Anda di halaman 1dari 15

MODEL PEMBELAJARAN IPA DI SD

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran ipa di sd

Dosen Pengampu : Ririn Andriani Kumala Dewi,M.Pd.

Di susun oleh :

1. Dede Jiyatul Islamiyah (2186206036)


2. Estri Amaliyah (2186206038)
3. Rismawati (2186206054)
4. Uus (2186206060)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP NU INDRAMAYU

2022
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas Rahmat dan Karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan pada Rasulullah
SAW. Risalah beliaulah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan
dan semoga syafaatnya mengalir pada kita kelak.

Makalah dengan judul " Model Pembelajaran Ipa Di SD" dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah konsep dasar ipa disekolah dasar. Makalah ini kami susun dengan menggunakan berbagai
referensi baik berupa jurnal, buku maupun sumber bacaan lainnya.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dalam penulisan, baik isi maupun bahasa. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca
dan semoga dapat menjadi sumber rujukan yang menambah wawasan pengetahuan mengenai
klasifikasi kata kelas terbuka. mudah-mudahan amal baik kita mendapat Ridho dan magfiroh-
Nya. Amin.

Indramayu 6 Novermber 2022


iii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan Metode


pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media
Pembelajaran. Siswa dituntut untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
Sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Dalam
Model pembelajaran ini guru berperan hanya sebagai fasilitator, dan siswa
Menetapkan tujuan proyek. Dalam proses pembelajaran menggunakan model
Project Based Learning Ini biasanya memakan banyak waktu untuk memecahkan
suatu masalah, untuk Mengatasi hal ini pendidik memfasilitasi siswa untuk
memecahkan masalah, Membatasi waktu siswa dalam menyelesaikan proyek,
meminimalis dan Menyediakan peralatan yang sederhana dan terdapat di
lingkungan sekitar, serta Memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau
sehingga tidak membutuhkan Banyak waktu dan biaya. Pembelajaran blended
memadukan kegiatan Tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer Baik secara
luring (offline) atau daring (online). Pembelajaran dengan model seperti ini
Dipandang efektif karena mampu meminimalisir Kekurangan yang terdapat pada
masing-masing Model sehingga peserta didik dapat merasakan Manfaat dari baik
dari model pembelajaran tatap Muka maupun pembelajaran berbasis teknologi.
Peserta didik tetap dapat berkomunikasi dengan Guru secara langsung dan di sisi
yang lain mereka Juga memiliki keleluasaan untuk mengakses Keragaman sumber
belajar dari dunia maya. Blended learning merupakan jawaban model
Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik Pembelajar abad 21. Model
pembelajaran SETS merupakan suatu model pembelajaran yang memusatkan
permasalahan dari dunia Nyata yang memiliki komponen sains dan teknologi dari
perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan Proses, selanjutnya
siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep, dan
proses itu pada Situasi yang nyata (Fatchan dkk, 2014). Pembelajaran dengan
model pembelajaran SETS sangat cocok diterapkan untuk pembelajaran IPA.
Model pembelajaran SETS membuat pembelajaran IPA lebih menarik,
menyenangkan, dan Bermakna karena siswa diberi kesempatan untuk memperoleh
pengetahuan tidak hanya dari buku melainkan dengan Memanfaatkan teknologi,
lingkungan dan masyarakat. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih menarik
dan Menyenangkan, sehingga pengetahuan yang diterima siswa tidak cepat
dilupakan

2. Rumusan Masalah

1.

