Anda di halaman 1dari 25

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SOSIAL DIGITAL

BERBANTUAN MOOCs UNTUK MENINGKATKAN


PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI
ASEAN KELAS VI DI SD NEGERI
136 REJANG LEBONG

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Institut Agama Islam Negeri Curup
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Bimbingan
Skripsi

OLEH:
REYNAL ELLANDO TANJUNG
NIM. 20591155

Dosen Pengampu Mahasiswa

Tika Meldina, M.Pd Reynal Ellando Tanjung


NIP. 198707192018012001 NIM. 20591155

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan karunia, taufiq serta hidayah-nya, sehingga proposal dengan judul
“Penerapan Bahan Ajar Sosial Digital Berbantuan MOOCs Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi ASEAN Kelas VI Di
SD Negeri 136 Rejang Lebong” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para
pengikutnya, yang telah membawa petunjuk kebenaran kepada seluruh umat
manusia yang kita sama-sama harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat.
Selanjutnya dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya akan adanya kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan akan adanya saran dan kritik yang membangun
guna penyempurnaan terhadap laporan selanjutnya. Penulis berharap semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis pribadi dan berguna bagi
bangsa dan negara.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Curup, 27 Mei 2023

Reynal Ellando Tanjung


NIM. 20591155
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak alat komunikasi yang sudah berkembang sekarang. Alat komunikasi
tersebut diantaranya laptop/ notebook, email, internet, telepon, dan lain-lain.
Perkembangan tersebut juga dirasakan di dunia pendidikan. Terutama dalam
implementasinya pada inovasi media pembelajaran yang mampu menunjang
terciptanya bahan ajar yang menarik untuk digunakan. Bahkan, kini pendidik
dapat memakai media pembelajaran untuk berkomunikasi dan mengajar tanpa
harus bertatap muka langsung di kelas. Selain itu, siswa bisa menambah
pengetahuannya dalam berbagai konteks dari sumber lain selain dari guru. Oleh
karena itu, perkembangan alat komunikasi dalam bidang pendidikan akan
memudahkan guru dalam mengajar di kelas.
Bahan ajar didefinisikan sebagai seperangkat informasi yang disusun dalam
bentuk materi (substansi pembelajaran) yang dituliskan dengan runtut dan
sistematis. Selain itu, bahan ajar yang baik juga mendemonstrasikan seluruh
kompetensi dasar dan kompetensi inti yang akan menjadi tolak ukur keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran. Keberadaan bahan ajar akan membuat siswa
lebih mudah memahami tujuan pembelajaran dan juga menguasai materi
pembelajaran, sebab semuanya dituliskan dengan lebih runtut dan tentunya
sistematis. Bahan ajar memiliki peranan sebagai pembantu guru selama proses
pembelajaran di kelas dan di alam. Pembelajaran yang baik harus bisa
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebisa mungkin bahan ajar mampu
mengkonkritkan materi pelajaran yang abstrak agar siswa mudah memahaminya.
Itulah yang menjadi dasar bahwa inovasi guru dalam mengembangkan bahan ajar
harus dilakukan sebaik mungkin, sebab kemampuan inilah yang menentukan
terciptanya bahan ajar yang baik dan menarik serta mampu meningkatkan
kualitas belajar siswa (Hernawan et al., 2012).
Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui beragam cara. Penggunaan
bahan ajar merupakan salah satu caranya. Karena, bahan ajar menjadi pedoman
peserta didik dalam menguasi materi. Sehingga, selain mendengar penjelasan
guru, visual materi juga sangat diperlukan. Dilihat dari hal tersebut, bahan ajar
menjadi sarana yang penting dalam pendidikan. Bahan ajar yang baik dan menarik
mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa secara proposional. Bahan ajar
tersebut dapat disajikan dalam bentuk audio, maupun media audio visual. Namun,
tidak untuk visual saja. Sebab, bahan ajar yang disajikan dalam bentuk visual saja
sangat membosankan untuk digunakan. Sebaliknya, bahan ajar yang
menggunakan audio visual akan lebih menarik untuk digunakan.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahan ajar yang disajikan dalam
bentuk media audio visual akan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. Media
visual audio sendiri merupakan media yang tidak hanya dapat didengar sebagai
suara, tetapi juga dapat dilihat bentuk visual dari materi yang dijelaskan. Media
ini lebih kita kenal dengan istilah video. Media ini mempunyai banyak kelebihan
yang bisa dijadikan pertimbangan penting untuk dijadikan penunjang bahan ajar
dalam proses belajar mengajar (Ribawati, 2015). Video juga mampu menyajikan
pembelajaran yang menarik sebagai suatu bentuk inovasi dari bahan ajar yang
digunakan (Pebriani, 2017). Media seperti ini sangat cocok digunakan untuk
menstimulus motivasi serta keinginan siswa untuk belajar (Suprianto, 2020).
Terutama minat dalam pembelajaran fisika yang terkenal abstrak dan sulit
dipahami.
Dalam pembelajaran IPS penggunaan media seperti media audio visual
sangat dibutuhkan. Sebab, media audio visual dapat memvisualkan atau
mengkonkritkan materi fisika yang abstrak, fenomena alam, ataupun percobaan
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan secara langsung di sekolah tersebut
karena keterbatasan alat ataupun ruangan. Sehingga, siswa mampu memvisualkan
hal tersebut dengan baik dan benar dalam pikirannya. Dengan adanya bantuan dari
bentuk visual dan audio juga bisa menambah rasa penasaran siswa terhadap mater
IPS yang sedang dibahas. Karena, IPS adalah ilmu yang sangat dekat dengan
manusia, sebab membahas segala gejala dan perilaku alam yang ada di sekitar
kita. Motivasi dan rasa ingin tahu siswa dengan pelajaran IPS ini perlu untuk terus
dirangsang, ditumbuhkan, serta dipelihara (Risdianto, 2008).
