Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Pengenalan E-Learning

Abstract Kompetensi
Materi ini membahas tentang konsep Setelah mempelajari materi ini,
definitif dari e-learning. mahasiswa diharapkan mampu
membahas tentang konsep definitif dari
e-learning.
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi dan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Seiring dengan
berkembanganya teknologi dan informasi kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme
belajar mengajar berbasis teknologi informartika menjadi tidak terelakkan lagi. Salah satu
contoh dari mekanisme belajar mengajar yang berbasis teknologi informatika adalah
pembelajaran elektronik atau yang biasa disebut dengan e-learning.

Matthew Comerchero dalam E-Learning, Concepts and Techniques (Bloomsburg, 2006)


mendefinisikan: E-learning adalah sarana pendidikan yang mencakup motivasi diri sendiri,
komunikasi, efisiensi, dan teknologi. Karena ada keterbatasan dalam interaksi sosial, siswa
harus menjaga diri mereka tetap termotivasi. E-learning efisien karena mengeliminasi jarak
dan arus pulang-pergi. Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain dengan media
yang dapat diakses dariterminal komputer yang memiliki peralatan yang sesuai dan sarana
teknologi lainnya yang dapat mengakses jaringan atau Internet. Dari definisi-definisi yang
muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan
teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning
(Wahono, 2005, p. 1).

Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut:

 e-learning merupakan penyampian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan


secara on-line.
 e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-
ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan
perkembangan globalisasi.
 e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan.
 Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara
penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan
gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan
memberi hasil yang lebih baik.
PEMBAHASAN

Karakteristik e-learning, antara lain adalah :

 Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama
siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relative mudah
dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
 Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks).
 Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja
bila yang bersangkutan memerlukannya.
 Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer

Menurut Clark & Mayer, e-learning memiliki fitur – fitur sebagai berikut :

Ø Konten yang relevan dengan tujuan belajar.

Ø Menggunakan metode instruksional seperti contoh dan praktek untuk membantu belajar.

Ø Menggunakan elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten
dan metode belajar.

Ø Pembelajaran dapat secara langsung dengan instruktur ataupun belajar secara individu.

Ø Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.

E-learning menciptakan solusi belajar formal dan informal.

Salah satu kesalahan berpikir tentang e-learning adalah e-learning hanya menciptakan
sistem belajar secara formal, seperti dalam bentuk kursus. Namun faktanya adalah saat ini
80% pembelajaran didapat secara informal. Banyak orang saat beraktivitas sehari – hari dan
menghadapi suatu masalah membutuhkan solusi secepatnya. Dalam hal ini, e-learning
haruslah memiliki karakteristik berikut:

Ø Just in time atau tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya untuk
menyelesaikan tugasnya.

Ø On demand atau tersedia setiap saat.

Ø Bite Sized atau tersedia dalam ukuran yang kecil agar dapat digunakan secara cepat.

E-learning menyediakan akses keberbagai macam sumber pembelajaran baik itu konten
ataupunmanusia.

Kesalahan lainnya dalam berpikir tentang e-learning bahwa e-learning hanya membuat
kontensaja, sebenarnya e-learning adalah sebuah aktivitas sosial. E– learning menyediakan
pengalamanbelajar yang kuat melalui komunitas online pengguna e-learning. Karena
manusia adalah makhluksosial, jadi ada banyak kesempatan untuk berkomunikasi,
berkolaborasi, dan berbagi ilmu antarasesama pengguna e-learning.

E-learning mendukung sekelompok orang atau grup untuk belajar bersama.

E-learning bukan aktivitas individu saja, tetapi juga mendukung sekelompok orang atau
grup untuk belajar bersama, baik untuk berkomunikasi, berkolaborasi, berbagi ilmu dan
membentuk sebuah komunitas online yang dapat dilakukan secara langsung (synchronous)
atau tidak langsung (asynchronous).

E-learning membawa pembelajaran kepada pelajar bukan pelajar ke pembelajaran.

Bentuk pembelajaran tradisional bahwa pelajar harus pergi keluar untuk mencari
pembelajaran mereka sendiri. Sedangkan Model e-learning disebut juga Pull Model of
Learning.

Dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang
ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya
mengutamakan sisi keindahan saja, tetapi harus memperhatikan dengan seksama teknik
belajar – mengajar yang digunakan serta memperhatikan teknik evaluasi kemajuan peserta
didik dan penyimpanan data kemajuan peserta didik. Menurut Koswara (2006) ada
beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-
learning adalah sebagai berikut :

1.Learning by doing.

Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari. Contohnya adalah simulator
penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk
melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang
sesungguhnya

2. Incidental learning.

Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang
peserta didik dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan
informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari
geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.

3. Learning by reflection.

Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide atau gagasan tentang subyek yang
hendak dipelajari. Peserta didik didorong untuk mengembangkan suatu ide atau gagasan
dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan
memproses masukan ide atau gagasan dari peserta didik untuk kemudian diberikan
informasi lanjutan berdasarkan masukan dari peserta didik.

4. Case-based learning.

Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus – kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang
hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada narasumber ahli dan kasus-kasus yang
dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Peserta didik dapat mempelajari
suatu materi dengan cara menyerap informasi dari narasumber ahli tentang kasus-kasus
yang telah terjadi atas materi tersebut.
5. Learning by exploring.

Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak
dipelajari. Peserta didik didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan
eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup
untuk mengakomodasi eksplorasi dari Peserta didik. Mempelajari sesuatu dengan cara
menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Peserta didik
diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan dan aplikasi
menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut, kemudian peserta
didik menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.

Manfaat E-Learning

Ada beberapa manfaat pembelajaran elektronik atau e-learning, di antaranya adalah:

1. Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility).

2. Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(interactivity enhancement).

3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience).

4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of


content as well as archivable capabilities).

