Anda di halaman 1dari 23

EKSPLANATORI DAN KONFIRMATORI PELAYANAN HOLISTIK

TUHAN YESUS BERDASARKAN INJIL SINOPTIK


OLEH PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK)
CLUSTER SOLO PADA ANAK
USIA 14-19 TAHUN.

Judul Disertasi

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teologi KADESI Yogyakarta


Untuk Mengikuti Seminar Judul Disertasi
Konsentrasi Pendidikan Kristen

Oleh :
MATIUS MARKUS
NIM : 191303027

PROGRAM DOKTORAL
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI KADESI YOGYAKARTA
Agustus 2023
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti menguraikan beberapa bagian, yaitu latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Latar Belakang Masalah

Pelayanan bukan menjadi hal yang asing didengar oleh setiap orang Kristen

karena merupakan gaya hidup orang Kristen yang diteladankan oleh Yesus sendiri

ketika tiga setengah tahun melayani di bumi, karena secara mendasar pelayanan

merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menolong orang lain dalam

memenuhi kebutuhan orang tersebut. Yesus dengan spesifik berkata dalam Matius

20:28 “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk

melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Injil merupakan kitab yang terdiri dari Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil

Yohanes. Keempat kitab Injil ini secara khusus menceritakan mengenai kisah

kehidupan Tuhan Yesus Kristus dari kelahiran, pelayanan sampai kepada kenaikan ke

sorga. Namun dari keempat kitab Injil tersebut terdapat kitab yang digolongkan atau

dinamakan dengan kitab Injil Sinoptik yaitu Matius, Markus, Lukas. Kata Sinoptik

berasal dari dua kata istilah dalam bahasa Yunani yakni “sin” yang berarti bersama dan

“optanomai” yang berarti melihat.” Dari pengertian tersebut maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan istilah Injil Sinoptik adalah, penulis

menceriterakan mengenai kisah kehidupan Yesus Kristus dari sudut pandang cerita
yang sama.1 Dalam hal ini Injil yang dimaksudkan ialah Matius, Markus dan Lukas,

sebagai suatu kemiripan yang harus dilihat secara bersama-sama. Suharyo dalam buku

pengantar Injil Sinoptik menjelaskan bahwa :

Ketiga kitab Injil Sinoptik diakui bahwa pada waktu menulis ini mereka tidak
duduk bersama-sama untuk menuliskan kitabnya masing-masing, juga dilihat
dari waktu penulisan tidaklah mungkin mereka duduk bersama lalu menulis kitab
masing-masing. Jika terdapat kesamaan di dalam penulisan tersebut, itu tidak
berarti bahwa penulisnya hebat, bukan pula karena ada kerjasama, dan bukan
pula saling copy dan kutip satu dengan yang lainnya, tetapi semuanya terjadi
atas dorongan dan tuntunan daripada Roh Kudus melalui pengilhamannya
kepada penulis masing-masing, sehingga tidak terdapat suatu kesalahan di
dalam penulisannya.2

Dari ketiga Injil inilah diketahui berbagai pelayanan yang dilakukan Tuhan Yesus

kepada murid-murid-Nya bahkan kepada khalayak banyak. Seperti pelayanan Yesus

dalam Injil Matius 4:23-25 “Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam

rumah-rumah ibadah dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala

penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu…” Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa

dalam pelayanan dalam misi pewartaan kabar baik Tuhan Yesus menyangkut berbagai

aspel yaitu, berkeliling, mengajar, memberitakan, dan melenyapkan segala penyakit.

Dari komentar Wycliffe ini ada empat ulasan utama dari pelayanan Yesus di Galilea

yang meliputi berkeliling Kunjungan (periegen ) ,mengajar (didasko ) ,memberitakan

(kerusson) dan melenyapkan penyakit (menyembuhkan: therapeuon). Hal ini yang

Tuhan Yesus lakukan sebagai bentuk pelayanan secara holistik dengan maksud untuk

memulihkan keseimbangan dan keserasian antara dimensi individualitas dan sosial

manusia sehingga bukan hanya aspek rohani saja yang dipulihkan tetapi aspek

1
Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik (Jakarta: Gandum mas, 2017).Hal 21
2
Suharyo, Pengantar Injil Sinoptik (Jakarta: Lembaga Biblika Indonesia, 2010).Hal 35
jasmani, kongitif dan psikologis3. Oleh karena itu dalam pelayanan holistik tidak dikenal

dikotomi atau pemisahan antara kebutuhan individual dan sosial manusia. Kata

‘holisitik’ berasal dari kata “whole’’ Bahasa Inggris yang artinya : seluruhnya,

sepenuhnya.4 Kata ‘holistik’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai

pengertian “ciri pandangan yang menyatakan bahwa keseluruhan sebagai suatu

kesatuan lebih penting dari pada satu-satu bagian dari suatu organisme”. 5 Istilah

pelayanan yang holistik saat ini memang banyak digunakan oleh berbagai kalangan

untuk menunjukkan bentuk pelayanannya, namun ada juga kelompok orang yang salah

mengartikannya. Anggapan yang salah mengenai pelayanan holistik adalah anggapan

bahwa pelayanan holistik adalah pelayanan yang berbentuk pelayanan sosial,

sehingga akhirnya ada yang mengartikan bahwa pelayanan holistik adalah pelayanan

sosial. Herlianto dalam buku Pelayanan Perkotaan menyatakan bahwa:

Sebagai pelayanan yang mencakup pemberitaan Injil baik secara verbal maupun
secara perbuatan dan ditujukan untuk menjangkau manusia seutuhnya pula,
yaitu manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh, dan manusia yang
mempunyai kaitan–kaitan sosial, budaya, ekonomi, hukum dan politik dengan
lingkungannya.6

Tomatala tentang hakikat pelayanan yang holistik dimana dapat dijelaskan

sebagai “satu yang menyeluruh” yang memiliki kesatuan integral dengan aspek-aspek

lengkap yang utuh. Pelayanan yang menyentuh aspek pelayanan dasar pada empat

dimensi pelayanan yang holistik yaitu spiritual, psikis, sosial dan fisik manusia. 7 Untuk

itulah sudah menjadi kewajiban dan keharusan untuk orang Kristen bahkan gereja

3
Homer A. Kent, Jr., “The Wycliffe Bible Commentary,” in Matius, ed. Charles F. dan Everett F.
Harrison, Cet. Ke-1. (Malang: Gandum Mas, 2013) Hal 39
4
Kamus Inggris – Indonesia ( Holistik ).Hal 355
5
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001).Hal 267
6
Herlianto, Pelayanan Perkotaan (Bandung: Yabina, 1998).Hal 123
7
Yakob Tomatala, “Teologi Misi” (Jakarta: YT Leadership Foundation, 2003), Hal 41.
menerapkan pelayanan holistik yang bukan hanya berfokus kepada “people oriented”

atau kepedulian terhadap orang tetapi bagaimana seseorang bisa hidup secara ideal

sebagai ciptaan Tuhan.

Gereja yang berkembang salah satu indikasinya adalah gereja yang menerapkan

pelayanan yang holistik. Salah satunya adalah dalam pelayanan kepada anak. Anak–

anak yang dipersiapkan dan dilayani dengan baik, akan menjadi generasi penerus

gereja yang terus menerus tumbuh dan berkembang sebagai penyambung pelaku

Amanat Agung. Dalam memenuhi standar pelayanan kepada anak maka ada beberapa

gereja yang bermitra/bekerjasama dengan Yayasan Compassion Indonesia (YCI),

dengan mengadakan Pusat Pengembangan Anak yang selanjutnya akan disingkat

menjadi PPA. Compassion adalah sebuah organisasi internasional yang

mengembangkan anak secara holistik, berkomitmen untuk menjadi pembela

anak, untuk membebaskan mereka dari kemiskinan baik secara rohani, fisik,

pendidikan dan sosio emosional. Setidaknya di Cluster Solo (Kota Surakarta, Kab.

Sukoharjo, Kab. Karanganyar ,dan Kab. Klaten) ada 17 gereja yang bermitra dengan

PPA Jumlah anak yang dibina 9000 lebih. Secara spesifik untuk usia 14-19 tahun

berjumlah 966 anak. Bukan jumlah yang sedikit untuk dapat dikelola dan didanai oleh

yayasan Compassion Indonesia. Pada kesempatan sebelumnya peneliti menemukan

permasalahan yang terjadi di PPA GENERASI ANAK TERANG dimana peneliti sebagai

gembalanya. Untuk itulah pada kesempatan ini peneliti mencoba menggali lebih luas

apakah permasalahan yang sama atau lebih kompleks juga terjadi pada PPA di Cluster

Solo.
Dari hasil pengamatan peneliti di beberapa gereja secara random di Cluster Solo

menunjukan bahwa kurang maksimalnya pelayanan anak dikarenakan masih ada

gereja yang belum memandang pelayanan anak sebagai hal penting dan

menjadikannya sebagai prioritas baik dalam sisi fasilitas pendanaan, program maupun

SDM. Dengan demikian program pelayanan anak belum mendapatkan tempat utama

jika dibandingkan dengan pelayanan untuk orang dewasa. Hal tersebut terkonfirmasi

dengan pendapat Tri Budiharjo dalam bukunya yang menyatakan “ Pelayanan anak

kadang terlupakan oleh gereja dan dinomor duakan, padahal pelayanan anak adalah

pelayanan mulia yaitu pelayanan generasi bagi gereja tersebut”. 8

Karena tidak bisa dipungkiri masih ada gereja yang mengalami kekurangan

kualitas SDM, baik dari sisi panggilan maupun kualitas dalam melaksanakan pelayanan

anak. Lemahnya dasar-dasar panggilan, SDM PPA tidak paham terhadap

perkembangan situasi zaman sehingga pendekatan pembinaan ke anak tidak tepat.

Orang-orang yang mendampingi dan mengajar pelayanan anak, jarang sekali

mendapatkan pembinaan dan pelatihan dari gereja. Pelayanan anak cenderung

diserahkan kepada pemuda, remaja atau ibu-ibu yang mau saja. Bidang pelayanan

anak kadang dipakai tempat untuk belajar melayani. Akibatnya pelayanan kepada anak

tidak ditangani oleh orang-orang yang terlatih.