3. Tujuan

1.
1

BAB II

PEMBAHASAN

A. PROJECT BASED LEARNING

1. Pengertian Project Based Learning

Menurut Harding, Kaczynski dan Wood, Blended learning merupakan pendekatan


Pembelajaran yang mengintegrasikan Pembelajaran tradisonal tatap muka dan Pembelajaran
jarak jauh yang menggunakan Sumber belajar online dan beragam pilihan Komunikasi yang
dapat digunakan oleh guru dan Siswa. Pelaksanaan pendekatan ini Memungkinkan penggunaan
sumber belajar Online, terutama yang berbasis web, tanpa Meninggalkan kegiatan tatap muka.
Dengan Pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran Berlangsung lebih bermakna karena
keragaman Sumber belajar yang mungkin diperoleh.Dengan demikian, Blended learning Dapat
diartikan sebagai proses pembelajaran Yang memanfaatkan berbagai macam Pendekatan.
Pendekatan yang dilakukan dapat Memanfaatkan berbagai macam media dan Teknologi. Secara
sederhana dapat dikatakan Bahwa blended learning adalah pembelajaran Yang
mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimamuk Antara
pendidik dan peserta didik saling Berinteraksi secara langsung, masing-masing Dapat bertukar
informasi mengenai bahan-bahan Pembelajaran), belajar mandiri (belajar dengan Berbagai
google apps yang telah disediakan) Serta belajar mandiri secara online. Unsur-Unsur
pembelajaran berbasis Blended learning mengkombinasikan antara Tatap muka dan e-learning.

Unsur-unsur Tatap Muka Dan E-learning

a. tatap muka
b. belajar Mandiri,
c. aplikasi,
d. tutorial,
e. kerjasama,
f. evaluasi.

Pembelajaran tatap muka Dilakukan seperti yang sudah dilakukan sebelum Ditemukannya
teknologi cetak, audio visual, dan Komputer, pendidik sebagai sumber belajar Utama. Klasifikasi
Blended Learning untuk Memahami e-Learning beberapa ahli mengklasifikasi berdasarkan
karakteristik. Pada umumnya pembelajaran e-Learning atau online adalah “asynchronous”, di
mana pendidik/ guru/ dosen/ instruktur dan orang yang belajar (siswa) tidak bertemu di saat yang
sama.
Empat jenis klasifikasi e-Learning, yaitu:

1) e-learning Tanpa kehadiran dan tanpa Komunikasi,


2) e-Learning tanpa kehadiran Tetapi dengan komunikasi
3) e-Learning Dikombinasikan dengan kehadiran sesekali,
4) e-Learning digunakan sebagai alat dalam mengajar di kelas.

Dalam pembelajaran di SDN Serang 2 elearning yang digunakan yaitu dengan Kehadiran artinya
di sini siswa diajarkan Bagaimana cara menggunakan e-learning dan Menggunakannya saat
berada di luar sekolah.

2. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learnin)

Dipadu dengan Lesson Study berbasis Sekolah di dalam kelas VII-A sangat relevan
dilaksanakan. Peserta didik akan terlibat secara total dan dituntut untuk Beraktivitas secara
individu maupun dengan kelompoknya. Pelaksanaan Project Based Learning yang dipadu Lesson
Study akan Mendapatkan hasil yang lebih baik karena dari perencanaan, tindakan dan refleksi
dikerjakan secara kolegial antar guru yang Tergabung dalam kelompok Lesson Study.

Model pembelajaran Project Based Learning memiliki langkah-langkah (sintaks) Yang menjadi
ciri khasnya dan membedakannya dari model pembelajaran lain seperti;

model pembelajaran penemuan (discovery Learning model) dan berbasis masalah (problem
based learning model).

Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning, meliputi

1) menentukan pertanyaan dasar;


2) membuat desain proyek;
3) menyusun penjadwalproyektor
4) memonitor Kemajuan proyek;
5) penilaian hasil;
6) evaluasi pengalaman

