkan penetapan hari, tanggal, jam dan tempat yang
disampaikan oleh panitia pemilihan majelis Jemaat, melalui
undangan dan dalam koordinasi BPMJ.
d. Pemilihan dilakukan secara rahasia, langsung, bebas dan tertulis.
e. Calon yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan menjadi
Ketua dan untuk komposisi pengurus lainnya dipilih berdasarkan
urutan sesudah Ketua.
f. Hasil pemilihan dilaporkan kepada BPMJ melalui suatu berita
acara dalam rangkap tiga untuk diumumkan kepada Jemaat dua
kali berturut-turut dalam ibadah minggu.
3. PELKA Anak Sekolah Minggu.
a. Pemilihan pengurus PELKA Anak Sekolah Minggu dilaksanakan
panitia pelaksana oleh sidi Jemaat yang telah menjadi pembina
anak dan Majelis Jemaat.
b. BPMJ dan pembina anak sekolah minggu mengusulkan calon yang
memenuhi kriteria.
c. Berdasarkan penetapan hari, tanggal, jam dan tempat yang
disampaikan oleh panitia pemilihan Majelis Jemaat, melalui
undangan dan dalam koordinasi BPMJ.
d. Pemilihan dilakukan secara rahasia, langsung, bebas dan tertulis.
e. Calon yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan menjadi
Ketua dan untuk komposisi pengurus lainnya dipilih secara
berurut sesudah Ketua.
f. Hasil pemilihan dilaporkan kepada BPMJ melalui suatu berita
acara dalam rangkap tiga untuk diumumkan kepada Jemaat dua
kali berturut-turut dalam ibadat minggu.
g. Jika Jemaat belum memungkinkan adanya pengurus PELKA Anak-
Anak Sekolah Minggu, maka pelayanannya ditangani langsung
oleh Majelis Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 100


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

h. Pengurus PELKA Anak Sekolah Minggu yang melalui proses


pemilihan harus mengikuti pelatihan dan pembinaan guru sekolah
minggu.
Penjelasan :
2 Bagi Jemaat yang belum memungkinkan untuk dipisahkan PELKA Pemuda dan
Remaja, maka pengurus PELKA Pemuda dan Remaja, digabung. Yang dimaksud
Pembina Remaja adalah mereka yang ditunjuk oleh BPMJ dengan syarat anggota sidi
Jemaat yang memiliki kemampuan untuk membina PELKA Remaja.
3 Yang dimaksud Pembina Anak Sekolah Minggu adalah Guru Anak Sekolah Minggu.
1-3 Yang telah terpilih sebagai Penatua dan Diaken, tidak dapat dicalonkan sebagai
pengurus PELKA.
Pasal 17
Tugas Rangkap
Setiap pengurus PELKA Jemaat tidak dibenarkan untuk memegang tugas
rangkap di PELKA lainnya, di aras Jemaat.

Pasal 18
Peneguhan dan Pelantikan
1. Peneguhan Ketua pengurus PELKA dilakukan secara bersama-sama
dengan peneguhan Penatua dan Diaken terpilih, sesudah mengikuti
katekisasi pra peneguhan, dengan Surat Keputusan BPMS.
2. Pelantikan pengurus PELKA dilakukan secara bersama-sama dalam
suatu ibadah Jemaat dengan Surat Keputusan BPMJ.
3. Setelah ibadah pelantikan, dilanjutkan dengan acara serah terima
dan melampirkan :
a. Daftar dokumen-dokumen PELKA.
b. Saldo Kas dan perincian mata uang serta fisik menurut mata uang.
c. Daftar inventaris dan bukti fisik.

Pasal 19
Pengisian Lowong Dan Pergantian Antar Waktu
1. Pengisian lowong pengurus PELKA dilakukan berdasarkan
ketentuan.
2. Periode pelayanan karena pengisian lowong mengikuti periode
pelayanan yang sedang berjalan.
3. Penatua atau Diaken yang berpindah tempat tugas di luar Jemaat
secara tetap dan tidak bisa menjalankan tugas akan digantikan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 101


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BAB IV
KOORDINATOR KOLOM ATAU RAYON
Pasal 20
1. Pemilihan koordinator Kolom atau Rayon dilaksanakan oleh panitia
pemilihan sesudah peneguhan majelis jamaat, oleh anggota sidi
Jemaat dan dari antara majelis Jemaat di Kolom atau Rayon yang
bersangkutan, dengan suara terbanyak.
2. Koordinator Kolom atau Rayon dipilih dari antara Penatua yang
terpilih.
3. Sekretaris dan bendahara Kolom atau Rayon dipilih dari majelis
Jemaat dalam Kolom atau Rayon yang bersangkutan.
4. Hasil pemilihan dibuat dalam rangkap tiga, dilaporkan kepada BPMJ.
5. Pelantikan pengurus Kolom atau Rayon dilaksanakan dalam suatu
ibadah Jemaat, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ.

Penjelasan :
1 Koordinator Kolom/Rayon bukan Penatua PELKA BIPRA.

BAB V
PEMILIHAN BADAN PEKERJA MAJELIS JEMAAT
Pasal 21
Pelaksanaan
1. BPMJ dipilih dalam Sidang Majelis Jemaat.
2. Sudah pernah menjadi Majelis Jemaat GPIG pada periode
sebelumnya.
3. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia pemilihan.
4. Berita acara pemilihan disampaikan kepada BPMS melalui BPMW
untuk ditetapkan.

Pasal 22
Kriteria
1. Ketua BPMJ adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap yang
ditempatkan berdasarkan Surat Keputusan BPMS, dengan
persyaratan sebagai berikut:

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 102


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

a. Memiliki wawasan dan kemampuan tentang kepemimpinan


Gereja.
b. Telah mengikuti kegiatan sinodal.
2. Jika tidak ada Pendeta Pekerja Tetap yang ditempatkan, maka dapat
dipilih dari antara Penatua dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Apabila dalam pemilihan Penatua – Diaken terpilih semuanya
baru, maka yang berhak dipilih menjadi Ketua BPMJ adalah
bagi yang sudah berdomisili di Jemaat tersebut minimal tiga
tahun.
b. Mempunyai integritas dan loyalitas terhadap pelayanan.
c. Mempunyai wawasan tentang GPIG dan kepemimpinan Gereja.
d. Bukan seorang Ketua PELKA
3. Mempunyai integritas terhadap GPIG.
4. Wakil Ketua adalah seorang Penatua.
5. Sekretaris adalah seorang Penatua.
6. Wakil Sekretaris adalah seorang Penatua.
7. Bendahara dan Wakil Bendahara adalah seorang Penatua atau
Diaken.
8. Anggota BPMJ adalah Penatua atau Diaken disesuaikan dengan
jumlah komposisi yang dibutuhkan.

Pasal 23
Cara Pemilihan
Pemilihan BPMJ dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Dilaksanakan sesudah peneguhan Penatua dan Diaken.
2. Pemilihan dilakukansecara langsung, bebas dan tertulis.
3. Pemilihan dilakukan menurut urutan struktur komposisi BPMJ dan
masing-masing menurut suara terbanyak.
4. a. Pemilihan BPMJ dilaksanakan dalam Sidang Majelis Jemaat oleh
panitia pemilihan.
b. Pemilihan BPMJ harus dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
Majelis Jemaat yang baru diteguhkan.
c. Jika tidak memenuhi korum, maka pemilihan ditunda tiga hari
kemudian dan pada pertemuan berikutnya pemilihan harus
dilaksanakan dan hasilnya dinyatakan sah.
d. Panitia pemilihan memanggil para pemilih menurut daftar hadir.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 103


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

e. Pemilih yang tidak menyatakan suaranya dalam kartu suara, maka


suaranya dinyatakan batal.
f. Setelah para pemilih memasukkan kartu suaranya ke dalam kotak
suara, maka panitia menghitung kartu suara sesuai dengan jumlah
pemilih yang sesuai denga daftar hadir.
g. Jika terjadi selisih dalam penghitungan suara, maka pemilihan
harus diulang sampai tidak terjadi selisih.
h. Penghitungan suara dilakukan oleh panitia dengan disaksikan oleh
para pemilih.
i. Jika terdapat kesamaan jumlah pada suara terbanyak antara dua
atau tiga calon maka diadakan pemilihan ulang dan pemilihan
ulang hanya diikuti oleh calon-calon yang memiliki suara
terbanyak, jika dalam pemilihan ulang masih terdapat kesamaan
jumlah pada suara terbanyak maka panitia dapat mengadakan
undian dan hasil undian ini dinyatakan sah.
j. Setelah dicapai kepastian kebenaran suara, maka panitia
mengumumkan nama-nama calon terpilih menurut suara
terbanyak.
k. Hasil pemilihan dinyatakan dalam berita acara yang dibuat
rangkap tiga dan ditanda-tangani oleh Ketua dan Sekretaris
panitia pemilihan yang selanjutnya disampaikan kepada BPMJ.
l. Hasil pemilihan BPMJ dilaporkan kepada BPMS dengan tembusan
BPMW.

Pasal 24
Pelantikan dan Serah terima BPMJ
1. Pelantikan BPMJ dilakukan dalam suatu ibadah Jemaat berdasarkan
Surat Keputusan BPMS.
2. Pembubaran panitia pemilihan dilakukan bersamaan dengan
pelantikan BPMJ.
3. Serah terima BPMJ dilakukan bersamaan dengan pelantikan BPMJ
yang dinyatakan dalam berita acara dengan lampiran sebagai berikut
:
a. Daftar inventaris dan buku agenda surat masuk dan surat keluar.
b. Saldo kas dan perincian keuangan dengan bukti fisik yang ditanda
tangani oleh Ketua, Sekretaris dan bendahara BPMJ yang lama.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 104


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Surat – surat berharga dan daftar dokumen Jemaat.

Pasal 25
Pengisian Lowong
1. Jika terjadi kelowongan, maka pengisiannya dilakukan oleh Sidang
Majelis Jemaat berdasarkan peraturan tentang pemilihan dan masa
pelayanannya mengikuti periode yang sedang berjalan.
2. Pengisian lowong dipilih dari Majelis Jemaat yang ada.

Penjelasan :
1 Pengisian lowong BPMJ mengikuti proses pengisian lowong Majelis Jemaat.

BAB VI
MAJELIS PERTIMBANGAN JEMAAT
Pasal 26
Kriteria
Yang dapat dipilih menjadi MPJ adalah anggota sidi Jemaat yang bukan
Pelayan Khusus, dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Sudah berdomisili di Jemaat tersebut minimal lima tahun.
2. Memiliki wawasan yang luas tentang masyarakat dan Gereja.
3. Memiliki kearifan dan dapat diteladani sehingga mampu memberikan
pertimbangan dalam hubungan dengan setiap permasalahan yang
digumuli oleh Jemaat.
4. Pernah menjadi Majelis Jemaat.
5. Usia minimal empat puluh tahun.

Pasal 27
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan dalam Sidang Majelis Jemaat.
2. Nama-nama calon diusulkan oleh BPMJ yang jumlahnya lebih dari
jumlah MPJ yang akan dipilih.
3. Pemilihan dilaksanakan secara bebas, rahasia dan tertulis.
4. Jumlah MPJ yang akan dipilih disesuaikan dengan kebutuhan Jemaat,
minimal satu maksimal tiga.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 105


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 28
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam Sidang
Majelis Jemaat dan masa pelayanannya mengikuti periode yang sedang
berjalan.
BAB VII
MAJELIS PEMERIKSA DAN PEMBINA PERBENDAHARAAN
JEMAAT
Pasal 29
Kriteria
Yang dapat dipilih menjadi MP3J adalah anggota sidi Jemaat di Jemaat
tersebut yang bukan Pelayan Khusus, dengan persyaratan sebagai berikut
:
1. Tidak sedang menangani / mengurus perbendaharaan Jemaat.
2. Memiliki pengetahuan tentang perbendaharaan.

Pasal 30
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan dalam Sidang Majelis Jemaat.
2. Nama-nama calon diusulkan oleh BPMJ yang jumlahnya lebih dari
jumlah MP3J yang akan dipilih.
3. Pemilihan dilaksanakan secara bebas, rahasia dan tertulis.
4. Jumlah MP3J yang akan dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
Jemaat, minimal satu maksimal tiga.

Pasal 31
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam Sidang
Majelis Jemaat dan masa pelayanannya mengikuti periode yang sedang
berjalan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 106


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BAB VIII
PEMILIHAN BADAN PEKERJA MAJELIS WILAYAH
Pasal 32
Kriteria
1. Ketua BPMW adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap yang
ditempatkan berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
2. Wakil Ketua BPMW dipilih dari antara Penatua yang ada di BPMJ
dalam Wilayah tersebut.
3. Sekretaris dan Wakil Sekretaris BPMW dipilih dari Penatua yang ada
di BPMJ dalam Wilayah tersebut.
4. Bendahara dan Wakil Bendahara BPMW adalah seorang Diaken atau
Penatua yang ada di BPMJ dalam Wilayah tersebut.