Gereja bertugas mendidik anak sampai sekali kelak mereka mencapai iman yang

dewasa serta memperhatikan kebutuhan mereka dengan melakukan pelayanan secara

holistik.9 Terlebih untuk anak usia 14 sampai dengan 19 tahun, karena usia itu adalah

usia dimana anak-anak mulai bertumbuh dari remaja menjadi dewasa dan siap

8
Tri Budiharjo, Sorotan Alkitab Tentang Anak (Jakarta: yayasan obor Mitra, 2014).Hal15
9
E.G. Homrighausen & I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 20
07).Hal 120
bertumbuh menjadi pemimpin rohani. Sekaligus masa–masa riskan karena memasuki

fase pubertas anak dimana kecenderungan emosional lebih tidak stabil. Pada masa

perkembangan remaja juga merupakan tahapan pubertas. Tahapan pubertas (puberty)

adalah sebuah periode dimana kematangan fisik berlangsung cepat, yang melibatkan

perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung dimasa remaja awal.
10
Sehingga Gereja harus bisa menjadi sahabat bagi anak–anak tersebut dan merangkul

mereka agar tidak terhilang sama seperti Yesus merawat dan menjaga anak yang

terlihat dalam kitab Markus 10:13-16

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah


mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus
melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka, “Biarkanlah anak-anak itu
datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang
yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Aku berkata kepadamu,
“Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang
anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu ia memeluk anak-anak itu
dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. 11

Ada empat fokus pelayanan holistik di dalam PPA GENERASI ANAK TERANG,

yaitu pelayanan jasmani, pelayanan rohani, pelayanan pendidikan dan pelayanan sosio

emosi.

Fokus pelayanan PPA yang pertama adalah pelayanan jasmani. Pelayanan ini

adalah pelayanan yang menitik beratkan kepada pelayanan fisik kepada anak. Sama

seperti pelayanan Yesus memberi makan lima ribu orang dalam Matius 14:16, demikian

juga di dalam kegiatan pelayanan di PPA memiliki tujuan agar anak terjaga

kesehatannya, mengalami pertumbuhan fisik yang seimbang antara usia, berat badan

dan tinggi badan dengan pemberian makan yang bergizi, memberikan pakaian,

10
Jhon W. Santroct, Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup (Jakarta: Erlangga, 20
11).Hal 40
11
Alkitab, LAI
pengajaran kebiasaan hidup sehat, merawat anak yang sakit, dan pemeriksaan

kesehatan berkala.

Memang tidak dapat dipungkiri dari hasil survei didapatkan bahwa beberapa

mentor mengeluh banyak remaja binaan PPA yang cenderung kurang memperhatikan

asupan gizinya. Kebiasaan anak zaman sekarang suka memakan makanan instant

(Junk Food). Padahal diketahui bahwa makanan tersebut cenderung kurang sehat

karena banyak mengandung perasa, pemanis bahkan pengawet makanan. Selain itu

juga beberapa mentor mengeluhkan ada anak–anak PPA bimbingan mereka yang

kedapatan merokok. Mereka kurang memahami dampak yang ditimbulkan dari

perbuatannya tersebut. Beberapa berdalih melakukan tindakan tersebut karena

pergaulan mereka. Seperti yang disampaikan oleh Pdt. Yulia Ekawati Penanggung

jawab PPA Debora Solo. Beliau menyatakan bahwa:

Keprihatinan bagi saya secara pribadi sebagai seorang gembala dimana anak–
anak yang beranjak remaja cenderung lebih sulit diatur dalam masalah
pengelolaan makanan yang mereka makan. Gaya hidup anak sekarang
menjadikan hal biasa untuk mengkonsumsi makanan cepat saji/junk food dan
tanpa memperhatikan efek samping serta bahayanya bagi tubuh mereka.
Padahal sejak dini mereka sudah dibiasakan makan makanan yang bergizi di
PPA selain itu walaupun di PPA mereka diajarkan menjaga kesehatan tubuh
tetapi masih saja yang kedapatan merokok padahal hal tersebut sangatlah
merusak kesehatan mereka.12

Hal itu senada dengan yang disampaikan MacArthur dalam bukunya “Kiat

sukses mendidik anak” yang menyatakan : “Anak memiliki hak untuk bertumbuh secara

jasmani sesuai dengan karakteristik umurnya untuk itulah diperlukan kecukupan gizi

seimbang agar pertubuhan fisik anak dapat berkembang baik sesuai dengan tingkat

12
Wawancara dengan Pdt. Yulia Ekawati, Gembala GBI Samaan, Sabtu 1 Agustus 2020, Pk.
10.00 WIB
usianya”.13 Sehingga dari beberapa hal tersebut dapat diketahui bahwa terindikasi

masih ada anak PPA usia 14-19 tahun yang belum mengimplementasikan pelayanan

holistik berdasarkan Injil Sinoptik dalam pelayanan jasmani.

