Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI PEMURIDAN KONTEKSTUAL DALAM MENDIDIK ANAK

TANPA KEKERASAN DI IBADAH MELALUI PELAYANAN SEKOLAH MINGGU

Resti Alang

Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Jalan Poros Makale Makassar KM 11,5 Buntu Tangti, Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja,
Sulawesi Selatan 91871

Email: restialang99@gmail.com

1. ABSTRAK
Guru Sekolah Minggu saat ini, masih menggunakan kekerasan dalam
mendisiplinkan anak-anak dalam mengajar. Namun tanpa disadari oleh Guru Sekolah
Minggu bahwa mendisiplinkan anak menggunakan kekerasan sangat berdampak bagi
anak-anak yang membuat anak merasa takut dan malas untuk hadir beribadah.

Guru Sekolah Minggu merupakan orang yang mampu mengasihi anak-anak


dan melihatnya secara utuh sehingga anak-anak dapat merasakan kasih sayang yang
ditunjukkan oleh guru sekolah minggu seperti anak dapat merasa dekat dengan
gurunya. Guru Sekolah Minggu hendaknya menjadi sahabat bagi anak-anak, tidak
pilih kasih, tidak kasar melainkan penuh perhatian dan lemah lembut bagi setiap anak-
anak, agar anak-anak tidak merasa takut untuk mendekati guru sekolah Minggunya.
Hal ini perlu diperhatikan oleh guru sekolah minggu bahwa perlu untuk memahami
setiap karakter anak yang berbeda. Oleh karena itu guru sekolah minggu hendaknya
memiliki landasan yang kokoh yaitu iman yang melahirkan kesabaran dan kesetiaan
dalam mendidik anak sekolah minggu.

Kata Kunci: Pemuridan Kontekstual, Mendidik Anak Tanpa Kekerasan.


2. PENDAHULUAN

Guru sekolah minggu memegang peranan penting dalam mendidik sekolah


minggu.1Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar.2 Sedangkan menurut Stephen Tong, guru
adalah orang yang pekerjaannya mendidik manusia menjadi orang-orang yang
berhikmat.3 Dalam mendidik anak Sekolah Minggu, guru tidak hanya mendidik dengan
kemampuan kognitif saja, tetapi juga perlu memiliki hikmat dan akal budi yang baik dan
kesadaran mengenai pentingnya mendidik anak Sekolah Minggu. Guru harus mendidik
dengan memandang sama semua anak-anak, menasehati anak-anak ketika anak-anak
melakukan kesalahan bukan malah mengancam mereka dan memukul mereka.
Di sekolah minggu adalah tempat mereka akan dibina dan dibimbing untuk
mengenal sang Juruselamat dunia. Hal tersebut dilakukan dengan berbagai cara oleh guru
Sekolah Minggu. Guru Sekolah Minggu perlu memahami bagaimana cara mendidik
anak-anak dengan lemah lembut dan dengan penuh kasih sayang. Bukan mendidik anak
Sekolah Minggu dengan menggunakan kekerasan pada saat ibadah.
Tugas utama guru Sekolah Minggu adalah memotivasi anak-anak Sekolah
Minggu untuk hadir mengikuti ibadah setiap hari minggu dan jika ada kebaktian lainnya.
Oleh karena itu perlu diperhatikan oleh guru Sekolah Minggu untuk memotivasi anak-
anak Sekolah Minggu untuk hadir dalam ibadah serta memberikan didikan yang
semestinya di dapatkan oleh anak-anak seperti mengajar anak-anak dengan lemah lembut
serta penuh dengan kasih sayang. Guru dalam mendidik seharusnya mengikuti cara-cara
yang dipakai oleh Yesus pada saat Ia mengajar orang banyak, dimana Yesus mengajar
dengan lemah lembut, dengan penuh kasih sayang kepada semua orang.

3. TUJUAN
Berdasarkan pembahasan ini maka tujuan penulisan seperti berikut:
1. Untuk mengetahui pentingnya mendidik anak tanpa menggunakan
kekerasan.
2. Untuk mengetahui mendidik anak adalah memperlengkapi agar dapat
mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam Yesus Kristus.

