Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi merupakan keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-
barang yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, salah satunya yaitu
informasi. Penggunaan teknologi informasi seperti komputer, media elektronik,
serta media telekomunikasi telah merambah ke berbagai bidang kehidupan, tak
terkecuali pendidikan.
Proses pendidikan membutuhkan sarana dan mekanisme belajar mengajar
berbasis teknologi informasi yang disebut dengan E-learning. Jaya Kumar C.
Koran (2002), mendefinisikan E-learning sebagai sembarang pengajaran dan
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Dengan demikian, E-Learning memungkinkan tersampaikannya materi
pembelajaran ke siswa dari jarak jauh tanpa harus bertatap muka secara langsung.
Penerapan konsep E-learning dinilai membawa perubahan yang signifikan
dari bentuk pendidikan konvensional ke dalam bentuk pendidikan digital. Hal ini
dikarenakan E-learning dapat menjadi solusi utama untuk mengatasi kendala
ruang dan waktu dalam proses pembelajaran. Melalui E-learning, materi
pembelajaran dapat disampaikan secara synchronously (pada waktu yang sama)
ataupun asynchronously (pada waktu yang berbeda). Selain dalam bentuk teks,
materi pembelajaran yang disampaikan menggunakan E-learning juga dapat
berbentuk grafik, animasi, simulasi, audio, video serta dilengkapi pula dengan
media discussion group sehingga peserta didik dapat berdiskusi langsung dengan
narasumber yang profesional dalam bidangnya.
Semakin meningkatnya penerapan E-learning di sekolah-sekolah menjadi
salah satu bukti bahwa konsep pembelajaran dengan menggunakan teknologi
informasi telah diterima oleh mayoritas masyarakat Indonesia. E-learning
menawarkan model pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi yang
menyediakan sumber belajar untuk meningkatkan efektivitas evaluasi
pembelajaran.

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 1


Namun, seberapa besar tingkat efektivitas konsep E-learning dalam proses
pembelajaran memerlukan tinjauan lebih mendalam. Sehingga penulis
mengangkat judul “Efektivitas E-learning dalam Proses Pembelajaran” untuk
mengetahui besarnya tingkat efektivitas penerapan E-learning dibandingkan
dengan bentuk pendidikan konvensional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan E-learning?
2. Apakah kelebihan dan kekurangan E-learning dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional?
3. Bagaimana efektifitas E-learning dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan.
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan E-learning.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan E-learning dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui tingkat efektifitas E-learning dalam pembelajaran.

1.4 Ruang Lingkup


Makalah ini hanya membahas tentang efektivitas E-learning dalam proses
pembelajaran secara umum dan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Evaluasi terhadap penerapan E-learning dalam pembelajaran.
2. Difokuskan pada dampak penerapan E-learning dalam pembelajaran.
3. Efektivitas E-learning dibandingkan dengan konsep pendidikan
konvensional.
Hal-hal di luar itu tidak dibicarakan dalam makalah ini.

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian E-Learning


E-learning adalah singkatan dari Electronic Learning yang merupakan cara
baru dalam proses pembelajaran. E-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah
bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk
dunia maya. Menurut Darin E. Hartley (Hartley, 2001) E-learning merupakan
suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke
siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer
lain. Istilah E-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah
transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah atau perguruan tinggi ke
dalam bentuk digital yang dijembatani teknologi internet (Munir, 2009: 169). Jadi,
dapat dikatakan bahwa E-learning merupakan sebuah model pembelajaran
berbasis teknologi dan informasi menggunakan jaringan komputer dan internet
seba*gai medianya sehingga bahan ajar tersampaikan dalam bentuk digital.
Dalam pandangan lain, E-learning dimaknai sebagai model pembelajaran
jarak jauh, maksudnya dalam melaksanakan proses pembelajaran seorang anak
didik tidak harus melakukan tatap muka dengan tenaga pendidik (diibaratkan
seorang siswa tidak perlu bertatap muka secara langsung dengan gurunya).
Mereka hanya perlu duduk manis di depan layar komputer dan menggunakan
jaringan internet untuk bisa mengikuti atau melaksanankan proses pembelajaran.
Menurut Rusman dkk (2011: 264) E-learning memiliki karakteristik, antara
lain:
(a) Interactivity (Interaktivitas)
Interaktivitas artinya dalam sistem pembelajaran E-learning terdapat jalur
komunikasi yang lebih beragam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jalur komunikasi langsung contohnya adalah chatting dan messenger,
sedangkan jalur komunikasi tidak langsung, seperti forum dan mailing list.
(b) Independency (Kemandirian)
Dalam model pembelajaran E-learning, peserta didik dituntut untuk lebih
mandiri dalam belajar dengan mencari sumber referensi yang lebih luas,

