Anda di halaman 1dari 48

Pengertian E-learning Definisi Manfaat,

Komponen, Kelebihan dan kekurangan


serta Filosofinya
03:17:00
Teknologi
Pengertian E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah
satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan
komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga
kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-
learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning ini tidak memiliki
batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu
(Nugroho, 2007).

Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada
prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat
bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru
di Indonesia (Tafiardi, 2005).

Definisi E-Learning

Istilah e-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang
diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.

Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Oleh karena itu, istilah
e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses
belajar mengajar yang ada di sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh
teknologi internet (Purbo & Hartanto, 2002).

E-learning ini sendiri mempunyai beberapa karakteristik seperti yang telah dikemukakan oleh
Suyanto (2005) mengemukakan 4 karakteristik e-learning yang terdiri dari:

1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana pengajar dan peserta didik, peserta
didik dan peserta didik, ataupun pengajar dan sesama pengajar dapat berkomunikasi
dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
2. Memanfaatkan keunggulan komputer (media digital dan jaringan komputer).
3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri yang dapat disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang
bersangkutan membutuhkannya.
4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan yang dapat dilihat setiap saat di
komputer.
Dengan demikian, e-learning itu dapat diartikan sebagai suatu sistem dalam pembelajaran yang
mengacu pada penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dengan karakteristik-karakteristik seperti memanfaatkan jasa teknologi,
memanfatkan keunggulan komputer, menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri, dan
memanfaatkan jadwal belajar yang dapat dilihat pada komputer, serta memberikan fasilitas
yang dapat diakses oleh pengajar dan peserta didik/mahasiswa secara pribadi

Komponen e-learning

Komponen yang membentuk e-learning (Romisatriawahono, 2008) adalah:


a. Infrastruktur e-learning
Infrastruktur e-learning merupakan peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat
berupa Personal Computer ((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi (Febrian,
2004)), jaringan komputer (yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub,
switch, router, atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media
komunikasi tertentu (Wagito, 2005)), internet (merupakan singkatan dari Interconnection
Networking yang diartikan sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia
(Febrian, 2004)) dan perlengkapan multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua
unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi
secara terintegrasi (Febrian, 2004)). Termasuk di dalamnya peralatan teleconference
(pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang berbeda
secara geografis (Febrian, 2004)) apabila kita memberikan layanan synchronous learning yakni
proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar sedang mengajar dan murid
sedang belajar melalui teleconference.

b. Sistem dan aplikasi e-learning


Sistem dan aplikasi e-learning yang sering disebut dengan Learning Management System
(LMS), yang merupakan sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar
mengajar konvensional untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan,
ruangan kelas dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan (Ellis, 2009)),
misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti
bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian
(rapor), serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan internet.

c. Konten e-learning
Konten e-learning merupakan konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning sistem (Learning
Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-
based Content (konten berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang
memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau Text-
based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada di wikipedia.org,
ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS)
sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.

Sedangkan ’aktor’ yang ada dalam pelaksanakan e-learning boleh dikatakan sama dengan
proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya pengajar (dosen) yang membimbing
siswa (mahasiswa) yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi
dan proses belajar mengajar.
Manfaat e-learning

Manfaat e-learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(enhance interactivity).
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik,
maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya
dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa?

Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang
disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.
Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik
yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada
pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani
mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan
pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas.

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses
oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan
sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan
pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu
menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.

Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini,
Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian
materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan
pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas
untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau
melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan
tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja,
seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet.
Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of


content as well as archivable capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus
berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan
tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di
samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik
yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian instruktur
selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai
terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian
juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari
instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar peserta didiknya dan sekaligus
secara teratur memotivasi peserta didiknya.

E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran.


Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara
sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai
berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik.
Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta
didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat
diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.

Secara lebih rinci, Smaratungga (2009) mengungkapkan manfaat e-learning yang dapat dilihat
dari dua sudut yaitu:

a. Dari sudut peserta didik

Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi.


Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang.
Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan instruktur setiap saat. Dengan kondisi yang
demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi
pembelajaran.

Manakala fasilitas infrastruktur tidak hanya tersedia di daerah perkotaan tetapi telah
menjangkau daerah kecamatan dan pedesaan, maka kegiatan e-learning akan memberikan
manfaat kepada peserta didik yang:

1. belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata


pelajaran tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya,
2. mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari
materi pembelajaran yang tidak dapat diajarkan oleh para orangtuanya, seperti bahasa
asing dan keterampilan di bidang komputer,
3. merasa phobia dengan sekolah, atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun
di rumah, yang putus sekolah tetapi berminat melanjutkan pendidikannya, yang
dikeluarkan oleh sekolah, maupun peserta didik yang berada di berbagai daerah atau
bahkan yang berada di luar negeri, dan
4. tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan. b. Dari sudut
instruktur
Dengan adanya kegiatan e-learning, beberapa manfaat yang diperoleh instruktur antara lain
adalah bahwa instruktur dapat:

1. lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung-


jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
2. mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena
waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak,
3. mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan instruktur juga dapat mengetahui
kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik
dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang,
4. mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah
mempelajari topik tertentu, dan
5. memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.

Kelebihan dan kekurangan e-learning

a. Kelebihan e-learning
Menyadari bahwa melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses
secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu
kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan
cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di internet (Triluqman,
2007).
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur,
memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan
terbuka dan jarak jauh, kelebihan e-learning antara lain dapat disebutkan sebagai berikut
(Triluqman, 2007):

1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat


berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja
kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
2. Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai
berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau
sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di
kapal, di luar negeri, dan sebagainya.

b. Kekurangan e-learning
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak
terlepas dari berbagai kekurangan antara lain dapat disebutkan sebagai berikut (Triluqman,
2007):

1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses
belajar-mengajar.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional.
5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
7. Kurangnya penguasaan komputer.
Filosofis e-learning

Menurut Cisco (dalam Suyanto,2005) ada beberapa filosofis dari e-learning, yaitu:

1. E-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan,


secara on-line.
2. E-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara
konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku text, CD-ROM, dan
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan
globalosasi.
3. E-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan isi dan pengembangan
teknologi pendidikan.
4. Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya.
Semakin baik keselarasan antar isi dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.

