Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Pembelajaran Daring

2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Dalam pendidikan tentu istilah pembelajaran tidaklah asing. Pembalajaran

merupakan komponen penting dalam upaya mendidik peserta didik. Menurut

Sudjana, pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan secara sengaja oleh

pendidik untuk memungkinkan peserta didik terlibat dalam kegiatan pembelajaran

(Amri, 2013, h. 28). Gulo juga mengomentari pengertian pembelajaran,

“pembelajaran merupakan upaya menciptakan sistem lingkungan yang

mengoptimalkan kegiatan belajar”. Hal senada juga diungkapkan oleh Nasution,

bahwa “pembelajaran merupakan kegiatan yang sebisa mungkin mengatur atau

mengatur lingkungan dan menghubungkannya dengan siswa sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung”. Lingkungan disini mengacu pada ruang belajar,

guru, alat peraga, media, perpustakaan atau fasilitas lain yang berhubungan

dengan kegiatan belajar siswa (Amri, 2013, h. 28).

Salah satu konsep pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne (1977)

akan lebih memperjelas makna yang terkandung dalam pembelajaran:

“instruction as set of external events design to support the several processes of

learning, which are internal”. Pembelajaran adalah serangkaian peristiwa

eksternal yang dirancang untuk mendukung berbagai proses pembelajaran

internal. Selain itu, Gagne (1985) mengungkapkan definisi pembelajaran yang


lebih lengkap, yaitu pembelajaran bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran,

konteks eksternal harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengaktifkan,

mendukung, dan memelihara proses internal peristiwa pembelajaran (Eveline, dkk

2010, h. 12).

Biggs (dalam Amri, 2013, h. 28) membagi konsep pembelajaran menjadi

tiga pengertian, yaitu :

(1) Pengertian Kuantitatif. Penularan pengetahuan guru kepada siswa.


Guru dituntut menguasai ilmu yang disampaikan kepada siswa agar
dapat memberikan hasil yang terbaik; (2) Pengertian Institusional.
Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru
harus selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar; (3)
Pengertian kualitatif Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa.
Peran guru tidak hanya untuk menyampaikan materi pembelajaran,
tetapi juga melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah upaya untuk menciptakan lingkungan yang dapat membuat peserta didik

belajar dari setiap kegiatan yang dirancang oleh guru.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran Daring

Pendidikan abad 21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0 yang

dikenal dengan abad keterbukaan dan globalisasi. Pada masa ini ditandai dengan

pesatnya kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam berbagai

bidang kehidupan, termasuk dalam pendidikan. Salah satu pengaruh besar TIK

dalam bidang pendidikan yaitu munculnya terobosan baru yang mulai

memanfaatkan jaringan komputer dan internet dalam proses pembelajaran yang

sering disebut sebagai e-learning atau pembelajaran elektronik. E-learning


merupakan suatu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan media

atau jasa batuan perangkat elektronika berupa audio, video, perangkat komputer

ataupun kombinasi ketiganya (Munir, 2010, h. 203). Dari istilah E-learning

kemudian berkembang lagi menjadi pembelajaran daring (online learning).

Pembelajaran daring pada saat ini semakin berkembang pesat bukan hanya

karena kemajuan zaman, tapi juga karena situasi pandemi Covid-19 yang kita

alami. Masa pandemi Covid – 19 memberi dampak di berbagai kehidupan

masyarakat. Bukan hanya ekonomi dan kesehatan, hal ini berdampak pada

pendidikan. Dengan tujuan meminimalisir penyebaran Covid-19 maka

pemerintah memberi kebijakan agar belajar dari rumah dengan sistem

pembelajaran daring. Daring dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

merupakan kegiatan yang menggunakan sarana internet. Dalam konteks

pembelajaran, daring merupakan kegiatan belajar yang menggunakan internet dan

didukung oleh berbagai fasilitas berbagai aplikasi untuk melaksanakan kegiatan

belajar mengajar.

Pembelajaran daring pada dasarnya adalah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ),

sistem pembelajaran jarak jauh sudah ada sejak abad 18. Pembelajaran daring

adalah bentuk pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-ROOM (Molinda, 2002).

Pembelajaran daring banyak disinonimkan dengan istilah lainnya seperti e-

learning, i-learning, web-basedlearning, tele-learning, distributed learning dan

sebagainya (Ally, 2008).


Menurut Moore, Dickson-Deane, dan Galyen (2011), “pembelajaran

daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan

aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk menghasilkan

berbagai jenis interaksi pembelajaran”. Selanjutnya menurut Mustofa etal. (2019),

“pembelajaran daring adalah sistem pendidikan jarak jauh dengan rangkaian

metode pengajaran, dimana kegiatan belajar mengajar dilakukan secara terpisah”.

