Anda di halaman 1dari 4

MATERI VISI dan MISI

1. Visi GMKI
Secara eksplisit, dalam Anggaran Dasar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia
(GMKI) pasal 3 ayat (1) diungkapkan Visi GMKI. Ayat ini berbunyi: “Visi
Organisasi ini adalah terwujudnya kedamaian, kesejahteraan, keadilan,
kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih”. Visi
tersebut disusun berdasarkan pergumulan panjang GMKI berdinamika. Rumusan ini
dilahirkan setelah mempelajari aktivitas organisasi ini sejak masih berupa
perhimpunan para senior member CSV Belanda yang ada di Indonesia pada awal
abad ke 20 yaitu periode tahun 1916 sampai 1924 hingga awal millennium ketiga.
GMKI kemudian merumuskan visi ini secara gamblang.

Visi organisasi yang tertuang dalam AD tersebut baru ditetapkan pada kongres GMKI
ke 29 tahun 2004 di Pematang Siantar. Sebelumnya GMKI mengenal tujuan
organisasi serta visi periodik berupa tema pelayanan. Aspek penting yang
diperhatikan dalam perumusan ini diantaranya juga adalah runutan tema dan sub
tema. Tema dan sub tema pelayanan sebagai visi periodik yang melandasi
penatalayanan organisasi yang diakumulasi sejak GMKI memulai tradisinya
menggunakan tema pelayanan pada kongres II di Sukabumi tahun 1952 hingga
kemudian menghasilkan rumusan visi tersebut pada tahun 2004. Selain itu, amanat
doa Yesus Kristus “Ut Omnes Unum Sint” yang juga merupakan amsal Gerakan
Mahasiswa Kristen Se-dunia menjadi dasar teologis.

Lebih dalam dari visi yang tersurat dalam AD, terdapat visi eskatologis GMKI yang
yaitu ingin menyatakan “Syalom Allah/Damai Sejahtera Allah” atau Kerajaan Allah
dengan perwujudan kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan
ciptaan dan demokrasi di Indonesia berdasarkan kasih. Visi eskatologis ini hendak
juga menyatakan bahwa seluruh alam semesta sebagai ciptaan Tuhan haruslah utuh
dalam keselarasan sehingga GMKI tidak hanya hadir untuk umat manusia tetapi
untuk seluruh mahkluk. Visi eskatologis tersebut diilhami pesan Firman Tuhan
tentang pentingnya keberpihakan GMKI kepada kaum terpinggirkan untuk
mewujudkan Kerajaan Allah. Dalam Matius 25, Yesus mempersonifikasikan dirinya
sebagai orang lapar yang harus diberi makan, orang haus yang harus diberi minum,
orang asing yang membutuhkan tumpangan, orang telanjang yang membutuhkan
pakaian, orang sakit yang butuh lawatan, orang dalam terpenjara yang perlu
dikunjungi. Bagi Yesus, apa yang kita lakukan untuk orang – orang dalam kondisi
tersebut, maka sesungguhnya kita telah melakukannya untukNya. Tentunya kita harus
menterjemahkan personifikasi ini secara cerdas dan dalam konteks yang lebih luas.
Yesus Mengambil setting orang yang terpinggirkan dalam kehidupan manusia hendak
menegaskan pada kita bahwa keberpihakan kepada kondisi mereka merupakan bentuk
iman kita kepadaNya. Kerajaan Allah yang transenden dan dicita – citakan itu harus
dirasakan juga oleh orang – orang terpinggirkan bagaimanapun keadaan mereka tanpa
dibatasi oleh sekat – sekat suku, agama, ras, golongan dan sebagainya.

Wujud kerajaan Allah yang dicita-citakan terformulasi dalam enam bentuk yaitu
Kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi.
Perwujudan tersebut berarti tidak hanya menjadi bahasa utama dari seluruh aktifitas
perwujudannya.

