Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kelebihan dan Kekurangan E-learning


Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah E-learning of
Mathematic
Dosen Pengampuh : Havizul, S.T., M. Pd.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4


1. Nafisatul Wardiyah (12018004)
2. Putri Kusuma Wardani (12018016)
3. Sulis Andryani (12018005)

PRODI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2022
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Kelebihan e-learning ...................................................................................... 3
B. Kekurangan e-learning ................................................................................... 8
BAB III ....................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................. 12

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini
berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan
perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan
mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar,
audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang
salah satu diantaranya melalui jaringan Internet. Salah satu bidang yang
mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini
adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu
proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang
berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik
sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan
materi pendidikan.
E-learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang dilakukan melalui
network (jaringan komputer), biasanya lewat internet atau intranet. Elearning
membawa perubahan dalam proses pembelajaran, dari yang berpusat pada
pengajar menjadi berpusat pada pembelajar atau peserta didik. Ini merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengakses
materi pembelajaran dimana saja dan kapan saja.
E-learning merupakan inovasi yang dapat dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran, tidak hanya dalam penyampaian materi pembelajaran tetapi
juga perubahan dalam kemampuan berbagai kompetensi peserta didik. Melalui
e-learning, peserta didik tidak hanya mendengarkan uraian materi dari
pendidik saja tetapi juga aktif mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
dan sebagainya. Materi bahan ajar dapat divirtualisasikan dalam berbagai
format sehingga lebih menarik dan lebih dinamis sehingga mampu
memotivasi peserta didik untuk lebih jauh dalam proses pembelajaran.
Penggunaan e-learning atau pembelajaran yang berbasis elektronik
bukanlah menjadi hal yang baru didengarkan di telinga. Yang terjadi

1
dilapangan, pemanfaatan media elearning belum efektif, masih banyak guru
yang menggunakan kelas konvensional. Terdapat beberapa alasan para
pendidik belum menerapkannya. Bisa jadi, sebagai pendidik juga masih gagap
terhadap teknologi virtual, atau kita sudah mahir tetap enggan mengajarkan,
atau kita sudah mengajarkan tetapi caranya tidak tepat sehingga hasilnya tidak
maksimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik membahas mengenai kelebihan
dan kekurangan dari e-learning.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan suatu
permsalahan, yakni apa kelebihan dan kekurangan dari e-learning ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untukmenganalisis dan
mendeskripsikan kelebihan serta kekurangan dari e-learning.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelebihan e-learning
Menurut (Sudarwan Danim & Khairil, 2010, Soekartawi, 2003, Uwes A.
Chaeruman 2008, dan Made Wena, 2010 dalam Sari, 2015) E-learning
memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung keberhasilan mencapai
tujuan pembelajaran. Adapun kelebihan-kelebihan dari pembelajaran berbasis
electronic (e-learning) bagi siswa, yakni
1. Mengatasi persoalan jarak dan waktu
E-learning membantu pembuatan koneksi yang memungkinkan
peserta didik masuk dan menjelajahi lingkungan belajar yang baru,
mengatasi hambatan jarak jauh dan waktu. Hal ini memungkinkan
pembelajaran bisa diakses dengan jangkauan yang lebih luas atau bisa
diakses dimana saja dan tanpa terkendala waktu atau bisa diakses kapan
saja.
Adapun Rohmawati (2015) menyatakan bahwa pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar.
Aplikasi pembelajaran elearning maupun hybrid learning sudah banyak
disediakan oleh pengembang berbagai aplikasi, dengan demikian aplikasi
E-learning memberikan peserta didik kemampuan untuk menyesuaikan
pembelajaran di sekitar gaya hidup mereka (Epignosis LCC dalam
Suhandjah dkk, 2019).
2. Mendorong sikap belajar aktif
E-learning memfasilitasi pembelajaran bersama dengan
memungkinkan peserta didik untuk bergabung atau menciptakan
komunitas belajar yang memperpanjang kegiatan belajar secara lebih baik
di luar kelas baik secara individu maupun kelompok. Situasi ini dapat
membuat pembelajaran lebih kostruktif, kolaboratif, serta terjadi dialog
baik antar guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik satu sama
lain. Adapun menurut Sukmana, (2015) menyatakan bahwa Komunitas