Motivasi dan rasa ingin tahu siswa dalam pelajaran termasuk pelajaran
fisika menurun dalam beberapa tahun terakhir dikarenakan pandemi yang
menyerang. Saat motivasi ini menurun karena pembelajaran tatap muka tidak
mungkin untuk dilakukan, muncullah suatu inovasi dalam dunia pendidikan,
berupa pembelajaran yang tidak perlu bertemu secara langsung. Pembelajaran
seperti ini tentunya menggunakan media tertentu dalam proses belajar
mengajarnya. Ada banyak bentuk dan media yang digunakan dalam pembelajaran
online seperti ini .
Bentuk terbaru dari pembelajaran jarak jauh adalah MOOCs. MOOCs
memiliki kepanjangan Massive Open Online Courses yang memiliki arti
pembelajaran tidak langsung (tidak tatap muka) yang dibuka dalam skala besar
dan tidak ada batasan untuk jumlah peserta didik yang ingin mengikutinya.
MOOCs dibuat sebagai salah satu model baru dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran, terutama dalam dunia perkuliahan dan lembaga pendidikan yang
bergensi di dunia serta dapat membuat semua orang di dunia yang mengambil
kursus ini saling terhubung. Sebab, MOOCs terhubung dengan jaringan internet.
MOOCs merupakan alternatif baru di berbagai perguruan tinggi dan menjadi
penunjang yang baik dalam pembelajaran online (Risdianto et al., 2021). Semua
proses yang ada di MOOCs mulai dari mendaftar sampai menyelesaikan kursus
dilakukan secara online. MOOCs juga tidak membatasi siapa saja dengan latar
belakang apapun untuk mampu mengaksesnya. Selain itu, MOOCs sering
ditawarkan dengan biaya yang murah, bahkan gratis. Karena karakteristik
MOOCs inilah banyak pusat pelatihan, lembaga pendidikan hingga perguruan
tinggi di negara berkembang memanfaatkannya sebagai alternatif. Meskipun
demikian, MOOCs masih memiliki kekurangan, seperti masih ada kekurangan
akses ke penyelenggara pendidikan tinggi dan akses internet sebagai pendukung
MOOCs (Chen, 2018).
Karakteristik yang dimiliki oleh kursus online MOOCs dapat membantu
seseorang yang ingin memperoleh ilmu pendidikan setara pendidikan tinggi dari
institusi terkemuka tanpa harus datang, mendaftar, dan belajar di universitas
tersebut secara fisik/ offline. Selain bermanfaat bari pelajar, MOOCs juga
bermanfaat bagi pendidik seperti guru dan dosen. Salah satu keuntungannya
adalah guru dapat lebih mudah mengontrol proses belajar siswa meskipun siswa
menggunakan bahan ajar yang beragam. Namun, implementasi MOOCs dalam
bahan ajar memiiki kelemahan, seperti yang sudah disebutkan, memasukkan
MOOCs sebagai salah satu alternatif di perguruan tinggi masih menemukan
berbagai kendala (Maiz Olazabalaga, 2020)
Seperti pembahasan di atas, MOOCs memiliki beberapa kelebihan
diantaranya dapat diakses di berbagai tempat dan berbagai waktu. Selain itu, ada
kebebasan bagi peserta didik dalam memilih materi yang diminati untuk
dipelajari. Materinya pun disajikan dalam bentuk Video. Untuk lebih
memaksimalkan manfaatnya, MOOCs juga disertai file dalam bentuk dokumen
yang dapat disimpan secana offline. File tersebut tentunya berisi informasi
seputar materi yang dijelaskan sebelumnya di video yang dipilih siswa (Oksatianti
et al., 2020). Selain itu, MOOCs memiliki banyak versi gratis meski ada juga
yang berbayar, serta menyediakan sertifikat (Risdianto, 2021).
MOOCs juga memiliki kelebihan yang lain, yaitu: (1) pre-test dan post-test
(evaluation) dapat meningkatkan stimulus pengguna. Pengaplikasiannya juga
mudah, karena banyak fasilitas seperti tutorial cara menggunakan MOOCs, sistem
untuk menilai ujian, PR , dan beberapa deskripsi profil teacher. (2) Fitur transkip/
subtitle pada video dengan durasi yang dapat disesuaikan mempermudah
pengguna dalam memahami video. Selain itu, video ini dapat di unduh dan
diulang kembali tanpa memerlukan internet. (3) Pengguna dapat berdiskusi,
bertanya, dan memilih topik diskusi, serta memberikan jawaban terkait masalah
yang diskusikan melalui platform course yang sama. Tahapan yang dicapai
pengguna juga dapat dilohat melalui fitur progres. (4) Kursus yang ada di MOOCs
juga berkualitas, karena MOOCs memiliki partnet dari dunia pendidikan yang
sudah terjamin seperti Harvard University, Boston University, MIT, Berkeley, dan
lain-lain. (David Lawrence, 2017).
Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh MOOCs tentunya menjadi bahan
pertimbangan untuk bisa menjadikan MOOCs sebagai bagian dari bahan ajar yang
digunakan. Termasuk di SD atau Sekolah dasar. Sebab, para siswa dari sekolah
dasar, tentunya ingin mendapatkan bekal yang lebih matang untuk bisa memahami
materi pelajaran dengan baik. Mereka juga memerlukan satu inovasi yang baru
dari bahan ajar supaya tidak bosan ketika belajar. Karena, bahan ajar merupakan
penunjang utama dalam pendidikan. Sehingga, bahan ajar yang baik harus juga
dibuat semenarik mungkin. Meskipun demikian, Penggunaan bahan ajar di
sekolah, khususnya Kabupaten Rejang Lebong masih sangat standar dan belum
menggunakan aplikasi MOOCs. Hal ini sudah dibuktikan dengan kegiatan
observasi awal dan pengambilan data awal dari 3 SD negeri yang ada di
Kecamatan Selupu Rejang. Hasilnya secara singkat sebagai berikut.
Berdasarkan hasil dari kegiatan observasi kelas dan pembelajaran serta
kegiatan wawancara yang dilakukan di SD Kecamatan Selupu Rejang, sumber
belajar yang digunakan di sekolah sekarang hanya berbentuk buku cetak dan
bahan ajar pendukung lainnya yang masih sederhana seperti powertpoint. Karena
itu, siswa sering menggunakan internet untuk mengakses sumber informasi lain.
Selain itu, guru juga sering menggunakan metode pembelajaran konvensional
untuk menyampaikan materi. Meskipun sudah ada beberapa yang
mengimplementasikan kegunaan teknologi informasi dan komunikasi, tetapi
masih sangat sederhana sekali dan kurang menarik, kegiatan tersebut biasanya
hanya mengunduh video dari youtube. Dengan demikian, selama proses
pembelajaran, siswa kurang tertarik dan tidak antusias belajar. Hal ini karena
pembelajaran yang monoton dan kurang menarik. Sehingga, sangat sedikit siswa
yang menanggapi guru selama proses pembelajaran. Terutama pembelajaran yang
abstrak seperti pelajaran IPS. Oleh sebab itu, motivasi belajar siswa menjadi
kurang dikarenakan bahan ajar yang dipakai kurang unik dan kurang menarik.
Selain melakukan observasi serta wawancara awal, kegiatan juga diawalai
dengan pengambilan data awal. Berdasarkan data yang diperoleh dengan
pengisian angket analisis kebutuhan yang diisi oleh 3 responden guru dan 84
responden siswa di 3 sekolah yang berbeda mewakili SD Negeri di Kecamatan
Selupu Rejang didapatkan hasil bahwa 71 siswa setuju dengan pernyataan jika
bahan ajar yang para guru pakai di sekolah sekarang belum mampu mambantu
dan mendukung serta menambah pemahaman siswa dalam pembelajaran. Lalu, 84
siswa sangat setuju dengan pengadaan bahan ajar inovatif sebagai alternatif
belajar, misalnya bahan ajar digital berbantuan MOOCs yang bisa mempermudah
siswa untuk belajar mandiri. Hal ini didasarkan pada data yang diperoleh dari
respon siswa 79,39 % menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa bahan
ajar yang ada di sekolah belum mampu menambah pemahaman siswa dan siswa
membutuhkan bahan ajar lain untuk meningkatkan motivasi belajar. Kemudian,
respon guru 81,35 % dari 3 guru dengan kategori sangat setuju diperlukannya
pengembangan bahan ajar digital berbantuan MOOCs supaya motivasi belajar
siswa meningkat pada pembelajaran fisika, khususnya materi usaha dan energi.
Dilihat dari semua penjabaran permasalahan di atas, pengembangan bahan
ajar digital berbantuan MOOCs pada materi usaha dan energi dapat menjadi salah
satu solusi yang dapat ditawarkan untuk memotivasi siswa untuk belajar.
Penggunaan bahan ajar digital berbantuan MOOCs untuk materi usaha dan energi
sudah sangat tepat. Karena, bahan ajar ini dapat menyederhanakan, mengontrol,
dan menghemat waktu dan energi selama proses pembelajaran. Pengembangan
bahan ajar berbantuan MOOCs dibuat dengan beberapa kelebihan diantaranya,
dapat membuat gambar dan video pembelajaran yang menarik, membantu
pemahaman siswa dalam belajar fisika, serta penggunaan aplikasinya tidak begitu
sulit.
Penelitian mengenai pengembangan bahan ajar digital berbantuan MOOCs
(Massive Open Online Courses) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
memfokuskan pada bagaimana MOOCs dapat digunakan untuk membantu
pengembangan dan penyampaian bahan ajar yang lebih efektif dan menyenangkan
bagi siswa. Ini dapat mencakup studi tentang bagaimana interaksi dengan materi
belajar dalam bentuk digital dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, dan
bagaimana MOOCs dapat disesuaikan dengan kebutuhan individual siswa untuk
meningkatkan pembelajaran yang efektif. Studi ini juga dapat mencakup evaluasi
tentang efektivitas pengembangan bahan ajar digital berbantuan MOOCs dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa secara keseluruhan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan semua alasan yang sudah dijabarkan sebelumnya, maka dapat
dirumuska rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
a. Bagaimanakah kelayakan pengembangan bahan ajar digital berbantuan
MOOCs untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SD pada materi
ASEAN?
b. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap pengembangan bahan ajar digital
berbantuan MOOCs untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SD pada
materi ASEAN?
C. Tujuan Penelitian
Dilihat dari permasalahan yang sudah dirincikan di atas, maka dapat dituliskan
tujuan dari penelitian sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan kelayakan pengembangan bahan ajar digital berbantuan
Moocs untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SD pada materi ASEAN
b. Mendeskripsikan persepsi siswa terhadap pengembangan bahan ajar digital
berbantuan MOOCs untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SD pada
materi ASEAN
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakuakn dengan maksud memberikan manfaat kepada lingkungan.