Pembelajaran daring dilakukan melalui jaringan Internet dan Web 2.0

(Alessandro, 2018) yang berarti bahwa penggunaan pembelajaran daring

melibatkan unsur-unsur teknis sebagai sarana dan jaringan internet sebagai sistem.

Banyak pembelajaran daring telah dilakukan di perguruan tinggi, dan beberapa

penelitian telah membuktikannya (Crews & Parker, 2017; Mather & Sarkans,

2018),

Fajrussalam, dkk (2020 , h. 3) mengatakan dalam model pembelajaran

daring setiap guru dan peserta didik dituntut untuk menguasai teknologi ilmu

komputer. Pada saat pelaksanaan pembelajaran daring yang menggunakan

berbagai teknologi diharapkan guru agar dapat memiliki kemampuan dalam

pengoperasian komputer sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang efektif.

Sehubungan dengan hal tersebut siswa juga diharapkan memiliki kemampuan

yang baik dalam menguasai teknologi.

Selanjutnya menurut Thome “pembelajaran daring merupakan

pembelajaran yang memanfaatkan teknologi multimedia, video, kelas virtual, teks

online animasi, pesan suara, email, telepon konferensi, dan video steraming

online” (Kuntarto, 2017, h. 101). Pembelajaran daring dapat diartikan sebagai


suatu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan jaringan internet,

intranet dan ekstranet atau komputer yang terhubung langsung dan cakupannya

global (luas).

Pembelajaran daring merupakan sebuah pembelajaran yang dilakukan

dalam jarak jauh melalui media berupa internet dan alat penunjang lainnya seperti

telepon seluler dan komputer. Pembelajaran daring sangat berbeda dengan

pembelajaran seperti biasa, menurut Riyana (2019, h. 114) pembelajaran daring

lebih menekankan pada ketelitian dan kejelian peserta didik dalam menerima dan

mengolah informasi yang disajikan secara online.

Dari berbagai pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran daring adalah pembelajaran yang bersifat jarak jauh dengan

menggunakan bantuan teknologi seperti jaringan internet dan alat elektronik

(telepon genggam, komputer, laptop dan lainnya) yang berisi konten pembelajaran

berupa video, pesan suara, teks, email, telepon konfrensi atau lainnya sebagai

upaya dalam membuat anak belajar.

2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Daring

Pada pembelajaran daring tentu memiliki karakteristik yang berbeda

dengan pembelajaran tatap muka atau luring (luar jaringan). Pada pelaksanaan

daring, pemanfaatan jaringan dan teknologi adalah ciri khasnya. Ditjen GTK

(2016:6) memaparkan karakteristik pembelajaran daring sebagai berikut :

1) Menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan


pengetahuan secara mandiri (constructivism); 2) Pembelajar akan
berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam membangun
pengetahuannya dan memecahkan masalah secara bersama-sama
(social constructivism); 3) Membentuk suatu komunitas pembelajar
(community of learners) yang inklusif; 4) Memanfaatkan media
laman (website) yang bisa diakses melalui internet,
pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan atau kelas
digital; 5) Interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan.

Sayekti (2019, h. 154) mengadaptasi pendapat Tung (2000), bahwa

pembelajaran daring memiliki beberapa karakteristik antara lain:

1) Materi ajar disajikan dalam bentuk teks, grafik dan berbagai


elemen multimedia; 2) Komunikasi dilakukan secara serentak
dan tak serentak seperti video conferencing, chats rooms,
ataudiscussion forums; 3) Digunakan untuk belajar pada waktu dan
tempat maya; 4) Dapat digunakan berbagai elemen belajar
berbasis CD-ROM, untuk meningkatkan komunikasi belajar, 5)
Materi ajar relatif mudah diperbaharui; 6) Meningkatkan interaksi
antara mahasiswa dan fasilitator; 7) Memungkinkan bentuk
komunikasi belajar formal dan informal; 8) Dapat menggunakan
ragam sumber belajar yang luas di internet.

Konsep daring sama dengan e-learning yaitu sama – sama menggunakan

jaringan dan teknologi dalam pelaksanaaan pembelajarannya. E-learning

mempunyai ciri-ciri, antara lain (Clark & Mayer 2008):

1) Memiliki konten yang relevan dengan tujuan pembelajaran; 2)


Menggunakan metode instruksional, misalnya penyajian contoh dan
latihan untuk meningkatkan pembelajaran; 3) Menggunakan elemen-
elemen media seperti kata-kata dan gambar gambar untuk
menyampaikan materi pembelajaran; 4) Mendukung pembelajaran
langsung berpusat pada pengajar (synchronous e-learning) atau di
desain untuk pembelajaran mandiri (asynchronous e-learning); 5)
Membangun pemahaman dan keterampilan yang terkait dengan tujuan
pembelajaran secara baik secara perseorangan atau meningkatkan
kinerja pembelajaran kelompok.
Sedangkan menurut Rusman dkk (2011, h. 264) e-learning memiliki

elemen, antara lain (a) interactivity (interaktivitas), (b) indepedency

(kemandirian), (c) accessibility (aksebilitas) dan (d) enrichment (pengayaan).