Fokus pelayanan PPA yang kedua adalah pelayanan rohani. Tujuan pelayanan

kerohanian ini adalah supaya anak-anak mengalami pertumbuhan kerohanian. Sama

seperti pelayanan Tuhan Yesus memberikan pengajaran iman dalam Matius 17:20,

demikian juga di dalam pelayanan kerohanian ini PPA menyelenggarakan berbagai

kegiatan rohani agar anak mengalami pertumbuhan rohani melalui pengajaran

kebenaran Firman Tuhan, melalui ibadah, komsel, retreat, pemuridan, pembinaan

pribadi, dan berfungsi dalam pelayanan. Anak-anak PPA juga dilatih untuk diutus

memberitakan Injil kepada orang lain. Anak-anak yang memiliki pertumbuhan

kerohanian diharapkan menjadi anak yang takut akan Tuhan. Tetapi berdasarkan

wawancara dengan Pdt. Ferawati Mangindaan Gembala GSJA Gadingan. Beliau

menyatakan bahwa:

Usaha PPA menanamkan kerohanian kepada anak sesungguhnya sudah


maksimal mulai dari kecil hingga dewasa anak dibiasakan untuk berdoa,
bernyanyi, membaca firman dan bimbingan Alkitab. Tetapi kenyataannya masih
ada saja anak yang cenderung melalaikan kewajibannya tersebut dengan alasan
kesibukan sekolah. Padahal hal tersebut adalah kebutuhan pribadi setiap anak
yaitu dekat dengan Tuhan. Terlebih untuk anak laki-laki yang cenderung lebih
suka bermain game online yang saat ini menjadi pengaruh kuat yang menyita
waktu mereka. Berbagai usaha dilakukan tetapi kembali lagi untuk menasehati
remaja perlu sentuhan khusus bukan dengan kekerasan. 14

Hal ini senada dengan yang disampaikan Dadang Sulaeman yang menyatakan:

Pada remaja terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi psikologis, sosial dan

13
John MacArthur, Kiat Sukses Mendidik Anak Dalam Tuhan (Jakarta: Imanuel, 2002).13
14
Wawancara dengan Pdt. J Mangindaan, Sabtu 7 Agustus 2020, Pk. 18.00 WIB
intelektual sehingga remaja cenderung melakukan apa yang disenangi hatinya sendiri.15

Dari masalah tersebut diatas dapat dilihat bahwa masih ada anak PPA usia 14-19 tahun

yang belum memahami Pelayanan Holistik Anak berdasarkan Injil Sinoptik dalam

pelayanan kerohanian.

Fokus pelayan PPA yang ketiga adalah pelayanan Pendidikan. Pendidikan

merupakan hal yang sangat penting di dalam diri seorang anak. Sama seperti

pelayanan Tuhan Yesus mengajar banyak orang, seperti di dalam Markus 4:9-12,

demikian juga anak PPA diberikan bekal pendidikan dengan tujuan agar anak bisa

memiliki masa depan yang baik. Pelayanan Pendidikan yang dilakukan PPA terhadap

anak yaitu menyediakan beasiswa dan uang bantuan untuk sekolah serta peralatan

pendukung sekolah dari mulai jenjang terbawah TK sampai perguruan tinggi (bagi yang

lolos seleksi akhir). Anak-anak PPA juga diberi bekal Pendidikan untuk

mengembangkan talenta, mengembangkan wawasan, kewirausahaan, bimbingan

belajar menurut kebutuhan anak. Anak PPA diwajibkan menghadiri kegiatan pendidikan

PPA sebanyak 2 kali seminggu, masing-masing 90 menit. Setiap kedatangan anak-

anak harus melakukan presensi, anak harus hadir minimal 80% dari total kewajiban

hadir. tetapi dari hasil survei diketahui bahwa masih ada anak terutama usia SMP/SMA

yang karena padatnya kegiatan sekolah sehingga berkurangnya intensitas kehadiran

kegiatan PPA.

Pada kenyataannya terjadi pada beberapa anak kedapatan mulai jenuh dengan

kegiatan PPA. Menurut pengamatan beberapa mentor PPA beberapa orang tua anak

kurang memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Oleh karena itu PPA secara

15
Dadang Sulaeman, Psikologi Remaja : Dimensi-Dimensi Perkembangan (Bandung: Mandar Ma
ju, 1995).Hal 10
khusus menyediakan program tambahan pendidikan bagi anak usia SMP–SMA,

berupa pendidikan karir seperti bahasa Inggris, keterampilan,komputer, multimedia,

dsb.