Manfaat tersebut dapat dikelompokkan menjadi manfaat untuk beberapa
pihak yang akan dijabarkan berikut ini.
a. Manfaat Penelitian bagi Peserta Didik
1) Membantu siswa agar bisa belajar dengan mandiri dan meningkatkan
motivasi belajar siswa SD pada materi ASEAN.
2) Siswa siswi SD lebih banyak mendapatkan informasi mengenai materi yang
bersangkutan.
b. Manfaat Penelitian bagi Guru
1) Membantu guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
2) Adanya alternatif proses pembelajaran yang lebih inovatif
c. Manfaat Penelitian bagi Peneliti
1) Sebagai penemuan terbaru bahan ajar digital yang mempertimbangkan gaya
belajar siswa di kelas.
2) Mengetahui bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar digital
berbantuan MOOCs.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Teori Belajar
Teori belajar digunakan untuk membantu pendidik dan peserta didik dalam
mendesain pembelajaran sehingga dapat memberikan kemudahan kepada
pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Teori belajar itu sendiri merupakan gabungan prinsip yang saling
berhubungan dan penjelasan atas sejumlah fakta serta penemuan yang berkaitan
dengan peristiwa belajar (Pratama, 2019). Ada tiga perspektif utama dalam teori
belajar, yaitu Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme yang
penjelasannya sebagai berikut :
A. Teori belajar behavioristik
Teori belajar Behavioristik merupakan salah satu aliran psikologi yang
memandang bahwasannya perilaku belajar seseorang atau individu hanya pada
kejadian atau fenomena yang tampak secara kasat mata atau jasmaniah dan
mengabaikan aspek-aspek mental (Shahbana, Kautsar farizqi and Satria, 2020).
Teori behaviorisme dalam pembelajaran dapat digunakan untuk melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kebiasaan yang dikuasai
individu (Andriyani, 2015). Dapat disimpulkan bahwa teori belajar behavioristik
adalah suatu teori belajar tentang perubahan tingkah laku yang mana didapatkan
dari hasil pengalaman dan di dalam aliran teori ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
B. Teori belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitasi orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan,
atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya
sendiri (Sugrah, 2020). Artinya, peserta didik harus aktif secara mental
membangun struktur pengetahannya berdasarkan kematangan kognitif yang
dimilikinya (Masgumelar and Mustafa, 2021). Dapat disimpulkan bahwa teori
konstruktivisme merupakan suatu teori yang bersifat membangun, dengan teori
ini siswa dapat berfikir untuk memecahkan masalah, mecari ide, dan mengambil
keputusan.
C. Teori belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan perseptual untuk memperoleh pemahaman (Dr. marcy F Halamuly,
2021). Teori belajar kognitivisme merupakan suatu teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar dari hasil belajar itu sendiri. Menurut teori ini
belajar tidak hanya ditunjukkan oleh perubahan perilaku yang dapat diamati,
melainkan perubahan struktur mental internal seseorang yang memberikan
kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan perilaku (Pratama, 2019).
Dapat disimpulkan bahwa pada teori kognitivisme lebih menekankan pada apsek
pengelolaan yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar dan cara bekerja
pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban
atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
2.1.2 Pemahaman Konsep
Pemahaman adalah cara yang sistematis untuk menafsirkan,
menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri setelah sesuatu
diketahui dan diingat (Andri Afriani, 2018). Konsep adalah salah satu
pengetahuan awal yang harus dimiliki peserta didik karena konsep merupakan
dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Konsep merupakan merupakan sesuatu
yang digambarkan dalam suatu pemikiran, suatu ide, atau suatu pemahaman
(Mawaddah and Maryanti, 2016). Pemahaman konsep merupakan sebuah
prase yang sering dipakai dalam literatur pendidikan, meskipun belum
secara menyeluruh dipahami oleh guru-guru (Mulyono and Hapizah, 2018).
Dapat disimpulkan bahwasannya pemahaman konsep adalah kemampuan siswa
dalam menerima suatu materi dari proses belajar mengajar. Pemahaman konsep
yang rumit dan abstrak akan lebih mudah jika disertai contoh nyata yang
sesuai (Sirajuddin, Rosdianto and Sulistri, 2018). Pemahaman konsep ini sangat
penting, karena dengan adanya pemahaman konsep akan lebih mudah bagi siswa
untuk mempelajari materi.
2.1.3 Bahan Ajar
A. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar ini berkesinambungan dengan media pembelajaran yang dimana
dapat membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut
(Arlitasari, Pujayanto and Budiharti, 2013) bahan ajar merupakan suatu materi
yang disusun oleh guru secara sistematis yang digunakan siswa di dalam
pembelajaran. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang
berisikan materi pembelajaran, metode, dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala
kompleksitas (Hernawan, Permasih and Dewi, 2012). Bahan ajar ini berfungsi
membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.
Pengembangan bahan ajar disusun untuk menjadi salah satu referensi yang
akan mendukung perkembangan peserta didik agar ada keseimbangan antara
kebutuhan jasmani dan rohani (Kusumam, Mukhidin and Hasan, 2016). Bahan
ajar yang telah tersusun memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Bahan
ajar adalah alat dan media yang memberi peluang kepada siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar. Dengan melalui bahan ajar yang tersedia,
pembelajar akan memperoleh pengalaman berhubungan dengan fakta-fakta dalam
kehidupan, model-model kehidupan, simbol-simbol yang dipakai dalam
kehidupan. Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu bahan
ajar cetak dan bahan ajar non cetak. Akan tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi saat ini, bahan ajar tidak hanya berbentuk cetak
lagi melainkan dalam bentuk digital.
Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan suatu bahan yang
digunakan oleh siswa dan guru agar mempermudah dalam proses pembelajaran
dan harus dipelajari oleh siswa sebagai sarana untuk belajar. Di dalam bahan ajar
ini terdapat suatu materi tentang pengetahuan, keterampilan, dan juga sikap yang
harus dicapai oleh siswa terkai pada KD tersebut. Bentuknya juga bisa berupa
buku bacaan, LKS, dan juga tayangan.
B. Fungsi Bahan Ajar
Menurut (Aisyah, Noviyanti and Triyanto, 2020) terdapat tiga fungsi
utama bahan ajar dalam kaitannya dengan penyelenggaraan proses belajar dan
pembelajaran. Tiga fungsi tersebut yaitu bahan ajar merupakan suatu pedoman
bagi guru sekaligus substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan
kepada siswa., bahan ajar merupakan pedoman bagi siswa sekaligus substansi
yang seharusnya dipelajari/dikuasainya, dan bahan ajar merupakan suatu alat
evaluasi atau pencapaian hasil dari pembelajaran maka bahan ajar yang
disampaikan harus sesuai dengan indikator dan kompetensi dasar yang sudah
dirumuskan di dalam silabus mata pelajaran.
C. Manfaat Bahan Ajar
Menurut Sofan dan Ali dalam jurnal (Legendari and Raharjo, 2016)
Adapun manfaat bahan ajar terbagi menjadi 2 yaitu manfaat bagi guru dan
manfaat bagi siswa seperti berikut :
 Manfaat Bagi Guru
Dengan adanya bahan ajar guru dapat memperoleh bahan ajar yang sesuai
tuntunan kurikulum serta sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan Guru tidak
lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.. Bahan
ajar juga dapat membangun suatu komunikasi pembelajaran yang efektif antara
guru dengan siswa karena siswa akan lebih percaya kepada gurunya.
 Manfaat Bagi Peserta Didik
Dengan adanya bahan ajar bagi siswa maka kegiatan pembelajaran akan
menajdi lebih menarik, siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari
setiap kompetensi yang harus dikuasainya, serta dengan adanya bahan ajar siswa
memiliki kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi
ketergantungan terhadap kehadiran guru.
D. Klasifikasi Bahan Ajar
Menurut (Utami and Rasiman, 2015) terdapat klasifikasi bahan ajar yang
terdapat bebarapa bagian yaitu Bahan ajar cetak (printed) merupakan suatu bahan
ajar yang dibuat melalui sejumlah kertas yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi, Bahan ajar dengar (audio) merupakan suatu bahan ajar yang
menggunakan sinyal radio secara langsung yang dapat didengar oleh sekelompok
manusia, Bahan ajar pandang dengar (audio-visual) merupakan bahan ajar yang
berbentuk kombinasi antara gambar animasi secara sekuensial, Bahan ajar
interaktif merupakan bahan ajar yang dapat di kombinasi ole 2 media atau lebih.
Menurut cara kerja bahan ajar ini dibagi menjadi 4, yaitu Bahan ajar yang
tidak diproyeksiakan, Bahan ajar yang diproyeksikan, Bahan ajar video, dan
Bahan ajar media komputer. Menurut sifatnya bahan ajar dibagi menjadi 4, yaitu
Bahan ajar yang berbasis cetak seperti (buku, panduan belajar siswa, pamflet,
koran) Bahan ajar yang berbasis teknologi seperti (radio, film, multimedia,
televisi), Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek seperti (sains,
lembar observasi, dan lembar wawancara), Bahan ajar yang dibutuhkan untuk
keperluan interaksi manusia seperti (telepon, handphone).
Menurut Substansi Materi ini bahan ajar secara garis besar adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
2.1.4 Bahan Ajar Digital
Saat ini dibutuhkan seni media digital yang estetis dan inovatif untuk
penerapan teknologi dengan memberikan dukungan bagi dunia teknologi
digital (Utami and Atmojo, 2021). Bahan ajar digital dapat membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep yang tidak dapat divisualisasikan seperti
pada materi cahaya dan alat optik, sehingga dapat menjadi pendukung dalam
proses pembelajaran di kelas maupun sebagai sarana belajar mandiri oleh siswa
(Khamidah, Winarto and Mustikasari, 2019). Bahan ajar digital adalah segala
bentuk bahan yang disiapkandalam bentuk digital yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran
(Widya et al., 2021).
Dapat disimpulkan dari beberapa sumber diatas salah satu upaya yang
menghadirkan inovasi baru didalam konteks pendidikan pembelajaran yaitu
dengan penggunaan bahan ajar digital. Bahan ajar digital merupakan salah satu
bahan ajar yang dapat digunakan melalui perangkat digital berupa handphone,
komputer, laptop dan bahan ajar digital ini juga dilengkapi alat multimedia
lainnya.
2.1.5 MOOCs (Massive Open Online Courses)
MOOCs berkembang pesat pada abad ke-21 pada teknologi jarak jauh.
MOOCs ini juga hadir sebagai bentuk model baru pendidikan dan pembelajaran
yang menggunakan internet dalam menyampaikan materi pembelajaran. MOOCs
pertama kali muncul pada 2008 di pendidikan tinggi, di mana dalam prinsipnya
MOOCs menggambarkan sebuah Online Courses dengan jumlah yang besar
(Mubarok, 2020). MOOCs ini sebagai sumber tempat kursus yang di akses
secara online. Kursus yang tersedia di MOOCs sangatlah bervariasi, bahkan
bermacam format hingga topiknya.