Dari rumusan visi ini sangat jelas menunjukkan komitmen perjuangan GMKI dalam
mencapai tujuan Nasional berbangsa sebagaimana termaksud dalam pembukaan UUD
1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cikal bakal GMKI yang lahir dari
bumi Indonesia di era perjuangan kemerdekaan Indonesia mengisi sejarah yang sangat
penting di Bangsa ini. Agenda perwujudan kedamaian, kesejahteraan, keadilan,
kebenaran, keutuhan ciptaan dan demokrasi berdasarkan kasih di Indonesia
menegaskan bahwa Indonesia menjadi tempat gerakan ini berjuang, mengakui
Pancasila sebagai dasar negara, termasuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia hasil proklamasi 1945. GMKI menyebut kehadirannya sebagai
Christian Presence yang mengambil sikap hati – hati, mempelajari dan melihat
suasana dan menjadi mediator positif terhadap segala kondisi pertarungan
kebangsaan.
Berikut penggalan pidato Dr. J. Leimena, saat peleburan CSV of Java dan PMKI pada
tanggal 9 Februari 1950:
“ . . . GMKI menjadi pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus
dilakukan di Indonesia. GMKI menjadi suatu pusat, sekolah latihan (Leerschool) dari
pada orang – orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai
kepentingan dan kebaikan dari pada Negara dan Bangsa Indonesia. GMKI bukanlah
merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam
Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam Gereja, maupun dalam
Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai suatu bagian dari Iman dan Roh, ia berdiri
ditengah – tengah dua Proklamasi: Proklamasi kemerdekaan Nasional dan Proklamasi
Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan
Kebangkitan”.
Dari penggalan pidato tersebut terlihat jelas cita – cita kebangsaan dan keindonesiaan
GMKI. Lebih lanjut komitmen keindonesiaan dan kekristenan ini diperkenalkan oleh
Dr. J. Leimena sebagai “Dwi Kewarganegaraan” yaitu warga Kerajaan Allah (Band.
Filipi 3: 20) dan warga Negara Republik Indonesia. Menurut pemahaman iman
GMKI, kita bertanggungjawab untuk kebaikan dan kepentingan Negara dan bangsa
Indonesia. Karena apa yang kita lakukan untuk kebaikan bangsa dan negara
merupakan wujud iman kita kepada Yesus Kristus.

2. Misi GMKI
Misi GMKI terdiri dari tiga bagian pokok yaitu:
Pertama :Mengajak mahasiswa dan warga perguruan tinggi lainnya kepada
pengenalan akan Yesus Kristus selaku Tuhan dan Penebus dan
memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Kedua : Membina kesadaran selaku warga gereja yang esa di tengah-tengah
mahasiswa dan perguruan tinggi dalam kesaksian memperbaharui
masyarakat, manusia dan gereja.
Ketiga : Mempersiapkan pemimpin dan penggerak yang ahli dan bertanggung jawab
dengan menjalankan panggilan di tengah-tengah masyarakat, negara,
gereja, perguruan tinggi dan mahasiswa, dan menjadi sarana bagi
terwujudnya kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta
kasih di tengah-tengah manusia dan alam semesta.
Misi merupakan konsep operasional yang menjadi tugas panggilan GMKI dalam
menghadapi medan gumulnya. Panggilan ini merupakan sesuatu yang mutlak
dilakukan oleh GMKI agar mampu mewujudkan visinya. Mengajak mahasiswa dan
warga perguruan tinggi lainnya kepada pengenalan akan Yesus Kristus selaku Tuhan
dan Penebus dan memperdalam iman dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari tidak
bisa diartikan secara sempit. Mengajak pada pengenalan berarti secara total anggota
GMKI mengenali, mengimani, meneladani serta bertindak menurut kebenaran yang
Yesus Kristus ajarkan. Gerakan ini merupakan gerakan Christosentris artinya seluruh
aktivitas dan langgam kerjanya berpusat pada kebenaran Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat. Dari kalimat misi pertama itu termaktub jelas bahwa tidak berarti
seseorang harus beragama Kristen untuk menjadi anggota GMKI. Atau juga GMKI
tidak dalam misi “mengkristenkan” orang lain. Seorang mahasiswa boleh tetap pada
agamanya namun mau mengajak dan mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.