Namun dalam kenyataannya masih ada anak yang kurang menggunakan secara

maksimal fasilitas program tersebut. Seperti yang disampaikan Zubaedi tentang

Pembelajaran Terpadu didefinisikan sebagai suatu pendekatan belajar yang melibatkan

beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada anak

melalui cara–cara yang inovatif”.16Hal tersebut didukung dengan pernyataan

Koordinator PPA Corpus Cristi Lukas Sukardi: menyatakan :

Kalau dicermati dengan sungguh-sungguh ada permasalahan dari sisi anak,


antara lain : Pada umumnya, anak usia 14 -19 tahun sudah memiliki kegiatan
yang sangat padat di sekolah masing-masing, sehingga waktu anak habis. Dari
masalah ini maka terjadi benturan dengan waktu kegiatan PPA, sehingga terjadi
masalah di presensi anak, absen anak tidak mencapai 80% kehadiran. Padahal
PPA menyediakan fasilitas pengembangan karir (kelas bahasa Inggris, Kelas
keterampilan, komputer , multimedia) tetapi masih ada saja anak yang kurang
tertarik dengan alasan menambah beban pikiran mereka. 17

Dari permasalahan yang di atas, kita dapat melihat bahwa masih ada anak PPA

usia 14-19 tahun yang belum memahami Pelayanan Holistik Anak berdasarkan Injil

Sinoptik dalam pelayanan pendidikan.

Fokus pelayanan PPA yang keempat adalah pelayanan sosio emosi. Pelayanan

sosio emosi bertujuan untuk membentuk anak menjadi anak yang dapat berinteraksi

dengan orang lain secara sehat, mengalami hubungan penuh kasih, dengan sesama.

Sama seperti Tuhan Yesus memberikan pelayanan pribadi kepada anak-anak di dalam

Markus 10:16, demikian juga PPA melakukan pelayanan sosio emosi kepada dengan
16
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi Dan Aplikasi Dalam Lembaga Pendidikan (Jak
arta: Kencana Prenamedia Grup, 2014).Hal 26
17
Wawancara dengan Lukas Sukardi Koordinator PPA Corpus Cristi, Kamis, 6 Agustus 2020,
Pk14.00 WIB.
memberikan dukungan kepada anak melalui pembinaan pribadi, konseling, memberi

perhatian kepada anak, memberikan apresiasi agar anak menemukan rasa berharga di

dalam Tuhan. Jenis pelayanan ini sangat penting, karena pada umumnya remaja

sedang ada dalam masa mencari jati diri, sehingga perlu pendampingan dan

pengarahan agar dapat menemukan jati diri dengan benar sesuai Firman Tuhan.

Banyak anak remaja yang tersesat sehingga bisa terhilang. Pelayanan yang dilakukan

di PPA juga menyambut dan menerima keberadaan orang–orang dari berbagai latar

belakang untuk datang dilayani. Yesus juga memberi teladan untuk bisa menerima

keberadaan orang-orang disekitarnya. Keberadaan pelayanan PPA melayani anak

dengan penuh kasih sama seperti yang dilakukan Yesus dengan menyambut anak–

anak yang datang kepada-Nya. Hal ini menjadi landasan bagi PPA, bahwa program-

program PPA harus mampu mewujudkan anak-anak bisa mengasihi dan dikasihi pula

oleh sesama. Seseorang dapat mempraktekkan kasih kepada sesama, membuktikan

bahwa anak tersebut telah memiliki kematangan sosio emosional.

Dari hasil survei diketahui bahwa beberapa mentor mengeluhkan ada anak

bimbingannya yang masih kurang bijaksana dalam menyelesaikan masalahnya

terutama berkaitan dengan hubungan dengan sesama dengan latar belakang konflik, iri

hati, percintaan. Masih ada anak yang gagal menerapkan kasih, sehingga kurang

menghargai sesama, gagal mempraktikkan pengampunan dan hidup dalam kepahitan

dan kekecewaan. Anak kurang bisa mengendalikan diri dan emosinya sehingga terjadi

hal yang sebenarnya tidak pantas dilakukan anak PPA. Contoh sehari-hari adalah

masalah gosip, iri hati di seputar dunia remaja. Permasalahan dalam pelayanan sosio

emosi juga terjadi karena anak–anak remaja cenderung hidup dalam kelompok yang
disukai/geng mereka. Hal tersebut tidak dipungkiri oleh Moh. Ali yang menyatakan:

“Seseorang remaja melakukan konformitas terhadap kelompok hanya karena perilaku

individu didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat tertentu . 18 dari hal

tersebut dapat diindikasikan bahwa masih ada anak PPA usia 14-19 tahun yang belum

memahami Pelayanan Holistik Anak berdasarkan Injil Sinoptik dalam pelayanan sosio

emosional.

Dari berbagai permasalahan yang peneliti paparkan diatas peneliti meyakini

bahwa diluar masalah tersebut faktor latar belakang anak PPA usia 14-19 tahun

memiliki andil dalam pengimplementasian Pelayanan Holistik Anak berdasarkan Injil

Sinoptik. Latar belakang tersebut antara lain: latar belakang usia pendidikan, ekonomi,

suku,dan lama ikut PPA. Untuk itulah peneliti menulis disertasi yang berjudul:

“Eksplanatori dan Konfirmatori Pelayanan Holistik Tuhan Yesus Berdasarkan Injil

Sinoptik Oleh PPA (Pusat Pengembangan Anak) Cluster Solo Pada Anak Usia 14-19

Tahun” untuk mendapatkan data empiris dari pemasalahan tersebut serta

menghasilkan implikasi dan saran guna perkembangan PPA di Cluster Solo.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti mencoba

untuk menginventarisasikan masalah–masalah yang terjadi dengan mengidentifikasikan

setiap masalah yang muncul tersebut sebagai berikut :

