Disusun oleh :
Nama Kelompok
AHMAD BIRANDI
FITRIAH
LIA AGUSTIN
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
E-learning merupakan singkatan dari electronic learning yang dalam bahasa
Indonesia berarti “pembelajaran elektronik”. Pada umumnya, kegiatan belajar-
mengajar berlangsung antara guru ke anak didik secara verbal atau seperti ceramah
tatap muka dalam sebuah kelas.
Adanya teknologi pada era modern seperti sekarang bisa lebih memudahkan kegiatan
belajar-mengajar. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menjelaskan lebih lanjut
pengertian e-learning beserta contoh dan manfaatnya untuk pembelajaran abad ke-21.
Seperti yang telah tertulis sebelumnya bahwa kepanjangan dari e-learning
adalah electronic learning. Secara sederhana, pengertian dari e-learning adalah
sebuah sistem belajar yang memanfaatkan teknologi internet sebagai alatnya.
Dasar dan konsekuensi dari perkembangan teknologi memiliki pengaruh besar dalam
dunia pendidikan. E-learning hadir sebagai solusi belajar pada abad ke-21 yang mana
di era sekarang, hampir semua hal berkaitan dengan teknologi.
E-learning juga menjadi cara belajar baru dalam dunia pendidikan. Efektivitas dan
efisiensi atas adanya pembelajaran elektronik menjadi pilihan dalam hal belajar-
mengajar.
Beberapa ahli mendefinisikan apa itu e-learning dan bagaimana e-learning bisa
menjadi sistem belajar baru di era sekarang.
Menurut Ardiansyah, e-learning adalah sistem belajar yang bisa berlangsung jarak
jauh antara guru dan murid. Sarana belajar e-learning dapat membantu guru maupun
murid agar bisa melakukan proses belajar-mengajar tanpa harus tatap muka.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN E-LEARNING
Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer
sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27). E-learning adalah
suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses
belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian E-learning dari berbagai sumber:
B. Karakteristik E-learning
3
D. Manfaat E-learning
1. Fleksibel. E-learning memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses perjalanan.
2. Belajar Mandiri. E-learning memberi kesempatan bagi pembelajar secara mandiri
memegang kendali atas keberhasilan belajar.
3. Efisiensi Biaya. E-learning memberi efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara,
efisiensi penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar dan efisiensi biaya bagi
pembelajar adalah biaya transportasi dan akomodasi.
E. Kelebihan E-learning
1. Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks,
animasi, suara, video.
2. Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum
audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.
3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok
bahasan, mata pelajaran sesuai kebutuhan.
4
4. Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguaasaan materi tergantung pada
semangat dan daya serap siswa, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e-test.
F. Kekurangan E-learning
1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan
ICT (information, communication, dan technology).
5. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
6. Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.
7. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
8. Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta
didik.
9. Peserta didik bisa frustasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar, dan video
karena peralatan yang tidak memadai.
10. Tersedianya infrastruktur yang bisa dipenuhi.
11. Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga penduan dan fitur
pertanyaan diperlukan.
12. Peserta didik dapat merasa terisolasi.
G. GURU
Guru merupakan komponen pendidikan yang utama. Berbagai komponen pendidikan lainnya,
seperti kurikulum, sarana prasarana, dan lainnya tidak akan berarti apa-apa, jika tidak ada
guru yang menerapkan dan menggunakannya. Karena demikian pentingnya seorang guru,
5
telah disepakati bahwa guru merupakan tenaga profesional yang membutuhkan berbagai
persyaratan yang menjamin profesinya itu dapat dilaksanakan dengan baik. Persyaratan
profesi tersebut terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam era digital seperti
yang terjadi saat ini, guru profesional kembali dipertanyatakan persyaratannya. Selain
persyaratan-persyaratan yang telah dimiliki sebelumnya, ia perlu ditambah dengan
persyaratan lainnya yang sesuai. Dengan merujuk berbagai literatur yang otoritatif dalam
jumlah yang memadai, serta disajikan secara deskriptif analitis, tulisan ini lebih lanjut
memfokuskan pembahasannya pada persyaratan guru profesional yang dibutuhkan di era
digigital.
6
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, konsep dan metode disiplin
keilmuan, teknologi atau seni yang relevant.