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 3


mengatur jadwal sendiri untuk belajar, serta menentukan pola belajar yang
sesuai. Fleksibilitas dalam penyediaan waktu, tempat, pengajar dan materi
belajar menyebabkan pembelajaran menjadi lebih berpusat kepada siswa
(student centered learning).
(c) Accessibility (Aksesibilitas)
Aksesibilitas artinya melalui E-learning sumber-sumber belajar menjadi
lebih mudah diakses melalui pengiriman di jaringan internet dengan askes yang
lebih luas dibandingkan pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran
konvensional.
(d) Enrichment (Pengayaan)
Kegiatan pembelajaran dengan bentuk presentasi materi kuliah maupun kuis
sebagai pengayaan memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informasi
seperti simulasi, animasi, dan video streaming.
Dalam penerapannya, E-learning memiliki dua mode, yaitu:
(a) Synchronous Learning
Synchronous artinya bersamaan. Jadi, Synchronous Learning berarti proses
belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan secara
bersamaan dalam waktu yang sama. Mode pembelajaran ini terjadi seperti
pembelajaran tatap muka namun antara pendidik dan peserta didik tidak berada
pada tempat yang sama. Contoh pembelajaran dengan mode ini adalah
pembelajaran melalui televisi atau video streaming secara langsung (live),
audio atau video conference, dan pembelajaran secara online (online session).
(b) Asynchronous Learning
Asynchronous memiliki arti berlawan dengan Synchronous yang artinya
tidak bersamaan. E-learning dengan mode ini berarti antara pendidik dan
peserta didik tidak melakukan proses belajar mengajar secara bersamaan.
Dalam mode ini guru menyiapkan materi pembelajaran terlebih dahulu
kemudian peserta didik dapat mengaksesnya. Mode pembelajaran ini
memberikan kebebasan pada peserta didik untuk memilih materi yang ingin
dipelajari terlebih dahulu. Contoh pembelajaran dengan mode Asynchronous
Learning adalah pembelajaran dengan multimedia atau internet, video, dan
aplikasi seperti Quipper Video.

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 4


Menurut Onno W. Purbo (2002) terdapat tiga hal yang wajib dipenuhi
dalam merancang E-learning, yaitu sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang
sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi atau
aplikasi yang ada sehingga waktu belajar siswa dapat dimaksimalkan untuk proses
belajar yang utama, bukan pada belajar menggunakan aplikasi E-learning.
Sebelum menerapkan E-learning, terdapat konten yang harus dipersiapkan.
Secara garis besar konten tersebut dikelompokkan menjadi dua hal, yaitu sumber
belajar dan aktivitas atau interaksi.
(a) Sumber belajar (Learning Resources)
Sumber belajar terdiri dari enam komponen, yakni pesan, komunikator,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Pesan adalah informasi yang akan
disampaikan berupa ide, data, fakta, dan makna dari satu individu ke individu
lain. Pesan dapat disebut juga sebagai materi pembelajaran. Komunikator
dalam hal ini adalah orang atau individu yang menyampaikan pesan, seperti
guru, narasumber, dan penyaji materi atau presenter. Bahan merupakan
perantara dalam menyampaikan pesan atau disebut dengan media
pembelajaran. Bahan yang disajikan dalam E-learning berupa teks, audio,
video, gambar, animasi, slide presentasi, e-book atau modul. Alat yaitu barang-
barang atau benda fisik yang digunakan untuk menyajikan materi
pembelajaran. Teknik berkaitan dengan prosedur atau langkah-langkah dalam
menggunakan berbagai komponen tersebut agar penyampaian pesan dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Lingkungan adalah tempat pesan
tersebut diterima yang sangat berpengaruh pada kondisi belajar peserta didik
sehingga E-learning sebagai lingkungan belajar peserta didik perlu
diperhatikan tingkat kemudahan dan kemenarikan tampilannya.
(b) Aktivitas atau interaksi (Activity or interaction)
Aktivitas adalah seluruh kegiatan yang diciptakan dalam E-learning guna
menimbulkan interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar. Aktivitas
dalam E-learning dapat berupa tugas (menulis esai, tugas terstruktur maupun
tidak terstruktur), kuis (soal pilihan ganda, isian singkat, uraian, dan
mencongak), forum (perkenalan, diskusi, evaluasi, dan informasi), video
conference, dan survei. E-learning yang berkualitas harus memuat sumber

