TATA DASAR
PEMBUKAAN
Segala puji dan syukur bagi Allah Trinitas: Bapa, Anak dan Roh
Kudus yang adalah pembentuk dan pemilik Gereja. Gereja adalah orang-
orang yang dipanggil dari kegelapan kepada terang Yesus Kristus. Allah
memanggil dan mengutus gereja ke dalam dunia untuk mewujudkan misi
Allah.
Gereja adalah orang-orang percaya dari segala bangsa dan segala
zaman yang dipersatukan dengan Allah melalui iman kepada Yesus
Kristus. Gereja dipanggil Allah untuk mengekspresikan persatuan dan
persaudaraan di antara manusia melalui iman dan kasih. Gereja dipanggil
untuk menjadi persekutuan yang ramah dan terbuka di tengah
keanekaragaman agama, denominasi, tradisi, suku, dan budaya.
Gereja yang adalah milik Allah dipanggil dan diutus untuk
memberitakan kebaikan Tuhan dengan menyatakan keadilan, kebenaran
dan mendukung perdamaian dunia serta berpartisipasi memelihara
keutuhan ciptaan Tuhan.
Jejak Injil di tanah Gorontalo diawali dengan kehadiran orang-
orang Kristen bangsa Eropa pada tahun 1583. Pada masa penginjilan NZG
tahun 1861 dilakukan pembaptisan pertama oleh Zendeling J.H Lineman
(1861-1882), pada 13 Oktober 1861 ia membaptis 35 orang menjadi
anggota Persekutuan Gereja Protestan. Sejak tahun 1937-1964 pelayanan
dilakukan oleh GMIM. Tahun 1957 GMIM mengutus Pdt. Markus Sondakh
sebagai Ketua Djumat Gorontalo. Dalam Sidang Am GPI pada tanggal 30
April 1964 di Jakarta diusulkan menjadi Gereja Bagian Mandiri dari GPI
berdasarkan Staatsblad van Nederlandsch-Indie tahun 1927 Nomor 155
dan Nomor 156. Pada tanggal 18 Desember 1964 diresmikan
pendewasaannya dalam Sidang Sinode GMIM di Gereja Sentrum Manado
oleh Ba Pe Am GPI. Pada tanggal 18 Juli 1965 dilakukan peresmian di
Gorontalo dan tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Ulang Tahun Gereja
Protestan Indonesia di Gorontalo disingkat GPIG Bersinode.
GPIG dalam arak-arakan dengan gereja-gereja di dunia adalah
gereja yang inklusif yang berperan serta menyatakan misi Allah untuk
mewujudkan kehidupan yang adil dan damai bagi semua ciptaan Tuhan.
BAB I
HAKIKAT, WUJUD DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Hakikat
GPIG adalah persekutuan anggota jemaat sebagai Tubuh Kristus yang
Penjelasan :
Mat. 5:7, 10:32-33; Rm. 12:4-5; Gal. 5:24; Yoh. 17:21; Rm. 10:12; Ef. 2:19-22;Kol.3:5-17
Pasal 2
Wujud
1. GPIG adalah persekutuan anggota dalam wujud Jemaat yang
meliputi wilayah pelayanan Provinsi Gorontalo dan melembaga
dalam sistem Presbiterial Sinodal.
2. Jemaat adalah persekutuan dari anggota jemaat yang karena tempat
dan fungsinya merupakan satu kesatuan pelayanan dalam
lingkungan GPIG yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan
panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani dalam
kasih. Jemaat dilayani oleh Majelis Jemaat.
3. Wilayah adalah wujud nyata persekutuan Jemaat-Jemaat GPIG yang
secara teritorial berada di Wilayah tertentu yang bertanggung jawab
atas penyelenggaraan panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi
dan melayani dalam kasih. Wilayah dilayani oleh Majelis Wilayah.
4. Sinode adalah wujud nyata persekutuan dan keesaan seluruh Jemaat
GPIG yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan panggilan
gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani dalam kasih. Sinode
dilayani oleh Majelis Sinode.
BAB II
KEDUDUKAN DAN BADAN HUKUM
Pasal 3
Kedudukan
1. GPIG berkedudukan di Provinsi Gorontalo.
2. Kantor Sinode GPIG berkedudukan di ibukota Provinsi Gorontalo.
Pasal 4
Badan Hukum
Kelembagaan GPIG diakui oleh Negara disamakan sebagai Badan Hukum
dan diatur berdasarkan :
1. Staadsblad Hindia Belanda S 1927 Nomor 156 Tanggal 29 Juni 1925.
Gereja menurut hukum memiliki sifat sebagai Badan Hukum.
2. Staatsblad Hindia Belanda S 1927 nomor 155. Diterbitkan 10 Mei
1927 Gereja Protestan di Hindia Belanda beserta Jemaat-jemaat
Eropa maupun Bumiputera akan dipandang sebagai gereja atau
bagian yang berdiri sendiri daripadanya.
3. GPIG adalah Gereja Bagian Mandiri dari Gereja Protestan di
Indonesia (GPI) sesuai pernyataan BaPeAm GPI No. Bap.8/ Sek/69.
4. Surat Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen
RI No 28 Tahun 1974 tentang Perubahan Nama Gereja “De
Protestantsche Kerk Nederlandsch-Indie” menjadi Gereja
Protestan di Indonesia yang menjadi bagian dari Badan/Gereja
yang berdiri Sendiri (Zeltstandige Onderdelen)
5. Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Protestan Departemen Agama RI No 108 tahun 1990 tentang
pernyataan Gereja Prostestan Indonesia di Gorontalo (GPIG)
sebagai lembaga keagamaan yang bersifat Gereja.
BAB III
PENGAKUAN
Pasal 5
Pengakuan GPIG
1. GPIG mengaku sebagai bagian dari Gereja Kristen yang Esa, Kudus,
Am dan Rasuli yang Kepalanya adalah Yesus Kristus, Tuhan dan
Juruselamat dunia.
2. GPIG mengaku dan beriman kepada Allah, yaitu Bapa, Anak dan Roh
Kudus yang menjadikan langit dan bumi serta segala isinya.
3. GPIG mengaku bahwa Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru sebagai satu-satunya sumber kesaksian yang benar yang
BAB IV
SAKRAMEN
Pasal 6
Sakramen
1. Sakramen adalah tanda dan meterai yang ditetapkan oleh Allah untuk
menandai dan memeteraikan janji-janjiNya melalui kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus.
2. GPIG mengakui dan melaksanakan dua sakramen yaitu Sakramen
Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan Kudus.
3. Baptisan Kudus adalah tanda dan meterai yang tampak dari anugerah
Allah dalam ikatan perjanjian dengan Yesus Kristus dan sekaligus
sebagai ekspresi iman dari orang-orang percaya serta tanda kesetiaan
kepada Tuhan. Pelayanan sakramen Baptisan Kudus diberikan kepada
anak-anak dan orang dewasa secara percik, dan dilaksanakan hanya
satu kali untuk selamanya.
4. Sakramen Perjamuan Kudus adalah tanda peringatan dan
persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus. Pelayanan sakramen
Perjamuan Kudus dilaksanakan bagi Sidi Jemaat.
Penjelasan :
Mat. 28:19-20, Mrk. 16:16, Kis 2:39, Rm. 6 dan 1 Kor. 11:23-29.
BAB V
LITURGI
Pasal 7
1. Liturgi adalah ungkapan syukur gereja atas perjumpaan Allah dengan
manusia, yang dirayakan dalam persekutuan dengan sesama manusia
dan segenap ciptaan Allah.
2. Tata cara Ibadah GPIG adalah bagian dari liturgi dalam pengertian
khusus, bersumber dari Alkitab: Perjanjian Lama Dan Perjanjian Baru.
3. Atribut Pelayanan GPIG adalah berupa lambang, stempel, atribut
ibadah, papan nama, pakaian liturgis dan lain-lain.
Penjelasan:
1 Tata cara Ibadah GPIG disusun dalam BUKU Tata cara Ibadah GPIG
2 Atribut GPIG selengkapnya ditetapkan dalam peraturan GPIG tentang atribut.
BAB VI
MISI
Pasal 8
Misi
“GPIG menyatakan kehadiran Kerajaan Allah dan nilai-nilai-Nya secara
inklusif dan mandiri di tengah dunia dalam seluruh aspek kehidupan untuk
menggenapi misi Allah yang holistik”.
Penjabaran Misi :
1. Membangun kerohanian dan karakter jemaat dalam segala segi
kehidupan untuk bertumbuh didalam segala hal ke arah Kristus yang
adalah Kepala, sehingga mampu hadir dan berkarya sesuai dengan
dasar Firman Tuhan di tengah pergumulan dunia sesuai dengan
konteks zamannya.
2. Memberitakan Injil Kerajaan Allah dan nilai-nilainya, melalui
pelayanan dan kehadiran gereja di tengah masyarakat untuk
mewujudkan kehidupan yang adil dan damai bagi semua ciptaan
Tuhan.
Pasal 9
Panggilan
Panggilan GPIG adalah menerima, menghidupi dan memberitakan Injil
Yesus Kristus yang bersumber dari Alkitab; Perjanjian Lama Dan
Perjanjian Baru. GPIG terpanggil untuk mengabarkan suara kenabian
yaitu untuk memberitakan Injil kepada segala ciptaan tentang penebusan
dan pengudusan Allah serta mewujudkan kasih, kebenaran, keadilan,
kerukunan, damai sejahtera dan sukacita dalam kehidupan bergereja dan
bermasyarakat.
Pasal 10
Bentuk panggilan GPIG
1. GPIG dipanggil untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani.
2. GPIG terpanggil untuk membangun, mempersatukan dan memelihara
keutuhan Gereja dan masyarakat.
3. Memberitakan Injil kepada segala ciptaan.
4. Memperjuangkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.
5. Menghapuskan kekerasan di dalam Gereja dan masyarakat.
6. Membina warga Gereja.
7. Melakukan penatalayanan sumber daya Gereja.
Pasal 11
Pelayanan Gereja
1. Pelayanan Gereja terdiri atas pelayanan pastoral dan pelayanan
diakonia, mengikuti teladan pelayanan Yesus Kristus :
a. Pelayanan pastoral Gereja adalah tindakan-tindakan nyata dalam
pikiran, kata dan perbuatan untuk membantu warga Jemaat
bertumbuh dalam iman dan hidup dalam kekudusan serta setia
menjalankan panggilan Gereja.
Pasal 12
Prinsip Imamat Am
Berdasarkan prinsip Imamat Am orang-orang percaya maka semua
anggota sidi GPIG adalah pelayan Gereja yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan GPIG.
Penjelasan :
Pelayan Gereja berarti peran serta warga Gereja dan atau anggota sidi Jemaat dalam
kegiatan Gereja sangat penting.
Pasal 13
Dasar Gereja
GPIG berdasar pada Yesus Kristus, sebagaimana Firman Allah dalam 1 Kor.
3:11, “karena tidak seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari
pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”.
Pasal 14
Keesaan gereja
1. GPIG menjalin hubungan ekumenis dengan Gereja-Gereja dan
lembaga-lembaga Kristen lainnya, baik di dalam maupun di luar
negeri.
2. GPIG adalah anggota dari :
a. Sinode Am Gereja-gereja di Sulawesi bagian Utara dan Tengah.
b. GPI : Gereja Protestan di Indonesia ;
c. PGI : Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia ;
d. WCRC : World Communion of Reform Churches.
Penjelasan :
Hubungan yang dilakukan oleh persekutuan Jemaat harus melalui dan disetujui oleh BPMS.
Pasal 15
Hubungan Gereja, Negara dan Politik
1. GPIG menerima Pancasila sebagai azas dalam kehidupan bernegara,
berbangsa dan bermasyarakat serta mengakui bahwa bangsa
Indonesia yang bersatu dalam kemajemukannya adalah karunia Allah.
2. GPIG adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, bangsa
dan negara, sebab itu GPIG membangun hubungan kerjasama
dengan pemerintah pada semua lingkup dan berbagai bidang, untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
3. Pemimpin Gereja dan Negara adalah hamba Allah yang harus
melaksanakan amanat Allah untuk menghadirkan keadilan,
kebenaran, damai dan kesejahteraan bagi dunia.
4. Gereja dipanggil mempersiapkan warganya untuk berperan dalam
politik, agar berpikir, dan bertindak menyampaikan suara kenabian,
Pasal 18
Anggota
1. Anggota GPIG adalah orang percaya yang melaksanakan
misi Allah;
2. Anggota GPIG adalah seorang yang terdaftar di Jemaat
GPIG, dengan ketentuan :
a. Lahir dari keluarga GPIG ;
b. Menerima Baptisan di GPIG ;
c. Mengaku percaya dan diteguhkan sebagai warga sidi
GPIG ;
d. Dibaptis di Gereja-gereja lain dan mendaftarkan diri
menjadi warga GPIG dengan surat atestasi/surat
pernyataan; dan atau
Pasal 19
Pelayan Khusus
1. Pelayan Khusus berfungsi untuk membina, melengkapi warga
Jemaat untuk kuat dalam iman dan setia dalam kehidupan
sebagai umat kristiani. Setiap anggota Sidi GPIG adalah pelayan
Gereja yang bertanggung jawab penyelenggaraan pelayanan
GPIG.
2. Pelayan khusus adalah Anggota Sidi GPIG yang menerima
panggilan Yesus Kristus dan terpilih serta memberi diri untuk
melaksanakan pelayanan Gereja-Nya.
3. Pelayan Khusus adalah jabatan gerejawi terdiri dari Diaken,
Penatua, Guru Agama dan Pendeta.
4. Penerimaan panggilan menjadi Diaken dan Penatua adalah
mereka yang dipilih, ditetapkan, diteguhkan serta pemberian
diri dari dan oleh warga sidi Jemaat
Penjelasan :
1. 1 Ptr. 2:9 Berdasarkan prinsip Imamat Am orang-orang percaya maka semua
anggota sidi GPIG adalah pelayan Gereja yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan GPIG. Peran serta warga Gereja dan atau
anggota sidi Jemaat dalam kegiatan Gereja sangat penting.
2. Diaken dan Penatua dipilih oleh Jemaat lewat proses pencalonan dan
pemilihan dalam ibadah Kolom/Rayon, dan atau secara langsung bersama-
sama dalam ibadah Jemaat. Pendeta dan Guru Agama diangkat melalui proses
dan ketentuan yang berlaku tentang Pekerja Tetap GPIG.
Pasal 20
Pekerja GPIG
1. Pekerja GPIG adalah seseorang yang menjalankan tugasnya
dengan keyakinan bahwa dia dipanggil untuk melaksanakan
pekerjaan kesaksian GPIG dan menerima biaya hidup
berdasarkan surat keputusan di aras Jemaat/Wilayah/Sinode;
2. Pekerja GPIG terdiri atas pekerja tetap dan pekerja tidak tetap.
3. Pekerja tetap adalah Pendeta dan Pegawai yang menerima
biaya hidup berdasarkan Surat Keputusan di aras
Jemaat/Wilayah/Sinode. Pekerja tidak tetap adalah Pendeta
dan Pegawai yang belum terangkat sebagai pekerja tetap
GPIG.
Penjelasan:
Syarat-syarat dan mekanisme terkait Pekerja GPIG (Pendeta dan pekerja lainnya)
diatur lebih lanjut dalam peraturan tentang pekerja GPIG.
Pasal 21
Pemilihan
1. Pemilihan adalah upaya Gereja mewujudkan pola pelayanan
dan pemerintahan Kristus dengan memilih orang-orang
tertentu.
2. Proses pemilihan dilaksanakan sebagai ibadah yang
dilaksanakan di aras Jemaat, Wilayah dan Sinode.
Penjelasan:
Syarat-syarat dan mekanisme pemilihan diatur lebih lanjut dalam peraturan
tentang pemilihan.
BAB IX
TRANSFORMASI JEMAAT
Pasal 22
Transformasi GPIG
1. GPIG hidup dalam dunia yang terus berubah, karena itu
kepekaan terhadap perubahan membuat GPIG terbuka untuk
Penjelasan :
Cukup jelas
BAB X
KEPEMIMPINAN
PASAL 22
STRUKTUR GPIG
Struktur GPIG ditata dalam tiga aras yakni Jemaat, Wilayah dan
Sinode
Penjelasan :
Cukup jelas
PASAL 23
JEMAAT
1. Majelis Jemaat
a. Majelis Jemaat adalah persekutuan pelayanan yang
bertanggungjawab menggembalakan, mengatur dan
mengarahkan tugas panggilan dan fungsi gereja
dalam satu Jemaat.
PASAL 24
Wilayah
1. Sidang Majelis Wilayah
a. Sidang Majelis Wilayah adalah wadah pengambilan
keputusan tertinggi di Wilayah yang bertugas untuk
membahas, menggumuli, menjabarkan keputusan
Sidang Sinode untuk diimplementasikan dalam
pengembangan tugas, fungsi dan panggilan Gereja di
satu wilayah GPIG.
b. Sidang Majelis Wilayah dilaksanakan minimal satu
tahun sekali dan dihadiri oleh utusan Majelis Jemaat
PASAL 25
Sinode
1. Sidang Sinode/Sidang Sinode Istimewa
a. Sidang Sinode adalah perwujudnyataan keesaan
GPIG sebagai lembaga pengambilan keputusan
tertinggi dalam kepemimpinan GPIG dan bertugas
menggumuli, membahas, menetapkan pokok-pokok
tugas, fungsi dan panggilan pelayanan dalam
program GPIG.
b. Sidang Sinode merupakan wadah pengambilan
keputusan tertinggi dan bertugas membahas,
memutuskan mengenai ajaran Gereja, liturgi dan
dokumen-dokumen Gerejawi lainnya.
PASAL 26
PERANGKAT PELAYANAN
Perangkat Pelayanan terdiri dari pelayanan kategorial BIPRA
(Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja dan Anak), Badan Usaha/Yayasan,
Komisi Kerja, Panitia dan Kelompok/Tim Kerja di aras Jemaat,
Penjelasan :
Cukup jelas
BAB XI
DISIPLIN GEREJAWI
Pasal 27
1. Disiplin Gerejawi terdiri atas penggembalaan, penilikan dan
disiplin GPIG.
2. Disiplin Gerejawi berfungsi untuk memelihara panggilan dan
pengakuan serta kehidupan bergereja, agar tetap dalam
kesetiaan iman, kekudusan hidup dan ketaatan pada
panggilan dan pengakuan Gereja yang berlandaskan kasih
dan pelayanan Yesus Kristus.
Penjelasan :
1-2 Mzm. 23, Yeh. 34, Yoh. 10:1-24; 21:15-19, 1 Tim. 3:1-13, Tit. 1:5-16
BAB XII
HARTA MILIK
PASAL 28
1. Harta Milik adalah semua harta milik GPIG baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak yang pada
hakekatnya adalah milik Tuhan.
2. Harta milik GPIG yang bergerak adalah uang, surat
berharga, kendaraan dan barang berharga lainnya. Harta
yang tidak bergerak adalah berupa tanah dan bangunan
yang dikelola oleh Jemaat, Wilayah dan Sinode untuk
memenuhi tugas panggilannya.
BAB XV
URUTAN KEPUTUSAN
PASAL 29
Urutan Keputusan
1. Ketetapan dan Keputusan Sidang Sinode/Sidang
Sinode Istimewa.
2. Ketetapan dan Keputusan Sidang Tahunan Sinode.
3. Keputusan Badan Pekerja Majelis Sinode.
4. Keputusan Sidang Majelis Wilayah.
5. Keputusan Badan Pekerja Majelis Wilayah.
6. Keputusan Sidang Majelis Jemaat.
7. Keputusan Badan Pekerja Majelis Jemaat.
Penjelasan :
Cukup jelas
BAB XIII
PERUBAHAN TATA DASAR
Pasal 30
Perubahan
BAB XIV
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Peraturan-peraturan GPIG
Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Dasar ini yang perlu diatur
lebih lanjut akan diatur kemudian dalam peraturan-peraturan GPIG,
yang merupakan penjabaran yang tidak boleh bertentangan
dengan Tata Dasar ini.
Penjelasan :
Cukup jelas
Pasal 32
Pemberlakuan dan Penetapan
Penjelasan :
Cukup jelas
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
PERATURAN
TENTANG
TUGAS PANGGILAN DAN FUNGSI GEREJA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Tugas panggilan GPIG adalah menerima, menghidupi dan
memberitakan Injil Yesus Kristus yang bersumber dari Alkitab;
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, untuk mengabarkan suara
kenabian yaitu memberitakan Injil kepada segala ciptaan tentang
penebusan dan pengudusan Allah serta mewujudkan kasih,
kebenaran, keadilan, kerukunan, damai sejahtera dan sukacita dalam
kehidupan bergereja dan bermasyarakat.
Pasal 2
Fungsi Gereja
Fungsi gereja sebagai penatalaksanaan tugas panggilan GPIG adalah :
1. Melaksanakan Ibadah dan pelayanan Firman Tuhan untuk
membangun anggota-anggota Jemaat agar berakar, bertumbuh dan
berbuah sebagai murid Kristus.
2. Melaksanakan Sakramen Baptisan Kudus dan Sakramen Perjamuan
Kudus.
3. Melaksanakan Peneguhan dan Pemberkatan Nikah.
4. Melaksanakan Pendidikan dan Pembinaan Warga Gereja.
5. Melaksanakan Katekisasi bagi anggota-anggota Jemaat.
6. Melaksanakan Pelayanan penggembalaan.`
7. Melaksanakan Pelayanan diakonia.
8. Melaksanakan Transformasi Jemaat
9. Menjalin hubungan kerjasama dengan pemerintah, Gereja-gereja dan
lembaga Kristen serta agama-agama lain.
BAB II
IBADAH
Pasal 3
Ibadah Jemaat
1. Ibadah Jemaat dilaksanakan pada :
a. Hari-hari Minggu
b. Hari-hari Raya Gerejawi sesuai Tahun Gereja : Masa Advent, Hari
Raya Natal, Masa Sengsara, Hari Raya Jumat Agung, Hari Raya
Pasal 4
Pelayan Ibadah
1. Ibadah dilayani oleh Pendeta, Penatua, Diaken, Guru Agama, dan
Vikaris atau anggota Sidi Jemaat atau pengkhotbah lainnya yang
ditetapkan oleh Majelis Jemaat.
2. Pelayan Ibadah sudah mengikuti pelatihan penyampaian Firman
Tuhan, tidak sedang menjalankan disiplin gerejawi, tidak sedang
dalam permasalahan etika dan tidak sedang bermasalah dengan
hukum atas dirinya atau keluarga intinya.
3. Ibadah Perjamuan Kudus, Baptisan, Pernikahan dan Peneguhan Sidi
dilayani oleh Pendeta.
4. Pelayanan di gedung gereja dilaksanakan oleh Pendeta, Penatua,
Diaken atau pelayan lainnya yang ditugaskan atau disetujui oleh
Majelis Jemaat atau Majelis Sinode.
Pasal 5
Penumpangan tangan dan salam
1. Penumpangan tangan dilakukan oleh Pelayan Khusus pada waktu
menutup ibadah, sebagai tanda penganugerahan berkat.
2. Penumpangan tangan yang khusus dilakukan oleh Pendeta adalah
Baptisan, Pemberkatan nikah, Peneguhan Pendeta, Peneguhan Sidi
Jemaat, Peneguhan jabatan gereja, Pelantikan Panitia.
3. Penumpangan tangan yang dapat dilakukan oleh Penatua dan Diaken
adalah Peneguhan Sidi Jemaat.
4. Pada Pembukaan ibadah, Pelayan Khusus mengangkat tangan kanan
sebagai tanda salam.
5. Pada penutupan ibadah, Pelayan Khusus mengangkat tangan ke
depan memberikan berkat, tangan diturunkan sesudah nyanyian
Amin.
Pasal 6
Penempatan Vikaris
1. Penempatan Vikaris dilaksanakan dalam rangka menetapkan dan
memperkokoh keberadaan seseorang sebagai Vikaris.
Pasal 7
Peneguhan Pendeta
1. Peneguhan Pendeta dilaksanakan dalam rangka menyalurkan
wibawa kerasulan dan penganugerahan Roh serta penetapan
seseorang menjadi Pendeta.
2. Peneguhan pendeta dilaksanakan dalam suatu ibadah jemaat.
3. Penumpangan tangan dilakukan oleh para Pendeta.
4. Hal-hal lain berkaitan kependetaan diatur dalam peraturan Pelayan
Khusus dan Pekerja GPIG.