Dari berbagai pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran daring memiliki berbagai karakteristik yaitu pembelajaran dikemas

didalam aplikasi berbasis website, kelas online atau pembelajaran dari komputer

dengan materi disajikan berbentuk grafik, video, teks maupun bentuk lainnya

yang diakses menggunakan jaringan internet dan menggunakan media elektronik

seperti telepon genggam, komputer maupun alat elektronik lainnya.

2.1.4 Fasilitas Penunjang Pembelajaran Daring

Untuk mewujudkan pembelajaran daring perlu memperhatikan berbagai

faktor, seperti fasilitas jenis dan metode serta sumber daya manusia. Munir

(2009, h. 90) dalam bukunya yang berjudul “Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis

Teknologi Informasi Dan Komunikasi” menjelaskan infrastruktur atau sarana

prasana untuk mengoptimalkan pembelajaran daring yaitu:

1) Jaringan Internet yang meliputi Jaringan Informasi Sekolah (JIS)


(School Information Networking), WAN Kota (Wide Area
Networks), ICT Center (Information and Communication
Technology Center), Jaringan Intranet/Internet; 2) Program
Pengembangan TV Edukasi yang meliputi Receiver TVE
(menerima siaran langsung), Receiver dan Relay TVE (menerima
siaran TVE), Receiver, Relay dan Studio Mini TVE (menerima
siaran TVE, menyebarluaskan siaran TVE, memancarkan siaran
mandiri TV Lokal); 3) Integrasi TV Edukasi dan ICT Center yaitu
adanya kelas informasi yang nantinya menjadi kelas online,
meliputi: Alamat websitekelas; Nama pengajar, lokasi dan jam
kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail; Nama asisten pengajar,
lokasi dan jam kerja, nomor telepon, fax, alamat e-mail; Nama
tutor, lokasi dan jam kerja, nomor telepon dan lainnya; 4) Jaringan
informasi dan komunikasi yang terdiri atas terminal, komputer,
hubungan komunikasi, perlengkapan telekomunikasi dan software
komunikasi.

Amri (2013, h. 152) menyatakan tiga hal pentingyang menjadi syarat

kegiatan e-learning yaitu:

1) Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan


( jaringan yang dimaksud adalah penggunaan internet atau juga bisa
menggunakan WAN dan LAN); 2) Tersedianya dukungan layanan
belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar seperti CD-
ROM; 3) Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu
peserta belajar apabila mengalami kesulitan.

2.1.5 Aplikasi – Aplikasi Pembelajaran Daring


Pembelajaran online atau daring yang kian gencar dilaksanakan di tengah

pandemi Covid-19 mengharuskan guru, peserta didik bahkan orang tua memiliki

aplikasi – aplikasi pendukung pembelajaran daring di telepon genggam, laptop

atau komputernya masing – masing. Menurut Astini, N. K. S (2020) “ada

berbagai platform teknologi informasi yang berpeluang untuk dimanfaatkan dalam

mendukung kegiatan pembelajaran daring beberapa diantaranya yaitu : Edmodo,

EdLink, Moodle, Google Classroom, kelas online Schoology, Zoom, Whatsapp”.

1) Edmodo

Edmodo memberi guru dan siswa tempat yang aman untuk

komunikasi, kolaborasi, berbagai konten dan aplikasi pembelajaran,

pekerjaan rumah siswa (pekerjaan rumah), diskusi di ruang kelas virtual,

ujian online, nilai, dan lainnya. Menurut Awal, Sri, W, & Martala (2019)
“Edmodo adalah sebuah jawaban bagi sebuah ruang kelas virtual yang

nyaman dan aman”. Intinya, Edmodo memberikan siswa semua kegiatan

belajar yang dapat kita lakukan di kelas, serta fasilitas untuk orang tua

sehingga mereka dapat memantau semua aktivitas anaknya di dalam

aplikasi, selama mereka memiliki parent code untuk anaknya.

2) EdLink

Sevima Edlink merupakan aplikasi media pembelajaran yang

diutamakan untuk membantu mempermudahan dosen dan mahasiswa

dalam proses belajar mengajar. Sevima Edlink dapat tersedia dalam

android sehingga memudahahkan bagi dosen dan mahasiswa dalam

melakukan proses belajar mengajar dengan perangkat smartphone.

Kelebihan dari Sevima Edlink sebagai aplikasi media pembelajaran, yaitu

adanya fitur reminder jadwal perkuliahan yang muncul sebagai notifikasi

di layar smartpjone membuat mahasiswa menjadi tidak ketinggalan

pelajaran atau tugas yang diberikan dosen. Selain itu, adanya fitur grup

diskusi atau forum kelas perkuliahan dapat membuat proses belajar

mengajar menjadi lebih efektif (haloedukasi, 2020).