1
Mary Go Setiawani, Pembaruan Mengajar, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2005), hlm. 7
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 377
3
Stephen Tong, (Arsitek Jiwa 1(Guru sekolah Minggu dan Guru Agama Kristen), (Surabaya:
Momentum, 2009), hlm. 56
4. MANFAAT
Manfaat dari penulisan ini yaitu:
a. Menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi para guru sekolah minggu dalam
mengajar anak-anak agar anak-anak dapat aktif dalam mengikuti ibadah.
b. Memberi masukan kepada para orangtua untuk selalu mendorong anak-anaknya
agar aktif dalam mengikuti ibadah.

5. PEMBAHASAN

PEMURIDAN KONTEKSTUAL

Dalam pemuridan Kontekstual yang paling utama digunakan adalah Alkitab


dan mengajarkan isi dari Alkitab. Metode yang digunakan dalam pemuridan
kontekstual adalah KTBK (Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual). Dalam
kelompok ini terdapat visi dan misi yang dimana visi KTBK adalah anggota KTBK
menjadi serupa dengan Yesus. Misi KTBK yaitu:
1. Mendorong orang percaya bertumbuh ke arah kedewasaan penuh dalam Kristus.
2. Memperlengkapi orang percaya dengan pemahaman Alkitab Kontekstual.
3. Mengontrol orang percaya dalam ketaatan kepada Firman Tuhan.
4. Melipatgandakan KTBK dengan mendelegasikan setiap anggota menjadi pemimpin
KTBK baru, karakteristik KTBK adalah alkitabiah, kontekstual, terfokus dan
interdepensi.4
Pemuridan Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, murid artinya orang
(anak) yang sedang berguru (belajar, bersekolah).18 Murid dalam bahasa Ibrani
disebut “limmud”, dalam bahasa Yunani “matetes”; dalam bahasa Latin discupulus,
artinya ‘murid’ atau ‘pelajar’. Satu pengertian murid yang menarik ialah: yang
meninggalkan segala-galanya untuk mengikut Yesus. Murid adalah kata yang disukai
Kristus, yang dipakai-Nya bagi mereka yang hidupnya sangat erat dengan-Nya. Kata
Yunani untuk murid, mathetes, dipergunakan 269 kali dalam kitab- kitab Injil dan
Kisah Para Rasul. Kata itu berarti orang “yang diajar” atau “dilatih”. Dalam
Perjanjian Baru respon para murid yang dipanggil-Nya dijelaskan demikian: “Yesus

4
T.Haryono dan Yuliati, Pemuridan Kontekstual : Contextual Bible Group. (Surakarta, Yayasan Gamaliel,
2018), 60-63
memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu
mengikut Dia” (Mat. 4: 22). Itulah gambaran murid yang dijelaskan dalam kitab Injil.
Pemuridan kontekstual merupakan satu produk pemuridan yang disebut
dengan kelompok tumbuh bersama kontekstual/KTBK atau contextual Bible
group/CBG. Model pemuridan ini berkembang dengan baik di Surakarta dan
merupakan tonggak pemuridan untuk mengomunikasikan kebenaran-kebenaran injil
bagi kalangan mahasiswa dan secara umum bagi masyarakat. Pemuridan kontekstual
adalah produk yang aplikatif dan dapat digunakan oleh berbagai denominasi Gereja
yang ada di dunia. Berbagai penelitian mengungkap mengenai pemuridan kontekstual
diantaranya adalah: Haryono mengungkap adanya andil antara pemuridan kontektual
dan dampaknya terhadap keterbukaan dalam proses konseling Kristen, Yuliati
mengekpos pemuridan kontektual dan dampaknya dalam proses konseling bagi
mahasiswa-mahasiswa yang telah lulus baru atau disebut dengan lulusan
freshgraduate, dan Panuntun yang mengekpos adanya peningkatan nilai-nilai
kebangsaan dari dampak pemuridan kontekstual yang dilakukan oleh mahasiswa-
mahasiswa di Surakarta. Pemuridan kontektual merupakan kajian yang dapat untuk
terus di ekplorasi dan dapat menghasilkan solusi-solusi baru yang relevan dalam
menjawab tantangan-tantangan zaman pada masa sekarang. Pemuridan Kontekstual
juga membawa pertumbuhan rohani yang terkait dengan saat teduh dan ibadah di
Gereja.5
Langkah-langkah pemuridan KTBK/CBK adalah:
1. Belajar Firman Allah atau (learning). Untuk bertumbuh menuju
kedewasaan penuh dan menjadi serupa dengan Kristus dibutuhkan
pengajaran Firman Tuhan. Pengajaran Firman Tuhan harus disertai
kerelaan dalam menaati otoritas Firman Tuhan.
2. Penyembahan dan doa. Penyembahan merupakan responseseorang untuk
memujidan membesarkannama Tuhan. Penyembahan mengingatkan
perbuatan-perbuatan Tuhan dan kasihsetia-Nya.
3. Ketiga, persekutuan (fellowship).Persekutuan kasih yang terjadi di antara
anggota KTBK akan menyaksikan kepada orang lain bahwa mereka benar-
benar murid Kristus.