Pasal 8
Pelepasan Pendeta (Emeritus)
1. Pelepasan Pendeta dilaksanakan dalam rangka menetapkan seorang
Pendeta memasuki masa emeritus dan atau masa pensiun sebagai
pekerja tetap.
2. Pelepasan Pendeta dilaksanakan dalam suatu ibadah jemaat.
3. Pelepasan Pendeta dilaksanakan oleh Majelis Sinode.
4. Pendeta yang memasuki masa emeritus dan atau pensiun diberikan
dana pensiun.
5. Hal-hal lain berkaitan tentang pelepasan Pendeta diatur dalam
peraturan Pelayan Khusus dan Pekerja GPIG.
Pasal 9
Pelayanan Peneguhan dan Pemberkatan Nikah
1. Persekutuan hidup antara seorang laki-laki dengan seorang
perempuan (dan sebaliknya) yang meliputi segala bidang dan berlaku
seumur hidup atas dasar kasih dan kesetiaan.
2. Pasangan Nikah wajib mengikuti Katekisasi Pra Nikah sesuai dengan
materi buku Katekisasi Pra Nikah yang ditetapkan Majelis Sinode.
3. Secara prinsipil GPIG menganut keyakinan dan mempraktekkan pola
keluarga monogami dan menolak poligami.
Pasal 10
Pelayanan Ibadah Pemakaman
1. Pelayanan pemakaman dilaksanakan untuk :
a. Pemberitaan Firman Allah.
b. Meneguhkan, menguatkan dan menghibur keluarga yang
berduka cita.
c. Menyatakan kasih dan kuasa Yesus Kristus pada keluarga yang
ditinggalkan.
Pasal 11
Ibadah-ibadah lain
1. Ibadah-ibadah yang tidak tercantum dalam peraturan ini mengikuti
Buku Tata Ibadah yang ditetapkan oleh Majelis Sinode atau diatur
oleh Majelis Jemaat, dan atau Majelis Sinode, dengan tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GPIG.
2. Ibadah dalam Pelayanan Kategorial dilaksanakan sesuai ketetapan
masing-masing kategorial, dapat menggunakan Liturgi Kreatif
dengan memperhatikan elemen ibadah/unsur liturgikal dan tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GPIG.
BAB III
LITURGI
Pasal 12
Liturgi
Liturgi adalah ungkapan syukur gereja atas perjumpaan Allah dengan
manusia, yang dirayakan dalam persekutuan dengan sesama manusia dan
segenap ciptaan Allah.
Pasal 13
Tata Ibadah
1. Tata Ibadah GPIG disusun dalam buku Tata Ibadah GPIG dan Tata
Ibadah Pelengkap (Liturgi Kreatif) ditetapkan di Sidang
Sinode/Sidang Sinode Istimewa/Sidang Tahunan Sinode.
2. Tata ibadah adalah urutan elemen dalam ibadah (liturgical action)
yang mengekspresikan empat karakteristik ibadah yang baik, yaitu :
a. Menampilkan karakter dan karya Allah Tritunggal,
b. Mewujudkan natur ibadah yang dialogis antara gerakan dari
Tuhan kepada Jemaat dan gerakan dari Jemaat kepada Tuhan,
c. Merefleksikan kekayaan bahasa relasi kita dengan Tuhan,
d. Seimbang antara keteraturan (esensi) dan kebebasan (ekspresi
dan eksekusi).
3. Unsur-unsur Liturgikal (elemen) Tata Ibadah Minggu dan hari-hari
raya gerejawi meliputi Lima segmen, yaitu
Pasal 14
Atribut Gereja
Atribut Gereja adalah tanda kebersamaan dalam persekutuan, kesaksian,
pengajaran dan pelayanan.
Pasal 15
Jenis-jenis atribut
1. Atribut ibadah adalah perlengkapan yang dipakai pada saat-saat
ibadah, yang terdiri dari pakaian (jubah) liturgis bagi Pelayan Khusus,
stola Pelayan Firman, stola Pelayan Khusus, tatacara ibadah, mimbar,
alat sakramen, lambang-lambang tahun gerejawi dan simbol-simbol
yang digunakan dalam penataan ruang ibadah.
2. Atribut organisasi adalah tanda kehadiran dan keabsahan organisasi
GPIG, yang terdiri dari bendera, logo, stempel, papan nama, surat
baptis, surat sidi dan surat nikah.
3. Atribut-atribut lainnya adalah atribut umum yang dipakai di tempat
terbuka dan tidak terbatas pada kegiatan atau tempat tertentu saja.
Atribut-atribut yang tidak diatur dalam atribut ibadah dan atribut
Pasal 16
Pakaian liturgis, stola dan kain penutup mimbar
1. Pakaian liturgis Pendeta adalah toga berwarna hitam, toga berwarna
putih dan pakaian sipil resmi memakai colar.
2. Pakaian liturgis Penatua dan Diaken adalah toga berwarna ungu.
3. Stola dan kain penutup mimbar :
a. Stola dan kain penutup mimbar adalah tanda warna liturgis
yang terdiri beberapa warna (putih, merah, hijau, ungu, biru
muda dan hitam).
b. Stola dipakai oleh Pelayan Khusus pada saat melayani ibadah-
ibadah.
c. Kain penutup mimbar dipasang di depan mimbar.
4. Bentuk, warna dan cara penggunaan disesuaikan dengan
tahun gerejawi.
5. Bentuk, warna dan penggunaan pakaian liturgis pendeta, stola
dan kain penutup mimbar diatur lebih lanjut dalam Tata
Laksana tentang Atribut Gereja.
BAB IV
SAKRAMEN
Pasal 17
Sakramen
1. Sakramen adalah tanda dan materai yang ditetapkan oleh Allah
untuk menandai dan memateraikan janji-janji-Nya melalui kematian
dan kebangkitan Yesus Kristus.
2. GPIG mengakui dan melaksanakan dua sakramen yaitu sakramen
baptisan kudus dan sakramen perjamuan kudus.
Pasal 18
Baptisan Kudus
1. Sakramen baptisan kudus adalah tanda dan meterai yang tampak
dari anugerah Allah dalam ikatan perjanjian dengan Yesus Kristus dan
sekaligus sebagai ekspresi iman dari orang-orang percaya serta tanda
kesetiaan kepada Tuhan. Pelayanan sakramen baptisan kudus
diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa secara percik, dan
dilaksanakan hanya satu kali untuk selamanya.
2. Pelayanan baptisan kudus diperuntukkan kepada :
a. Anak-anak dari keluarga anggota Jemaat
b. Orang-orang dewasa yang belum dibaptis atau yang baru
percaya kepada Yesus Kristus.
3. Pelaksanaan baptisan kudus ditetapkan oleh Majelis Jemaat sesuai
kebutuhan.
4. Pelayanan baptisan kudus dilaksanakan dengan cara :
a. Memercikkan air di atas kepala.
b. Memercikan air pada kepala disertai ucapan dalam nama Bapa,
Anak dan Roh Kudus.
5. Baptisan pada dasarnya dilaksanakan di gedung gereja, dalam situasi
darurat baptisan dapat dilaksanakan di luar gedung gereja.
6. Saksi baptisan adalah anggota sidi jemaat GPIG dan atau anggota sidi
jemaat dari gereja seazas maksimal 12 orang.
Pasal 19
Perjamuan Kudus
1. Sakramen perjamuan kudus adalah tanda peringatan dan
persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus. Pelayanan perjamuan
kudus dilaksanakan bagi sidi jemaat.
2. Sakramen perjamuan kudus dilaksanakan 4 (empat) kali dalam
setahun, yaitu:
a. Jumat Agung.
b. HUT GPIG Bersinode.
c. Hari Perjamuan Kudus sedunia/Hari Pekabaran Injil
Indonesia.
d. Akhir tahun.
BAB V
PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN
Pasal 20
Pengertian dan tujuan
1. Pengertian Pendidikan dan Pembinaan:
Pendidikan dan Pembinaan adalah tugas Gereja yang dipercayakan
oleh Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja untuk mendidik dan
membina anggota-anggota jemaat agar berakar, bertumbuh dan
berbuah sebagai murid Kristus.
2. Tujuan Pelayanan Pendidikan dan Pembinaan:
Pendidikan dan Pembinaan bertujuan untuk memperlengkapi
orang-orang Kudus bagi pembangunan Tubuh Kristus (band. Efesus
4:12), agar mampu menjadi saksi- saksi Kristus dalam pembangunan
manusia dan segala ciptaan.
Pasal 21
Wujud
1. Pelayanan Pendidikan dan Pembinaan dilaksanakan dalam wujud :
a. Pembinaan warga gereja dan Pelayan-pelayan khusus melalui
seminar, lokakarya, kemah kerja, kelompok pendalaman
Alkitab dan konsultasi.
b. Pengajaran agama di sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi
berkoordinasi dengan pemerintah dan instansi terkait.
c. Pengajaran katekisasi.
d. Kurikulum pelayanan kategorial (BIPRA), mimbar gereja (roti
hidup, dll).
e. Penataran-penataran dan kursus-kursus serta latihan-latihan,
sekolah-sekolah gereja.
Pasal 22
Pengajaran Agama di Sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi
1. Pengajaran agama di sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi adalah
Pelayanan Gereja untuk lebih meningkatkan dan memantapkan
pengetahuan peserta didik tentang Firman Allah dan kebenaran-Nya.
2. Pengajaran Agama di sekolah-sekolah/Perguruan Tinggi adalah wujud
nyata daripada tanggung jawab gereja terhadap bangsa, negara dan
masyarakat untuk membangun manusia seutuhnya, melalui
kehidupan peserta didik.
3. Mempersiapkan peserta didik di sekolah/Perguruan Tinggi agar
mereka mampu menjadi saksi-saksi Kristus di tengah-tengah
pengalaman hidupnya sehari-hari.
Pasal 23
Katekisasi
1. Katekisasi adalah pemberitaan Injil oleh Gereja kepada anggota-
anggotanya dalam bentuk pengajaran untuk mendidik dan membina
anggota-anggota Jemaat agar bertumbuh dalam iman dan tanggung
jawabnya menuju kedewasaan penuh sebagai anggota gereja.
2. Katekisasi dilaksanakan untuk :
a. Baptisan
b. Peneguhan Sidi.
c. Nikah
d. Peneguhan Pendeta, Penatua dan Diaken
e. Pelantikan jabatan dalam Pelayanan (Majelis, Pengurus
Komisi/Kategorial).
3. Katekisasi sidi dan katekisasi pra nikah menggunakan Buku Katekisasi
yang diterbitkan Sinode GPIG.
Pasal 24
Pembinaan Warga Gereja
1. Penataran, Kursus dan Pelatihan dilaksanakan dengan tujuan untuk
memperlengkapi dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
warga gereja dan pelayan-pelayan gereja.
2. Penataran, Kursus dan Pelatihan dilaksanakan dalam lingkungan
Jemaat, Wilayah, Sinode, Nasional dan Internasional.
3. Penataran, kursus dan pelatihan diadakan dan dilaksanakan menurut
kebutuhan Jemaat, Wilayah dan Sinode.
4. Peserta penataran, kursus, pelatihan diadakan dan ditetapkan oleh :
Majelis Jemaat, Majelis Wilayah, Majelis Sinode dan Komisi Pelayanan
Kategorial.
Pasal 25
Penggembalaan
1. Melaksanakan pelayanan penggembalaan.`
a. Pelayanan Penggembalaan Gerejawi dilaksanakan atas dasar
perintah dan teladan Yesus Kristus sebagai Gembala yang baik.
b. Pelayanan penggembalaan Gerejawi dilaksanakan oleh dan
untuk semua warga gereja, khususnya dilaksanakan oleh
pelayan-pelayan khusus.
c. Pelayanan penggembalaan gerejawi dilaksanakan dalam kasih
persaudaraan.
d. Penggembalaan dilakukan baik lisan/online maupun tulisan
melalui pelayanan ibadah, perkunjungan, percakapan khusus,
dll.
2. Metode Pengembalaan yaitu
a. Penggembalaan umum dilaksanakan kepada anggota GPIG
sebagai satu persekutuan Jemaat untuk pertumbuhan dan
pendewasaan iman serta keutuhan GPIG.
b. Penggembalaan khusus dilaksanakan kepada anggota GPIG
yang bermasalah, bersifat pribadi dan merahasiakan
percakapan yang dilakukan. Penggembalaan khusus dengan
persekutuan atau badan dilaksanakan secara tertutup yang
hanya dihadiri oleh mereka yang berkepentingan.
Pasal 26
Pelayanan Diakonia
1. Pelayanan diakonia adalah upaya-upaya Gereja membantu warga
gereja dan warga masyarakat secara holistik baik spiritual, moril dan
material dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Pelayanan diakonia dilakukan dalam bentuk diakonia karitatif (belas-
kasih), transformatif (pemberdayaan), maupun reformatif
(pendampingan).
3. Pelayanan diakonia dijabarkan dalam bentuk program dan ditetapkan
dalam Sidang Tahunan Sinode.
BAB VI
TRANSFORMASI JEMAAT
Pasal 27
1. Semua anggota Jemaat, Pelayan Khusus dan Perangkat Pelayanan
GPIG di semua aras, hidup dalam dunia yang terus berubah, karena
itu, kepekaan terhadap perubahan, membuat GPIG terbuka untuk
terus-menerus memperbaharui diri (transformasi) dalam terang
Firman Allah, mendorong manusia untuk memelihara keutuhan
ciptaan Tuhan.
2. Transformasi GPIG diatur dalam penatalayanan dan program GPIG
yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) GPIG dan
kurikulum pelayanan yang berkesinambungan.
3. Bentuk-bentuk transformasi gereja
a. Digitalisasi penatalayanan gereja, seperti : Database Gereja,
Website, Multimedia, Media Sosial, dan kegiatan pelayanan
yang dilaksanakan secara daring.
b. Pelayanan yang relevan dan kontekstual menjawab tantangan
zaman dengan tidak bertentangan dengan pengakuan GPIG.
BAB VII
Hubungan Kerjasama dengan Pemerintah dan Lembaga lain
Pasal 28
1. GPIG menjalin kemitraan dengan Yayasan atau Lembaga lain di dalam
atau di luar negeri, sepanjang tidak bertentangan dengan panggilan
dan pengakuan GPIG.
2. GPIG melaksanakan panggilan Gereja dengan menjalin hubungan
kerjasama dengan penganut dan lembaga agama-agama lain.
3. Gereja dipanggil mempersiapkan warganya untuk berperan dalam
politik, agar berpikir, dan bertindak menyampaikan suara kenabian,
serta hadir sebagai garam dan terang, mengkritisi dan memberikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan politik.
PERATURAN
TENTANG JEMAAT
BAB I
PENGERTIAN JEMAAT
Pasal 1
Pengertian Jemaat
Jemaat adalah persekutuan orang-orang percaya karena tempat dan
fungsinya merupakan satu kesatuan pelayanan dalam lingkungan GPIG
yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan panggilan gereja untuk
bersekutu, bersaksi dan melayani dalam kasih. Jemaat dilayani oleh
Majelis Jemaat. :
BAB II
PANGGILAN DAN TUGAS PELAYANAN JEMAAT
Pasal 2
Panggilan Jemaat
1. GPIG dipanggil untuk bersekutu, bersaksi, dan melayani.
2. GPIG terpanggil untuk membangun, mempersatukan dan
memelihara keutuhan Gereja dan masyarakat.
Pasal 3
Tugas Jemaat
Tugas Jemaat adalah untuk membaharui, membangun dan
mempersatukan kehidupan iman Jemaat sampai mereka mencapai
kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Yesus Kristus,
kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus, melalui :
1. Melaksanakan pelayanan pekabaran Injil ke dalam maupun ke luar.
2. Melaksanakan sakramen baptisan kudus dan perjamuan kudus
sebagai pewujudnyataan karya penyelamatan Allah dalam Yesus
Kristus.
Ayat 3 Aturan Lama Dihapus:
BAB III
PERANGKAT PELAYANAN JEMAAT
Pasal 4
Majelis Jemaat
1. Majelis Jemaat adalah wadah berhimpun Pelayan Khusus yang terdiri
dari Pendeta, Penatua, Diaken, dan Guru Agama.
2. Periode Majelis Jemaat adalah lima tahun.
Penjelasan :
1 Majelis Jemaat terdiri dari Diaken & Penatua, yang dipilih dari oleh sidi-sidi Jemaat
dan Pendeta Pekerja Tetap GPIG yang diteguhkan dan ditetapkan dengan Surat
Keputusan BPMS GPIG serta ditempatkan pada suatu Jemaat.
2 Organisatoris menyangkut kepemimpinan, penataan, dan keteraturan dalam
pelayanan Jemaat.
3 Sesudahnya dapat dipilih kembali.
4 Pendeta dan Guru Agama yang non ASN/P3K.
Pasal 5
Perangkat Pelayanan Jemaat
Perangkat Pelayanan Jemaat terdiri dari :
1. Sidang Majelis Jemaat.
2. Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ).
3. Majelis Pertimbangan Jemaat (MPJ).
4. Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat (MP3J)
5. Kelompok Pelayanan Rumah Tangga atau Kolom/Rayon
6. Kelompok Pelayanan Usia Lanjut
7. Majelis Kolom/Rayon.
8. Pengurus Pelayanan Kategorial (PELKA) Bapak, Ibu, Pemuda,
Remaja, Anak (BIPRA) Jemaat.
9. Komisi yang dibentuk di Jemaat.
10. Panitia dan tim kerja yang dibentuk di Jemaat.
Penjelasan :
BAB IV
SIDANG MAJELIS JEMAAT
Pasal 6
1. Sidang Majelis Jemaat adalah wadah pengambilan keputusan Majelis
Jemaat untuk memutuskan dan menetapkan pokok-pokok tugas
panggilan, fungsi Gereja dan program kerja Jemaat berdasarkan
kebutuhan Jemaat serta keputusan Sidang Sinode, Sidang Tahunan
Sinode dan Sidang Majelis Wilayah.
2. Sidang Majelis Jemaat dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun
yang dihadiri oleh seluruh Mejelis Jemaat dan undangan BPMJ.
Pasal 7
Tugas Sidang Majelis Jemaat
1. Sidang Majelis Jemaat berwenang mengatur dan menetapkan pokok-
pokok tugas panggilan dan fungsi Gereja, program pelayanan serta
mengimplementasikan keputusan Sidang Sinode dan Sidang Majelis
Wilayah dalam program kerja Jemaat.
2. Membahas hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan panggilan
dan tugas Jemaat sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini.
3. Membahas pelaksanaan panggilan dan tugas Pelayan Khusus.
4. Membahas dan menetapkan serta memutuskan program dan
anggaran Jemaat baik tahunan maupun periodik.
5. Membahas, menggumuli, menetapkan keputusan yang bertalian
dengan pelaksanaan tugas Jemaat berdasarkan keputusan Sidang
Sinode dan Sidang Tahunan Sinode dan keputusan-keputusan lainnya
yang diputuskan dalam berbagai keputusan GPIG.
6. Membahas dan menetapkan program tahunan pelayanan Jemaat
yang disusun oleh BPMJ termasuk program pelayanan MPJ dan
MP3J, program pelayanan Pelka dan Komisi aras Jemaat yang
disusun oleh masing-masing Perangkat Pelayanan.
7. Membahas dan menetapkan serta memutuskan laporan BPMJ,
laporan MP3J dan pokok-pokok pikiran MPJ.
8. Memilih dan menetapkan BPMJ, MPJ dan MP3J.
Pasal 8
Peserta Sidang Majelis Jemaat
1. Peserta Sidang Majelis Jemaat ialah Pelayan Khusus GPIG dengan hak
suara memutuskan yaitu :
a. Para Diaken
b. Para Penatua
c. Pendeta Pekerja Tetap GPIG yang ditempatkan oleh BPMS di
Jemaat tersebut.
2. Sidang Majelis Jemaat dihadiri oleh undangan yang dapat berbicara
tetapi tidak memiliki hak suara memutuskan yaitu :
a. Semua anggota MPJ dan MP3J.
b. Sekretaris dan bendahara pengurus PELKA BIPRA.
c. Ketua, Sekretaris dan bendahara komisi dan panitia yang
dibentuk oleh BPMJ.
d. Pendeta emiritus
e. BPMS dan BPMW sebagai ex-offisio.
f. Undangan lainnya.
Pasal 9
Pimpinan Sidang Majelis Jemaat
Sidang Majelis Jemaat dipimpin oleh Ketua BPMJ sebagai pimpinan
persidangan dan Sekretaris persidangan adalah Sekretaris atau wakil
Sekretaris BPMJ.
Pasal 10
Tata Tertib Sidang Majelis Jemaat
1. K o r u m :
a. Sidang Majelis Jemaat menjadi sah jika dihadiri oleh lebih dari
setengah jumlah peserta yang berhak suara memutuskan.
b. Apabila tidak korum, maka sidang ditunda selambat-lambatnya
tujuh hari. Sidang yang ditunda ini dapat mengambil keputusan
tanpa memperhatikan jumlah yang hadir.
Penjelasan :
2 Pemungutan suara hanya dapat ditempuh dalam keadaan yang luar biasa dan harus
disetujui oleh lebih dari setengah jumlah peserta yang berhak suara memutuskan
yang hadir. Pemungutan suara mengenai seseorang harus dilakukan secara rahasia
dan tertulis.
Pasal 11
Pertemuan Sidi – Sidi Jemaat
1. Pertemuan sidi-sidi Jemaat berfungsi membicarakan pelaksanaan
pelayanan dan tugas panggilan sidi Jemaat sebagai evaluasi dan
usulan kepada Majelis Jemaat.
2. Pertemuan sidi-sidi Jemaat bersifat konsultatif dan keputusan
diambil melalui Sidang Majelis Jemaat.
3. Pertemuan sidi-sidi jemaat bisa juga sebagai wadah untuk pemilihan
Diaken dan Penatua.
BAB V
BADAN PEKERJA MAJELIS JEMAAT
Pasal 12
Badan Pekerja Majelis Jemaat
Badan Pekerja Majelis Jemaat adalah mandataris Sidang Majelis Jemaat
untuk memimpin pelaksanaan tugas sehari-hari serta mewakili Jemaat ke
dalam dan ke luar di lingkup Jemaat GPIG dan bertanggung jawab kepada
Sidang Majelis Jemaat.
Pasal 13
Komposisi Badan Pekerja Majelis Jemaat
Komposisi BPMJ adalah sebagai berikut :
Pasal 14
Kriteria
Kriteria pemilihan BPMJ dilakukan berdasarkan ketentuan seperti yang
dimaksud dalam Peraturan Tentang Pemilihan.
Pasal 15
Tugas Badan Pekerja Majelis Jemaat
1. BPMJ merupakan mandataris Sidang Majelis Jemaat dan
mengimplementasikan Program pelayanan Wilayah dan Sinode.
2. BPMJ mewakili Jemaat ke dalam dan ke luar di lingkup Jemaat GPIG
dan bertanggung jawab kepada Sidang Majelis Jemaat.
3. Mempersiapkan, menyusun dan memimpin Sidang Majelis Jemaat
serta pertemuan Sidi Jemaat.
4. Mempersiapkan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
kerja dan keuangan pada Sidang Majelis Jemaat untuk dibahas dan
ditetapkan.
5. Menyampaikan konsep program dan anggaran Jemaat untuk satu
tahun pelayanan kepada Sidang Majelis Jemaat.
6. Melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Majelis Jemaat.
7. Mengambil keputusan/kebijakan pada saat-saat mendesak yang
belum sempat ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat dan
melaporkannya untuk disahkan pada Sidang Majelis Jemaat
berikutnya.
8. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas semua bidang
pelayanan di Jemaat dan menyelenggarakan administrasi Jemaat.
9. Mengangkat dan menetapkan Komisi, Panitia, Tim Kerja, Pegawai
Gereja dan Pengurus PELKA BIPRA Jemaat dengan Surat Keputusan.
10. Membuat laporan keuangan setiap bulan dan di wartakan kepada
jemaat.