Pasal 33
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan dalam Sidang Majelis Wilayah oleh panitia
nominasi atas usul BPMW yang diambil dari peserta bukan Ketua
BPMJ.
2. Pemilihan dilaksanakan bila dihadiri oleh lebih dari setengah anggota
Majelis Wilayah yang berhak suara memutuskan. Dan jika belum
korum, maka pemilihan ditunda selama tiga jam dan pemilihan tunda
tersebut dapat dilaksanakan dan hasilnya dinyatakan sah.
3. Pemilihan dilaksanakan menurut urutan wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan masing-masing menurut suara
terbanyak.
4. a. Panitia nominasi memanggil para pemilih menurut daftar hadir.
b. Pemilih yang tidak menyatakan suaranya dalam kartu suara, maka
suaranya dinyatakan batal.
c. Setelah para pemilih memasukkan kartu suaranya ke dalam kotak
suara, maka panitia menghitung kartu suara sesuai dengan jumlah
pemilih yang sesuai dengan daftar hadir.
d. Jika terjadi selisih dalam penghitungan suara, maka pemilihan
harus diulang sampai tidak terjadi selisih.
e. Penghitungan suara dilakukan oleh panitia dengan disaksikan oleh
para pemilih.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 107


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

f. Jika terdapat kesamaan jumlah pada suara terbanyak antara dua


atau tiga calon maka diadakan pemilihan ulang dan pemilihan
ulang hanya diikuti oleh calon-calon yang memiliki suara
terbanyak, jika dalam pemilihan ulang masih terdapat kesamaan
jumlah pada suara terbanyak maka panitia dapat mengadakan
undian dan hasil undian ini dinyatakan sah.
g. Setelah dicapai kepastian kebenaran suara, maka panitia
mengumumkan nama-nama calon terpilih menurut suara
terbanyak.
5. Hasil pemilihan dinyatakan dalam berita acara rangkap dua yang
ditanda tangani oleh panitia nominasi.
6. Susunan BPMW terpilih dilaporkan kepada BPMS oleh BPMW yang
lama.

Pasal 34
Pelantikan dan Serah terima BPMW
1. Pelantikan BPMW dilakukan dalam suatu ibadah Jemaat berdasarkan
Surat Keputusan BPMS.
2. Serah terima BPMW dilakukan bersamaan dengan pelantikan BPMW
yang dinyatakan dalam berita acara dengan lampiran sebagai berikut
:
a. Daftar inventaris dan buku agenda surat masuk dan surat
keluar.
b. Saldo kas dan perincian keuangan dengan bukti fisik yang
ditanda tangani oleh Ketua, Sekretaris dan Bendahara BPMW
yang lama.
c. Surat – surat berharga dan daftar dokumen wilayah.

Pasal 35
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam Sidang
Majelis Wilayah oleh BPMW dan masa pelayanannya mengikuti periode
yang sedang berjalan.
BAB IX
PEMILIHAN PELAYANAN KATEGORIAL BIPRA WILAYAH

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 108


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 36
Pemilihan Pengurus PELKA BIPRA Lingkup Wilayah
Pemilihan Pengurus PELKA BIPRA Aras wilayah dilakukan oleh masing-
masing kategorial dengan memperhatikan ketentuan seperti yang
dimaksud dalam Praturan Tentang Pelayanan Kategorial.

Pasal 37
Pemilih
Yang berhak memilih adalah semua Pengurus PELKA BIPRA aras Jemaat
yang ada di Wilayah tersebut.

Pasal 38
Kriteria
1. Untuk Ketua, dipilih dari antara Ketua PELKA BIPRA aras Jemaat.
2. Pengurus lainnya dipilih dari Pengurus PELKA BIPRA aras Jemaat.

Pasal 39
Cara Pemilihan dan Pelantikan PELKA Wilayah
1. BPMW menyampaikan undangan kepada Pengurus PELKA BIPRA di
Jemaat masing-masing disertai dengan jadwal pelaksanaan
pemilihan.
2. Pemilihah dapat dilaksanakan jika dihadiri oleh lebih dari setengah
jumlah anggota pemilih dan jika tidak korum maka pemilihan ditunda
tiga jam kemudian.
3. Pada pertemuan berikutnya pemilihan sudah harus dilaksanakan dan
hasilnya dinyatakan sah.
4. Pemilihan dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia dan tertulis.
5. Pemilihan dilakukan menurut urutan Ketua, Sekretaris, Bendahara
dan anggota menurut suara terbanyak dan jika dibutuhkan wakil
diambil dari suara terbanyak kedua.
6. Hasil pemilihan dinyatakan dalam berita acara yang dibuat rangkap
dua dan ditanda tangani oleh BPMW kemudian menyampaikan hasil
pemilihan tersebut ke Jemaat-Jemaat. Setelah dibuatkan surat
keputusan oleh BPMW, maka diadakan pelantikan dalam suatu
ibadat disalah satu Jemaat dalam wilayah tersebut.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 109


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

7. Setelah Pelantikan langsung diselenggarakan serah terima dengan


melampirkan :
a. Daftar dokumen-dokumen PELKA.
b. Saldo Kas dan perincian mata uang serta fisik menurut mata uang.
c. Daftar Inventaris dan bukti fisik.

Pasal 40
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam
pertemuan pengurus PELKA BIPRA Wilayah dilakukan oleh BPMW dan
masa pelayanannya mengikuti periode yang sedang berjalan.

BAB X
PEMILIHAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE

Pasal 41
Pemilihan
Pemilihan Badan Pekerja Majelis Sinode dilakukan dalam Sidang Sinode,
sebagai wadah pengambilan keputusan tertinggi dalam struktur GPIG.

Pasal 42
Pemilih
Yang berhak memilih adalah utusan Jemaat.

Pasal 43
Kriteria Badan Pekerja Majelis Sinode
Yang dapat dipilih sebagai BPMS GPIG adalah peserta Sidang Sinode
dengan kriteria dan ketentuan sebagai berikut :
1. Persyaratan Umum :
a. Warga Jemaat GPIG.
b. Telah memiliki pengalaman sebagai Pelayan Khusus di GPIG
sekurang-kurangnya lima tahun.
c. Pelayan Khusus & Pendeta Pekerja Tetap GPIG.
d. Pendeta yang telah mengikuti Sidang Sinode minimal dua kali dan
pernah menjadi Ketua BPMJ dan atau Ketua BPMW satu periode
selesai.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 110


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

e. Memiliki wawasan dan kemampuan berteologi, berekklesiologi,


beroikumene dan kepemimpinan Gereja.
f. Berdomisili tetap di Gorontalo dibuktikan dengan KTP minimal
lima tahun.
g. Tidak sedang dikenakan tindakan disiplin Gerejawi.
h. Keanggotaan Badan Pekerja Majelis Sinode hanya dapat dipilih
untuk dua periode pelayanan berturut-turut dalam semua
jabatan.
2. Persyaratan Khusus :
2.1 Ketua BPMS adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Berpendidikan minimal S1 Teologi.
b. Sudah bertugas di GPIG selama lima tahun.
c. Memiliki integritas dan loyalitas terhadap GPIG.
2.2 Wakil Ketua I BPMS adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Berpendidikan Teologi minimal S1 Teologi.
b. Sudah bertugas di GPIG selama lima tahun.
c. Memiliki integritas dan loyalitas terhadap GPIG.
2.3 Wakil Ketua II BPMS adalah seorang Penatua yang kriterianya
sesuai dalam kriteria umum pasal ini.
2.4 Wakil Ketua III BPMS adalah seorang Diaken yang kriterianya
sesuai dalam kriteria persyaratan umum pasal ini
2.5 Sekretaris BPMS adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap dengan
Kriteria sebagai berikut :
a. Berpendidikan Teologi minimal S1 Teologi.
b. Sudah bertugas di GPIG selama lima tahun.
b. Memiliki kemampuan dan menguasai penataan administrasi
Gereja dan kesekretariatan.
c. Memiliki integritas dan loyalitas terhadap GPIG.
2.6 Wakil Sekretaris BPMS adalah seorang Pelayan Khusus yang
memiliki wawasan dan pengetahuan tentang administrasi Gereja
dan kesekretariatan serta sesuai dengan kriteria persyaratan
umum.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 111


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2.7 Bendahara BPMS adalah seorang Pelayan Khusus yang memiliki


kemampuan dalam penataan harta milik Gereja dan sesuai
dengan kriteria persyaratan umum.
Penjelasan
1. h Masa jabatan dapat diusulkan/dipilih lagi setelah jeda satu periode.
2. 6-7 Wakil Sekretaris dan Bendahara bisa dari Pendeta, Guru Agama, Penatua, Diaken
Tetapi memenuhi kriteria umum dan khusus

Pasal 44
Cara Pemilihan
1. Pemilihan BPMS dilaksanakan dalam Sidang Sinode.
2. Pemilihan BPMS dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia dan
tertulis.
3. Penyelenggaraan pemilihan dilaksanakan oleh panitia nominasi
dipilih dari peserta Sidang Sinode yang tidak berhak memilih, dengan
tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan pemilihan sesuai dengan waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh Sidang Sinode.
b. Meneliti daftar peserta persidangan yang berhak memilih dan
dipilih berdasarkan hasil kerja sekretariat persidangan.
c. Bersama-sama dengan Sekretaris dan Wakil Sekretaris BPMS
meneliti secara objektif kebenaran biodata dari yang akan
dipilih. Sebelum Sidang Sinode, BPMS telah melakukan
penjaringan bakal calon yang memenuhi syarat, bersedia
menjalankan tugas jika terpilih dan dipandang mampu.
d. Melaksanakan pemilihan jika sudah dihadiri sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu dari jumlah pemilih.
4. Pelaksanaan pemilihan dilakukan menurut urutan komposisi dan
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
5. Jika calon sudah dipilih dan mendapat suara lebih dari setengah
jumlah pemilih, maka calon tersebut ditetapkan sebagai calon
terpilih.
6. Jika terjadi perimbangan suara yang tidak melebihi setengah dari
jumlah pemilih, maka diadakan pemilihan ulang, dari tiga calon yang
mendapatkan suara terbanyak.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 112


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

7. Jika hasil pemilihan mendapat suara belum melebihi setengah dari


jumlah pemilih, maka diadakan pemilihan ulang dari dua calon yang
mendapatkan suara terbanyak.
8. Jika dalam pemilihan berikutnya belum mendapatkan suara lebih dari
setengah, maka dilaksanakan undian atas dua calon tersebut oleh
panitia nominasi.
9. Selama pemilihan berlangsung, para pemilih tidak diizinkan keluar
ruangan pemilihan, kecuali seizin panitia nominasi.
10. Yang bukan pemilih, tidak diizinkan masuk dalam ruangan pemilihan.
11. Hasil pemilihan dicantumkan dalam suatu berita acara, rangkap tiga
yang ditandatangani oleh panitia nominasi dan dua orang saksi yang
mewakili para pemilih.
12. Hasil pemilihan seperti yang dinyatakan dalam berita acara, tidak
dapat diganggu gugat oleh siapapun dan ditetapkan dalam Sidang
Sinode dan mutlak menjadi keputusan Sidang Sinode.

Pasal 45
Pelantikan dan Serah Terima
1. Pelantikan BPMS dilaksanakan dalam suatu ibadah Jemaat oleh
Badan Pekerja Sinode Am GPI dan atau oleh seorang Pendeta tertua
GPIG, yang ditugaskan oleh BPMS GPIG.
2. Serah terima jabatan dilaksanakan saat pelantikan, atau selambat-
lambatnya dua minggu setelah pelantikan.

Pasal 46
Pengisian Lowong
1. Jika terjadi kelowongan jabatan Ketua BPMS, maka pengisian
lowong dilakukan dalam Sidang Sinode Istimewa berdasarkan
peraturan pemilihan ini dengan masa pelayanan mengikuti periode
yang sedang berjalan.
2. Jika terjadi kelowongan keanggotaan BPMS lainnya, maka pengisian
lowong dilakukan dalam Sidang Tahunan Sinode berdasarkan
peraturan pemilihan ini dengan masa pelayanan mengikuti periode
yang sedang berjalan.
3. Apabila terjadi kelowongan jabatan Ketua BPMS dalam kurun waktu
enam bulan sebelum Sidang Sinode, maka Sidang Tahunan Sinode

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 113


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

menetapkan Wakil Ketua I sebagai pejabat Ketua sampai mengakhiri


periode.