5
Daniel Fajar Panuntun. “Tinjauan Alkitabiah Pemuridan Kontekstual Paulus kepada Jemaat Korintus
dan Relevansinya Bagi Pemuridan di Era Postmodern” Jurnal Umpuran Mali’ Vol 6, No 1, (Desember 2019).5
4. Pengutusan (Missions).KTBK terkait erat dengan pengutusan.Pengutusan
adalah kesaksian anggota KTBK untuk pergi memberitakan InjilYesus
Kristus kepada orang-orang yang membutuhkannya. Melalui pengutusan
ini anggota KTBK dapat mempraktikkan kasih dan kuasa Allah.

Keempat unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lain melainkan
bekerja bersama-sama untuk mewujudkan tujuan KTBK.27 Pemuridan KTBK
dilakukan dengan learning, pujian dan doa, fellowship, dan missions.
Pemuridan KTBK merupakan pemuridan yang lengkap untuk membekali
setiap pelayan Tuhan untuk siap melayani di setiap panggilan pelayanan yang
Tuhan sudahsediakan. KTBK menolong setiap pelayanTuhan untuk mengerti
setiap panggilannyamelalui empat langkah-langkah tersebut.6

MENDIDIK
Kata mendidik berasal dari bahasa latin yaitu educare yang berarti memelihara
dan memberi latihan (ajaran, pemimpin) mengenal akhlak dan kecerdasan. Dalam hal
ini akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan. sebagai pendidik, guru harus
memperlengkapi anak didik dengan berbagai kebutuhan agar berkembang menuju
kedewasaan penuh.7 Sebagai Tugas mendidik sangat jelas dikatakan dalam Amsal
22:6 bahwa didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. Ayat ini jelas bahwa perlu
untuk mendidik setiap anak untuk setia kepada Allah mulai dari kecil sampai tumbuh
dewasa hingga pada masa tuanya tetap berpegang teguh pada ajaran kebenaran firman
Tuhan yang telah diterima dari kecilnya. Oleh karena itu anak-anak harus didorong
agar mereka sendiri mencari Allah dan dengan demikian mereka dapat menikmati
pengalaman-pengalaman rohani yang mereka tidak akan lupakan.8
Selain itu, mendidik juga dapat dikatakan memimpin anak. Dikatakan
memimpin anak karena anak bukanlah sesuatu yang dapat dibentuk sesuka hati
pendidik dan memiliki harapan bahwa anak yang dididik akan menjadi baik dan
berhasil. Jadi pendidikan dapat disebut sebagai memimpin karena ada bantuan dan
6
Yulianti dan Kezia Yemima, “Model Pemuridan Konseling Bagi Alumnus Perguruan Tinggi Lulusan
Baru (Fresh graduate) Yang mengingkari Panggilan Pelayanan, Jurnal Gamaliel: Teologi Praktika, Vol. 1 No. 1
Maret 2019.
7
B.S.Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Yayasan Kalam Hidup,2009), hlm 101
8
Alkitab Penuntun, Hidup Berkelimpahan (Malang:Gandum Mas, 2009), hlm. 994
pimpinan dari pendidik sehingga anak dapat aktif untuk melakukan apa yang
diperintahkan oleh guruya.9
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mendidik adalah melatih
anak, mempin anak, serta memotivasi anak-anak untuk melakukan sesuatu. Dalam
hal ini bahwa anak dilatih serta di berikan motivasi untuk rajin mengikuti ibadah
mulai dari masa kecilnya, anak dipimpin untuk melakukan sesuatu seperti membaca
firman Tuhan. Dengan demikian guru sekolah minggu seharusnya mendidik anak-
anak dengan melakukan hal demikian.

KEKERASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, kekerasan berarti:
“perihal atau sifat keras, paksaan, perbedaan yang menyebabkan kerusakan fisik atau
barang orang lain”.10 Tindakan kekerasan kepada anak secara fisik atau perbuatan
yang lain bukanlah hal yang baru. Melalui media massa disaksikan berbagai macam
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak, misalnya
percabulan kepada anak di bawah umur dan tindakan kekerasan lainnya. Tindakan
kekerasan yang juga selalu dilakukan oleh orang tua ialah memekasakan kehendaknya
dan tidak menjunjung tinggi hak anak. Oleh karena itu agar anak dapat berkembang
sesuai dengan bakat, potensi dan cita-citanya, keunikan harus diberi tempat dan
dicarikan peluang untuk dikembangkan baik di rumah maupun di sekolah.11
Selain itu yang sering juga dilakukan oleh guru adalah mengancam,
merendahkan, membanding-bandingkan, tidak bersedia mendengarkan penjelasan
anak dan lain sebagainya yang dapat menyebababkan anak memiliki rasa minder atau
tidak percaya diri dan ketakutan yang berlebihan. Guru sebagai pendidi perlu
mengingat bahwa setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
Dengan demikian pernyataan Stan Ismail dalam buku “Ajarlah Mereka Melakukan”
yang disunting oleh Andar Ismail bahwa:

9
M. Ngalim Purwanto MP., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014)hlm 15
10
Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English Press, 1991), S.V “Kekerasan”
11
Sindhunata, Membuka Masa Depan Anak Kita, (Yogyakarta: Kanasius, 2004), hlm. 225
“Jangan pernah membandingkan anak kita dengan anak lain, karena membandingkan
membuat seorang direndahkan, yang dapat menimbulkan rasa diri kurang dan ketidak
senangan pada diri sendiri”12
Oleh karena itu, keunikan anak perlu diketahui oleh guru agar anak tersebut dapat
diarahkan sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Namun dalam kenyataannya masih
ada guru yang sering kali memaksakan kehendaknya dan bukan kepentingan anak
akan tetapi memenuhi kehendak guru.

CARA MENDIDIK ANAK TANPA KEKERASAN


a. Disiplin
Menerapkan disiplin terhadap anak merupakan dambaan bagi setiap guru
dalam mendidik anak kea rah yang lebih baik. Disiplin biasanya didefinisikan sebagai
hukuman yang diberikan supaya anak tunduk. Definisi ini terlalu sempit. Kata
“discipline” berasal dari bahasa Latin untuk murid, artinya memberi pengajaran,
mendidik, dan melatih. Disiplin meliputi pembentukan sifat anak secara menyeluruh
melalui pemberian semangat pada tingkah laku yang baik dan membetulkan tingkah
laku yang salah.13 Disiplin mencakup juga tanggung jawab guru untuk memilih,
memberi semangat, dan membangun tingkah laku yang baik menggantikan tingkah
laku yang buruk. Adapun fungsi dari disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan
diri dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas.14 Munculnya rasa disiplin
pada anak terlihat juga bilamana pada diri mereka ada pengertian-pengertian
mengenai batas-batas kebebasan dari perbuatan-perbuatan yang boleh dan tidak boleh
dilakukan.15 Oleh karena itu dalam menyampaikan atau menyampaikan atau
menjalankan arti disiplin kepada anak harus dengan suasana tenang, lemah lembut,
dan akrab, karena dengan demikian akan menolong anak untuk menyadari
kesalahannya dan mendorong dia untuk memperbaikinya.