Daftar Pustaka Makalah E-learning

Hartanto, A. A., & Purbo, O. W. (2002). Buku pintar internet teknologi e-learning berbasis PHP dan MySQL.
Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.

Ellis, Ryann K. (2009), [online] Available FTP: http://www.astd.org/NR/rdonlyres/12ECDB99-3B91-403E-


9B15- 7E597444645D/23395/LMS_fieldguide_20091.pdf

Smaratungga. (2009). [online] Available FTP: http://smaratungga.ning.com. Tanggal akses: 21 Mei 2009.

Suyanto. (2005). [online] Available FTP: http://www.ipi.or.id/elearn.pdf. Tanggal akses 15 Februari 2009.

Febrian, J. (2004). Kamus komputer dan teknologi informasi. Jakarta: Penerbit Informatika.

Romisatriawahono. (2008). [online] Available FTP: http://www. romisatriawahono.net/2008/01/23. Tanggal


akses: 16 Januari 2009.

Tafiardi, Drs. (2005). Meningkatkan mutu pendidikan melalui e-learning. Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/
Th.IV.

Nugroho, W. A. (2007). [online] Available FTP: http://www.ilmukomputer.com. Tanggal akses: 16 Januari 2009.
PENGGUNAAN E-LEARNING SEBAGAI PERAN

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM


PEMBELAJARAN

PENY ISWINDARTI, S.Kom.,MT

Widyaiswara Madya

Abstrak

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta pergeseran paradigma


pendidikan mempengaruhi metode dan proses pembelajaran. E-learning merupakan
salah satu bentuk penerapan dari perubahan proses pembelajaran tersebut. Dilihat
dari sisi fungsi e-learning memiliki 3(tiga) fungsi yaitu sebagai suplemen (pelengkap),
komplemen (pelengkap), dan substitusi (pengganti).

Selain komputer dan jaringan internet, yang berperan dalam e-learning adalah
producer yaitu yang membuat konten (tulisan, gambar, video, animasi), host yaitu
penyedia e-learning melalui jaringan internet (browser), dan learner yaitu
pemakai/pengguna e-learning (mahasiswa, peserta didik, pengguna umum, dan
sebagainya).

Yang perlu diperhatikan pada saat memilih internet untuk kegiatan pembelajaran
adalah analisis kebutuhan. Apakah berfungsi sebagai tambahan, pelengkap atau
pengganti pembelajaran tatap muka. Selain itu ketersediaan internet dan
infrastrukturnya, tenaga pelaksana, dan keuntungan menggunakan e-learning.

Kata kunci : e-learning, pembelajaran, TIK

PENDAHULUAN

Cara manusia melakukan kegiatan atau aktivitas di semua bidang dipengaruhi oleh
pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Di tempat kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan yang rumit, menganalisis data, mengambil keputusan,
berkomunikasi dengan rekan sudah pasti menggunakan komputer dan internet.
Dalam rumah tangga, menikmati hiburan dengan menonton, menciptakan, dan
berpartisipasi di berbagai media, membuat keputusan untuk membeli sesuatu dengan
mencari informasi di internet, saling berhubungan dengan teman dan keluarga
melalui berbagai macam teknologi.

Di masyarakat, penggunaaan TIK untuk mengetahui berita lokal, nasional, dan


internasional.

Bahkan untuk memenuhi kewajiban sebagai warga negara misalnya membayar pajak
juga sudah memanfaatkan TIK.

Dalam dunia pendidikan atau sekolah, TIK sudah digunakan untuk mengerjakan tugas-
tugas rumit dan penuh tantangan, sebagai sumber belajar, untuk membuat
keputusan, memecahkan masalah, dan menciptakan gagasan baru.

Menurut Resnick (2002), ada 3 hal penting yang terkait dengan modernisasi
pendidikan :

1. Bagaimana kita belajar,terkait dengan metode atau model pembelajaran.


Perubahan paradigma pembelajaran terkait dengan ketergantungan terhadap guru
dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran seharusnya tidak
100% bergantung kepada guru lagi (instructor dependent) tetapi lebih banyak
terpusat kepada peserta didik(student-centered learning atau instructor independent).

2. Apa yang kita pelajari, apakah kurikulum telah sesuai dengan kebutuhan peserta
didik dan apakah kurikulum telah dirancang untuk menyiapkan peserta didik untuk
hidup dan bekerja pada masa yang akan datang. Perkembangan TIK yang sangat pesat
mewarnai masa depan, TIK juga mengubah tidak hanya terhadap apa yang seharusnya
dipelajari oleh peserta didik, tetapi juga apa yang dapat dipelajari. Sangat
mungkinbanyak hal yang seharusnya atau dapat dipelajari peserta didik tetapi tidak
bisa dimasukkan ke dalam kurikulum karena “ruang” yang terbatas atau
kompleksitas yang tinggi dalam mengajarkannya.
3. Kapan dan dimana belajar dilakukan: belajar bisa dilakukan dimana saja dan
kapan saja, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.

PERGESERAN PARADIGMA BELAJAR

WHAT IS E-LEARNING ?

Ada banyak definisi e-learning, diantaranya :

 jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke


peserta didik dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media
jaringan komputer lain. Darin E. Hartley [Hartley, 2001]
 sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung
belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer, maupun komputer
standalone. LearnFrame.Com dalam Glossary of e-learning Terms [Glossary,
2001]

 sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri, komunikasi, efisiensi,


dan teknologi. Matthew Comerchero dalam E-learning Concepts and
Techniques [Bloomsburg, 2006]

 sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam


proses belajar mengajar. (Wahono, 2005, p. 1).

Karakteristik E-learning menurut Nursalam (2008:135) adalah:

1. Memanfaatkan jasa teknologi elektronik/TIK.


2. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks)
3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials)
kemudian disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh pengajar dan
peserta didik kapan saja dan dimana saja.
4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan
hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap
saat di komputer.