3
belajar yang akan dibentuk aktivitasnya sangat bergantung pada
ketersediaan dan kelayakan sarana Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) pendukung, dalam hal ini adalah akses ke internet.
Pembelajaran bersama secara online dapat berupa grub diskusi via
online yang memiliki fungsi yang sama dalam mewadahi belajar siswa
secara berkelompok. Hamalik, (1993) menyatakan bahwa belajar
kelompok adalah di mana siswa-siswa dalam satu kelas dipandang sebagai
salah satu kesatuan (kelompok tersendiri) ataupun merupakan segmen
tujuan tertentu dengan bergotong royong. Sedangkan menurut (Shudur,
2019) metode belajar kelompok merupakan bentuk belajar di mana terjadi
interaksi antara peserta belajar, baik yang dilakukan dengan bentuk
kelompok kecil maupun besar. Belajar kelompok akan lebih bermanfaat
apabila setiap anggota kelompok saling dapat berperan aktif dalam
kelompoknya.
3. Membangun suasana belajar baru
Suasana belajar berhubungan dengan suasana tempat dimana kita
akan belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat adalah
beberapa lingkungan yang sering kita jumpai dimana seseorang akan
berinteraksi untuk melakukan aktivitas belajar. Suasana belajar yang
tenang, intensif dan kondusif akan membuat anak senang dan bersemangat
untuk belajar. Lain halnya dengan suasana belajar yang semrawut tentu
akan membuat suasana belajar anak menjadi tidak tenang, tidak kondusif
dan kurang efektif dan semua itu baik secara langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh serta berimbas pada menurunnya prestasi
belajar yang dicapai (Mustofa, 2014).
Dengan belajar secara online, peserta didik menemukan
lingkungan yang menunjang pembelajaran dengan menawarkan suasana
baru sehingga peserta didik lebih antusias dalam belajar. Efektifitas belajar
sangat bergantung terhadap kenyamanan dan kualitas lingkungan sekitar.
Namun beda halnya apabila melaksanakan proses belajar mengajar secara
online atau jarak jauh. Siswa akan merasakan suasana baru yang berbeda

4
sehingga perlu adaptasi kembali terkait teknis pembelajaran berbasis
internet.
4. Meningkatkan kesempatan belajar lebih
E-learning meningkatkan kesempatan untuk belajar bagi peserta
didik dengan menawarkan pengalaman virtual dan alat-alat yang
menghemat waktu mereka, sehingga memungkinkan mereka belajar lebih
lanjut. Mengontrol proses belajar,pembelajarannya terjadwal melalui
Internet sehingga petunjuk belajarnya bisa terstruktur. E-learning
memberikan kemudahan bagi guru untuk mengecekapakah peserta didik
mempelajari materi yang diunggah serta mengerjakan soal- soal latihan
dan tugasnya secara online. Memudahkan pemutakhiran bahan ajar bagi
guru, E-learning dapat memberikan kemudahan guru untuk dapat
menyempurnakan serta memperbaharui bahan ajar yang telah diunggah
dengan e-learning. Guru dapat juga memilih bahan ajar yang lebih aktual
serta kontekstual. Mendorong tumbuhnya sikap kerja sama, hubungan
komunikasi serta interaksi secara online dapat mendorong sikap kerjasama
antara peserta didik dengan guru.Siswa yang mengikuti program
pembelajaran Daring Learning dapat menghemat waktu dan tenaga.
Sehingga waktu dan tenaga yang tersisa dapat dipergunakan untuk hal-
hal yang lainnya diluar jam pembelajaran. Misalkan dapat digunakan
sebagai belajar atau kegiatan lomba cerdas cermat. Hal tersebut dilakukan
karena pada dasarnya masa-masa pembelajaran bukan hanya soal belajar
materi pembelajaran saja. Masa-masa pembelajaran juga dapat digunakan
untuk menggali potensi atau keterampilan dalam berbagai bidang selain
dalam bidang akademik (Nugraha dkk, 2020).
Menurut Kusmana (2011) belajar mandiri tidak berarti belajar
sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah
peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses
belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta
didik tidak tergantung pada guru/instruktur, pembimbing, teman, atau
orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri siswa/peserta didik akan

5
berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau
dilihatnya melalui media audio visual. Kalau mendapat kesulitan barulah
bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang
lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber
belajar yang dibutuhkannya.
5. Mengontrol proses belajar peserta didik
Baik guru maupun peserta didik dapat menggunakan bahan ajar
atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet,
sehingga keduanya bisa saling menilai bagaimana bahan ajar dipelajari. E-
learning juga menawarkan kemudahan guru untuk mengecek apakah
peserta didik mempelajari materi yang diunggah, mengerjakan soal-soal
latihan dan tugasnya secara online.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk
belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya
bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. Siswa dapat
belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di computer sehingga bila
siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet (Kusmana, 2011).
6. Memudahkan pemutakhiran bahan ajar bagi guru
E-learning memberikan kemudahan bagi guru untuk
memperbaharui, menyempurnakan bahan ajar yang diunggah dengan e-
learning. Guru juga dapat memilih bahan ajar yang lebih aktual dan
kontekstual. Media pembelajaran yang berupa bahan ajar dapat diartikan
sebagai segala bentuk bahan (informasi, alat, dan teks) yang digunakan
oleh guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan
tidak tertulis. Bahan ajar adalah segala bentuk content seperti Teks, Audio,
Foto, Video, Animasi
Bahan ajar paling tidak mencakup antara lain : petunjuk belajar
(Petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, content atau isi