Pasal 16
Pembagian Tugas Badan Pekerja Majelis Jemaat
BPMJ melaksanakan tugasnya secara kolektif kolegial, namun untuk
efektifitas dan efesiensi pelaksanaannya, perlu adanya pembagian tugas
sebagai berikut :
1. K e t u a :
a. Memimpin pembukaan dan penutupan Sidang Majelis Jemaat dan
memimpin rapat BPMJ serta pertemuan sidi-sidi Jemaat.
b. Bersama-sama dengan BPMJ lainnya menangani masalah
kemajelisan dan keJemaatan.
c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas Jemaat baik program
dan anggarannya agar tetap berpedoman pada Tata Gereja yang
berlaku dan sesuai dengan penetapan Sidang Sinode dan Sidang
Tahunan Sinode.
d. Bersama-sama dengan Sekretaris melakukan penatalayanan surat
umum dan surat keputusan serta mewakili Jemaat ke dalam dan
ke luar.
e. Bersama-sama dengan Bendahara mengatur keuangan Jemaat
dan penatalayanan surat surat yg menyangkut
perbendaharaan Jemaat.
2. S e k r e t a r i s :
a. Memimpin sekretariat Jemaat .
b. Menyelenggarakan buku Daftar Anggota Jemaat, Data Statistik,
Buku Notulen, Buku Keputusan, Buku Agenda, Buku Inventaris
dan Peraturan-Peraturan Gereja.
c. Memelihara serta mendokumentasikan semua dokumen serta
surat-surat berharga lainnya.
d. Bersama dengan Ketua mengkoordinasikan serta menjadwalkan
kegiatan pelayanan.
e. Bersama dengan Ketua menandatangani surat umum dan surat
keputusan.
3. B e n d a h a r a :
4. A n g g o t a :
Disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan penetapan Sidang
Majelis Jemaat.
5. Jika posisi Ketua, Sekretaris dan Bendahara didampingi oleh seorang
wakil, maka tugas wakil adalah :
a. Membantu tugas dari yang diwakilinya.
b. Menggantikan tugas yang diwakilinya, jika berhalangan.
c. Atau dapat ditambah dengan tugas lain sesuai penetapan Sidang
Majelis Jemaat.
Penjelasan :
Kolektif Kolegial adalah Kepemimpinan yang dalam pengambilan keputusan secara
bersama-sama dan dilakukan secara setara tanpa ada pendapat yang bobotnya lebih
tinggi dari yang lain.
Pasal 17
Pelaksanaan Tugas BPMJ
1. BPMJ melaksanakan tugas secara bersama-sama sebagai
perwujudan kepemimpinan secara kolektif kolegial.
2. Mengadakan rapat secara teratur sekali setiap bulan atau sesuai
kebutuhan.
Pasal 18
Periode Pelayanan BPMJ
1. Periode pelayanan Badan Pekerja Majelis Jemaat adalah lima tahun.
2. Pengisian lowong dilakukan berdasarkan peraturan tentang
pemilihan.
BAB VI
MAJELIS PERTIMBANGAN JEMAAT
Pasal 19
Pengertian
Majelis Pertimbangan Jemaat adalah wadah kepemimpinan Jemaat yang
dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat dan merupakan
lembaga yang independen.
Pasal 20
Komposisi Majelis Pertimbangan Jemaat
Majelis Pertimbangan Jemaat terdiri dari :
1. Ketua merangkap anggota.
2. Sekretaris merangkap anggota.
3. A n g g o t a .
Pasal 21
Kriteria dan Masa Pelayanan Majelis Pertimbangan Jemaat
1. Kriteria MPJ adalah berdasarkan Peraturan tentang Pemilihan.
2. Periode pelayanan MPJ adalah lima tahun.
Pasal 22
Tugas Majelis Pertimbangan Jemaat
Majelis Pertimbangan Jemaat melaksanakan tugasnya sebagai berikut :
BAB VII
MAJELIS PEMERIKSA & PEMBINA PERBENDAHARAAN
JEMAAT
Pasal 23
Pengertian
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat adalah wadah
kepemimpinan Jemaat yang dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Majelis
Jemaat dan merupakan wadah yang independen untuk menata
perbendaharaan Jemaat.
Pasal 24
Komposisi
Komposisi Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan sebagai
berikut:
1. Ketua merangkap anggota.
2. Sekretaris merangkap anggota.
3. A n g g o t a .
Pasal 25
Kriteria dan Masa Pelayanan
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat
1. Kriteria MP3J adalah berdasarkan Peraturan Tentang Pemilihan
MP3J.
2. Periode pelayanan MP3J adalah lima tahun.
Pasal 26
Tugas Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Jemaat melakukan
tugas sebagai berikut :
1. Pembinaan : Memberi petunjuk, bimbingan dan saran agar
pengelolaan perbendaharaan di lingkungan Jemaat dapat
berlangsung secara tertib, terbuka sehingga berhasil guna dan
berdaya guna bagi pelayanan.
2. Pemeriksaan : Meneliti keabsahan buku-buku keuangan dan bukti-
bukti pendukung realisasi anggaran belanja dan pendapatan,
inventaris dan surat-surat berharga lainnya agar sesuai peraturan
yang berlaku.
3. Pengawasan : Meneliti dan mencegah kemungkinan terjadinya
kebijakan dalam pengelolaan yang tidak sesuai dengan Tata Gereja.
4. Penggembalaan : Menolong memberikan jalan keluar kepada
pengelola perbendaharaan dalam setiap permasalahan yang
berdasarkan temuan yang dapat menghambat pengelolaan
perbendaharaan Jemaat. Berkaitan dengan masalah etika, MP3J
memberikan rekomendasi kepada Pelayan Khusus untuk melakukan
penggembalaan.
Pasal 27
Sasaran dan Tujuan
1. Sasaran :
a. Kepada para pengelola perbendaharaan yakni BPMJ,
Kolom/Rayon, Pengurus PELKA BIPRA, Komisi-Komisi, Panitia dan
Tim Kerja di lingkup Jemaat yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan BPMJ.
b. Pengelolaan perbendaharaan, yakni cara-cara pengurusan
perbendaharaan Jemaat yang meliputi : pembukuan,
penganggaran tata laksana penyetoran keuangan, penggunaan
dan pertanggungjawaban serta realisasi anggaran.
2. Tujuan :
Untuk menciptakan pengelola dan pengelolaan perbendaharaan
yang sesuai dan berdasarkan Tata Gereja.
Pasal 28
Pertanggung Jawaban MP3J
MP3J mempertanggung-jawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Jemaat.
Pasal 29
Kewajiban dan hak MP3J
Kewajiban MP3J adalah :
1. Menjadwalkan pelaksanaan tugas sebagai realitas program yang
telah ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat dengan
memperhatikan urutan prioritas pada sasaran yang sangat
membutuhkan.
2. Setiap kali mengadakan pemeriksaan, membuat berita acara
pemeriksaan kas dan laporan hasil pemeriksaan disertai catatan
pembinaan dan menyampaikannya kepada yang diperiksa dan
selanjutnya dilaporkan kepada Sidang Majelis Jemaat.
3. Bertanggung-jawab atas laporan-laporan yang dibuatnya sambil
memegang rahasia jabatan dari temuannya pada pihak-pihak yang
tidak berkepentingan.
Hak MP3J adalah :
1. Meminta keterangan secara lisan maupun tertulis dari pengelola
perbendaharaan atau siapa saja yang terkait dalam rangka tugas
penggembalaan dan pengawasan.
2. Memeriksa buku-buku keuangan yang ada serta catatan-catatan lain
yang bertalian dengan data keuangan.
3. Melalui Ketua BPMJ mengundang anggota-anggota BPMJ untuk
mengadakan rapat bersama sambil membicarakan temuan-temuan
yang ada, serta memberikan saran, pendapat dan usul mengenai
upaya sebagai tindak lanjut penyelesaian temuan yang dimaksud.
4. Program kegiatan MP3J dianggarkan dalam program Jemaat.
BAB VIII
PEKERJA GEREJA
Pasal 30
Pengertian dan Tugas
Pekerja Gereja adalah warga Gereja atau anggota Sidi Jemaat yang
bekerja untuk menata administrasi Gereja dan atau pelayanan lainnya di
lingkup Jemaat, masing-masing ditetapkan dengan Surat Keputusan
BPMJ.
Penjelasan :
Yang dimaksud Pekerja gereja antara lain yang menata administrasi Gereja atau
pekerja kantor dan kostor. Tugas-tugas dan biaya hidup Pekerja Gereja diatur oleh
BPMJ melalui persetujuan Sidang Majelis Jemaat. Masa tugas kostor mengikuti
periode pelayanan dan atau sesuai Keputusan Sidang Majelis Jemaat.
BAB IX
KELOMPOK PELAYANAN JEMAAT
Pasal 31
Pengertian
Kelompok pelayanan Jemaat yang dimaksud dalam bab ini adalah Kolom
atau Rayon dan PELKA BIPRA, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Kolom adalah pembagian kelompok persekutuan anggota Jemaat
dari satu Jemaat dalam satu lingkungan desa/kelurahan, atau
beberapa desa/kelurahan dalam satu kecamatan.
2. Rayon adalah pembagian kelompok persekutuan anggota Jemaat
dari satu Jemaat dalam lingkungan beberapa kecamatan dalam satu
kota/kabupaten, atau beberapa kota/kabupaten dalam satu provinsi.
3. PELKA BIPRA adalah pembagian pelayanan berdasarkan kelompok
kategorial, yang terdiri dari Pelayanan Kategorial Pria/Kaum Bapak,
Pelayanan Kategorial Wanita/Kaum Ibu, Pelayanan Kategorial
Pemuda, Pelayanan Kategorial Remaja dan Pelayanan Kategorial
Anak Sekolah Minggu.
Pasal 32
Syarat-syarat pembentukan Kolom atau Rayon
Pembentukan Kolom atau Rayon dalam Jemaat dapat dilakukan dengan
memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pembentukan Kolom atau Rayon didasari atas jumlah kepala
keluarga dan lokasi tempat tinggal anggota Jemaat.
BAB X
KOMISI KERJA, PANITIA DAN TIM KERJA
Pasal 33
Komisi Kerja
Untuk kepentingan pelayanan di Jemaat, dapat dibentuk Komisi Kerja
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Komisi kerja adalah badan atau kelompok yang dibentuk di Jemaat
untuk mengatur, melaksanakan, mengembangkan suatu bidang atau
program yang ditetapkan di Sidang Majelis Jemaat.
2. Komisi Kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ sesuai
kebutuhan.
3. Keanggotaan Komisi Kerja diangkat dari para anggota Sidi Jemaat di
Jemaat tersebut.
4. Tugas Komisi Kerja ditetapkan bersama dengan BPMJ.
5. Dalam melaksanakan tugas Komisi Kerja mempertanggungjawabkan
tugas kepada BPMJ.
6. Komisi Kerja yang dibentuk sebelum melaksanakan tugasnya dilantik
dalam suatu ibadah Jemaat.
7. Masa pelayanan Komisi Kerja sama dengan masa pelayanan BPMJ.
Penjelasan :
2.Yang dimaksud anggota Sidi Jemaat dalam hal ini, termasuk Majelis Jemaat
Pasal 34
Panitia Dan Tim Kerja
Untuk kepentingan pelaksanaan program pelayanan di Jemaat, dapat
dibentuk panitia pelaksana dan tim kerja dengan ketentuan sebagai
berikut :
BAB XI
PENATALAYANAN
Pasal 35
Pelaksanaan Tugas
Pelaksanaan tugas Jemaat hendaklah ditata secara terpadu, berdaya
guna dan berhasil guna melalui rangkaian kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan dalam Sidang
Majelis Jemaat, rapat BPMJ atau rapat masing–masing Perangkat
pelayanan Jemaat.
Pasal 36
Administrasi Jemaat
Administrasi Jemaat adalah suatu kegiatan yang mengatur tentang
administrasi Gereja dan diatur lebih lanjut dalam Tata Laksana
Administrasi Gereja
Pasal 37
Harta Milik
1. Semua harta milik yang bergerak dan tidak bergerak adalah milik
GPIG yang pengurusannya dilaksanakan oleh BPMS dan
didokumentasikan di kantor Sinode.
2. Semua harta milik seperti yang dimaksud pada butir satu di atas
didaftarkan dalam buku inventaris GPIG.
3. Harta milik GPIG yang tidak bergerak di Jemaat diatur berdasarkan
persyaratan hukum.
4. Pengalihan hak atas harta benda yang tidak bergerak yang ada di
Jemaat harus dengan keputusan Sidang Sinode atau Sidang Tahunan
Sinode dalam keabsahan Surat Keputusan BPMS GPIG.
5. Peralihan harta milik yang tidak bergerak sehubungan dengan jual–
beli maka harus dibentuk panitia berdasarkan Surat Keputusan
BPMS GPIG.
6. Pengelolaan harta milik Gereja bergerak dan tidak bergerak yang
berada di Jemaat dikelola oleh BPMJ, tidak dapat dipinjamkan
kepada siapapun.
7. Apabila terjadi pembubaran Jemaat karena kondisional, maka segala
harta milik yang bergerak dan tidak bergerak yang ada di Jemaat
diambil alih oleh BPMS sebagai mandataris Sidang Sinode.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai harta milik bergerak dan tidak
bergerak di atur dalam peraturan tentang perbendaharaan.
BAB XII
PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN
DAN BERAKHIR STATUS SATU JEMAAT
Pasal 38
Pembentukan Suatu Jemaat
Pembentukan suatu Jemaat GPIG dilakukan dalam Sidang Sinode atau
Sidang Tahunan Sinode berdasarkan syarat-syarat dan penetapannya
melalui Surat Keputusan BPMS.
Pasal 39
Status Jemaat
1. Jemaat Mandiri
2. Jemaat Persiapan
Penjelasan :
1 Jemaat Mandiri adalah Jemaat yang sudah mampu menata pelayanan dan organisasi.
Kemandiriannya tidak terlepas dari kebersamaan secara sinodal.
2 Jemaat Persiapan adalah Jemaat yang dalam proses menuju Jemaat Mandiri .
Pasal 40
Syarat–Syarat Berdirinya Jemaat
Syarat berdirinya suatu Jemaat adalah :
1. Minimal dua belas Kepala Keluarga atau dua puluh empat jiwa.
2. Memiliki tempat beribadah.
3. Memiliki daftar keanggotaan Jemaat.
4. Persiapan ke Jemaat mandiri selama tiga tahun.
Pasal 41
Pembentukan Jemaat Baru
1. Pembentukan Jemaat Baru dilakukan karena :
a. Terjadinya pemukiman baru.
b. Pemekaran Jemaat.
c. Penggabungan Jemaat.
2. Persyaratan :
a. Lingkungan pelayanannya tidak berada dalam lingkungan dari
Jemaat GPIG yang sudah ada.
b. Jumlah Kepala Keluarga minimal dua belas KK.
c. Memenuhi proses tahapan pelembagaan.
d. Pertimbangan dan penilaian BPMS.
e. Bukan didasarkan pada masalah atau konflik.
3. Berdasarkan pertimbangan BPMS selanjutnya dilaporkan dalam
Sidang Tahunan Sinode atau Sidang Sinode untuk pengambilan
keputusan.
4. Apabila persyaratan tersebut di atas tidak dapat dipenuhi oleh salah
satu Jemaat, maka ada kebijaksanaan oleh BPMS berdasarkan
penugasan Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
Pasal 42
Pembentukan Karena Pemukiman Baru
Pelembagaannya dilakukan melalui proses sebagai berikut :
1. BPMJ mengumpulkan data mengenai jumlah KK, jumlah anggota,
asal usul, kebutuhan dan lain-lain yang dianggap perlu.
2. Data tersebut disampaikan oleh BPMJ yang diketahui oleh BPMW
kepada BPMS dengan mencantumkan pertimbangan kelayakan atau
saran dan usul jika terdapat pertimbangan lain.
3. BPMS setelah meneliti secara langsung tentang kemungkinan
dibentuknya satu Jemaat, menugaskan BPMW untuk melakukan
upaya-upaya persiapan dan selanjutnya melayani Jemaat persiapan
tersebut.
4. Setelah seluruh persiapan selesai, BPMW melaporkan serta
menyampaikan usul tentang pembentukan Jemaat kepada BPMS
yang selanjutnya mengagendakannya untuk dibahas dan ditetapkan
dalam Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
5. Penetapan menjadi Jemaat dilakukan dengan Surat Keputusan BPMS
dan peresmiannya dilakukan dalam suatu ibadah Jemaat.
6. Jika persyaratan pembentukan Jemaat tidak dipenuhi dan atau
terdapat pertimbangan ketidaklayakan maka anggota-anggota
Jemaat di tempat itu dilayani oleh Majelis Jemaat yang terdekat
sebagai Jemaat Persiapan.
Pasal 43
Pembentukan Karena Pemekaran
Pemekaran hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan pada
kepentingan peningkatan pelayanan dan proses pelembagaannya
dilakukan sebagai berikut :
1. Usul pemekaran dilakukan oleh sidi-sidi Jemaat Kepada BPMJ,
kemudian di bahas dan diputuskan dalam Sidang Majelis Jemaat
dengan mengikutsertakan pertimbangan dan tujuan pemekaran,
jumlah KK, daftar anggota dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
2. Data tersebut disampaikan oleh BPMJ dan diketahui oleh BPMW
kepada BPMS dengan mencantumkan pertimbangan kelayakan atau
saran dan usul jika terdapat pertimbangan lain.
Pasal 44
Pembentukan Jemaat di Lingkungan Tertentu
1. Jemaat dalam lingkungan tertentu adalah persekutuan orang-orang
yang menyatakan diri sebagai anggota GPIG karena diikat oleh
kesamaan misi, fungsi dan atau profesi tertentu seperti GPIG Bait’El
Kota Gorontalo, GPIG Satya Wacana Liluwo dan lain-lain.
2. Pembentukan Jemaat sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini diatur
dalam Keputusan BPMS tentang Pembentukan Jemaat dalam
Lingkungan Tertentu.
Pasal 45
Penggabungan Jemaat
Penggabungan dilakukan jika Jemaat atau Jemaat-jemaat yang
bersangkutan tidak lagi dapat melakukan tugas panggilannya. Proses
pelembagaan sebagai berikut :
1. Usul penggabungan dilakukan oleh Majelis Jemaat yang
berkepentingan setelah melalui pembahasan dalam pertemuan sidi-
sidi Jemaat masing-masing atau oleh BPMW setelah melalui proses
oleh Majelis Jemaat dan pertemuan sidi-sidi Jemaat masing-masing.
2. Jika mufakat telah dicapai, usul penggabungan disampaikan kepada
BPMS dengan melampirkan berita acara kesepakatan, data statistik
selengkapnya baik mengenai keanggotaan, kemajelisan dan harta
milik masing-masing Jemaat.
Pasal 46
Berakhirnya Status Satu Jemaat
1. Berakhirnya status satu Jemaat terjadi jika :
a. Terjadi penggabungan.
b. Terjadi perpindahan ke tempat lain sehingga kelayakan sebagai
satu Jemaat tidak terpenuhi lagi.
c. Setelah diteliti dengan cermat ternyata tidak lagi memenuhi
tugas-tugas panggilannya sebagai Jemaat GPIG seperti yang
dimaksud dalam Tata Dasar dan dalam peraturan ini, walaupun
telah diupayakan penggembalaan dan penilikan seperti yang
dimaksud dalam peraturan tentang penggembalaan dan disiplin.
2. Berakhirnya status satu Jemaat secara adminitratif diputuskan dalam
Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode dengan Surat Keputusan
BPMS.
3. Semua harta milik GPIG dalam hal pembubaran dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam pengaturan ini dan pengurusannya
diambil alih oleh BPMS berdasarkan ketentuan seperti yang
dimaksud dalam peraturan ini.
BAB XIII
PENYELESAIAN PERMASALAHAN
Pasal 47
Motivasi
Bila terjadi permasalahan dalam tubuh Majelis Jemaat ataupun anggota-
anggota Jemaat, maka semua pihak wajib melaksanakan penyelesaian
secara Gerejawi.
Pasal 48
Cara Penyelesaian
1. Permasalahan dalam tubuh Majelis Jemaat diselesaikan dengan cara :
a. Mengadakan penggembalaan kepada yang bersangkutan
dan menggumulinya secara bersama dalam Sidang Majelis
Jemaat .
b. Jika cara tersebut pada butir a belum berhasil, maka Sidang
Majelis Jemaat menunjuk beberapa anggota Majelis Jemaat
menjadi Tim Penggembalaan untuk membatasi
berkembangnya masalah tersebut dan memanggil mereka
yang bermasalah baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama untuk meyelesaikan permasalah tersebut dan
hasilnya dilaporkan kepada Sidang Majelis Jemaat dalam
suatu berita acara.
c. Jika penyelesaian pada butir b belum berhasil maka Majelis
Jemaat menyerahkan penyelesaiannya kepada BPMW dan
jika perlu melanjutkannya kepada BPMS.
d. Penyelesaian yang diupayakan oleh BPMS adalah
penyelesaian akhir yang wajib ditaati oleh pihak yang
bermasalah.
2. Permasalahan di antara anggota Jemaat diselesaikan dengan cara :
a. Oleh Majelis Jemaat yang secepatnya mengatasi
permasalahan tersebut dan menempuh upaya-upaya
penyelesaiannya.
b. Jika upaya Majelis Jemaat belum berhasil maka dilanjutkan
kepada BPMW dan jika perlu diteruskan untuk diselesaikan
oleh BPMS.
PERATURAN
TENTANG WILAYAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Wilayah adalah perwujudan nyata persekutuan Jemaat-jemaat GPIG yang
secara teritorial berada di Wilayah tertentu, yang bertanggung jawab atas
penyelenggaraan panggilan gereja untuk bersekutu, bersaksi dan
melayani dalam kasih. Wilayah dilayani oleh Majelis Wilayah.
BAB II
MAJELIS WILAYAH DAN PERANGKAT PELAYANAN
WILAYAH
Pasal 2
Majelis Wilayah
Yang dimaksudkan dengan Majelis Wilayah adalah :
1. Wadah berhimpun Pelayan Khusus Jemaat yang ada di Wilayah
sebagai wujud keesaan GPIG.
2. Kelengkapan pelayanan di lingkup wilayah yang melaksanakan
kepemimpinan GPIG di Wilayah tersebut.
Pasal 3
Perangkat Pelayanan Wilayah
Perangkat Pelayanan di lingkungan Wilayah terdiri dari :
Pasal 4
Sidang Majelis Wilayah
Sidang Majelis Wilayah adalah wadah pengambilan keputusan di Wilayah
dalam pengembangan tugas panggilan gereja yang dihadiri oleh seluruh
perwakilan Majelis Jemaat yang berada di Wilayah dan undangan BPMW.
Pasal 5
Tugas Sidang Majelis Wilayah
Tugas Sidang Majelis Wilayah :
1. Membahas, menggumuli, menjabarkan keputusan Sidang Sinode
dan keputusan Sidang Tahunan Sinode.
2. Membahas, menggumuli, menetapkan program dan anggaran
secara strategis dan spesifik yang mengacu pada keputusan Sidang
Sinode dan Sidang Tahunan Sinode untuk dilaksanakan secara
bersama-sama persekutuan Jemaat yang ada di wilayah tersebut
termasuk memperhatikan kebutuhan jemaat di wilayah masing-
masing.
3. Memilih Badan Pekerja Majelis Wilayah, sesuai dengan peraturan
tentang pemilihan.
4. Membahas dan menggumuli permasalahan yang timbul di antara
dua persidangan di dalam Jemaat yang ada di lingkup Wilayah
tersebut.
5. Membahas dan menetapkan program tahunan pelayanan jemaat
yang disusun oleh BPMW termasuk program pelayanan PELKA dan
Komisi aras wilayah yang disusun oleh masing-masing Perangkat
Pelayanan.
6. Membahas dan mensahkan laporan pertanggungjawaban program
kerja dan anggaran tahunan BPMW selama kurun waktu 1 tahun dan
1 Periode.
Pasal 6
Pasal 7
Peserta Sidang Majelis Wilayah
Peserta Sidang Majelis Wilayah terdiri dari :
1. Peserta berhak untuk berbicara dan memutuskan yaitu :
a. Badan Pekerja Majelis Jemaat.
b. Badan Pekerja Majelis Wilayah.
c. Ketua PELKA BIPRA Wilayah.
2. Peserta berhak untuk berbicara tanpa hak suara memutuskan yaitu :
a. Sekretaris dan Bendahara Pelayanan Kategorial BIPRA lingkup
Wilayah.
b. Komisi, Panitia dan Tim Kerja Wilayah.
c. BPMS & MP3S sebagai ex-offisio (pendamping karena
jabatannya).
d. Undangan BPMW.