MOOCs hadir sebagai sebuah model baru pendidikan dan pembelajaran
yang menggunakan internet dalam menyampaikan materi perkuliahan di
perguruan tinggi dan lembaga pendidikan bergengsi dunia, menciptakan
semacam revolusi dan orang-orang ini saling bergabung untuk melakukan kursus
berkelanjutan (Risdianto et al., 2020).
MOOCs berupa jaringan sosial yang dimana penggunanya bisa saling
mendidik serta saling menyediakan konten dan model konvensional kursus
dalam bentuk online dan terbuka serta bersifat bebas, berbeda dengan jenis E-
learning lainnya yang mana pembelajaran melalui MOOCs dapat diakses oleh
siapa pun, dimana pun serta tidak peduli latar belakang institusionalnya. .
MOOCs juga telah membawa revolusi ke sektor pendidikan dalam waktu yang
singkat, membuka peluang bagi pedagogi baru dan model bisnis yang
memungkinkan ribuan siswa mengakses secara bebas.
MOOCs merupakan singkatan dari Massive Open Online Courses yang
juga biasa dikenal sebagai situs belajar online yang berbasis web. MOOCs ini
biasanya juga disediakan dengan gratis serta dapat diikuti oleh banyak orang
dalam pembelajaran. Akses gratis ini memungkinkan orang di seluruh dunia
untuk mendaftar di MOOCs (‫ا‬EMIGAWATY, 2017). Menurut (Hudiya Adzhar,
Fariza Khalid and Aidah Abdul Karim, 2017) adapun kursus-kursus tradisional,
MOOCs yang mempunyai skala pengguna yang lebih besar dan dilaksanakan di
seluruh dunia merentasi berbagai rangkaian dan platform. Pembelajaran dengan
MOOCs ini selain menawarkan teknik pengajaran tradisional seperti buku,
video, dan soal ujian secara online, biasanya juga menyediakan sarana diskusi
dalam bentuk forum, dimana para siswa dan pengajar dapat saling berinteraksi
tanpa dibatasi olah lokasi dan waktu. Beberapa MOOCs juga menggunakan
pendekatan gaya belajar tertentu dengan tujuan agar proses pembelajaran akan
lebih efisien dan efektif sehingga dapat digunakan sesuai kebutuhan masing-
masing individu pembelajar.
Menurut (Arief W Nugroho, 2019) menyatakan bahwa empat kategori
motivasi seseorang mengikuti MOOCs yaitu pembelajar bertujuan mendapatkan
pengetahuan tanpa berharap mendapat pengakuan akreditasi, pembelajar yang
hanya bersenang-senang sebagai pengalaman sosial, pembelajar membandingkan
dengan cara pembelajaran tradisonal, yang terakhir yakni pembelajar yang ingin
mengeksplorasi pendidikan online. Ide utama dari pembelajaran MOOCs ini
yaitu menjadi konektivitas atau sebuah hubungan antara penyampaian materi
pembelajaran yang tersimpan di dalam platform MOOCs tersebut.
Adapun karakterstik dari model pembelajaran MOOCs ini dinyatakan oleh
(Mardina, 2020) :
a. Massive, yaitu ditujukan untuk pelajar dalam skala besar, bisa jumlah
ratusan, bahkan ribuan partisipan, ataupun tanpa batasan jumlah pelajar
yang ditentukan.
b. Open, yaitu ditujukan untuk akses terbuka secara gratis atau berbayar pada
konten MOOCs serta tidak ada keterbatasan pada konten MOOCs. Pada
platform MOOCs juga tidak ada persyaratan untuk akses ke konten
MOOCs, karena bersifat terbuka untuk semua latar belakang pendidikan,
usia maupun lokasi.
c. Online, yaitu ditujukan untuk penyampaian materi pembelajaran MOOCs
secara online dan tidak ada proses tatap muka. Yang dimana proses online
yang memudahkan participan untuk berkomunikasi dengan yang lain, serta
akses sumber belajar mudah tersedia di internet.
d. Courses, yaitu ditujukan pada kunci utama pembeda antar platform
MOOCs dengan MOOCs lainnya, terutama perbedaan pada sumber-
sumber pendidikan yang bersifat terbuka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penilitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan
pengembangan (Research and Development) atau (R&D). Research and
Development merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti dengan menghasilkan produk baru yang selanjutnya dikaji keefektifan
produk tersebut (Sugiyono, 2009). Produk yang dihasilkan dari penlitian ini
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep pada siswa.
Adapun model yang digunakan dalam penelitian Research and
Development ini adalah model 4-D. Model pengembangan 4-D memiliki empat
tahap utama yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Model tersebut juga
bisa diadaptasikan menjadi model 4-P yaitu pendefinisian, perancangan,
pengembangan, dan penyebaran (Fajri and Taufiqurrahman, 2017). Tahapan 4-D
dapat dilihat pada gambar 3.1, berikut:

Gambar 3.1 Desain Pengembangan 4D


Define (Pendefinisian) merupakan kegiatan yang berisi untuk
menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Pada tahapan ini
ditemukan permasalahan yang menjadi dasar diadakannya penelitian ini serta
menjadi alasan dibuatnya produk baru tersebut. Design (Perancangan)
merupakan kegiatan yang berisi untuk menyiapkan prototipe perangkat
pembelajaran. Pada tahap ini akan dibuat sebuah rancangan yang akan
dikembaangkan lebih lanjut. Bagian ini merupakan bagian yang penting karena
harus dibuat semenarik mungkin. Development (Pengembangan) merupakan
kegiatan yang berisi untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah
direvisi berdasarkan masukan dari para pakar. Pada tahap ini dilakukan revisi
terhadap design awal. Revisi yang dilakukan bisa lebih dari satu kali sampai
dengan design dan produk sudah sesuai dengan masukan semua ahli.