3. Aktivitas dan langgam kerja organisasi sebagai usaha pencapaian visi/misi organisasi

4. GMKI sebagai anak kandung Gereja


Jika kita menilik kembali ke salah satu ciri GMKI yaitu sifat kekristenannya, maka
Sifat Kekristenan ini menunjukkan bahwa GMKI adalah bagian dari Gereja. GMKI
adalah kelanjutan pelayanan gereja di perguruan tinggi, dengan berbagai karakteristik
gereja. Sebagaimana Gereja menempatkan Alkitab sebagai dasar, maka ini pulalah
yang menjadi sumber bagi GMKI. Sumber GMKI tidak mengaburkan arti dan sifat
gerejawinya. Dalam pengamalan sumber organisasi ini, maka haruslah relevan
dengan panggilannya, dan tidak asing bagi lingkungannya.

Misi GMKI yang memuat aspek marturia, koinonia dan diakonia membuktikan
bahwa GMKI melakukan tugas – tugas panggilan gereja di Perguruan tinggi. Misi
GMKI memuat aspek Marturia yakni kesaksian untuk mempertahankan spiritual
pelayanannya pada warga perguruan tinggi, aspek Koinonia yakni persekutuan
dimana GMKI akan melaksanakan kegiatan yang mempersatukan dan membaharui
kehidupan Gereja, masyarakat dan manusia serta Diakonia yakni pelayanan yang
menempatkan GMKI sebagai organisasi kader yang mempersiapkan pemimpin masa
datang. Selain itu, GMKI menempatkan dirinya selaku sarana perjuangan untuk
menciptakan kesejahteraan, perdamaian, keadilan, kebenaran dan cinta kasih di
tengah – tengah manusia dan alam semesta.

Dalam pejelasan anggaran dasar GMKI pasal 5 tentang Status GMKI sangat jelas
bahwa GMKI adalah organisasi mahasiswa yang bersifat gerejani. Ia berafiliasi dan
seaspirasi dengan Gereja karena dari sana ia lahir. GMKI adalah bagian dari gereja itu
sendiri yang berada di tengah-tengah Perguruan Tinggi. Dengan seluruh landasan
kedirian GMKI tersebut diatas maka cukup jelas bahwa fungsi – fungsi pelayanan
gereja juga dilakukan oleh GMKI di perguruan tinggi. GMKI bukanlah ‘gereja’
sebagai institusi dan memang tidak bermaksud sama sekali untuk mendirikan ‘gereja’
(institusi/aliran/denominasi/lembaga gereja). GMKI menjadi gereja yang tersamar
(incognito) dalam hal fungsi – fungsi pelayanannya. Dalam spektrum pelayanan yang
demikian itulah kemudian GMKI disebut anak kandung gereja.
Pada tahun 1962, GMKI menyusun sebuah pola pelayanan baru GMKI dalam masa –
masa revolusi. Program ini dibagi atas dua macam yaitu garis panggilan umum dan
garis panggilan khusus. Garis panggilan umum mengandung inti, pokok dari GMKI
(Gereja) dan yang menjadi landasan utama yang kemudian disebut tri panggilan
GMKI bersaksi, bersekutu dan melayani. Garis panggilan khusus mengandung pokok
– pokok kehadiran GMKI dalam masa revolusi yang berintikan kegiatan kerohanian
dan kemasyarakatan. Berdasarkan pola pelayanan ini kemudian GMKI menamakan
dirinya “Anak kandung gereja dalam revolusi”.
.
5. Paparan sosiologis tentang keesaan gereja
(belum rampung)

Anda mungkin juga menyukai