Pasal 8
Pimpinan Sidang Majelis Wilayah
1. Pimpinan Sidang Majelis Wilayah adalah BPMW.
2. Sekretaris Sidang Majelis Wilayah adalah Sekretaris/Wakil Sekretaris
BPMW.
Pasal 9
Tata Tertib Sidang Majelis Wilayah
1. Korum:
a. Sidang Majelis Wilayah dinyatakan sah jika dihadiri oleh lebih
dari setengah jumlah peserta yang berhak memutuskan.
Pasal 10
Masa Pelayanan Majelis Wilayah
1. Masa pelayanan Majelis Wilayah adalah lima tahun.
2. Pengisian lowong dilakukan berdasarkan Peraturan Tentang
Pemilihan.
BAB III
BADAN PEKERJA MAJELIS WILAYAH
Pasal 11
Pengertian
Badan Pekerja Majelis Wilayah adalah kepemimpinan kolektif kolegial
yang adalah mandataris Majelis Wilayah untuk melaksanaan tugas sehari-
hari di wilayah tersebut dan mewakili BPMS di wilayah serta berfungsi
sebagai koordinator dan dinamisator bagi Jemaat yang ada di wilayah
tersebut.
Penjelasan :
Kolektif Kolegial adalah Kepemimpinan yang dalam pengambilan keputusan secara
bersama-sama dan dilakukan secara setara tanpa ada pendapat yang bobotnya
lebih tinggi dari yang lain.
Pasal 12
Komposisi
Komposisi BPMW terdiri dari :
1. Ketua adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap yang ditetapkan dan
ditempatkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja Majelis Sinode.
2. Wakil Ketua adalah seorang Penatua.
3. Sekretaris dan Wakil Sekretaris adalah seorang Penatua.
4. Bendahara adalah seorang Diaken atau Penatua.
5. Jumlah BPMW minimal tiga orang dan maksimal tujuh orang
berdasarkan kebutuhan Wilayah tersebut.
Pasal 13
Kriteria
Kriteria pemilihan BPMW dilakukan berdasarkan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Tentang Pemilihan.
Pasal 14
Tugas Badan Pekerja Majelis Wilayah
1. Melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Sinode dan keputusan
Sidang Tahunan Sinode.
2. Melaksanakan keputusan-keputusan Sidang Majelis Wilayah.
3. Mempersiapkan dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
kerja dan keuangan pada Sidang Majelis Wilayah untuk dibahas dan
ditetapkan.
4. Mempersiapkan dan menyampaikan program kerja dan rencana
anggaran belanja dan pendapatan untuk tahun pelayanan
mendatang kepada Sidang Majelis Wilayah untuk dibahas dan
ditetapkan.
5. Membuat laporan keuangan setiap 3 (tiga) bulan dan disampaikan di
Sidang Majelis Wilayah atau Rapat Wilayah
6. Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas
pelayanan Jemaat dalam Wilayah.
7. Menyelenggarakan administrasi pelayanan di Wilayah.
8. Bersama BPMS bertanggung jawab atas persekutuan Jemaat di
Wilayahnya.
Pasal 15
Pembagian Tugas Badan Pekerja Majelis Wilayah
BPMW melaksanakan tugasnya secara kolektif namun untuk efektifitas
dan efesiensi pelaksanaannya, perlu adanya pembagian tugas sebagai
berikut:
1. K e t u a :
a. Memimpin pembukaan dan penutupan Sidang Majelis Wilayah,
dan memimpin rapat BPMW.
b. Melaksanakan tugas penggembalaan untuk hal-hal khusus
kemajelisan dan Jemaat.
c. Mengatur agar semua keputusan dan pelaksanaannya
berpedoman pada Tata Gereja yang sesuai dengan penetapan
Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode.
d. Bersama dengan Sekretaris menandatangani surat umum serta
mewakili wilayahnya ke dalam dan ke luar.
e. Bersama dengan bendahara mengatur keuangan wilayah dan
penatalayanan surat-surat yang menyangkut perbendaharaan.
2. S e k r e t a r i s :
a. Bersama dengan Ketua memimpin sekretariat Wilayah .
b. Menyelenggarakan buku keputusan, buku notulen, buku
statistik.
c. Memelihara, mengurus serta mendokumentasikan semua
naskah dan dokumen serta surat-surat berharga lainnya.
d. Bersama dengan Ketua mengkoordinasikan serta
menjadwalkan kegiatan pelayanan bagi Jemaat-Jemaat.
Pasal 16
Rapat Badan Pekerja Majelis Wilayah
1. Rapat BPMW adalah wujud kepemimpinan secara kolektif kolegial.
2. Pelaksanaan rapat BPMW dilaksanakan sekali secara teratur setiap
bulan atau berdasarkan kebutuhan.
Penjelasan :
1 Kolektif Kolegial adalah kepemimpinan yang dalam pengambilan keputusan secara
bersama-sama dan dilakukan secara setara tanpa ada pendapat yang bobotnya lebih
tinggi dari yang lain.
Pasal 17
Masa Pelayanan Badan Pekerja Majelis Wilayah
1. Masa pelayanan Badan Pekerja Majelis Wilayah adalah lima Tahun.
2. Pengisian lowong dilakukan berdasarkan Peraturan Tentang
Pemilihan.
BAB IV
PENATALAYANAN & PEDOMAN PELAYANAN
Pasal 18
Penatalayanan
Untuk dapat melaksanakan tugas panggilan GPIG di wilayah, Badan
Pekerja Majelis Wilayah melaksanakan penatalayan organisasi,
administrasi, personalia dan perbendaharaan.
Pasal 19
Pedoman Pelayanan
Setiap pelaksanaan tugas perlu ditata secara terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna melalui rangkaian perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan dalam sidang
maupun rapat kerja.
Pasal 20
Administrasi Wilayah
Setiap wilayah mempunyai kantor dengan segala perlengkapannya untuk
:
1. Mengurus, menyelesaikan dan menyimpan administrasi pelayanan
Jemaat-Jemaat di semua bidang kegiatan.
2. Menata dan menyimpan segala arsip Wilayah.
3. Menyimpan semua harta milik yang layak disimpan di kantor Wilayah.
Pasal 21
Harta Milik
1. Harta milik GPIG yang bergerak/tidak bergerak yang ada di
Jemaat/Wilayah harus didaftarkan dalam daftar inventaris GPIG,
tidak dapat dipinjamkan kepada siapapun.
2. Pemilikan harta benda GPIG yang tidak bergerak yang ada di
Jemaat/Wilayah harus diurus/ditetapkan berdasarkan persyaratan
hukum dan pelaksanaannya oleh BPMW bersama dengan BPMJ yang
ada di Wilayah tersebut.
3. Pengalihan hak atas harta milik, baik bergerak maupun tidak
bergerak harus dengan keputusan Sidang Sinode atau Sidang
Tahunan Sinode yang pengabsahannya berdasarkan Surat
Keputusan BPMS.
4. Pengendalian pengelolaan harta milik GPIG yang berada di Wilayah
dilakukan oleh BPMW berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
BAB V
KOMISI KERJA, PANITIA DAN TIM KERJA
Pasal 22
Komisi Kerja
Untuk kepentingan pelayanan di Wilayah, dapat dibentuk komisi kerja
dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Komisi kerja Wilayah adalah badan atau kelompok tugas yang
dibentuk Wilayah untuk mengatur, melaksanakan dan
mengembangkan suatu bidang atau program yang ditetapkan di
Sidang Majelis Wilayah.
2. Komisi kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan Badan Pekerja
Majelis Wilayah yang diangkat dari para Pelayan Khusus dan sidi
Jemaat di Wilayah.
3. Rencana pelayanan Komisi kerja yang dibentuk dibahas dan
diputuskan dalam pertemuan bersama BPMW.
4. Komisi kerja harus dilantik dalam suatu ibadat Jemaat.
5. Komisi kerja yang dibentuk oleh BPMW mempertanggung-jawabkan
tugas kepada BPMW.
Pasal 23
Panitia Dan Tim Kerja
Untuk kepentingan program pelayanan di Wilayah, dapat dibentuk panitia
pelaksana dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Panitia pelaksana Wilayah adalah kelompok tugas yang terdiri dari
unsur KSB (Ketua, Sekretaris dan Bendahara) dilengkapi perangkat
pelayanan bidang-bidang, dibentuk untuk melaksanakan suatu
kegiatan atau acara tertentu di Wilayah, seperti panitia
penggalangan dana, panitia perayaan Paskah Wilayah, dll.
2. Tim kerja Wilayah adalah kelompok tugas yang terdiri dari
Ketua/Koordinator, Sekretaris dan Anggota, di bentuk untuk suatu
kegiatan atau proyek di Wilayah, seperti tim kerja musik gereja, tim
kerja rekonsiliasi, dll.
3. Panitia pelaksana dan tim kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan
BPMW yang diangkat dari para Pelayan Khusus dan sidi Jemaat di
Wilayah.
4. Rencana kerja panitia pelaksana dan tim kerja yang dibentuk dibahas
dan ditetapkan dalam pertemuan dengan BPMW.
5. Panitia pelaksana dan tim kerja harus dilantik dalam suatu ibadah
Jemaat.
6. Panitia pelaksana dan tim kerja yang dibentuk oleh BPMW
mempertanggung jawabkan tugas kepada BPMW.
7. Masa pelayanan panitia pelaksana dan tim kerja ditetapkan sesuai
Surat Keputusan.
BAB VI
PEMBENTUKAN DAN PEMEKARAN WILAYAH
Pasal 24
Pembentukan
Pembentukan satu Wilayah baru bila terjadi pemukiman baru dalam satu
Wilayah tertentu, yang memungkinkan untuk dibentuk satu Wilayah, yang
minimal terdiri dari tiga Jemaat Mandiri.
Pasal 25
Pemekaran
1. Pemekaran wilayah dilakukan demi pengembangan, peningkatan
pelaksanaan tugas-tugas pelayanan, baik di Jemaat maupun di
wilayah itu sendiri.
2. Pemekaran dapat dilakukan atas usul BPMW atau Badan Pekerja
Majelis Sinode yaitu :
a. Badan Pekerja Majelis Wilayah setelah mendapat persetujuan
Majelis Wilayah, mendatakan semua yang dibutuhkan untuk
pemekaran tersebut, menyangkut jumlah Jemaat, jumlah
anggota/sidi/kepala keluarga masing-masing Jemaat, kemajelisan
dan lingkungan pelayanan.
b. Menjelang Sidang Tahunan Sinode, BPMW menyampaikan
pengusulan pembentukan wilayah baru tersebut disertai alasan,
pertimbangan data statistik serta kelayakan untuk selanjutnya di
bahas dalam Sidang Tahunan Sinode dan oleh BPMS diagendakan
menjadi pokok bahasan dan ditetapkan dalam Sidang Sinode.
c. Sementara proses pelembagaan berjalan maka tugas pelaksanaan
pelayanan masih tetap di tangani oleh BPMW yang dimekarkan.
d. Setelah Wilayah baru mendapat pengesahan Sidang Sinode,
BPMS menerbitkan Surat Keputusan dan peresmian berdirinya
wilayah tersebut dilakukan dalam suatu ibadat Jemaat di salah
satu Jemaat dalam wilayah yang baru itu.
BAB VII
PERMASALAHAN
Pasal 26
Penyelesaian Permasalahan
Bila terjadi permasalahan di lingkup Wilayah, maka penyelesaiannya
dengan memperhatikan Peraturan Tentang Disiplin Gerejawi.
Pasal 27
Cara Penyelesaian Permasalahan
1. Apabila upaya penyelesaian permasalahan belum berhasil, maka
BPMS setelah menerima masukan dari BPMW dan mendengarkan
PERATURAN
TENTANG
SINODE
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Sinode adalah perwujudan nyata persekutuan dan keesaan seluruh
Jemaat GPIG yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan panggilan
gereja untuk bersekutu, bersaksi dan melayani dalam kasih. Sinode
dilayani oleh Majelis Sinode.
BAB II
MAJELIS SINODE DAN PERANGKAT PELAYANAN SINODE
Pasal 2
Majelis Sinode
Majelis Sinode adalah wadah berhimpun semua Pelayan Khusus/Presbiter
Jemaat-Jemaat GPIG.
Pasal 3
Majelis Sinode dan Perangkat Pelayanan Sinode
Di lingkungan sinode terdiri dari :
1. Sidang Sinode.
2. Sidang Sinode Istimewa.
3. Sidang Tahunan Sinode.
4. Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS).
5. Majelis Pertimbangan Sinode (MPS).
6. Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode (MP3S)
7. Pengurus PELKA BIPRA Sinode.
8. Komisi yang dibentuk oleh BPMS.
9. Pengurus yayasan yang dibentuk dan ditetapkan oleh BPMS.
10. Panitia dan Tim Kerja yang dibentuk oleh BPMS.
BAB III
SIDANG SINODE
Pasal 4
Pengertian
1. Sidang Sinode adalah pesta iman bagi GPIG dan sebagai
perwujudnyataan keesaan GPIG serta sebagai lembaga pengambilan
keputusan dalam ruang lingkup aras Sinode dan bertugas
menggumuli, membahas, menetapkan pokok-pokok program GPIG.
2. Sidang Sinode membahas dan memutuskan mengenai ajaran Gereja,
liturgi dan dokumen-dokumen Gerejawi lainnya.
3. Sidang Sinode bertugas untuk memilih BPMS, MPS, dan MP3S GPIG.
4. Sidang Sinode dilaksanakan sekali dalam lima Tahun.
5. Jika dibutuhkan dapat dilaksanakan pra sidang sebelum pelaksanaan
Sidang Sinode yang dihadiri oleh perwakilan yang diundang oleh
BPMS untuk membahas rancangan keputusan Sidang Sinode
Pasal 5
Peserta Sidang Sinode
Peserta Sidang Sinode terdiri dari :
1. Utusan Jemaat.
2. Pendeta dan Guru Agama Pekerja Tetap dan Pekerja Tidak Tetap
GPIG.
3. BPMS, MPS, MP3S.
4. Utusan wilayah yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara
BPMW atau anggota BPMW yang diberi mandat oleh BPMW.
5. Ketua, Sekretaris, Bendahara PELKA BIPRA lingkup Sinode.
6. Pengurus dan pengawas yayasan yang dibentuk oleh Sinode GPIG.
7. Komisi yang dibentuk oleh Sinode GPIG.
8. Vikaris GPIG
9. BPMS Am GPI sebagai ex-officio.
10. Undangan BPMS.
Penjelasan :
1 Utusan Jemaat berdasarkan perbandingan jumlah jiwa anggota Jemaat; yakni < 50
jiwa, 1 utusan. 51 – 200 jiwa, 2 utusan. Di atas 201 jiwa, 3 utusan. Dan punya hak suara
memutuskan.
Pasal 6
Hak Suara Memutuskan
1. Hak suara memutuskan pada Sidang Sinode adalah utusan Jemaat.
2. Peserta pada poin 2 s/d 10 seperti yang dimaksud dalam peraturan ini
mempunyai hak untuk berbicara tetapi tidak berhak memutuskan.
Pasal 7
Tugas dan Wewenang Sidang Sinode
1. Membahas dan menetapkan pokok-pokok ajaran GPIG, yang di
dalamnya adalah tata Gereja dan tata Ibadah GPIG.
2. Membahas dan mensahkan laporan pertanggung-jawaban BPMS.
3. Membahas dan mensahkan laporan pertanggung-jawaban dan
pokok-pokok pikiran MP3S.
4. Membahas dan menggumuli pokok-pokok pikiran MPS.
5. Menggumuli, membahas, menyusun dan menetapkan program
umum, program anggaran belanja dan pendapatan GPIG untuk kurun
waktu lima tahun.
6. Menyelesaikan masalah yang timbul di antara dua Sidang Sinode.
7. Memilih dan menetapkan BPMS.
8. Memilih dan menetapkan MPS.
9. Memilih dan menetapkan MP3S.
Pasal 8
Pimpinan Sidang Sinode
1. Sidang Sinode di buka oleh Ketua BPMS dan ditutup oleh Ketua
BPMS terpilih.
2. Sekretaris persidangan adalah Sekretaris/Wakil Sekretaris BPMS.
3. Sidang Sinode dipimpin oleh majelis pesidangan yang terdiri dari tiga
orang yang diusulkan oleh BPMS dari peserta yang berhak suara
memutuskan dan ditetapkan dalam Sidang Sinode.
4. Majelis persidangan didampingi oleh BPMS.
Pasal 9
Tata Tertib Sidang Sinode
Peserta Sidang Sinode seperti yang dimaksud dalam peraturan ini :
1. Utusan Jemaat wajib menunjukkan surat
kredensi/rekomendasi/mandat dari BPMJ.
2. BPMS, MPS, MP3S, Pendeta dan Vikaris, Ketua, Sekretaris dan
Bendahara PELKA lingkup Sinode, Yayasan dan Komisi yang dibentuk
oleh GPIG dan utusan wilayah, wajib menghadiri dan mengikuti
setiap agenda Sidang Sinode.
3. Setiap peserta hanya dapat berbicara setelah diijinkan oleh pimpinan
sidang.
4. Peserta wajib membatasi diri hanya pada pokok yang sedang
dibicarakan dan hanya diperkenankan berbicara sebanyak dua kali
untuk satu pokok bahasan.
5. Pimpinan sidang berhak menegur dan mengarahkan pembicaraan
apabila dipandang menyimpang dari pokok pembicaraan.
6. Dalam setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah
mufakat.
7. Peserta dengan hak suara memutuskan, menggunakan satu suara
dalam pengambilan ketetapan dan keputusan serta pemilihan.
8. Sidang Sinode dapat dilaksanakan dan dapat mengambil keputusan
jika dihadiri oleh setengah ditambah satu jumlah peserta pengambil
keputusan.
Pasal 10
Bentuk-bentuk Sidang Sinode
1. Sidang Paripurna
2. Sidang Seksi
3. Sidang Panitia Nominasi.
Pasal 11
Penyelenggaraan Sidang Sinode
1. Sidang Sinode diselenggarakan sekali dalam lima tahun.
2. Sidang Sinode diselenggarakan oleh BPMS, BPMW, seluruh Jemaat
se-GPIG dan panitia yang dibentuk oleh BPMS.
BAB IV
SIDANG SINODE ISTIMEWA
Pasal 12
Pengertian
1. Sidang Sinode Istimewa adalah wadah pengambilan keputusan yang
sama dengan Sidang Sinode yang bertugas untuk memutuskan hal-
hal yang bersifat darurat dan mendesak, yang tidak dapat
ditangguhkan sampai pada Sidang Sinode berikut.
2. Sidang Sinode Istimewa dapat dilakukan berdasarkan usulan dari
minimal dua per tiga Jemaat yang tersebar di setengah tambah satu
wilayah GPIG melalui Sidang Tahunan Sinode atau Sidang Sinode.
3. Prosedur persidangan pada dasarnya sama dengan Sidang Sinode.
4. Menyangkut tugas dan wewenang persidangan disesuaikan dengan
pokok materi sidang.
BAB V
SIDANG TAHUNAN SINODE
Pasal 13
Pengertian
1. Sidang Tahunan Sinode adalah wadah pengambilan keputusan
operasional dalam struktur GPIG dengan tugas untuk mengumuli,
membahas dan menetapkan program spesifik dan anggaran tahunan
sebagai penjabaran dari keputusan sidang sinode.
2. Sidang Tahunan Sinode adalah persidangan yang dilaksanakan setiap
tahun.
6. Jika dibutuhkan dapat dilaksanakan pra sidang sebelum pelaksanaan
Sidang Tahunan Sinode yang dihadiri oleh perwakilan yang diundang
oleh BPMS untuk membahas rancangan keputusan Sidang Sinode
Pasal 14
Peserta Sidang Tahunan Sinode
Peserta Sidang Tahunan Sinode terdiri dari :
1. BPMS, MPS, MP3S dan PELKA BIPRA lingkup Sinode.
2. Utusan wilayah yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara
BPMW atau anggota BPMW yang diberi mandat oleh BPMW.
3. Komisi dan yayasan yang dibentuk oleh GPIG.
4. Pendeta dan Guru Agama Pekerta Tetap & Tidak Tetap
5. Vikaris
6. Undangan BPMS.
Pasal 15
Tugas dan Wewenang Sidang Tahunan Sinode
1. Memahami, menggumuli dan membahas serta menetapkan laporan
pertanggung-jawaban BPMS dalam satu tahun.
2. Membahas laporan Wilayah-wilayah.
Pasal 17
Pimpinan Sidang Tahunan Sinode
1. Sidang Tahunan Sinode dibuka dan ditutup oleh Ketua BPMS.
2. Sidang Tahunan Sinode dipimpin oleh BPMS.
3. Sekretaris persidangan adalah Sekretaris BPMS.
4. Pimpinan komisi dan panitia ditetapkan oleh sidang.
Pasal 18
Tata Tertib Sidang Tahunan Sinode
1. Dalam setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawara
mufakat.
2. Sidang Tahunan Sinode dapat dilaksanakan dan dapat mengambil
keputusan jika dihadiri oleh setengah ditambah satu jumlah peserta
pengambil keputusan.
3. Jika kehadiran peserta pengambil keputusan kurang dari pada jumlah
peserta, maka Sidang ditunda satu hari. Setelah ditunda, maka sidang
dapat dilaksanakan dan dapat mengambil keputusan yang sah dan
mengikat.
Pasal 19
Bentuk – Bentuk Sidang Tahunan Sinode
Sidangan Tahunan Sinode dilaksanakan dalam bentuk :
1. Sidang Paripurna.
2. Sidang Seksi.
3. Sidang Panitia.
Penjelasan :
3 Sidang Panitia dilaksanakan jika terjadi pengisian lowong dalam BPMS, untuk jabatan
selain Ketua BPMS.
Pasal 20
Penyelenggaraan Sidang Tahunan Sinode
Sidang Tahunan Sinode diselenggarakan oleh BPMS, Jemaat, Wilayah dan
panitia yang ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS.
BAB VI
BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE
Pasal 21
Pengertian
Badan Pekerja Majelis Sinode adalah mandataris Sidang Sinode yang
bertugas untuk memimpin pelaksanaan tugas sehari-hari GPIG dan
mewakili GPIG di dalam dan di luar lingkungan GPIG.
Pasal 22
Komposisi Badan Pekerja Majelis Sinode
Komposisi Badan Pekerja Majelis Sinode terdiri dari :
1. K e t u a
2. Wakil Ketua I
3. Wakil Ketua II
4. Wakil Ketua III
5. S e k r e t a r i s
6. Wakil Sekretaris
7. Bendahara
Pasal 23
Tugas dan Wewenang Badan Pekerja Majelis Sinode
1. Mewujudkan Tri tugas panggilan gereja dengan berpedoman pada
Tata Gereja GPIG.
2. Membina dan membimbing semua perangkat pelayanan GPIG.
3. Melaksanakan dan menjabarkan keputusan Sidang Sinode dan
Sidang Tahunan Sinode.
4. Mengkoordinir tugas dan pengurusan semua perangkat pelayanan
GPIG.
5. Membina dan memelihara hubungan yang harmonis dan serasi di
semua lingkup pelayanan.
6. Menyampaikan semua keputusan Sidang Sinode dan Sidang Tahunan
Sinode kepada Jemaat melalui BPMW.
7. Meningkatkan ketatalayanan Gereja di dalam kehidupan Jemaat dan
Wilayah.
8. Mewakili GPIG dalam hubungan permasalahan hukum dengan pihak
lain.
9. Menyelesaikan semua permasalahan dan perselisihan yang tidak
terselesaikan oleh BPMJ dan BPMW.
10. Mengangkat, menetapkan, meneguhkan, memutasikan,
mempensiunkan, memberikan disiplin Gereja dan memberhentikan,
kepada Pelayan Khusus dan Pendeta, Guru Agama Pekerja Tetap
serta mempersiapkan calon Pendeta melalui masa Vikariat.