6
materi pembelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja,
dapat berupa Lembar Kerja, evaluasi, respon atau balikan terhadap hasil
evaluasi (Tasri, 2011).
7. Mendorong tumbuhnya sikap kerja sama
Hubungan komunikasi dan interaksi secara online antar guru, guru
dengan peserta didik dan antar peserta didik mendorong tumbuhnya sikap
kerja sama dalam memecahkan masalah pembelajaran. Tidak jauh berbeda
dengan proses pembelajaran pada umumnya, kerjasama antar berbagai
pihak yakni guru, siswa, dan antar sesama harus terjalin dengan efisien.
Adapun salah satu bentuk kerja sama anatar guru dan siswa saat
menerapkan proses pembelajaran berbasis internet yakni saling
memberikan informasi terkait penggunaan aplikasi atau media tertentu.
Guru dan orang tua pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama
dalam pendidikan anak, yaitu mendidik, membimbing, membina serta
memimpin anaknya menjadi orang dewasa serta dapat memperoleh
kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk
mewujudkan harapan tersebut, tentunya harus ada kerja sama yang baik
antara guru dan orang tua. Kerja sama yang baik antara guru dan orang tua
sangat penting karena dua pihak inilah yang setiap hari berhadapan
langsung dengan siswa.
Jika kerja sama antara guru dan orang tua kurang, maka pendidikan
tidak akan berjalan dengan baik bahkan pendidikan yang direncanakan
tersebut tidak akan berhasil dengan baik. Kerja sama antara orang tua dan
guru akan mendorong siswa untuk senantiasa melaksanakan tugasnya
sebagai pelajar, yakni belajar dengan tekun dan bersemangat
8. Mengakomodasi berbagai gaya belajar
E-learning dapat menghadirkan pembelajaran dengan berbagai
modalitas belajar (multisensory) baik audio, visual maupun kinestetik,
sehingga dapat memfasilitasi peserta didik yang memiliki gaya belajar
berbeda-beda. Salah satu media pembelajaran yang gunakan dalam
mempermudah penyampaian materi oleh guru adalah media

7
pembelajaran audio visual (video), media audio visual dapat
memberikan informasi yang menampilkan suara dan gambar yang dapat
dijadikan sebagai alternative dalam mengoptimalkan proses pembelajaran.
Perkembangan teknologi memungkinkan pembelajaran di kelas
dapat dilakukan di rumah atau di lingkungan sekitarnya. Dalam program
pembelajaran daring, komunikasi dua arah antara guru dan siswa, atau
antara siswa dengan siswa, dan antara guru dan siswa akan lebih baik,
karena semakin banyak pilihan media pembelajaran yang tersedia, dan
banyak alat komunikasi yang memungkinkan guru untuk melakukan
proses pembelajaran menggunakan media audio visual atau rekaman
untuk memberikan pembelajaran secara daring. Pada proses selanjutnya
jika terdapat suatu pembahasan atau materi yang sulit dipahami,
siswa dapat mengulang video atau rekaman tersebut sebagai bahan
pembelajaran(Sobron dkk, 2019).

B. Kekurangan e-learning
Kekurangan e-learning sebagaimana disarikan dari pendapat (Munir dalam
Sari, 2015)antara lain:

1. Kurangnya interaksi langsung Antara siswa dan guru


Penggunaan e-learning sebagai pembelajaran jarak jauh, membuat
peserta didik dan pengajar/guru terpisah secara fisik, demikian juga antara
peserta didik satu dengan lainnya. Keterpisahan secara fisik ini bisa
mengurangi atau bahkan meniadakan interaksi secara langsung antara
pengajar dan peserta didik. Kondisi itu bisa mengakibatkan pengajar dan
peserta didik kurang dekat sehingga bisa mengganggu keberhasilan proses
pembelajaran. Kurangnya interaksi ini juga dikhawatirkan bias
menghambat pembentukan sikap, nilai (value), moral, atau sosial dalam
proses pembelajaran sehingga tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Adanya interaksi guru dan siswa yang dilakukan secara intens
dan memberikan pemahaman yang baik, dapat menumbuhkan kembali
rasa hormat siswa kepada guru. Lalu, dari interaksi yang baik ini jika