BAB XI
PEMILIHAN MAJELIS PERTIMBANGAN SINODE
Pasal 47
Pemilihan
Pemilihan Majelis Pertimbangan Sinode dilakukan dalam Sidang Sinode.

Pasal 48
Kriteria Pencalonan
Yang dapat dicalonkan sebagai Majelis Pertimbangan Sinode adalah
sebagai berikut:
1. Berdomisili di Provinsi Gorontalo minimal lima tahun.
2. Memiliki wawasan yang luas mengenai Gereja dan masyarakat.
3. Memiliki kearifan sehingga mampu memberikan pertimbangan-
pertimbangan dalam setiap permasalahan yang digumuli oleh GPIG.
4. Pendeta Pekerja Tetap, Penatua, Diaken GPIG.
5. Pendeta emeritus atau anggota sidi Jemaat yang pernah menjadi
Pelayan Khusus GPIG.
6. Usia minimal lima puluh lima tahun bagi anggota sidi Jemaat.
7. Masa pelayanan Majelis Pertimbangan Sinode sama dengan masa
pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode.
Penjelasan :
4 Tidak sedang memegang struktur Ketua BPMJ atau BPMW.

Pasal 49
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia nominasi setelah pemilihan
BPMS.
2. Jumlah Majelis Pertimbangan Sinode yang dipilih adalah tiga orang,
suara terbanyak pertama adalah Ketua, suara terbanyak kedua
adalah Sekretaris dan suara terbanyak ketiga adalah anggota.
3. Hasil pemilihan ditetapkan dalam Sidang Sinode.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 114


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 50
Pelantikan
Majelis Pertimbangan Sinode dilantik dalam suatu ibadah Jemaat
bersamaan dengan pelantikan Badan Pekerja Majelis Sinode.

Pasal 51
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan maka pengisian lowong pada Majelis
Pertimbangan Sinode dilakukan dalam Sidang Tahunan Sinode dan
mengikuti periode yang sedang berjalan.

BAB XII
PEMILIHAN MAJELIS PEMERIKSA DAN PEMBINA
PERBENDAHARAAN SINODE
Pasal 52
Pemilihan
Pemilihan Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode
dilakukan dalam Sidang Sinode.
Pasal 53
Kriteria Pencalonan
Yang dapat dicalonkan sebagai MP3S adalah sebagai berikut :
1. Sudah berdomisili di Provinsi Gorontalo minimal lima tahun
2. Tidak menangani atau mengurus perbendaharaan GPIG.
3. Memiliki wawasan yang luas tentang Gereja dan masyarakat.
4. Memahami wawasan penggembalaan dan perbendaharaan GPIG.
5. Pendeta Pekerja Tetap, Penatua, Diaken dan sidi Jemaat GPIG.
6. Usia minimal empat puluh tahun.
Penjelasan :
5 Tidak sedang memegang struktur perbendaharaan di lingkup Jemaat atau wilayah.

Pasal 54
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia nominasi sesudah pemilihan
BPMS dan MPS.
2. Jumlah Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode yang
dipilih adalah tiga orang, suara terbanyak pertama adalah Ketua,

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 115


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

suara terbanyak kedua adalah Sekretaris dan suara terbanyak ketiga


adalah anggota.
3. Hasil pemilihan ditetapkan dalam Sidang Sinode.

Pasal 55
Pelantikan
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode dilantik dalam
suatu ibadah Jemaat bersamaan dengan pelantikan Badan Pekerja Majelis
Sinode dan Majelis Pertimbangan Sinode.

Pasal 56
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan maka pengisian lowong pada Majelis Pemeriksa
dan Pembina Perbendaharaan Sinode dilakukan dalam Sidang Tahunan
Sinode dan mengikuti periode yang sedang berjalan.

BAB XIII
PEMILIHAN PELKA BIPRA SINODE
Pasal 57
Pemilihan
Pemilihan pengurus PELKA BIPRA Sinode dilaksanakan dalam pertemuan
raya di masing-masing PELKA oleh BPMS.

Pasal 58
Kriteria
1. Berdomisili di Gorontalo minimal lima tahun.
2. Memiliki wawasan eklesiologi, kepemimpinan Gereja, kesekretariatan
dan perbendaharaan Gereja.
3. Ketua dipilih dari antara Ketua PELKA Jemaat.
4. Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan anggota
dipilih dari pengurus PELKA di aras Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 116


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 59
Cara Pemilihan
1. BPMS menyampaikan undangan kepada pengurus PELKA aras
Jemaat dan Wilayah.
2. BPMS membentuk panitia nominasi sebagai pelaksana pemilihan
pada pertemuan raya di masing-masing PELKA.
3. Pemilihan dapat dilaksanakan jika dihadiri oleh setengah tambah
satu dari jumlah anggota pemilih, dan jika tidak korum maka
pemilihan ditunda tiga jam, kemudian pemilihan dapat dilaksanakan
serta hasilnya dinyatakan sah.
4. Yang memberi suara dalam pemilihan adalah Ketua-Ketua PELKA
Jemaat.
5. Pemilihan dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia dan tertulis.
6. Pemilihan dilakukan menurut urutan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan anggota menurut suara terbanyak.
7. Hasil pemilihan dinyatakan dalam suatu berita acara dibuat
rangkap tiga dan ditanda tangani oleh panitia nominasi sebagai
pelaksana pemilihan dan dua orang saksi, kemudian melaporkan hasil
pemilihan tersebut kepada BPMS.

Pasal 60
Pelantikan dan Serah Terima
1. Pelantikan PELKA BIPRA Sinode masing-masing kategorial dilakukan
berdasarkan Surat Keputusan BPMS dalam suatu ibadah Jemaat.
2. Setelah ibadah pelantikan, diadakan serah terima dengan
melampirkan :
a. Daftar dokumen-dokumen PELKA BIPRA Sinode.
b. Saldo Kas dan perincian mata uang serta fisik menurut mata uang.

Pasal 61
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan pengurus maka pengisian lowong dilaksanakan
dalam pertemuan pengurus PELKA BIPRA Jemaat oleh PELKA BIPRA
sinode dan mengikuti periode yang sedang berjalan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 117


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BAB XIV
KONDISI KEDARURATAN (FORCE MAJEURE)
Pasal 62
Pengertian
Kondisi kedaruratan (Force majeure) adalah kondisi mendesak yang
menyebabkan proses pemilihan tidak dapat dilaksanakan, diantaranya
karena bencana, pandemi, perang/konflik dan keadaan luar biasa lainnya.

Pasal 63
Status Force Majeure & Pengaturan Pemilihan
1. Status Force Majeure di lingkungan GPIG ditetapkan melalui
Keputusan BPMS setelah memperhatikan kondisi yang ada dan
pernyataan resmi dari pemerintah.
2. Pengaturan pemilihan darurat diatur lebih lanjut melalui Keputusan
BPMS setelah mendapat persetujuan dari 50% tambah 1 perwakilan
BPMW melalui rapat yang dilaksanakan secara daring atau luring atau
kombinasi keduanya.
3. Ketentuan dalam ayat 1 & 2 ini berlaku surut sejak ditetapkan.

PERATURAN
TENTANG
PERBENDAHARAAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Berdasarkan tugas panggilan GPIG yang diamanatkan oleh Yesus
Kristus kepala Gereja untuk mengelola segala anugerah dan karunia
dalam bentuk daya, dana dan waktu supaya menjadi berkat kepada
semua makhluk sesuai dengan talenta demi keutuhan ciptaan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 118


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Yang dimaksud dengan perbendaharaan dalam peraturan ini adalah


semua harta milik GPIG baik bergerak maupun tidak bergerak, uang
dan surat berharga yang ada baik yang berada di Jemaat, Wilayah
maupun Sinode termasuk yayasan yang dibentuk oleh sinode GPIG
Penjelasan :
1 Kejadian 1:28b ; 12:1-9, Amsal 6:6, Maleakhi 3:10, Matius 25:14-30, Lukas 16:1-9
2 Yosua 6:19
BAB II
PEMILIKAN DAN PENATAAN
Pasal 2
Pemilikan
Sumber kepemilikan GPIG terdiri dari :
1. Persembahan-persembahan dalam semua bentuk ibadat yang
diselenggarakan oleh Jemaat GPIG yaitu :
a. Persembahan persepuluhan.
b. Persembahan syukur tahunan.
c. Persembahan Syukur Bulanan Tetap Keluarga (PSBTK)
d. Persembahan mingguan, terdiri atas: Pundi, Kotak untuk Kas
Jemaat dan kotak untuk Panitia/Tim Kerja
e. Persembahan ibadah PELKA BIPRA, keluarga/rumah tangga,
Kolom atau Rayon.
f. Persembahan syukur khusus : kelahiran, HUT kelahiran,
perkawinan, HUT perkawinan, HUT GPIG, HUT GPI, HUT PGI,
HDS, HPII, HPKD dan hari raya Gerejawi sesuai kalender
Gerejawi, HUT proklamasi, Baptisan, Peneguhan Sidi,
Perjamuan Kudus.
g. Persembahan syukur atas peristiwa-peristiwa khusus yang
dialami oleh Jemaat dan keluarga.
h. Pemberian hibah dan pemberian-pemberian dari siapapun
kepada GPIG; baik di Jemaat, Wilayah maupun Sinode, disertai
dengan bukti hibah dari pemberi kepada GPIG.
2. Hasil usaha yayasan, badan yang tidak bertentangan dengan Tata
Gereja baik di Jemaat, Wilayah maupun Sinode.
Penjelasan
h diatur lebih lanjut oleh Majelis Jemaat masing-maing

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 119


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 3
Penataan
1. Semua harta milik GPIG ditata oleh BPMS.
2. BPMS GPIG mempercayakan kepada BPMJ, BPMW, yayasan dan
badan lainnya yang dibentuk oleh GPIG di Jemaat dan Wilayah
berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
3. Semua harta milik GPIG harus diinventarisir dan didaftarkan dalam
buku inventaris dan harus didukung dengan bukti kepemilikan yang
sah menurut hukum.
4. Semua bukti akta pemilikan baik barang bergerak maupun tidak
bergerak harus disimpan di kantor Sinode.
5. Setiap terjadi penjualan, pertukaran dan peralihan harta milik GPIG
yang ada di Jemaat dan Wilayah serta Sinode harus dilakukan
berdasarkan keputusan Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode
dengan Surat Keputusan BPMS.
6. Setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan, maka pada saat serah
terima jabatan harus disertai dengan memori serah terima yang berisi
tentang :
a. Daftar inventaris.
b. Buku kas dan buku bank yang berisi perincian mata uang dan
bukti fisik mata uang.
c. Surat-surat berharga GPIG.
7. Ketua dan bendahara BPMS atau yang dikuasakan, mewakili GPIG di
dalam dan di luar pengadilan untuk hal-hal yang berhubungan
dengan perbendaharaan GPIG.
8. Format Administrasi seperti daftar inventaris, buku kas dan lain-lain
diatur leibh lanjut dalam Tata Laksana Perbendaharaan dan
ditetapkan dalam Sidang Sinode, Sidang Sinode Istimewa atau
Sidang Tahunan Sinode

Pasal 4
Sistem Penataan
1. Penataan perbendaharaan GPIG diselenggarakan secara seragam
dalam sistem sentralisasi dan de-sentaralisasi baik di Jemaat, Wilayah
dan Sinode ditetapkan dalam Sidang Sinode, Sinode Sinode Istimewa
atau Sidang Tahunan Sinode

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 120


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Yang dimaksud dengan sentralisasi adalah pengelolaan keuangan


yang disetor secara terpusat dari Jemaat ke wilayah untuk
pembiayaan operasional pelayanan di Wilayah dan ke Sinode untuk
biaya operasional kantor Sinode, gaji Pekerja Tetap dan program
sinodal.
3. Yang dimaksud dengan de-sentralisasi adalah pengelolaan keuangan
di Jemaat untuk biaya operasional dan program pelayanan di Jemaat.
4. Penetapan besar target jumlah sentralisasi dari jemaat ke sinode
berdasarkan jumlah sentralisasi per KK perbulan dengan
mempertimbangkan rencana jumlah pengeluaran GPIG dan kondisi
ekonomi jemaat (kategori jemaat) dan ditetapkan dalam Sidang
Tahunan Sinode. Total sentralisasi yang disetor adalah jumlah
sentralisasi per KK dikalikan dengan jumlah KK dalam satu jemaat.
5. Jumlah sentralisasi yang ditetapkan di Sidang Tahunan Sinode
disosialiaskan dalam Sidang Majelis Wilayah dan diberlakukan satu
bulan setelah ditetapkan di Sidang Tahunan Sinode
6. Penetapan besarnya target dari Jemaat ke Wilayah adalah sebesar 10
% dari target ke Sinode.
7. Dana bantuan YPKM disetor tiap bulan ke YPKM melalui Bendahara
Sinode dan diatur lebih lanjut oleh BPMW dan BPMJ*