Pasal 24
Pembagian Tugas Badan Pekerja Majelis Sinode
1. Pembagian tugas BPMS adalah sebagai berikut:
1.1. K e t u a yang adalah seorang Pendeta bertugas :
a. Penanggungjawab umum kepemimpinan GPIG.
b. Memimpin rapat-rapat BPMS.
c. Bersama dengan BPMS lainnya mewakili GPIG ke dalam dan
ke luar sepanjang hal itu bertalian dengan bidang masing-
masing.
d. Melaksanakan tugas penggembalaan umum
e. Bersama-sama dengan Bendahara mengatur keuangan
Sinode dan menandatangani surat surat yg menyangkut
perbendaharaan
1.2. Wakil Ketua I, yang adalah seorang Pendeta membidangi
persekutuan (Koinonia). Bertugas menggembalakan,
mengendalikan dan mengawasi bidang yang menyangkut ajaran,
ibadah dan Tata Gereja, urusan Jemaat, Wilayah dan Pendeta
Pekerja Tetap GPIG.
1.3. Wakil Ketua II, yang adalah seorang Penatua membidangi
kesaksian (Marturia). Bertugas menggembalakan,
mengendalikan dan mengawasi bidang yang menyangkut
urusan pelayanan PELKA BIPRA, Pekabaran Injil dan Oikumene
serta pendidikan.
1.4. Wakil Ketua III, yang adalah seorang Diaken membidangi
pelayanan (Diakonia). Bertugas menggembalakan,
mengendalikan dan mengawasi bidang yang menyangkut
Pasal 25
Pelaksanaan Tugas Badan Pekerja Majelis Sinode
Pelaksanaan tugas BPMS :
1. Melaksanakan tugas secara kolektif kolegial dan diwujudkan
berdasarkan pembagian tugas BPMS.
2. Setiap pelaksanaan tugas BPMS, dipertanggung-jawabkan pada
Sidang Tahunan Sinode dan Sidang Sinode.
3. Dilaksanakan dalam fungsi gembala, nabi, pengajar dan fungsi
organisatoris berdasarkan jabatan struktur yang dipercayakan
kepadanya.
Pasal 26
Periode Pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode
1. Satu periode pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode adalah lima
Tahun.
2. Jika terjadi kelowongan dalam tubuh BPMS maka pengisiannya
dilakukan melalui Sidang Tahunan Sinode. Secara khusus bagi : Wakil
Ketua I, II, III Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Bendahara. Dan untuk
Ketua, melalui Sidang Sinode Istimewa.
Penjelasan :
2 Jika kekosongan jabatan BPMS, di tahun terakhir periode pelayanan maka pengisian
jabatan dapat ditetapkan dalam Sidang Tahunan Sinode dan atau dalam rapat
lengkap BPMS, MPS dan MP3S.
BAB VII
MAJELIS PERTIMBANGAN SINODE
Pasal 27
Pengertian
Majelis Pertimbangan Sinode adalah wadah kepemimpinan GPIG yang
dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Sinode dan merupakan lembaga yang
independen yang bertugas memberi pertimbangan kepada persekutuan
GPIG.
Pasal 28
Komposisi Majelis Pertimbangan Sinode
Majelis Pertimbangan Sinode terdiri dari :
1. Ketua merangkap Anggota.
2. Sekretaris merangkap Anggota.
3. A n g g o t a.
Pasal 29
Kriteria dan Masa Pelayanan Majelis Pertimbangan Sinode
1. Kriteria MPS adalah berdasarkan pada Peraturan Tentang Pemilihan.
2. Periode pelayanan MPS adalah lima tahun.
Pasal 30
Tugas Majelis Pertimbangan Sinode
Majelis Pertimbangan Sinode memberikan pertimbangan,
penggembalaan dan pokok-pokok pikiran secara kritis, konseptual, dan
strategis, sehubungan dengan permasalahan dan pengembangan
pelayanan GPIG, diminta atau tidak diminta.
BAB VIII
MAJELIS PEMERIKSA DAN PEMBINA PERBENDAHARAAN
SINODE
Pasal 31
Pengertian
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode adalah wadah
kepemimpinan GPIG yang dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Sinode
adalah wadah independen yang bertugas untuk membina, memeriksa
mengawasi dan menggembalakan dalam rangka menata perbendaharaan
GPIG.
Pasal 32
Tugas Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan Sinode
Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan Sinode melakukan tugas
sebagai berikut :
1. Pembinaan : Memberi petunjuk, bimbingan dan saran agar
pengelolaan perbendaraan GPIG di masing-masing lingkungan dapat
berlangsung secara tertib, terbuka sehingga berhasil guna dan
berdaya guna bagi pengurusan pelayanan.
2. Pemeriksaan : Memeriksa keabsaan buku-buku keuangan dan bukti-
bukti pendukung realisasi anggaran belanja dan pendapatan,
Pasal 33
Ruang Lingkup Kerja MP3S
1. Para pengelola perbendaharaan yakni BPMS dan BPMW, PELKA
BIPRA, yayasan dan badan lainnya aras Sinode dan Wilayah ataupun
perorangan yang ditunjuk dengan Surat Keputusan BPMS dan
BPMW.
2. Pengelolaan perbendaharaan yakni cara-cara pengurusan
perbendaharaan GPIG yang meliputi : pembukuan, penganggaran
tata laksana penyetoran keuangan, penggunaan dan pertanggung-
jawaban serta realisasi anggaran.
3. Tujuan kerja untuk menciptakan pengelola dan pengelolaan
perbendaharaan yang sesuai dan berdasarkan Tata Gereja.
4. Untuk mendukung kegiatan dan tugas MP3S, maka dapat diangkat
seorang tenaga staf yang melakukan tugas administrasi MP3S.
5. MP3S mempertanggung-jawabkan tugasnya kepada Sidang Tahunan
Sinode dan Sidang Sinode pada setiap akhir periode.
6. Program kerja dan anggaran belanja MP3S ditetapkan dalam Sidang
Tahunan Sinode berdasarkan rencana yang diajukan oleh MP3S
melalui BPMS.
Pasal 34
Kewajiban dan Hak MP3S
Kewajiban MP3S adalah :
1. Menjadwalkan pelaksanaan tugas sebagai realitas program yang
telah ditetapkan dalam Sidang Tahunan Sinode atau Sidang Majelis
BAB IX
PENATALAYANAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN
Pasal 35
Penatalayanan
Untuk dapat melaksanakan tugas panggilan GPIG, BPMS melaksanakan
penatalayanan organisasi, administrasi, personalia dan perbendaharaan
Pasal 37
Kantor Sinode, Rumah Dinas Sinode dan Tata Usaha
1. Demi kelancaran pelayanan BPMS dan perangkat pelayanan sinode
GPIG dibangun kantor Sinode GPIG dan fasilitas perkantoran di
dalamnya :
a. Tempat kerja BPMS dan perangkat pelayanan sinode.
b. Mengurus, menyelesaikan serta menyimpan administrasi
pelayanan Jemaat dan Wilayah se GPIG.
c. Mengurus, menyelesaikan serta menyimpan arsip surat harta
milik dan surat-surat berharga Jemaat, wilayah dan sinode.
d. Menjadi pusat pelayanan dalam hubungan kerja dengan
Jemaat, masyarakat, pemerintah, Gereja mitra dan gerakan
Oikumene.
2. Rumah dinas sinode adalah pastori sebagai tempat tinggal para
Pendeta yang ditetapkan sebagai BPMS dan BPMS non Pendeta yang
ditetapkan dengan keputusan rapat BPMS.
3. Dalam rangka kelancaran kerja pelayanan di kantor sinode, di angkat
pegawai pekerja tetap sinode dengan Surat Keputusan BPMS. Biaya
hidup pegawai pekerja tetap sinode diatur mengikuti aturan tentang
Pendeta Pekerja Tetap.
Pasal 38
Harta Milik
1. Harta milik GPIG yang bergerak maupun tidak bergerak yang berada
di Jemaat, Wilayah dan Sinode harus di daftarkan dalam daftar
Inventaris GPIG.
2. Keabsahan hak atas harta milik GPIG yang bergerak maupun tidak
bergerak, yang berada di Jemaat, Wilayah dan Sinode harus diurus
serta ditetapkan berdasarkan persyaratan hukum yang berlaku dan
pelaksanaannya oleh BPMS GPIG.
3. Harta milik GPIG yang bergerak maupun tidak bergerak tidak dapat
dipinjamkan kepada siapapun.
4. Pengalihan hak atas harta milik GPIG, baik bergerak maupun tidak
bergerak harus dengan keputusan Sidang Sinode atau Sidang
Tahunan Sinode yang pengabsahannya berdasarkan Surat Keputusan
BPMS GPIG.
5. Pengendalian pengelolaan harta milik GPIG yang berada di Jemaat,
Wilayah dan Sinode dilakukan oleh BPMS, dalam pengawasan MP3S.
6. Pengurusan harta milik GPIG dapat dilaksanakan oleh Komisi Kerja
atau Tim Kerja di lingkup Jemaat, Wilayah dan Sinode yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan di masing-masing lingkup.
7. Segala pengurusan harta milik GPIG dengan pemerintah atau
lembaga lainnya di luar GPIG, harus disertai rekomendasi dan atau
surat kuasa BPMS.
8. Pangaturan selanjutnya tentang harta milik diatur dalam Peraturan
Tentang Perbendaharaan.
BAB X
YAYASAN, BADAN USAHA, KOMISI KERJA, PANITIA DAN TIM KERJA
Pasal 39
Yayasan, Badan Usaha dan Komisi Kerja
1. Dalam rangka pelaksanaan dan perwujudan dari Tri Tugas Panggilan
Gereja, maka BPMS GPIG dapat mendirikan yayasan dan badan usaha
untuk melayani Jemaat dan masyarakat.
2. Yayasan dan badan usaha yang didirikan harus mengikuti undang-
undang yang berlaku.
3. Pengurus dan pengawas yayasan dipilih dari antara Pelayan Khusus
dan anggota sidi Jemaat, yang memiliki kemampuan untuk
mengelola yayasan, ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS GPIG.
4. Masa tugas pengurus yayasan disesuaikan dengan periode pelayanan
BPMS.
Pasal 40
Komisi Kerja
Untuk kepentingan pelayanan Gereja, dapat dibentuk komisi kerja Sinode
GPIG dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Komisi kerja Sinode adalah badan atau kelompok yang dibentuk
Sinode untuk mengatur, melaksanakan dan mengembangkan suatu
bidang atau program yang ditetapkan Majelis Sinode.
2. Komisi kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS GPIG, yang
diangkat dari antara pelayan khusus dan atau anggota sidi Jemaat
GPIG.
3. Program komisi kerja sinode dibahas bersama dengan BPMS .
4. Komisi kerja sinode dilantik dalam suatu ibadah Jemaat.
5. Komisi kerja mempertanggungjawabkan kerja pelayanannya kepada
BPMS.
6. Masa tugas komisi kerja sinode sama dengan periode pelayanan
BPMS.
Pasal 41
Panitia dan Tim Kerja
Untuk kepentingan pelaksanaan program sinode GPIG, dapat dibentuk
panitia dan atau tim kerja dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Panitia pelaksana Sinode adalah kelompok tugas yang terdiri dari
unsur Ketua, Sekretaris, Bendahara dan bidang-bidang, dibentuk
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau acara tertentu di aras
Sinode, seperti panitia HUT GPIG Bersinode, panitia pemilihan, dll.
2. Tim kerja Sinode adalah kelompok tugas yang terdiri dari
Ketua/Koordinator, Sekretaris dan anggota, dibentuk untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau proyek tertentu di aras Sinode,
seperti tim kerja revisi tata gereja, tim kerja kurikulum, dll.
3. Panitia dan atau tim kerja ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS,
yang diangkat dari antara pelayan khusus dan anggota sidi Jemaat
GPIG.
4. Program kerja panitia dan atau tim kerja yang dibentuk, dibahas dan
ditetapkan dalam pertemuan dengan BPMS.
5. Panitia dan atau tim kerja dilantik dalam suatu ibadah Jemaat.
PERATURAN
TENTANG
PELAYANAN KATEGORIAL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Dalam melaksanakan hakikat dan wujud Gereja, seperti yang
dimaksud dalam Tata Dasar, maka dibentuk wadah pelayanan
kategorial.
2. Pelayanan Kategorial adalah perangkat pelayanan menurut ketegori
di aras Jemaat, Wilayah dan Sinode.
Pasal 2
Jenis Pelayanan Kategorial
Pelayanan Kategorial terdiri dari :
1. Pria/Kaum Bapak, yaitu warga Jemaat laki-laki yang telah berusia 35
tahun ke atas atau warga Jemaat laki-laki yang telah
berkeluarga/sudah menikah disebut PELKA Pria Kaum Bapak.
2. Wanita/Kaum Ibu, yaitu warga Jemaat perempuan yang telah berusia
35 tahun ke atas atau warga Jemaat perempuan yang telah
berkeluarga/sudah menikah disebut PELKA Wanita Kaum Ibu.
3. Pemuda, yaitu warga Jemaat laki-laki dan perempuan yang berusia 18
sampai 35 tahun dan belum berkeluarga/belum menikah disebut
PELKA Pemuda
4. Remaja, yaitu warga Jemaat laki-laki dan perempuan yang berusia 13
sampai 17 tahun disebut PELKA Remaja
5. Anak/Sekolah Minggu, yaitu warga Jemaat anak-anak yang berusia di
bawah 13 tahun disebut PELKA Anak Sekolah Minggu.
Penjelasan
1. Pelayanan Kategorial di singkat PELKA.
2. Jika dibutuhkan dapat dibentuk kelompok pelayanan Usia Lanjut di tingkat jemaat
dibawah koordinasi oleh BPMJ.
BAB II
TUGAS PELAYANAN KATEGORIAL
Pasal 3
Penyelenggaraan Panggilan Pelayanan Kategorial
Panggilan Pelayanan Kategorial adalah :
1. Membaharui, membangun dan mempersatukan keutuhan ciptaan.
2. Memberitakan Injil kepada semua makhluk.
3. Memperlengkapi dan melayani anggota–anggota PELKA
berdasarkan kesaksian Alkitab.
Pasal 4
Pengelolaan dan Harta Milik PELKA
Yang dimaksud dengan harta milik PELKA adalah :
1. Mengelola segala sumber daya yang adalah anugerah dan kasih
karunia Allah.
2. Program dan anggaran disampaikan dalam rapat dan
pelaksanaannya di masing-masing lingkup PELKA Jemaat, Wilayah
dan Sinode.
3. Sumber dana PELKA terdiri dari semua persembahan dan usaha-
usaha lainnya yang tidak bertentangan dengan Tata Gereja.
4. Segala harta milik PELKA secara administratif didaftarkan dalam
inventaris di Jemaat/Wilayah/Sinode.
BAB III
KURIKULUM PELAYANAN KATEGORIAL
Pasal 5
Pengertian
Kurikulum pelayanan kategorial adalah rencana materi pembinaan
terstruktur dan berjenjang yang digunakan oleh PELKA untuk memandu
Pasal 6
Penyusunan Kurikulum
1. Kurikulum disusun secara berjenjang dan terintegrasi mulai dari
pembinaan Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda sampai dengan
pembinaan Bapa dan Ibu termasuk Usia Lanjut.
2. Kurikulum diatur lebih lanjut dalam Tata Laksana Kurikulum Pelayanan
Kategorial dan ditetapkan melalui Sidang Sinode, Sidang Sinode
Istimewa atau Sidang Tahunan Sinode.
BAB IV
KEPENGURUSAN PELKA
Pasal 7
Komposisi
Komposisi kepengurusan PELKA hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan berpedoman minimal tiga orang dan maksimal tujuh
orang, terdiri dari :
1. K e t u a .
2. S e k r e t a r i s.
3. B e n d a h a r a.
4. Wakil Ketua dan Wakil Sekretaris.
5. Dua orang anggota.
Pasal 8
Peneguhan Dan Pelantikan
Komposisi kepengurusan PELKA, diteguhkan dan dilantik dalam suatu
ibadah Jemaat dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Ketua PELKA diteguhkan sebagai Pelayan Khusus yaitu Penatua.
2. Komposisi kepengurusan PELKA dilantik berdasarkan Surat
Keputusan di lingkup masing-masing.
Penjelasan
2 Peneguhan dan pelantikan dilaksanakan dalam ibadah Jemaat.
Pasal 9
Kriteria
Kriteria kepengurusan PELKA berdasarkan Peraturan Tentang Pemilihan.
BAB V
MASA PELAYANAN
Pasal 10
1. Masa pelayanan kepengurusan PELKA lima tahun dan dapat dipilih
kembali untuk periode berikutnya.
2. Apabila terjadi kelowongan, maka pengisiannya dilakukan
berdasarkan Peraturan Tentang Pemilihan.
Pasal 11
Tugas Kepengurusan PELKA
1. Pengurus PELKA di lingkup masing-masing melaksanakan dengan
penuh tanggung jawab semua keputusan yang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja.
2. Mengembangkan semua potensi yang ada di lingkup masing-masing
PELKA.
Pasal 12
Pembagian Tugas Pengurus PELKA
1. Ketua :
a. Penanggung-jawab umum pelayanan PELKA.
b. Memimpin rapat.
c. Bersama-sama Sekretaris bertanggung-jawab atas tugas
kesekretariatan.
d. Bersama-sama dengan Bendahara mengatur keuangan PELKA dan
menandatangani surat surat yg menyangkut perbendaharaan
e. Mempertanggung-jawabkan semua tugas pelayanan PELKA di
aras masing-masing di Sidang Majelis Jemaat, Majelis Wilayah dan
kepada Sidang Tahunan Sinode dan Sidang Sinode.
2. Sekretaris :
a. Memimpin sekretariat PELKA.
b. Bertanggung-jawab atas administrasi umum.
c. Bersama Ketua bertanggung jawab ke dalam dan ke luar.
3. Bendahara :
a. Mengelola serta menyimpan keuangan PELKA berdasarkan
Peraturan Tentang Perbendaharaan.
b. Bersama-sama dengan Ketua mempersiapkan dan menyampaikan
laporan pertanggung jawaban keuangan. Untuk Pelka aras jemaat
diperiksa oleh MP3J setiap 6 (enam) bulan dan untuk Pelka aras
Wilayah dan Sinode diperiksa oleh MP3S setiap tahun sebelum
Sidang Tahunan Sinode
4. Wakil Ketua, wakil Sekretaris dan anggota lainnya menangani
bidang khusus berdasarkan keputusan rapat pengurus.
5. Jika untuk jabatan Ketua, Sekretaris dan Bendahara didampingi oleh
seorang Wakil, maka tugas Wakil menggantikan tugas yang
diwakilinya jika berhalangan.
6. Apabila komposisi pengurus PELKA berjumlah tiga orang, jika ada
yang berhalangan maka tugas-tugasnya dilaksanakan oleh pengurus
yang lain.
Penjelasan :
1e Pelaporan pertanggung jawaban kepada Sidang Tahunan Sinode dan Sidang Sinode
melalui BPMS.
2.a-c Untuk surat menyurat ke dalam memberikan surat tembusan BPMJ/BPMW/BPMS dan
untuk surat ke luar ditanda-tangani oleh BPMJ/BPMW/BPMS.
Pasal 13
Pedoman Pelayanan
1. Pengurus PELKA mengadakan rapat rutin sekurang-kurangnya
sebulan sekali atau sesuai kebutuhan.
2. Pengurus dengan seluruh anggota PELKA mengadakan rapat sesuai
kebutuhan.
3. Rapat pengurus sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya
setengah tambah satu jumlah PELKA.
4. Apabila jumlah kehadiran tidak memenuhi ketentuan, maka rapat
ditunda sekurang-kurangnya satu minggu atau sesuai kesepakatan
pengurus.
PERATURAN
TENTANG
PEMILIHAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Pemilihan adalah wadah pewujudan pemerintahan Allah (Teokrasi)
dalam Yesus Kristus yang dijabarkan dalam sistem presbyterial
sinodal.
2. Pemilihan adalah perwujudan persekutuan dalam menjawab,
memenuhi kehendak dan panggilan Yesus Kristus sebagai kepala
Gereja untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan GPIG.
Penjelasan :
1 Sistem Prebiterial Sinodal adalah sistem di mana Gereja dipimpin oleh para presbiter.
Keputusan ada pada persidangan presbiter (Majelis Jemaat/Wilayah/Sinode) dan
dipimpin oleh pejabat Gerejawi secara kolektif.
2 Markus 3:13-19, Yohanes 15:16, Kisah Para Rasul 6:1-7.
Pasal 2
Jenis-Jenis Pemilihan
Pemilihan yang dimaksud adalah :
a. Pemilihan Majelis Jemaat.
b. Pemilihan Pelayanan Kategorial BIPRA Jemaat.
c. Pemilihan Badan Pekerja Majelis Jemaat.
d. Pemilihan Majelis Pertimbangan Jemaat.
e. Pemilihan Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan
Jemaat.
f. Pemilihan Badan Pekerja Majelis Wilayah.
g. Pemilihan PELKA BIPRA Aras Wilayah.
h. Pemilihan Badan Pekerja Majelis Sinode.
i. Pemilihan Majelis Pertimbangan Sinode.
j. Pemilihan Majelis Pemeriksa & Pembina Perbendaharaan
Sinode .
k. Pemilihan PELKA BIPRA Aras Sinode
Pasal 3
Pelaksana Pemilihan
1. Di lingkup Jemaat adalah panitia pemilihan yang dibentuk dan
ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ yang ditunjuk dari antara
anggota sidi Jemaat dengan komposisi Ketua, Sekretaris dan
maksimal ditambah tiga orang anggota, dilantik dalam suatu ibadah
Jemaat.
2. Di lingkup Wilayah untuk pemilihan BPMW dan PELKA BIPRA Wilayah
adalah panitia nominasi yang ditetapkan dalam Sidang Majelis
Wilayah dengan komposisi Ketua, Sekretaris dan satu orang anggota.
3. Di lingkup sinode untuk pemilihan BPMS, MPS, MPPS adalah panitia
nominasi yang ditetapkan dalam Sidang Sinode dengan komposisi
Ketua, Sekretaris dan satu orang anggota.
4. PELKA BIPRA sinode adalah panitia nominasi yang ditetapkan dalam
pertemuan raya PELKA BIPRA yang didampingi oleh BPMS.
BAB II
PEMILIHAN LINGKUP JEMAAT
Pasal 4
Pemilihan Penatua dan Diaken
Pemilihan Penatua dan Diaken dipilih oleh anggota Kolom/Rayon atau
PELKA masing-masing dan dapat dilaksanakan di pertemuaan sidi-sidi
jemaat atau di Kolom/Rayon dan PELKA masing-masing.
Pasal 5
Pemilih
Yang berhak memilih adalah anggota Sidi Jemaat yang sudah terdaftar
dalam buku keanggotaan Jemaat GPIG.
Pasal 6
Kriteria Calon Penatua dan Diaken
Bakal calon Penatua dan Diaken ialah anggota sidi Jemaat GPIG yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Perilakunya sesuai kesaksian Alkitab.
2. Bagi yang sudah kawin, sudah nikah Gereja dan dicatat pada catatan
sipil.
3. Memiliki wawasan bergereja, semangat pengabdian yang tinggi
dalam pelayanan serta punya loyalitas kepada GPIG.
4. Sehat dan mampu melaksanakan tugas-tugas kemajelisan.
5. Berusia minimal dua puluh empat tahun maksimal enam puluh tahun
pada saat pemilihan.
6. Bersedia menandatangani surat pernyataan kesediaan untuk dipilih
dan melaksanakan tugas sebagai Majelis jika terpilih.
7. Tidak sedang dikenakan disiplin Gerejawi.
8. Tidak sedang menjalani hukuman pidana.
9. Telah terdaftar dan aktif di Jemaat tersebut sekurang-kurangnya dua
tahun.
10. Tidak mengundurkan diri atau non aktif dari pelayanan yang sedang
berjalan, tetapi dapat dicalonkan kembali pada periode berikutnya
atau jeda satu periode.
Pasal 7
Biaya Pemilihan
Segala konsekuensi pembiayaan yang timbul sebagai akibat proses
pemilihan dibebankan pada kas Jemaat.
Pasal 8
Waktu Pemilihan
Pemilihan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh BPMS.
Pasal 9
Tempat pemilihan
Tempat pemilihan sebaiknya dilakukan di aula atau gedung Gereja atau
yang ditentukan oleh panitia dengan persetujuan BPMJ.
Pasal 10
Cara Pemilihan
1. Pemilihan diselenggarakan oleh panitia pemilihan sesuai petunjuk
pelaksanaan yang dikeluarkan oleh BPMS.