Dari paparan tersebut di atas, sudah dapat diketahui, bahwa guru profesional di era
digital adalah guru yang dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagaimana disebutkan di atas
berbasis pada penggunaan jaringan yang didukung teknologi digital. Kegiatan yang demikian
itu selanjutnya dikenal dengan nama EdukasiNet. Yaitu sutus pembelajaran yang
menyediakan bahan belajar berbasis web yang bersifat interaktif serta menyediakan fasilitas
komunikasi antara pengajar dengan peserta didik, antara peserta didik, dan peserta ddik
dengan sumber belajar lain.[6] Penggunaan teknologi digital tidak hanya dalam kegiatan
belajar mengajar saja, melainkan juga dalam melaksanakan tugas-tugas lainnya, seperti dalam
pengelolaan administrasi pendidikan, pemberian tugas-tugas, pelaksanaan evaluasi dan lain
sebagainya. Selain itu, guru yang dibutuhkan di era digital adalah guru yang memiliki
kemahiran dalam menilai penggunaan teknologi yang edukatif dan non eduktif. Guru
hendaknya terus mengevaluasi kemampuan siswa yang dibutuhkan untuk bersaing dalam
ekonomi global. Ia juga harus menjadi pembelajar seumur hidup dan harus bersedia untuk
belajar tidak hanya dari rekan-rekan mereka, tetapi juga dari siswa mereka juga.
7
yang dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas 5 dan 6 sekolah dasar. Ke-500 murid
tersebut dimasukan dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang dalam kegiatan
belajarnya dilengkapi dengan akses ke internet dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi berdasarkan
hasil tes akhir.[9]
3.Penugasan-penugasan
Penugasan dapat diartikan segala sesuatu yang dirancang dan disiapkan oleh guru
untuk dikerjakan oleh peserta didik. Tugas-tugas tersebut di antaranya mengumpulkan tulisan
dari surat kabar dan majalah, mengunjungi perpustakaan, laboratorium, workshop dan
sebagainya untuk melakukan sebuah kegiatan pembelajaran seperti menjawab masalah yang
sudah ditetapkan, membuktikan sebuah teori atau hipotesa dan sebagainya. Pelaksanaan tugas
tersebut kemudian dilaporkan kepada guru. Pelaporan tersebut dapat menggunakan
information technology. Dalam kaitan ini, seorang guru selain menguasai bahn yang akan
ditugaskan juga harus menguasai teknologi informasi.
4.Penyampaian Informasi
Salah satu kompetensi seorang guru profesional adalah memiliki kompetensi sosial,
yakni kemampuan membangun komunikasi dan silaturahmi dengan peserta didik, orang tua
peserta didik, kepala sekolah, sesama guru, dan masyarakat pada umumnya. Dalam
komunikasi tersebut antara satu dan lainnya saling memberikan informasi, sehingga berbagai
ide, pesan dan gagasan secara bersama-sama. Dalam penyampaian informasi tersebut dapat
menggunakan peralatan teknologi digital. Dalam hubungan ini, seorang guru juga dapat
menyampaikan bahan-bahan yang harus dibaca atau dikerjakan.
8
5.Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dengan berbagai macamnya termasuk salah satu tugas
seorang guru profesional. Evaluasi dilaksanakan secara objektif, transfaran, adil, dan
akuntable. Guna mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan ketelitian dan pengawasan yang
ketat, sehingga tidak terjadi penyontrekan, plagiasi dan sebagainya. Melalui sistem digital,
diharapkan dapat diciptakan sebuah sistem yang dengan mudah dapat mengetahui, apakah
jawaban dalam evaluasi yang diberikan para peserta didik asli karyanya sendiri, atau hasil
nyontek atau plagiasi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertama, guru profesional di era digital pada dasarnya adalah guru yang memiliki
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Namun pada pelaksanaan
keempat kompetensi tersebut memerlukan dukungan teknologi digital dengan berbagai
macam dan ragamnya. Dengan demikian, guru profesional di era digital adalah guru
yang dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya berbasis pada teknologi digital.
Kedua, penggunaan teknologi digital dapat dilakukan oleh guru pada kegiatan belajar
mengajar, pelayanan administrasi, penugasan dan evaluasi. Untuk itu, pengusaan guru
terhadap sistem, website dan tool harus disediakan secara lengkap dan berkelanjutan.
Ketiga, keberadaan teknologi digital sebagian dapat menggantikan atau membantu peran
guru terutama pada aspek pengajaran yang bertumpu pada transfer of knowledge and
tekhnology and skill, namun tidak dapat menggantikan peran guru sebagai pendidik,
yang bertugas membentuk karakter, mental, kepribadian, sikap dan tabi’at melalui
penanaman nilai-nilai luhur, yang berbasis pada agama dan nilai-nilai budaya luhur yang
dilakukan dengan cinta kasih, melalui keteladanan, bimbingan, latihan, pembiasaan, dan
sebagainya.
10