FUNGSI E-LEARNING

Fungsi e-learning dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai suplemen


(tambahan), komplemen (pelengkap), dan substitusi (pengganti).

 1) Suplemen (tambahan)

Peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi


pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi
peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Mengakses materi
pembelajaran elektronik hanya sebagai himbauan pengajar kepada peserta didik.

 2) Komplemen (pelengkap)

Materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran


yang diterima peserta didik di dalam kelas, sebagai pengayaan bagi peserta didik
berkemampuan rata-rata, atau remedial bagi peserta didik yang lamban kemampuan
belajarnya.
 3) Substitusi (pengganti)

E-learning sebagai pengganti digunakan di beberapa perguruan tinggi di negara-


negara maju. Tujuannya untuk membantu mempermudah mahasiswa mengelola
kegiatan pembelajaran/perkuliahan sehingga mahasiswa dapat menyesuaikan waktu
dan aktivitas lainnya dengan kegiatan perkuliahan. Mahasiswa dapat memilih model
kegiatan pembelajaran yaitu tatap muka saja, sebagian tatap muka dan sebagaian
melalui internet, atau sepenuhnya melalui internet.

Alternatif model pembelajaran manapun yang dipilih mahasiswa tidak menjadi


masalah dalam penilaian, artinya semua model tersebut mendapatkan pengakuan atau
penilaian yang sama. Keadaaan yang sangat fleksibel ini sangat membantu mahasiswa
mempercepat proses perkuliahannya.

KELEBIHAN E-LEARNING

Menurut L. Tjokro (2009:187), E-learning memiliki banyak kelebihan yaitu :

1. Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa


gambar, teks, animasi, suara, video.
2. Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu
minimum audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk
diperbanyak.
3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok
bahasan, mata pelajaran sesuai kebutuhan.
4. Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguasaan materi tergantung
pada semangat dan daya serap peserta didik, bisa dimonitor, bisa diuji
dengan e-test.

KEKURANGAN E-LEARNING

Kekurangan e-learning yang diuraikan oleh Nursalam (2008:140) sebagai berikut :

1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu
sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT (information, communication, dan technology).
5. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan
dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
6. Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.
7. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
8. Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi
peserta didik.
9. Peserta didik bisa frustasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar,
dan video karena peralatan yang tidak memadai.
10. Tersedianya infrastruktur yang bisa dipenuhi.
11. Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga penduan dan
fitur pertanyaan diperlukan.
12. Peserta didik dapat merasa terisolasi.

Yang berperan dalam e-learning dapat dianalogikan seperti gambar di bawah ini.

 Producers adalah desainer, penulis, ilustrator, fotografer, animator, videografer.


 Hosts adalah penyedia e-learning melalui jaringan, misalnya browser.
 Learners adalah pengguna e-learning seperti peserta didik, pembaca, pekerja
dsb.

Aplikasi/Tools e-learning

 Tool for Authoring : untuk membuat konten/materi. Misalnya eXe.


 Di dalam tool for authoring memuat aplikasi multimedia dan animasi.
 Assessment Tool : untuk membuat soal ujian/quiz. Misalnya Hot Potatoes.
 Tool for Offering : untuk mengelola administrasi LMS. Misalnya Moodle, Dukeos
 Tool for Accessing : untuk mengakses e-learning. Ex. Web Browser.

KESIMPULAN :

Yang perlu diperhatikan sebelum memilih menggunakan/memanfaatkan e-learning


untuk kegiatan pembelajaran adalah studi kelayakan. Ketersediaan TIK seperti internet,
infrastruktur pendukung (listrik, komputer), sumber daya manusia pengelola
(producers, admin), dengan e-learning apakah kegiatan yang dilakukan
menguntungkan, dan fungsi e-learning tersebut sebagai tambahan, pelengkap atau
pengganti.

Referensi :

 L. Tjokro, Sutanto. 2009. Presentasi yang Mencekam. Jakarta: Elex Media


Komputindo
 Nursalam dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
 http://www.kajianpustaka.com/2014/06/pengertian-karaktiristik-dan-manfaat-
elearning.html

http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/karakteristik-komponen-elearning.html

http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/teknologi-e-learning.html

http://www.m-edukasi.web.id/2012/12/faktor-yang-dipertimbangkan-
sebelum.html
efinisi E-Learning

E-Learning merupakan salah satu metode belajar mengajar yang memungkinkan


tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau
media jaringan komputer lain (Efendi, 2008, hlm.133).

E-Learning merupakan Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem


elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Allen, 2013,
hlm.27).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah proses


pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai media belajar.

Karakteristik E-Learning

Karakteristik E-Learning adalah sebagai berikut (Efendi, 2008, hlm.135)

 Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.


 Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan jaringan komputer).
 Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials).
 Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Kelebihan dan Kekurangan E-Learning

Sebagai sebuah metode belajar tentu saja e-learning juga memiliki kelebihan dan kekurangan
dibandingkan metode belajar yang lain. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan e-learning :

1. Kelebihan E-Learning

E-Learning memiliki banyak kelebihan diantaranya, yaitu lebih mudah diserap, efektif dalam
biaya, lebih ringkas, tersedia 24 jam perhari dan 7 hari/minggu (Tjokro, 2009, hlm.187).

Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks,
animasi, suara,video.

Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu insruktur, tidak perlu minimum audiensi,
bias dimana saja, bias kapan saja, murah untuk diperbanyak.

Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok bahasan, mata
pelajaran sesuai kebutuhan.
Tersedia 24 jam/hari dan 7 hari/minggu, artinya penguasaan materi tergantung pada semangat
dan daya serap siswa, bias dimonitor, bias diuji dengan e-test.