1. Gereja yang berkembang adalah gereja yang memprioritaskan pelayanan anak,

karena anak adalah generasi penerus gereja. Namun ternyata terindikasi masih

ada Gereja yang belum memandang pelayanan anak sebagai hal penting dan

18
R.A Baron, Psikologi Sosial, Jilid Dua (Edisi Ke Sepuluh). (Jakarta: Erlangga, 2005).Hal 63
menjadikannya sebagai prioritas program, pendanaan, fasilitas sarana pra

sarana. Prioritas pelayanan lebih kepada pelayanan orang dewasa,

dibandingkan dengan pelayanan anak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

gereja tersebut kurang memahami Pelayanan Holistik Tuhan Yesus berdasarkan

Injil Sinoptik.

2. Pelayanan anak adalah pelayanan yang sangat penting dan memerlukan

dukungan SDM yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pada

kenyataannya terindikasi masih ada Gereja mengalami kekurangan kualitas

SDM, baik dari sisi panggilan maupun kualitas dalam melaksanakan pelayanan

anak, lemahnya dasar-dasar panggilan, SDM PPA tidak paham terhadap

perkembangan situasi jaman sehingga pendekatan pembinaan ke anak tidak

tepat.

3. Seorang anak dapat bertumbuh jika didukung dengan jasmani yang sehat.

Keberhasilan pelayanan jasmani ditandai dengan anak terjaga kesehatannya,

dan mengalami pertumbuhan fisik yang seimbang antara usia, berat badan dan

tinggi badan tetapi dari hasil survei dan wawancara didapatkan bahwa beberapa

mentor mengeluh banyak remaja binaan PPA yang cenderung kurang

memperhatikan asupan gizinya. Kebiasaan anak zaman sekarang suka

memakan makanan instant (Junk Food). Padahal diketahui bahwa makanan

tersebut cenderung kurang sehat karena banyak mengandung perasa, pemanis

bahkan pengawet makanan. Hal tersebut mengindikasikan masih ada anak PPA

usia 14-19 tahun yang belum memahami pelayanan holistic Tuhan Yesus

berdasarkan Injil Sinoptik dalam pelayanan jasmani.


4. Pendidikan yang maju adalah kebutuhan seorang anak di dalam

mengembangkan diri dan mencapai pertumbuhan pengetahuan. PPA memiliki

program untuk memberi dukungan kepada perkembangan pendidikan anak.

Anak-anak yang dilayani di PPA diharapkan mengalami kemajuan dari sisi

pengetahuannya. Oleh karena itu pelayanan pendidikan di PPA disediakan

untuk membantu membiayai sekolah serta peralatan yang digunakan sesuai

program. Bukan hanya itu, PPA juga menyediakan pendidikan karir (Kelas

Bahasa Inggris, Keterampilan, Komputer , Multimedia, dan sebagainya).

Berdasarkan survei dan wawancara diketahui bahwa masih ada anak PPA yang

kurang minat untuk ikut dalam kegiatan tersebut dikarenakan padatnya kegiatan

sekolah. Padahal PPA sudah memberikan kelonggaran dengan menyediakan

waktu diluar jam sekolah. Hal tersebut mengindikasikan masih ada anak PPA

usia 14-19 tahun yang belum memahami Pelayanan Holistik Tuhan Yesus

berdasarkan Injil Sinoptik dalam pelayanan pendidikan.

5. Anak yang bertumbuh secara rohani akan dapat mengalami kemaksimalan hidup

di masa depan. Program PPA dari sisi kerohanian diharapkan bisa mewujudkan

anak-anak bertumbuh dalam iman kepada Tuhan. Tetapi kenyataan di lapangan

banyak keluhan dari mentor maupun koordinator PPA masih ada anak PPA yang

meninggalkan kegiatan PPA, karena kesibukan kegiatan sekolah sehingga

meninggalkan jam doa mereka dan khusus anak laki–laki ada beberapa

diantaranya yang tersita waktunya karena Game Online. Dengan demikian

terindikasi dari masalah tersebut masih ada anak PPA usia 14-19 tahun yang
belum memahami Pelayanan Holistik Tuhan Yesus berdasarkan Injil Sinoptik

dalam pelayanan kerohanian.

6. Mengalami hubungan penuh kasih, hidup dalam identitas yang benar, dapat

berinteraksi dengan orang lain secara sehat adalah tujuan dari pelayanan sosio

emosi. Pelayanan di PPA diharapkan mampu mewujudkan anak- anak bisa

dikasihi dan mengasihi sesama. Anak dapat mengalami tahap perkembangan

sosio emosi sesuai dengan perkembangan usianya. Tetapi dari kenyataan yang

terjadi dari hasil survei beberapa mentor mengeluhkan ada anak bimbingannya

yang masih kurang bijaksana delam menyelesaikan masalahnya terutama

berkaitan dengan hubungan dengan sesama dengan latar belakang konflik, iri

hati, percintaan. Masih ada anak yang gagal menerapkan kasih, sehingga kurang

menghargai sesama, gagal mempraktikkan pengampunan dan hidup dalam

kepahitan dan kekecewaan. Sehingga terindikasi bahwa masih ada anak PPA

usia 14-19 tahun yang belum memahami Pelayanan Holistik Tuhan Yesus

berdasarkan Injil Sinoptik dalam pelayanan sosio emosi.