Pasal 5
Pembukuan
1. Dalam hubungan dengan penerimaan dan pengeluaran, baik yang
dikelola di aras Jemaat, Wilayah, Sinode dan PELKA yang dibentuk
oleh GPIG, harus dibukukan dalam kas umum sesuai standar
pembukuan yang berlaku di GPIG.
2. Untuk pengelolaan keuangan yayasan yang dibentuk oleh GPIG dan
yang atau dihibahkan kepada GPIG, pembukuannya sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yayasan.
3. Selain buku kas umum, dapat dipergunakan buku harian untuk
mencatat secara khusus pembayaran, antara lain :
a. Penyetoran sentralisasi dalam bentuk target.
b. Penerimaan dari tiap-tiap PELKA dan Kolom/Rayon.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 121


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Pembayaran abonemen dan langganan, alat tulis-menulis dan


perawatan inventaris serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan program.
4. Dalam hubungan dengan transaksi bank, maka harus dicatat dalam
buku bank.
5. Setiap pengeluaran harus didukung dengan bukti kas yang jelas dan
ditanda-tangani oleh penerima dan bendahara serta diketahui oleh
Ketua.
6. Setiap penerimaan dan pengeluaran harus diberi nomor masing-
masing lalu disimpan dengan rapih.
7. Setiap buku kas, buku harian dan buku bank harus ditanda-tangani
oleh bendahara dan Ketua.
8. Setiap penerimaan dan penyetoran dari PELKA Jemaat dan Wilayah
serta Kolom harus menggunakan buku kontrol berupa buku catatan
ibadah serta berita acara penghitungan persembahan yang
dikeluarkan oleh BPMS.
9. Buku kas umum dan buku harian ditutup setiap akhir bulan dan
mencantumkan saldo akhir dan selanjutnya ditanda-tangani oleh
Ketua dan Bendahara.
10. Tahun pembukuan adalah 1 Januari sampai 31 Desember.
11. Format pembukuan diatur lebih lanjut dalam Tata Laksana
Perbendaharaan dan ditetapkan lewat Sidang Sinode, Sidang Sinode
Istimewa atau Sidang Tahunan Sinode

Pasal 6
Penganggaran
Pada hakikatnya penganggaran Jemaat, Wilayah, Sinode, PELKA, yayasan,
komisi dan badan lain yang dibentuk oleh GPIG adalah :
1. Setoran sentralisasi dalam bentuk target ke Sinode digunakan untuk
pembiayaan operasional kantor Sinode, gaji Pekerja Tetap GPIG,
tunjangan jabatan BPMS, iuran dan program sinodal.
2. Setoran sentralisasi ke Wilayah diperuntukkan bagi pembiayaan
program, tunjangan jabatan dan biaya perjalanan serta biaya
administrasi Wilayah.
3. Penganggaran di Jemaat diperuntukkan bagi pembiayaan program
Jemaat, tunjangan jabatan BPMJ, Pendeta, Guru Agama, Vikaris,

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 122


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

kostor, biaya perjalanan, diakonia, rekening listrik, telepon, air dan


alat tulis-menulis.
4. Dalam penganggaran tahunan setiap Wilayah menyampaikan
laporan statistik terakhir di Jemaat dalam Wilayah tersebut dan
laporan keuangan baik belanja maupun pendapatan Jemaat dan
wilayah di Sidang Tahunan Sinode guna dijadikan acuan
penganggaran sinodal.
5. Setiap penganggaran lima tahun yang dilaksanakan dalam Sidang
Sinode, mengacu dari hasil setiap Sidang Tahunan Sinode dalam
periode berjalan.
6. Tahun penganggaran adalah 1 Januari sampai 31 Desember.
Pasal 7
Penggajian, Tunjangan Jabatan dan Biaya Perjalanan
1. Penggajian adalah pemberian biaya hidup kepada Pekerja Tetap,
Pegawai Gereja berdasarkan anggaran di aras Jemaat, Wilayah dan
Sinode. Khusus untuk Pekerja Tetap diatur dalam Peraturan Tentang
Pelayan Khusus & Pekerja GPIG.
2. Tunjangan jabatan struktural adalah tunjangan yang diberikan
kepada Pekerja Tetap karena jabatannya, yaitu :
a. Tunjangan jabatan struktural BPMJ jumlahnya disesuaikan dengan
anggaran masing-masing Jemaat.
b. Tunjangan jabatan struktural BPMW jumlahnya ditentukan oleh
anggaran masing-masing wilayah.
c. Tunjangan jabatan struktural BPMS GPIG dibayar dengan jumlah
yang sesuai dengan keputusan Sidang Tahunan Sinode.
3. a. Biaya perjalanan BPMS berdasarkan surat tugas diperhitungkan
menurut tarif angkutan yang berlaku ditambah dengan uang
harian dan akomodasi.
b. Biaya perjalanan BPMJ, BPMW berdasarkan surat tugas
diperhitungkan menurut tarif angkutan yang berlaku ditambah
dengan uang harian yang jumlahnya diatur oleh masing-masing
Jemaat dan Wilayah, termasuk Pekerja Tetap GPIG.
c. Biaya perjalanan pekerja tetap GPIG berdasarkan surat tugas
BPMS untuk menghadiri berbagai pertemuan di luar daerah,
diperhitungkan menurut tarif angkutan yang berlaku ditambah

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 123


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

dengan uang harian yang jumlahnya diatur oleh masing-masing


Jemaat dan Wilayah.

Pasal 8 dihapus

Pasal 8
Pertanggung Jawaban Keuangan
1. Di aras Jemaat :
a. Setiap bulan BPMJ menyampaikan Informasi keuangan Jemaat
kepada anggota Jemaat melalui warta Jemaat.
b. Setiap tahun BPMJ menyampaikan pertanggungjawaban
keuangan dan inventaris Jemaat kepada Sidang Majelis Jemaat
setelah diperiksa dan digembalakan oleh MP3J.
c. Setiap bulan pengurus PELKA menyampaikan informasi keuangan
kepada anggota. Dan setiap tahun pengurus PELKA, pengurus
komisi, panitia dan tim kerja yang dibentuk oleh Jemaat
menyampaikan pertanggungjawaban keuangan kepada Sidang
Majelis Jemaat melalui BPMJ.
d. Panitia yang dibentuk oleh Jemaat harus menyampaikan
pertanggungjawaban keuangan selambat-lambatnya dua
minggu sesudah pelaksanaan kegiatan kepada BPMJ.
2. Di aras wilayah :
a. Setiap enam bulan BPMW menyampaikan informasi keuangan
kepada BPMJ di Wilayahnya.
b. Setiap tahun BPMW mempertanggung-jawabkan keuangan dan
inventaris kepada Sidang Majelis Wilayah setelah diperiksa dan
digembalakan oleh MP3S.
3. Di aras sinode :
a. Setiap tahun BPMS mempertanggungjawabkan keuangan dan
inventaris kepada Sidang Tahunan Sinode setelah selesai
diperiksa dan digembalakan oleh MP3S.
b. Setiap mengakhiri periode BPMS mempertanggungjawabkan
keuangan dan inventaris dalam bentuk rekapitulasi dan sisa
tahun anggaran pelayanan kepada Sidang Sinode setelah
diperiksa dan digembalakan oleh MP3S.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 124


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Setiap PELKA BIPRA Sinode, komisi, panitia, dan tim kerja yang
dibentuk oleh BPMS GPIG melaporkan Pertanggung-jawaban
keuangan dan inventaris sebelum Sidang Tahunan Sinode dan
Sidang Sinode kepada BPMS, setelah diperiksa dan di
gembalakan oleh MP3S.
4. Pengurus yayasan yang didirikan dan atau yang dihibahkan kepada
sinode GPIG melaporkan pertanggungjawaban keuangan dan
inventaris yayasan kepada BPMS (selaku pembina/pendiri) setelah
diperiksa/diaudit oleh MP3S, atau konsultan keuangan yang ditunjuk.

BAB III
PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN PERBENDAHARAAN
Pasal 10
Majelis Pemeriksa Dan Pembina Perbendaharaan
1. MP3 adalah wadah yang menerima kewenangan untuk melakukan
tugas pembinaan, pemeriksaan, pengawasan dan penggembalaan
dalam pengelolaan perbendaharaan GPIG di aras Jemaat dan Sinode.
2. MP3J adalah wadah yang menerima kewenangan dari Sidang Majelis
Jemaat.
3. MP3S adalah adah yang menerima kewenangan dari Sidang Sinode.
4. Tugas, ruang lingkup kerja, kewajiban dan hak MPP didasarkan pada
peraturan masing-masing lingkup.
Penjelasan :
4 Yang dimaksud dengan peraturan masing-masing lingkup yaitu peraturan tentang
Jemaat dan peraturan tentang sinode.

PERATURAN
TENTANG
PELAYAN KHUSUS & PEKERJA GPIG

BAB I
PELAYAN KHUSUS

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 125


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 1
Pengertian
1. Pelayan khusus adalah Anggota Sidi GPIG yang menerima panggilan
Yesus Kristus dan terpilih serta memberi diri untuk melaksanakan
pelayanan Gereja-Nya.
2. Pelayan Khusus adalah jabatan gerejawi terdiri dari Pendeta,
Penatua, Diaken dan Guru Agama.
3. Pelayan Khusus berfungsi untuk membina, melengkapi warga
Jemaat untuk kuat dalam iman dan setia dalam kehidupan sebagai
umat kristiani. Setiap anggota Sidi GPIG adalah pelayan Gereja yang
bertanggung jawab penyelenggaraan pelayanan GPIG.
4. Penerimaan panggilan menjadi Diaken dan Penatua adalah mereka
yang dipilih, ditetapkan, diteguhkan serta pemberian diri dari dan
oleh warga sidi Jemaat.
Penjelasan
2. Guru agama yang bukan PNS/P3K

Pasal 2
Tugas dan Fungsi Pelayan Khusus
1. Tugas Pendeta
a. Bertanggungjawab dalam pemberitaan firman Allah dan
sakramen.
b. Melaksanakan peneguhan sidi.
c. Melaksanakan peneguhan dan pemberkatan nikah.
d. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG bertanggung
jawab melengkapi anggota-anggota Jemaat melalui katekisasi
dan kegiatan pembinaan.
e. Bertanggung jawab melengkapi para Pelayan Khusus GPIG.
f. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG bertangung jawab
atas kehadiran dan pelaksanaan semua ibadat dalam Jemaat
seperti yang diatur dalam tatacara ibadat GPIG.
g. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG
menyelenggarakan pelayanan penggembalaan, penilikan dan
disiplin Gereja sambil memelihara rahasia jabatannya.107
h. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG meningkatkan
hubungan kerja sama dengan Jemaat-Jemaat GPIG, Gereja-

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 126


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Gereja, pemerintah dan agama-agama meliputi semua bidang


pelayanan Gereja.
i. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG bertanggung
jawab atas pengelolaan, penerimaan dan penggunaan serta
pemeliharaan segala sumber daya dan dana yang
dianugerahkan Tuhan.
j. Mendampingi pemerintah dalam upacara pengangkatan dan
janji jabatan.
k. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan penugasan BPMS
GPIG.
2. Tugas Penatua.
a. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus lainnya bertanggung
jawab atas kelancaran pelaksanaan pelayanan firman dalam
persekutuan ibadat-ibadat, katekisasi dan kegiatan-kegiatan
pembinaan Jemaat.
b. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG bertangung jawab
atas kehadiran dan pelaksanaan semua ibadat dalam Jemaat
seperti yang diatur dalam tatacara ibadat GPIG.
c. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus lainnya mengadakan
perkunjungan rumah tangga untuk menggembalakan serta
menilik mereka sambil memelihara rahasia jabatannya.
d. Mengupayakan kerja sama di bidang persekutuan dan kesaksian
dengan Jemaat-Jemaat GPIG.
3. Tugas Diaken.
a. Bersama-sama dengan Pendeta bertanggung jawab atas
pelayanan diakonia dan pemberitaan firman.
b. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus lainnya mengadakan
perkunjungan rumah tangga untuk menggembalakan serta
menilik mereka sambil memelihara rahasia jabatannya.
c. Bertanggung jawab atas pengelolaan, penerimaan dan
penggunaan serta pemeliharaan segala sumber daya dan dana
yang dianugerahkan Tuhan untuk pelaksanaaan tugas-tugas di
bidang diakonia sesuai peraturan tentang perbendaharaan.
d. Mengupayakan kerjasama di bidang pelayanan diakonia dengan
Jemaat-Jemaat GPIG.
4. Tugas Guru Agama

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 127


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

a. Mengajar Pendidikan Agama Kristen di Sekolah.


b. Bertanggungjawab dalam pemberitaan Firman Allah.
c. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG bertanggung jawab
melengkapi anggota-anggota Jemaat melalui katekisasi dan kegiatan
pembinaan warga gereja.
d. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG menyelenggarakan
pelayanan penggembalaan, penilikan dan disiplin Gereja sambil
memelihara rahasia jabatannya.
e. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan penugasan BPMS.