2) Kekurangan E-Learning

Berikut ini adalah kekurangan yang biasanya terdapat pada sistem pembelajaran e-
learning (Efendi, 2008, hlm.140):

 Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan anatar pelajar itu sendiri.
 Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek social dan sebaliknya
membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
 Proses belajar mengajar cenderung kea rah pelatihan daripada pendidikan.
 Berubahnya peran pengajar dari semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan
ICT (Information, Communication, and Technology).
 Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
 Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang menguasai internet.
 Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
 Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta
didik.
 Peserta didik bias frustasi jika mereka tidak dapat mengakses grafik, gambar, dan
video karena peralatan yang tidak memadai.
 Tersedianya infrastrruktur yang bisa dipenuhi.
 Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga panduan dan fitur
pertanyaan diperlukan.
 Peserta didik dapat merasa terisolasi.

Referensi
 Allen, M. (2013). Michael's Guide to E-Learning. Canada: John Wiley & Sons.
 Efendi, N. F. (2008). Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
 Tjokro, S. L. (2009). Presentasi yang Mencekam. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Arlisnayanti08
Sabtu, 30 Maret 2013
MAKALAH E-LEARNING

TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMUNIKASI
“E-LEARNING”

Dosen pembina : Azizah S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
NI MADE LISNAYANTI A 401 11 065

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PGSD
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunianya, kami

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “E-LEARNING” tepat pada waktunya. Makalah

ini merupakan tugas mata kuliah “TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI”.

Makalah ini merupakan inovasi pembelajaran untuk memahami mata kuliah tersebut secara

mendalam, semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa pada umumnya.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu

dosen serta teman-teman mahasiswa yang telah memberikan bimbingan serta partisipasinya

atas terselesaikannya Makalah ini.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, dan kami

mengarapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk

penyempurnaan makalah selanjutnya. Terimakasih.

Palu, Maret 2013

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2

1.3 TUJUAN ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3


2.1 PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN
E-LEARNING ............................................................................................. 3
2.2 FUNGSI DAN TUJUAN E-LEARNING .................................................... 7
2.3 KARAKTERISTIK DAN MANFAAT ELEARNING ............................... 10
2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING............................... 13
2.5 METODE PENYAMPAIAN E-LEARNING.............................................. 16
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 18
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................ 18
3.2 SARAN ........................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dunia Pendidikan telah mengalami kemajuan pesat seiring dengan kemajuan Teknologi

Informasi. Akibatnya, metode pendidikan lama atau konvensional dirasakan menjadi kurang

efektif karena terbentur masalah ruang dan waktu. Dan Teknologi Informasi menawarkan

metode pendidikan baru yang dinamakan metode E-Learning.

Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning

disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan

dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan

e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas

untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat

mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus

dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.

E-learning merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran yang dipersepsikan

bersifat student centered. Pemanfaatan e-learning diharapkan dapat memotivasi peningkatan

kualitas pembelajaran dan materi ajar, kualitas aktivitas dan kemandirian mahasiswa, serta

komunikasi antara dosen dengan mahasiswa maupun antar mahasiswa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apa dan bagaimana pengertian serta sejarah perkembangan E-learning?

2. Apa fungsi dan tujuan E-learning?

3. Apa karakteristik dan manfaat E-learning?

4. Apa kelebihan dan kekurangan E-learning?

5. Apa dan bagaimana metode penyampaian E-learning?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu

1. Memahami pengertian E-learning serta sejarah perkembangannya,

2. Memahami fungsi dan tujuan E-learning,

3. Memaham karakteristik dan manfaat E-learning,

4. Memahami kelebihan dan kekurangan E-learning, dan

5. Memahami metode penyampaian E-learning.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN E-LEARNING

2.1.1 Pengertin E-Learning

E-learning merupakan singkatan dari Elektronic Learning, merupakan cara baru dalam

proses belajar mengajar yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai
sistem pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa ahli mencoba menguraikan

pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya :

1. Menurut Allan J. Henderson, e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan

teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003).

2. Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar

melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti

pelajaran di kelas.

3. William Horton menjelaskan bahwa e-learning merupakan pembelajaran berbasis web (yang

bisa diakses dari Internet).

E-Learning berasal dari perpadanan dua kata yakni ‘e’ dan ‘learning’. ‘e’ merupakan

singkatan dari electronic dan learning adalah pembelajaran. Jadi E-Learning atau elektornik

learning adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan memanfaatkan fungsi internet dalam

kegiatan pembelajaran dengan menjadikan fasilitas elektronik sebagai media pembelajaran.

E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dilakukan di media

elektronik (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal misalnya

adalah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah diatur dan

disusun berdasarkan jadwal yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e-learning dan

pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini biasanya tingkat interaksinya tinggi dan

diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikelola oleh

universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahaan konsultan) yang memang

bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk umum.

E-learning bisa juga dilakukan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana,

misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan
perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, program, pengetahuan atau keterampilan

tertentu pada masyarakat luas (biasanya tanpa memungut biaya).

Komponen yang membentuk e-Learning adalah:

1. Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC),

jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan

teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.

2. Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar

mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum

diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan

manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan

Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga bisa kita

manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas kita.

3. Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning

Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content

(konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks

seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System

(LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan dimanapun. Depdiknas cukup aktif

bergerak dengan membuat banyak kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom

juga mengembangkan edukasi.net yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP,

SMA dan SMK. Juga mari kita beri applaus ke pak Gatot (Biro PKLN) yang mulai memberikan

insentif dan beasiswa untuk mahasiswa yang mengambil konsentrasi ke Game Technology

yang arahnya untuk pendidikan. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan e-

Learning dari sisi konten.

Sedangkan Actor yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama dengan

proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang membimbing,
siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses

belajar mengajar.

2.1.2 Sejarah dan Perkembangan E-learning

E-pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh

universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis

komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu,

perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-

learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi

dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM FORMAT mov,

mpeg-1, atau avi.

2. Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul

dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.

3. Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi

internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang

dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi

bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat

membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu

dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan

oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.

4. Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju

aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner)

maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs

informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia ,
video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih

standar, dan berukuran kecil.