Dissemination (Penyebaran) merupakan kegiatan tahap penggunaan perangkat
yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya kelas lain, sekolah
lain, oleh guru yang lain. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang
dilakukan (Kristianti, D. & Julia, 2017). Penelitian kali ini melakukan 4 tahap
yaitu Define (pendefinisian), Design (perencanaan), Development
(pengembangan) dan Disseminate (penyebaran).
3.2 Prosedur Penelitian Dan Pengembangan
3.2.1 Define
Pada tahap define ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan
pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna serta model penelitian dan pengembangan (model R & D)
yang cocok digunakan untuk mengembangkan produk. Tahapan ini merupakan
tahap pertama yang menentukan jalan ke tahap selanjutnya. Sehingga, tahapan ini
harus dibuat dengan sangat teliti dan serinci mungkin agar faktor-faktor yang
mempengaruhi permasalahan yang ditemukan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya dan mampu menghasilkan produk yang bernar-benar bermanfaat
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Di tahap ini peneliti akan menganalisis
setiap data yang yang bernar-benar bermanfaat untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Di tahap ini peneliti akan menganalisis setiap data yang didapatkan
sebelum dipertimbangkan ke tahap berikutnya. Dalam tahap define ini terdapat 2
langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :
a. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini peneliti bertujuan untuk mengetahui dan juga
mengklarifikasi permasalahan yang ada di sekolah, sekaligus mencari faktor-
faktor penyebab terjadinya masalah tersebut untuk memperkuat alasan
dilakukannya penelitian tersebut. Ditahap ini juga dicarikan sebuah solusi yang
masih berupa hipotesis atau hanya sekedar solusi sementara, solusi inilah yang
nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah produk sebagai bentuk solusi yang
nyata. Tahap identifikasi masalah dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan
wawancara di sekolah. Observasi yang dilakukan di sekolah menggunakan
instrumen berupa lembar observasi yang berisi pertanyaan tentang semua yang
ada sangkutannya dengan proses belajar mengajar di sekolah. Termasuk
pertanyaan tentang keadaan bahan ajar yang digunakan selama ini dalam proses
pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
Tahap ini dikerjakan dengan bantuan dari beberapa siswa untuk dapat
mengisi lembar yang sudah disediakan oleh peneliti. Sebelumnya, perlu diketahui
bahwa pertanyaan yang diajukan dalam lembar observasi sudah disesuaikan
dengan keadaan ideal yang seharusnya ada dalam proses pembelajaran di sekolah.
Dengan melihat respon yang ada dalam lembar observasi, nantinya dapat ditarik
sebuah kesimpulan tentang masalah yang sedang dihadapi oleh sekolah tersebut
serta beberapa faktor yang mempengaruhinya. Selain observasi, dilakukan juga
tahap wawancara untuk memperkuat identifikasi masalah yang dilakukan.
Wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan secara
langsung tentang permasalahan proses belajar mengajar dan aspek-aspek lainnya
yang menyangkut pembelajaran di sekolah. Wawancara ini dilakuakan dengan
beberapa narasumber yang berkaitan langsung dengan sekolah, proses
pembelajaran di sekolah tersebut, dan materi pelajaran yang ingin diteliti oleh
peneliti. Sebelum melakukan wawancara, semua pertanyaan sudah dibuat dan
terstruktur agar peneliti dapat memperoleh jawaban yang ditel dari pertanyaan
yang diajukan. Hasil dari wawancara ini akan dipadukan dengan hasil yang
diperoleh dari proses observasi agar memperkuat identifikasi masalah yang
diperoleh.
b. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan kelanjutan dari tahap identifikasi
masalah yang dimana di tahap ini peneliti menentukan kompetensi yang perlu
dipelajari oleh siswa. Pada tahap ini, siswa juga diminta untuk mengisi angket
yang pertanyaanya sudah disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Sehingga, didapatkan data yang nantinya digunakan sebagai acuan untuk
membuat desain bahan ajar digital. Adapun data yang dikumpulkan oleh peneliti
di tahap ini didapatkan dari dua hal yaitu, angket kebutuhan siswa dan angket
kebutuhan guru. Angket kebutuhan siswa akan diberikan kepada siswa. Dari
angket ini akan terlihat hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa sebagai penunjang
keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah tersebut dan menunjang
peningkatan pemahaman konsep siswa terkhusus pada materi suhu dan kalor.
Dari angket ini juga bisa diketahui jenis bahan ajar yang digunakan selama
ini dalam proses pembelajaran suhu dan kalor di sekolah tersebut. Kemudian, ada
angket kebutuhan guru. Angket kebutuhan guru diberikan kepada para guru fisika
yang bersangkutan. Angket ini bertujuan untuk mengetahui faktor dari kurangnya
bahan ajar digital untuk materi suhu dan kalor. Angket ini bertujuan juga untuk
mengetahui jenis bahan ajar yang sering digunakan guru untuk mengajar materi
suhu dan kalor, serta kesulitan guru dalam mengajarkan materi suhu dan kalor
dengan menggunakan bahan ajar yang digunakan selama ini dalam proses
pembelajaran di sekolah. Kedua angket di atas sebenarnya memiliki tujuan akhir
yang sama yaitu untuk menentukan tingkat keperluan dari sebuah produk yang
akan dikembangkan oleh peneliti guna membantu membuatkan bahan ajar digital
yang dapat meningkatkan konsep pemahaman siswa tentang materi suhu dan kalor
di sekolah tersebut.