3) Moodle

Moodle merupakan kepanjangan dari modular object oriented

dynamic learning environment. Moodle menjadi aplikasi yang dapat

mengganti google classroom sebagai media pembelajaran. Cara kerja

moodle hampir sama dengan google classroom dimana para murid dapat

mengakses dan berbagai materi pelajaran melalui ruang kelas yang


berbasis digital. Kelebihan dari moodle sebagai aplikasi media

pembelajaran, yaitu para pengajar dapat membuat materi pelajaran,

mengunggah materi, membuat jurnal, membuat kuis online maupun

membuat tugas dalam satu aplikasi dengan midah. Kekurangan dari

moodle, yaitu perlu pemahaman yang lebih mengenai sistem di moodle

dan perlu tenaga ahli untuk bertugas sebagai administrator dalam

maintenance dan membagus sistem pembelajaran.

4) Google Classroom

Google Classroom digunakan untuk memaksimalkan penyampaian

materi kepada peserta didik tetapi dilakukan secara online sehingga materi

tersampaikan sepenuhnya. Mayasari dkk (2019: 21) “Google Classroom

adalah serambi pembelajaran campuran yang diperuntukkan terhadap

setiap ruang lingkup pendidikan yang dimaksudkan untuk menemukan

jalan keluar atau kesulitan dalam membuat membagikan dan

menggolongkan setiap penugasan tanpa kertas”.

5) Schoology

Menurut Rosy, Brilian dkk (2018: 176) “Schoology adalah salah

satu laman web yang menawarkan pembelajaran seperti di dalam kelas”.

Di dalam aplikasi ini terdapat fungsi menarik perhatian siswa dan

didukung oleh fasilitas berupa video, audio dan gambar.

6) Zoom

Zoom merupakan aplikasi komunikasi dengan menggunakan video

dan dilengkapi dengan fasilitas share screen untuk menampilkan data


berupa power point, dokumen, video pembelajaran lainnya dalam aplikasi

tersebut. Menurun Haqien dkk (2020: 52), Zoom Meeting sendiri

merupakan sebuah media pembelajaran menggunakan video secara gratis

dam dapat digunakan oleh siapapun dengan batas waktu 40 menit dan

tidak ada batasan waktu jika berbayar”.

7) WhatsApp

WhatsApp merupakan aplikasi populer yang dimana kita bisa

menggunakannya untuk berkomunikasi lewat pesan teks, suara maupun

video. Anjani dkk (2018: 42) memaparkan bahwa “WhatsApp adalah

aplikasi pesan lintas platform yang memiliki fungsi untuk mengirim dan

menerima pesan dengan gratis tanpa dikenakan biaya SMS (Short

Message Service), hal ini dikarenakan paket data yang sama dengan email,

browsing web berlaku pada penggunaan WhatsApp. Penggunaan

WhatsApp lebih banyak dipilih pada masa pembelajaran daring karena cara

penggunaannya yang mudah.

Sadat, F. A. (2020: 13) mengatakan bahwa “banyak platform yang juga

membantu proses pembelajaran daring seperti WhatsApp, Instagram, Facebook,

Youtube dan sebagainya”. Solviana, M. D. (2020; 3) juga menyatakan “salah satu

aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran daring yaitu fitur gamifikasi.

Gamifikasi adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan elemen-elemen

dalam game atau video game dengan tujuan memotivasi. Quizizz adalah aplikasi

gamifikasi berbasis daring secara gratis”.


Berdasarkan pendapat ahli tentang berbagai aplikasi dan platform yang

menunjang pembelajaran daring yaitu Edmodo, EdLink, Moodle, Google

Classroom, Schoology, Zoom, Whatsapp, Instagram, Facebook, Youtube, Quizizz

dan aplikasi lainnya.

2.1.6 Manfaat Pembelajaran Daring

Perkembangan teknologi yang makin pesat memberi pengaruh besar pada

berbagai bidang kehidupan manusia, seperti bidang ekonomi, kesehatan, politik

bahkan pendidikan. Terkhusus pada bidang pendidikan yang sekarang memakai

banyak teknologi dalam mewujudkan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Di masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan sistem pendidikan kita

memberlakukan pembelajaran daring atau belajar dari rumah untuk mencegah

penyebaran virus Covid-19.

Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf terdiri atas 4

hal, yaitu:

1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik


dengan guru atau instruktur (enhance interactivity), 2)
Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan
kapan saja (time and place flexibility), 3) Menjangkau peserta
didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience), 4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan
materi pembelajaran (easy updating of content as well as
archivable capabilities)(Bates, 1997: 15).