2.2 FUNGSI DAN TUJUAN E-LEARNING

2.2.1 Fungsi E-learning

Ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di kelas

(classroom instruction), yaitu sebagai tambahan (suplemen) yang sifatnya pilihan/opsional,

pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi).

a. Suplemen

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan

memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini,

tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran

elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan

memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

b. Komplemen

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik

diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di kelas. Sebagai

komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi

penguatan (reinforcement) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai pengayaan

(enrichment), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami

materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan

kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus

dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan

peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas. Dikatakan sebagai
program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi

pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di kelas (slow learners) diberikan kesempatan

untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang

untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran

yang disajikan guru di kelas.

c. Pengganti (substitusi)

Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model

kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswa-nya. Tujuannya agar para

mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan

aktivitas lain sehari-hari mahasiswa.

Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu:

 sepenuhnya secara tatap muka atau konvensional,

 sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan

 sepenuhnya melalui internet.

Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih peserta didik tidak menjadi

masalah dalam penilaian, karena ketiga model penyajian materi perkuliahan mendapatkan

pengakuan atau penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program

perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau

bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan

memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu

mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.

2.2.2 Tujuan E-Learning

Penggunaan metode belajar e learning di Indonesia mulai digunakan di beberapa di

sekolah ataupun universitas yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Tujuan pembelajaran

E-Learning adalah :
1. Siswa atau mahasiswa dapat belajar mandiri tanpa harus bertatap muka langsung denga guru

atau dosen yang bersangkutan. Contoh universitas yang memilih metode pembelajaran E-

Learning sebagai metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehari-hari yaitu

Universitas Terbuka (UT) yang berdomisili di Pamulang, Tangerang, Banten.

2. Siswa atau mahasiswa mendapatkan materi pembelajaran mereka tanpa harus membeli buku

aslinya.

Materi pembelajaran mereka ada di dalam E-Book dan E-Book ada di dalam sebuah CD

atau DVD. E-Book tersebut nantinya akan berisi materi-materi yang sesuai dengan kurikulum

siswa atau mahasiswa tersebut. Maka dengan adanya ebook bisa menghemat siswa dalam biaya

pembelian buku-buku sekolah ataupun kuliah.

2.3 KARAKTERISTIK DAN MANFAAT E-LEARNING

2.3.1 Karakteristik E-Learning

1. Memanfaatkan jasa teknologi informasi dan komunikasi berupa internet sehingga penyampaian

pesan dan komunikasi guru dan siswa secara mudah dan cepat.

2. Memanfaatkan media komputer seperti jaringan komputer (computer networks atau digital

media).

3. Menggunakan pendekatan pembelajaran mandiri. Dengan menggunakan e-learning, pembelajar

dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap pembelajar karena pembelajaran tidak

dilakukan secara langsung.

4. Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer.

5. Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga mengetahui hasil kemajuan

belajar, administrasi pendidikan, serta untuk mengetahui informasi yang banyak dari berbagai

sumber informasi.
6. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang

berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di computer.

2.3.2 Manfaat e-learning

Manfaat E-learning diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur

(enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi

pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik,

maupun antara peserta didik dengan bahan belajar. Hal tersebut berbeda dengan pembelajaran

yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan

ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena pada

pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan

dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan saja (time and place

flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses

oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan

sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan

pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak

perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan dosen/instruktur.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach aglobal audience).

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau

melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan

tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan sehingga, siapa saja, di mana saja, dan kapan
saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar juga dilakukan melalui internet.

Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of

content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak (software) yang

terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.

Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan

tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di

samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik

yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian

guru/dosen/instruktur selaku penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

e. Lebih mudah mendapatkan materi atau info

Jika kita menggunakan sistem pembelajaran berbasis e-learning, kita akan lebih mudah untuk

mencari dan mendapatkan materi atau info. Tinggal ketik apa yang kita cari, tunggu sebentar,

kita langsung dapat materinya.

f. Bisa mendapatkan materi yang lebih banyak

Kita bisa mendapatkan banyak sekali materi, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan kita bisa

mencari materi yang berasal dari luar negeri yang tentunya akan menambah wawasan bagi kita

dan juga bisa untuk meningkatkan hasil belajar kita.

g. Pembelajaran lebih efektif dan efisien waktu dan tenaga

Jika ada tugas, kita bisa mencari bahan yang kita butuhkan dengan cepat. Tidak harus ke sana

ke mari untuk mendapatkan bahan yang kita butuhkan. Tinggal duduk di depan komputer atau

laptop, lalu cari yang kita butuhkan. Setelah itu, susun tugasnya dan selesai.

2.4 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN E-LEARNING


2.4.1 Kelebihan E-Learning

1. Pembelajar dapat belajar kapan dan dimana saja mereka punya akses internet.

2. Efisiensi waktu dan biaya perjalanan.

3. Pembelajar dapat memilih materi pembelajaran sesuai dengan level pengetahuannya.

4. Fleksibilitas untuk bergabung dalam forum diskusi setiap saat, atau menjumpai teman sekelas

dan pengajar secara remote melalui ruang chatting.

5. Mampu memfasilitasi dan menerapkan gaya belajar yang berbeda melalui beragam aktivitas.

6. Pengembangan keterampilan TIK yang mampu mendukung aktivitas lain pembelajar.

7. Keberhasilan menyelesaikan pembelajaran/perkuliahan online mampu membangun

kemampuan belajar mandiri dan kepercayaan diri pembelajar serta mendorong pembelajar

untuk lebih bertanggung jawab dalam studinya.

8. Mempersingkat waktu pembelajaran dan membuat biaya studi lebih ekonomis.

9. Mempermudah interaksi antara peserta didik dengan materi, peserta didik dengan guru maupun

sesama peserta didik.

10. Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan belajar setiap saat

dan berulang-ulang.

11. Kehadiran guru tidak mutlak diperlukan.

12. Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan

mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

13. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.

2.4.2 Kekurangan E-Learning

1. Pembelajar yang tidak termotivasi dan perilaku belajar yang buruk akan terbelakang/tertinggal

dalam pembelajaran.