12
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan- Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama Kristen
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm. 184
13
Jhon M. Dreshcer, Tujuh Kebutuhan Anak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm 105
14
Alex Sobur, Pembinaan Anak Dalam Keluarga ( Jakarta: BPK Gunung Mulia,1990), Hlm. 5
15
Singgih D Gunarsa dan Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Jakarta:
Bpk Gunung Mulia, 2006), hlm. 13
6. KESIMPULAN DAN SARAN.
a. Kesimpulan
Berdasarkan hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Dalam
menumbuhkan semangat anak-anak untuk mengikuti ibadah adalah dengan cara
memberikan dorongan serta motivasi kepada anak-anak agar mereka dapat aktif
kembali untuk mengikuti ibadah. Dan seharusnya yang dilakukan oleh guru
Sekolah Minggu adalah mengajar tanpa menyediakan kayu pada saat ibadah
bahkan tanpa memukul, memarahi membentak anak-anak jika melakukan
kesalahan agar anak-anak tidak merasa takut untuk mengikuti ibadah. Sangat
penting bagi guru Sekolah Minggu untuk terus memupuk dalam diri anak-anak
dan menumbuhkan minat anak untuk selalu mengikuti ibadah. Dan seharusnya
guru Sekolah Minggu selalu memberikan bimbingan, serta arahan kepada anak-
anak karena anak adalah orang yang masih membutuhkan dorongan, bimbingan
serta perhatian dari guru Sekolah Minggunya.
b. Saran
Dalam mengerjakan makalah ini memiliki banyak kekurangan untuk itu
penulis mengharapakan saran dari para pembaca, serta dalam makalah ini perlu
dilakukan lagi penelitian yang lebih jelas untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
DAFTAR RUJUKAN

Setiawani Mary Go, Pembaruan Mengajar, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2005.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Tong Stephen, Arsitek Jiwa 1 Guru sekolah Minggu dan Guru Agama Kristen, Surabaya:
Momentum, 2009.
Yuliati dan T.Haryono, Pemuridan Kontekstual : Contextual Bible Group, Surakarta,
Yayasan Gamaliel, 2018.
Panuntun Daniel Fajar. “Tinjauan Alkitabiah Pemuridan Kontekstual Paulus kepada Jemaat
Korintus dan Relevansinya Bagi Pemuridan di Era Postmodern” Jurnal Umpuran Mali’ Vol
6, No 1, (Desember 2019).5
Kezia Yemima dan Yulianti, “Model Pemuridan Konseling Bagi Alumnus Perguruan Tinggi
Lulusan Baru (Fresh graduate) Yang mengingkari Panggilan Pelayanan, Jurnal Gamaliel:
Teologi Praktika, Vol. 1 No. 1 Maret 2019.
Sidjabat B.S, Mengajar Secara Profesional Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2009.
Alkitab Penuntun, Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2009.
MP. Purwanto Ngalim M, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Salim Yenni dan Salim Peter, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta:
Modern English Press, 1991, S.V “Kekerasan”
Sindhunata, Membuka Masa Depan Anak Kita, Yogyakarta: Kanasius, 2004.
Ismail Andar, Ajarlah Mereka Melakukan- Kumpulan Karangan Seputar Pendidikan Agama
Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Dreshcer Jhon M, Tujuh Kebutuhan Anak, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Sobur Alex, Pembinaan Anak Dalam Keluarga, Jakarta: BPK Gunung Mulia,1990.
Gunarsa D Singgih dan Y. Gunarsa Singgih D, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2006.

Anda mungkin juga menyukai