3.2.2 Design
Tahap Design ini merupakan tahap kedua. Tahapan ini dapat dilakukan
jika tahap pertama sudah dilakukan sampai dengan selesai. Sebab, untuk
memasuki tahap ini, kita harus memiliki masalah yang jelas serta gambaran solusi
yang nantinya akan dibuatkan sebuah rancangan dari solusi yang sudah terfikirkan
untuk dapat membatu mengatasi masalah yang sudah ditemukan ditahap
sebelumnya. Ditahap ini peneliti menyiapkan semua yang dibutuhkan oleh suatu
produk yang akan dikembangkan. Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa
tahapan sebagai berikut :
a. Memilih Media Pembelajaran
Pada tahap pemilihan media pembelajaran ini dilakukan dengan studi
literatur tentang aplikasi apa saja yang sering digunakan untuk membuat media
pembelajaran berbentuk video. Selain untuk melihat aplikasi yang sudah ada,
studi literatur ini juga berguna untuk menentukan media seperti apa yang belum
digunakan untuk menjelaskan materi yang bersangkutan. Hal ini bertujuan untuk
memberikan wajah baru pada video di materi pembelajaran suhu dan kalor
tersebut. Hal ini juga bertujuan untuk menarik minat siswa untuk melihat materi
yang ada di video yang akan dibuat. Tentunya minat tersebut dimulai dari rasa
penasaran siswa dan rasa tertarik siswa pada video yang dibuat.
Dengan adanya rasa ketertarikan siswa untuk melihat media pembelajaran
tersebut tentunya dapat membantu siswa meningkatkan konsep pemahamannya
pada materi suhu dan kalor. Oleh karena itu, pemilihan media ini sangat crusial
dalam menentukan keberhasilan produk nantinya, sehingga memilih aplikasi yang
cocok digunakan untuk media pembelajaran yang akan dibuat harus melihat
semua aspek pada aplikasi tersebut sampai terpilihlah aplikasi tersebut.
b. Memilih Format Video
Pada tahap ini yang dilakukan yaitu berupa pemilihan format didalam
pengembangan dan pemanfaatan MOOCs sebagai bahan ajar digital yang
berbentuk beberapa video yang dimana tujuan adalah merancang konsep awal
video mulai dari materi pembelajaran, pemilihan modelnya dan sumber belajar
siswa. Sebelum masuk ketahap ini, peneliti sudah menentukan media yang akan
digunakan adalah MOOCs, sebagai media yang belum banyak digunakan untuk
menjelaskan materi fisika, khususnya pada materi suhu dan kalor. Pemilihan
bentuk penyajian ini juga harus disesuaikan dengan bahan ajar dan model
pembelajaran yang digunakan.
Tujuan dari pemilihan format ini agar video yang dikembangkan sesuai
dengan kriteria yang baik dan benar sehingga layak digunakan dalam
pembelajaran fisika. Pemilihan format ini juga harus diperhatikan dengan baik
agar setiap detil dari video tidak terlewat, sehingga manfaat dari media ini dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin.
c. Mendesain Sertifikat
Pada tahap ini peneliti melakukan rancangan untuk mendesain sertifikat
yang baik dan benar, yang mana sertifikat ini akan diberikan kepada siswa sebagai
penghargaan bagi mereka karena sudah selesai menonton dan mengerjakan kuis
yang ada di video pembelajaran. Tahap ini merupakan tahapan yang penting untuk
memberikan apresiasi kepada siswa. Sertifikat ini nantinya hanya mampu di
download jika siswa sudah benar-benar selesai menonton video dan mengerjakan
kuis yang ada dalam video tersebut. Sertifikat ini akan berbentuk soft file, yang
nantinya nama siswa dapat tertulis secara otomatis disertifikat tersebut sebelum di
unduh. Sehingga, siswa tidak perlu repot lagi mengedit sertifikat tersebut.
d. Rancangan Awal Bahan Ajar Digital
Pada tahap ini peneliti diharuskan menyiapkan semua yang diperlukan
pada tahap pengembangan seperti menyiapkan materi, mendesain atau membuat
suatu kerangka video yang akan dikembangkan berdasarkan hasil observasi,
wawancara dan angket kebutuhan. Rancangan awal ini harus dibuat semaksimal
mungkin. Sebab, rancangan awal ini akan diberikan kepada para ahli untuk
divalidasi. Pada tahap ini, peneliti harus benar-benar menguasai materi yang
bersangkutan, media yang digunakan, serta benar-benar memahami hasil yang
diperoleh dari tahap identifikasi masalah dan pengumpulan data.
Bahan ajar digital ini harus dibuat sesimple mungkin, agar siswa tidak
kesulitan dalam mengaksesnya. Peneliti juga harus mempertimbangkan cara
penyampaikan materi yang baik dalam video agar siswa tidak merasa bosan
dengan video yang ada. Bahan ajar digital kali ini berbeda dengan bahan ajar
digital yang sudah ada sebelumnya. Dimana bahan ajar digital ini menggunakan
MOOCs dan bertujuan untuk meningkatkan konsep pemahaman siswa pada
materi alat optik.

Anda mungkin juga menyukai