Pasal 3
Pekerja GPIG
2. Pekerja GPIG adalah seseorang yang menjalankan tugasnya dengan
keyakinan bahwa dia dipanggil untuk melaksanakan pekerjaan
kesaksian dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
3. Pekerja GPIG terdiri atas pekerja tetap dan pekerja tidak tetap.
4. Pekerja Tetap adalah Pendeta dan Pegawai yang bekerja penuh
waktu, diangkat dan ditetapkan melalui Keputusan BPMS. Pekerja
Tetap berhak mendapatkan gaji, tunjangan dan dana pensiun.
5. Pekerja Tidak Tetap adalah Pendeta dan Pegawai yang bekerja paruh
waktu, ditetapkan melalui Keputusan BPMS untuk jangka waktu
tertentu. Pekerja Tidak Tetap berhak mendapatkan tunjangan
pelayanan.

BAB II
KEWAJIBAN DAN HAK PEKERJA GPIG

Pasal 4
Kewajiban dan Hak Pendeta Pekerja Tetap & Tidak Tetap
1. Kewajiban Pendeta Pekerja Tetap & Tidak Tetap :
a. Setia dan taat pada Tata Gereja GPIG.
b. Bertanggungjawab melaksanakan semua keputusan Sidang
Sinode dan Sidang Tahunan Sinode serta keputusan-
keputusan lainnya.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 128


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Menjaga rahasia jabatan.


d. Mengikuti dan menghadiri kegiatan-kegiatan yang
ditentukan oleh BPMS demi peningkatan tugas
pelayanannya.
e. Dalam melaksanakan tugas pelayanan di luar GPIG harus
diketahui
dan mendapat persetujuan BPMS.
f. Melaksanakan tugas dengan penuh pengabdian, kesadaran
dan tanggung jawab.
g. Wajib menjaga nama baik GPIG.
2. Hak Pendeta Pekerja Tetap GPIG ialah :
a. Mendapat biaya hidup, kenaikan gaji berkala, kenaikan
tingkat/golongan dari GPIG.
b. Mendapat tunjangan kesejahteraan yang jenis dan
jumlahnya ditetapkan oleh BPMS melalui Surat Keputusan.
c. Mendapat tunjangan pelayanan dari jemaat dan atau dari
wilayah tempat pelayanan.
d. Mendapat hak cuti.
e. Mendapat tunjangan jabatan struktural bagi mereka yang
memegang jabatan struktural.
f. Mendapat hak pensiun.
g. Mendapat pelayanan penggembalaan.
h. Menyampaikan pendapat baik secara lisan maupun tulisan.
i. Mendapat bantuan dan perlindungan hukum.
j. Mendapat pelayanan kesehatan.
3. Hak Pendeta Pekerja Tidak Tetap GPIG ialah :
a. Mendapat tunjangan pelayanan dari jemaat dan atau dari
wilayah tempat pelayanan
b. Mendapat pelayanan penggembalaan.
c. Menyampaikan pendapat baik secara lisan maupun tulisan.
d. Mendapat bantuan dan perlindungan hukum.
Penjelasan :
1.c Rahasia jabatan artinya pembicaraan dengan seseorang menyangkut sesuatu atau
seseorang, harus djaga, dirahasikan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 129


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

1d Mengikuti dan menghadiri kegiatan pembinaan, pelatihan dan sebagainya yang


ditugaskan oleh BPMS, baik di dalam maupun di luar Gorontalo.
2.a Biaya hidup, kenaikan gaji/tingkat/golongan yang disesuaikan dengan tabel dan
persetujuan Sidang.
2d Cuti yang disesuaikan dalam peraturan ini.

BAB III
PENERIMAAN VIKARIS DAN PENDETA PEKERJA TETAP

Pasal 5
Penerimaan Vikaris & Pengangkatan Pendeta
1. Calon Vikaris yang telah memenuhi syarat ditempatkan di salah satu
Jemaat oleh BPMS untuk menjalani masa vikariat dengan Surat
Penempatan Vikaris disertai standar tunjangan.
2. Vikaris yang telah menjalani masa vikariat diteguhkan sebagai
Pendeta GPIG dengan status sebagai Pendeta Pekerja Tidak Tetap
dan diberikan Surat Penugasan dengan jangka waktu tertentu
disertai standar tunjangan.
3. Penerimaan Pendeta Pekerja Tetap GPIG dilaksanakan oleh BPMS
setelah calon mengikuti seleksi dengan memperhatikan kuota
penerimaan Pekerja Tetap GPIG setiap tahunnya berdasarkan
kebutuhan.
Pasal 6
Syarat Penerimaan Vikaris GPIG
Yang dapat diterima sebagai vikaris GPIG, dengan syarat :
1. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dokter
2. Memiliki Ijazah S1 Teologi atau S2 Teologi. Memasukkan foto copy
dan transkrip nilai yang dilegalisir dan serta skripsi
3. Berusia minimal 24 (dua puluh empat) tahun dan maksimal 35 (tiga
puluh Lima) tahun.
4. Membuat surat lamaran kerja dan ditandatangani di atas meterai.
5. Memasukan Surat Keterangan Catatan Kepolisian.
6. Memasukkan pas foto warna ukuran 3 x 4 sebanyak lima lembar.
7. Memasukkan foto copy KTP dan surat keterangan domisili/penduduk
sebanyak dua lembar.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 130


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

8. Terdaftar sebagai anggota jemaat GPIG minimal 1 (satu) tahun. Untuk


pindahan dari jemaat luar GPIG disertai surat atestasi.
9. Menjalani masa Orientasi Jemaat minimal 1 (satu) tahun sebelum
masa vikariat di salah satu Jemaat GPIG dan menyertakan surat
pernyataan dari Ketua BPMJ.
10. Tidak diberhentikan dengan tidak hormat sebagai pegawai atau
karyawan di suatu instansi.
Penjelasan :
2. Berasal dari Sekolah Teologia anggota PERSETIA dan atau yang telah bekerjasama
dengan GPIG. S2 Teologi yang dimaksud harus memiliki program matrikulasi untuk
mata kuliah S1 Teologi.

Pasal 7
Syarat Penerimaan Pendeta Pekerja Tetap GPIG
Yang dapat diterima sebagai Pendeta Pekerja Tetap GPIG adalah vikaris
GPIG yang telah diteguhkan sebagai Pendeta, dengan syarat :
1. Telah diteguhkan sebagai Pendeta setelah menjalani masa vikariat
minimal 2 (dua) tahun
2. Lulus ujian dan asesmen yang dilakukan oleh BPMS dan
memperhatikan masukan dari Jemaat tempat menjalankan masa
vikariat
3. Sesuai rencana alokasi/jumlah penerimaan Pekerja Tetap GPIG
berdasarkan kondisi keuangan BPMS untuk pembiayaan gaji Pendeta
Pekerja Tetap.
4. Membuat surat pernyataan di atas meterai untuk bersedia
ditempatkan di seluruh Wilayah pelayanan GPIG.
5. Membuat Surat Pernyataan secara tertulis dan ditandatangani di atas
meterai untuk siap menjalankan tugas di GPIG dengan setia minimal
sepuluh tahun sejak ditetapkan sebagai Pendeta Pekerja Tetap GPIG.
Jika tidak melaksanakan maka status kependetaan sebagai Pendeta
GPIG dicabut.

BAB IV
PENERIMAAN PENDETA PEKERJA TIDAK TETAP

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 131


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 8
Pengertian
Pendeta Pekerta Tidak Tetap adalah Pendeta yang yang bukan sebagai
Pekerja Tetap GPIG, diminta oleh Jemaat atau wilayah untuk menjadi
pendeta pelayanan dan mendapatkan persetujuan BPMS melalui Surat
Penugasan BPMS sebagai pendeta pelayanan dalam jangka waktu
tertentu.

Pasal 9
Syarat Penerimaan Pendeta Pekerja Tidak Tetap
Yang dapat diterima sebagai Pendeta Pekerja Tidak Tetap, dengan syarat
:
1. Telah diteguhkan sebagai Pendeta GPIG setelah menjalani masa
vikariat minimal 2 (dua) atau 3 (tiga) tahun.
2. Pendeta dari gereja lain yang seazas dan telah mendapat asesmen
oleh BPMS.
3. Surat permintaan resmi dari Jemaat atau Wilayah untuk kebutuhan
sebagai pendeta pelayanan.

BAB V
BIAYA HIDUP PEKERJA TETAP

Pasal 10
Pengertian
Biaya hidup adalah biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup Pekerja
Tetap GPIG yang diberikan berdasarkan Surat Keputusan BPMS.

Pasal 11
Penerimaan Biaya Hidup
1. Yang menerima biaya hidup adalah Pekerja Tetap GPIG dan
keluarganya.
2. Untuk anak berumur maksimal dua puluh lima tahun dan belum
menikah, belum bekerja. Bagi anak yang sementara studi maksimal
berumur dua puluh tujuh tahun yang dibuktikan dengan surat
keterangan akademik.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 132


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

3. Jumlah biaya hidup yang diterima Pekerja Tetap GPIG ditentukan


oleh golongan dan tabel GPIG, yang didasarkan dengan Surat
Keputusan BPMS.
Penjelasan :
2 Yang dimaksudkan keluarganya adalah istri/suami dan dua orang anak.

Pasal 12
Golongan dan Masa Kerja
1. Penetapan golongan dilakukan pada saat pengangkatan
berdasarkan kualifikasi ijazah yang dimiliki oleh calon pekerja tetap,
diatur seperti berikut :
a. Golongan II A untuk yang memiliki ijasah SLTA dan sederajat.
b. Golongan II B untuk yang memiliki ijasah D2.
c. Golongan II C untuk yang memiliki ijasah D3 dan Sarjana Muda.
d. Golongan III A untuk yang memiliki ijasah S1
e. Golongan III B untuk yang memiliki ijazah S2.
f. Golongan III C untuk yang memiliki ijasah S3
2. Masa kerja yang diperhitungkan untuk penetapan biaya hidup pokok
pada awal penetapan yang dilakukan berdasarkan Surat Keputusan
BPMS.
Pasal 13
Kenaikan Berkala, Pindah Ruang dan Golongan
1. Perubahan-perubahan atas jumlah biaya hidup pokok dapat terjadi
karena kenaikan berkala, pindah ruang dan golongan.
2. Kenaikan berkala berlaku setiap dua tahun menurut garis vertikal
secara otomatis.
3. Pindah ruang dan golongan setingkat lebih tinggi dapat diberikan
secara reguler kepada Pekerja Tetap GPIG dengan ketentuan yang
bersangkutan telah minimal empat tahun berada dalam ruang
sebelumnya.
4. Pindah dan kenaikan khusus ruang dan golongan biaya hidup
setingkat lebih tinggi diberikan kepada Pekerja Tetap GPIG sebagai
penghargaan karena Pekerja Tetap GPIG mendapat tugas dalam
jabatan struktural sebagai anggota BPMS, dengan ketentuan yang

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 133


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

bersangkutan minimal telah dua tahun pada ruang dan golongan


biaya hidup sebelumnya.
5. Penyesuaian golongan biaya hidup berdasarkan ijasah dengan
ketentuan
sebagai berikut :
a. Penyesuaian yang berakibat pindah ruang/golongan biaya
hidup berada pada tabel biaya hidup pokok berdasarkan ijasah
terakhir dengan klasifikasi sebagai berikut; SMA ke S1
dikurangi empat tahun masa dinas, D3 ke S1 dikurangi dua
tahun masa dinas, S1 ke S2 dikurangi dua tahun masa dinas, S2
ke S3 dikurangi empat tahun masa dinas.
b. Jika yang bersangkutan sudah berada pada golongan yang
sama dengan ijasah terakhirnya, maka penyesuaian tidak perlu
lagi.
c. Batas maksimal kenaikan golongan :
1) Ijazah SMA/sederajat, berakhir pada golongan III.b
2) Ijazah Diploma IV/sarjana muda, berakhir pada golongan
III.d
3) Ijazah S.1, berakhir pada golongan IV.b
4) Ijazah S.2, berakhir pada golongan IV.c
5) Ijazah S.3, berakhir pada golongan IV.d
Penjelasan :
Kenaikan berkala dapat ditunda pelaksanaannya, paling lambat 1 tahun, atas
penilaian dan pertimbangan BPMS
dan pelaksanaannya kemudian tidak berlaku surut.
Pindah ruang dapat ditunda pelaksanaanya, paling lambat 1 tahun atas penilaian
dan pertimbangan BPMS.
5c Jika sudah berada pada batas maksimal berlaku kenaikan berkala.