2. Untuk menjamin kemurnian pelaksanaan dan hasil pemilihan, maka
pemilihan dilakukan dalam pertemuan sidi-sidi Jemaat secara
langsung, bebas, rahasia dan tertulis.
Pasal 11
Persiapan Pemilihan
BPMJ menjelang berakhirnya tahun periode pelayanan, dalam Sidang
Majelis Jemaat ditetapkan persiapan-persiapan untuk pelaksanaan
pemilihan mengenai :
1. Menyusun daftar sidi Jemaat menurut urutan KK (Kepala Keluarga).
2. Membentuk panitia pemilihan dan mengumumkannya kepada
Jemaat.
3. Panitia pemilihan ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ dan
memulai tugasnya setelah dilantik dalam suatu ibadat Jemaat.
4. Melalui materi Khotbah yang dibuat oleh BPMS untuk mengarahkan
anggota-anggota sidi Jemaat agar dapat memahami dan menghayati
tugas panggilannya sebagai pemilih dan sebagai bakal calon terpilih.
5. Menetapkan anggota-anggota sidi Jemaat yang berhak memilih.
6. Penentuan jumlah Majelis Jemaat yang akan dipilih, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi Jemaat yang terdiri dari beberapa Kolom atau Rayon, setiap
Kolom atau Rayon dilayani sesuai kebutuhan majelis dengan
Pasal 12
Tugas Panitia Dan Pelaksanaan Pemilihan
Panitia pelaksana pemilihan melaksanakan tugas :
1. Sosialisasi proses pemilihan kepada sidi-sidi Jemaat.
2. Menjaring bakal calon dari sidi-sidi Jemaat.
Proses penjaringan tersebut adalah :
a. Dilaksanakan secara tertulis sesuai format yang telah disiapkan.
b. Meneliti dan menyeleksi bakal calon sesuai dengan kriteria calon
Penatua dan Diaken.
c. Penetapan bakal calon majelis Jemaat.
3. Nama-nama calon diumumkan kepada Jemaat selama dua kali hari
minggu. Kemudian ditetapkan sebagai calon Pelayan Khusus.
4. Meneliti keabsahan daftar pemilih yang diterima dari BPMJ.
5. Melaksanakan pemilihan dengan proses :
a. Mempersiapkan semua keperluan untuk penyelenggaraan
pemilihan seperti kartu suara, daftar hadir, kotak suara, tempat
dan ruangan pemilihan.
b. Menyampaikan undangan kepada para pemilih tiga hari sebelum
saat pemilihan.
c. Pada hari/jam pelaksanaan, panitia mengedarkan daftar hadir dan
jika kehadiran belum mencapai lebih dari setengah jumlah pemilih
yang terdaftar, maka waktu pelaksanaan ditunda 30 menit dan
apabila tetap tidak korum maka pemilhan saat itu ditunda tujuh
hari kemudian.
BAB III
PEMILIHAN PELAYANAN KATEGORIAL BIPRA JEMAAT
Pasal 15
Kriteria
1. Ketua PELKA Pria/Kaum Bapak dan Wanita/Kaum Ibu adalah anggota
sidi Jemaat usia minimal dua puluh empat tahun.
2. Bagi Ketua PELKA Pemuda adalah anggota sidi Jemaat, usia minimal
delapan belas tahun maksimal tiga puluh tahun saat pemilihan.
3. Bagi Ketua PELKA Remaja adalah Pembina atau anggota sidi Jemaat
dengan usia minimal delapan belas tahun saat pemilihan serta dinilai
mempunyai kemampuan, minat bakat untuk mengajar dan
menggembalakan remaja.
4. Untuk Ketua PELKA Anak Sekolah Minggu adalah Pembina atau
anggota sidi Jemaat, usia minimal dua puluh empat tahun dan sudah
serta dinilai mempunyai kemampuan, minat bakat untuk mengajar
dan menggembalakan anak-anak sekolah minggu.
5. Untuk Ketua PELKA aktif dalam persekutuan Jemaat dan pernah
menjadi pengurus PELKA.
Penjelasan :
2-3 Dalam keadaan tertentu, usia maksimal Ketua PELKA Pemuda dan Ketua PELKA
Remaja dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi Jemaat. Tetapi usia minimal, 18
tahun.
Pasal 16
Cara Pemilihan
1. Pelayanan Kategorial Pria Kaum Bapak, Wanita Kaum Ibu dan
Pemuda :
a. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia pemilihan dan dilakukan di
Pelayanan Kategorial masing-masing oleh anggota sidi Jemaat di
Pelayanan Kategorial tersebut.
b. Anggota PELKA mengusulkan calon yang memenuhi kriteria.
c. Berdasarkan penetapan hari, tanggal, jam dan tempat yang
disampaikan oleh panitia pemilihan Majelis Jemaat, melalui
undangan dan dalam koordinasi BPMJ.
d. Pemilihan dilakukan secara rahasia, langsung, bebas dan tertulis.
e. Calon yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan menjadi
Ketua dan untuk komposisi pengurus lainnya ditetapkan dengan
suara terbanyak berdasarkan urutan sesudah Ketua.
f. Hasil pemilihan dilaporkan kepada BPMJ melalui suatu berita
acara dalam rangkap tiga untuk diumumkan kepada Jemaat dua
kali berturut-turut dalam ibadat minggu.
2. PELKA Remaja.
Pasal 18
Peneguhan dan Pelantikan
1. Peneguhan Ketua pengurus PELKA dilakukan secara bersama-sama
dengan peneguhan Penatua dan Diaken terpilih, sesudah mengikuti
katekisasi pra peneguhan, dengan Surat Keputusan BPMS.
2. Pelantikan pengurus PELKA dilakukan secara bersama-sama dalam
suatu ibadah Jemaat dengan Surat Keputusan BPMJ.
3. Setelah ibadah pelantikan, dilanjutkan dengan acara serah terima
dan melampirkan :
a. Daftar dokumen-dokumen PELKA.
b. Saldo Kas dan perincian mata uang serta fisik menurut mata uang.
c. Daftar inventaris dan bukti fisik.
Pasal 19
Pengisian Lowong Dan Pergantian Antar Waktu
1. Pengisian lowong pengurus PELKA dilakukan berdasarkan
ketentuan.
2. Periode pelayanan karena pengisian lowong mengikuti periode
pelayanan yang sedang berjalan.
3. Penatua atau Diaken yang berpindah tempat tugas di luar Jemaat
secara tetap dan tidak bisa menjalankan tugas akan digantikan.
BAB IV
KOORDINATOR KOLOM ATAU RAYON
Pasal 20
1. Pemilihan koordinator Kolom atau Rayon dilaksanakan oleh panitia
pemilihan sesudah peneguhan majelis jamaat, oleh anggota sidi
Jemaat dan dari antara majelis Jemaat di Kolom atau Rayon yang
bersangkutan, dengan suara terbanyak.
2. Koordinator Kolom atau Rayon dipilih dari antara Penatua yang
terpilih.
3. Sekretaris dan bendahara Kolom atau Rayon dipilih dari majelis
Jemaat dalam Kolom atau Rayon yang bersangkutan.
4. Hasil pemilihan dibuat dalam rangkap tiga, dilaporkan kepada BPMJ.
5. Pelantikan pengurus Kolom atau Rayon dilaksanakan dalam suatu
ibadah Jemaat, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMJ.
Penjelasan :
1 Koordinator Kolom/Rayon bukan Penatua PELKA BIPRA.
BAB V
PEMILIHAN BADAN PEKERJA MAJELIS JEMAAT
Pasal 21
Pelaksanaan
1. BPMJ dipilih dalam Sidang Majelis Jemaat.
2. Sudah pernah menjadi Majelis Jemaat GPIG pada periode
sebelumnya.
3. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia pemilihan.
4. Berita acara pemilihan disampaikan kepada BPMS melalui BPMW
untuk ditetapkan.
Pasal 22
Kriteria
1. Ketua BPMJ adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap yang
ditempatkan berdasarkan Surat Keputusan BPMS, dengan
persyaratan sebagai berikut:
Pasal 23
Cara Pemilihan
Pemilihan BPMJ dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Dilaksanakan sesudah peneguhan Penatua dan Diaken.
2. Pemilihan dilakukansecara langsung, bebas dan tertulis.
3. Pemilihan dilakukan menurut urutan struktur komposisi BPMJ dan
masing-masing menurut suara terbanyak.
4. a. Pemilihan BPMJ dilaksanakan dalam Sidang Majelis Jemaat oleh
panitia pemilihan.
b. Pemilihan BPMJ harus dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
Majelis Jemaat yang baru diteguhkan.
c. Jika tidak memenuhi korum, maka pemilihan ditunda tiga hari
kemudian dan pada pertemuan berikutnya pemilihan harus
dilaksanakan dan hasilnya dinyatakan sah.
d. Panitia pemilihan memanggil para pemilih menurut daftar hadir.
Pasal 24
Pelantikan dan Serah terima BPMJ
1. Pelantikan BPMJ dilakukan dalam suatu ibadah Jemaat berdasarkan
Surat Keputusan BPMS.
2. Pembubaran panitia pemilihan dilakukan bersamaan dengan
pelantikan BPMJ.
3. Serah terima BPMJ dilakukan bersamaan dengan pelantikan BPMJ
yang dinyatakan dalam berita acara dengan lampiran sebagai berikut
:
a. Daftar inventaris dan buku agenda surat masuk dan surat keluar.
b. Saldo kas dan perincian keuangan dengan bukti fisik yang ditanda
tangani oleh Ketua, Sekretaris dan bendahara BPMJ yang lama.
Pasal 25
Pengisian Lowong
1. Jika terjadi kelowongan, maka pengisiannya dilakukan oleh Sidang
Majelis Jemaat berdasarkan peraturan tentang pemilihan dan masa
pelayanannya mengikuti periode yang sedang berjalan.
2. Pengisian lowong dipilih dari Majelis Jemaat yang ada.
Penjelasan :
1 Pengisian lowong BPMJ mengikuti proses pengisian lowong Majelis Jemaat.
BAB VI
MAJELIS PERTIMBANGAN JEMAAT
Pasal 26
Kriteria
Yang dapat dipilih menjadi MPJ adalah anggota sidi Jemaat yang bukan
Pelayan Khusus, dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Sudah berdomisili di Jemaat tersebut minimal lima tahun.
2. Memiliki wawasan yang luas tentang masyarakat dan Gereja.
3. Memiliki kearifan dan dapat diteladani sehingga mampu memberikan
pertimbangan dalam hubungan dengan setiap permasalahan yang
digumuli oleh Jemaat.
4. Pernah menjadi Majelis Jemaat.
5. Usia minimal empat puluh tahun.
Pasal 27
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan dalam Sidang Majelis Jemaat.
2. Nama-nama calon diusulkan oleh BPMJ yang jumlahnya lebih dari
jumlah MPJ yang akan dipilih.
3. Pemilihan dilaksanakan secara bebas, rahasia dan tertulis.
4. Jumlah MPJ yang akan dipilih disesuaikan dengan kebutuhan Jemaat,
minimal satu maksimal tiga.
Pasal 28
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam Sidang
Majelis Jemaat dan masa pelayanannya mengikuti periode yang sedang
berjalan.
BAB VII
MAJELIS PEMERIKSA DAN PEMBINA PERBENDAHARAAN
JEMAAT
Pasal 29
Kriteria
Yang dapat dipilih menjadi MP3J adalah anggota sidi Jemaat di Jemaat
tersebut yang bukan Pelayan Khusus, dengan persyaratan sebagai berikut
:
1. Tidak sedang menangani / mengurus perbendaharaan Jemaat.
2. Memiliki pengetahuan tentang perbendaharaan.
Pasal 30
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan dalam Sidang Majelis Jemaat.
2. Nama-nama calon diusulkan oleh BPMJ yang jumlahnya lebih dari
jumlah MP3J yang akan dipilih.
3. Pemilihan dilaksanakan secara bebas, rahasia dan tertulis.
4. Jumlah MP3J yang akan dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
Jemaat, minimal satu maksimal tiga.
Pasal 31
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam Sidang
Majelis Jemaat dan masa pelayanannya mengikuti periode yang sedang
berjalan.
BAB VIII
PEMILIHAN BADAN PEKERJA MAJELIS WILAYAH
Pasal 32
Kriteria
1. Ketua BPMW adalah seorang Pendeta Pekerja Tetap yang
ditempatkan berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
2. Wakil Ketua BPMW dipilih dari antara Penatua yang ada di BPMJ
dalam Wilayah tersebut.
3. Sekretaris dan Wakil Sekretaris BPMW dipilih dari Penatua yang ada
di BPMJ dalam Wilayah tersebut.
4. Bendahara dan Wakil Bendahara BPMW adalah seorang Diaken atau
Penatua yang ada di BPMJ dalam Wilayah tersebut.
Pasal 33
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan dalam Sidang Majelis Wilayah oleh panitia
nominasi atas usul BPMW yang diambil dari peserta bukan Ketua
BPMJ.
2. Pemilihan dilaksanakan bila dihadiri oleh lebih dari setengah anggota
Majelis Wilayah yang berhak suara memutuskan. Dan jika belum
korum, maka pemilihan ditunda selama tiga jam dan pemilihan tunda
tersebut dapat dilaksanakan dan hasilnya dinyatakan sah.
3. Pemilihan dilaksanakan menurut urutan wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan masing-masing menurut suara
terbanyak.
4. a. Panitia nominasi memanggil para pemilih menurut daftar hadir.
b. Pemilih yang tidak menyatakan suaranya dalam kartu suara, maka
suaranya dinyatakan batal.
c. Setelah para pemilih memasukkan kartu suaranya ke dalam kotak
suara, maka panitia menghitung kartu suara sesuai dengan jumlah
pemilih yang sesuai dengan daftar hadir.
d. Jika terjadi selisih dalam penghitungan suara, maka pemilihan
harus diulang sampai tidak terjadi selisih.
e. Penghitungan suara dilakukan oleh panitia dengan disaksikan oleh
para pemilih.
Pasal 34
Pelantikan dan Serah terima BPMW
1. Pelantikan BPMW dilakukan dalam suatu ibadah Jemaat berdasarkan
Surat Keputusan BPMS.
2. Serah terima BPMW dilakukan bersamaan dengan pelantikan BPMW
yang dinyatakan dalam berita acara dengan lampiran sebagai berikut
:
a. Daftar inventaris dan buku agenda surat masuk dan surat
keluar.
b. Saldo kas dan perincian keuangan dengan bukti fisik yang
ditanda tangani oleh Ketua, Sekretaris dan Bendahara BPMW
yang lama.
c. Surat – surat berharga dan daftar dokumen wilayah.
Pasal 35
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam Sidang
Majelis Wilayah oleh BPMW dan masa pelayanannya mengikuti periode
yang sedang berjalan.
BAB IX
PEMILIHAN PELAYANAN KATEGORIAL BIPRA WILAYAH
Pasal 36
Pemilihan Pengurus PELKA BIPRA Lingkup Wilayah
Pemilihan Pengurus PELKA BIPRA Aras wilayah dilakukan oleh masing-
masing kategorial dengan memperhatikan ketentuan seperti yang
dimaksud dalam Praturan Tentang Pelayanan Kategorial.
Pasal 37
Pemilih
Yang berhak memilih adalah semua Pengurus PELKA BIPRA aras Jemaat
yang ada di Wilayah tersebut.
Pasal 38
Kriteria
1. Untuk Ketua, dipilih dari antara Ketua PELKA BIPRA aras Jemaat.
2. Pengurus lainnya dipilih dari Pengurus PELKA BIPRA aras Jemaat.
Pasal 39
Cara Pemilihan dan Pelantikan PELKA Wilayah
1. BPMW menyampaikan undangan kepada Pengurus PELKA BIPRA di
Jemaat masing-masing disertai dengan jadwal pelaksanaan
pemilihan.
2. Pemilihah dapat dilaksanakan jika dihadiri oleh lebih dari setengah
jumlah anggota pemilih dan jika tidak korum maka pemilihan ditunda
tiga jam kemudian.
3. Pada pertemuan berikutnya pemilihan sudah harus dilaksanakan dan
hasilnya dinyatakan sah.
4. Pemilihan dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia dan tertulis.
5. Pemilihan dilakukan menurut urutan Ketua, Sekretaris, Bendahara
dan anggota menurut suara terbanyak dan jika dibutuhkan wakil
diambil dari suara terbanyak kedua.
6. Hasil pemilihan dinyatakan dalam berita acara yang dibuat rangkap
dua dan ditanda tangani oleh BPMW kemudian menyampaikan hasil
pemilihan tersebut ke Jemaat-Jemaat. Setelah dibuatkan surat
keputusan oleh BPMW, maka diadakan pelantikan dalam suatu
ibadat disalah satu Jemaat dalam wilayah tersebut.
Pasal 40
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan, maka pengisian lowong dilakukan dalam
pertemuan pengurus PELKA BIPRA Wilayah dilakukan oleh BPMW dan
masa pelayanannya mengikuti periode yang sedang berjalan.
BAB X
PEMILIHAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE
Pasal 41
Pemilihan
Pemilihan Badan Pekerja Majelis Sinode dilakukan dalam Sidang Sinode,
sebagai wadah pengambilan keputusan tertinggi dalam struktur GPIG.
Pasal 42
Pemilih
Yang berhak memilih adalah utusan Jemaat.
Pasal 43
Kriteria Badan Pekerja Majelis Sinode
Yang dapat dipilih sebagai BPMS GPIG adalah peserta Sidang Sinode
dengan kriteria dan ketentuan sebagai berikut :
1. Persyaratan Umum :
a. Warga Jemaat GPIG.
b. Telah memiliki pengalaman sebagai Pelayan Khusus di GPIG
sekurang-kurangnya lima tahun.
c. Pelayan Khusus & Pendeta Pekerja Tetap GPIG.
d. Pendeta yang telah mengikuti Sidang Sinode minimal dua kali dan
pernah menjadi Ketua BPMJ dan atau Ketua BPMW satu periode
selesai.
Pasal 44
Cara Pemilihan
1. Pemilihan BPMS dilaksanakan dalam Sidang Sinode.
2. Pemilihan BPMS dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia dan
tertulis.
3. Penyelenggaraan pemilihan dilaksanakan oleh panitia nominasi
dipilih dari peserta Sidang Sinode yang tidak berhak memilih, dengan
tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan pemilihan sesuai dengan waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh Sidang Sinode.
b. Meneliti daftar peserta persidangan yang berhak memilih dan
dipilih berdasarkan hasil kerja sekretariat persidangan.
c. Bersama-sama dengan Sekretaris dan Wakil Sekretaris BPMS
meneliti secara objektif kebenaran biodata dari yang akan
dipilih. Sebelum Sidang Sinode, BPMS telah melakukan
penjaringan bakal calon yang memenuhi syarat, bersedia
menjalankan tugas jika terpilih dan dipandang mampu.
d. Melaksanakan pemilihan jika sudah dihadiri sekurang-kurangnya
setengah ditambah satu dari jumlah pemilih.
4. Pelaksanaan pemilihan dilakukan menurut urutan komposisi dan
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
5. Jika calon sudah dipilih dan mendapat suara lebih dari setengah
jumlah pemilih, maka calon tersebut ditetapkan sebagai calon
terpilih.
6. Jika terjadi perimbangan suara yang tidak melebihi setengah dari
jumlah pemilih, maka diadakan pemilihan ulang, dari tiga calon yang
mendapatkan suara terbanyak.
Pasal 45
Pelantikan dan Serah Terima
1. Pelantikan BPMS dilaksanakan dalam suatu ibadah Jemaat oleh
Badan Pekerja Sinode Am GPI dan atau oleh seorang Pendeta tertua
GPIG, yang ditugaskan oleh BPMS GPIG.
2. Serah terima jabatan dilaksanakan saat pelantikan, atau selambat-
lambatnya dua minggu setelah pelantikan.
Pasal 46
Pengisian Lowong
1. Jika terjadi kelowongan jabatan Ketua BPMS, maka pengisian
lowong dilakukan dalam Sidang Sinode Istimewa berdasarkan
peraturan pemilihan ini dengan masa pelayanan mengikuti periode
yang sedang berjalan.
2. Jika terjadi kelowongan keanggotaan BPMS lainnya, maka pengisian
lowong dilakukan dalam Sidang Tahunan Sinode berdasarkan
peraturan pemilihan ini dengan masa pelayanan mengikuti periode
yang sedang berjalan.
3. Apabila terjadi kelowongan jabatan Ketua BPMS dalam kurun waktu
enam bulan sebelum Sidang Sinode, maka Sidang Tahunan Sinode
BAB XI
PEMILIHAN MAJELIS PERTIMBANGAN SINODE
Pasal 47
Pemilihan
Pemilihan Majelis Pertimbangan Sinode dilakukan dalam Sidang Sinode.
Pasal 48
Kriteria Pencalonan
Yang dapat dicalonkan sebagai Majelis Pertimbangan Sinode adalah
sebagai berikut:
1. Berdomisili di Provinsi Gorontalo minimal lima tahun.
2. Memiliki wawasan yang luas mengenai Gereja dan masyarakat.
3. Memiliki kearifan sehingga mampu memberikan pertimbangan-
pertimbangan dalam setiap permasalahan yang digumuli oleh GPIG.
4. Pendeta Pekerja Tetap, Penatua, Diaken GPIG.
5. Pendeta emeritus atau anggota sidi Jemaat yang pernah menjadi
Pelayan Khusus GPIG.
6. Usia minimal lima puluh lima tahun bagi anggota sidi Jemaat.
7. Masa pelayanan Majelis Pertimbangan Sinode sama dengan masa
pelayanan Badan Pekerja Majelis Sinode.
Penjelasan :
4 Tidak sedang memegang struktur Ketua BPMJ atau BPMW.
Pasal 49
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia nominasi setelah pemilihan
BPMS.
2. Jumlah Majelis Pertimbangan Sinode yang dipilih adalah tiga orang,
suara terbanyak pertama adalah Ketua, suara terbanyak kedua
adalah Sekretaris dan suara terbanyak ketiga adalah anggota.
3. Hasil pemilihan ditetapkan dalam Sidang Sinode.
Pasal 50
Pelantikan
Majelis Pertimbangan Sinode dilantik dalam suatu ibadah Jemaat
bersamaan dengan pelantikan Badan Pekerja Majelis Sinode.
Pasal 51
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan maka pengisian lowong pada Majelis
Pertimbangan Sinode dilakukan dalam Sidang Tahunan Sinode dan
mengikuti periode yang sedang berjalan.
BAB XII
PEMILIHAN MAJELIS PEMERIKSA DAN PEMBINA
PERBENDAHARAAN SINODE
Pasal 52
Pemilihan
Pemilihan Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode
dilakukan dalam Sidang Sinode.
Pasal 53
Kriteria Pencalonan
Yang dapat dicalonkan sebagai MP3S adalah sebagai berikut :
1. Sudah berdomisili di Provinsi Gorontalo minimal lima tahun
2. Tidak menangani atau mengurus perbendaharaan GPIG.
3. Memiliki wawasan yang luas tentang Gereja dan masyarakat.
4. Memahami wawasan penggembalaan dan perbendaharaan GPIG.
5. Pendeta Pekerja Tetap, Penatua, Diaken dan sidi Jemaat GPIG.
6. Usia minimal empat puluh tahun.
Penjelasan :
5 Tidak sedang memegang struktur perbendaharaan di lingkup Jemaat atau wilayah.
Pasal 54
Cara Pemilihan
1. Pemilihan dilaksanakan oleh panitia nominasi sesudah pemilihan
BPMS dan MPS.
2. Jumlah Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode yang
dipilih adalah tiga orang, suara terbanyak pertama adalah Ketua,
Pasal 55
Pelantikan
Majelis Pemeriksa dan Pembina Perbendaharaan Sinode dilantik dalam
suatu ibadah Jemaat bersamaan dengan pelantikan Badan Pekerja Majelis
Sinode dan Majelis Pertimbangan Sinode.
Pasal 56
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan maka pengisian lowong pada Majelis Pemeriksa
dan Pembina Perbendaharaan Sinode dilakukan dalam Sidang Tahunan
Sinode dan mengikuti periode yang sedang berjalan.
BAB XIII
PEMILIHAN PELKA BIPRA SINODE
Pasal 57
Pemilihan
Pemilihan pengurus PELKA BIPRA Sinode dilaksanakan dalam pertemuan
raya di masing-masing PELKA oleh BPMS.