Implementasi pembelajaran daring dengan demikian dapat memberikan

manfaat antara lain: 1) Adanyakenaikan grafik kualitas perguruan

tinggidankualitas lulusan, 2) Terbentuknya komunitas sharingilmutidak terbatas


dalam satu lokasi, 3) peningkatan komunikasi yang intensantara dosen dan

mahasiswa, 4) tidak terbatasnya sumber-sumber belajar, 5) meningkatnya

kualitas dosen dikarenakan mudah dosen dalam mendapatkan informasi

(Mustofa, Chodzirin, Lina Sayekti, 2019, h. 54).

Fuadi, Musriandi, Suryani (2020, h. 196) memaparkan manfaat

pembelajaran daring antara lain:

1) virtual teacher resources, yang dapat mengatasi keterbatasan


jumlah dosen, sehingga mahasiswa tidak harus secara intensif
memerlukan dukungan dosen, 2) virtual school system, dapat
membuka peluang menyelenggarakan Pendidikan tinggi tanpa
memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan system pembelajaran
daring ini ialah daya tampung mahasiswa tidak terbatas dan
mahasiswa dapat melaksanakan proses belajar kapan saja dan
dimana saja, 3) atau dot com learning resources system merupakan
pendukung pembelajaran daring, dimana dapat membantu akses
terhadap artikel ataupun jurnal elektronik yang tersedia secara bebas
dan gratis di dalam internet.

Bilfaqih dan Qomarudin (2015) juga mengemukakan manfaat

pembelajaran daring adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan mutu

pendidikan/pelatihan dengan memanfaatkan multimedia secara efektif dalam

pembelajaran; 2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan/pelatihan yang

bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran daring; 3) Menekan biaya

penyelenggaraan pendidikan/pelatihan yang bermutu dengan

memanfaatkan sumber daya bersama (Ernawati, 2020, h. 5).

Dari berbagai pendapat diatas dapat dilihat bahwa pembelajaran daring

memberikan banyak manfaat dan kemudahan bagi siswa untuk mengakses


pembelajaran dengan mudah dan memantu guru dalam melakukan tugas mengajar

secara daring atau jarak jauh.

2.2 Hakikat Minat Belajar

2.2.1 Pengertian Minat

Pengertian minat secara umum banyak dikemukakan oleh para ahli. Secara

sederhana, minat dapat diartikan sebagai kecenderungan dan kegairahan yang

tinggi terhadap sesuatu. Hilgard membuat pernyataan menarik tentang minat

sebagai berikut : “interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy

some activity or content” (Slameto, 2010, h. 57). Minat adalah kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan. Minat adalah

suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada

yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri (Slameto, 2010, h. 180). Suatu minat dapat

diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih

menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melaui

partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek

tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek

tersebut.

Sukardi memberi pemaparan tentang “minat sebagai seuatu kesukaan,

kegemaran atau kesenangan. Minat tidak timbul secara tiba – tiba dan spontan,

melainkan timbul akibat partisipasi, pengalaman pada waktu belajar” (Susanto,


2013). Crow and Crow juga menyatakan bahwa minat berhubungan dengan gaya

yang mendorong seseorang yang menghadapi atau berurusan dengan orang,

benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri (Djali,

2008).

Reber (1988) mengatakan bahwa minat tidak termasuk istilah populer

dalam psikologi karena kebergantungannya yang banyak pada faktor - faktor

internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan

kebutuhan (Syah, 2010, h. 133). Minat memberikan pengaruh positif terhadap

pembelajaran akademik, domain pengetahuan dan bidang studi tertentu bagi

individu (Hidi, dkk, 2002). Hidi dan Renninger meyakini bahwa minat

mempengaruhi tiga aspek penting dalam pengetahuan seseorang yaitu perhatian,

tujuan dan tingkat pembelajaran (Wang & Adesope, 2016).

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan atau

ketertarikan melakukan sesuatu, perasaan suka terhadap benda dan kegiatan yang

ditandai dengan rasa senang dan memberi perhatian penuh pada benda atau

kegiatan tersebut.

2.2.2 Pengertian Belajar

Belajar menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah usaha

untuk memperoleh ilmu atau kepandaian, berlatih, merubah tingkah laku atau

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut pengertian secara

psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

(Slameto, 2010, h. 2).

Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Education

Psychology: The Teaching-Learning Procces, berpendapat bahwa “belajar adalah

suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara

progresif” (Syah, 2010, h. 88). Santrock dan Yussen juga memberikan pernyataan

tentang belajar yaitu “perubahan yang relatif permanen karena adanya

pengalaman”. Sedangkan Rebeer mendefenisikan belajar dalam dua pengertian,

yaitu: 1) belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan. 2) Belajar sebagai

perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan (Amri,

2013, h. 24).

Singer (dalam Siregar dan Nara. 2010, h. 4) mendefinisikan “belajar

sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap yang disebabkan praktik atau

pengalaman yang sampai dalam situsi tertentu”. Gagne (1977) juga

mengemukakan pandangannya tentang belajar yaitu: “Learning is relatively

permanent change in behavior that result from past experience or purposeful

instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang

dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari dari pembelajaran yang

bertujuan direncanakan (Siregar dam Nara, 2013, h. 4).