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 5


belajar yang baik dan dilengkapi dengan berbagai aktivitas yang membuat
peserta didik merasa tertarik dan menyenangkan. Dengan demikian peserta
didik terdorong menjadi siswa yang katif, interaktif dan kolaboratif, serta
termotivasi dalam lingkungan pembejaran online.
Untuk mewujudkan E-learning yang efektif dan efisien, terdapat komponen-
komponen yang harus dipenuhi. Menurut Anonim (2009) E-learning yang
terintegrasi memiliki komponen-komponen sebagai berikut:
(a) Infrastruktur
Infrastruktur adalah prasarana yang digunakan dalam proses E-learning
yang berupa personal computer, jaringan komputer, internet, dan perlengkapan
multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan teleconference jika E-learning
menggunakan mode synchronous learning.
(b) Sistem Belajar Manajemen (Learning Management System / LMS)
Di dalam proses pembelajaran berbasis E-learning terdapat cara atau suatu
sistem yang mengatur kelancaran proses pembelajaran. Sistem tersebut
biasanya diberi nama Learning Management System (LMS). LMS inilah yang
mengatur mata pelajaran dalam E-learning. Selain itu, LMS juga membantu
administrasi dan berfungsi sebagai platform e-learning content (Empy Effendy
dan Hartono Zhuang, 2005).
LMS adalah sistem perangkat lunak yang mengubah proses pembelajaran
konvensional menjadi digital atau virtual. Segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar seperti rapor, manajemen kelas, forum diskusi,
dan sistem ujian diubah ke dalam bentuk digital. LMS merupakan program
untuk mengembangkan E-learning sebab memiliki banyak fungsi yang tidak
terbatas hanya pada distribusi materi pembelajaran namun juga dalam
manajemen dan evaluasi hasil belajar mengajar. LMS banyak yang berupa
sumber terbuka sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah dan murah.
(c) Sistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management System /KMS)
KMS digunakan untuk menyimpan pengetahuan formal maupun berdasar
hasil pengalaman dalam bentuk digital yang bertujuan untuk memudahkan
pengguna. KMS terdiri dari data collection (kumpulan data berhubungan
dengan studi penelitian), data digitalization (data yang berhubungan dengan

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 6


angka untuk perhitungan sistem), dan indexing and knowledge sharing
(pengindeksan dan berbagi pengetahuan).
(d) Sistem Belajar Manajemen Konten (Learning Content Management System
/LCMS)
LCMS memungkinkan dosen, pendidik, pelatih, dan instruktur untuk
membuat dan mengembangkan materi pembelajaran dengan mudah meskipun
tidak menguasai pemrograman komputer.
Bahan ajar dapat berbentuk Multimedia-based Content (materi
berbentuk multimedia interaktif) maupun Text-based Content (materi
berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa).
(e) Perpustakaan Elektronik (E-library)
Merupakan layanan IT terintegrasi untuk memanajemen perpustakaan
digital. LEN menyediakan e-library yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
(f) Pembelajaran dengan Telepon Seluler (Mobile Learning)
Pembelajaran dengan ponsel dapat menambah kegunaan E-learning
meliputi: konten, sarana pengembangan konten, dan ponsel pelacakan sistem.
(g) Pengembangan Materi Elektronik (E-content Development)
E-content merupakan bagian yang memainkan peran utama dalam E-
learning. E-content memungkinkan pengguna untuk mengembangkan konten
secara visual yang menarik dan interaktif.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan E-Learning