8
dipupuk secara terus menerus dapat mengasah kepekaan sosial satu sama
lain. Dengan begitu, adanya sikap tenggang rasa, saling membantu, dan
menghormati akan lebih kuat dan ini sesuai dengan adat dan kepribadian
bangsa kita yang ramah dan santun.
Roestilah (2014:35) mengemukakan bahwa interaksi adalah proses
dua arah yang mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun
komunikan. Berarti interaksi dapat terjadi antar pihak jika pihak yang
terlibat saling memberikan aksi dan reaksi. Sehubungan dengan itu
interaksi adalah proses saling mengambil peran.
Dalam berinteraksi di kelas, baik guru dan siswa harus mampu
merespon apa yang terjadi dalam kelas. Guru tanggap tentang perilaku
siswa baik dalam bertutur, siswa kadang kala diikuti gerakan atau
tindakan untuk membantu proses berkomunikasi. Interaksi dalam kelas
antara guru dan siswa jelas konteksnya yaitu guru menyampaikan
pelajaran. Dari proses komunikasi atau pemakaian bahasa dalam interaksi
antara guru dan siswa di kelas banyak kejadian yang menarik untuk
diteliti. Peristiwa tutur yang terjadi pada interaksi guru dan siswa di dalam
kelas adalah pemakaian bahasa baik yang bersifat interaksional ataupun
bersifat transaksional. Hal ini berkaitan dengan pemakaian bahasa guru
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Sebaliknya
pemakaian bahasa siswa saat merespons guru dalam menyampaikan
pelajaran. Di samping itu pemakaian bahasa interaksi siswa satu dengan
siswa yang lain di dalam kelas ( br Perangin-angin, 2020).
2. Penyalahgunaan teknologi
Teknologi merupakan bagian penting dari pendidikan, namun jika
lebih terfokus pada aspek teknologinya dan bukan pada aspek
pendidikannya maka ada kecenderungan lebih memperhatikan aspek
teknis atau aspek bisnis/komersial dan mengabaikan aspek pendidikan
untuk mengubah kemampuan akademik, perilaku, sikap, sosial atau
keterampilan peserta didik. Salah satu kerugian yang paling sering
ditemui saat pembelajaran daring adalah penyalahgunaan tekhnologi.

9
Seringnya mengakses internet dikhawairkan siswa/mahasiswa
bukannya benar-benar memanfaatkan teknologi informasi dengan
optimal, tetapi malah mengakses hal-hal yang tidak baik, seperti
pornografi, game online. Bahkan dapat terkena cyber-relational
addiction ialah keterlibatan yang berlebihan pada hubungan yang
terjalin melalui internet (seperti melalui chat room dan virtual affairs)
sampai kehilangan kontak dengan hubungan-hubungan yang ada dalam
dunia nyata (Sudibyo dalam Jamun, 2018)
3. Kurangnya pelajaran sikap
Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan dan pendidikan
yang lebih menekankan aspek pengetahuan atau psikomotor dan kurang
memperhatikan aspek afektif. Menurut (Alifah, 2019) afektif (sikap)
merupakan kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak
kesadaran yang dianggap baik atau tidak baik, yang memiliki
kecenderungan sikap positif maupun sikap negatif. Hal ini menimbulkan
kesulitan bagi guru dalam mendidik sikap afektif dari peserta didiknya.
4. Mengharuskan penguasaan teknologi oleh guru
Pengajar dituntut mengetahui dan menguasai strategi, metode atau
teknik pembelajaran berbasis TIK. Jika tidak mampu menguasai, maka
proses transfer ilmu pengetahuan atau informasi jadi terhambat dan
bahkan bisa menggagalkan proses pembelajaran. Di dalam kompetensi
pedagogik disebutkan bahwa seorang guru harus mampu menggunakan
serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna untuk
kepentingan pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut harus bisa
menggunakan serta memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
sebagai media dalam proses pembelajaran sehari-hari. Adapun untuk
memiliki kemampuan dan keahlian, para guru dituntut meningkatkan
pengetahuan, memakai dan menguasai teknologi, baik itu komputer
maupun alat-alat teknologi lainnya yang dapat digunakan dalam
pembelajaran (Yusrizal dkk, 2017).