Slameto menyatakan bahwa “belajar adalah suatu usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan


lingkugannya” (Slameto, 2010, h. 2). Syah juga memberi pendapatnya tentang

belajar yaitu tahap “perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan

proses kognitif”.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah perubahan tingkah laku dan proses pemerolehan pengetahuan yang relatif

menetap dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

2.2.3 Pengertian Minat Belajar

Minat sangat berpengaruh besar terhadap belajar karena minat merupakan

salah satu faktor internal yang mempengaruhi belajar. Minat belajar menurut

Olivia (2011) adalah sikap ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut

perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut dengan

sungguh – sungguh (Nurhasanah dan Sobandi, 2016, hal. 130). Ricardo dan

Meilani (2017) juga memberikan pandangan tentang minat belajar yaitu satu rasa

untuk menyukai atau juga tertarik pada suatu hal atau aktivitas belajar tanpa ada

yang menyuruh untuk belajar (Asrul dan Afil, 2020)

Minat belajar merupakan sikap ketaatan dalam kegiatan belajar, baik yang

menyangkut perencanaan jadwal belajar yang dimilikinya maupun inisiatif dirinya

sendiri melakukan usaha tersebut dengan sungguh – sungguh dalam belajar

(Andriani dan Rasto, 2019). Menurut Slameto (dalam Wilson, 1971, hal. 5) minat

belajar adalah rasa suka ketertarikan pada suatu pelajaran atau aktivitas tanpa ada

yang menyuruh. Minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan yang disertai
kemauan dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang

dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap maupun

keterampilan (Supardi dkk, 2015, h. 76). Zanikhan (2008) menjelaskan

minat belajar sebagai suatu aspek psikologi yang menampakkan diri


dalam beberapa gejala seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk
melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan
yang meliputi mencari pengetahuandan pengalaman dengan kata lain
minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang
(siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan,
partisipasi dan keaktifan belajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar

adalah kecenderungan yang disertai rasa suka dan senang dalam proses

pemerolehan pengetahuan dan perubahan tingkah laku dari hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan secara aktif.

2.2.4 Ciri – Ciri Minat Belajar

Minat belajar tidak timbul semata – mata melainkan timbul dari

partisipasi, pengalaman dan kebiasaan pada waktu belajar. Timbulnya minat pada

diri seseorang berasal dari pembawaan dan adanya pengaruh dari luar. Menurut

Elizabeth Hurlock, ada tujuh ciri minat, yang masing-masing dalam hal ini tidak

dibedakan antara ciri minat secara spontan maupun terpola sebagaimana yang

dikemukakan oleh Gagne di atas sebagai berikut (Susanto, 2013):

1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.


Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan
mental, misalnya perubahan minat dalam hubungannya dengan
perubahan usia; 2) Minat tergantung pada kegiatan belajar, misalnya
kesiapan belajar merupakan salah satu penyebab meningkatnya minat
seseorang; 3) Minat tergantung pada kesempatan belajar, misalnya
kesempatan belajar merupakan faktor yang sangat berharga, sebab
tidak semua orang dapat menikmatinya; 4) Perkembangan minat
mungkin terbatas. Misalnya keterbatasan ini mungkin dikarenakan
keadaan fisik yang tidak memungkinkan; 5) Minat dipengaruhi
budaya, misalnya budaya sangat memengaruhi sebab jika budaya
sudah mulai luntur mungkin minat juga ikut luntur; 6) Minat berbobot
emosional, misalnya minat berhubungan dengan perasaan senang yang
akhirnya dapat diminatinya; 7) Minat berbobot egosentris, misalnya
jika seseorang senang terdapat sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk
memilikinya.

Slameto (2003, h. 57) juga memberikan pandangannya tentang ciri siswa

yang berminat belajar yaitu:

1) memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan


mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus; 2) ada rasa
suka dam senang ada rasa suka dam senang terhadap sesuatu yang
diminatinya; 3) memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan suatu
yang diniati; 4) lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya
daripada hal lainnya; 5) dimanifestaeikan melalui partisipasi pada
aktivitas dan kegiatan.

Menurut Sudaryono (2012 :125), bahwa untuk mengetahui seberapa besar

minat belajar siswa dapat diukur melalui: kesukaan, ketertarikan, perhatian dan

keterlibatan. Kesukaan tampak darikegairahan siswa dalam mengikuti pelajaran

Ketertarikan dapat diukur dari respon seseorang untuk menanggapi sesuatu.