2. Pembelajar dapat merasakan terisolasi dan bermasalah dalam interaksi sosial.

3. Pengajar tidak mungkin selalu dapat menyediakan waktu pada saat dibutuhkan.
4. Koneksi internet yang lambat dan tidak handal dapat menimbulkan rasa frustasi.

5. Beberapa subjek/mata kuliah bisa saja sulit direalisasikan dalam bentuk e-learning.

6. Pembelajar harus menyediakan waktu untuk mempelajari software/aplikasi e-learning sehingga

dapat mengganggu beban belajarnya.

7. Pembelajar yang tidak familiar dengan struktur dan rutin software akan tertinggal.

8. Untuk sekolah tertentu terutama yang berada di daerah, akan memerlukan investasi yang mahal

untuk membangun e-learning.

9. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

10. Keterbatasan jumlah komputer yang dimiliki oleh sekolah akan menghambat pelaksanaan e-

learning.

11. Bagi siswa yang gagap teknologi, sistem ini sulit untuk diterapkan.

12. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini

dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.

13. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri sehingga

memperlambat terbentuknya nilai dalam proses belajar dan mengajar.

14. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan internet.

15. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.

16. Proses belajar mengajar cenderung kearah pelatihan daripada pendidikan.

2.5 METODE PENYAMPAIAN E-LEARNING

Seperti kita lihat di atas, peralatan teleconference yang mahal itu posisinya ada di

infrastruktur e-Learning (komponen pertama). Meskipun kalaupun tidak ada juga tidak

masalah. Lho kok bisa? Ya karena peralatan teleconference akan mendukung e-Learning yang

Synchronous tapi tidak untuk yang Asynchronous. Jadi metode penyampaian bahan ajar di e-

Learning ada dua:


1. Synchrounous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara

tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas

Ujung Aspal mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford

University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar

dan biaya mahal. Jujur saja Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan

maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang)

mengimplementasikan synchronous e-Learning ini. Hasilnya peralatan teleconference yang

sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali

2. Asynchronous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun

dalam waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-

Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia.

Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa

melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-

Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian

dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika kebutuhan itu datang.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa E-learning adalah sistem atau konsep pendidikan yang

memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Perbedaan Pembelajaran

antara Metode Tradisional dan Metode E-Learning yaitu pada Metode Tradisional, seorang
guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu

pengetahuannya kepada siswa atau mahasiswa.

Sedangkan pembelajaran pada Metode E-Learning seorang siswa atau mahasiswa

dituntut untuk dapat mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk

pembelajarannya. Suasana pembelajaran dengan Metode E-Learning akan ‘memaksa’ pelajar

memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan

dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri.

3.2 SARAN
Setelah melakukan pembahasan penulis ingin memberikan masukan yang berupa saran

bahwa penulis mengharapkan apa yang menjadi makalah dengan tema ‘E-LEARNING‘ tidak

hanya menjadi suatu teori saja, namun dapat di praktekkan didalam kehidupan bermasyarakat

sebagai suatu pemahaman bahwa dalam persaingan yang ketat di era globalisasi seperti saat ini

sangat dibutuhkan suatu konsep keterampilan guna mendukung kehidupan bermasyarakat.

Demikianlah Makalah yang sederhana ini saya buat untuk memenuhi syarat

pembelajaran di mata kuliah TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ini mudah-

mudahan dapat diterima dengan baik bagi pembaca.

Apabila ada kesalahan dan kekurangan baik isi dan kata-katanya saya mohon maaf, kritik

dan saran juga saya harapkan dari pembaca agar saya bisa membuat yang jauh lebih baik lagi

dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://kampungbiru.wordpress.com/e-learning/

http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=39

http://e-dufiesta.blogspot.com/2008/06/pengertian-e-learning.html
Glossary of e-Learning Terms, LearnFrame.Com, 2001

Darin E. Hartley, Selling e-Learning, American Society for Training and Development, 2001

Dublin, L. and Cross, J., Implementing eLearning: Getting the Most from Your Elearning

Investment, the ASTD International Conference, May 2003.

Michelle Delio, Report: Online Training ‘Boring’, Wired News.

Romi Satria Wahono, Sistem eLearning Berbasis Model Motivasi Komunitas, Jurnal Teknodik No.

21/XI/TEKNODIK/AGUSTUS/2007, Agustus 2007

arlisnayanti.blogspot.com
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ingin belajar atau melanjutkan sekolah keluar negeri, namun rasanya tidak

punya cukup waktu dan dana atau karena pekerjaan masih menumpuk dan karir sedang

melaju ? ingin menambah pengetahuan dan memperluas wawasan, tetapi sering kali

tidak sempat menghadiri seminar, kuliah ataupun workshop karena pekerjaan, kantor

dan keluarga tidak bisa ditinggal terlalu lama ? untuk orang-orang seperti diatas, ada

banyak alternative yang bias dicoba untuk meningkatkan pengetahuan, memperluas

wawasan dan menggali ketrampilan baru tanpa harus meninggalkan pekerjaan yang

sekarang sedang mereka tekuni atau keluarga, salah satu opsi yang bias dicoba adalah

e-learning.

B. Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan e-learning ?

2. Apa keunggulan belajar dengan e-learning ?

3. Apakah kendala dari e-learning ?


BAB II

ISI

E-LEARNING

E-learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan

teknologi telekomunikasi dan informasi , misalnya internet, video/audiobroadcasting,

video/audioconferencing, CD-ROOM (secara langsung dan tidak langsung). Kegiatan e-

learning termasuk dalam model pembelajaran individual. Menurut Loftus (2001) dalam

Siahaan (2004) kegiatan e-learning lebih bersifat demokratis dibandingkan dengan kegiatan

belajar pada pendidikan konvensional, karena peserta didik memiliki kebebasan dan tidak

merasa khawatir atau ragu-ragu maupun takut, baik untuk mengajukan pertanyaan maupun

menyampaikan pendapat/tanggapan karena tidak ada peserta belajar lainnya yang secara fisik

langsung mengamati dan kemungkinan akan memberikan komentar, meremehkan, atau

mencemoohkan pertanyaan maupun pernyataannya.