Pasal 14
Tunjangan – Tunjangan
1. Tunjangan yang diberikan kepada Pekerja Tetap GPIG adalah
tunjangan keluarga, tunjangan jabatan struktural dan tunjangan
fungsional yang diatur oleh BPMS.
2. Tunjangan keluarga penetapannya diatur sebagai berikut :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 134


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

a. Istri/suami diberikan tunjangan 50 % (lima puluh persen) dari


gaji pokok.
b. Anak diberikan tunjangan masing-masing 15 % dari gaji
pokok.
3. Tunjangan pangan diberikan kepada Pekerja Tetap GPIG dan
keluarganya, berdasarkan harga pasar yang ditetapkan oleh
pemerintah, dan ditetapkan dalam STS.
4. Tunjangan fungsional diberikan kepada Pekerja Tetap GPIG, dengan
jumlah 100% gaji pokok.
5. Jika suami istri adalah Pekerja Tetap GPIG, maka tunjangan
isteri/suami dan anak, diperhitungkan kepada golongannya yang
lebih tinggi.
6. Pada bulan Desember, Pekerja Tetap GPIG diberikan tunjangan hari
raya sebesar 1 bulan gaji bersih.
7. Kepada ahli waris dari Pekerja Tetap GPIG yang meninggal dunia
diberikan uang duka sebesar tiga bulan gaji bersih.
8. Dalam hal Pekerja Tetap GPIG meninggal dunia di luar tempat yang
bersangkutan bertugas karena sedang menjalankan tugas lain
berdasarkan penugasan BPMS, maka biaya transportasi dan peti
jenazah ditanggung 100 % oleh kas umum sinode GPIG.
9. Dalam hal Pekerja Tetap GPIG meninggal dunia tidak sedang
bertugas, maka biaya transportasi dan peti jenazah ditanggung 50 %
dari kas umum sinode GPIG.
10. Dalam hal Pekerja Tetap GPIG meninggal dunia di tempat tugasnya,
biaya transportasi dan peti jenazah ditambah dengan bantuan
diakonia.
Pasal 15
Pengobatan dan Perawatan
1. Setiap Pekerja Tetap GPIG dan keluarganya secara vertikal
mendapatkan biaya pengobatan berdasarkan ketentuan dan
peraturan tentang BPJS.
2. Untuk iuran BPJS sistem pembayarannya mengikuti peraturan
Pemerintah dan ditanggung oleh Kas Jemaat unuk Pekerja Tetap di
Jemaat dan Kas Sinode untuk Pekerja tetap di Sinode.
3. Pekerja Tetap GPIG berhak mendapatkan bantuan diakonia sakit.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 135


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Penjelasan :
3 Biaya pengobatan disesuaikan dengan peraturan BPJS.

BAB VI
CUTI DAN IZIN

Pasal 16
Pengertian
1. Cuti adalah waktu istirahat dari tugas pelayanan yang diberikan
kepada Pekerja Tetap GPIG dalam kurun waktu tertentu.
2. Setiap Pekerja Tetap GPIG berhak mendapatkan izin dalam kurun
waktu tertentu dengan Persetujuan BPMS
Penjelasan :
Bagi Pekerja Tetap GPIG yang belum memenuhi syarat sesuai ketentuan, cuti dapat
diberikan atas pertimbangan BPMS.
Pekerja Tetap GPIG yang akan melaksanakan cuti diwajibkan untuk menyampaikan
permintaan cuti ke BPMS.
Pasal 17
Pelaksanaan Cuti
1. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang telah bekerja minimal 1 tahun
berhak mendapat cuti selama dua belas hari.
2. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang telah bekerja minimal lima tahun
berhak mendapat cuti selama empat belas hari.
3. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang telah bekerja lebih dari sepuluh
tahun mendapat cuti selama satu bulan.
4. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang mempunyai hak untuk mendapat
cuti, pelaksanaanya ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS.
5. Pekerja Tetap GPIG yang bekerja minimal 6 tahun berhak mendapat
cuti besar 3 bulan, tetapi tidak berhak mendapat cuti tahunan dalam
tahun tersebut.
6. Jika yang bersangkutan tidak menggunakan hak cutinya, maka cuti
tersebut dinyatakan gugur.
7. Jika hak cutinya melebihi dari ketentuan yang berlaku, maka yang
bersangkutan akan dikenakan cuti diluar tanggungan dan Gaji
tetapnya akan dibayar 50 persen.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 136


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

8. Jika Pekerja Tetap GPIG sakit (Kronis) yang dibuktikan dengan surat
Dokter maka diberikan cuti maksimal 6 bulan.
9. Yang berhak mendapat cuti adalah Pekerja Tetap GPIG yang tidak
sedang dikenakan disiplin Gerejawi.
10. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang sementara menjalankan cuti didalam
ketentuan yang berlaku maka segala biaya hidupnya dibayarkan
secara penuh.
11. Sesudah melaksanakan cuti, yang bersangkutan harus melaporkan
diri kepada BPMS. Jika tidak melaporkan diri, maka yang
bersangkutan dikenakan sangsi berdasarkan peraturan tentang
disiplin Gerejawi.
12. Apabila ada hal-hal yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh
Pekerja Tetap GPIG, maka kepada yang bersangkutan diberikan cuti
oleh BPMS sesuai kebutuhan.

Pasal 18
Cuti Nikah
Pekerja Tetap GPIG yang akan melangsungkan pernikahan, dapat
diberikan cuti nikah selama empat belas hari, yakni tujuh hari sebelum
dan tujuh hari sesudah pernikahan.

Pasal 19
Cuti Melahirkan
Pekerja Tetap GPIG diberikan hak cuti melahirkan selama tiga bulan, yang
didahului dengan permohonan secara tertulis kepada BPMS.

Pasal 20
Pelaksanaan Cuti
1. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang melaksanakan cuti tidak
diperkenankan untuk melaksanakan tugas struktural.
2. Kepada yang bersangkutan diberikan jaminan hidup secara penuh
berdasarkan ketentuan dalam peraturan ini.
Penjelasan :
4 Pelayanan fungsional tetap dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan, jika
dimintakan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 137


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 21
Pemberhentian Pekerja Tetap
Pemberhentian Pekerja Tetap dapat dilaksanakan dengan :
1. Pekerja Tetap yang diberhentikan dengan Hormat :
a. Atas permohonan Yang bersangkutan.
b. Apabila sakit (Kronis) lebih dari 6 bulan dan tetap dalam
pengobatan.
c. Yang sudah mencapai umur pensiun.
2. Pekerja Tetap yang diberhentikan dengan tidak hormat.
a. Apabila Pekerja tetap melanggar ketentuan pasal 6.
b. Apabila Pekerja Tetap melanggar Pengakuan GPIG.
c. Terlibat dalam kasus Pidana dengan status hukum tetap dengan
hukuman Penjara di atas 5 tahun.

BAB VII
PENSIUN

Pasal 22
Pengertian
1. Pensiun adalah berakhirnya dan dibebaskan dari tugas organisatoris
Pekerja Tetap GPIG melalui Surat Keputusan BPMS.
2. Bagi Pendeta yang telah menjalani masa pelayanan dan memenuhi
persyaratan maka akan diberi gelar Pendeta emeritus yang
dilaksanakan dalam suatu ibadat Jemaat.

Pasal 23
Hak Mendapat Pensiun
1. Pekerja Tetap GPIG yang telah mencapai batas usia enam puluh lima
tahun, diminta atau tidak diberhentikan dengan hormat dan
diberikan hak pensiun melalui Surat Keputusan BPMS.
2. Pekerja Tetap GPIG yang telah mencapai masa kerja minimal tiga
puluh tahun dapat mengajukan pensiun dini.
3. Pekerja Tetap GPIG yang karena alasan kesehatan/ sakit kronis dan
tidak dapat menjalankan tugas minimal 6 bulan berturut-turut
diberikan pensiun dengan hormat melalui SK BPMS. Apabila yang

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 138


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

bersangkutan kembali sehat sebelum waktu pensiun, maka dapat


diaktifkan kembali melalui SK BPMS.
4. Pekerja tetap GPIG yang mencapai minimal 60 tahun dan masa dinas
30 tahun dapat mengajukan pensiun dan mendapat hak pensiun 75
persen dari gaji pensiun.
5. Pekerja Tetap GPIG yang meninggal dunia dan yang telah bekerja
sekurang-kurangnya sepuluh tahun, maka suami atau isterinya, dan
anak diberikan hak tunjangan.
6. Bagi Pekerja Tetap GPIG yang bekerja belum mencapai masa kerja
sekurang-kurangnya sepuluh tahun dan apabila karena alasan
kesehatan, maka kepada yang bersangkutan diberikan bantuan
diakonia enam bulan gaji bersih dan tidak mendapat pensiun.
7. Bagi Pekerja Tetap GPIG yang meninggal di atas sepuluh tahun masa
kerja, sebelum usia pensiun, diberikan kepada ahli waris bantuan
diakonia tiga bulan gaji bersih dan mendapat pensiun 50 % dari gaji
pokok menurut skala gaji terakhir serta tunjangan lainnya.
8. Usia pensiun enam puluh lima tahun dan di atas tiga puluh tahun
masa kerja mendapat pensiun 75 % dari gaji pokok menurut skala gaji
terakhir dan tunjangan lainnya.

Pasal 24
Hak Memberi Pensiun
Yang berhak memberikan pensiun kepada setiap Pekerja Tetap GPIG
adalah BPMS yang ditetapkan dengan Surat Keputusan.

Pasal 25
Hilang Hak Pensiun
Hak pensiun PekerjaTetap GPIG dinyatakan hilang apabila :
1. Menjadi Aparatur Sipil Negara dan atau pindah kerja ke instansi lain
2. Pekerja Tetap GPIG penerima pensiun dan ahli waris mengingkari
pengakuan Gereja atau keluar dari GPIG.
3. Janda atau Duda (isteri / suami Pekerja Tetap GPIG) menikah lagi.
4. Janda atau Duda (isteri / suami Pekerja Tetap GPIG) meninggal dunia
dan tidak ada lagi anak-anak yang berhak menerima bagian pensiun.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 139


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

5. Bagi anak-anak penerima pensiun yang sudah berumur dua puluh


lima tahun dan sudah menikah atau sudah bekerja.

Pasal 26
Dana Pensiun
Dana pensiun diadakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap gaji Pekerja Tetap GPIG dipotong dana pensiun sebesar 15 %
dari gaji pokok.
2. Dalam pengembangan dana pensiun Pekerja Tetap GPIG, BPMS
mengupayakan usaha pengembangan yang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja.
BAB VIII
STUDI LANJUT

Pasal 27
Pengertian
Studi lanjut adalah pemberian kesempatan kepada Pekerja Tetap GPIG
untuk mengikuti pendidikan formal yang lebih tinggi.
Penjelasan :
Studi lanjut ke perguruan tinggi yang bekerja sama dengan Sinode GPIG atau yang se-asas.

Pasal 28
Syarat – Syarat Studi Lanjut
Setiap Pekerja Tetap GPIG yaitu Pendeta yang akan melaksanakan studi
lanjut, minimal telah melaksanakan tugas di GPIG selama lima tahun.

Pasal 29
Hak dan Kewajiban
1. Hak Pekerja Tetap GPIG yang melakukan studi lanjut adalah :
a. Diberikan biaya hidup yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan
suami / isteri, anak dan tunjangan pangan.
b. Mendapat beasiswa yang jumlahnya ditentukan oleh BPMS.
c. Hak Pekerja Tetap GPIG yang melakukan izin belajar tidak
menerima Gaji Pokok dan tunjangan lainnya.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 140


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

d. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang studi lanjut diberikan waktu


studi S2 selama 4 tahun dan S3 selama 6 tahun.
2. Kewajiban Pekerja Tetap GPIG yang melakukan studi lanjut adalah :
a. Bagi Pekerja Tetap GPIG yang melaksanakan studi lanjut, setiap
semester harus melaporkan perkembangan dan hasil studinya
kepada BPMS lengkap dengan transkrip nilai.
b. Jika setiap Pekerja Tetap GPIG yang melaksanakan studi lanjut di
luar yang diatur oleh BPMS, maka yang bersangkutan
melaporkannya kepada BPMS.

Penjelasan :
1.a Bagi Pekerja Tetap GPIG yang telah bertugas selama lima tahun. Bagi Pekerja Tetap GPIG
yang ditetapkan untuk tugas belajar.
2.a Studi lanjut yang mendapatkan beasiswa.