Perhatian dapat diukur dari apabila seseorang memiliki keseriusan selama proses

pembelajaran berlangsung. Perhatian muncul didorong rasa ingin tahu. Perhatian

ialah pemusatan energi psikis atau pikiran dan perasaan terhadap suatu objek

Peserta didik yang memiliki minat terhadap suatu obyek akan cenderung

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap materi yang dipelajarinya

Anitah, S. (2007:110).
Safari (dalam Herlina, 2010, h. 20) menyatakan bahwa untuk mengetahui

berapa besar minat belajar siswa dapat diukur melalui:

1) Kesukaan, pada umumnya individu yang suka pada sesuatu


disebabkan karena adanya minat. Biasanya apa yang paling disukai
mudah sekali diingat, sama halnya dengan siswa yang berminat pada
suatu pelajaran tertentu akan menyukai pelajaran itu. Kesukaan ini
tampak dari gairah dan inisiatifnya diwujudkan dalam berbagai usaha
untuk menguasai ilmy pengetahuan yang terdapat dalam mata
pelajaran tersebut dan tidak merasa lelah dan putus asa dalam
mengembangkan pengetahuan, bersembangat serta bergembira dalam
mengerjakan tugas yang diberikan. 2) Ketertarikan, seringkali
dijumpai beberapa siswa yang memberi respon dan memberikan
reaksi terhadap apa yang disampaikan saat mengajar di kelas. 3)
Perhatian, semua siswa yang memiliki minat pada pelajaran tertentu
cenderung memberi perhatian lebih pada pelajaran tersebut. 4)
Keterlibatan yakni keuletan dan kerja keras tampak melalui diri siswa
menunjukkan bahwa siswa tersebutl terlibat dalam hal belajar dimana
siswa selalu belajar giat, berusaha menemukan hal yang berkaitan
dengan pembelajaran. Dengan hal ini siswa akan memiliki keinginan
untuk memperluas pengetahuan, mengembangkan diri, memperoleh
kepercayaan diri.

Rasyid (2010: 31) merumuskan indikator tentang minat belajar yaitu 1)

siswa bergairah untuk belajar, 2) tertarik pada pelajaran, 3) tertarik pada guru, 4)

4mempunyai inisiatif untuk belajar, 5) kesegaran dalam belajar, 6) konsentrasi

dalam belajar, 7) teliti dalam belajar, 8) punya kemauan dalam belajar, 9) ulet

dalam belajar.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan ciri siswa yang

memiliki minat belajar yaitu memberi perhatian, tertarik mengikuti pembelajaran,

senang saat belajar, terlibat aktif dalam proses pembelajaran, menyukai materi

pembelajaran, bersemangat dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap

materi pelajaran.
2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Minat belajar bisa saja meningkat dan menurun tergantung situasi kondisi

dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. faktor yang mempengaruhi minat

belajar siswa menurut Slameto (2010, h. 54) dapat digolongkan menjadi dua

bagian yaitu faktor intern (dari dalam diri individu) dan faktor ekstern

(diluarindividu). Sanjaya (2010) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi

minat belajar adalah faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang

tersedia, serta faktor lingkungan.

Khairani (2013) juga mengemukakan pendapat tentang faktor yang

memengaruhi minat belajar yaitu:

1) Faktor dorongan batin adalah rangsangan yang datang dari


lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau
kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya
kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai
hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan; 2) faktor motif sosial
adalah minat seseorang terhadap objek atau sesuatu hal. Disamping itu
juga dipengaruhi oleh faktor dalam diri manusia dan motif sosial,
misal seseorang berminat pada prestasi tertinggi agar dapat status
sosial yang tinggi pula; 3) faktor emosional adalah faktor perasaan dan
emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek misalnya perjalanan
sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula
membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah minat tersebut.
Despiyuanto (2011: 89) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi

minat belajar yaitu:

1) faktor internal dari dalam diri siswa yaitu terdiri atas aspek jasmani
dari individu siswa dan aspek psikologis yang meliputi perhatian,
penghayatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motif; 2)
faktor eksternal yaitu dari luar siswa terdiri atas keluarga (hubungan
keluarga, suasana lingkungan rumah dan ekonomi keluarga) dan
lingkungan masyarakat (pergaulan, kegiatan masyarakat dan
lingkungan tempat tinggal.
Menurut Aritonang (2008, h. 63), faktor – faktor yang membuat siswa

berminat belajar yaitu : 1) cara mengajar guru, 2) karakter guru, 3) suasana

kelasyang tenang dan nyaman dan 4) fasilitas belajar yang digunakan. Proses

belajar siswa sangat dipengaruhi oleh peran guru dalam pembelajaran. Guru

sangat berperan dalam meningkatkan minat belajar siswa. Untuk dapat

meningkatkan minat belajar anak , upaya yang dapat dilakukan oleh guru menurut

Fahmi (2019, h. 19) yaitu:

1. Faktor cara mengajar guru, yaitu guru sebagai demonstrator dan guru guru

sebagai evaluator. Adapun langkah-langkah membangkitkan minat belajar

siswa sesuai dengan peran tersebut, yaitu: menarik perhatian siswa,

membuat tujuan yang jelas dengan cata memberikat alasan yang kuat

mengapa siswa harus belajar, menghubungkan pembelajaran dengan

kebutuhan dan kondisi siswa, menjelaskan harapan guru terhadap mata

pelajajaran yang diajarkan, menggunakan bahasa tubuh yang meyakinkan

dan semangat luar biasa terhadap apa yang diajarkan. Langkah berikutnya

adalah mengakhiri pembelajaran dengan berkesan agar materi yang

disampaikan akan diingat siswa.

