Penyusun :
1. Indah Permata Sari
2. Akbar Aditya P
3. Dea Febiantika
4. David Arnanda
5. Selvia Antarina
Pengertian E-Learning
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu e yang merupakan singkatan dari
electronica dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti
pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika
Sejarah E-Learning
E-learning diperkenalkan pertama kali oleh Universitas Illionis yang berlokasi di Urbana-
Champaign. Universitas Illinois memperkenalkan e-learning yang menggunakan komputer
yang disebut PLATO, dalam sistem instruksi berbasis komputer (computer assisted
instruction). Perkembangan e-learning sejak saat itu terus berjalan bersamaan dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi. ada tahun 1990, Era Computer-Based Training
(CBT) dimulai, yang mana banyak bermunculan aplikasi e-learning yang menggunakan PC
standlone atau dikemas dalam bentuk CD-ROM. Hingga tahun 1994, Computer-Based
Training terus diterima oleh masyarakat luas. Pada tahun 1997, hadir Learning Management
System (LMS). LMS ini hadir beriringan dengan perkembangan teknologi internet, yang
mana masyarakat di dunia mulai beralih menggunakan internet. Tahun 1999 dinyatakan
sebagai tahun lahirnya aplikasi e-learning berbasis website. Perkembangan Learning
Management System menjadi aplikasi e-learning berbasis website merupakan
perkembangan secara total, yang mengubah sistem pembelajaran dan administrasi
mengajar belajar. E-learning memungkinkan fleksibilitas dan efektivitas dalam proses
pembelajaran. Maka itu, e-learning dikatakan sebagai sistem pembelajaran masa depan
yang akan terus berkembang dari masa ke masa.
Karakteristik E-Learning
Manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 (dua) sudut, yaitu dari sudut peserta didik dan guru
:
Sudut peserta didik dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas
belajar yang tinggi.
manfaat yang diperoleh guru adalah bahwa guru dapat :
lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan ajar,
mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena
waktu luang yang dimiliki realtif lebih banyak
mengontrol kegiatan belajar peserta didik.
mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari
topik tertentu, dan
memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Ada 3 (tiga) alternatif model kegiatan pembelajaran
yang dapat diikuti peserta didik :
Pengurangan biaya
Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.
Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti :
cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar
kualitas yang lebih konsisten.
Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari
pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang
menggunakan cara tradisional
Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut
dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.
Keterbatasan E-Learning
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
belajar dan mengajar.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis
Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.
Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang
menggunakan internet.
Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet
dan kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Kendala-Kendala