Selain itu, manfaat e-learning juga dapat dilihat dari 2 sudut pandang :

Manfaat bagi siswa

Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi.


Artinya, kita dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Selain
itu kita juga dapat berkomunikasi dengan guru/dosen setiap saat, misalnya melalui chatting
dan email. Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia
untuk diakses melalui internet, maka kita dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar
ini kapan saja dan dari mana saja, juga tugas-tugas pekerjaan rumah dapat diserahkan
kepada guru/dosen begitu selesai dikerjakan.
Manfaat bagi pengajar.

Dengan adanya kegiatan e-Learning manfaat yang diperoleh guru/dosen antara lain adalah
bahwa guru, dosen dan instruktur akan lebih mudah melakukan pembaruan materi maupun
model pengajaran sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, juga dapat
dengan efisien mengontrol kegiatan belajar siswanya.

Keuntungan dan Kelemahan menggunakan E-learning

Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya sebagai berikut :

Ø Fleksibel karena siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, dan dengan tipe
pembelajaran yang berbeda-beda.

Ø Menghemat waktu proses belajar mengajar.

Ø Mengurangi biaya perjalanan.

Ø Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku).

Ø Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas.

Ø Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Kelemahan menggunakan e-learning diantaranya sebagai berikut :

Ø Karena e-learning menggunakan teknologi informasi, tidak semua orang terutama orang
yang masih awam dapat menggunakannya dengan baik.

Ø Membuat e-learning yang interaktif dan sesuai dengan keinginan pengguna


membutuhkan programming yang sulit, sehingga pembuatannya cukup lama.

Ø E-learning membutuhkan infrastruktur yang baik sehingga membutuhkan biaya awal yang
cukup tinggi.
Teknologi Pendukung E-Learning

Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal

istilah:

1. computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan


komputer;
2. computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu
utama komputer.

Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut


dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Technology based learning


b. Technology based web-learning

Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies
(radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (video tape,
video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya
adalah Data Information Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration)

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah


kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video).
Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education),
dimasudkan agar komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan
teknologi e-learning ini.

Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi
standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List
(milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”. Secara
lebih rinci Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-

learning, yaitu:

1. e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat


menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing
pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning,
sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
2. e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan
standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat
bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi
tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
3. e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi
pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.

Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah satunya
adalah system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat
mengitegrasikan beberapa system seperti; (1) paradigma virtual teacher resources, yang
dapat mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa tidak haus
secara intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya (virtual teacher) dan
sebagian besar diambil alih oleh system belajar tersebut. (2) virtual school system, yang
dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang
tidak memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa tak
terbatas. Siswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana
saja. (3) paradigma cyber educational resources system, atau dot com leraning resources
system. Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap
artikel atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.

Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo
(2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu

“sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik
dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu
belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.

Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya
seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan
interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di
depan layar komputernya

Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap
keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran
dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola. Untuk meningkatkan daya
tarik belajar, Onno W. Purbo menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini
dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar
games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer sangatlah
mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya lewat
komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-jam dan memainkan permainan tersebut
dengan senang hati.

Pengembangan Model

Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga


kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web
course, web centric course, dan web enhanced course”.

Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta
didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.

Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini
menggunakan sistem jarak jauh.

Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh
dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian
lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa
memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang
telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan
materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.

Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan
pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik,
anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran
pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani
bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Manajemen Situs Elearning (Romi Satria Wahono,2003)

1. Melakukan Survey, Menyusun Agenda Umum, Rencana ke Depan, dan Mulai Mengelola
Situs eLearning.

Menyusun Agenda umum dan grand design ke depan. Lakukan pendataan dan analisa
matang terhadap “bidang apa” yang akan dikerjakan, “siapa pengguna”, “siapa penulis”,
dan “rencana jangka pendek dan panjang”. Melakukan survey terhadap komunitas yang
sama bidangnya dengan bidang yang akan dibuat Kemudian buatlah prototipe dan mulai
lakukan pendesainan awal situs.

o Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya


apakah jaringan Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya,
seperti telepon, listrik, komputer, tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa
mengoperasikannya tersedia
o Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable); misalnya
apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau
apakah retrun on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu.
o Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat
(socially acceptable).

2. Rancangan Instruksional

Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek


(Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):

o Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik
yang relevan dan satuan kredit semester.
o Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status
pekerjaan, dsb-nya.
o Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang
diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
o Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut
kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit,
dsb-nya.
o State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun
berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
o Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
o Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan
berdasarkan fasilitas yang ada.

3 Tahap Pengembangan

Pengembangan e-learning bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan fasilitas ICT


yang tersedia, karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang
bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan instruksional
yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinue.

4. Pelaksanaan

Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan format
tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus dilakukan.
Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya bagaimana
menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya benar-benar
memenuhi standar bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).

5. Evaluasi

Sebelum program dimulai, lebih baik dicobakan dengan mengambil beberapa sampel orang
yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.

Masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut:

o Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan


jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
o Masalah ketersediaan software.
o Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
o Masalah skill and knowledge.
o Attitude terhadap ICT
Daftar Pustaka
Arijanto, A., Hikmah, D., & Nashar, Muhammad. (2015). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:
Universitas Mercu Buana. Yogyakarta: Sibuku Media
Mcleod, Raymond. (2004). Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
McLeod, R., & Schell, G. P. (2007). Management Information Systems. USA: Pearson/Prentice Hall.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2016). Management Information System. Pearson Education India.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2018). Management Information Systems: Managing The Digital Firm.
Pearson.
O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2006). Management Information Systems (Vol. 6). McGraw-Hill
Irwin.
O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2005). Introduction to Information Systems (Vol. 13). New York City,
USA: McGraw-Hill/Irwin.

Anda mungkin juga menyukai