Pasal 58
Kriteria
1. Berdomisili di Gorontalo minimal lima tahun.
2. Memiliki wawasan eklesiologi, kepemimpinan Gereja, kesekretariatan
dan perbendaharaan Gereja.
3. Ketua dipilih dari antara Ketua PELKA Jemaat.
4. Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan anggota
dipilih dari pengurus PELKA di aras Jemaat.
Pasal 59
Cara Pemilihan
1. BPMS menyampaikan undangan kepada pengurus PELKA aras
Jemaat dan Wilayah.
2. BPMS membentuk panitia nominasi sebagai pelaksana pemilihan
pada pertemuan raya di masing-masing PELKA.
3. Pemilihan dapat dilaksanakan jika dihadiri oleh setengah tambah
satu dari jumlah anggota pemilih, dan jika tidak korum maka
pemilihan ditunda tiga jam, kemudian pemilihan dapat dilaksanakan
serta hasilnya dinyatakan sah.
4. Yang memberi suara dalam pemilihan adalah Ketua-Ketua PELKA
Jemaat.
5. Pemilihan dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia dan tertulis.
6. Pemilihan dilakukan menurut urutan Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan anggota menurut suara terbanyak.
7. Hasil pemilihan dinyatakan dalam suatu berita acara dibuat
rangkap tiga dan ditanda tangani oleh panitia nominasi sebagai
pelaksana pemilihan dan dua orang saksi, kemudian melaporkan hasil
pemilihan tersebut kepada BPMS.
Pasal 60
Pelantikan dan Serah Terima
1. Pelantikan PELKA BIPRA Sinode masing-masing kategorial dilakukan
berdasarkan Surat Keputusan BPMS dalam suatu ibadah Jemaat.
2. Setelah ibadah pelantikan, diadakan serah terima dengan
melampirkan :
a. Daftar dokumen-dokumen PELKA BIPRA Sinode.
b. Saldo Kas dan perincian mata uang serta fisik menurut mata uang.
Pasal 61
Pengisian Lowong
Jika terjadi kelowongan pengurus maka pengisian lowong dilaksanakan
dalam pertemuan pengurus PELKA BIPRA Jemaat oleh PELKA BIPRA
sinode dan mengikuti periode yang sedang berjalan.
BAB XIV
KONDISI KEDARURATAN (FORCE MAJEURE)
Pasal 62
Pengertian
Kondisi kedaruratan (Force majeure) adalah kondisi mendesak yang
menyebabkan proses pemilihan tidak dapat dilaksanakan, diantaranya
karena bencana, pandemi, perang/konflik dan keadaan luar biasa lainnya.
Pasal 63
Status Force Majeure & Pengaturan Pemilihan
1. Status Force Majeure di lingkungan GPIG ditetapkan melalui
Keputusan BPMS setelah memperhatikan kondisi yang ada dan
pernyataan resmi dari pemerintah.
2. Pengaturan pemilihan darurat diatur lebih lanjut melalui Keputusan
BPMS setelah mendapat persetujuan dari 50% tambah 1 perwakilan
BPMW melalui rapat yang dilaksanakan secara daring atau luring atau
kombinasi keduanya.
3. Ketentuan dalam ayat 1 & 2 ini berlaku surut sejak ditetapkan.
PERATURAN
TENTANG
PERBENDAHARAAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Berdasarkan tugas panggilan GPIG yang diamanatkan oleh Yesus
Kristus kepala Gereja untuk mengelola segala anugerah dan karunia
dalam bentuk daya, dana dan waktu supaya menjadi berkat kepada
semua makhluk sesuai dengan talenta demi keutuhan ciptaan.
Pasal 3
Penataan
1. Semua harta milik GPIG ditata oleh BPMS.
2. BPMS GPIG mempercayakan kepada BPMJ, BPMW, yayasan dan
badan lainnya yang dibentuk oleh GPIG di Jemaat dan Wilayah
berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
3. Semua harta milik GPIG harus diinventarisir dan didaftarkan dalam
buku inventaris dan harus didukung dengan bukti kepemilikan yang
sah menurut hukum.
4. Semua bukti akta pemilikan baik barang bergerak maupun tidak
bergerak harus disimpan di kantor Sinode.
5. Setiap terjadi penjualan, pertukaran dan peralihan harta milik GPIG
yang ada di Jemaat dan Wilayah serta Sinode harus dilakukan
berdasarkan keputusan Sidang Sinode atau Sidang Tahunan Sinode
dengan Surat Keputusan BPMS.
6. Setiap kali terjadi pergantian kepemimpinan, maka pada saat serah
terima jabatan harus disertai dengan memori serah terima yang berisi
tentang :
a. Daftar inventaris.
b. Buku kas dan buku bank yang berisi perincian mata uang dan
bukti fisik mata uang.
c. Surat-surat berharga GPIG.
7. Ketua dan bendahara BPMS atau yang dikuasakan, mewakili GPIG di
dalam dan di luar pengadilan untuk hal-hal yang berhubungan
dengan perbendaharaan GPIG.
8. Format Administrasi seperti daftar inventaris, buku kas dan lain-lain
diatur leibh lanjut dalam Tata Laksana Perbendaharaan dan
ditetapkan dalam Sidang Sinode, Sidang Sinode Istimewa atau
Sidang Tahunan Sinode
Pasal 4
Sistem Penataan
1. Penataan perbendaharaan GPIG diselenggarakan secara seragam
dalam sistem sentralisasi dan de-sentaralisasi baik di Jemaat, Wilayah
dan Sinode ditetapkan dalam Sidang Sinode, Sinode Sinode Istimewa
atau Sidang Tahunan Sinode
Pasal 5
Pembukuan
1. Dalam hubungan dengan penerimaan dan pengeluaran, baik yang
dikelola di aras Jemaat, Wilayah, Sinode dan PELKA yang dibentuk
oleh GPIG, harus dibukukan dalam kas umum sesuai standar
pembukuan yang berlaku di GPIG.
2. Untuk pengelolaan keuangan yayasan yang dibentuk oleh GPIG dan
yang atau dihibahkan kepada GPIG, pembukuannya sesuai dengan
undang-undang dan peraturan yayasan.
3. Selain buku kas umum, dapat dipergunakan buku harian untuk
mencatat secara khusus pembayaran, antara lain :
a. Penyetoran sentralisasi dalam bentuk target.
b. Penerimaan dari tiap-tiap PELKA dan Kolom/Rayon.
Pasal 6
Penganggaran
Pada hakikatnya penganggaran Jemaat, Wilayah, Sinode, PELKA, yayasan,
komisi dan badan lain yang dibentuk oleh GPIG adalah :
1. Setoran sentralisasi dalam bentuk target ke Sinode digunakan untuk
pembiayaan operasional kantor Sinode, gaji Pekerja Tetap GPIG,
tunjangan jabatan BPMS, iuran dan program sinodal.
2. Setoran sentralisasi ke Wilayah diperuntukkan bagi pembiayaan
program, tunjangan jabatan dan biaya perjalanan serta biaya
administrasi Wilayah.
3. Penganggaran di Jemaat diperuntukkan bagi pembiayaan program
Jemaat, tunjangan jabatan BPMJ, Pendeta, Guru Agama, Vikaris,
Pasal 8 dihapus
Pasal 8
Pertanggung Jawaban Keuangan
1. Di aras Jemaat :
a. Setiap bulan BPMJ menyampaikan Informasi keuangan Jemaat
kepada anggota Jemaat melalui warta Jemaat.
b. Setiap tahun BPMJ menyampaikan pertanggungjawaban
keuangan dan inventaris Jemaat kepada Sidang Majelis Jemaat
setelah diperiksa dan digembalakan oleh MP3J.
c. Setiap bulan pengurus PELKA menyampaikan informasi keuangan
kepada anggota. Dan setiap tahun pengurus PELKA, pengurus
komisi, panitia dan tim kerja yang dibentuk oleh Jemaat
menyampaikan pertanggungjawaban keuangan kepada Sidang
Majelis Jemaat melalui BPMJ.
d. Panitia yang dibentuk oleh Jemaat harus menyampaikan
pertanggungjawaban keuangan selambat-lambatnya dua
minggu sesudah pelaksanaan kegiatan kepada BPMJ.
2. Di aras wilayah :
a. Setiap enam bulan BPMW menyampaikan informasi keuangan
kepada BPMJ di Wilayahnya.
b. Setiap tahun BPMW mempertanggung-jawabkan keuangan dan
inventaris kepada Sidang Majelis Wilayah setelah diperiksa dan
digembalakan oleh MP3S.
3. Di aras sinode :
a. Setiap tahun BPMS mempertanggungjawabkan keuangan dan
inventaris kepada Sidang Tahunan Sinode setelah selesai
diperiksa dan digembalakan oleh MP3S.
b. Setiap mengakhiri periode BPMS mempertanggungjawabkan
keuangan dan inventaris dalam bentuk rekapitulasi dan sisa
tahun anggaran pelayanan kepada Sidang Sinode setelah
diperiksa dan digembalakan oleh MP3S.
c. Setiap PELKA BIPRA Sinode, komisi, panitia, dan tim kerja yang
dibentuk oleh BPMS GPIG melaporkan Pertanggung-jawaban
keuangan dan inventaris sebelum Sidang Tahunan Sinode dan
Sidang Sinode kepada BPMS, setelah diperiksa dan di
gembalakan oleh MP3S.
4. Pengurus yayasan yang didirikan dan atau yang dihibahkan kepada
sinode GPIG melaporkan pertanggungjawaban keuangan dan
inventaris yayasan kepada BPMS (selaku pembina/pendiri) setelah
diperiksa/diaudit oleh MP3S, atau konsultan keuangan yang ditunjuk.
BAB III
PEMERIKSAAN DAN PEMBINAAN PERBENDAHARAAN
Pasal 10
Majelis Pemeriksa Dan Pembina Perbendaharaan
1. MP3 adalah wadah yang menerima kewenangan untuk melakukan
tugas pembinaan, pemeriksaan, pengawasan dan penggembalaan
dalam pengelolaan perbendaharaan GPIG di aras Jemaat dan Sinode.
2. MP3J adalah wadah yang menerima kewenangan dari Sidang Majelis
Jemaat.
3. MP3S adalah adah yang menerima kewenangan dari Sidang Sinode.
4. Tugas, ruang lingkup kerja, kewajiban dan hak MPP didasarkan pada
peraturan masing-masing lingkup.
Penjelasan :
4 Yang dimaksud dengan peraturan masing-masing lingkup yaitu peraturan tentang
Jemaat dan peraturan tentang sinode.
PERATURAN
TENTANG
PELAYAN KHUSUS & PEKERJA GPIG
BAB I
PELAYAN KHUSUS
Pasal 1
Pengertian
1. Pelayan khusus adalah Anggota Sidi GPIG yang menerima panggilan
Yesus Kristus dan terpilih serta memberi diri untuk melaksanakan
pelayanan Gereja-Nya.
2. Pelayan Khusus adalah jabatan gerejawi terdiri dari Pendeta,
Penatua, Diaken dan Guru Agama.
3. Pelayan Khusus berfungsi untuk membina, melengkapi warga
Jemaat untuk kuat dalam iman dan setia dalam kehidupan sebagai
umat kristiani. Setiap anggota Sidi GPIG adalah pelayan Gereja yang
bertanggung jawab penyelenggaraan pelayanan GPIG.
4. Penerimaan panggilan menjadi Diaken dan Penatua adalah mereka
yang dipilih, ditetapkan, diteguhkan serta pemberian diri dari dan
oleh warga sidi Jemaat.
Penjelasan
2. Guru agama yang bukan PNS/P3K
Pasal 2
Tugas dan Fungsi Pelayan Khusus
1. Tugas Pendeta
a. Bertanggungjawab dalam pemberitaan firman Allah dan
sakramen.
b. Melaksanakan peneguhan sidi.
c. Melaksanakan peneguhan dan pemberkatan nikah.
d. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG bertanggung
jawab melengkapi anggota-anggota Jemaat melalui katekisasi
dan kegiatan pembinaan.
e. Bertanggung jawab melengkapi para Pelayan Khusus GPIG.
f. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG bertangung jawab
atas kehadiran dan pelaksanaan semua ibadat dalam Jemaat
seperti yang diatur dalam tatacara ibadat GPIG.
g. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG
menyelenggarakan pelayanan penggembalaan, penilikan dan
disiplin Gereja sambil memelihara rahasia jabatannya.107
h. Bersama-sama dengan Pelayan Khusus GPIG meningkatkan
hubungan kerja sama dengan Jemaat-Jemaat GPIG, Gereja-
Pasal 3
Pekerja GPIG
2. Pekerja GPIG adalah seseorang yang menjalankan tugasnya dengan
keyakinan bahwa dia dipanggil untuk melaksanakan pekerjaan
kesaksian dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
3. Pekerja GPIG terdiri atas pekerja tetap dan pekerja tidak tetap.
4. Pekerja Tetap adalah Pendeta dan Pegawai yang bekerja penuh
waktu, diangkat dan ditetapkan melalui Keputusan BPMS. Pekerja
Tetap berhak mendapatkan gaji, tunjangan dan dana pensiun.
5. Pekerja Tidak Tetap adalah Pendeta dan Pegawai yang bekerja paruh
waktu, ditetapkan melalui Keputusan BPMS untuk jangka waktu
tertentu. Pekerja Tidak Tetap berhak mendapatkan tunjangan
pelayanan.
BAB II
KEWAJIBAN DAN HAK PEKERJA GPIG
Pasal 4
Kewajiban dan Hak Pendeta Pekerja Tetap & Tidak Tetap
1. Kewajiban Pendeta Pekerja Tetap & Tidak Tetap :
a. Setia dan taat pada Tata Gereja GPIG.
b. Bertanggungjawab melaksanakan semua keputusan Sidang
Sinode dan Sidang Tahunan Sinode serta keputusan-
keputusan lainnya.
BAB III
PENERIMAAN VIKARIS DAN PENDETA PEKERJA TETAP
Pasal 5
Penerimaan Vikaris & Pengangkatan Pendeta
1. Calon Vikaris yang telah memenuhi syarat ditempatkan di salah satu
Jemaat oleh BPMS untuk menjalani masa vikariat dengan Surat
Penempatan Vikaris disertai standar tunjangan.
2. Vikaris yang telah menjalani masa vikariat diteguhkan sebagai
Pendeta GPIG dengan status sebagai Pendeta Pekerja Tidak Tetap
dan diberikan Surat Penugasan dengan jangka waktu tertentu
disertai standar tunjangan.
3. Penerimaan Pendeta Pekerja Tetap GPIG dilaksanakan oleh BPMS
setelah calon mengikuti seleksi dengan memperhatikan kuota
penerimaan Pekerja Tetap GPIG setiap tahunnya berdasarkan
kebutuhan.
Pasal 6
Syarat Penerimaan Vikaris GPIG
Yang dapat diterima sebagai vikaris GPIG, dengan syarat :
1. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan surat keterangan dokter
2. Memiliki Ijazah S1 Teologi atau S2 Teologi. Memasukkan foto copy
dan transkrip nilai yang dilegalisir dan serta skripsi
3. Berusia minimal 24 (dua puluh empat) tahun dan maksimal 35 (tiga
puluh Lima) tahun.
4. Membuat surat lamaran kerja dan ditandatangani di atas meterai.
5. Memasukan Surat Keterangan Catatan Kepolisian.
6. Memasukkan pas foto warna ukuran 3 x 4 sebanyak lima lembar.
7. Memasukkan foto copy KTP dan surat keterangan domisili/penduduk
sebanyak dua lembar.
Pasal 7
Syarat Penerimaan Pendeta Pekerja Tetap GPIG
Yang dapat diterima sebagai Pendeta Pekerja Tetap GPIG adalah vikaris
GPIG yang telah diteguhkan sebagai Pendeta, dengan syarat :
1. Telah diteguhkan sebagai Pendeta setelah menjalani masa vikariat
minimal 2 (dua) tahun
2. Lulus ujian dan asesmen yang dilakukan oleh BPMS dan
memperhatikan masukan dari Jemaat tempat menjalankan masa
vikariat
3. Sesuai rencana alokasi/jumlah penerimaan Pekerja Tetap GPIG
berdasarkan kondisi keuangan BPMS untuk pembiayaan gaji Pendeta
Pekerja Tetap.
4. Membuat surat pernyataan di atas meterai untuk bersedia
ditempatkan di seluruh Wilayah pelayanan GPIG.
5. Membuat Surat Pernyataan secara tertulis dan ditandatangani di atas
meterai untuk siap menjalankan tugas di GPIG dengan setia minimal
sepuluh tahun sejak ditetapkan sebagai Pendeta Pekerja Tetap GPIG.
Jika tidak melaksanakan maka status kependetaan sebagai Pendeta
GPIG dicabut.
BAB IV
PENERIMAAN PENDETA PEKERJA TIDAK TETAP
Pasal 8
Pengertian
Pendeta Pekerta Tidak Tetap adalah Pendeta yang yang bukan sebagai
Pekerja Tetap GPIG, diminta oleh Jemaat atau wilayah untuk menjadi
pendeta pelayanan dan mendapatkan persetujuan BPMS melalui Surat
Penugasan BPMS sebagai pendeta pelayanan dalam jangka waktu
tertentu.
Pasal 9
Syarat Penerimaan Pendeta Pekerja Tidak Tetap
Yang dapat diterima sebagai Pendeta Pekerja Tidak Tetap, dengan syarat
:
1. Telah diteguhkan sebagai Pendeta GPIG setelah menjalani masa
vikariat minimal 2 (dua) atau 3 (tiga) tahun.
2. Pendeta dari gereja lain yang seazas dan telah mendapat asesmen
oleh BPMS.
3. Surat permintaan resmi dari Jemaat atau Wilayah untuk kebutuhan
sebagai pendeta pelayanan.
BAB V
BIAYA HIDUP PEKERJA TETAP
Pasal 10
Pengertian
Biaya hidup adalah biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup Pekerja
Tetap GPIG yang diberikan berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
Pasal 11
Penerimaan Biaya Hidup
1. Yang menerima biaya hidup adalah Pekerja Tetap GPIG dan
keluarganya.
2. Untuk anak berumur maksimal dua puluh lima tahun dan belum
menikah, belum bekerja. Bagi anak yang sementara studi maksimal
berumur dua puluh tujuh tahun yang dibuktikan dengan surat
keterangan akademik.
Pasal 12
Golongan dan Masa Kerja
1. Penetapan golongan dilakukan pada saat pengangkatan
berdasarkan kualifikasi ijazah yang dimiliki oleh calon pekerja tetap,
diatur seperti berikut :
a. Golongan II A untuk yang memiliki ijasah SLTA dan sederajat.
b. Golongan II B untuk yang memiliki ijasah D2.
c. Golongan II C untuk yang memiliki ijasah D3 dan Sarjana Muda.
d. Golongan III A untuk yang memiliki ijasah S1
e. Golongan III B untuk yang memiliki ijazah S2.
f. Golongan III C untuk yang memiliki ijasah S3
2. Masa kerja yang diperhitungkan untuk penetapan biaya hidup pokok
pada awal penetapan yang dilakukan berdasarkan Surat Keputusan
BPMS.
Pasal 13
Kenaikan Berkala, Pindah Ruang dan Golongan
1. Perubahan-perubahan atas jumlah biaya hidup pokok dapat terjadi
karena kenaikan berkala, pindah ruang dan golongan.
2. Kenaikan berkala berlaku setiap dua tahun menurut garis vertikal
secara otomatis.
3. Pindah ruang dan golongan setingkat lebih tinggi dapat diberikan
secara reguler kepada Pekerja Tetap GPIG dengan ketentuan yang
bersangkutan telah minimal empat tahun berada dalam ruang
sebelumnya.
4. Pindah dan kenaikan khusus ruang dan golongan biaya hidup
setingkat lebih tinggi diberikan kepada Pekerja Tetap GPIG sebagai
penghargaan karena Pekerja Tetap GPIG mendapat tugas dalam
jabatan struktural sebagai anggota BPMS, dengan ketentuan yang
Pasal 14
Tunjangan – Tunjangan
1. Tunjangan yang diberikan kepada Pekerja Tetap GPIG adalah
tunjangan keluarga, tunjangan jabatan struktural dan tunjangan
fungsional yang diatur oleh BPMS.
2. Tunjangan keluarga penetapannya diatur sebagai berikut :
Penjelasan :
3 Biaya pengobatan disesuaikan dengan peraturan BPJS.
BAB VI
CUTI DAN IZIN
Pasal 16
Pengertian
1. Cuti adalah waktu istirahat dari tugas pelayanan yang diberikan
kepada Pekerja Tetap GPIG dalam kurun waktu tertentu.
2. Setiap Pekerja Tetap GPIG berhak mendapatkan izin dalam kurun
waktu tertentu dengan Persetujuan BPMS
Penjelasan :
Bagi Pekerja Tetap GPIG yang belum memenuhi syarat sesuai ketentuan, cuti dapat
diberikan atas pertimbangan BPMS.
Pekerja Tetap GPIG yang akan melaksanakan cuti diwajibkan untuk menyampaikan
permintaan cuti ke BPMS.
Pasal 17
Pelaksanaan Cuti
1. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang telah bekerja minimal 1 tahun
berhak mendapat cuti selama dua belas hari.
2. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang telah bekerja minimal lima tahun
berhak mendapat cuti selama empat belas hari.
3. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang telah bekerja lebih dari sepuluh
tahun mendapat cuti selama satu bulan.
4. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang mempunyai hak untuk mendapat
cuti, pelaksanaanya ditetapkan dengan Surat Keputusan BPMS.
5. Pekerja Tetap GPIG yang bekerja minimal 6 tahun berhak mendapat
cuti besar 3 bulan, tetapi tidak berhak mendapat cuti tahunan dalam
tahun tersebut.
6. Jika yang bersangkutan tidak menggunakan hak cutinya, maka cuti
tersebut dinyatakan gugur.
7. Jika hak cutinya melebihi dari ketentuan yang berlaku, maka yang
bersangkutan akan dikenakan cuti diluar tanggungan dan Gaji
tetapnya akan dibayar 50 persen.
8. Jika Pekerja Tetap GPIG sakit (Kronis) yang dibuktikan dengan surat
Dokter maka diberikan cuti maksimal 6 bulan.
9. Yang berhak mendapat cuti adalah Pekerja Tetap GPIG yang tidak
sedang dikenakan disiplin Gerejawi.
10. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang sementara menjalankan cuti didalam
ketentuan yang berlaku maka segala biaya hidupnya dibayarkan
secara penuh.
11. Sesudah melaksanakan cuti, yang bersangkutan harus melaporkan
diri kepada BPMS. Jika tidak melaporkan diri, maka yang
bersangkutan dikenakan sangsi berdasarkan peraturan tentang
disiplin Gerejawi.
12. Apabila ada hal-hal yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh
Pekerja Tetap GPIG, maka kepada yang bersangkutan diberikan cuti
oleh BPMS sesuai kebutuhan.
Pasal 18
Cuti Nikah
Pekerja Tetap GPIG yang akan melangsungkan pernikahan, dapat
diberikan cuti nikah selama empat belas hari, yakni tujuh hari sebelum
dan tujuh hari sesudah pernikahan.
Pasal 19
Cuti Melahirkan
Pekerja Tetap GPIG diberikan hak cuti melahirkan selama tiga bulan, yang
didahului dengan permohonan secara tertulis kepada BPMS.
Pasal 20
Pelaksanaan Cuti
1. Setiap Pekerja Tetap GPIG yang melaksanakan cuti tidak
diperkenankan untuk melaksanakan tugas struktural.
2. Kepada yang bersangkutan diberikan jaminan hidup secara penuh
berdasarkan ketentuan dalam peraturan ini.
Penjelasan :
4 Pelayanan fungsional tetap dapat dilaksanakan oleh yang bersangkutan, jika
dimintakan.
Pasal 21
Pemberhentian Pekerja Tetap
Pemberhentian Pekerja Tetap dapat dilaksanakan dengan :
1. Pekerja Tetap yang diberhentikan dengan Hormat :
a. Atas permohonan Yang bersangkutan.
b. Apabila sakit (Kronis) lebih dari 6 bulan dan tetap dalam
pengobatan.
c. Yang sudah mencapai umur pensiun.