10
5. Proses pembelajaran melalui e-learning menggunakan layanan internet
yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri tanpa menggantungkan
diri pada pengajar.
Jika peserta didik tidak mampu belajar mandiri dan motivasi
belajarnya rendah, maka ia akan sulit mencapai tujuan pembelajaran.
Proses belajar mandiri memberi kesempatan peserta didik untuk mencerna
materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan
belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah
atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar
mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat
serta melatih kemandirian siswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau
uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan
kemandirian inilah belajar mandiri telah ber’metamorfosis’ sedemikian
rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka dan belajar jarak jauh.
Perubahan tersebut juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu lain dan kenyataan di
lapangan (Kusmana, 2011).
6. Ketersediaan teknologi yang terbatas
Kelemahan secara teknis yaitu tidak semua peserta didik dapat
memanfaatkan fasilitas internet karena tidak tersedia atau kurangnya
komputer yang terhubung dengan internet. Belum semua lembaga
pendidikan bisa menyediakan fasilitas listrik dan infrastruktur yang
mendukung pembelajaran dengan e-learning. Jika peserta didik berusaha
menyediakan sendiri fasilitas itu atau menyewa di warnet bisa terkendala
masalah biaya.
7. Kurangnya keterampilan mengoperasikan komputer dan internet secara
lebih optimal

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut, dapat disimpulkan dari hasil
pembahasan, bahwa e-learning memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kelebihan e-learning yakni
1. Mengatasi persoalan jarak dan waktu
2. Mendorong sikap belajar aktif
3. Membangun suasana belajar baru
4. Meningkatkan kesempatan belajar lebih
5. Mengontrol proses belajar peserta didik
6. Memudahkan pemutakhiran bahan ajar bagi guru
7. Mendorong tumbuhnya sikap kerja sama
8. Mengakomodasi berbagai gaya belajar
Adapun kekurangan e-learning,yakni
1. Kurangnya interaksi langsung Antara siswa dan guru
2. Penyalahgunaan teknologi
3. Kurangnya pelajaran sikap
4. Mengharuskan penguasaan teknologi oleh guru
5. Proses pembelajaran melalui e-learning menggunakan layanan internet
yang menuntut peserta didik untuk belajar mandiri tanpa menggantungkan
diri pada pengajar
6. Ketersediaan teknologi yang terbatas
7. Kurangnya keterampilan mengoperasikan komputer dan internet secara
lebih optimal
B. Saran
Sebaiknya dalam penerapan pembelajaran berbasis internet (e-learning)
disediakan akses internet bagi siswa maupun guru agar proses pembelajaran
terjaga dan kondusif.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alifah, F. N. (2019). Pengembangan Strategi Pembelajaran Afektif. Tadrib, 5(1),


68-86.
br Perangin-angin, A., Sinar, T. S., & Zein, T. T. 2020.INTERAKSI GURU DAN
SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 1
MEDAN PERSPEKTIF ANALISIS WACANA KRITIS van Dijk
(1993). Kode: Jurnal Bahasa, 9(2).
Hamalik,Oemar.1993.Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung: Sinar Baru
Jamun, Y. M. (2018). Dampak teknologi terhadap pendidikan. Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan Missio, 10(1), 48-52.
Kusmana, A. (2011). E-learning dalam Pembelajaran. Lentera Pendidikan: Jurnal
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 14(1), 35-51.
Mustofa, W. (2014). Pengaruh Suasana Belajar dan Motivasi Belajar terhadap
Intensitas Belajar serta Dampaknya pada Prestasi Belajar
Matematika. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan. Surakarta: FKIP UMS
[Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta].
Nugraha, S. A., Sudiatmi, T., & Suswandari, M. (2020). Studi pengaruh daring
learning terhadap hasil belajar matematika kelas iv. Jurnal Inovasi
Penelitian, 1(3), 265-276.
Roestilah. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta
Rohmawati, A. (2015). Efektivitas Pembelajaran. : Jurnal Pendidikan Usia Dini
Vol 9 No 1 (2015).
Sari, P. (2015). Memotivasi belajar dengan menggunakan e-learning. Ummul
Qura, 6(2), 20-35.
Sobron, A. N., Bayu, B., Rani, R., & Meidawati, M. (2019). Pengaruh Daring
Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Seminar
Nasional Sains & Entrepreneurship, 1(1)
Suhandiah, S., Sudarmaningtyas, P., & Ayuningtyas, A. (2019). Pelatihan E-
Learning Bagi Guru Untuk Optimalisasi Pembelajaran Generasi
Z. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 108-117.
Sukmana, A. (2015). Komunitas Belajar Berbasis Media Jejaring Sosial. Research
Report-Engineering Science, 2.
Tasri, L. (2011). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web. Jurnal MEDTEK,
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011.

13
14

Anda mungkin juga menyukai