B. BLENDED LEARNING

Blended learning merupakan pembelajaran Yang mengkombinasikan atau menggabungkan


Antara pembelajaran online dan face-to-face (pembelajaran tatap muka) dengan menggunakan
Berbagai teknologi berbasis web, teknologi elearning dan multimedia, seperti video streaming,
Virtual class, animasi teks online dikombinasikan Dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas
dan Pelatihan perorangan. Blended Learning Menggunakan teknologi informasi dan Komunikasi
dalam aktivitas tatap muka, baik Menggunakan jejaring terikat (web-dependent) Maupun sebagai
jejaring pelengkap (websupplemented) digunakan sebagai suatu alternatif Jenis pembelajaran
yang efektif, efisien dan Menunjang sarana learning community bagi siswa Karena dalam
blended learning terdapat interaksi Sosial yang memungkinkan siswa dapat Mempersepsikan diri
mereka sebagai sebuah Komunitas yang saling bergantung secara positif. Penerapan model
pembelajaran blended learning Diperlukan tools atau media berbasis teknologi Yang dapat
mendukung penerapan model Pembelajaran blended learning. Dengan Berkembangnya teknologi
web 2.0 merubah Karakteristik web menjadi lebih dinamis dan Interaktif sehingga melahirkan
banyak platform UGC (user generated content) Yang Memungkinkan penggunanya untuk dapat
mereuse, reshare, dan recreate konten-konten sesuai Kebutuhan. Salah satu platform yang
mendukung Kegiatan tersebut adalah blog atau weblog. Melalui blog atau weblog yang
digunakan dalam Pembelajaran, siswa dapat mengakses informasi Belajar dan meningkatkan
keterampilan Teknologinya, berbagi dan menggunakan ulang Konten-konten pembelajaran. Blog
dapat Membantu siswa meningkatkan kemampuan Berpikir kritis, kemampuan literasi sains,
Kemampuan menulis, dan memudahkan siswa dan Pendidik untuk dapat berinteraksi dan
Berkolaborasi secara global melalui berbagai fitur Dan sumber informasi yang dapat mendukung
Proses pembelajaran. Dengan demikian, Penggunaan blog untuk mendukung penerapan Model
pembelajaran blended learning dapat Dilakukan

Karakteristik dari blended Learning yaitu:

1) Pembelajaran yang menggabungkan, Berbagai cara penyampaian, model


Pembelajaran, gaya pembelajaran, serta Berbagai media berbasis teknologi yang
Beragam.
2) Sebagai sebuah kombinasi pembelajaran Langsung (face to face), belajar mandiri,
Dan belajar mandiri via online.
3) Pembelajaran yang didukung oleh Kombinasi efektif dari cara penyampaian, Cara
mengajar dan gaya pembelajaran.
4) Guru dan orangtua peserta belajar Memiliki peran yang sama penting, guru Sebagai
fasilitator, dan orangtua sebagai Pendukung.

Blended learning menjadikan peserta didik Lebih fleksibel dalam belajar, karena materi
Pelajaran yang telah disiapkan guru tersimpan Dalam format e-learning sehingga bisa diakses
Kapanpun dan dimanapun. Blended leaning juga Memperkaya kualitas peserta didik melalui
Keterlibatan mereka secara aktif dalam interaksi Pembelajaran. Keakraban peserta didik
milenials Dengan gadget dapat diarahkan pada manfaat Yang positif. Pembelajaran blended
learning akan makin Meningkatkan berkembangnya kompetensi Teknologi Informatika dan
Komunikasi (TIK) Atau digital literacy yang menjadi salah satu ciri Masyarakat abad 21.
Blended learning membuka Wawasan dan menumbuhkan kemandirian Peserta didik karena
mereka dapat mengakses Beragam sumber belajar dari internet baik Melalui komputer maupun
gadget. Di sisi lain, Mereka juga tidak akan kehilangan ‘sentuhan’ Guru dan dapat berinteraksi
dengan guru jika Mereka mengalami kesulitan dalam memahami Materi pelajaran.
C. VIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY (SETS)

Model pembelajaran sains teknologi dan masyarakat merupakan pembelajaran yang


mengaitkan sains dan teknologi serta manfaatnya bagi masyarakatnya. Tujuan untuk membentuk
peserta didik memiliki literasi sains dan teknologi serta peduli terhadap masalah masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.(Poedjiadi, 2010) Dalam konteks pendidikan bervisi SETS, urutan
ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S) ke bentuk teknologi (T)
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai
implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. (Fatchan & Soekamto, 2014)
Pembelajaran SETS terdiri dari lima tahapan yaitu inisiasi, pengembangan konsep, aplikasi
konsep dan pemantapan konsep serta penilaian. Keunggulan dari model pembelajaran SETS
dapat Melatih peserta didik melakukan metode kerja ilmiah. Sehingga peserta didik mampu
membuat karya ilmiah yang tertata dan terorganisasi dengan baik. Meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam berkomunikasi. Membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Membantu
peserta didik mengenal dan memahami sains dan teknologi serta dampak negatif yang bisa
ditimbulkan dalam kehidupan seharihari.(Wahdah et al., 2017)Keterampilan proses sains
merupakan proses mencari dan menemukan, dimana proses pembelajaran dilakukan dengan
memberikan pengalaman langsung peseta didik dengan langkah-langkah kerja ilmiah sesuai
dengan yang dilakukan para ilmuwan. (Jufri, 2013)