2. Karakter guru. Karakter guru yang dapat membangkitkan minat yaitu

sabar, memiliki 3S (senyum, sapa, santun), menghargai kekurangan siswa,

adil, baik, disiplin, tidak menakuti atau mengancam siswa dan memiliki

semangat.
3. Faktor suasana kelas yang nyaman dan tenang dan kemampuan guru

mengelola kelas dengan baik.

4. Faktor fasilitas belajar. Belajar akan lebih efektif jika dibantu alat peraga

pengajaran daripada siswa belajar tanpa alat pengajaran. Fasilitas belajar

misalnya menggunakan televisi, papan tulis, kaset, projektor dan lainnya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai

faktor yang mempengaruhi minat belajar mulai dari faktor internal yang berasal

dari dalam diri siswa seperti psikologis dan emosional siswa dan faktor eksternal

yang berasal dari luar seperti keluarga, lingkungan, guru dan lainnya.

2.3 Penelitian Relevan

Penelitian relevan yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian oleh Eko Suhendro (2020) yang berjudul “Strategi

Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19”

dengan teknik penelitian deskriptif kualitatif memperoleh hasil bahwa

Penerapan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru saat pandemi

COVID adalah dengan pembelajaran di rumah dengan metode daring dan

luring. Pembelajaran daring dilakukan melalui jaringan online seperti,

sosial media melalui WhatsApp (WA) Grup maupun pesan teks dan

telepon. Selain itu, menggunakan media lain seperti, tayangan televisi.

Sedangkan, pembelajaran luring dilakukan melalui metode kunjungan dari

rumah ke rumah Pelaksanaan pembelajaran dari rumah ke rumah

diharapkan agar anak didik mendapatkan materi pembelajaran langsung


guna untuk menutup kekurangan pembelajaran daring yang mengalami

beberapa kendala. Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai referensi

bagi guru PAUD yang telah menerapkan pembelajaran saat pandemi covid

19 ini.

2.

2.4 Kerangka Berpikir

Pembelajaran daring pada masa ini menjadi alternatif untuk melaksanakan

pendidikan di masa pandemi. Pembelajaran daring mengubah cara anak dalam

mendapatkan pengetahuan yang biasanya melalui tatap muka di sekolah kini harus

melakukan pembelajaran jarak jauh bersifat online atau daring. Dalam

pembelajaran daring siswa belajar dari rumah dan memanfaatkan teknologi

sebagai alat untuk mengakses pembelajaran dari guru, orang tua juga mengambil

peranan penting sebagai guru pendamping dalam proses pembelajaran daring.

Perubahan sistem pembelajaran ini berdampak pada kegiatan belajar anak

terkhusus anak usia dini.

Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya

adalah minat belajar. Minat belajar tidak semata – mata timbul begitu saja

melainkan banyak hal yang mempengaruhinya baik dari dalam diri anak maupun

di luar diri anak. Minat belajar anak juga dipengaruhi oleh sistem pembelajaran

dan cara guru mengajar. Di masa pembelajaran daring cara guru mengajar juga

berubah, aktivitas belajar juga demikian yang memberi dampak pada minat belajar

anak. Dalam kelas anak yang berminat dapat dilihat jelas dari cara anak memberi
respon, konsentrasi, perhatian, merasa senang saat belajar dan terlibat aktif dalam

aktivitas dalam kelas. Namun pada kenyataannya di masa berlakunya

pembelajaran daring yang mengakibatkan terbatasnya aktivitas belajar mengajar

memberi dampak pada minat belajar anak. Banyaknya faktor yang mempengaruhi

baik dari internal berupa kurangnya semangat anak dalam mengikuti

pembelajaran, tidak tertarik dengan metode pembelajaran dan juga dari faktor

eksternal cara guru mengajar, kegiatan belajar yang monoton, kurangnya

pendampingan orang tua, fasilitas belajar yang tidak mendukung berpengaruh

pada minat belajar siswa.

2.5 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian kajian teori diatas, dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran daring di TK/PAUD selama pandemi?

2. Bagaimana minat belajar anak selama masa pembelajaran daring?

3. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi minat belajar anak selama

pembelajaran daring?

Anda mungkin juga menyukai