Profil peserta e-learning adalah seseorang yang :

(1) mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi dan memiliki komitmen untuk belajar
secara bersungguh-sungguh karena tanggung jawab belajar sepenuhnya berada pada diri

peserta belajar itu sendiri

(2) senang belajar dan melakukan kajian-kajian, gemar membaca demi pengembangan diri

terus menerus, dan yang menyenangi kebebasan

(3)mengalami kegagalan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah konvensional dan

membutuhkan penggantinya, atau yang membutuhkan materi pelajaran tertentu yang tidak

disajikan oleh sekolah konvensional setempat maupun yang ingin mempercepat kelulusan

sehingga mengambil beberapa mata pelajaran lainnya melalui e-learning, serta yang terpaksa

tidak dapat meninggalkan rumah karena berbagai pertimbangan

FUNGSI DAN PENYELENGGARAAN E-LEARNING

Menurut Siahaan (2004), setidaknya ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap

kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) :

1. Suplemen (tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih,

apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini tidak

ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik.

Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki

tambahan pengetahuan atau wawasan

2. Komplemen (pelengkap)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen apabila materi pembelajaran elektronik

diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di dalam

kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk

melengkapi materi pengayaan atau remedial. Dikatakan sebagai pengayaan (enrichment)

apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi
pelajaran yang disampaikan pada saat tatap muka diberi kesempatan untuk mengakses materi

pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka.

Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang

telah diterima di kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila peserta didik yang

mengalami kesulitan memahami materi pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan

untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang

untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin mudah memahami materi pelajaran

yang disajikan di kelas.

3. Substitusi (pengganti)

Dikatakan sebagai substitusi apabila e-learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar,

misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan pembelajaran. Ada 3 (tiga) alternatif

model yang dapat dipilih, yakni : (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2)

sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya

melalui internet.

Ada beberapa pertimbangan untuk menggunakan e-learning dewasa ini, antara lain :

a. harga perangkat komputer semakin lama semakin terjangkau (tidak lagi diperlakukan

sebagai barang mewah).

b. Peningkatan kemampuan perangkat komputer dalam mengolah data lebih cepat dan

kapasitas penyimpanan data semakin besar

c. Memperluas akses atau jaringan komunikasi

d. Memperpendek jarah dan mempermudah komunikasi

e. Mempermudah pencarian atau penelusuran informasi melalui internet.

SYARAT, KEUNGGULAN DAN KENDALA E-LEARNING


Syarat-Syarat E-learning

Menurut Newsletter of ODLQC, 2001 (dalam Siahaan) syarat-syarat kegiatan

pembelajaran elektronik (e-learning) adalah :

a. kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.

b. Tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya

CD-ROM atau bahan cetak

c. tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami

kesulitan

d. adanya lembaga yang menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning

e. adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan

internet

f. adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta

belajar

g. adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar

h. adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara

Selain itu dalam Sembel, 2004, hal-hal yang perlu ada untuk

“menghidupkan” e-learning adalah :

a. Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang disampaikan.

b. Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari SME

menjadi materi e-learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi lebih

interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.

c. Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis dengan

gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk dipelajari.
d. Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang mengatur

lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa lainnya, serta hal

lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan peringkat ketercapaian

belajar siswa.

Keunggulan e-learning

E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena

memiliki kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005) :

a. Pengurangan biaya

b. Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.

c. Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.

d. Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti :

cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar

kualitas yang lebih konsisten.

e. Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari

pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang

menggunakan cara tradisional

f. Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut

dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.

Kendala-kendala e-learning

Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005) :

a. Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi

memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.

b. Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk

belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.


c. Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal,

dan teknologi yang tepat.

d. Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk

yang learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman

dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.

Kekurangan E-Learning

Sebagaimana asal kata dari e-learning yang terdiri dari e (elektronik) dan

learning (belajar), maka system ini juga mempunyai kekurangan, antara lain :

1. Bagi orang yang gagap teknologi, system ini belum bisa diterapkan.

2. Keterbatasan jumlah computer yang dimiliki oleh sekolah juga menghambat

pelaksanaan e-learning.

3. Kehadiran guru sebagai makhluk yang dapat berinteraksi secara langsung dengan

para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning ini.

Kelemahan lain dalam e-learning yang sering menjadi pembicaraan, antara lain kemungkinan

adanya kecurangan, plagiasi, dan pelanggaran hak cipta. Kuldep.

Pembelajaran dengan menggunakan e-learning juga harus membutuhkan jaringan internet

untuk pembelajaran jarak jauh.

DAMPAK DAN PEMBIAYAAN E-LEARNING

Para pelajar merasakan sensasi belajar yang benar-benar berbeda dibandingkan kelas

konvensional. Akses mereka terhadap informasi juga meningkat dengan drastis. Selain itu,

para pelajar juga dapat memilih sendiri cara belajar yang dirasa paling cocok dengan

kepribadian mereka ketika mengikuti kelas e-learning. Para pendidik merasakan dampak dari

penggunaan e-learning terhadap metode pengajaran yang digunakan. Mereka perlu

melakukan adaptasi dalam cara pengajaran yang disampaikan yang tentunya berbeda dengan
metode konvensional. Selain itu juga diperlukan keahlian dalam menyediakan materi

pembelajaran yang menarik untuk digunakan melalui sistem e-learning dan menggunakan

fitur-fitur yang disediakan pada sistem e-learning dengan optimal dan efisien. Institusi

pendidikan juga merasakan dampak dari penggunaan e-learning, khususnya dalam hal biaya

penyelenggaraan pendidikan. Institusi juga bertanggung jawab untuk mengadakan pelatihan

kepada para tenaga pengajarnya dan menyediakan teknologi atau media yang menjadi

landasan dari sistem e-learning yang digunakan.Segi pembiayaan adalah salah satu perhatian

utama bagi pihak yang. Adanya masalah biaya ini menyebabkan beberapa institusi

pendidikan yang memiliki keterbatasan finansial memilih untuk bekerja sama dengan institusi

pendidikan lain atau perusahaan penyedia layanan pengembangan sistem e-learning

TEKNOLOGI PENDUKUNG E-LEARNING

Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima

aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email,

Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World

Wide Web (WWW)”.