1. Metode Penelitian

Penelitian ini mengambil penelitian Quasi Experimental dengan desainRandomized control


group only pascatest Design. Pada penelitian ini terdapat dua Variabel yaitu variabel terikatnya
adalah Keterampilan proses sains dan Variabel Bebas Model pemebelajaran SETS (Science,
Environment, Technology, Society).

Penelitian dilakasanakan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Bandar Lampung Semester genap


tahun ajaran 2017/2018. Populasi pada penelitian ini adalah Seluruh peserta didik pada kelas X
MIA Yang berjumlah 138 yang terdiri dari 4 Kelas. Sampel pada penelitian ini terdiri Dari 2
kelas yang berjumlah 72 peserta Didik, yaitu kelas X MIA 1 yang Berjumlah 38 peserta didik
sebagai kelas Eksperimen. Dan kelas XI MIA 2 yang Berjumlah 38 peserta didik sebagai kelas
Kontrol.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Cluster sampling
(Sugiyono, 2016)

2. Pendekatan Science Environment Technology And Society

Pendekatan Science, Technology and Society (STS) Atau pendekatan Sains,Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan Konsep, keterampilan proses,
CBSA, Inkuiri dan Diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi Masyarakat
(STM) dalam bahasa Inggris Disebut Sains Technology Society (STS), Science Environtment
Technology and Society (SETS) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun
istilahnya banyak namun sebenarnya Intinya sama yaitu Environtment, yang dalam Berbagai
kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu
Antara sains, teknologi, dan isu yang ada di Masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM
ini Adalah menghasilkan peserta didik yang cukup Memiliki bekal pengetahuan, sehingga
mampu Mengambil keputusan penting tentang masalahmasalah dalam masyarakat serta
mengambil Tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah Diambil. Filosofi yang
mendasari pendekatan STM Adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta Didik menyusun
sendiri konsep-konsep di dalam Struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah Ketahui.
Definisi SETS menurut the NSTA Position Statement 1990 (dalam Kuswati, 2004:11) adalah
Memusatkan permasalahan dari dunia nyata yang Memiliki komponen Sains dan Teknologi dari
Perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsepkonsep dan proses, selanjutnya siswa diajak untuk

Menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan Konsep dan proses itu pada situasi yang nyata.
Pendekatan SETS/ Salingtemas diambil dari Konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan
Masyarakat), pendidikan lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science,
Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental,
Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE Dipandang sebagai satu
kesatuan yang tidak bisa Dipisahkan.

Pada pendekatan SETS siswa diajak untuk Mengenal teknologi, dan menganalisis dampak baik
Positif maupun negatif dari teknologi tersebut. Pada Akhirnya siswa diharapkan mampu
menerapkan Konsep tenologi dan pengetahuan yang telah Didapatnya dalam kehidupan sehari-
hari.

Pendekatan SETS dapat Mengantisipasi beberapa hal pokok dalam Membekali peserta didik, di
antaranya:
1) Menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan Tanpa tahu masalah-masalah di
masyarakat Secara lokal, nasional, maupun internasional.
2) Mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik Untuk menyongsong era globalisasi
(AFTA–2003, AFAS–2003, WTO–2010).
3) Peserta didik mampu menjawab dan mengatasi Setiap masalah yang berkaitan dengan
kelestarian Bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya Masalah pencemaran,
pengangguran, kerusuhan Sosial, dampak hasil teknologi dan lain-lainnya Hingga pada
akhirnya bermuara menyelamatkan Bumi.
4) Membekali peserta didik dengan kemampuan Memecahkan masalah-masalah dengan
penalaran Sains, lingkungan, teknologi, sosial secara Integral, baik di dalam maupun di
luar kelas

Adapun karakteristik pembelajaran SETS Menurut Yager sebagai berikut:

1) Berawal dari identifikasi masalah lokal


2) Penggunaan sumber daya setempat
3) Keikutsertaan siswa aktif dalam mencari Informasi yang dapat diterapkan untuk
Memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari
4) Penekanan pada keterampilan proses yang Dapatdigunakan siswa dalam pemecahan
Masalah.
5) Adanya kesempatan bagi siswa untuk Memperoleh pengalaman memecahkan masalah
Yang telah diidentifikasi. Berdasarkan karakteristik tersebut, guru Hendaknya dapat
menggiringsiswa untuk berpikir Aktif dalam upaya pemecahan masalah lokal yang
Berangkat dari pengalaman keseharian siswa. Penerapan SETS dalam pembelajaran IPA
oleh Guru hendaknya dimunculkan berbagai variasi Pemebelajaran yang disesuaikan
dengan tingkat Kemampuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran Tersebut. Setiap
siswa berpeluang untuk Memunculkan solusi pemecahan masalah yang Berbeda-beda. .

pendekatan SETS sebagai berikut:

1) Tahap invitasi

Pada tahap ini guru memberikan isu/ masalah aktual Yang sedang berkembang di masyarakat
sekitar yang Dapat dipahami peserta didik dan dapat merangsang Siswa untuk mengatasinya.
Guru juga bisa menggali Pendapat dari siswa yang ada kaitannya dengan Materi yang akan
dibahas.

2) Tahap eksplorasi

melalui aksi dan reaksinya sendiri berusaha Memahami atau mempelajari masalah yang
Diberikan.

3) Tahap solusi
Siswa menganalisis dan mendiskusikan cara Pemecahan masalah

4) Tahap aplikasi

Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan Konsep yang telah diperoleh. Dalam hal ini
siswa Mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah Yang muncul dalamt tahap invitasi.

5) Tahap pemantapan konsep

Guru memberikan umpan balik/ penguatan terhadap Konsep yang diperoleh siswa. Dengan
demikian Pendekatan SETS dapat membantu siswa Dalammengetahui sains, teknologi yang
Digunakannya serta perkembangan sains Danteknologi dapat berpengaruh terhadap Lingkungan
dan masyaraka

3. Implementasi Pembelajaran IPA Dalam Kurikulum 2013 DenganPendekatan SETS

Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang Mengutamakan pemahaman, skill, dan
pendidikan Berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, Aktif dalam berdiskusi dan
presentasi serta memiliki Sopan santun disiplin yang tinggi. Keterampilan Merupakan aspek baru
dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan penekanan pada Skill atau kemampuan
misalnya adalah kemampuan Untuk mengemukakan pendapat, berdiksusi/ Bermusyawarah,
membuat laporan, serta Berpresentasi. Karakteristik pembelajaran IPA dengan

Pendekatan SETS dalam kurikulum 2013 adalah:

1) Pembelajaran konsep IPA (sains) tetap diberikan


2) Peserta didik dibawa ke situasi untuk melihat Teknologi yang terkait
3) Peserta didik diminta untuk menjelaskan Keterhubungkaitan antara unsur sains yang
Dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai
keterkaitan Antar unsur tersebut
4) Peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan Manfaat atau kerugian menggunakan
konsep Sains IPA tersebut bila diubah dalam bentuk Teknologi
5) Peserta didik diajak mencari alternatif Pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang
Ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk Teknologi tersebut terhadap lingkungan dan
Masyarakat
6) Dalam konteks konstruktivisme, peserta didik Diajak berbincang tentang SETS berkaitan
Dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari Berbagai macam arah dan berbagai macam
titik
10

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pendekatan SETS berupaya memberikan Pemahaman tentang peranan lingkungan Terhadap


sains, teknologi, masyarakat. Termasuk Juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya Dengan
sains, manfaatnya terhadap masyarakat Dan dampak-dampak yang ditimbulkan terhadap
Lingkungan. Wawasan SETS (Science, Environment, Technology, Society) yang diaplikasikan
ke Dalam proses pembelajaran IPA dapat Menerapkan pengetahuan yang diperoleh guna
Meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa Harus membahayakan lingkungannya.
10

DAFTAR PUSTAKA
11

Anda mungkin juga menyukai