7. Anak-anak yang ada di PPA, memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dari

sisi usia mereka, pendidikan, dan latar belakang lamanya ikut PPA semua akan

mempengaruhi perkembangan anak dan karakteristik anak. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa Faktor latar belakang anak PPA usia 14-19 tahun

memiliki andil dalam mengimplementasikan Pelayanan Holistik Tuhan Yesus

berdasarkan Injil Sinoptik.


Batasan Masalah

Permasalahan yang dikemukakan sebagai identifikasi masalah di atas tidak

mungkin dapat dikaji/diteliti dalam satu kesempatan penelitian saja karena keterbatasan

peneliti. Oleh karena itu agar pembahasan masalah ini lebih terfokus sesuai judul dan

tidak meluas kepada permasalahan yang lain, maka peneliti memberikan batasan

terhadap masalah penelitian nomor 1, (3,4,5,6) dan 7 :

1. Gereja yang berkembang adalah gereja yang memprioritaskan pelayanan anak.

Karena anak adalah generasi penerus gereja. Namun ternyata masih ada Gereja

yang belum memandang pelayanan anak sebagai hal penting dan

menjadikannya sebagai prioritas program, pendanaan, fasilitas sarana

prasarana. Prioritas pelayanan lebih kepada pelayanan orang dewasa,

dibandingkan dengan pelayanan anak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

gereja tersebut kurang memahami Pelayanan Holistik Tuhan Yesus berdasarkan

Injil Sinoptik.

2. Pelayanan Holistik berdasarkan Injil Sinoptik memuat empat dimensi yang

dijelaskan dan diuraikan dalam identifikasi masalah nomor 3,4,5 dan 6 yang

mengindikasikan bahwa masih ada anak PPA usia 14-19 tahun yang belum

memahami dimensi dari Pelayanan Holistik Tuhan Yesus berdasarkan Injil

Sinoptik.

3. Anak-anak yang ada di PPA, memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dari

sisi usia mereka, pendidikan, dan latar belakang lamanya ikut PPA semua akan

mempengaruhi perkembangan anak dan karakteristik anak. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa Faktor latar belakang anak PPA usia 14-19 tahun
memiliki andil dalam mengimplementasikan Pelayanan Holistik Tuhan Yesus

berdasarkan Injil Sinoptik.

Rumusan Masalah

Locke dan Silverman dalam ungkapannya mengatakan, bahwa masalah adalah

pengalaman menghadapi situasi yang tidak memuaskan. Namun mereka menegaskan

bahwa tidak semua situasi yang tidak memuaskan dimaknai sebagai masalah.. 19

Rumusan masalah adalah merumuskan masalah pokok yang menjadi pusat penelitian.

Adapun rumusan masalah yang ingin peneliti kemukakan antara lain:

1. Berapa besar tingkat Implementasi Pelayanan Holistik Tuhan Yesus

Berdasarkan Injil Sinoptik Oleh PPA (Pusat Pengembangan Anak) Cluster Solo

Pada Anak Usia 14-19 Tahun?

2. Dimensi manakah yang paling dominan menentukan terimplementasinya

Pelayanan Holistik Tuhan Yesus Berdasarkan Injil Sinoptik Oleh PPA (Pusat

Pengembangan Anak) Cluster Solo Pada Anak Usia 14-19 Tahun?

3. Latar belakang manakah yang paling dominan menentukan Implementasi

Pelayanan Holistik Tuhan Yesus Berdasarkan Injil Sinoptik Oleh PPA (Pusat

Pengembangan Anak) Cluster Solo Pada Anak Usia 14-19 Tahun?

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

19
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: Kalam Hidup, 2000),
HAL 180.
1. Untuk mengetahui berapa besar tingkat Implementasi Pelayanan Holistik Tuhan

Yesus Berdasarkan Injil Sinoptik Oleh PPA (Pusat Pengembangan Anak) Cluster

Solo Pada Anak Usia 14-19 Tahun.

2. Untuk mengetahui dimensi yang paling dominan menentukan

terimplementasinya Pelayanan Holistik Tuhan Yesus Berdasarkan Injil Sinoptik

Oleh PPA (Pusat Pengembangan Anak) Cluster Solo Pada Anak Usia 14-19

Tahun.