BAB IX
PASTORI

Pasal 30
Pengertian Dan Fungsi
1. Pastori adalah tempat tinggal dari seorang pastor, dalam hal ini
Pendeta yang melaksanakan tugas-tugas pastoral dan seluruh
pelayanan Gereja.
2. Pastori juga berfungsi sebagai tempat perencanaan program
pelayanan Gereja dari Pendeta.
3. Pekerja Tetap GPIG yang ditempatkan oleh Surat Keputusan BPMS
di Jemaat atau Wilayah, kepada yang bersangkutan disediakan
pastori oleh Jemaat atau Wilayah.
4. Bagi Pekerja Tetap GPIG yang oleh keputusan sidang sinode
ditetapkan sebagai BPMS disiapkan rumah dinas (sebagai pastori).
5. Bagi pegawai Kantor Sinode tidak disediakan perumahan dinas
kecuali ada pertimbangan-pertimbangan khusus oleh BPMS.

BAB IX
PELAYAN KHUSUS YANG ADALAH APARATUR SIPIL NEGARA

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 141


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

(dihapus)

BAB X
TENAGA UTUSAN GEREJAWI
Pasal 31
Pengertian
1. Tenaga utusan Gerejawi adalah Pendeta Pekerja Tetap GPIG dari
Gereja lain yang melaksanakan tugas dalam hubungan kerja sama
dengan GPIG.
2. Pendeta Pekerja Tetap GPIG yang melayani di Gereja lain, yang dalam
hubungan kerja sama dengan GPIG.

Pasal 32
Ketentuan
Program Tenaga Utusan Gereja diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Surat Keputusan Tenaga Utusan Gereja yang ditujukan kepada BPMS
GPIG, penempatannya diatur dalam Surat Keputusan BPMS.
2. Surat Keputusan Tenaga Utusan Gereja dari GPIG ditujukan kepada
Gereja tujuan melalui BPMS, penempatan yang bersangkutan diatur
oleh pimpinan Sinode Gereja yang dituju.
3. Setiap Tenaga Utusan Gereja wajib menaati tata Gereja dan
peraturan Gereja setempat.
4. Setiap Tenaga Utusan Gereja yang melayani di GPIG menerima
jaminan hidup dari Gereja pengutus dan atau berdasarkan perjanjian
kerja sama antar Sinode.
5. Setiap Tenaga Utusan Gereja dalam hal ini Pendeta dan Tenaga
lainnya yang bertugas di GPIG dapat menerima tunjangan fungsional
maupun struktural yang diatur di Jemaat atau Wilayah.
6. Tenaga Utusan Gereja GPIG atas permintaan sendiri berdasarkan
perjanjian kerja sama antar Sinode berlaku ketentuan sebagai
berikut: Tidak menerima gaji & tunjangan, wajib menyetor dana
pensiuan dan wajib memperbaharui perjanjian kerja tiap 3 (tiga)
tahun.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 142


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

7. Apabila GPIG melaksanakan program Tenaga Utusan Gereja ke luar,


maka pelaksanaannya dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama
antar Sinode
Penjelasan :
5 Tenaga lainnya seperti tenaga profesional guru dan lain-lain.

PERATURAN
TENTANG
PERNIKAHAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian
1. Pernikahan adalah satu lembaga yang ditetapkan Tuhan, Tuhan
hendak mempersatukan seorang laki-laki dengan seorang
perempuan yang sepadan untuk saling mengasihi dan saling
menolong dalam kehidupan bersama.
2. Pernikahan adalah ikatan yang eksklusif antara satu pria dan satu
perempuan, yaitu bahwa dalam pernikahan, pasangan hanya
memiliki satu suami atau satu istri, dan mereka berkomitmen untuk
setia dan saling mengasihi satu sama lain seumur hidup.
3. Pernikahan adalah persekutuan hidup antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan yang meliputi segala bidang dan berlaku
seumur hidup atas dasar kasih dan kesetiaan.

Pasal 2
Syarat-syarat Pernikahan
Pernikahan dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah dewasa secara
lahir dan batin.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 143


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Usia perempuan 19 tahun dan laki-laki 19 tahun, jika salah satu calon
mempelai atau keduanya di bawah umur, maka harus berdasarkan
penetapan pengadilan.
3. Telah mendapatkan surat keterangan atau bukti pendaftaran dari
Kantor Catatan Sipil yang menyatakan kedua mempelai tersebut
memenuhi syarat untuk dicatat pernikahannya.
4. Telah mendapatkan surat keterangan belum pernah menikah dari
Pemerintah domisili tempat tinggal kedua mempelai.
5. Membuat surat pernyataan di atas meterai untuk bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pernikahan yang dilakukan.
6. Kedua mempelai telah di baptis dan di sidi, dibuktikan dengan adanya
surat baptis dan surat sidi.
7. Kedua mempelai atau salah satu calon mempelai adalah anggota sidi
GPIG yang sedang tidak berada di bawah penggembalaan khusus.
8. Apabila salah satu calon mempelai adalah anggota sidi jemaat yang
lain maka yang bersangkutan terlebih dahulu meminta surat
pengantar dari BPMJ.
9. Apabila salah satu calon mempelai adalah anggota sidi gereja lain
yang seazas, maka yang bersangkutan terlebih dahulu meminta surat
pengantar dari pimpinan gerejanya.
10. Apabila salah satu calon mempelai berasal dari gereja yang tidak
seazas atau berasal dari agama lain, maka yang bersangkutan
terlebih membuat surat pernyataan pindah gereja dan atau pindah
keyakinan ke agama Kristen Protestan, kemudian yang bersangkutan
mengikuti Katekisasi Sidi dan menerima Sakramen Baptisan Dewasa.
11. Apabila salah satu calon mempelai berstatus “cerai hidup” maka
pemberkatan/peneguhan nikah akan dilaksanakan yang
bersangkutan harus menyertakan Keputusan Pengadilan Negeri,
mengikuti katekisasi Pra Nikah dan dinyatakan selesai maka
pemberkatan/peneguhan nikah dapat dilaksanakan.
12. Apabila salah satu calon mempelai berstatus “cerai mati” maka
pemberkatan/peneguhan nikah akan dilaksanakan yang
bersangkutan harus menyertakan akta kematian, mengikuti
katekisasi Pra Nikah dan dinyatakan selesai maka
pemberkatan/peneguhan nikah dapat dilaksanakan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 144


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

13. Bagi anggota-anggota jemaat yang menjadi anggota TNI-POLRI wajib


melampirkan surat izin institusi.
BAB II
PERSIAPAN PENEGUHAN/PEMBERKATAN

Pasal 3
Persiapan
Sebelum peneguhan nikah harus dilakukan persiapan sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan pemberkatan dan peneguhan nikah
kepada BPMJ minimal satu bulan sebelum tanggal pemberkatan
nikah.
2. Mengisi formulir dan melengkapi berkas-berkas yang disediakan oleh
BPMJ setempat.
3. Mengikuti katekisasi pranikah dan dinyatakan selesai, yang
pelaksanaannya diatur oleh BPMJ setempat.
4. Mengikuti percakapan penggembalaan yang diselenggarakan
Pendeta.
5. Rencana pemberkatan/peneguhan dan pencatatan nikah diwartakan
ke Jemaat melalui warta Jemaat, minimal dua minggu berturut-turut
dengan menyebut nama dan alamat orang yang akan menikah.
6. Bila ada keberatan dari anggota jemaat maka keberatan itu sah
apabila diajukan secara tertulis, disertai nama, tanda tangan atau cap
jari, alamat, alasan yang jelas dan masih dalam batas waktu
pewartaan.
7. Jika ada keberatan sah yang masuk maka BPMJ menyelidiki
kebenaran yang diajukan.
8. Bila alasan itu dapat diterima, maka pelaksanaan
pemberkatan/peneguhan dan pencatatan ditangguhkan sampai
persoalannya diselesaikan dan rencana pemberkatan/peneguhan dan
pencatatan nikah yang bersangkatan dibatalkan.
9. Bila tidak ada surat keberatan sah yang masuk, maka
pemberkatan/peneguhan dan pencatatan nikah yang bersangkutan
dapat dilakukan dalam ibadah pemberkatan/peneguhan dan
pencatatan nikah.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 145


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

10. BPMJ memberikan Surat Nikah Gerejawi bagi pasangan yang


bersangkutan.

BAB III
PENEGUHAN/PEMBERKATAN DAN PENCATATAN

Pasal 4
Peneguhan/Pemberkatan
Peneguhan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Peneguhan/pemberkatan nikah dilaksanakan dalam satu ibadah di
gedung Gereja dengan menggunakan tata cara ibadah
peneguhan/pemberkatan nikah Sinode GPIG.
2. Pelayanan peneguhan/pemberkatan nikah dilayani oleh Pendeta
GPIG.
Pasal 5
Pencatatan
Setiap pernikahan warga Jemaat GPIG harus dicatat menurut peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
BAB IV
WAKTU DAN TEMPAT PENEGUHAN/PEMBERKATAN
NIKAH

Pasal 6
Waktu
Waktu pelaksanaan peneguhan/pemberkatan nikah dilaksanakan sesuai
waktu yang disepakati bersama.

Pasal 7
Tempat
Tempat pelaksanaan peneguhan/pemberkatan dan pencatatan nikah
diatur sebagai berikut :
1. Peneguhan/pemberkatan nikah dilaksanakan di gedung Gereja.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 146


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

2. Dalam situasi tertentu maka peneguhan/pemberkatan nikah dapat


dilaksanakan di luar gedung Gereja.
3. Pencatatan dilaksanakan di kantor catatan sipil atau di gedung Gereja
sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB V
PERNIKAHAN SEBELUM MENJADI KRISTEN

Pasal 8
Pengertian
1. Warga Gereja yang telah menikah sebelum menganut Agama Kristen.
2. GPIG mengakui pernikahan dari warga Gereja yang dilangsungkan
dengan sah menurut undang-undang negara pada waktu mereka
belum menjadi Kristen.
Penjelasan :
Gereja dapat melaksanakan peneguhan/pemberkatan nikah berdasarkan surat
permohonan dari keluarga tersebut.

Pasal 9 Pernikahan Beda Agama dihapus

PERATURAN
TENTANG
DISIPLIN GEREJAWI

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Disiplin Gerejawi berfungsi untuk memelihara panggilan dan
pengakuan serta kehidupan bergereja, agar tetap dalam kesetiaan
iman, kekudusan hidup dan ketaatan pada panggilan dan pengakuan
Gereja yang berlandaskan kasih dan pelayanan Yesus Kristus
2. Disiplin Gerejawi terdiri dari :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 147


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

a. Penggembalaan adalah suatu proses pelayanan GPIG dalam


bentuk bimbingan kepada warga Gereja, Pelayan Khusus dan
persekutuan Jemaat serta Pekerja GPIG pegawai untuk dapat
mengambil keputusan sendiri atas permasalahan yang
dihadapi dalam rangka pertumbuhan dan pendewasaan iman,
sehingga dapat melaksanakan pengakuan iman, ajaran dan
tugas panggilannya berdasarkan firman Allah.
b. Penilikan adalah suatu proses untuk melakukan pengamatan,
penelitian dan pengkajian secara sungguh-sungguh terhadap
setiap persoalan untuk mendapatkan hal yang obyektif.
c. Disiplin Gereja adalah tindakan Gerejawi terhadap anggota
GPIG supaya hidup dalam ketaatan dan kesetiaan pada
pengakuan iman, ajaran dan tugas panggilan sebagai
perseorangan maupun persekutuan.

Pasal 2
Hakikat
1. Disiplin Gerejawi adalah tugas Gereja yang diperintahkan Tuhan
dalam rangka pertumbuhan dan pendewasaan iman warga Jemaat
GPIG.
2. Displin Gerejawi dilakukan berdasarkan pada kasih Allah dalam Yesus
Kristus, Kepala Gereja dan Gembala yang baik, untuk kemuliaan
nama Tuhan, serta keutuhan persekutuan, kesaksian dan pelayanan
Gereja.