Dalam pelaksanaan suatu sistem, baik sistem manual maupun modern tentu
terdapat kekurangan dan kelebihan, begitu pula dengan penerapan E-learning.
Petunjuk tentang manfaat penggunaan internet dalam dunia pendidikan yang
terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997;
Utarini, 1997), antara lain:
(a) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat
berkomunikasi dengan mudah melalui internet secara regular atau kapan saja
tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 7


(b) Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet sehingga keduanya dapat
saling menilai sampai dengan seberapa jauh bahan ajar dipelajari.
(c) Peserta didik dapat belajar dan mempelajari ulang materi yang telah diajarkan
setiap saat dan di mana saja karena materi dapat disimpan pada komputer atau
diakses melalui internet.
(d) Jika peserta didik memerlukan informasi tambahan terkait dengan materi yang
dipelajarinya, ia dapat mengakses di internet dengan lebih mudah.
(e) Pendidik dan peserta didik dapat berdiskusi melalui internet yang dapat diikuti
banyak peserta sehingga dapat memperluas wawasan dan menambah ilmu
pengetahuan.
(f) Berubahnya peran mahasiswa dari yang pasif menjadi aktif.
(g) Relatif sangat efisien bagi peserta didik yang bertempat tinggal jauh dari
sekolah atau tempat belajar konvensional.
Keuntungan penggunaan E-Learning dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu pendidik dan peserta didik. Dari sudut pandang pendidik E-Learning
memudahkan untuk memperbarui materi dan model pembelajaran sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu, pendidik juga akan lebih mudah
mengontrol kegiatan belajar peserta didiknya melalui pengumpulan tugas yang
diberikan melalui internet. Menurut Soekarwarti (2005) pengalaman distance
learning di Indonesia dan negara lain menunjukkan keberhasilan yang signifikan,
yaitu mampu meningkatkan pemerataan pendidikan, mengurangi angka putus
sekolah atau putus kuliah, meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan rasa
percaya diri, meningkatkan wawasan (outward looking), mengatasi kekurangan
tenaga pendidikan, dan meningkatkan efisiensi. Sedangkan dari sudut pandang
peserta didik E-Learning dapat meningkatkan fleksibilitas belajar yang tinggi,
yaitu dengan mengakses materi pembelajaran setiap saat dan berulang-ulang.
Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan pendidik melalui chatting atau
email, serta dapat langsung mengumpulkan tugas yang diberikan setelah selesai
dikerjakan.
Kelebihan menggunakan E-Learning menurut Wahono (2005 : 2)
diantaranya sebagai berikut:

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 8


(a) Fleksibel karena siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan tipe
pembelajaran yang berbeda-beda.
(b) Menghemat waktu proses belajar mengajar.
(c) Mengurangi biaya perjalanan.
(d) Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan,
buku-buku)
(e) Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas.
E-Learning memiliki berbagai kelebihan sebagaimana diuraikan diatas,
namun dalam penerapannya juga tidak terlepas dari kekurangan. Bullen (2001)
dan Beam (1997) menyampaikan kritiknya terhadap implementasi E-Learning,
antara lain:
(a) Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar peserta
didik itu sendiri. Minimnya interaksi ini dapat memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar mengajar.
(b) Kecenderungan mengabaikan aspek sosial atau aspek akademik dan justru
mendorong tumbuhnya aspek bisnis atau komersial.
(c) Proses belajar mengajar cenderung kea rah pelatihan daripada pendidikan.
(d) Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran menggunakan
teknologi informasi.
(e) Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
(f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
(g) Kurangnya tenaga kerja yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.
(h) Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa E-learning bagi sebagian
orang dianggap tidak membuahkan hasil yang maksimal karena interaksi antara
seorang pendidik dengan anak didik berkurang. Padahal dalam proses
pembelajaran, berinteraksi secara langsung diperlukan untuk menguji tingkat
emosi seseorang. Selain itu, seorang anak didik akan menjadi lebih individualis
karena dalam proses belajar mereka kurang melakukan suatu pekerjaan kelompok
dengan peserta didik lain sehingga nilai sosial yang dimiliki menjadi rendah, serta
penggunaan E-learning hanya akan dilakukan oleh anak didik yang memiliki niat

Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran 9


belajar yang tinggi, sedangkan bagi mereka yang tidak terlalu memperhatikan hal
itu akan cenderung berefek negatif karena ketika E-learning itu diterapkan, anak
didik dilatih kemandiriannya dalam memahami materi. Jadi, bagi mereka yang
kurang bersungguh-sungguh akan membuat hasil akhir atau nilai yang didapat
semakin rendah.

2.3 Efektivitas E-Learning dalam Pembelajaran


Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:219), kata efektif
memiliki arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi, efektivitas
adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatau kegiatan orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.
Efektivitas dalam proses belajar mengajar menurut Dunne (1996:12) yaitu
proses pembelajaran yang memiliki dua karakteristik yaitu memudahkan murid
belajar sesuatu yang bermanfaat (fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan hasil
belajar lain yang diinginkan) dan keterampilan yang diakui oleh mereka yang
berkompeten seperti guru, pengawas, tutor, atau murid lainnya. Menurut Popham
(2003:7) efektivitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru
tertentu dengan kelompok siswa tertentu di dalam situasi tertetu untuk mencapai
tujuan-tujuan instruksional tertentu. Artinya efektivitas pembelajaran dinilai
berdasar tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu
dengan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional tersebut.
Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi indikator-indikator
keefektifan yang ada. Indikator keefektifan menurut Sinambela (2006:78) adalah
sebagai berikut:
(a) Ketercapaian ketuntasan belajar
(b) Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa, yaitu pencapaian waktu ideal yang
digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang tercantum dalam
rencana pembelajaran.
(c) Ketercapaian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran dan respon
siswa terhadap pembelajaran yang efektif.
Wotruba dan Wright dalam Yusufhadi Miarso (2004) juga menyampaikan
indikator yang dapat digunakan untuk menentukan efektivitas dalam proses
pembelajaran, yaitu:

1
Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran
0
(a) Pengorganisasian materi yang baik.
(b) Komunikasi yang efektif.
(c) Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran.
(d) Sikap positif terhadap siswa.
(e) Pemberian nilai yang adil.
(f) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran.
(h) Hasil belajar siswa yang baik.
Penerapan E-learning dalam proses pembelajaran dapat memenuhi
indikator-indikator tersebut. Melalui E-learning, bahan ajar dapat diorganisir atau
dikelola dan dipersiapkan dengan baik serta lebih mudah diperbarui sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Materi tersebut dapat disusun semenarik
mungkin dengan menambahkan gambar, suara, animasi, bahkan video untuk
meningkatkan antusiasme dan pemahaman peserta didik. Kemudian materi yang
telah dipersiapkan tersebut diunggah ke dalam media E-learning yang telah
dipersiapkan agar siswa dapat mengunduh dan mempelajarinya setiap saat dengan
pola belajar masing-masing. Pendidik juga bisa menambahkan kuis atau ulangan
harian menggunakan media E-learning sehingga akan terwujud transparansi
penilaian. Dengan adanya transparansi penilaian tersebut diharapkan siswa akan
semakin termotivasi untuk belajar sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.
Sebelum membandingkan tingkat efektivitas E-learning dengan
pembelajaran konvensional, perlu diketahui apa yang dimaksud pembelajaran
konvensional itu sendiri. Pembelajaran konvensional adalah salah satu metode
pembelajaran yang hanya memusatkan pada metode ceramah. Pada metode
pembelajaran ini, siswa diharuskan menghafal materi yang disampaikan guru.
Menurut Freire (1999) motode pembelajaran tersebut diistilahkan seperti
pendidikan bergaya bank (banking concept of education), yaitu pendidikan yang
hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus diterima
dan dihafal oleh siswa. Burrowes (2003) menyatakan bahwa pembelajaran
konvensional menekankan pada resitasi konten tanpa memberikan waktu yang
cukup kepada siswa untuk merefleksi materi yang dipresentasikan,
menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya

1
Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran
1
kepada situasi kehidupan nyata. Ciri-ciri pembelajaran konvensional diantaranya,
yaitu:
(a) Pembelajaran berpusat pada guru.
(b) Terjadi proses pembelajaran yang pasif (passive learning)
(c) Interaksi di antara siswa kurang
(d) Tidak ada kelompok-kelompok kooperatif
(e) Penilaian bersifat sporadis.
Sehingga pembelajaran dengan metode konvensional ini dianggap sebagai
model transmisi pengetahuan (Tishman, et al., 1993). Dalam metode ini guru
berperan menyiapkan dan mentransmisi pengetahuan atau informasi kepada siswa,
sedangkan para siswa menerima, menyimpan, dan melakukan aktivitas lain sesuai
dengan informasi yang diberikan.
Seperti E-learning, metode pembelajaran konvensional juga memiliki
kelebihan dan kekurangan. Secara umum, pembelajaran konvensional memiliki
keunggulan sebagai berikut:
(a) Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.
(b) Menyampaikan informasi dengan cepat.
(c) Membangkitkan minat akan informasi.
(d) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya mendengarkan.
(e) Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan kelemahan pembelajaran konvensional antara lain:
(a) Tidak semua siswa cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.
(b) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari.
(c) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis dan
mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.
(d) Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on-
activities).
(e) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru
pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
(f) Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu dan
ditekankan pada penyelesaian tugas.

1
Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran
2
(g) Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
Berikut ini disajikan tabel perbandingan pengajaran konvensional dengan E-
learning:

Pembelajaran Konvensional E-learning


Pembelajaran tergantung pada Pembelajaran tidak tergantung kepada
kemampuan pengajar. pengajar.
Sumber belajar terpusat di sekolah. Sumber belajar banyak tersedia dan
mudah diakses.
Pengajar sebagai sumber ilmu. Pengajar hanya sebagai mediator,
fasilitator, atau pembimbing.
Belajar terkendala masalah ekonomi, Belajar dapat dilakukan kapanpun,
jarak, uang, ruang, dan waktu. dimanapun, dan dengan pola belajar
yang sesuai individu masing-masing.
Perlu sarana dan prasarana belajar Perlu kesiapan kebijakan,
yang memadai serta sumber daya infrastruktuk, dan sumber daya
manusia pengajar yang memahi benar manusia pengguna teknologi modern.
setiap ilmu yang diajarkan.

Berdasarkan hasil analisis keefektifan E-learning sebagai media


pembelajaran di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto yang dilaksanakan
oleh Numiek Sulistyo Hanum pada Februari 2013 menunjukkan bahwa
pelaksanaan E-learning dilihat dari standar mutunya menunjukkan bahwa:
(a) Aspek perencanaan pembelajaran E-learning termasuk dalam kategori
cukup efektif dengan persentase tingkat kecenderungan sebesar 77,57%.
(b) Aspek perancangan dan pembuatan materi menunjukkan kategori cukup
efektif dengan persentase tingkat kecenderungan sebesar 75,14%.
(c) Aspek penyampaian atau metode penyampaian pembelajaran E-learning
kategori cukup efektif dengan tingkat kecenderungan 75%.
(d) Aspek interaksi pembelajaran menunjukkan kategori cukup efektif dengan
tingkat kecenderungan 66,10%.

1
Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran
3
(e) Aspek evaluasi pelaksanaan pembelajaran E-learning menuunjukkan
kategori cukup efektif dengan kecenderungan sebesar 69,01%.
(f) Kriteria pelaksanaan pembelajaran elearning sebagai media pembelajaran
di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto secara keseluruhan cukup efektif
dengan tingkat kecenderungan sebesar 77,27%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan sistem E-
learning memiliki tingkat efektivitas yang lebih baik dibandingkan dengan sitem
pembelajaran konvensional atau tradisional karena terkait dengan ruang, waktu,
dan fleksibilitas dalam pembelajaran serta evaluasi hasil pembelajarannya.

1
Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran
4
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

1
Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran
5
DAFTAR PUSTAKA

1.

1
Efektivitas E-learning dalam Pembelajaran
6

Anda mungkin juga menyukai