3. Untuk mengetahui Latar belakang yang paling dominan menentukan

Implementasi Pelayanan Holistik Tuhan Yesus Berdasarkan Injil Sinoptik Oleh

PPA (Pusat Pengembangan Anak) Cluster Solo Pada Anak Usia 14-19 Tahun.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu: Kepentingan teoritis

dan kepentingan praktis. W. Gulo menuliskan dalam bukunya Metodologi Penelitian

bahwa, “Kepentingan teoritis yaitu pengujian terhadap teori tersebut dilakukan melalui

penelitian empiris dan hasilnya bisa menolak, atau mengukuhkan atau merevisi teori

yang bersangkutan. Sedangkan segi praktis yaitu penelitian bermanfaat pula untuk

memecahkan masalah-masalah praktis.20 Sedangkan segi praktis yaitu sumbangan-

sumbangan yang dapat diberikan pada penerapan ilmu pengetahuan. 21

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka manfaat penelitian ini meliputi

kepentingan teoritis dan kepentingan praktis. Berikut uraian peneliti tentang kedua

kepentingan ini:

1. Manfaat Teoritis
20
W. Gulo, Metodologi Penelitian (t.k.: Grasindo, 2008), hal. 21.
21
Andreas B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif dan kualitatif: Termasuk Riset Teologi dan
Keagamaan (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), hal. 217.
Bagi pembaca pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan informatif dan dapat menjadi referensi yang relevan di dalam

pengembangan pelayanan anak yang Alkitabiah.

2. Manfaat Praktis

Pertama, Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan guna pemahaman

keilmuan berkaitan dengan model pelayanan a yang holistik yang bersumber

pengajaran Tuhan Yesus berdasarkan Injil sinoptik bagi Sekolah Tinggi Teologi

KADESI Yogyakarta.

Kedua, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi yang

relevan dan mampu meningkatkan mutu pelayanan holistik di PPA di Cluster Solo

khususnya dan semua gereja di Indonesia yang menyelenggarakan PPA pada

umumnya,

Ketiga, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi

peneliti untuk meningkatkan kualitas pelayanan anak di gereja yang peneliti layani

maupun ditempat pelayanan yang lainnya.

Metode Penelitian

Menurut Mohammad Nazir, penelitian adalah suatu cara atau metode studi yang

dilakukan seseorang secara hati-hati untuk memahami sesuatu dengan melalui

penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti yang muncul sehubungan dengan

masalah itu sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. 22

Dalam penelitian ini, jenis metode yang digunakan peneliti untuk meneliti

permasalahan yang ada, adalah kuantitatif dengan metode angket kuesioner. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang dilaksanakan melalui alat ukur dengan menggunakan
22
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2000), Hal 13
instrument yang obyektif dan baku serta memenuhi standar validitas dan reabilitas yang

tinggi dan dilanjutkan dengan analisis statistik sehingga hasil dari penelitian tersebut

dapat memberi makna.23

Sedangkan metode survei adalah penelitian yang digunakan pada populasi

besar dan kecil, data yang digunakan adalah data dari sampel sebagai wakil dari

populasi untuk menemukan kejadian-kejadian yang relatif. 24 Dengan kata lain, dalam

penelitian ini, peneliti akan membagikan kepada responden sejumlah pernyataan dalam

sebuah angket untuk mendapatkan jawaban yang diperlukan untuk penyelesaian

penulisan.

Sistematika Penelitian

Penyusunan hasil penelitian akan menjadi jelas dan terstruktur maka penelitian

disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode

Penelitian serta Sistematika Penelitian.

BELUM ADA DAFTAR PUSTAKA

BELUM ADA DAFTAR ISI

23
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009). Hal
17
24
Fred N dan Howard B. Lee, foundation of Behaviour Research, (Fourth Worth: Harcout College
Publisher, 2000). Hal 72
Kisi-kisi Penelitian
Endogenous Variabel Dimensi Indikator
1. Memberi makan, Matius 14:16
2. Memberikan Pakaian, Matius 25:36a
Pelayanan
3. Mengobati anak saki, Markus 7:32-34
Jasmani
4. Mengunjungi Anak, Matius 25:36b
5. Membantu Anak Miskin, Markus 14:7
1. Pengajaran Iman, Matius 17:20
2. Mengadakan Ibadah Kelompok Kecil
Eksplanatori dan Matius 26:20
Pelayanan
Konfirmatori 3. Mengadakan Retreat, Markus 4:1-2
Rohani
Pelayanan Holistik 4. Mengikuti Perayaan Natal dan Paskah
Tuhan Yesus Lukas 2:41
Berdasarkan Injil 5. Mengikuti Ibadah Hari Minggu, Lukas 4:16
Sinoptik oleh PPA 1. Memberikan Bantuan Biaya Sekolah
(Pusat Matius 17:27
Pengembangan 2. Mengembangkan Talenta, Matius 25:14-29
Anak) Cluster Solo 3. Mengajar Berwirausaha
Pelayanan
Pada Anak Usia 14 Lukas 19:23
Pendidikan
- 19 Tahun. 4. Memberi Wawasan Hidup, Markus 4:9-12
5. Menyelenggarakan Bimbingan Belajar
Lukas 5:4-6
6. Pendidikan Etika, Lukas 14:8
1. Memberi Dukungan Psikologis
Matius 14:27
Pelayanan
2. Melayani Konseling pribadi, Lukas 24:27
Sosio Emosi
3. Memberikan Apresiasi , Matius 25:21
4. Memberi Perhatian Penu, Markus 10:16

Dimensi harus dilengkapi dengan ayat-ayat.

Anda mungkin juga menyukai