BAB II
PENGGEMBALAAN
Pasal 3
Disiplin Gerejawi
1. Sasaran disiplin gerejawi kepada :
a. Warga Jemaat, dilakukan oleh Penatua, Diaken dan Pendeta.
b. Pelayan Khusus (Penatua/Diaken), dilakukan oleh BPMJ, atau
Pendeta dan MPJ yang ditugaskan olah BPMJ berdasarkan
surat tugas.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 148


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Pendeta dilakukan oleh BPMS, MPS atau yang dipercayakan


oleh BPMS berdasarkan surat tugas.
d. Persekutuan Jemaat, dilakukan oleh BPMS dan atau oleh
BPMW, MPS atau yang dipercayakan oleh BPMS melalui surat
tugas.
e. Pegawai Pekerja GPIG dilakukan oleh BPMS/BPMJ atau yang
dipercayakan oleh BPMS/BPMJ melalui surat tugas. BPMS
atau MPS atau yang dipercayakan oleh BPMS melalui surat
tugas
2. Bagi mereka yang melakukan penggembalaan harus dapat
memegang rahasia jabatan.
3. Proses Pengembalaan dilakukan secara berjenjang di Jemaat, Wilayah
dan Sinode.
4. Jika dalam proses penggembalaan, yang digembalakan belum dapat
mengambil keputusan, maka selanjutnya permasalahan tersebut
digumuli, dibicarakan dan dibahas dalam rapat BPMJ, BPMW, BPMS
dan MPS.
5. Jika belum selesai maka dilanjutkan pada Sidang Majelis Jemaat,
Sidang Majelis Wilayah, Sidang Tahunan Sinode dan Sidang Sinode.

Pasal 4
Bentuk dan Cara Penggembalaan
1. Bentuk Pengembalaan
a. Perhatian dan kepedulian terhadap kehidupan anggota-
anggota/Jemaat dan Pelaksanaan Pelayanan Gereja.
b. Perhatian dan kepedulian terhadap pertumbuhan hidup
anggota/Jemaat selaku tubuh Kristus.
c. Menasihati dan memberi saran terhadap segala kesulitan dan
masalah yang timbul dalam kehidupan anggota-
anggota/Jemaat, terutama Majelis Jemaat/Pelayan-pelayan
Khusus Gereja.
2. Cara Pengembalaan:
a. Cara Pengembalaan dilakukan secara langsung atau tidak
langsung.
b. Setiap warga Gereja GPIG, pribadi ataupun keluarga berhak
mendapatkan pelayanan penggembalaan yang dilaksanakan

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 149


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

secara teratur oleh Pelayan Khusus, PELKA, BPMJ, BPMW,


dan BPMS.
c. Metode Pengembalaan yaitu
1) Penggembalaan umum dilaksanakan kepada anggota
GPIG sebagai satu persekutuan Jemaat untuk
pertumbuhan dan pendewasaan iman serta keutuhan
GPIG.
2) Penggembalaan khusus dilaksanakan kepada anggota
GPIG yang bermasalah, bersifat pribadi dan merahasiakan
percakapan yang dilakukan. Penggembalaan khusus
dengan persekutuan atau badan dilaksanakan secara
tertutup yang hanya dihadiri oleh mereka yang
berkepentingan.
Penjelasan :
Tidak langsung dapat melalui surat, telepon, WA/SMS atau e-mail

BAB III
PENILIKAN
Pasal 5
Sasaran dan Pelaksanaan Penilikan
1. Penilikan ditujukan kepada perseorangan atau persekutuan yang
setelah percakapan penggembalaan belum membawa hasil yang
diharapkan.
2. Pelaksana penilikan :
a. Kepada warga Gereja, dilakukan oleh Penatua, Diaken, Guru
Agama, Pendeta dan atau oleh anggota sidi Jemaat yang
dipercayakan oleh BPMJ.
b. Kepada Penatua dan Diaken, dilakukan oleh BPMJ bersama
dengan Pendeta dan MPJ.
c. Kepada Pendeta dan guru agama, dilakukan oleh BPMS dan
atau oleh MPS atau oleh mereka yang ditugaskan oleh BPMS
melalui surat tugas.
d. Kepada persekutuan Jemaat, dilakukan oleh BPMW dan
BPMS.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 150


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

e. Kepada Pekerja GPIG dan lembaga yang dibentuk oleh GPIG,


dilakukan oleh BPMS/BPMJ, MPS dan atau mereka yang
ditugaskan oleh BPMS/BPMJ melalui surat tugas.

Pasal 6
Proses Penilikan
1. Mereka yang ditugaskan melakukan proses penilikan, harus
memegang rahasia jabatan.
2. Proses penilikan melalui : mengumpulkan data permasalahan,
informasi atau keterangan secara obyektif.
3. Proses penilikan berlangsung dalam asas praduga tak bersalah.
4. Permasalahan diselesaikan secara berjenjang dari aras Jemaat,
Wilayah dan Sinode
5. Selanjutnya permasalahan itu dibahas dan digumuli dalam rapat
BPMJ/ BPMW/ BPMS.
6. Jika tidak terselesaikan maka dilanjutkan dalam Sidang Majelis
Jemaat, Sidang Majelis Wilayah, Sidang Tahunan Sinode dan Sidang
Sinode.
BAB IV
DISIPLIN GEREJA
1. Tindakan disiplin Gereja dikenakan kepada warga GPIG yang
mengingkari pengakuan, panggilan dan Tata Gereja GPIG.
2. Tindakan disiplin Gerejawi diberlakukan setelah dilaksanakan
penggembalaan dan penilikan.

Pasal 7
Bentuk Disiplin Gereja
1. Disiplin Gereja dilakukan dalam bentuk teguran dan peringatan.
2. Teguran dan peringatan dilakukan sebanyak tiga kali dalam batas
waktu yang ditentukan oleh BPMJ, BPMW dan BPMS, yang
dilakukan sebagai berikut :
a. Teguran dan peringatan pertama dalam waktu selama satu
bulan.
b. Bila tidak menunjukkan pertobatan, maka dilanjutkan dengan
teguran dan peringatan ke dua dalam waktu satu bulan.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 151


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

c. Bila yang bersangkutan belum juga menunjukan perubahan


sikap maka kepada yang bersangkutan diberi peringatan ke
tiga dalam waktu satu bulan.

Pasal 8
Bentuk-Bentuk Pelanggaran
1. Pengingkaran terhadap pengakuan, ajaran dan panggilan Gereja.
2. Tidak mengakui dan melaksanakan Tata Gereja GPIG.
3. Melakukan tindak pidana (inkrah).
Pasal 9
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Warga Gereja
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada warga Gereja apabila
yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan sikap setelah
dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan peringatan.
2. Yang bersangkutan belum dapat menjadi orang tua baptisan.
3. Yang bersangkutan belum dapat diteguhkan sebagai sidi Jemaat.
4. Yang bersangkutan belum dapat dipilih menjadi Penatua dan atau
Diaken.
5. Tindakan Disiplin Gerejawi disampaikan dalam Sidang Majelis
Jemaat.

Pasal 10
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Penatua dan Diaken
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada Penatua atau Diaken
apabila yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan sikap
setelah dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan
peringatan.
2. Yang bersangkutan belum dapat menjadi saksi baptisan kudus.
3. Yang bersangkutan diberhentikan sementara dari tugas
kemajelisan.
4. Tindakan Disiplin Gerejawi disampaikan dalam Sidang Majelis
Jemaat.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 152


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

Pasal 11
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Pendeta dan Guru Agama
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada Pendeta atau Guru
Agama apabila yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan
sikap setelah dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan
peringatan.
2. Yang bersangkutan diberhentikan semantara dari jabatan
struktural dan fungsional.
3. Selama menjalani tindakan Disiplin Gerejawi tidak mendapat
tunjangan fungsional dan struktural dan tidak mendapat hak
kenaikan berkala, pangkat dan golongan.
4. Tindakan Disiplin Gerejawi yang dikenakan kepada Pendeta dan
Guru Agama dilakukan berdasarkan Surat Keputusan BPMS, yang
tembusannya disampaikan kepada BPMJ dan BPMW se-GPIG.

Pasal 12
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Pekerja GPIG
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada yang bersangkutan
apabila yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan sikap
setelah dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan
peringatan.
2. Yang bersangkutan belum dapat menjadi orang tua baptisan.
3. Yang bersangkutan belum dapat diteguhkan sebagai sidi Jemaat.
4. Yang bersangkutan belum dapat dipilih menjadi Penatua dan atau
Diaken.
5. Yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai Pekerja
Gereja.
6. Yang bersangkutan tidak menerima tunjangan fungsional dan hak
kenaikan berkala, pangkat dan golongan.
7. Tindakan Disiplin Gerejawi yang dikenakan kepada Pekerja GPIG
dilakukan berdasarkan Surat Keputusan BPMJ/BPMW/BPMS.

Pasal 13
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Persekutuan Jemaat
Tindakan Disiplin Gereja kepada persekutuan Jemaat yaitu :

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 153


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

1. Dalam waktu tertentu tidak dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan


persekutuan GPIG.
2. Dikeluarkan dalam keanggotaan GPIG.

Pasal 14
Pelaksana Tindakan Disiplin Gerejawi
1. Pelaksana tindakan disiplin kepada anggota Jemaat adalalah
Sidang Majelis Jemaat dan hasilnya dilaporkan kepada BPMS.
2. Pelaksana tindakan terhadap Pelayan Khusus (Penatua, Diaken,
Guru Agama dan Pendeta) adalah BPMS.
3. Pelaksana tindakan terhadap Pegawai Gereja adalah
BPMJ/BPMW/BPMS.
4. Pelaksana tindakan terhadap persekutuan Jemaat, BPMW, BPMS,
MPS, MP3S adalah Sidang Sinode.

Pasal 15
Waktu Pelaksanaan Tindakan Disiplin Gerejawi
Jangka waktu tindakan Disiplin Gerejawi dilaksanakan minimal tiga bulan
dan maksimal enam bulan, yang diberikan berdasarkan Surat Keputusan
BPMS dan khusus bagi persekutuan Jemaat minimal satu tahun.

Pasal 16
Penerimaan Kembali
1. Bagi mereka yang dikenakan Disiplin Gerejawi, dapat diterima
kembali apabila telah mengakui kesalahannya secara tertulis kepada
BPMJ/BPMW/BPMS dan dinilai telah menampakan pertobatan, yang
selanjutnya di sampaikan kepada sidang MJ/MW/STS/SS.
2. Penerimaan kembali, dilakukan berdasarkan Surat Keputusan
BPMJ/BPMW/BPMS. Dan bagi Pendeta Pekerja Tetap GPIG dilakukan
dengan Surat Keputusan BPMS berdasarkan keputusan Sidang
Tahunan Sinode atau Sidang Sinode.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 154


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

BAB V
PEMBERHENTIAN
Pasal 17
Pelaksanaan Pemberhentian
1. Bagi warga Gereja yang telah dikenakan Disiplin Gerejawi yang tidak
menjalankan dan tidak menunjukkan perobahan dan pertobatan
sampai waktu yang ditentukan, maka yang bersangkutan dikeluarkan
dari daftar keanggotaan Jemaat GPIG.
2. Bagi Penatua dan Diaken yang telah dikenakan Disiplin Gerejawi yang
tidak menjalankan dan tidak menunjukkan perobahan dan
pertobatan sampai waktu yang ditentukan, maka yang bersangkutan
diberhentikan dari jabatan struktural dan jabatan fungsional
berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
3. Bagi Pendeta, Guru Agama dan Pekerja Gereja yang telah dikenakan
Disiplin Gerejawi yang tidak menjalankan dan tidak menunjukkan
perobahan dan pertobatan sampai waktu yang ditentukan, maka
diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pendeta Pekerja Tetap
GPIG dan Pegawai Gereja.
4. Bagi persekutuan Jemaat yang setelah dikenakan Disiplin Gerejawi
tetapi tidak menunjukan perubahan dan pertobatan sampai waktu
yang di tentukan maka persekutuan Jemaat tersebut dikeluarkan
dari keanggotaan GPIG berdasarkan keputusan Sidang Sinode dan
statusnya dinyatakan telah berakhir sebagai satu Jemaat GPIG.

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 155


NASKAH REVISI TATA GEREJA GPIG 2017

PERUBAHAN DAN PEMBERLAKUAN


SERTA PENETAPAN PERATURAN

Pasal 1
Perubahan
1. Perubahan peraturan ini hanya dapat dilakukan dan ditetapkan
dalam Sidang Sinode atau Sidang Sinode Istimewa.
2. Usul perubahan diajukan minimal satu tahun sebelum Sidang Sinode
oleh dua pertiga dari jumlah Jemaat GPIG dan tersebar di setengah
tambah satu wilayah
3. Usul perubahan dibahas dalam Sidang Tahunan Sinode untuk
diputuskan dan ditetapkan dalam Sidang Sinode atau Sidang Sinode
Istimewa.

Pasal 2
Pemberlakuan dan Penetapan
1. Peraturan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
2. Dengan ditetapkannya peraturan ini maka peraturan yang lama
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di : Kota Gorontalo


Pada tanggal : Oktober 2023

SIDANG SINODE ISTIMEWA, 24-27 OKTOBER 2023 156


1

Anda mungkin juga menyukai