Sedangkan Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada

dalam e-learning.

1.) e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu

memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali,

mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi.

2.) e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar

teknologi internet.

3.) e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang

paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.
PERAN INDUSTRI TI DALAM E-LEARNING

E-learning dikembangkan dari perpaduan aspek pembelajaran dan aspek teknologi. Dari sisi

teknologi, keberhasilan e-learning mencakup perpaduan aspek teknologi :

· Software

· Hardware & Networking/communication

Secara garis besar, kontribusi atau peran dari perusahaan-perusahaan atau vendor TI terhadap

perkembangan implementasi e-learning dapat dikategorikan menjadi dua , yaitu sebagai :

 Technology Provider

 Service Provider

Technology provider di bidang e-learning pun memiliki specialisasi yang berbeda, antara lain

 Pengembang LMS -Learning Management System

.Beberapa pengembang LMS di dunia antara lain :

 Web-CT

Web-CT merupakan salah satu leader di bidang e-learning software di dunia dengan

spesialisasi untuk implementasi di institusi pendidikan.

 BlackBoard

Dengan aplikasi Academic Suite-nya, Blackboard juga menjadi salah satu leader

aplikasi e-learning untuk institusi pendidikan.

 Plateau
 Saba

 SumTotal

 Docent

 Click2Learn

 TEDS

 RWD, dll

E-LEARNING DI ERA GLOBALISASI

Pembelajaran dengan bantuan komputer (PBK) atau Computer Assisted Instruction (CAI)

merupakan awal mula kemunculan dari e-learning. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini,

penerapan e-Learning merupakan suatu strategi yang efektif untuk mengejar ketertinggalan

bangsa kita dengan bangsa lainnya yang sudah selangkah lebih maju dibidang ilmu

pengetahuan dan teknologi (iptek), terutama teknologi informasi. Sebagai solusi, e-Learning

memiliki keunggulan berupa biaya pengembangan yang lebih murah, lebih baik, serta lebih

cepat.

* Lebih Murah.

metode pembelajaran secara e-Learning tidak mengharuskan peserta kegiatan belajar

mengajar menghadiri suatu ruang tertentu, tidak diperlukan keberadaan ataupun penyediaan

seorang tutor.

* Lebih Baik.

metode pembelajaran secara e-Learning tidak menetapkan seorang peserta sebagai bagian

dari seluruh peserta lainnya mengikuti cara belajar teman-teman lainnya. Hal ini, jelas sekali

membuat mereka yang memiliki intelegensia tinggi dapat mempelajari subjek masalah yang

ingin dipelajari secara lebih mendalam dan dapat lebih banyak lagi mendapatkan informasi
yang menarik.

*Lebih Cepat.

asalkan peserta tersebut memiliki hak akses perangkat teknologi informasi (misalnya

komputer), dengan cepat ia akan segera mendapatkan informasi yang dicarinya, bahkan tanpa

disadiri ia mungkin akan mendapatkan informasi jauh melebihi dari apa yang ia cari.

BAB III

PENUTUP

Demikianlah makalah tentang e-learning ini, ternyata system ini selain mempunyai

kelebihan juga mempunyai kekurangan tinggal bagaimana cara kita untuk mengoptimalkan

kelebihan itu dan meminimalisir kekurangan yang ada dengan menyiasatinya agar

kekurangan yang ada tidak mempengaruhi pembelajaran elektronik ini.


Kesimpulan

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan memanfaatkan ICT dalam

pembelajaran. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan ICT diyakini dapat mempermudah

pemahaman materi pelajaran. Yang diperlukan untuk tujuan tersebut adalah bagaimana usaha

sekolah agar memiliki infrastruktur dibidang ICT dan bagaimana usaha-usaha yang harus

dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam memanfaatkan ICT dalam proses

pembelajaran.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://akhmadsolikhin.wordpress.com/2008/02/19/e-learning/

http://adingresik.blogspot.com

http://smkn2-bdl.blogspot.com/2008/01/peran-e-learning-dalam-pembelajaran.html

http://wwwe-learningtp0406.blogspot.com

http://darmasuksma.blogspot.com/2008/01/makalah-e-learning.html
. Metode Penyampaian e-Learning
Jadi metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua :

1. Synchrounous e-Learning
Guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran
teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung Aspal mengikuti kuliah
lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini disebut dengan
Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar dan biaya mahal.1[9] Jujur saja Indonesia
belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang
main hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning ini.
Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee
morning, itupun 6 bulan sekali.2[10]
Adapun gambaran dari metode ini adalah sebagai berikut:

2. Asynchronous e-Learning
Guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda.
Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning Management
System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online
dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar
dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning
dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika
kebutuhan itu datang.3[11]
Gambaran dari metode ini adalah sebagai berikut:
KESIMPULAN
E-learning atau electronic learning merupakan strategi pembelajaran yang berbasis
pada IT (Information Technology) dengan penggunaan infrastruktur yang berupa media
komputer, internet, dan media komunikasi yang lainnya. Dalam e-Learning juga terdapat
pendekatan-pendekatan yang mana sudah digunakan dalam dunia pendidikan, seperti
pendekatan kognitivistik, behavioristik, dan lain sebagainya, seorang guru/dosen/learning
designer harus mampu mengadopsi pendekatan-pendekatan tersebut kedalam bentuk digital.
e-Learning menggunakan dua metode yaitu metode Synchrounous e-Learning dan
Asynchronous e-Learning. Pembelajaran e-learning saat ini sudah banyak diterapkan di
berbagai institusi, khususnya di perguruan tinggi. Pemanfaatan e-Learning dapat meningkatkan
kompetensi siswa didik sehingga dapat belajar secara mandiri dan memanfaatkan semua
sumber daya yang ada terutama jaringan INTERNET juga dapat meningkatkan mutu
pembelajaran. Hal ini terjadi karena pengembangan digital content akan dilakukan secara terus
menerus.

Anda mungkin juga menyukai