2. Pekerja Tetap yang diberhentikan dengan tidak hormat.
a. Apabila Pekerja tetap melanggar ketentuan pasal 6.
b. Apabila Pekerja Tetap melanggar Pengakuan GPIG.
c. Terlibat dalam kasus Pidana dengan status hukum tetap dengan
hukuman Penjara di atas 5 tahun.
BAB VII
PENSIUN
Pasal 22
Pengertian
1. Pensiun adalah berakhirnya dan dibebaskan dari tugas organisatoris
Pekerja Tetap GPIG melalui Surat Keputusan BPMS.
2. Bagi Pendeta yang telah menjalani masa pelayanan dan memenuhi
persyaratan maka akan diberi gelar Pendeta emeritus yang
dilaksanakan dalam suatu ibadat Jemaat.
Pasal 23
Hak Mendapat Pensiun
1. Pekerja Tetap GPIG yang telah mencapai batas usia enam puluh lima
tahun, diminta atau tidak diberhentikan dengan hormat dan
diberikan hak pensiun melalui Surat Keputusan BPMS.
2. Pekerja Tetap GPIG yang telah mencapai masa kerja minimal tiga
puluh tahun dapat mengajukan pensiun dini.
3. Pekerja Tetap GPIG yang karena alasan kesehatan/ sakit kronis dan
tidak dapat menjalankan tugas minimal 6 bulan berturut-turut
diberikan pensiun dengan hormat melalui SK BPMS. Apabila yang
Pasal 24
Hak Memberi Pensiun
Yang berhak memberikan pensiun kepada setiap Pekerja Tetap GPIG
adalah BPMS yang ditetapkan dengan Surat Keputusan.
Pasal 25
Hilang Hak Pensiun
Hak pensiun PekerjaTetap GPIG dinyatakan hilang apabila :
1. Menjadi Aparatur Sipil Negara dan atau pindah kerja ke instansi lain
2. Pekerja Tetap GPIG penerima pensiun dan ahli waris mengingkari
pengakuan Gereja atau keluar dari GPIG.
3. Janda atau Duda (isteri / suami Pekerja Tetap GPIG) menikah lagi.
4. Janda atau Duda (isteri / suami Pekerja Tetap GPIG) meninggal dunia
dan tidak ada lagi anak-anak yang berhak menerima bagian pensiun.
Pasal 26
Dana Pensiun
Dana pensiun diadakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap gaji Pekerja Tetap GPIG dipotong dana pensiun sebesar 15 %
dari gaji pokok.
2. Dalam pengembangan dana pensiun Pekerja Tetap GPIG, BPMS
mengupayakan usaha pengembangan yang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja.
BAB VIII
STUDI LANJUT
Pasal 27
Pengertian
Studi lanjut adalah pemberian kesempatan kepada Pekerja Tetap GPIG
untuk mengikuti pendidikan formal yang lebih tinggi.
Penjelasan :
Studi lanjut ke perguruan tinggi yang bekerja sama dengan Sinode GPIG atau yang se-asas.
Pasal 28
Syarat – Syarat Studi Lanjut
Setiap Pekerja Tetap GPIG yaitu Pendeta yang akan melaksanakan studi
lanjut, minimal telah melaksanakan tugas di GPIG selama lima tahun.
Pasal 29
Hak dan Kewajiban
1. Hak Pekerja Tetap GPIG yang melakukan studi lanjut adalah :
a. Diberikan biaya hidup yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan
suami / isteri, anak dan tunjangan pangan.
b. Mendapat beasiswa yang jumlahnya ditentukan oleh BPMS.
c. Hak Pekerja Tetap GPIG yang melakukan izin belajar tidak
menerima Gaji Pokok dan tunjangan lainnya.
Penjelasan :
1.a Bagi Pekerja Tetap GPIG yang telah bertugas selama lima tahun. Bagi Pekerja Tetap GPIG
yang ditetapkan untuk tugas belajar.
2.a Studi lanjut yang mendapatkan beasiswa.
BAB IX
PASTORI
Pasal 30
Pengertian Dan Fungsi
1. Pastori adalah tempat tinggal dari seorang pastor, dalam hal ini
Pendeta yang melaksanakan tugas-tugas pastoral dan seluruh
pelayanan Gereja.
2. Pastori juga berfungsi sebagai tempat perencanaan program
pelayanan Gereja dari Pendeta.
3. Pekerja Tetap GPIG yang ditempatkan oleh Surat Keputusan BPMS
di Jemaat atau Wilayah, kepada yang bersangkutan disediakan
pastori oleh Jemaat atau Wilayah.
4. Bagi Pekerja Tetap GPIG yang oleh keputusan sidang sinode
ditetapkan sebagai BPMS disiapkan rumah dinas (sebagai pastori).
5. Bagi pegawai Kantor Sinode tidak disediakan perumahan dinas
kecuali ada pertimbangan-pertimbangan khusus oleh BPMS.
BAB IX
PELAYAN KHUSUS YANG ADALAH APARATUR SIPIL NEGARA
(dihapus)
BAB X
TENAGA UTUSAN GEREJAWI
Pasal 31
Pengertian
1. Tenaga utusan Gerejawi adalah Pendeta Pekerja Tetap GPIG dari
Gereja lain yang melaksanakan tugas dalam hubungan kerja sama
dengan GPIG.
2. Pendeta Pekerja Tetap GPIG yang melayani di Gereja lain, yang dalam
hubungan kerja sama dengan GPIG.
Pasal 32
Ketentuan
Program Tenaga Utusan Gereja diatur dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Surat Keputusan Tenaga Utusan Gereja yang ditujukan kepada BPMS
GPIG, penempatannya diatur dalam Surat Keputusan BPMS.
2. Surat Keputusan Tenaga Utusan Gereja dari GPIG ditujukan kepada
Gereja tujuan melalui BPMS, penempatan yang bersangkutan diatur
oleh pimpinan Sinode Gereja yang dituju.
3. Setiap Tenaga Utusan Gereja wajib menaati tata Gereja dan
peraturan Gereja setempat.
4. Setiap Tenaga Utusan Gereja yang melayani di GPIG menerima
jaminan hidup dari Gereja pengutus dan atau berdasarkan perjanjian
kerja sama antar Sinode.
5. Setiap Tenaga Utusan Gereja dalam hal ini Pendeta dan Tenaga
lainnya yang bertugas di GPIG dapat menerima tunjangan fungsional
maupun struktural yang diatur di Jemaat atau Wilayah.
6. Tenaga Utusan Gereja GPIG atas permintaan sendiri berdasarkan
perjanjian kerja sama antar Sinode berlaku ketentuan sebagai
berikut: Tidak menerima gaji & tunjangan, wajib menyetor dana
pensiuan dan wajib memperbaharui perjanjian kerja tiap 3 (tiga)
tahun.
PERATURAN
TENTANG
PERNIKAHAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Pernikahan adalah satu lembaga yang ditetapkan Tuhan, Tuhan
hendak mempersatukan seorang laki-laki dengan seorang
perempuan yang sepadan untuk saling mengasihi dan saling
menolong dalam kehidupan bersama.
2. Pernikahan adalah ikatan yang eksklusif antara satu pria dan satu
perempuan, yaitu bahwa dalam pernikahan, pasangan hanya
memiliki satu suami atau satu istri, dan mereka berkomitmen untuk
setia dan saling mengasihi satu sama lain seumur hidup.
3. Pernikahan adalah persekutuan hidup antara seorang laki-laki
dengan seorang perempuan yang meliputi segala bidang dan berlaku
seumur hidup atas dasar kasih dan kesetiaan.
Pasal 2
Syarat-syarat Pernikahan
Pernikahan dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah dewasa secara
lahir dan batin.
2. Usia perempuan 19 tahun dan laki-laki 19 tahun, jika salah satu calon
mempelai atau keduanya di bawah umur, maka harus berdasarkan
penetapan pengadilan.
3. Telah mendapatkan surat keterangan atau bukti pendaftaran dari
Kantor Catatan Sipil yang menyatakan kedua mempelai tersebut
memenuhi syarat untuk dicatat pernikahannya.
4. Telah mendapatkan surat keterangan belum pernah menikah dari
Pemerintah domisili tempat tinggal kedua mempelai.
5. Membuat surat pernyataan di atas meterai untuk bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pernikahan yang dilakukan.
6. Kedua mempelai telah di baptis dan di sidi, dibuktikan dengan adanya
surat baptis dan surat sidi.
7. Kedua mempelai atau salah satu calon mempelai adalah anggota sidi
GPIG yang sedang tidak berada di bawah penggembalaan khusus.
8. Apabila salah satu calon mempelai adalah anggota sidi jemaat yang
lain maka yang bersangkutan terlebih dahulu meminta surat
pengantar dari BPMJ.
9. Apabila salah satu calon mempelai adalah anggota sidi gereja lain
yang seazas, maka yang bersangkutan terlebih dahulu meminta surat
pengantar dari pimpinan gerejanya.
10. Apabila salah satu calon mempelai berasal dari gereja yang tidak
seazas atau berasal dari agama lain, maka yang bersangkutan
terlebih membuat surat pernyataan pindah gereja dan atau pindah
keyakinan ke agama Kristen Protestan, kemudian yang bersangkutan
mengikuti Katekisasi Sidi dan menerima Sakramen Baptisan Dewasa.
11. Apabila salah satu calon mempelai berstatus “cerai hidup” maka
pemberkatan/peneguhan nikah akan dilaksanakan yang
bersangkutan harus menyertakan Keputusan Pengadilan Negeri,
mengikuti katekisasi Pra Nikah dan dinyatakan selesai maka
pemberkatan/peneguhan nikah dapat dilaksanakan.
12. Apabila salah satu calon mempelai berstatus “cerai mati” maka
pemberkatan/peneguhan nikah akan dilaksanakan yang
bersangkutan harus menyertakan akta kematian, mengikuti
katekisasi Pra Nikah dan dinyatakan selesai maka
pemberkatan/peneguhan nikah dapat dilaksanakan.
Pasal 3
Persiapan
Sebelum peneguhan nikah harus dilakukan persiapan sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan pemberkatan dan peneguhan nikah
kepada BPMJ minimal satu bulan sebelum tanggal pemberkatan
nikah.
2. Mengisi formulir dan melengkapi berkas-berkas yang disediakan oleh
BPMJ setempat.
3. Mengikuti katekisasi pranikah dan dinyatakan selesai, yang
pelaksanaannya diatur oleh BPMJ setempat.
4. Mengikuti percakapan penggembalaan yang diselenggarakan
Pendeta.
5. Rencana pemberkatan/peneguhan dan pencatatan nikah diwartakan
ke Jemaat melalui warta Jemaat, minimal dua minggu berturut-turut
dengan menyebut nama dan alamat orang yang akan menikah.
6. Bila ada keberatan dari anggota jemaat maka keberatan itu sah
apabila diajukan secara tertulis, disertai nama, tanda tangan atau cap
jari, alamat, alasan yang jelas dan masih dalam batas waktu
pewartaan.
7. Jika ada keberatan sah yang masuk maka BPMJ menyelidiki
kebenaran yang diajukan.
8. Bila alasan itu dapat diterima, maka pelaksanaan
pemberkatan/peneguhan dan pencatatan ditangguhkan sampai
persoalannya diselesaikan dan rencana pemberkatan/peneguhan dan
pencatatan nikah yang bersangkatan dibatalkan.
9. Bila tidak ada surat keberatan sah yang masuk, maka
pemberkatan/peneguhan dan pencatatan nikah yang bersangkutan
dapat dilakukan dalam ibadah pemberkatan/peneguhan dan
pencatatan nikah.
BAB III
PENEGUHAN/PEMBERKATAN DAN PENCATATAN
Pasal 4
Peneguhan/Pemberkatan
Peneguhan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Peneguhan/pemberkatan nikah dilaksanakan dalam satu ibadah di
gedung Gereja dengan menggunakan tata cara ibadah
peneguhan/pemberkatan nikah Sinode GPIG.
2. Pelayanan peneguhan/pemberkatan nikah dilayani oleh Pendeta
GPIG.
Pasal 5
Pencatatan
Setiap pernikahan warga Jemaat GPIG harus dicatat menurut peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
BAB IV
WAKTU DAN TEMPAT PENEGUHAN/PEMBERKATAN
NIKAH
Pasal 6
Waktu
Waktu pelaksanaan peneguhan/pemberkatan nikah dilaksanakan sesuai
waktu yang disepakati bersama.
Pasal 7
Tempat
Tempat pelaksanaan peneguhan/pemberkatan dan pencatatan nikah
diatur sebagai berikut :
1. Peneguhan/pemberkatan nikah dilaksanakan di gedung Gereja.
BAB V
PERNIKAHAN SEBELUM MENJADI KRISTEN
Pasal 8
Pengertian
1. Warga Gereja yang telah menikah sebelum menganut Agama Kristen.
2. GPIG mengakui pernikahan dari warga Gereja yang dilangsungkan
dengan sah menurut undang-undang negara pada waktu mereka
belum menjadi Kristen.
Penjelasan :
Gereja dapat melaksanakan peneguhan/pemberkatan nikah berdasarkan surat
permohonan dari keluarga tersebut.
PERATURAN
TENTANG
DISIPLIN GEREJAWI
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1. Disiplin Gerejawi berfungsi untuk memelihara panggilan dan
pengakuan serta kehidupan bergereja, agar tetap dalam kesetiaan
iman, kekudusan hidup dan ketaatan pada panggilan dan pengakuan
Gereja yang berlandaskan kasih dan pelayanan Yesus Kristus
2. Disiplin Gerejawi terdiri dari :
Pasal 2
Hakikat
1. Disiplin Gerejawi adalah tugas Gereja yang diperintahkan Tuhan
dalam rangka pertumbuhan dan pendewasaan iman warga Jemaat
GPIG.
2. Displin Gerejawi dilakukan berdasarkan pada kasih Allah dalam Yesus
Kristus, Kepala Gereja dan Gembala yang baik, untuk kemuliaan
nama Tuhan, serta keutuhan persekutuan, kesaksian dan pelayanan
Gereja.
BAB II
PENGGEMBALAAN
Pasal 3
Disiplin Gerejawi
1. Sasaran disiplin gerejawi kepada :
a. Warga Jemaat, dilakukan oleh Penatua, Diaken dan Pendeta.
b. Pelayan Khusus (Penatua/Diaken), dilakukan oleh BPMJ, atau
Pendeta dan MPJ yang ditugaskan olah BPMJ berdasarkan
surat tugas.
Pasal 4
Bentuk dan Cara Penggembalaan
1. Bentuk Pengembalaan
a. Perhatian dan kepedulian terhadap kehidupan anggota-
anggota/Jemaat dan Pelaksanaan Pelayanan Gereja.
b. Perhatian dan kepedulian terhadap pertumbuhan hidup
anggota/Jemaat selaku tubuh Kristus.
c. Menasihati dan memberi saran terhadap segala kesulitan dan
masalah yang timbul dalam kehidupan anggota-
anggota/Jemaat, terutama Majelis Jemaat/Pelayan-pelayan
Khusus Gereja.
2. Cara Pengembalaan:
a. Cara Pengembalaan dilakukan secara langsung atau tidak
langsung.
b. Setiap warga Gereja GPIG, pribadi ataupun keluarga berhak
mendapatkan pelayanan penggembalaan yang dilaksanakan
BAB III
PENILIKAN
Pasal 5
Sasaran dan Pelaksanaan Penilikan
1. Penilikan ditujukan kepada perseorangan atau persekutuan yang
setelah percakapan penggembalaan belum membawa hasil yang
diharapkan.
2. Pelaksana penilikan :
a. Kepada warga Gereja, dilakukan oleh Penatua, Diaken, Guru
Agama, Pendeta dan atau oleh anggota sidi Jemaat yang
dipercayakan oleh BPMJ.
b. Kepada Penatua dan Diaken, dilakukan oleh BPMJ bersama
dengan Pendeta dan MPJ.
c. Kepada Pendeta dan guru agama, dilakukan oleh BPMS dan
atau oleh MPS atau oleh mereka yang ditugaskan oleh BPMS
melalui surat tugas.
d. Kepada persekutuan Jemaat, dilakukan oleh BPMW dan
BPMS.
Pasal 6
Proses Penilikan
1. Mereka yang ditugaskan melakukan proses penilikan, harus
memegang rahasia jabatan.
2. Proses penilikan melalui : mengumpulkan data permasalahan,
informasi atau keterangan secara obyektif.
3. Proses penilikan berlangsung dalam asas praduga tak bersalah.
4. Permasalahan diselesaikan secara berjenjang dari aras Jemaat,
Wilayah dan Sinode
5. Selanjutnya permasalahan itu dibahas dan digumuli dalam rapat
BPMJ/ BPMW/ BPMS.
6. Jika tidak terselesaikan maka dilanjutkan dalam Sidang Majelis
Jemaat, Sidang Majelis Wilayah, Sidang Tahunan Sinode dan Sidang
Sinode.
BAB IV
DISIPLIN GEREJA
1. Tindakan disiplin Gereja dikenakan kepada warga GPIG yang
mengingkari pengakuan, panggilan dan Tata Gereja GPIG.
2. Tindakan disiplin Gerejawi diberlakukan setelah dilaksanakan
penggembalaan dan penilikan.
Pasal 7
Bentuk Disiplin Gereja
1. Disiplin Gereja dilakukan dalam bentuk teguran dan peringatan.
2. Teguran dan peringatan dilakukan sebanyak tiga kali dalam batas
waktu yang ditentukan oleh BPMJ, BPMW dan BPMS, yang
dilakukan sebagai berikut :
a. Teguran dan peringatan pertama dalam waktu selama satu
bulan.
b. Bila tidak menunjukkan pertobatan, maka dilanjutkan dengan
teguran dan peringatan ke dua dalam waktu satu bulan.
Pasal 8
Bentuk-Bentuk Pelanggaran
1. Pengingkaran terhadap pengakuan, ajaran dan panggilan Gereja.
2. Tidak mengakui dan melaksanakan Tata Gereja GPIG.
3. Melakukan tindak pidana (inkrah).
Pasal 9
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Warga Gereja
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada warga Gereja apabila
yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan sikap setelah
dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan peringatan.
2. Yang bersangkutan belum dapat menjadi orang tua baptisan.
3. Yang bersangkutan belum dapat diteguhkan sebagai sidi Jemaat.
4. Yang bersangkutan belum dapat dipilih menjadi Penatua dan atau
Diaken.
5. Tindakan Disiplin Gerejawi disampaikan dalam Sidang Majelis
Jemaat.
Pasal 10
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Penatua dan Diaken
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada Penatua atau Diaken
apabila yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan sikap
setelah dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan
peringatan.
2. Yang bersangkutan belum dapat menjadi saksi baptisan kudus.
3. Yang bersangkutan diberhentikan sementara dari tugas
kemajelisan.
4. Tindakan Disiplin Gerejawi disampaikan dalam Sidang Majelis
Jemaat.
Pasal 11
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Pendeta dan Guru Agama
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada Pendeta atau Guru
Agama apabila yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan
sikap setelah dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan
peringatan.
2. Yang bersangkutan diberhentikan semantara dari jabatan
struktural dan fungsional.
3. Selama menjalani tindakan Disiplin Gerejawi tidak mendapat
tunjangan fungsional dan struktural dan tidak mendapat hak
kenaikan berkala, pangkat dan golongan.
4. Tindakan Disiplin Gerejawi yang dikenakan kepada Pendeta dan
Guru Agama dilakukan berdasarkan Surat Keputusan BPMS, yang
tembusannya disampaikan kepada BPMJ dan BPMW se-GPIG.
Pasal 12
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Pekerja GPIG
1. Tindakan Disiplin Gereja diberikan kepada yang bersangkutan
apabila yang bersangkutan tidak menunjukan perubahan sikap
setelah dilakukan penggembalaan, penilikan, teguran dan
peringatan.
2. Yang bersangkutan belum dapat menjadi orang tua baptisan.
3. Yang bersangkutan belum dapat diteguhkan sebagai sidi Jemaat.
4. Yang bersangkutan belum dapat dipilih menjadi Penatua dan atau
Diaken.
5. Yang bersangkutan diberhentikan sementara sebagai Pekerja
Gereja.
6. Yang bersangkutan tidak menerima tunjangan fungsional dan hak
kenaikan berkala, pangkat dan golongan.
7. Tindakan Disiplin Gerejawi yang dikenakan kepada Pekerja GPIG
dilakukan berdasarkan Surat Keputusan BPMJ/BPMW/BPMS.
Pasal 13
Tindakan Disiplin Gereja Kepada Persekutuan Jemaat
Tindakan Disiplin Gereja kepada persekutuan Jemaat yaitu :
Pasal 14
Pelaksana Tindakan Disiplin Gerejawi
1. Pelaksana tindakan disiplin kepada anggota Jemaat adalalah
Sidang Majelis Jemaat dan hasilnya dilaporkan kepada BPMS.
2. Pelaksana tindakan terhadap Pelayan Khusus (Penatua, Diaken,
Guru Agama dan Pendeta) adalah BPMS.
3. Pelaksana tindakan terhadap Pegawai Gereja adalah
BPMJ/BPMW/BPMS.
4. Pelaksana tindakan terhadap persekutuan Jemaat, BPMW, BPMS,
MPS, MP3S adalah Sidang Sinode.
Pasal 15
Waktu Pelaksanaan Tindakan Disiplin Gerejawi
Jangka waktu tindakan Disiplin Gerejawi dilaksanakan minimal tiga bulan
dan maksimal enam bulan, yang diberikan berdasarkan Surat Keputusan
BPMS dan khusus bagi persekutuan Jemaat minimal satu tahun.
Pasal 16
Penerimaan Kembali
1. Bagi mereka yang dikenakan Disiplin Gerejawi, dapat diterima
kembali apabila telah mengakui kesalahannya secara tertulis kepada
BPMJ/BPMW/BPMS dan dinilai telah menampakan pertobatan, yang
selanjutnya di sampaikan kepada sidang MJ/MW/STS/SS.
2. Penerimaan kembali, dilakukan berdasarkan Surat Keputusan
BPMJ/BPMW/BPMS. Dan bagi Pendeta Pekerja Tetap GPIG dilakukan
dengan Surat Keputusan BPMS berdasarkan keputusan Sidang
Tahunan Sinode atau Sidang Sinode.
BAB V
PEMBERHENTIAN
Pasal 17
Pelaksanaan Pemberhentian
1. Bagi warga Gereja yang telah dikenakan Disiplin Gerejawi yang tidak
menjalankan dan tidak menunjukkan perobahan dan pertobatan
sampai waktu yang ditentukan, maka yang bersangkutan dikeluarkan
dari daftar keanggotaan Jemaat GPIG.
2. Bagi Penatua dan Diaken yang telah dikenakan Disiplin Gerejawi yang
tidak menjalankan dan tidak menunjukkan perobahan dan
pertobatan sampai waktu yang ditentukan, maka yang bersangkutan
diberhentikan dari jabatan struktural dan jabatan fungsional
berdasarkan Surat Keputusan BPMS.
3. Bagi Pendeta, Guru Agama dan Pekerja Gereja yang telah dikenakan
Disiplin Gerejawi yang tidak menjalankan dan tidak menunjukkan
perobahan dan pertobatan sampai waktu yang ditentukan, maka
diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pendeta Pekerja Tetap
GPIG dan Pegawai Gereja.
4. Bagi persekutuan Jemaat yang setelah dikenakan Disiplin Gerejawi
tetapi tidak menunjukan perubahan dan pertobatan sampai waktu
yang di tentukan maka persekutuan Jemaat tersebut dikeluarkan
dari keanggotaan GPIG berdasarkan keputusan Sidang Sinode dan
statusnya dinyatakan telah berakhir sebagai satu Jemaat GPIG.
Pasal 1
Perubahan
1. Perubahan peraturan ini hanya dapat dilakukan dan ditetapkan
dalam Sidang Sinode atau Sidang Sinode Istimewa.
2. Usul perubahan diajukan minimal satu tahun sebelum Sidang Sinode
oleh dua pertiga dari jumlah Jemaat GPIG dan tersebar di setengah
tambah satu wilayah
3. Usul perubahan dibahas dalam Sidang Tahunan Sinode untuk
diputuskan dan ditetapkan dalam Sidang Sinode atau Sidang Sinode
Istimewa.
Pasal 2
Pemberlakuan dan Penetapan
1. Peraturan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.
2. Dengan ditetapkannya peraturan ini maka peraturan yang lama
dinyatakan tidak berlaku lagi.